Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi. Pembahasan dimulai dari pengertian evaluasi kinerja, tujuan evaluasi kinerja, dan pengukuran kinerja SDM menggunakan human resources scorecard. Selanjutnya membahas tentang motivasi, kepuasan kerja, pengelolaan kecerdasan emosional, peningkatan kapabilitas, dan konsep audit kinerja.
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi. Pembahasan dimulai dari pengertian evaluasi kinerja, tujuan evaluasi kinerja, dan pengukuran kinerja SDM menggunakan human resources scorecard. Selanjutnya membahas tentang motivasi, kepuasan kerja, pengelolaan kecerdasan emosional, peningkatan kapabilitas, dan konsep audit kinerja.
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi dengan 3 poin utama:
1. Mengdefinisikan evaluasi kinerja sebagai penilaian sistematis untuk mengetahui kinerja karyawan dan organisasi.
2. Mendiskusikan tujuan evaluasi kinerja untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM.
3. Menjelaskan konsep HR Scorecard sebagai pengukuran kinerja SDM yang menghubungkan individu
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi, termasuk pengertian evaluasi kinerja, tujuan evaluasi kinerja, aspek-aspek yang dinilai, dan hubungan antara evaluasi kinerja dengan kompensasi."
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi dengan rumusan masalah sebagai berikut: penilaian prestasi kerja, konsep dasar kompensasi, langkah-langkah merumuskan kebijakan dan sistem kompensasi, survey benchmarking kompensasi, kompensasi finansial langsung, dan tujuan non finansial.
Makalah ini membahas mengenai evaluasi kinerja dan kompensasi SDM yang meliputi pengertian evaluasi kinerja beserta tujuannya, HR Scorecard untuk pengukuran kinerja SDM, motivasi dan kepuasan kerja, pengelolaan potensi kecerdasan dan emosi SDM, pembangunan kapabilitas dan kompensasi SDM, serta konsep dan pelaksanaan audit kinerja.
BAB II membahas pengertian evaluasi kinerja dan tujuannya, serta langkah-langkah pengembangan sistem evaluasi kinerja. BAB III menjelaskan konsep HR scorecard sebagai pendekatan untuk mengukur kinerja sumber daya manusia dalam mendukung pencapaian kinerja organisasi.
Makalah UAS Evaluasi kinerja dan kompensasi atas :
Nama : Mahsusi Lidyawati
Kelas : 7 i - MSDM
NIM : 111506767
MK : Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Dosen : Ade Fauji
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi. Evaluasi kinerja bertujuan untuk menilai kinerja karyawan berdasarkan target yang ditetapkan dan memberikan umpan balik untuk perbaikan. Faktor penilaian kinerja meliputi disiplin, kualitas, dan kuantitas pekerjaan. Evaluasi kinerja berguna untuk memberikan kompensasi yang sesuai dan meningkatkan motivasi karyawan.
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi pegawai. Pertama, dijelaskan pengertian evaluasi kinerja sebagai penilaian sistematis terhadap kinerja pegawai untuk mengetahui pencapaian tugas dan tanggung jawab serta kebutuhan pelatihan. Kedua, tujuan evaluasi kinerja adalah meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM. Ketiga, evaluasi kinerja digunakan untuk mengukur
Makalah ini membahas evaluasi kinerja dan kompensasi sumber daya manusia. Evaluasi kinerja digunakan untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan kinerja organisasi, sementara kompensasi mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan. Makalah ini juga membahas konsep HR Scorecard untuk mengukur kinerja sumber daya manusia.
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi sumber daya manusia. Evaluasi kinerja bertujuan untuk menilai kinerja pegawai berdasarkan aspek-aspek tertentu seperti kemampuan teknis, konseptual, dan interpersonal guna pengambilan keputusan sumber daya manusia ke depannya. Evaluasi kinerja juga digunakan untuk memberikan motivasi kepada pegawai."
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi. Pembahasan dimulai dari pengertian penilaian prestasi kerja, tujuan manajemen kompensasi, dan macam-macam kompensasi. Selanjutnya membahas manfaat benchmarking, faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi, serta pengertian tunjangan. Makalah ini bertujuan untuk memahami konsep-konsep terkait evaluasi kinerja dan kompensasi.
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi dengan 3 poin utama:
1. Mengdefinisikan evaluasi kinerja sebagai penilaian sistematis untuk mengetahui kinerja karyawan dan organisasi.
2. Mendiskusikan tujuan evaluasi kinerja untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM.
3. Menjelaskan konsep HR Scorecard sebagai pengukuran kinerja SDM yang menghubungkan individu
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi, termasuk pengertian evaluasi kinerja, tujuan evaluasi kinerja, aspek-aspek yang dinilai, dan hubungan antara evaluasi kinerja dengan kompensasi."
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi dengan rumusan masalah sebagai berikut: penilaian prestasi kerja, konsep dasar kompensasi, langkah-langkah merumuskan kebijakan dan sistem kompensasi, survey benchmarking kompensasi, kompensasi finansial langsung, dan tujuan non finansial.
Makalah ini membahas mengenai evaluasi kinerja dan kompensasi SDM yang meliputi pengertian evaluasi kinerja beserta tujuannya, HR Scorecard untuk pengukuran kinerja SDM, motivasi dan kepuasan kerja, pengelolaan potensi kecerdasan dan emosi SDM, pembangunan kapabilitas dan kompensasi SDM, serta konsep dan pelaksanaan audit kinerja.
BAB II membahas pengertian evaluasi kinerja dan tujuannya, serta langkah-langkah pengembangan sistem evaluasi kinerja. BAB III menjelaskan konsep HR scorecard sebagai pendekatan untuk mengukur kinerja sumber daya manusia dalam mendukung pencapaian kinerja organisasi.
Makalah UAS Evaluasi kinerja dan kompensasi atas :
Nama : Mahsusi Lidyawati
Kelas : 7 i - MSDM
NIM : 111506767
MK : Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Dosen : Ade Fauji
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi. Evaluasi kinerja bertujuan untuk menilai kinerja karyawan berdasarkan target yang ditetapkan dan memberikan umpan balik untuk perbaikan. Faktor penilaian kinerja meliputi disiplin, kualitas, dan kuantitas pekerjaan. Evaluasi kinerja berguna untuk memberikan kompensasi yang sesuai dan meningkatkan motivasi karyawan.
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi pegawai. Pertama, dijelaskan pengertian evaluasi kinerja sebagai penilaian sistematis terhadap kinerja pegawai untuk mengetahui pencapaian tugas dan tanggung jawab serta kebutuhan pelatihan. Kedua, tujuan evaluasi kinerja adalah meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM. Ketiga, evaluasi kinerja digunakan untuk mengukur
Makalah ini membahas evaluasi kinerja dan kompensasi sumber daya manusia. Evaluasi kinerja digunakan untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan kinerja organisasi, sementara kompensasi mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan. Makalah ini juga membahas konsep HR Scorecard untuk mengukur kinerja sumber daya manusia.
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi sumber daya manusia. Evaluasi kinerja bertujuan untuk menilai kinerja pegawai berdasarkan aspek-aspek tertentu seperti kemampuan teknis, konseptual, dan interpersonal guna pengambilan keputusan sumber daya manusia ke depannya. Evaluasi kinerja juga digunakan untuk memberikan motivasi kepada pegawai."
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi. Pembahasan dimulai dari pengertian penilaian prestasi kerja, tujuan manajemen kompensasi, dan macam-macam kompensasi. Selanjutnya membahas manfaat benchmarking, faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi, serta pengertian tunjangan. Makalah ini bertujuan untuk memahami konsep-konsep terkait evaluasi kinerja dan kompensasi.
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi, meliputi pengertian penilaian prestasi kerja, kegunaan penilaian prestasi kerja, metode penilaian prestasi kerja, konsep dasar kompensasi, langkah merumuskan kebijakan dan sistem kompensasi, survey benchmarking kompensasi, kompensasi finansial langsung, dan tunjangan non finansial."
Tugas makalah 1_(evaluasi_kinerja_dan_konpensasi)[1]anis kurniawan
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi SDM, mencakup aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi kinerja seperti kemampuan teknis, konseptual, dan interpersonal. Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja, memberikan umpan balik, serta menjadi dasar pengambilan keputusan seperti promosi dan kompensasi. Evaluasi kinerja juga bermanfaat untuk mengukur kinerja, menge
Tugas makalah 2 evaluasi kerja dan kompensasiiissuryati2
Penilaian prestasi kerja dan kompensasi merupakan hal penting dalam manajemen sumber daya manusia. Penilaian prestasi kerja digunakan untuk memberikan umpan balik kinerja dan menunjang pengambilan keputusan seperti promosi, kenaikan gaji, pelatihan, sedangkan tujuan kompensasi antara lain untuk memperoleh pegawai yang berkualitas dan mempertahankan pegawai yang ada.
Makalah ini membahas mengenai evaluasi kinerja dan kompensasi SDM yang meliputi pengertian, tujuan, dan fungsi evaluasi kinerja, pengukuran kinerja menggunakan HR scorecard, motivasi dan kepuasan kerja, pengelolaan potensi kecerdasan dan emosional SDM, pembangunan kapabilitas dan kompetensi SDM, serta konsep dan pelaksanaan audit kinerja."
Evaluasi kinerja dan kompensasi merupakan hal penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Evaluasi kinerja digunakan untuk menilai kinerja karyawan berdasarkan aspek-aspek tertentu seperti kemampuan teknis, konseptual, dan interpersonal. Tujuan evaluasi kinerja antara lain untuk meningkatkan kinerja, memberikan motivasi, dan menentukan kompensasi. Evaluasi kinerja bermanfaat untuk pengambilan keputusan se
Makalah uas evaluasi kinerja dan kompensasi(Mfirman11150748)MuhammadFirman30
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi dengan menjelaskan beberapa poin penting seperti pengertian penilaian prestasi kerja, metode-metode penilaian prestasi kerja, konsep dasar kompensasi, langkah-langkah merumuskan kebijakan dan sistem kompensasi, survey benchmarking kompensasi, kompensasi finansial dan non-finansial.
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi, meliputi pengertian penilaian prestasi kerja, kegunaan penilaian prestasi kerja, dan metode-metode penilaian prestasi kerja. Makalah ini juga membahas konsep dasar kompensasi, langkah-langkah membuat kebijakan kompensasi, survei benchmarking, serta jenis-jenis kompensasi seperti kompensasi finansial dan non-finansial.
Makalah ini membahas evaluasi kinerja dan kompensasi. Evaluasi kinerja bertujuan untuk menilai kinerja karyawan berdasarkan aspek-aspek tertentu seperti kemampuan teknis, konseptual, dan hubungan interpersonal. Hasil evaluasi kinerja digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan seperti kenaikan gaji dan pemberian insentif. Evaluasi kinerja juga bermanfaat untuk mengembangkan kompetensi kary
Tugas 2 Makalah Evaluasi Kinerja & KompensasiNicky Hikmat
Makalah ini membahas tentang evaluasi kinerja dan kompensasi, meliputi definisi evaluasi kinerja, aspek yang dinilai, tujuan evaluasi kinerja, kegunaan evaluasi kinerja, metode evaluasi kinerja, jenis penilaian kinerja, definisi kompensasi, tujuan kompensasi, jenis kompensasi, faktor penentu kompensasi, dan hubungan antara evaluasi kinerja dan kompensasi."
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
1. MAKALAH
EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
NAMA : RIZKI MAULUDIN
NIM : 11150733
KELAS : 7 (I) - MSDM
Dosen Mata Kuliah :
Bp. Ade Fauji, S.E.,M.M.
UNIVERSITAS BINA BANGSA BANTEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI MANAJEMEN
TAHUN 2018
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang "Evaluasi Kinerja Dan Kompensasi " ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas Evaluasi Kinerja Dan Kompensasi. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama pembuatan
makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.
Serang, 20 November 2018
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I...........................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
2.1 Identifikasi Masalah.......................................................................2
3.1 Rumusan Masalah .........................................................................3
4.1 Tujuan Makalah.............................................................................3
5.1 Tujuan Makalah.............................................................................3
BAB II ..........................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................4
PENGERTIAN , FUNGSI EVALUASI KINERJA SDM .............................................4
A. Tujuan dan Pengertian Evaluasi/Penilaian kinerja ............................4
B. Tujuan Penilaian/Evaluasi Kinerja................................................5
BAB III .........................................................................................................9
HR SCORE CARD (PENGUKURAN KINERJA SDM) .............................................9
A. Pengertian..............................................................................9
B. Manfaat HR Scorecard ..........................................................10
C. 7 Model LangkahDalam Merancang SuatuSystem
Pengukuran Human Resource Scorecard.......................................11
BAB IV.......................................................................................................15
MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA................................................................15
A. Pengetian.............................................................................15
B. Hubungan Motivasi dengan Kepuasan Kerja...........................18
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.................21
BAB V........................................................................................................25
MENGELOLA POTENSI KECERDASAN............................................................25
DAN EMOSIONAL SDM...............................................................................25
A. Pengertian............................................................................25
BAB VI.......................................................................................................28
4. iii
MEMBANGUN KAPABILITAS DAN KOMPETENSI SDM......................28
A. Kapabilitas............................................................................28
B. Kompetensi SDM.................................................................28
BAB VII ......................................................................................................30
KONSEP DANPELAKSANAAN AUDIT KINERJA .................................30
A. AUDIT KINERJA .....................................................................30
B. KONSEP AUDIT KINERJA ........................................................30
C. Prosedur Pelaksanaan...........................................................31
D. Perencanaan Audit Kinerja....................................................32
E. Prosedur PelaksanaanAudit Kinerja.......................................32
F. Pengukuran dan Pengujian Indikator Kinerja Kunci..................34
G. Review Operasional..............................................................35
H. Kertas KerjaAudit.................................................................35
I. Pelaporan Hasil Audit.............................................................36
J. Pemantauan Tindak Lanjut hasil Audit Kinerja .........................37
K. Pengendalian Mutu...............................................................37
BAB VIII .....................................................................................................38
PENUTUP...................................................................................................38
A. KESIMPULAN........................................................................38
Daftar pustaka ........................................................................................................
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya
manusia (dalam tulisan ini disebut juga dengan istilah pegawai) dalam
organisasi adalah evaluasi kinerja pegawai dan pemberian kompensasi.
Ketidak tepatan dalam melakukan evaluasi kinerja akan berdampak pada
pemberian kompensasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku
dan sikap karyawan, karyawan akan merasa tidak puas dengan kompensasi
yang didapat sehingga akan berdampak terbalik pada kinerja pegawai yang
menurun dan bahkan karyawan akan mencoba mencari pekerjaan lain yang
memberi kompensasi baik.
Hal ini cukup berbahaya bagi perusahaan apabila pesaing merekrut atau
membajak karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena dapat
membocorkan rahasia perusahaan atau organisasi.
Kompensasi dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk melamar
sebuah pekerjaan, tetap bersama perusahaan, atau bekerja lebih produktif.
Jika dikelola secara pantas, gaji dapat menyebabkan karyawan mengurangi
upaya mereka untuk mencari pekerjaan alternatif. kompensasi
mempengaruhi sikap dan perilaku kerja karyawan ini adalah alasan yang
mendorong untuk memastikan bahwa sistem gaji dirancang dan
dilaksanakan secara wajar dan adil. Evaluasi kinerja pada dasarnya
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kadar profesionalisme karyawan
serta seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya. Penilaian kinerja
dimaksudkan untuk menilai dan mencari jenis perlakuan yang tepat
sehingga karyawan dapat berkembang lebih cepat sesuai dengan harapan.
Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh
terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan.
Tidak sedikit di perusahaan-perusahaan swasta maupun negeri yang
melakukan evaluasi kinerja pegawai tidak tepat, tidak sesuai denga
6. 2
situasi dan kondisi yang ada, pada akhirnya akan berdampak pada
pemberian kompensasi. Oleh karena itu, banyak para karyawan yang
kinerjanya menurun dan pada akhirnya harus mengundurkan diri karena
kompensasi yang tidak sesuai. Dengan adanya kasus seperti inilah bagi
instansi pemerintahan, maupun perusahaan swasta, evaluasi kinerja sangat
berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, efisiensi perubahan, motivasi
para aparatur serta melakukan pengawasan dan perbaikan. Kinerja aparatur
yang optimal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan
menjaga kelangsungan hidup instansi ini. Setiap instansi tidak akan pernah
luput dari hal pemberian balas jasa atau kompensasi yang merupakan salah
satu masalah penting dalam menciptakan motivasi kerja aparatur, karena
untuk meningkatkan kinerja aparatur dibutuhkan pemenuhan kompensasi
untuk mendukung motivasi para aparatur. Dengan terbentuknya motivasi
yang kuat, maka akan dapat membuahkan hasil atau kinerja yang baik
sekaligus berkualitas dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
2.1 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas dapat di identifikasikan bahwa Ketidak
tepatan dalam melakukan evaluasi kinerja akan berdampak pada pemberian
kompensasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku dan sikap
karyawan, karyawan akan merasa tidak puas dengan kompensasi yang
didapat sehingga akan berdampak terbalik pada kinerja pegawai yang
menurun dan bahkan karyawan akan mencoba mencari pekerjaan lain yang
memberi kompensasi baik. Kompensasi dapat mempengaruhi keputusan
mereka untuk melamar sebuah pekerjaan, tetap bersama perusahaan, atau
bekerja lebih produktif. Jika dikelola secara pantas, gaji dapat menyebabkan
karyawan mengurangi upaya mereka untuk mencari pekerjaan alternatif.
7. 3
3.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, rumusan masalah
makalah adalah sebagai berikut:
1. Pengertian, Fungsi Evaluasi Kinerja SDM
2. HR Score Card (Pengukuran Kinerja SDM)
3. Motivasi Dan Kepuasan Kerja
4. Mengelola Potensi Kecerdasan Dan Emosional SDM
5. Membangun Kapabilitas Dan Kompetensi SDM
6. Konsep dan Pelaksanaan Audit Kinerja
4.1 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Pengertian, Fungsi Evaluasi Kinerja SDM
2. Untuk mengetahui HR Score Card (Pengukuran Kinerja SDM)
3. Untuk mengetahui Motivasi Dan Kepuasan Kerja
4. Untuk mengetahui Mengelola Potensi Kecerdasan Dan Emosional
SDM
5. Untuk mengetahui Membangun Kapabilitas Dan Kompetensi SDM
6. Untuk mengetahui Konsep dan Pelaksanaan Audit Kinerja.
5.1 Tujuan Makalah
Mahasiswa/i dapat menambah pengetahuan tentang Evaluasi Kinerja Dan
Kompensasi.
8. 4
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN , FUNGSI EVALUASI KINERJA SDM
A. Tujuan dan Pengertian Evaluasi/Penilaian kinerja
GT. Milkovich dan Bourdreau mengungkapkan bahwa
evaluasi/penilaian kinerja adalah suatu proses yang dilakukan dalam rangka
menilai kinerja pegawai, sedangkan kinerja pegawai diartikan sebagai suatu
tingkatan dimana karyawan memenuhi/mencapai persyaratan kerja yang
ditentukan.
Definisi yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Payaman
Simanjuntak (2005:105) yang menyatakan evaluasi kinerja adalah penilaian
pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau
unit kerja organisasi atau perusahaan. Dengan demikian, evaluasi kinerja
dapat dikatakan sebagai suatu sistem dan cara penilaian pencapaian hasil
kerja individu pegawai, unit kerja maupun organisasi secara keseluruhan.
Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang dikemukakan
Leon C. Menggison (1981:310) dalam Mangkunegara (2000:69) adalah
sebagai berikut: ”penilaian prestasi kerja (Performance Appraisal) adalah
suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukkan apakah seorang
karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggng
jawabnya”. Selanjutnya Andrew E. Sikula (1981:2005) yang dikutip oleh
Mangkunegara (2000:69) mengemukakan bahwa ”penilaian pegawai
merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi
yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau
penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang ataupun
sesuatu (barang)”. Selanjutnya Menurut Siswanto (2001:35) penilaian
kinerja adalah: ” suatu kegiatan yang dilakukan oleh Manajemen/penyelia
penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan
kinerja atas kinerja dengan uraian / deskripsi
9. 5
pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun.”
Anderson dan Clancy (1991) sendiri mendefinisikan pengukuran kinerja
sebagai: “Feedback from the accountant to management that provides
information about how well the actions represent theplans; it also identifies
where managers may need to make corrections or adjustments in future
planning andcontrolling activities” sedangkan Anthony, Banker, Kaplan,
dan Young (1997) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai: “the activity
of measuring the performance of an activity or the value chain”. Dari kedua
definisi terakhir Mangkunegara (2005:47) menyimpulkan bahwa
pengukuran atau penilaian kinerja adalah tindakan pengukuran yang
dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada
peruisahaan. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai umpan balik
yang memberikan informasi tentang prestasi, pelaksanaan suatu rencana dan
apa yang diperlukan perusahaan dalam penyesuaian-penyesuaian dan
pengendalian.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk
mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.Disamping itu,
juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan
tanggung jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat
melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai
dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau
penentuan imbalan.
B. Tujuan Penilaian/Evaluasi Kinerja
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan
kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Secara
lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Sunyoto
(1999:1) yang dikutip oleh Mangkunegara (2005:10) adalah:
10. 6
1. Meningkatkan Saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan
kinerja.
2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka
termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya
berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.
3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan
aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau pekerjaan
yang di embannya sekarang.
4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga
karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui
rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
Kegiatan penilaian kinerja sendiri dimaksudkan untuk mengukur kinerja
masing-masing tenaga kerja dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas
kerja, sehingga dapat diambil tindakan yang efektif semisal pembinaan
berkelanjutan maupun tindakan koreksi atau perbaikan atas pekerjaan yang
dirasa kurang sesuai dengan deskripsi pekerjaan. Penilaian kinerja terhadap
tenaga kerja biasanya dilakukan oleh pihak manajemen atau pegawai yang
berwenang untuk memberikan penilaian terhadap tenaga kerja yang
bersangkutan dan biasanya merupakan atasan langsung secara hierarkis atau
juga bisa dari pihak lain yang diberikan wewenang atau ditunjuk langsung untuk
memberikan penilaian. Hasil penilaian kinerja tersebut disampaikan kepada
pihak manajemen tenaga kerja untuk mendapatkan kajian dalam rangka
keperluan selanjutnya, baik yang berhubungan dengan pribadi tenaga kerja
yang bersangkutan maupun yang berhubungan dengan perusahaan.
Dalam melakukan penilaian kinerja terhadap seorang tenaga kerja,
pihak yang berwenang dalam memberikan penilaian seringkali menghadapi dua
alternatif pilihan yang harus diambil: pertama, dengan cara memberikan
penilaian kinerja berdasarkan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan
11. 7
sebelumnya; kedua, dengan cara menilai kinerja berdasarkan harapan-harapan
pribadinya mengenai pekerjaan tersebut. Kedua alternatif diatas seringkali
membingungkan pihak yang berwenang dalam memberikan penilaian karena
besarnya kesenjangan yang ada diantara kedua alternatif tersebut sehingga besar
kemungkinan hanya satu pilihan alternatif yang bisa dipergunakan oleh pihak
yang berwenang dalam melakukan penilaian
Penentuan pilihan yang sederhana adalah menilai kinerja yang
dihasilkan tenaga kerja berdasarkan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan
pada saat melaksanakan kegiatan analisis pekerjaan. Meskipun kenyataannya,
cara ini jarang diperoleh kepastian antara pekerjaan yang telah dilaksanakan
oleh seorang tenaga kerja dengan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan.
Karena seringkali deskripsi pekerjaan yang etrtulis dalam perusahaan kurang
mencerminkan karakteristik seluruh persoalan yang ada.
Kebiasaan yang sering dialami tenaga kerja adalah meskipun penilaian
kinerja telah selesai dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam melakukan
penilaian, tenaga kerja yang bersangkutan tetap kurang mengetahui seberapa
jauh mereka telah memenuhi apa yang mereka harapkan. Seluruh proses
tersebut (penilaian kinerja) analisis dan perencanaan diliputi oleh kondisi yang
tidak realistis semisal permaian, improvisasi, dan sebagainya. Jalan yang lebih
berat bagi pihak yang berwenang dalam melakukan penilaian adalah
menentukan hal-hal yang sebenarnya diharapkan tenaga kerja dalam pekerjaan
saat itu.
Cara menghindarkan hal tersebut biasa dilakukan manajemen adalah
dengan cara menanyakan pada masing-masing tenaga kerja untuk merumuskan
pekerjaanya. Meskipun cara ini sebenarnya agak bertentangan dengan literatur
ketenaga kerjaan yang ada. Dengan alasan para tenaga kerja cenderung
merumuskan pekerjaan mereka dalam arti apa yang telah mereka kerjakan,
bukannya apa yang diperlukan oleh perusahaan. Hal ini bukan berarti tenaga
kerja tidak memiliki hak suara dalam merumuskan deskripsi pekerjaan
mereka.Mereka juga membantu merumuskan pekerjaan secara konstruktif,
karena kesalahan bukan karena tenaga kerja tidak diminta untuk membantu
13. 9
BAB III
HR SCORE CARD (PENGUKURAN KINERJA SDM)
A. Pengertian
Human Resource Scorecard, sebuah bentuk pengukuran Human
Resources yang mencoba memperjelas peran sumber daya manusia sebagai
sesuatu yang selama ini dianggap intangible untuk diukur perannya
terhadap pencapaian misi, visi dan strategi perusahaan.“What Gets
Measured, Get Managed, Gets Done”, itulah dasar pemikiran dari konsep
HR Scorecard.
Becker, Huselid dan Ulrich (2001) telah mengembangkan suatu
sistem pengukuran yang dinamakan Human Resource (HR) Scorecard.
Pengukuran ini merupakan pengembangan dari konsep Balanced Scorecard,
dimana pengukuran Human Resource Scorecard lebih menfokuskan pada
kegiatan SDM atau menilai kontribusi strategic yang terdiri dari 3 (tiga)
dimensi rantai nilai yang diwakili oleh Fungsi SDM, Sistem SDM, dan
perilaku karyawan yang strategik.
Karakteristik manusia pada dasarnya sulit dipahami, sulit dikelola,
apalagi diukur. Padahal kita tahu, sumber daya manusia adalah asset
terpenting yang sangat powerful dan penuh misteri dari sebuah perusahaan.
Oleh karena itu. HR Scorecard mencoba mengukur sumber daya manusia
dengan mengkaitkan antara orang-strategi-kinerja untuk menghasilkan
perusahaan terbaik, dan juga menjabarkan misi, visi dan strategi, menjadi
aksi HR yang dapat diukur kontribusinya. Keduanya menggambarkan
hubungan sebab (leading/intangible) dan akibat (lagging/tangible), yang
kuncinya adalah disatu sisi ingin menggambarkan manusia dengan segala
potensinya, dan disisi lain ada konteribusi yang bisa diberikan dalam
pencapaian sasaran perusahaan.
14. 10
HR Scorecard Sebagai Model Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia
Human resources scorecard mengukur keefektifan dan efisiensi fungsi
sumber daya manusia dalam mengerahkan perilaku karyawan untuk mencapai
tujuan strategis perusahaan sehingga dapat membantu menunjukan bagaimana
sumber daya manusia memberikan kontribusi dalam kesuksesan keuangan dan
strategi perusahaan. Human Resources Scorecard merupakan bagian dari
perusahaan. Human resources scorecard ibarat sebuah bangunan, yang menjadi
bagian dari apa yang kita turunkan dari strategi perusahaan.
Menurut Becker et al. (2001), dasar dari peran sumber daya manusia yang
strategis terdiri dari tiga dimensi rantai nilai (value chain) yang dikembangkan oleh
arsitektur sumber daya manusia perusahaan, yaitu fungsi, sistem dan perilaku
karyawan. Arsitektur SDM dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Arsitektur Strategi Sumber Daya Manusia
Human Resource Scorecard, merupakan salah satu mekanisme yang
secara komprehensif mampu mengambarkan dan mengukur bagaimana
sistem pengelolaan SDM dapat menciptakan value atau kontribusi bagi
organisasi. Becker et.al (2001) mengungkapkan beberapa manfaat HR
Scorecard bagi perusahaan sebagai berikut :
B. Manfaat HR Scorecard
1. Memperjelas perbedaan antara HR Doables (kinerja) SDM yang
tidak mempengaruhi implementasi strategi perusahaan dengan HRD
Deliverable (kinerja SDM yang mempunyai pengaruh terhadap
implementasi strategi perusahaan).
15. 11
2. Menyeimbangkan proses penciptaan nilai (HR Value proposition)
dengan pengendalian biaya disatu sisi dan investasi yang diperlukan
disisi lainnya.
3. Menggunakan leading indikator (indikator yang menilai status
faktor kunci kesuksesan yang mendorong implementasi strategi
perusahaan). Model SDM strategik memberi kontribusi yang
menghubungkan keputusan SDM dan sistim dengan HR
Deliverable, dimana mempengaruhi key performance driver dalam
implementasi strtaegi perusahaan (misalnya: kepuasan pelanggan
atau fokus peningkatan kompetensi karyawan).
4. Menilai kontribusi SDM terhadap implementasi strategi.
5. Mengarahkan profesional SDM secara aktif mengelola tanggung
jawab terhadap implementasi strategi perusahaan.
6. Mendukung perubahan dan fleksibilitas.
C. 7 Model Langkah Dalam Merancang Suatu System
Pengukuran Human Resource Scorecard
1) Mendefinisikan strategi bisnis perusahaan dengan jelas.Sebelum
membangun strategi pengembangan SDM yang perlu dilaksanakan
adalah mengklarifikasi kembali kebijakan dan strategi
pengembangan perusahaan secara keseluruhan. Pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan
perusahaan menciptakan nilai, strategi-strategi apa yang dapat
membuat perusahaan sukses, ukuran-ukuran apa yang bias
menunjukkan kesuksesan perusahaan harus sudah terformulasi
dengan jelas dan sudah terkomunikasikan dengan baik keseluruh
lapisan karyawan atau Organisasi. Departemen SDM sebagai bagian
dari perusahaan, mutlak dalam mengembangkan strateginya harus
mengacu pada arah dan strategi yang telah ditetapkan perusahaan.
16. 12
Jadi strategi bisnis harus diklarifikasi dengan terminology yang
detail dan dapat dilaksanakan oleh pelakunya. Kuncinya adalah
membuat sasaran perusahaan dimana karyawan memahami peran
mereka dan organisasi mengetahui bagaimana mengukur kesuksesan
meraka (kinerja karyawan) dalam mencapai sasaran tersebut
2) Membangun kasus bisnis untuk SDM sebagai sebuah modal
strategis. Professional SDM perlu membangun kasus bisnis untuk
mengetahui mengapa dan bagaimana SDM dapat mendukung
pencapaian strategi tersebut. Departemen SDM dapat menjadi model
strategi, apalagi bila manager lini dan manager SDM mau berbagi
tanggung jawab dalam poses implementasi strategi tersebut. Dalam
proses perumusan kasus bisnis, perlu dilakukan suatu observasi
pendahuluan untuk menyusun rekomendasi yang akan diberikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan perusahaan pada
akhirnya bagaimana oraganisasi mengeksekusi strateginya secara
efektif, bukan sekedar isi dari strategi itu sendiri.
3) Menciptakan Peta Strategi.
Setiap organisasi dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan selalu
melakukan serangkaian aktivitas spesifik yang bila digambarkan
akan membentuk suatu proses rantai penciptaan nilai. Proses
penciptaan nilai bagi pelanggan inilah yang disebut dengan model
rantai nilai, meski belum terartikulasi sepenuhnya. Peta strategi
membagi proses penciptaan nilai menjadi empat pespektip, yaitu
pertumbuhan dan pembelajaran, proses internal, pelanggan dan
financial.
4) Mengindentifikasikan HR Deliverable dalam Peta Strategi.
Peran strategis departemen SDM terjadi ketika terjadi titik temu
antara strategi bisnis perusahaan dengan programprogram yang
dijalankan oleh department SDM. Semakin sering titik temu diantara
keduanya terjadi, maka semakin strtaegis pula peran SDM dalam
17. 13
perusahaan tersebut..Untuk merealisasikan hal ini, para professional
di departemen SDM harus mampu memahami aspek bisnis
perusahaan secara keseluruhan. Bila hal ini tidak terpenuhi, para
manajer dari fungsi lain tidak akan menghargai kebijakan yang
diambil oleh departemen SDM. Berdasarkan strategi perusahaan,
department SDM kemudian membuat HR Deliverables yang
dirancang untuk mendukung realisasi dari strategi dan kinerja
perusahaan seperti apa yang memerlukan kompetensi, reward dan
tugas organisasi yang tepat.
5) Menyelaraskan Arsitektur SDM dengan HR Deliverables.
Setelah HR Deliverables ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah
menyesuaikanHR Deliverables tersebut dengan arsitektur SDM
yang dimilki oleh departemen SDM yakni Fungsi, Sistem, dan
Perilaku karyawan.
6) Merancang Sistim Pengukuran Strategik.
Setelah tercipta keselarasan antara HR Deliverables dengan
arsitektur SDM, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan
ukuran-ukuran strategis (key performance indicator) untuk tiap HR
Deliverables. Dalam proses penyusunan HR Scorecard, HR
deliverabales merupakan sasaran strategis yang harus dicapai oleh
departemen SDM.
7) Mengelola Implementasi melalui pengukuran
Setelah HR Scorecard dikembangkan berdasarkan prinsip yang
digambarkan dalam model diatas, hasilnya menjadi alat yang sangat
berguna untuk menjaga skor pengaruh SDM terhadap kinerja
organisasi.
Para profesional SDM harus secara teratur mengukur HR
Deliverable yang didefinisikan dalam rangka memastikan
bahwa driver dan enabler tersebut masih dianggap signifikan. Dengan
demikian untuk mengembangkan sistim pengukuran kinerja organisasi kelas
dunia tergantung pada pemahaman yang jelas apa strategi bersaing dan sasaran
18. 14
operasional perusahaan, serta penentuan tentang kompetensi karyawan dan
tingkah laku yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran perusahaan.
Lebih jauh lagi HR Deliverable adalah persyaratan untuk
menyesuaikan keselarasan internal dan eksternal sistim SDM, dan kemudian
digeneralisasikan ke keuntungan bersama yang sebenarnya. Sistim pengukuran
kinerja SDM dapat menciptakan value bagi perusahaan, hanya bila sistim
tersebut secara hati-hati disesuaikan dengan strategi bersama dengan sasaran
operasional perusahaan. Selanjutnya perusahaan sebaiknya
melakukan benchmark dengan sistim pengukuran lainnya.
Perlu di ingat bahwa elemen penting dari HR Scorecard adalah
indentifikasi HR Deliverable, penggunaan HPWS (High Performance Work
Systems), HR Sistim Alignment dan HR Efficiency. Hal tersebut
merefleksikan keseimbangan (balance) antara kontrol biaya dan penciptaan
nilai (value creation). Kontrol biaya berasal dari pengukuranHR Efficiency.
Sedangkan penciptaan value (value creation) berasal dari pengukuran HR
Deliverable, kesejajaran sistim SDM eksternal, dan HPWS. Ketiga hal terakhir
adalah elemen penting dari HR arsitektur yang membentuk rantai nilai dari
fungsi ke sistim lalu ke tingkah laku karyawan.
Dalam melaksanakan pengukuran HRM perusahaan, maka HR
manager perusahaan mengunakan Analisis HR Balance Scorecard untuk
menentukan strategy dan indikator critical sucsess factor untuk
perspectives: Keuangan (finance), Pelanggan (customer), Internal Business
Process dan Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth) dengan
menggunakan strategy.
19. 15
BAB IV
MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA
A. Pengetian
1. Konsep Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti to move
(untuk bergerak) sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi adalah
seperangkat alasan untuk melakukan tindakan tertentu.[1] Beberapa ahli
juga mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian motivasi,
diantaranya :
a. Sumadi Suryabrata
Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna
pencapaian tujuan.
b. Gates
Motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang
terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan
cara tertentu.
c. Greenberg
Motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan
memantapkan perilaku ke arah suatu tujuan.
d. Chung dan Megginson
Motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada
sasaran. Motivasi berkitan dengan tingkat usaha yang dilakukan
oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
dapat diartikan sebagai kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas
dengan cara tertentu yang terararah untuk mencapai tujuan.
20. 16
Menurut Arnold, Robertson, dan Cooper, motivasi terdiri dari tiga
komponen, yaitu:
a. Direction (arah), yaitu apa yang seseorang coba lakukan.
b. Effort (usaha), yaitu seberapa keras seseorang mencoba.
c. Persistence (ketekunan), yaitu seberapa lama seseorang terus
berusaha.
Menurut Luthans, proses motivasi kerja sendiri terdiri dari tiga
elemen penting, yakni kebutuhan (needs), dorongan (drives) dan
rangsangan (incentives) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebutuhan adalah tekanan yang ditimbulkan oleh adanya
kekurangan untuk menyebabkan seseorang berperilaku untuk
mencapai tujuan. Kekurangan tersebut dapat bersifat psikologis,
fisiologis, atau sosial.
2. Dorongan adalah suatu kondisi yang menyebabkan seseorang
menjadi aktif untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku demi
tercapainya kebutuhan atas tujuan.
3. Rangsangan adalah sesuatu yang memiliki kecenderungan
merangsang minat seseorang untuk bekerja mencapai tujuan.
2. Konsep Kepuasan Kerja
Sumber daya manusia merupakan salah satu bagian yang memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan pencapaian hasil yang
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen
perusahaan. Dengan mengetahui kepuasan kerja karyawan, melalui
bagaimana karyawan tersebut merespon terhadap berbagai program atau
rencana yang telah ditetapkan oleh perusahaan, hal ini dapat menjadi
umpan balik yang sangat berharga bagi perusahaan tersebut. Kepuasan
kerja adalah sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Pada
dasarnya kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet atau banyak
21. 17
dimensi, dan bersifat subyektif dari masing-masing individu yang
bersangkutan.
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan dimana pegawai memandang perkerjaan
mereka. Kepuasan kerja mencerminnkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya. Hal ini nampak dari sikap positif pegawai terhadap
pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Sedangkan menurut As’ad kepuasan kerja merupakan sikap umum yang
merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor
pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan individu di luar kerja.
Kepuasan kerja juga memiliki hubungan yang erat dengan sikap
karyawan atas pekerjaan mereka, situasi kerja setiap harinya, kerjasama
antar karyawan baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja.
Kepuasan kerja secara lebih jauh, juga menunjukkan kesesuaian antara
sebuah harapan terhadap pekerjaan yang ada dan imbalan yang diperoleh
dari pekerjaan tersebut.
Dari beberapa definisi dan penjelasan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepuasan kerja merupakan refleksi dari seorang
karyawan terhadap pekerjaannya yang timbul bukan hanya sebagai hasil
interaksi antara karyawan dengan pekerjaannya, tetapi juga dengan
lingkungan kerja, situasi dan kondisi kerja serta rekan kerja karyawan.
Adapun yang menentukan kepuasan kerja adalah:
a. Kerja yang secara mental menantang, bagi pegawai yang
cenderung menyukai pekerjaan yang memberikan kesempatan
menggunakan keterampilan dan kemampuan dalam bekerja
b. Gagasan yang pantas, pegawai menginginkan sistem upah atau
gaji dan kebijakan promosi yang adil, tidak meragukan dan sesuai
dengan pengharapan mereka
c. Kondisi kerja mendukung, bagi pegawai yang peduli lingkungan
kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk
memudahkan mengerjakan tugas yang baik
22. 18
d. Rekan sekerja yang mendukung adanya interaksi sosial antara
sesama pegawai yang saling mendukung meningkatkan kepuasan
kerja
e. Jangan melupakan kesesuaian antara kepribadian pekerjaan,
kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang pegawai dan
pengharapan akan menghasilkan individual yang lebih
terpuaskan.
f. Ada dalam gen bahwa 30% dari kepuasan individual dapat
dijelaskan oleh keturunan.
Dalam mengelola kepegawaian harus senantiasa memonitor
kepuasan kerja, karena hal itu mempengaruhi tingkat absensi, perputaran
tenaga kerja, semangat kerja, keluhan dan masalah personalia vital
lainnya. Oleh karena itu fungsi personalia mempunyai pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung, selain itu berbagai kebijakan dalam
kegiatan personalia berdampak pada iklim organisasi memberikan suatu
lingkungan kerja yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan bagi
anggota organisasi yang akhirnya memenuhi kepuasan kerja anggota
organisasi.
B. Hubungan Motivasi dengan Kepuasan Kerja
1. Teori Motivasi dan Kepuasan Kerja.
Terdapat beberapa teori yang mengkaitkan antara motivasi dan
kepuasan kerja :
a. Teori Keadilan dan Kepuasan Kerja
Teori keadilan ini membantu untuk memahami
bagaimana seorang pegawai mencapai kesimpulan bahwa
ia diperlakukan dengan adil atau tidak. Perasaan ini
mmerupakan perasaan subjektif yang dapat
mempengaruhi motivasi kerja. Untuk itu seorang
pimpinan harus mengetahui bahwa pegawainya
23. 19
membandingkan imbalan, hukuman, tugas, serta dimensi
lainnya antarpegawai.
Beberapa cara untuk mengetahui adanya perasaan
perlakuan tidak adil ini dapat dilakukan dengan:
1. Manajer harus mengenal kesimpulan dari tindakan
seseorang yang mengindikasikan bahwa ia telah
mendapat perlakuan tidak adil.
2. Manajer harus mampu memberikan resolusi
sederhana terkait isu ketidak-adilan yang dapat
mengganggu distorsi input atau output.
3. Manajer harus mampu mengenal klaim-klaim
ketidak adilan.
4. Manajer harus mampu mencegah klaim-klaim
ketidak adilan dengan cara memperjelas apa yang
sebenarnya mereka rasakan.
b. Teori Kebutuhan
Menurut teori ini manusia mempunyai beberapa
kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu teori
kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow menyebutkan
bahwa manusia memiliki tingkat kebutuhan dari tingkat
bawah sampai yangpaling tinggi, yaitu: kebutuhan
fisiologis dasar, keselamatan dan keamanan, sosial dan
kasih sayang, penghargaan dan aktualisasi diri.
c. Teori Harapan dan Motivasi
Teori harapan atau expectancy secara logis mencoba
untuk menyusun kembali proses mental yang
mengakibatkan seorang pegawai mencurahkan usaha
dalam tugas tertentu. Diasumsikan bahwa usaha para
pegawai diakibatkan oleh tiga hal, yaitu: kemungkinan
subyektif pegawai yang berkaitan dengan kemampuan
kerja, kemungkinan subjektif terhadap reward atau
24. 20
punishment yang terjadi sebagai hasil dari perilaku
pimpinan, dan nilai pegawai yang menempatkan
penghargaan dan hukuman.
d. Job Desain dan Motivasi
Motivasi dan kepuasan kerja juga dapat dilihat dari
bagaimana pekerjaan didesain. Terdapat beberapa prinsip
dasar dalam metode untuk mengklasifikasikan dan
merancang pekerjaan, yakni :
1. Pekerjaan yang disimplifikasi dapat dilakukan
oleh setiap orang dengan pelaatihan yang sedikit.
2. Pekerjaan yang distandarisasikan menggunakan
cara terbaik untuk melaksanakannya. Ketentuan
ini dapat ditetapkan melalui pengamatan tujuan
dan analisis metode kerja.
3. Pekerjaan yang sudah dispesialisasikan membuat
seseorang dapat dengan cepat mengembangkan
keterampilan tanpa buang-buang waktu.
2. Hubungan Antara Motivasi dengan Kepuasan Kerja
Terdapat hubungan antara motivasi dan kepuasan dari seorang
pekerja. Hubungan tersebut dapat dikategorikan dalam empat
bagian, yaitu:
a) Pegawai yang motivasi dan kepuasannya tinggi, ini
merupakan keadaan ideal, baik bagi organisasi maupun
bagi pegawai itu sendiri. Keadaan ini timbul bila
sumbangsih yang diberikan oleh pegawai bernilai bagi
organisasi, dimana pada gilirannya organisasi
memberikan hasil yang diinginkan atau pantas bagi
pegawai.
b) Karyawan termotivasi untuk bekerja dengan baik, tetapi
tidak merasa puas dengan kerja mereka. Beberapa alasan
yang memungkinkan adalah karyawan membutuhkan
25. 21
pekerjaan dan uang. Uang dan pekerjaan tergantung pada
kinerja yang baik, di satu sisi karyawan merasa bahwa
mereka berhak mendapatkan gaji yang lebih atas kinerja
yang diberikan kepada perusahaan, namun tidak
mendapatkannya.
c) Kinerja yang rendah dari karyawan namun mereka merasa
puas dengan pekerjaannya. Perusahaan telah memberikan
segala sesuatu sesuai dengan harapan karyawan sehingga
karyawan tidak mengeluh, namun tidak ada timbal balik
yang berarti bagi perusahaan sehingga kerugian dapat
dirasakan dari sisi perusahaan.
d) Karyawan tidak bekerja dengan baik dan tidak
memperoleh rangsangan yang memuaskan dari
perusahaan. Situasi seperti inilah yang akan mendorong
keinginan pegawai untuk berhenti dari pekerjaan atau
keputusan perusahaan untuk memberhentikan karyawan
karena tidak ada manfaat yang dapat diperoleh baik oleh
pegawai maupun perusahaan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Faktor-faktor kepuasan kerja yang diambil berdasarkan pada Job
Descriptive Index, dimana terdapat pengukuran yang standar terhadap
kepuasan kerja, yang meliputi beberapa faktor yaitu pekerjaan itu sendiri,
mutu dan pengawasan supervisi, gaji atau upah, kesempatan promosi, dan
rekan kerja. Job Description Index adalah pengukuran terhadap kepuasan
kerja yang dipergunakan secara luas. Riset menunjukkan bahwa Job
Description Index dapat menyediakan skala kepuasan kerja yang valid
dalam skala yang dapat dipercaya. Seperti yang dikemukakan oleh Dipboye,
Smith, dan Houkakawell, faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Pekerjaan itu sendiri
26. 22
Setiap karyawan lebih menyukai pekerjaan yang memberikan
peluang kepada mereka untuk menggunakan ketrampilan dan
kemampuan yang dimiliki, yang mampu menawarkan satu varietas
tugas, kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baiknya mereka
dalam melakukan hal tersebut. Karakteristik tersebut membuat
pekerjaan menjadi lebih menantang secara mental. Studi-studi
mengenai karakteristik pekerjaan, diketahui bahwa sifat dari
pekerjaan itu sendiri adalah determinan utama dari kepuasan kerja.
Lima dimensi inti dari materi pekerjaan yang meliputi ragam
ketrampilan (skill variety), identitas pekerjaan (task identity),
keberartian pekerjaan (task significance), otonomi (autonomy) dan
umpan balik (feed back). Dari setiap dimensi inti dari pekerjaan
mencakup sejumlah aspek materi pekerjaan yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Adapun kaitan masing-
masing dimensi tersebut dengan semakin besarnya keragaman
aktivitas pekerjaan yang dilakukan, seseorang akan merasa
pekerjaanya semakin berarti.
2. Mutu Pengawasan Supervisi
Kegiatan pengawasan merupakan suatu proses dimana seorang
manajer dapat memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh
karyawannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya. Proses pengawasan mencatat perkembangan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh karyawan sehingga memungkinkan
manajer untuk dapat mendeteksi adanya penyimpangan dari apa
yang telah direncanakan dengan hasil saat ini, dan kemudian dapat
dilakukan tindakan pembetulan untuk mengatasinya. Perilaku
pengawas merupakan hal penting yang menentukan selain dari
kepuasan kerja itu sendiri. Sebagian besar dari studi yang telah
dilakukan menunjukkan hasil bahwa karyawan akan lebih puas
dengan pemimpin yang lebih bijaksana, memperhatikan kemajuan,
perkembangan dan prestasi kerja dari karyawannya.
27. 23
3. Gaji atau Upah
Karyawan selalu menginginkan sistem penggajian yang sesuai
dengan harapan mereka. Apabila pembayaran tersebut tampak adil
berdasarkan pada permintaan pekerjaan, tingkat ketrampilan
individu, dan standar pembayaran masyarakat pada umumnya, maka
kepuasan yang dihasilkan akan juga tinggi. Upah sebagai jumlah
keseluruhan pengganti jasa yang telah dilakukan oleh tenaga kerja
yang meliputi upah pokok dan tunjangan sosial lainnya. Gaji
merupakan salah satu karakteristik pekerjaan yang menjadi ukuran
ada tidaknya kepuasan kerja, dalam artian ada atau tidaknya
keadilan dalam pemberian gaji tersebut. Gaji atau upah yang
diberikan kepada karyawan merupakan suatu indikator terhadap
keyakinan seseorang pada besarnya upah yang harus diterima.
4. Kesempatan Promosi
Promosi merupakan perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang
lain dimana jabatan tersebut memiliki status dan tanggung jawab
yang lebih tinggi. Hal ini memberikan nilai tersendiri bagi
karyawan, karena merupakan bukti pengakuan terhadap prestasi
kerja yang telah dicapai oleh karyawan. Promosi juga memberikan
kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, untuk lebih bertanggung
jawab dan meningkatkan status sosial. Oleh karena itu salah satu
kepuasan terhadap pekerjaan dapat dirasakan melalui ketetapan dan
kesempatan promosi yang diberikan oleh perusahaan.
5. Rekan Kerja
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi
dengan orang lain, begitu juga dengan karyawan di dalam
melakukan pekerjaannya membutuhkan interaksi dengan orang lain
baik rekan kerja maupun atasan mereka. Pekerjaan seringkali juga
memberikan kepuasan kebutuhan sosial, dimana tidak hanya dalam
arti persahabatan saja tetapi dari sisi lain seperti kebutuhan untuk
dihormati, berprestasi, dan berafiliasi. Rekan kerja juga merupakan
28. 24
bagian dari perwujudan salah satu teori motivasi menurut Alderfer
yaitu kebutuhan akan hubungan (Relatedness Needs), dimana
penekanan ada pada pentingnya hubungan antar-individu
(interpersonal relationship) dan bermasyarakat (social relationship).
Pada dasarnya seorang karyawan juga menginginkan adanya
perhatian dari rekan kerjanya, sehingga pekerjaan juga mengisi
kebutuhan karyawan akan interaksi sosial, sehingga pada saat
seorang karyawan memiliki rekan kerja yang saling mendukung dan
bersahabat, maka akan meningkatkan kepuasan kerja mereka.
29. 25
BAB V
MENGELOLA POTENSI KECERDASAN
DAN EMOSIONAL SDM
A. Pengertian
Setiap manusia memiliki bermacam-macam potensi diri yang dapat
dikembangkan.Tidak sedikit manusia belum sepenuhnya mengembangkan
dan menggunakan potensi yang ada pada dirinya.Hal ini terjadi dikarenakan
mereka belum atau bahkan tidak mengenal potensi dirinya dan hambatan-
hambatan dalam pengembangan potensi diri tersebut.Mampu
mengembangkan potensi diri merupakan dambaan setiap
individu.Mampukan seseorang mengembangkan potensi dirinya secara
efektif? Itu bergantung pada motivasi diri, karena pengembangan potensi
diri merupakan suatu proses yang sistematis dan bertahap.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlaq
mulia, dan keterampilan yang dibutuhkan. Dengan demikian, tugas seorang
guru bukanlah memberikan sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan kepada
anak didiknya, melainkan membimbing mereka untuk tumbuh dan
berkembang.
Menurut Charles Handy ada tujuh potensi kecerdasan yang dimiliki
dan bisa dikembangkan oleh manusia, yakni :
1. Kecerdasan logika, kecerdasan ini sangat terkait dengan
kemampuan manusia dalam menalar dan menghitung.
2. Kecerdasan verbal, kemampuan manusia dalam menjalin hubungan
dengan orang lain.
3. Kecerdasan praktik, kemempuan manusia untuk mempraktikkan ide
yang ada dalam pikirannya.
4. Kecerdasan dalam bidang musik, kecerdasan ini terkait erat dengan
bagaimana seseorang bisa merasakan nada dan irama.
30. 26
5. Kecerdasan intrapersonal, kecerdasan ini berkaitan erat dengan
kemempuan seseorang untuk bisa memahami segala sesutau yang
terkait dengan diri pribadi.
6. Kecerdasan interpersonal, kecerdasan ini berkaitan erat dengan
kemampuan seseorang dalam memahami dan menjalin hubungan
dengan orang lain.
7. Kecerdasan spasial, kemampuan seseorang dalam mengenali ruang
atau dimensi, termasuk di dalamnya bagaimana mengenali warna,
bentuk, maupun garis.
Secara garis besar, kecerdasan yang dimiliki manusia ada tiga
macam, yaitu : 1). Kecerdasan intelektual(IQ), 2). Kecerdasan emosional
(EQ), 3). Kecerdasan spiritual(SQ). Ketiga kecerdasan tersebut hendaknya
menjadi perhatian utama dalam proses belajar mengajar agar potensi yang
dimiliki setiap anak didik bisa berkembang dengan baik.
Kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan dengan kemempuan
potensi manusia dalam mempelajari sesuatu dengan alat-alat
berfikirnya.Kecerdasan ini bisa diketahui atau diukur dengan kekuatan
verbal dan logika yang ditunjukkan oleh seseorang.Kecerdasan inilah yang
tampaknya menjadi hal utama dalam pendidikan saat ini.
Potensi kecerdasan selanjutnya yang dimiliki setiap manusia yaitu
Kecerdasan emosional (EQ). Setidaknya ada lima komponen pokok yang
termasuk kecerdasan emosional, yakni kesadaran diri, manajemen emosi,
motivasi, empati, dan mengelola sebuah hubungan sosial.
Kecerdasan yang ketiga adalah kecerdasan spiritual(SQ),
kecerdasan ini mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang
memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik
sebuah kenyataan atau kejadaian tertentu.
Ketiga potensi kecerdasan yang dimiliki oleh anak didik
sebagaimana tersebut harus dikembangkan oleh sekolah sebagai pihak yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan bagi para
muridnya.Lebih khusus lagi, jika terjadi permasalahan pada diri anak didik
terkait dengan pengenalan sekaligus pengembangan potensi ini maka
31. 27
bimbingan dan konseling harus dilakukan kepadanya, dimana ketiga
kecerdasan tersebut harus seimbang untuk potensi anak tersebut.
Pengukuran Potensi
Pengukuran potensi diri untuk mengetahui sejauh manakah potensi-
potensi yang dimiliki oleh seorang individu, baik yang diperoleh melalui
introspeksi diri maupun melalui feed back dari orang lain serta tes
psikologis (kepribadian):
1) Penilaian diri
Yang dimaksud dengan penilaian diri ini adalah menilai
diri sendiri. Ada juga yang mengatakan instropeksi. Sebagian
orang mengatakan bahwa dengan cara ini penilaian yang
dilakukan sangat subyektif, karena orang umumnya tidak mau
melihat kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Tapi pendapat
lain mengatakan bahwa yang paling kenal diri anda adalah anda
sendiri.
2) Pengukuran diri melalui feed back orang lain
Feed back (umpan balik) merupakan komunikasi yang
ditujukan kepada seseorang yang akan memberikan informasi
kepada orang yang bersangkutan, bagaimana orang lain terkena
dampak olehnya, bagaimana kesan yang ditimbulkan pada orang
lain dengan tingkah laku yang ditunjukkannya. Feed back
membantu seseorang untuk menelaah dan memperbaiki tingkah
lakunya dan dengan demikian ia akan lebih mudah mencapai
hal-hal yang diinginkannya.
3) Tes kepribadian
Tes kepribadian merupakan salah satu instrumen untuk
pengenalan diri sendiri, beberapa tes kepribadian untuk
pengukuran potensi diri, yaitu: kepercayaan terhadap diri
sendiri, tingkat kehati-hatian, daya tahan menghadapi cobaan,
tingkat toleransi, dan pengukuran ambisi.
32. 28
BAB VI
MEMBANGUN KAPABILITAS DAN KOMPETENSI SDM
A. Kapabilitas
Menurut Amir (2011:86) menjelaskan bahwa kapabilitas ialah
kemampuan mengeksploitasi secara baik sumber daya yang dimiliki dalam
diri maupun di dalam organisasi, serta potensi diri untuk menjalankan
aktivitas tertentu ataupun serangkaian aktivitas. Ibarat individu, belum tentu
seorang yang memiliki bakat, misalnya pemain piano bisa bermain piano
dengan baik. Ini sangat ditentukan dengan bagaimana ia
mengembangkannya dengan latihan, dan belajar.
Kapabilitas adalah ukuran dari kemampuan suatu entitas
(departemen, organisasi, orang, sistem) untuk meraih tujuan-tujuannya,
khususnya dalam hubungannya dengan misi secara keseluruhan.
Kapabilitas bisnis mendefinisikan “apa” yang bisnis lakukan pada
intinya.Ini berbeda dari “bagaimana” hal-hal dilakukan atau dimana mereka
melakukannya.Kapabilitas bisnis adalah inti dari arsitektur
bisnis.Kapabilitas bisnis adalah ekspresi dari kapasitas, material dan
keterampilan yang dibutuhkan oleh organisasi agar bisa menampilkan
fungsi intinya.
B. Kompetensi SDM
Kompetensi adalah seperangkat tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan tertentu yang menjadi syarat utama dan elemen kunci bagi
lahirnya kepemimpinan yang efektif dan efisien (Siagian,1997).
Secara umum kompetensi dipahami sebagai sebuah kombinasi
antara keterampilan (skill), atribut personal dan pengetahuan (knowledge)
yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati,
diukur dan dievaluasi.
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seseorang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
33. 29
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien serta sesuai
dengan standar kinerja yang diisyaratkan.
Barney (1991) mengemukakan empat kondisi yang harus dipenuhi
sebelum suatu sumber daya dapat disebut sebagai sumber keunggulan
kompetitif berkelanjutan sebagai berikut:
1. Merupakan sumber daya organisasional yang sangat berharga
(valuable), terutama dalam kaitannya dengan kemampuan
untuk mengeksploitasi kesempatan dan atau menetralisasi
ancaman dari lingkungan perusahaan.
2. Relative sulit untuk dikembangkan, sehingga menjadi langka
di lingkungan kompetitif.
3. Sangat sulit untuk ditiru atau diimitasi.
4. Tidak dapat dengan muddah digantikan substitute yang secara
strategis signifikan. masalahnya adalah bagaimana
“menterjemahkan” berbagai strategi, kebijakan dan praktik
MSDM menjadi keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Kompetensi SDM berkarier di Bidang Sumber Daya Manusia
Menurut Covey, Roger dan Rebecca Merrill (1994), kompetensi tersebut
mencakup:
a. Kompetensi teknis : pengetahuan dan keahlian untuk mencapai
hasil- hasil yang telah disepakati, kemampuan untuk memikirkan
persoalan dan mencari alternatif- alternatif baru
b. Kompetensi Konseptual: kemampuan untuk melihat gambar besar,
untuk menguji berbagai pengandaian dan pengubah prespektif
c. Kompetensi untuk hidup : dan saling ketergantungan kemampuan
secara efektif dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk
mendengar, berkomunikasi, mendapat alternatif ketiga.
34. 30
BAB VII
KONSEP DAN PELAKSANAAN AUDIT KINERJA
A. AUDIT KINERJA
Tujuan dasar audit kinerja adalah menilai kinerja suatu organisasi,
program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas. Audit Kinerja merupakan perluasan dari audit laporan
keuangan, dalam hal prosedur dan tujuan. Fungsi Audit Kinerja adalah
memberikan review indepnden dari pihak ketiga atas kinerja manajemen
dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.
B. KONSEP AUDIT KINERJA
1. Istilah Value For Money (VFM) Audit
Penilaian apakah manfaat yang dihasilkan oleh suatu program lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan (spending well) atau masih
mungkinkah melakukan suatu pengeluaran/belanja dengan lebih
baik/bijak.
2. Performance Audit
Ini adalah istilah baku secara Internasional
3. Audit Manajemen, Audit Operasional Atau Audit Ekonomi dan
Efisiensi.
Menilai aspek ekonomi dan efisiensi dari pengelolaan organisasi.
4. Audit Program atau Audit Efektivitas.
Menilai manfaat atau pencapaian suatu program.
Perbedaan Audit Kinerja dan Audit Keuangan
Karakteristik
1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua
pertanyaan dasar berikut :
a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the
right things)?
35. 31
b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar
(doing the things right)
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian
terinci dinilai tidak akan memberikan nilai tambah yang
signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal
lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksanakan
pengujian terinci
3. Karakteristik lainnya (Professor Soermardjo Tjitrosidojo
(1980)) :
Pemeriksaaan operasional, dengan menggunakan
perbandingan
Pemeriksa haruslah wajar(fair) , objektif dan realistis
Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara
kolektif) harus mempunyai pengetahuan keterampilan dari
berbagai macam bidang
Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa
harus dapat berpikir dengan menggunakan sudut pandang
pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya,
Pemeriksasan operasional harus dapat berfungsi sebagai
suatu “early warning system”
C. Prosedur Pelaksanaan
Secara umum, prosedur pelaksanaan audit adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Audit Kinerja
2. Pengujian Pengendalian Manajemen
3. Pengukuran dan Pengujian Key Performance Indicator (KPI) atau
yang disebut Indikator Kinerja Kunci (IKK).
4. Review Operasional
5. Pembuatan Kertas Kerja Audit (KKA)
6. Pelaporan
7. Pemantauan Tindak Lanjut
36. 32
Deskripsi Prosedur Pelaksanaan Audit Kinerja BUMN/BUMD
D. Perencanaan Audit Kinerja
Dalam Pedoman Pelaksanaan Audit Kinerja, Perencanaan audit
merupakan langkah penting yang dilakukan untuk memenuhi standar audit.
Dalam perencanaan audit perlu memperhatikan perkiraan waktu dan
petugas audit, selain itu juga mempertimbangkan perencanaan lainnya yang
meliputi:
1. Sumber dan cara memperoleh informasi yang cukup mengenai
auditan
2. Hasil audit yang diperoleh pada tahap sebelumnya.
E. Prosedur Pelaksanaan Audit Kinerja
Pengertian Prosedur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:
703) adalah tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
Menurut Setyawan (1988: 35), prosedur adalah langkah-langkah yang harus
dilaksanakan guna mencapai tujuan pemeriksaan. Pelaksanaan Audit
Kinerja oleh kantor akan berdasarkan prosedur yang terdiri dari tahapan
Audit Kinerja yang menguraikan tentang bagaimana langkah kerja Audit
Kinerja itu dilakukan.
Persiapan Audit Kinerja
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang merupakan tahap awal
dari rangkaian Audit Kinerja sebagai dasar penyusunan Program Kerja
Audit Tahap berikutnya. Tahap ini meliputi:
a. Pembicaraan pendahuluan dengan auditan
b. Pengumpulan informasi umum dalam pengenalan terhadap kegiatan
yang diaudit
c. Pengidentifikasian aspek manajemen atau bidang masalah yang
menunjukkan kelemahan dan perlu dilakukan pengujian lebih lanjut.
d. Pembuatan ikhtisar hasil persiapan Audit Kinerja.
37. 33
Dalam pengumpulan informasi kegiatan persiapan Audit Kinerja
mencakup:
1. Organisasi
2. Peraturan perundangan yang berlaku
3. Tujuan, Visi, Misi, sasaran, strategi dan kegiatan usaha
4. Sistem dan prosedur
5. Data keuangan
6. Informasi lainnya yang relevan
Simpulan Hasil Persiapan Audit Kinerja yang disusun setelah kegiatan
persiapan Audit Kinerja selesai. Simpulan hasil Audit Kinerja ini antara lain
meliputi mengenai kelemahan-kelemahan yang harus dikembangkan lebih
lanjut dalam tahap audit berikutnya. Dari simpulan tersebut dibuat program
audit tahap pengujian pengendalian manajemen. (Deputi Bidang Akuntan
Negara, 2001: 8-15).
Pengujian Pengendalian Manajemen
Pada tahap ini harus dilakukan pengujian atas:
1. Sistem pengendalian manajemen
2. Penerapan good cooperate governance (GCG) oleh manajemen
auditan dan jajarannya.
Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen dan personil lain dalam perusahaan yang dirancang
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga kelompok
tujuan utama yaitu:
a. Efektivitas dan efisiensi operasi
b. Keandalan pelaporan keuangan
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Dalam Pengujian penerapan Good Cooperate Governance (GCG) oleh
manajemen, Auditor wajib melakukan pengujian penerapan prinsip-prinsip
GCG oleh manajemen dengan memperhatikan hal-hal berikut:
38. 34
a. Prinsip dasar GCG yang harus diterapkan oleh manajemen auditan
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-
117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 adalah sebagai berikut:
1. Transparansi dalam mengemukakan informasi material dan
relevan mengenai perusahaan
2. Kemandirian
3. Akuntabilitas
4. Pertanggungjawaban
5. Kewajaran
b. Dalam melakukan pengujian penerapan GCG oleh manajemen,
auditor minimal perlu memanfaatkan dan mengembangkan
indikator/parameter yang relevan. Dan dari hasil pengujian tersebut
kemudian dibuat simpulan mengenai penerapan GCG.
c. Jika ditemukan kelemahan yang signifikan segera dibuat
manajemen letter (ML). (Deputi Bidang Akuntan Negara: 15-18)
F. Pengukuran dan Pengujian Indikator Kinerja Kunci
Dalam tahap ini dilakukan penilaian atas proses penetapan indikator
kinerja, juga membandingan antara pencapaiaan indicator kinerja dengan
target. Kesenjangan yang ada harus dianalisis sehingga diperoleh penyebab
sebenarnya.Indikator Kinerja adalah diskripsi kuantitatif dan kualitatif dari
kinerja yang dapat digunakan oleh manajemen sebagai salah satu alat untuk
menilai dan melihat perkembangan yang dicapai selama ini atau dalam
jangka waktu tertentu.
Tujuan pengujian atas pengukuran capaian indikator kinerja kunci
yaitu untuk menilai efisiensi dan efektifitas beberapa aktivitas utama, guna
menyarankan dan mendorong pengembangan rencana aksi untuk
peningkatan kinerja. Rencana aksi dikembangkan oleh manajemen auditan
(Focus Group), dan kemajuan yang dibuat dalam implementasi rencana
akan direview secara periodik.
39. 35
Diharapkan manajemen auditan mampu meningkatkan kinerja
perusahaan. Tujuan akhir tersebut akan dicapai melalui berbagai tujuan
setiap kegiatan review yaitu:
1. Menentukan kekuatan dan kelemahan utama yang dimiliki
perusahaan
2. Menentukan implikasi operasional dan strategis dari kekuatan
dan kelemahan tersebut diatas
3. Mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan
4. Mengembangkan rencana aksi perbaikan atas area-area
tersebut diatas.
(Deputi Bidang Akuntan Negara: 20-23)
G. Review Operasional
Pada tahap ini dilakukan review yang sistematis atas prosedur
metode, organisasi, program atau kegiatan-kegiatan dengan tujuan untuk
mengevaluasi sejauh mana pencapaiaan suatu tujuan/sasaran secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
Informasi mengenai praktek terbaik (best practice) pada perusahaan
sejenis perlu diperoleh sebagai pembanding (benchmark).Selain itu perlu
perlu dilakukannya pula penilaian tingkat kesehatan dengan mengacu pada
ketentuan yang berlaku dan evaluasi perkembangan usaha perusahaan.
Tujuan dari fase ini adalah untuk mendapatkan informasi detail/rinci
untuk menguji kinerja dari aktivitas yang direview dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
Review operasional dapat mengarah pada beberapa atau seluruh sasaran
berikut:
1. kehematan, efisiensi dan/atau efektivitas
2. keandalan dan integritas sistem dan prosedur
3. Pengendalian manajemen dan akuntabilitas
4. Perlindungan terhadap aktiva
5. Kepatuhan pada peraturan, kebijakan dan prosedur, dan/atas
6. Aspek-aspek lingkungan
H. Kertas Kerja Audit
40. 36
Kertas Kerja Audit adalah catatan yang dibuat dan data yang
dikumpulkan pemeriksa secara sistematis pada saat melaksanakan tugas
pemeriksaan. Kertas kerja audit memuat informasi yang memadai dan bukti
yang mendukung kesimpulan dan pertimbangan auditor.
Manfaat Kertas kerja audit adalah:
1. Memberikan dukungan utama terhadap Laporan Audit Kinerja.
2. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi
pekerjaan para pelaksana audit.
3. Merupakan alat pembuktian yang mendukung kesimpulan dan
rekomendasi signifikan dari auditor.
4. Menyajikan data untuk keperluan referensi.
Syarat pembuatan Kertas kerja audit:
a. Lengkap
b. Bebas dari kesalahan, baik kesalahan hitung/kalimat maupun
kesalahan penyajian informasi.
c. Didasarkan pada fakta dan argumentasi yang rasional.
d. Sistematis, bersih, mudah diikuti, dan rapi.
e. Memuat hal-hal penting yang relevan dengan audit.
f. Dalam kertas kerja audit harus mencantumkan kesimpulan
hasil audit dan komentar atau catatan dari reviewer.
(Deputi Bidang Akuntan Negara: 41-43)
I. Pelaporan Hasil Audit
Laporan hasil Audit Kinerja merupakan laporan hasil analisis dan
interprestasi atas keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam
menjalankan kegiatan usahanya yang dilaporkan oleh auditor.
Pelaporan Audit Kinerja meliputi:
1. Hasil penilaian atas kewajaran IKK
2. Hasil Review Operasional beserta kelemahan yang ditemukan
3. Rekomendasi yang telah disepakati
4. Hasil pengujian atas laporan (hasil) pengujian tingkat kesehatan
perusahaan
41. 37
5. Analisis perkembangan usaha
Tujuan pelaporan Audit Kinerja:
a. Memberikan informasi yang relevan dan objektif mengenai
kinerja auditan kepada pihak terkait
b. Menyajikan analisis dan interprestasi atas kondisi kinerja
auditan serta memberikan
c. Menyediakan informasi untuk penetapan kebijakan dalam
rangka penugasan berikutnya.
(Deputi Bidang Akuntan Negara: 52-55)
J. Pemantauan Tindak Lanjut hasil Audit Kinerja
Tindak lanjut adalah pelaksanaan atas rekomendasi hasil Audit
Kinerja yang telah disampaikan dan disetujui oleh manajemen
auditan.Suatu hasil Audit Kinerja baru dikatakan berhasil apabila
rekomendasi praktis yang dikembangkan bersama dilaksanakan oleh
manajemen. Pelaksanaan tindak lanjut itu sendiri merupakan tanggung
jawab manajemen, akan tetapi auditor berkewajiban memantau pelaksanaan
rekomendasi yang telah dikembangkan bersama tersebut, guna mendorong
percepatan pelaksanaan tindak lanjut sesuai dengan yang telah
rekomendasikan. (Deputi Bidang Akuntan Negara: 63)
K. Pengendalian Mutu
Pengendalian Mutu merupakan metode yang digunakan untuk memastikan
bahwa kantor akuntan tersebut dapat memenuhi tanggung jawab jabatannya
kepada para klien. Pengendalian Mutu adalah prosedur yang digunakan oleh
kantor akuntan tersebut untuk membantunya menaati standarstandar secara
konsisten dalam setiap kontrak kerja yang mengikatnya. (Loebbecke,
1995:22)
42. 38
BAB VIII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penilaian kinerja memang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan pemberian imbalan/kompensasi. Penilaian kinerja dapat
merupakan umpan balik atau masukan bagi organisasi untuk menentukan
langkah selanjutnya, misalnya memberitahukan kepada karyawan tentang
pandangan organisasi atas kinerja mereka.
Karakteristik manusia pada dasarnya sulit dipahami, sulit dikelola,
apalagi diukur. Padahal kita tahu, sumber daya manusia adalah asset
terpenting yang sangat powerful dan penuh misteri dari sebuah perusahaan.
Oleh karena itu. HR Scorecard mencoba mengukur sumber daya manusia
dengan mengkaitkan antara orang-strategi-kinerja untuk menghasilkan
perusahaan terbaik, dan juga menjabarkan misi, visi dan strategi, menjadi
aksi HR yang dapat diukur kontribusinya. Keduanya menggambarkan
hubungan sebab (leading/intangible) dan akibat (lagging/tangible), yang
kuncinya adalah disatu sisi ingin menggambarkan manusia dengan segala
potensinya, dan disisi lain ada konteribusi yang bisa diberikan dalam
pencapaian sasaran perusahaan.
Setiap manusia memiliki bermacam-macam potensi diri yang dapat
dikembangkan.Tidak sedikit manusia belum sepenuhnya mengembangkan
dan menggunakan potensi yang ada pada dirinya.Hal ini terjadi dikarenakan
mereka belum atau bahkan tidak mengenal potensi dirinya dan hambatan-
hambatan dalam pengembangan potensi diri tersebut.Mampu
mengembangkan potensi diri merupakan dambaan setiap
individu.Mampukan seseorang mengembangkan potensi dirinya secara
efektif? Itu bergantung pada motivasi diri, karena pengembangan potensi
diri merupakan suatu proses yang sistematis dan bertahap.
Secara umum kompetensi dipahami sebagai sebuah
kombinasi antara keterampilan (skill), atribut personal dan pengetahuan
43. 39
(knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job
behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi.
Tujuan dasar audit kinerja adalah menilai kinerja suatu organisasi,
program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas.
44. DAFTAR PUSTAKA
http://lannysays.blogspot.com/2013/10/makalah-evaluasi-kinerja-dan-
kompensasi.html (diakses 20 Nov 2018 pukul :10.00),
http://mgt-sdm.blogspot.com/2010/11/human-resource-scorecard-
dalam.html (diakses 20 November 2018 pukul : 10.30),
https://edoc.site/makalah-pengukuran-kinerja-berbasis-hr-scorecard-pdf-
free.html (diakses 20 November 2018 pukul : 10.30)
http://anaktarbiyahmpi.blogspot.com/2017/04/motivasidan-kepuasan-
kerja-makalah.html (diakses 20 November 2018 pukul : 11.30),
http://caritugasakademik.blogspot.com/2014/09/makalah-pengenalan-
potensi-diri.html (diakses 20 November 2018 pukul 13.00)
https://prezi.com/zue_bzaq0g1g/konsep-audit-kinerja/?webgl=0 (diakses
20 November 2018 pukul : 12.30),