Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
teologi islam muncul pada masa nabi muhammad saw wafat sehingga menimbulkan banyak masalah pada umat islam kala itu sahabat-sahabt rasullullah yaitu pada masa sahabat umar bin khatab berakhir sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan muncul dua kelompok besar yang dipimpin oleh sahabat nabi yaitu usman bin afwan dan ali bin abi thalib kedua kelompok besar ini melakukan musyawarah yang akhirnya usman bin affan lah yang mendapat suara terbanyak untuk menjadi pemegang kekuasaan namun, dilain pihak kelompok ali sangat tidak terima dengan hasil musyawarah akhirnya terjadilah perang antara mereka itulah awal mula munculnya teologi islam.
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
teologi islam muncul pada masa nabi muhammad saw wafat sehingga menimbulkan banyak masalah pada umat islam kala itu sahabat-sahabt rasullullah yaitu pada masa sahabat umar bin khatab berakhir sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan muncul dua kelompok besar yang dipimpin oleh sahabat nabi yaitu usman bin afwan dan ali bin abi thalib kedua kelompok besar ini melakukan musyawarah yang akhirnya usman bin affan lah yang mendapat suara terbanyak untuk menjadi pemegang kekuasaan namun, dilain pihak kelompok ali sangat tidak terima dengan hasil musyawarah akhirnya terjadilah perang antara mereka itulah awal mula munculnya teologi islam.
Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Kelas XIafifahdhaniyah
Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Merupakan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dibawakan untuk kelas XI SMA. Berkaitan dengan faktor penyebab bersatunya NKRI dan faktor penyebab memicunya perpecahan pada NKRI
PPT Gabungan Politik Indonesia :)) tugas sejarah peminatan kelas 11 gapi didirikan oleh M.Husni Thamrin tanggal 21 mei 1939. komisi visman dibentuk oleh benlanda. manifest gapi, semboyan INDONESIA BERPARLEMEN.
Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Kelas XIafifahdhaniyah
Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Merupakan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dibawakan untuk kelas XI SMA. Berkaitan dengan faktor penyebab bersatunya NKRI dan faktor penyebab memicunya perpecahan pada NKRI
PPT Gabungan Politik Indonesia :)) tugas sejarah peminatan kelas 11 gapi didirikan oleh M.Husni Thamrin tanggal 21 mei 1939. komisi visman dibentuk oleh benlanda. manifest gapi, semboyan INDONESIA BERPARLEMEN.
SUATU MASALAH AKAN DAPAT TERSELESAIKAN BILA SEMUA PIHAK TURUT ATURAN DAN HUKUM, KASIHAN MASALAH INI BUKAN BARU HARI KEMAARIN MALAHAN DARI LELUHUR ........DAMAILAH UMAT TUHAN.
Lyon Diet Heart Study is still considered as the ultimate evidence for the health benefits of Mediterranean diet. Unfortunately its' results have never been re-produced since then. However, PREDIMED trial may change this situation.
Peristiwa terkait relasi agama dan ilmu pengetahuan yang tercatat dalam sejar...melatiaghnia1
Peristiwa terkait relasi agama dan ilmu pengetahuan yang tercatat dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia, baik dalam lingkup agama Islam maupun agama lainnya di Dunia Barat
-Punca Kebangkita rakyat Palestin
-Perkembangan Rakyat palestin dalam Menuntut Keadilan
-Keberkesanan Kebangkitan Rakyat Palestin dalam menuntut keadilan hak terhadap Israel
1. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik Israel-Palestina boleh jadi merupakan konflik yang memakan waktu panjang
setelah Perang Salib yang pernah terjadi antara dunia Timur dan Barat di sekitar abad
keduabelas. Konflik yang telah berlangsung enam puluhan tahun ini menjadi konflik cukup
akut yang menyita perhatian masyarakat dunia. Apa yang pernah diprediksi Amerika melalui
Menteri Luar Negerinya, Condoleezza Rice, pada Konfrensi Perdamaian Timur Tengah
November 2008 lalu, sebagai “pekerjaan sulit namun bukan berarti tidak dapat ditempuh
dengan kerja keras dan pengorbanan” bagi penyelesaian konflik Israel-Palestina, semakin
menunjukkan bahwa perdamaian Israel-Palestina memang sulit diwujudkan. Pasalnya, akhir
2008 yang diprediksi dunia Internasional (dalam hal ini Amerika) sebagai puncak
penyelesaian konfik Israel-Palestina justru menampakkan kondisi sebaliknya. Agresi meliter
Israel ke Jalur Gaza yang dilancarkan sebulan terakhir ini semakin memperkuat keraguan
banyak pihak atas keberhasilan konfrensi tersebut.
Tercatat tidak kurang dari seribu lebih warga Palestina mengalami korban jiwa dan
lebih dari dua ribu korban luka lainnya dalam waktu sepekan serangan udara yang
dilancarkan pasukan Israel ke Jalur Gaza. Tidak hanya sampai di situ, Israel bahkan mulai
melakukan serangan darat dengan dalih ingin melucuti sisa-sisa roket yang dimiliki pejuang
Hamas, sebuah gerakan perlawanan Islam di Palestina yang menjadi alasan penyerangan
Israel ke wilayah tersebut. Sulit dibayangkan, jika serangan udara Israel dalam waktu satu
minggu telah menelan demikian banyak korban, keadaannya tentu akan semakin parah
setelah Israel melancarkan serangan daratnya, dan kondisi ini terbukti dengan jatuhnya
korban jiwa melibihi angka seribu dan ribuan korban luka lainnya.
Agresi meliter Israel ke Jalur Gaza beberapa waktu terakhir benar-benar menarik
perhatian banyak pihak, tidak saja dari kalangan masyarakat muslim melainkan hampir
seluruh masyarakat dunia. Keprihatinan dan simpati masyarakat dunia akan kondisi Palestina
2. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 2
yang menjadi korban keganasan agresi meliter Israel diungkapkan dalam berbagai bentuk
solidaritas, mulai dari aksi kecamanan, kutukan dan penolakan terhadap tindakan Israel
hingga pengiriman bantuan kemanusiaan dalam berbagai bentuk, seperti tenaga medis,
makanan serta obat-obatan. Atas nama kemanusiaan, solidaritas semacam ini wajar
dilakukan. Namun yang cukup menarik dari sekian banyak solidaritas yang ditujukan pada
korban Palestina adalah simpati dan dukungan yang datang dari masyarakat Islam. Lebih dari
sekedar memberikan bantuan kemanusiaan pada masyarakat Palestina, beberapa institusi dan
ormas Islam bahkan siap mengirimkan tenaga relawannya sebagai “pasukan jihad”.
Fakta yang cukup sulit untuk dibantah, bahwa konflik Israel-Palestina berhasil
membangun stigma di tengah masyarakat Islam sebagai konflik bernuansa agama. Pandangan
ini setidaknya dibangun berdasarkan asumsi bahwa Palestina diyakini sebagai salah satu
simbol spiritualitas Islam, dan korban yang berjatuhan di tanah Palestina secara umum adalah
masyarakat Islam. Istilah “jihad” sendiri merupakan terminologi dalam ajaran Islam yang
mengandung pengertian perang yang dilakukan di jalan Allah, sehingga jika jihad dapat
ditolerir dalam kasus ini, maka semakin sulit membangun fondasi keyakinan di tengah
masyarakat Islam tentang adanya “fakta lain“ di balik situasi konflik yang sejak lama terjadi
antara Israel dan Palestina.
Fakta lain yang penulis maksud adalah dimensi politik yang juga demikian kental
dalam konflik Israel-Palestina. Fakta ini setidaknya ditunjukkan dengan keberpihakan
Amerika Serikat sebagai negara adidaya pada Israel. Keberpihakan tersebut semakin terlihat
jelas ketika tidak kurang dari puluhan resolusi yang dikeluarkan PBB untuk konflik Israel-
Palestina kerap “dimentahkan“ Amerika dengan vetonya. Ada hal lain yang lebih menarik,
sunyinya sauara negara-negara Arab (khususnya Saudi Arabia yang dalam banyak hal
dianggap sebagai “kampung halaman Islam”, dan berteman dekat dengan Amerika) semakin
memperlihatkan nuansa politik yang cukup kontras dalam kasus ini.
Konflik Israel-Palestina dengan sendirinya dapat diposisikan sebagai konflik sosial
mengingat kasus ini dapat disoroti dari beberapa aspek: politik dan teologi. Konflik sosial
sendiri – sebagaimana dikatakan Oberschall mengutip Coser– diartikan sebagai ―…a strugle
over values or claims to status, power, and scare resource, in wich the aims of the conflict
groups are not only to gain the desired values, but also to neutralise injure or eliminate
3. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 3
rivals. Pengertian ini menunjukkan bahwa konflik sosial meliputi spektrum yang lebar
dengan melibatkan berbagi konflik yang membingkainya, seperti: konflik antar kelas (social
class conflict), konflik ras (ethnics and racial conflicts), konflik antar pemeluk agama
(religions conflict), konflik antar komunitas (communal conflict), dan lain sebagainya.
Dalam kasus Israel-Palsestina, aspek politik bukanlah satu-satunya dimensi yang
dapat digunakan untuk menyoroti konflik kedua negara tersebut, demikian halnya dengan
dimensi teologis yang oleh banyak pihak dianggap tidak ada hubungannya dengan konflik
ini. Sebagian pihak memandang konflik Israel-Palsetina murni sebagai konflik politik,
sementara sebagian yang lain memandang konflik ini sarat dengan nuansa teologis. Nuansa
teologis dalam konflik Israel-Palestina bukan saja ditunjukkan dengan terbangunnya stigma
perang Yahudi-Islam, akan tetapi kekayikan terhadap “tanah yang dijanjikan” sebagai tradisi
teologis Yahudi juga tidak dapat dipisahkan dalam kasus ini. Oleh karenanya, tidak ada dari
kedua aspek di atas (politik dan teologi) yang dapat dianggap lebih tepat sebagai pemicu
konflik Israel-Palestina, karena sepanjang sejarahnya kedua aspek tersebut turut mewarnai
konflik
B. Jalur Gaza
4. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 4
Jalur Gaza (bahasa Arab: طاع ق غزة Qiṭ āʿ Ġazzah, IPA: [qɪ ˈtˤ ɑ ː ʕ ˈɣ azza])
adalah sebuah kawasan yang terletak di pantai timur Laut Tengah, berbatasan
dengan Mesir di sebelah barat daya (11 km), dan Israel di sebelah timur dan utara (51 km
(32 mil)). Jalur Gaza memiliki panjang sekitar 41 kilometer (25 mil) dan lebar antara 6 to 12
kilometers (3,7 hingga 7,5 mil), dengan luas total 365 km² (141 mil²).[1]
Populasi di Jalur Gaza
berjumlah sekitar 1,7 juta jiwa.[2]
Mayoritas penduduknya besar dan lahir di Jalur Gaza,
selebihnya merupakan pengungsi Palestina[3]
yang melarikan diri ke Gaza setelah
meletusnya Perang Arab-Israel 1948. Populasi di Jalur Gaza didominasi olehMuslim Sunni.
Tingkat pertumbuhan penduduknya pertahun mencapai angka 3,2%, menjadikannya sebagai
wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi ke-7 di dunia.
Jalur Gaza memperoleh batas-batasnya saat ini pada akhir perang tahun 1948, yang
ditetapkan melalui Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Mesir pada tanggal 24 Februari
1949. Pasal V dari perjanjian ini menyatakan bahwa garis demarkasi di Jalur Gaza bukanlah
merupakan perbatasan internasional. Jalur Gaza selanjutnya diduduki oleh Mesir. Pada
awalnya, Jalur Gaza secara resmi dikelola olehPemerintahan Seluruh Palestina, yang
didirikan oleh Liga Arab pada bulan September 1948. Sejak pembubaran Pemerintahan
Seluruh Palestina pada tahun 1959 hingga 1967, Jalur Gaza secara langsung dikelola oleh
seorang gubernur militer Mesir.
Israel merebut dan menduduki Jalur Gaza dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Berdasarkan Persetujuan Damai Oslo yang disahkan pada tahun 1993, Otoritas
Palestina ditetapkan sebagai badan administratif yang mengelola pusat kependudukan
Palestina. Israel mempertahankan kontrolnya terhadap Jalur Gaza di wilayah udara, wilayah
perairan, dan lintas perbatasan darat dengan Mesir. Israel secara sepihak menarik diri dari
Jalur Gaza pada tahun 2005.
Jalur Gaza merupakan bagian dari teritori Palestina.Sejak bulan Juli 2007,
setelah pemilihan umum legislatif Palestina 2006 dan setelah Pertempuran
Gaza, Hamas menjadi penguasa de facto di Jalur Gaza, yang kemudian
membentuk Pemerintahan Hamas di Gaza.
5. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Konflik antara Israel – Palestina di latarbelakagi oleh klaim kedua bangsa tersebut
atas wilayah yang sama, yakni Palestina. Seperti yang dikemukakan oleh Kriesberg (1998)
bahwa suatu konflik akan muncul ketika dua atau lebih orang atau kelompok memiliki
keinginan aytau tujuan yang saling bertentangan, “A conflict exists when two or more
persons or groups manifest they belief that they have incompatible goals maka kedua belah
pihak tersebut pun telah sejak lama berperang untuk memperebtkan wilayah ini. Sejarah
membuktikan bahwa klaim kepemilikan atas wilayah Palestina memang cukup sulit untuk
diputuskan. 3000thn yang lalu penamaan “Israel “ dan “palestina” berasal dari dua bangsa
yang masuk ke wilayah tersebut pada waktu yang bersamaan, yakni abad ke-12. Kata Israel
berasal dari bangsa Yahhudi yang menyebut diri mereka Bnei Israel (the people or tribe of
Israel), yang mana mempercayai bahwa tanah tersebut telah diberikan kepada mereka oleh
Tuhan (Eretz Israel/Land of Israel). Sedangkan kata Palestina berasal dari bangsa
Philistines, yaitu masyarakat asli Yunani, yang menetap dddi sekitar pantai Palestina
bersamaan ketika Yahuddi menguadsai bukit-bukit di bagian dalam wilayah tersebut.
Hampir dua ratus tahun kemudian Yahudi bersatu untuk mengalahan Philistines dan
masyarakat lain yang berada di Palestina. Tak lama setelah itu Kerajaan Israel pun kemudian
berdiri sekitar tahun 1000SM.
Hingga tahun 800-an SM Kerajaan Israel masih berkuasa atas tanah palestina. Namun
ketika bangsa asing datang dan melakukan penjajahan terhadap Palestina, Yahudi di usir dan
terpaksa mengungsi ke wilayah-wilayah lain seperti Eropa ddan Mesopotamia (kini Irak).
Pada tahun 700-an SM, kerajaan tersebut mulai ditaklukan oleh kerajaan-kerajaan lain secara
berturut-turut yakni Assyria , Babylon , ddan Romawi sebagai bagian dari rencana perluasan
pengaruh kerajaan. Setelah dikuasai oleh Romawi, penakhlik terhadap Palestina mulai
dilakukan atas dasar penyebaran agama. Agama yg pertama kali menguasai Palestina adalah
agama Islam yg dibawa oleh pasukan gurun dan kemudian Agama Kristen yg dibawa oleh
Crusadder. Tak lama setelah Crusader berkuasa, Palestina diambil alih oleh Ottoman.
6. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 6
Ottoman yang paling lama menguasai Palestina yakni selama hampir 750 tahun dari tahun
1187 hingga 1918. Dan selama dalam penguasaan Ottoman bangasa yang paling ddominan
saat itu adalah bangsa Arab yang mayoritas beragama Islam.
B. Ringkasan Singkat Konflik Israel – Palestina
Setelah terusirnya bangsa Yahudi dara tanah Israel, berabad-abad dapat dikatakan
tidak ada konflik di Palestina. Pada abad 19 hamparan tanah (wilayah) di sana dihuni oleh
penduduk yang terdiri dari berbagai budaya/umat. Kira-kira 86% Muslim, 10% Kristen, dan
4% kaum Yahudi yang hidup rukun dan damai.
1. Zionisme
Pada akhir tahun 1800, sebuah kelompok di Eropa berkeinginan untuk menguasai
tanah ini. Dikenal sebagai Zionist, yaitu mereka yang mewakili kaum minoritas ekstrim
bangsa Yahudi. Tujuan mereka adalah menciptakan Tanah Air bagi orang Yahudi. Mereka
pernah mempertimbangkan beberapa lokasi di Afrika dan di Amerika, sebelum akhirnya
menetapkan tanah Palestina yang akan dijadikan tempat tujuan.
Mula-mula, imigrasi ini tidak menimbulkan masalah.Namun demikian, ketika makin
banyak lagi kaum Zionist berimigrasi ke Palestina – banyak yang menyatakan keinginannya
terang-terangan akan mengambil alih tanah Palestina untuk Negara Yahudi – penduduk asli
menjadi makin lama tersadarkan. Akhirnya pekelahian pecah, dengan gelombang kerusuhan
yang meningkat.
Ketika Hittler mulai berkuasa, dibarengi dengan kegiatan Zionist untuk melakukan
sabotase atas usaha penempatan pengungsi Yahudi di Negara-negara barat, menjadikan
meningkatnya imigrasi kaum Yahudi ke Palestina, dan konflik tumbuh membesar.
2. Rancangan Partisipasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Akhirnya PBB memutuskan untuk turun tangan. Namun demikian, tidak dengan
mengajukan prinsip “rakyat menentukan nasibnya sendiri”, dimana rakyat menciptakan
negara mereka dan sistim pemerintahannya, PBB memilih untuk mengaitkan ke belakang
pada strategi abad pertengahan, yang mana memberi kesempatan bagi kekuatan luar membagi
tanah orang lain.
Dibawah tekanan yang cukup besar dari Zionist, PBB mengusulkan melepas 55%
tanah Palestina untuk digunakan sebagai Negara Yahudi – menepis kenyataan bahwa
kelompok ini meliputi hanya 30% dari total penduduk, dan memiliki hanya 7% tanah.
7. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 7
3. Perang 1947 – 1949
Sementara secara luas dilaporkan, bahwa peperangan yang dihasilkan akhirnya
melibatkan tentara dari 5 Negara Arab, tak banyak diketahui bahwa faktanya, selama
peperangan terjadi, kekuatan Angkatan Bersenjata Zionist jauh melampaui seluruh kekuatan
pasukan Arab dan Palestina, sering melebihi hingga 2 atau 3 kalinya. Apalagi tentara Arab
tidak sampai menginvasi Israel, terlihat jelas bahwa kancah peperangan hanya berada di
tanah/wilayah/negara Palestina.
Akhirnya, dan ini sangat berarti untuk dicatat, bahwa tentara Arab masuk dalam
konflik hanya setelah pasukan Zionist telah menyatakan berhasil melakukan 16 pembantaian,
termasuk pembantaian miris terhadap 100 laki-laki, wanita dan anak-anak di Deir Yassin.
Dan secara keseluruhan tentara Zionis telah berhasil melakukan pembantaian di 33 lokasi.
Pada akhir peperangan, Israel telah menaklukkan 78% kekuasaan Palestina; ¾ rakyat
Palestina menjadi pengungsi; lebih dari 500 kota dan desa dienyahkan; dan peta baru
ditetapkan, yang mana setiap kota besar, sungai, dan wilayahnya diberi nama baru dengan
bahasa Hebrew, dan segala peninggalan budaya Palestina kemudian dihapus. Dalam beberapa
dekade Isreal menyangkal keberadaan dari penduduk Palestina tersebut, sebagaimana
Perdana Menteri Golda Meir mengatakan: “Tak ada sesuatu yang bisa disebut sebagai Bangsa
Palestina”
4. Perang 1967 & USS Liberty
Di tahun 1967, Israel menaklukkan lagi tanah-tanah Palestina. Menyertai “Perang 6
Hari”, dimana pasukan Israel melancarkan penyerangan mendadak ke Mesir yang meraih
sukses besar, Israel berhasil menguasai sisa 22% tanah Palestina, meliputi West Bank dan
Jalur Gaza. Karena, sesuai ketentuan hukum internasional yang tak mengijinkan untuk
menguasai wilayah melalui perang, tanah yang dikuasai ini tidak termasuk wilayah Israel.
Demikian juga meliputi wilayah Mesir yang kemudian dikembalikan dan wilayah Suria yang
sekarang masih diduduki.
Juga selama Perang 6 Hari, Israel menyerang Kapal Perang Amerika, The USS
Liberty, menewaskan dan melukai lebih dari 200 awak kapalnya. Presiden Lyndon Johnson
menyebutnya kecelakaan penyerangan bala bantuan, untuk tidak mempermalukan sekutunya.
( Dalam catatan Moorer, mantan Kepala Staf Gabungan, didapati bahwa penyerangan ini
sebetulnya “aksi perang melawan Amerika”, fakta yang hanya ditayangkan oleh sedikit
Media.
8. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 8
5. Konflik Masa Kini
Ada dua isu utama pada batang tubuh (core) konflik berkepanjangan ini:
Pertama, ada akibat yang tak terhindarkan, mundulnya konsep untuk mewujudkan lahirnya
sebuah Negara yang mendasarkan pada kesamaan ethnik, terutama ketika sebagian besar lahir
di luar negeri. Padahal penduduk asli dari yang sekarang disebut Israel, dulu 96% adalah
Muslim dan orang-orang Kristen, namun, para pengungsi ini dilarang kembali untuk
menempati rumah mereka lagi, yang telah secara sepihak dinyatakan sebagai Negara Yahudi.
( dan di seluruh Israel terjadi diskriminasi)
Kedua, pendudukan yang terus menerus dilakukan tentara Israel dan perampasan tanah milik
perorangan di West Bank dan juga pengendalian Jalur Gaza sangatlah opresif, dengan rakyat
Palestina hanya sedikit memiliki kewenangan atas tanah mereka sendiri. Lebih dari 10.000
orang Palestina, laki-laki, perempuan dan anak-anak dijebloskan ke penjara. Hanya sedikit
dari mereka yang diadili dengan selayaknya. Penyiksaan adalah hal yang biasa ditemui.
Secara periodik laki-laki, perempuan, dan anak-anak dilucuti dalam pemeriksaan;
rakyat dipukuli, perempuan melahirkan dilarang dibawa ke rumah sakit; makanan dan obat-
obatan dilarang memasuki wilayah Gaza, membuahkan meningkatnya krisis kemanusiaan.
Tentara Israel menginvasi tiap hari, menimbulkan luka-luka, melakukan penculikan dan
kadang membunuh penduduk.
Sesuai kesepakatan perjanjian damai Oslo tahun 1993, sebenarnya wilayah ini harus
menjadi Negara Palestina akhirnya. Namun demikan, setelah bertahun-tahun penguasaan
Israel, dengan disertai perampasan dan penyitaan yang dilakukan, keadaan terus menerus
menjadi lebih buruk, hingga membuat penduduk Palestina berontak, sebelum negaranya
terbentuk. Pecahnya pemberontakan ini dinamai “Intifada” yang dimulai pada bulan
September tahun 2000.
6. Keterlibatan Amerika
Hasil terbesar akibat dari lobby dengan kepentingan khusus bagi kaum Yahudi,
Pembayar Pajak Amerika merelakan harta miliknya kepada Israel US$ 8 juta tiap harinya,
dan sejak terciptanya Negara Israel, mereka menyumbangkan dana kepada Israel melebihi
sumbangan kepada negara manapun.
Sekarang banyak rakyat Amerika yang makin menyadari bagaimana Israel
menggunakan/menghabiskan pemberian mereka, dan berniat mengakhiri.
9. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 9
C. Mengurai Konflik Israel-Palestina
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, konflik Israel-Palestina seringkali
dipahami sebagai konflik Yahudi-Islam dan hal ini berhasil mensugesti hampir seluruh dunia
Islam untuk membeci Yahudi dengan segala macam “derivasinya”. Sikap anti-pati terhadap
Yahudi di kalangan mayoritas Islam bahkan telah ditanamkan demikian mengakar mulai dari
lingkungan keluarga hingga institusi pendidikann Islam. Yahudi kerap digambarkan sebagai
makhluk berwatak jelek, berwajah bengis dan berhati keji, sehingga tidak heran jika
kemudian istilah “Yahudi” dijadikan sebagai bahasa cemooh untuk menyebutkan orang yang
“bersifat jelek”.
Segala kemungkinan bisa saja terjadi ketika kebencian telah dijadikan sebagai
landasan untuk berpikir dan bertindak. Dalam konflik Israel-Palestina misalnya, seruan agar
umat Islam bersatu untuk melawan Zionis-Yahudi bukan sesuatu yang aneh disuarakan meski
dengan alasan yang masih sulit ditebak: apakah merasa senasib dengan warga Islam
Palestina, atau justru dipicu oleh kebencian terhadap Yahudi yang telah jauh ditanamkan.
Sebaliknya, umat Islam dunia bahkan sulit untuk memberikan dukungan kepada pihak mana
ketika terjadi perang Saudara Sunni-Syiah di wilayah Timur tengah, tetap saja sebagai perang
melibatkan korban jiwa yang tidak dapat ditolerir secara kemanusiaan.
Hampir mustahil melacak kronologis sejak kapan umat Islam dididik untuk
membenci Yahudi, namun fakta yang ada justru menunjukkan hubungan keduanya cukup
baik sepanjang sejarah umat Islam awal hingga periode pertengahan. Dalam literatur Islam
orang Yahudi diabadikan sejarah sebagai orang yang pernah menjadi sekretaris nabi
khususnya untuk keperluan korespondensi luar negeri, bahkan nabi juga menunjukkan
toleransinya kepada Yahudi dengan berpuasa pada saat mereka berpuasa. Pada periode Islam
di Spanyol, umat Islam, Yahudi, dan Kristen bersama-sama membangun dan menghasilkan
sebuah peradaban yang berpengaruh pada Renaisance Eropa.
Memang kerukunan yang terjalin antara umat Islam dan Yahudi bukan berarti tanpa
konflik. Ketika pengaruh Muhammad semakin kuat dan daya imbau agama yang
diajarkannya semakin terasa di kalangan Yahudi, para pemuka agama Yahudi mulai
mengabaikan perjanjian damai yang pernah dibuat dengan umat Islam. Pengabaian terbuka
10. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 10
atas perjanjian itu ditandai dengan masuk Islamnya Abdullah bin Salam, seorang rabi
terpandang Yahudi yang sempat membujuk keluarganya untuk masuk ke agama Islam.
Kondisi ini membuat Yahudi merasa terancam dan mulai melancarkan serangan teologis
terhadap Muhammad dengan sejumlah pertanyaan dan perdebatan mengenai pokok-pokok
dasar agama Islam. Kebijakan resmi untuk memerangi Yahudi digariskan Muhammad sejak
pristiwa pelecehan seorang wanita muslim oleh sekelompok Yahudi bani Qainuqa. Sejak saat
itu, satu persatu kelompok Yahudi diusir dari Madinah karena terbukti mendukung pihak
Makkah. Kondisi ini – sebagaimana ditulis Hamid Basyaib – jelas menunjukkan pertikaian
yang disebabkan oleh masalah politik.
Hingga terjadi konflik Israel-Palestina yang dalam banyak hal dipandang sebagai
konflik Yahudi-Islam, analisis tentang masalah politik sebagai pemicu konflik juga banyak
digulirkan berbagai pihak. Konflik ini misalnya, merupakan konflik yang dipicu oleh klaim
hak atas tanah Palestina dari kedua pihak yang bertikai. Seperti ditulis Trias Kuncahyono,
Israel selalu mengatakan posisi legal internasional mereka atas Jerusalem berasal dari mandat
Palestina (Palestine Mandate, 24 Juli 1922). Di pihak lain, Palestina juga menyatakan
Jerusalem (al Quds) akan menjadi ibu kota negara Palestina Merdeka di masa mendatang atas
dasar klaim pada agama, sejarah dan jumlah penduduk di kota itu.Pertikaian kedua belah
pihak pada akhirnya sulit dihindari, sebab klaim hak atas tanah Palestina bukan sekedar
menyangkut latar belakang sejarah dan wilyah politik, melainkan masalah simbol spiritualitas
besar bagi kedua pihak.
Trias Kuncahyono mengutip Dershowitz menuliskan, pembagian Jerusalem –
menjadi bagian Israel dan bagian Palestina – sulit untuk dilaksanakan karena peta demografi
tidak mudah diubah menjadi peta politik. Meskipun peta tersebut telah terbagi sebagai
wilayah yang dihuni orang-orang Israel dan wilyah lain yang dihuni orang-orang Palestina,
Jerusalem akan semakin sulit dibagi karena ia merupakan simbol tiga agama besar yang
letaknya saling berdekatan. Jerusalem adalah pusat Yudaisme, tempat disalibnya Yesus dan
kebangkitan serta kenaikannya ke surga, dan tempat yang diyakini umat Islam sebagai bagian
dari perjalanan spiritualitas Muhammad ketika mengalami perjalanan malam dari Masjid al
Haram ke Masjid al Aqsha dan naik ke Sidratul Munthaha.
11. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 11
Yahudi menganggap Palestina sebagai “tanah yang dijanjikan” dan mayoritas
mereka meyakini bahwa Yerusalem harus kembali menjadi ibu kota Israel sebagai intervensi
Tuhan untuk mengembalikan hak bangsa Yahudi yang selama ini tertindas. Pandangan ini
mengakibatkan pergeseran paradigma politik yang mewarnai konflik Israel-Palestina ke
paradigma teologis. Apalagi, mitos yang kerap dikembangkan untuk memberikan identitas
pada Yahudi, adalah: “bangsa tanpa tanah untuk tanah tanpa bangsa”. Streotipe tentang
Yahudi sebagai “bangsa yang terusir dari tanahnya” ini juga telah berhasil membentuk
konsep teologis orang-orang Yahudi, bahwa – seperti ditulis Karen Armstong – Tuhan
memulai penciptaan dengan tindakan yang kejam karena keinginan untuk membuat dirinya
dikenal oleh para makhluknya. Keterkucilan dan pengasingan Yahudi bahkan pernah di alami
Adam sebelumnya, karena dosa yang dilakukan Adam membuat ia terusir dari surga.
Demikian Yahudi, mengembara ke seluruh penjuru dunia, menjadi terkucil selamanya, dan
merindukan penyatuan kembali dengan Tuhan.
Ada mitos lain yang menarik menyangkut konsep teologi Yahudi, yaitu penantian
terhadap datangnya sorang Messiah selama berabad-abad yang diharapkan akan membawa
keadilan dan perdamaian. Dalam keyakinan Yeshiva, sebuah sekte yang didirikan R. Shalom
Dov Ber yang sangat khawatir terhadap masa depan agama Yahudi, mereka akan menjadi
prajurit dalam pasukan rabi yang akan berperang tanpa kenal ampun dan kompromi untuk
memastikan agama Yahudi sejati tetap bertahan, dan perjuangan mereka akan meratakan
jalan bagi kedatangan Messiah.Cukup beralasan jika kemudian keyakinan Yeshiva ini
dipahami dengan pandangan: Messiah hanya akan turun ketika terjadi keberutalan dan
peperangan (ingat mitos penciptaan Luria).
Jika ditinjau dari latar belakang sejarah, konflik Israel-Palestina merupakan bagian
dari konflik Arab-Israel yang lebih luas sejak 1940-an. Agresi Meliter Israel terakhir yang
dilancarkan sejak 26 Desember 2008 pada prinsipnya merupakan bagian yang tidak terpisah
dari konflik Israel-Palestina sebelumnya. Untuk lebih jelasnya, kronologi konflik Israel-
Palestina dapat dipahami sebagaimana penjelasan berikut:
12. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 12
D. Kronologi dan Anatomi Konflik Israel-Palestina
Tahun Pristiwa Deskripsi
1917 Deklarasi Balfour
2 November 1917 Inggris
memenangkan Deklarasi Balfour yang
dipandang pihak Yahudi dan Arab
sebagai janji untuk mendirikan tanah air
bagi kaum Yahudi di Palestina.
1922 Mandat Palestina
1936-
1939
Revolusi Arab
Pimpinan Amin al Husein yang
menyebabkan tidak kurang 5000 warga
Arab terbunuh
1947
Rencana
pembagian
wilayah oleh PBB
29 November 1947, Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyetujui untuk
mengakhiri Mandat Britania untuk
Palestina dari tanggal 1 Agustus 1948
dengan pemecahan wilayah mandat
1948
Deklarasi Negara
Israel
Israel diproklamirkan pada tanggal 14
Mei 1948, sehari kemudian langsung
diserang oleh tentara dari Libanon,
Yordania, Mesir, Irak, dan negara Arab
lainnya. Israel berhasil memenangkan
peperangan dan merebut +70% dari luas
total wilayah mandat PBB Britania
Raya.
1949
Perseteujuan
gencatan senjata
3 April 1949, Israel dan Arab sepakat
untuk melakukan gencatan senjata.
Israel mendapat kelebihan 50 persen
lebih banyak dari yang diputuskan
rencana pemisahan PBB
1956 Perang Suez
29 Oktober 1965, Krisis Suez, sebuah
serangan meliter terhadap Mesir
dilakukan oleh Britania Raya, Perancis
dan Israel.
1964
Organisasi
Pembebasan
Palestina (PLO)
berdiri
Mei 1964, Organisasi Pembebasan
Palestina (PLO) resmi berdiri, tujuannya
untuk menghancurkan Israel.
1967 Perang enam hari
Dikenal dengan perang Arab-Israel
1967, merupakan peperangan antara
13. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 13
Israel menghadapi gabungan tiga negara
Arab: Mesir, Yordania dan Suriah, yang
mendapatkan bantuan aktif dari Irak,
Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan
Aljazair. Perang tersebut berlangsung
selama 132 jam 30 menit.
Resolusi
Khartoum
Sebuah pertemuan 8 pemimpin negara
Arab pada tanggal 1 September 1967
karena terjadinya perang enam hari.
Resolusi ini berlanjut ke perang Yom
Kippur tahun 1973.
1968
Palestina
menuntut
pembekuan Israel
Perjanjian Nasional Palestina dibuat,
dan secara resmi Palestina menuntut
pembekuan Israel.
1970 War of Attrition
Setelah perang enam hari (5-10 Juni
1967), terjadi insiden serius di Terusan
Suez. Tembakan pertama dilepaskan 1
Juli 1967, ketika pasukan Mesir
menyerang patroli Israel, dan ini
merupakan awal dari perang War of
Attrition.
1973
Perang Yom
Kippur
Dikenal juga dengan Perang Ramadhan
pada tanggal 6-26 Oktober 1973 karena
bertepatan dengan bulan ramadhan.
Perang ini merupakan perang antara
pasukan Israel melawan koalisi negara-
negara Arab yang dipimpin oleh Mesir
dan Suriah, terjadi pada hari raya Yom
Kipur, hari raya yang paling besar
dalam tradisi orang-orang Yahudi.
1978
Kesepakatan
Camp David
Ditandatangani pada tanggal 17
September 1978 di Gedung Putih yang
diselenggarakan untuk perdamaian di
Tmur Tengah. Jimmy Carter (Presiden
Amerika Serikat) memimpin
perundingan rahasia yang berlangsung
selama 12 hari antara Presiden Mesir,
Anwar Sadat, dan Perdana Menteri
Israel, Menachem Begin.
1982 Perang Libanon
Perang antara Israel dan Libanon yang
terjadi pada tanggal 6 Juni 1982 ketika
angkatan bersenjata Israel menyerang
14. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 14
Libanon Selatan.
1990-
1991
Perang Teluk
1993
Kesepakatan
damai antara
Palestina dan
Israel
13 September 1993, Israel dan PLO
sepakat untuk saling mengakui
kedaulatan masing-masing. Pertemuan
Yaser Arafat dan Israel Yitzhak Rabin
berhasil melahirkan kesepakatan OSLO.
Rabin bersedia menarik pasukannya dari
Tepi Barat dan Jalur Gaza serta
memberi Arafat kesempatan
menjalankan sebuah lembaga
semiotonom yang bisa memerintah di
kedua wilayah. Arafat mengakui hak
negara Israel untuk eksis secara aman
dan damai.
1996
Kerusuhan
teromongan al
Aqsha
Israel sengaja membuka terowongan
Masjid al Aqsha untuk memikiat para
turis dan membahayakan fondasi mesjid
bersejarah, pertempuran berlangsung
beberapa hari.
1997
Israel menarik pasukannya dari Hebron,
Tepi Barat
1998
Perjanjian Wye
River
Oktober 1998, Perjanjian Wye River
yang berisi penarikan Israel dan
dilepaskannya tahanan politik dan
kesediaan Palestina untuk menerapkan
butir-butir perjanjian Oslo, termasuk
soal penjualan senjata ilegal.
2000 KTT Camp David
2002
Israel membangun tembok pertahanan
di tepi Barat diiringi rangkaian serangan
bunuh diri Palestina
2004
Mahkamah Internasional menetapkan
pembangunan batas pertahanan
menyalahi hukum internasional dan
Israel harus merobohkannya
2005
Mahmud Abbas
terpilih menjadi
Presiden
9 Januari 2005, Mahmud Abbas dari al
Fatah terpilih sebagai Presiden Otoritas
Palestina menggantikan Yaser Arafat
yang wafat pada 11 November 2004
Juni 2005, pertemuan Mahmud Abbas
15. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 15
dan Ariel Sharon di Yerusalem.
Mahmud Abbas mengulur Jadwal
Pemili karena mengkhawatirkan
kemenangan diraih pihak Hammas
Agustus 2005, Israel hengkang dari
pemukiman Gaza dan empat wilayah
pemukiman di Tepi Barat
2006
Hamas
memenangkan
Pemilu
Januari 2006, Hammas memenangkan
kursi Dewan Legislatif, menyudahi
dominasi fatah selama 40 tahun
2008
Januari-Juli, ketegangan meningkat di
Gaza. Israel memutus suplai listrik dan
gas, Hamas dituding tidak mampu
mengendalikan kekerasan
November 2008, Hamas batal ikut serta
dalam pertemuan univikasi Palestina
yang dilaksanakan di Kairo, Mesir.
Serangan roket kecil berjatuhan di
wilayah Israel.
26 Desember 2008, Agresi Israel ke
Jalur Gaza. Israel melancarkan Operasi
Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan
dengan serangan udara ke pusat-pusat
operasi Hamas.
(Disadur dari beberapa sumber)
16. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 16
Korban sipil yang tewas akibat konflik Israel Palestina,
data berasal dari B'tselem dan Kementerian Luar Negeri
Israel antara tahun 1987 hingga 2010
(angka dalam tanda kurung merupakan korban yang
berusia di bawah 18 tahun)
Tahun
Kematian
Palestina Israel
2011 118 (13) 11 (5)
2010 81 (9) 8 (0)
2009 1034 (314) 9 (1)
2008 887 (128) 35 (4)
2007 385 (52) 13 (0)
2006 665 (140) 23 (1)
2005 190 (49) 51 (6)
2004 832 (181) 108 (8)
2003 588 (119) 185 (21)
2002 1032 (160) 419 (47)
2001 469 (80) 192 (36)
2000 282 (86) 41 (0)
1999 9 (0) 4 (0)
1998 28 (3) 12 (0)
1997 21 (5) 29 (3)
1996 74 (11) 75 (8)
1995 45 (5) 46 (0)
1994 152 (24) 74 (2)
1993 180 (41) 61 (0)
1992 138 (23) 34 (1)
1991 104 (27) 19 (0)
1990 145 (25) 22 (0)
1989 305 (83) 31 (1)
1988 310 (50) 12 (3)
1987 22 (5) 0 (0)
Total 7978 (1620) 15032)
17. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 17
E. Harapan Masa Depan Palestina ... Era Obama?
Apakah masa depan Palestin era pemerintahan Barrack Hosein Obama
sebagaiPresiden Amerika Syarikat ke 44 ini? Jika ditinjau kembali, ramai yang memuji beliau
melantik George Mitchell untuk menjadi utusan khas (special envoy) dalam usaha
mewujudkan keamanan di Timur Tengah terutama dalam hal mendamaikan antara Arab-
Israel. Chomsky di dalam tulisannya kelihatan berhati-hati dalam menerima Mitchell sebagai
utusan khas. Chomsky turut melihat bahawa beberapa tindakan Obama seolah mahu
meneruskan legasi yang ditinggalkan GW Bush.
Obama dilihat bersetuju dengan usaha yang telah dilakukan Condolezza
Ricesebelumnya yang telah bersetuju dengan Menteri Luar Israel Tzipi Livni untuk menutup
pintu sempadan Mesir-Gaza untuk membendung penyeludupan senjata.Dalam masa yang
sama, tidak pula kelihatan suatu polisi yang keras dikenakan ke atas Israel. Oleh yang
demikian, ramai menyimpulkan bahawa pergerakan Obama ini masih dibayangi oleh sikap
lama US terhadap umat dan negara Islam.
Tidak dinafikan di sana ada beberapa aspek kemajuan yang dicapai dalam
hubungan dengan Timur Tengah ketika pemerintahannya baru kira-kira 15 bulan. Pada 4 Jun
2009, ketika berucap di Universiti Kaherah, Cairo, Obama
memberikan satu ucapan yang dilihat memberi sedikit kredit kepada masyarakat
Islam. Beliau sendiri mengiktiraf bagaimana sumbangan yang diberikan Islam
dalam membangun tamadun Eropah sehingga menjadi satu kuasa dunia.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai di Eropah banyak berpunca dari kemajuan yang
telah dicapai ketika tamadun Islam berada di zaman kemuncak.
Ada 3 perkara yang berkait secara lansung dengan Timur Tengah disebut oleh
beliau:
I. the United States does not accept the legitimacy of continued
Israelisettlements (US tidak menerima legitimasi kependudukan Israel
yangberterusan.
II. that the Palestinians should have a state of their own (rakyat Palestinperlu
mempunyai sebuah negara mereka tersendiri)
III. Road Map – menjalankan usaha damai seperti yang telah dirintis olehbekas
Presiden US, Bush.
Perkara ini disebut bagi membantu rakyat Palestin untuk diiktiraf dan
mendapatkan sebuah negara. Dari aspek lain, Obama juga dilihat bijak mengambil hati umat
Islam ketika mengatur ucapannya dengan menyebut bahawa
“it is
undeniable that the Palestinian people—Muslims and Christians—have suffered
in pursuit of a homeland.”
Walaubagaimanapun, Obama masih tidak boleh untukbertindak bebas begitu sahaja kerana
beliau harus mengambil hati golongan Yahudi terutama Yahudi di negara beliau. Ini kerana
18. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 18
ramai dikalangan Yahudi di sana yang memegang jawatan-jawatan strategik negara termasuk
dalam hal ehwal polisi. Ini bermaksud, beliau juga dalam keadaan tersepit. Masih belum ada
apaapa
kepastian samada negara Palestin itu akan betul-betul wujud atau ianya hanya
pengulangan retorik jaminan mulut pemimpin-pemimpin besar dunia.
Golongan Palestin, walaupun ada yang ingin menerima jalan penyelesaiandengan
mewujudkan 2 negara, tetapi penulis menjangkakan ramai juga yang menentang. Ini kerana
untuk menerima solusi 2 negara ini, pihak Palestin perlu untuk mengiktiraf kewujudan Israel
tersebut. Bagaimana untuk mereka mengiktiraf sebuah negara yang didirikan di atas tanah
milik mereka sebelumnya? Ini satu persoalan menarik yang jika dirungkai, akan menemukan
pelbagai jawapan dan analisis. Apakah kita mahu negara Palestin itu diwujudkan dahulu atau
mereka mahukan sebuah negara yang solid tanpa Israel? Iran nampaknya sedikit mengendur
pendirian mereka apabila menyatakan bahawa mereka akan menyokong sekiranya Palestin
menerima solusi 2 negara, walaupun terpaksa menerima kewujudan negara Israel.
Walau apapun, kita dapati bahawa perbincangan untuk mewujudkan keamanandi
Palestin sering menemui jalan buntu. Setiap selepas satu-satu perjanjian damai
ditandatangani, ada sahaja peristiwa yang berlaku sehingga menjejaskan proses mencari
damai. Dalam hal ini, saya suka melihat kepada kenyataan Gelvin, di
mana beliau menyatakan:
“There was a third reason why the land-for-peace was difficult
to implement: Israeli attitudes toward the conquered territories.
Some of the territories were relatively easy for Israel to part
with. Some, more difficult. And the Israelis refused to put one
piece of real estate – the portion of Jerusalem the annexed – on
the table at all.”
Jelas bahawa usaha mencari damai di Palestin ini masih jauh dan berliku. Iatidak
terjamin walaupun Obama telah mengeluarkan satu kenyataan jelas
menyokong proses damai serta ingin mewujudkan negara untuk rakyat Palestin.
Harus diingat, pihak pelobi Zionis tidak akan berdiam diri dan tidak akan
semudah itu memberikan laluan kepada mengiktiraf negara Palestin.
19. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 19
G. Langkah Langkah Untuk Membebaskan
Palestin
Beberapa langkah boleh dikenal pasti ke arah pembebasan Palestin secara
total.Penulis berhasrat mengemukakan beberapa langkah awal yang dirasakan sesuai untuk
difikir dan dicerna, juga sebagai bahan untuk perbincangan lanjut.
1. Rakyat mesti disedarkan tentang kepentingan Palestin dan BaitulMaqdis dalam
Islam
Umat Islam mesti sedar bahawa Baitul Maqdis dan bumi Palestin ini sungguhbermakna
dan mempunyai kaitan yang panjang dalam Islam. Baitul Maqdis merupakan tempat
berlakunya Israk dan Mikraj, di mana Nabi Muhammad s.a.w telah menjadi tetamu Allah
s.w.t dan Baitul Maqdis menjadi tanah perantara di dalam peristiwa ini. Firman-Nya:
Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari
dari al-Masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsa yang diberkati
persekitarannya, untuk ditujukkan tanda-tanda kebesaran-Nya, Dia Maha
Mendengar dan Maha Melihat (al-Isra’ 15: 1).
Sebenarnya bagi Allah, Dia boleh menjemput Nabi s.a.w terus dari Mekah tanpaperlu
ke Baitul Maqdis. Tetapi hakikat perjalanan itu dan persinggahan Nabi s.a.w di Baitul Maqdis
telah memberikan impak yang besar justeru membuktikan bahawa ia merupakan suatu rantau
yang sangat penting dalam Islam. Al-Qaradawi menyebutkan bahawa Allah s.w.t menjadikan
Baitul Maqdis sebagai persinggahan terakhir Nabi s.a.w di bumi sebelum baginda menjalani
fasa Kedua, Mikraj. Malah, perjalanan pulang turut melalui Baitul Maqdis. Di Baitul Maqdis
juga menjadi tempat pengiktirafan Nabi s.a.w sebagai ’rahmatan li al-
’alamin’ di mana baginda telah menjadi imam solat kepada seluruh para anbiya‟
yang membuktikan bahawa naginda merupakan Nabi yang terakhir dan ajarannya
merangkum apa yang telah dibawa oleh nabi-nabi terdahulu.
Baitul Maqdis juga merupakan Qiblat pertama umat Islam, di mana Nabi
Muhammad s.a.w dan para sahabat baginda mengadap wajah ketika solat. Mereka mengadap
Baitul Maqdis di dalam solat ini selama kira-kira 16 hingga 17 bulan selepas dari peristiwa
Israk dan Mikraj.30 Ini turut membuktikan bahawa orang Islam tidak boleh memandang
remeh soal Baitul Maqdis dan Palestin ini, kerana ia bukan isu masyarakat Arab semata-mata,
tetapi ia merupakan isu seluruh umat Islam sedunia. Lihatlah betapa Baitul Maqdis itu begitu
mulia sehingga menjadi Qiblat yang pertama di dalam Islam; apakah wajar kita
membiarkannya sebagai masalah orang Arab sahaja? Qiblat umat Islam itu dipunyai oleh
seluruh umat Islam, kita turut sama memilikinya, berkongsinya dan merasainya sebagai
kepunyaan bersama. Lalu menurut al-Kaylani, Allah s.w.t ketika membenarkan Nabi
Muhammad s.a.w bertukar Qiblat ke Mekah, sebenarnya menunjukkan adanya hubungan erat
antara Mekah dan Baitul Maqdis.31 Hubungan saling kait-mengait antara kedua tempat ini
secara spritual, yang mana hubungan itu telah diperteguh secara fizikal oleh Nabi s.a.w
sebelumnya ketika peristiwa Israk dan Mikraj itu.
20. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 20
Dari segi sejarah pula, sudah terbukti bahawa apabila Palestin di bawah
pemerintahan Islam, maka rantau tersebut kembali aman. Ini berlaku ketika zaman Saidina
Umar al-Khattab, dan juga ketika Salahuddin al-Ayyubi berjaya menawan
kota Baitul Maqdis. Oleh yang demikian, tidak hairanlah apabila sarjana barat
Karen Armstrong menyatakan bahawa:
“Umar was faithful to the Islamic
inclusive vision. Unlike the Jews and Christians, Muslims did not attempt to
exclude others from Jerusalem’s holiness”
Malah yang lebih menarik ialah Baitul Maqdis ketika itu terus didiami oleh
masyarakat pelbagai agama dan Kristian merupakan penduduk majoriti.33 Ini jelas
membuktikan bahawa sikapIslam terhadap agama lain, dan sikap toleransi pemimpin yang
berpegang kepada Islam, lantas diberikan jaminan keselamatan kepada mereka dalam satu
dokumen yang dikenali sebagai “al-’Uhda al-’Umariyyah”, iaitu jaminan Umar terhadap
keselamatan penduduk Aelia (Baitul Maqdis) pada waktu itu. Oleh itu, kesedaran terhadap
Palestin harus dipupuk dikalangan masyarakat agar mereka dapat merasai pemilikan tanah
bersejarah itu merupakan hak milik umat Islam sejagat.
2. Israel Mesti di Desak Patuhi Resolusi PBB
Telah sekian banyak resolusi yang dikeluarkan oleh PBB (United Nations) danMajlis
Keselamatan (Security Council) terhadap Israel, tetapi betapa angkuhnya Israel, mereka tidak
mahu tunduk dan tidak mahu mengikut apa yang diputuskan diperingkat antarabangsa.
Walaupun ada beberapa resolusi PBB itu merujuk kepada penubuhan dua negara Israel –
Palestin, tetapi pematuhan Israel ke atas resolusi PBB itu mesti dijadikan syarat supaya
mereka benar-benar boleh menjalankan apa yang diputuskan diperingkat antarabangsa.
Sebagai contoh, Israel tidak mematuhi kehendak Resolusi PBB 487 (1981)
yangberbunyi: Calls upon Israel to place its nuclear facilities under the safeguard ofthe UN’s
International Atomic Energy Agency. Begitu juga dengan Resolusi PBB 1402 (2002) yang
menyatakan: Calls for Israel to withdraw from Palestiniancities. Mereka terus menunjukkan
keangkuhan tidak mahu tunduk kepada apa yang telah diputuskan diperingkat antarabangsa.
Selagi mereka tidak mahu patuh, selagi itulah umat Islam akan terus berjuang menentang
kezaliman mereka dan seterusnya berjuang mengembalikan keamanan seperti yang telah
dikecapi sebelum in idi bawah pemerintahan Islam. Inilah yang dilakukan oleh Hamas,
Hizbullah dan lain-lain kumpulan sekarang ini bagi memperjuangkan nasib umat Islam di
Palestin tersebut.
3. Tidak perlu bergantung kepada Amerika dan Sekutu
Kuasa besar yang menguasai dunia pada hari ini, Amerika dan sekutunya
berbuat apa sahaja dalam memerangi umat Islam. Mereka mencanangkan perang ke atas
pengganas (war on terrorism) yang akhirnya matlamat utama mereka adalah untuk
melumpuhkan Islam. Mengapa mereka tidak melancarkan ’war onterrorism‟ terhadap
golongan pengganas di Northern Ireland? Mengapa hanya negara dan umat Islam yang
dicari? Apakah dosa umat Islam menentang Yahudi itu menyebabkan puak Kristian turut
marah?
21. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 21
Walaupun digambarkan di atas bahawa Obama sudah mula berlembut denganIslam, ia
bukanlah suatu kepastian yang nyata untuk disimpulkan bahawa polisi luar negara tersebut
telah berubah. Penulis lebih selesa jika umat Islam mencari jalan sendiri, bersatu di bawah
panji-panji Islam demi untuk membela umat Islam di mana jua mereka berada. Sempadan
geografi moden tidak dapat memutuskan silaturrahim, hubungan keagamaan di antara sesama
Muslim. Sebahagian di antara masyarakat Islam turut tidak mahu terlalu obsess dengan corak
baru Presiden Amerika ini. Mereka turut mempunyai kebimbangan serta ingin berhati-hati
dalam mengatur langkah dengan pihak non-Muslim. Barangkalijawapan terbaik mengapa
mereka bersikap begitu boleh didapati dengan merujukkepada nas al-Quran. Jelas, Allah s.w.t
berfirman:
Tidak akan sekali-kali orang Yahudi dan Nasrani akan reda ke atas kamu
sehinggalah kamu mengikut ajaran mereka (al-Baqarah 2: 120).
Seperti yang diketahui, Islam merangkumi segenap aspek kehidupan
manusia,termasuklah siyasah. Mengapa bukan Islam perlu takut sekiranya umat Islam
berpegang teguh pada ajaran agama? Sebenarnya mereka tidak perlu takut, tetapi itulah
hakikatnya. Dalam hal ini, Lord Cromer, bekas Gabenor Mesir dan Sudan pernah
mengatakan bahawa England is prepared to give independence to all hercolonioes, when
there exist a generation of intelectuals who have been inbuedwith Western values, ready to
take over the administration, but we will not allowthe setting up of an Islamic state even for a
second.Ini jelas menunjukkan bahawa kuasa besar barat tidak mahu sesebuah Negara itu
kembali kepada corak pemerintahan Islam, kerana mereka bimbang ia akan menghancurkan
barat itu sendiri. Lantas, pergolakan antara Israel – Palestin turut terkesan kerana kuasa barat
ini mahu mengungguli kawasan Timur Tengah yang kaya dengan hasil petroleum itu.
Sepanjang penglibatan Amerika ke atas isu ini, pergolakan tidak pernah terhenti, malah
bertambah teruk. Minda mereka sama dengan apa yang diungkapkan oleh Lord Cromer
tersebut. Tambah memedihkan, Amerika turut menggunakan veto untuk membenarkan Israel
terus membina nuklear, yang jelas bercanggah dengan resolusi PBB 242, yang mahukan
kawasan Timur Tengah bebas dari nuklear. Sikap double-standard yang ditunjukkan ini tidak
akan membawa kepada kedamaian yang dicari. Oleh yang demikian, adalah wajar untuk
menyelesaikan konflik yang berlaku tanpa penglibatan pihak yang mempunyai banyak
kepentingan peribadi, melainkan sekiranya mereka betul-betul
ikhlas mahu mewujudkan keadilan dan keamanan sejagat.
4. Bebaskan Penganut Agama Yahudi Daripada fahaman Zionis
Sebahagian sarjana melihat bahawa matlamat utama daripada penubuhan
kumpulan Zionis adalah untuk mendirikan kerajaan Israel Raya. Sebenarnya
umum mengetahui bahawa pendokong utama Zionis terdiri daripada mereka yang
berfahaman Nasionalis Sekular. Oleh sebab itu, sebahagian Yahudi menyatakan fahaman
zionis terutama untuk menubuhkan negara itu tiada kena mengena dengan agama mereka.
Oleh sebab itu, ada dikalangan Rabbi Yahudi membantah kewujudan negara Israel itu sendiri.
Namun, pihak sekularis Yahudi pula berbeza pandangan. Bagi golongan sekularis Yahudi,
disebabkan mereka tidak mempunyai sebuah negara yang merdeka, perasaan rendah diri dan
rasa diri mereka dihina menyebabkan mereka mengimpikan sebuah negara mereka sendiri.
Mereka jugaditindas di negara-negara barat. Sehinggalah mereka ini dibunuh oleh pemimpin
German pada ketika itu, iaitu Ardolf Hitler.
22. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 22
Akibat daripada itu segelintir para pemimpin mereka telah memilih bumi
Palestin sebagai tempat untuk menubuhkan sebuah negara sekular Yahudi.
Fahaman ini telah mendominasikan seluruh bangsa Yahudi sehinggakan Zionisme telah
mewarnai kehidupan beragama mereka. Fahaman ini telah membawa kepada perubahan yang
besar di dalam pemikiran bangsa Yahudi sehinggakan mereka menggunakan kaedah
„matlamat menghalalkan cara‟ atau ‘the ends justify themeans’. Mereka membunuh rakyat
Palestin, menghalau serta merampas harta dan menjadikannya milik Yahudi dengan
menggunakan kekerasan melampau tersebut. Fahaman sekular ini mesti dikikis dari
pemahaman kaum Yahudi. Masyarakat perlu diwar-warkan mengenai idea sonsang dan
agenda zionis ini yang telah menyebabkan banyak huru-hara berlaku di zaman dunia moden
kini. Seorang Rabbi bernama Israel David Wyce memberi amaran dengan jelas bahawa
kewujudan negara Israel bercanggah dengan inspirasi Yahudi dan ianya jelas
―against God, against Torah, and against the Jewish religion.
5. Pemerkasaan Badan-badan Setempat dan Internasional
Di rantau Nusantara ini ada terdapat sejumlah pertubuhan yang bekerja
meningkatkan kesedaran masyarakat terhadap isu Palestin. Ada pertubuhan yang bersifat
politik juga turut membincangkan soal Palestin, dan ada pertubuhan yang bersifat badan
bukan kerajaan. Oleh kerana isu Palestin ini merupakan isu umat sejagat, maka wajarlah bagi
kita untuk memperkasa jaringan yang ada bagi menggarap isu-isu pembebasan Masjid al-
Aqsa dan keseluruhan bumi Palestin itu. Tidak boleh tidak, kekuatan gagasan hubungan
serantau perlu dioptimakan atas memperkasa sesama ummat. Namun, kita harus berhati-hati
serta perlu membersihkan diri daripada dijadikan alat untuk sesuatu agenda politik
pihakpihak tertentu yang bakal merugikan idealisme perjuangan Islam. Umpamanya menjadi
agen kepada zionis ataupun proses damai tajaan Amerika yang tidak ke mana-mana itu.
Oleh yang demikian, sikap berhati-hati terhadap pihak-pihak berkepentingan politik
pasti memungkinkan mereka tidak dapat bertindak lebih kritikal. Lantaran,kita akan lebih
telus dan bebas dalam membuat penilaian terhadap sesuatu gagasan dan dalam bertindak.
Begitu juga, dalam melihat soal pemerkasaan ini, kita seharusnya membebaskan diri daripada
kemelut fanatik kepuakan yang melanda umat Islam. Dalam soal ini badan-badan yang ada
perlu melihat setiap perkara menggunakan pendekatan bird eyes – melihat kepada matlamat
yang lebih besar serta menilai elemen negatif dan positif setiap pehak yang terbabit.Cukuplah
rasanya dengan pengalaman sejarah yang menyaksikan umat Islam bergaduh sesama sendiri
sehingga melupakan isu utama agenda pembangunan ummah dan lupa terhadap musuh umat
Islam yang sebenar. Sudah tentu jika pemerkasaan badan-badan tempatan dan internasional
ini berterusan dan digembleng dengan baik, ia akan menambah kekuatan umat Islam dalam
menangani isu-isu global yang menyentuh hati dan perasaan umat Islam seluruh dunia.
BAB III
23. KONFLIK ISRAEL – PALESTINA 23
PENUTUP
A. Penutup
Menyantuni konflik Palestin ini bukanlah suatu perkara yang mudah,
menanganinya bukan perkara yang boleh berlaku tanpa berusaha. Ia menuntut
seluruh tenaga untuk memugar kesedaran ummah dalam memastikan penindasan
yang berlaku ke atas umat Islam ini tidak berterusan selamanya. Usaha-usaha
kesedaran, walau sekecil manapun usaha itu, sungguh akan membuahkan sesuatu
yang pasti akan menggegar bumi yang dijajah Israel itu. Umat Islam dengan
kekuatan akidahnya, tidak akan membiarkan rakan-rakan mereka terus dirundung
nasib malang. Ayuh bergerak ke arah melahirkan masyarakat prihatin dan
kumpulan pressure group bagi membangkitkan hal penindasan umat Islam
Palestin ini di peringkat antarabangsa dan seterusnya menekan Israel agar mereka
mematuhi keputusan-keputasan rasmi badan-badan berpengaruh seperti PBB dan
juga Majlis Keselamatan PBB. Karen Armstrong (1997b: 246) menyatakan bahawa di bawah
pemerintahan Islam bermulanya era masyarakat boleh hidup
dalam keadaan berbilang agama. Beliau menegaskan: ―The Muslims had
established a system that enabled Jews, Christians and Muslims to live in Jerusalem together
for the first time.”