SlideShare a Scribd company logo
i
MAKALAH AKIDAH AKHLAK
“INDIKATOR AKHLAK PERSPEKTIF
AGAMA, FILSUF, DAN BUDAYA”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK XII
SURYANINGRUM PUTRI 20700113042
ANDI RUSDYAMIN 20700113050
REZKYAMALIA 20700113060
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2014
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, berkat hidayah, ridha, dan inayah-Nya, penyusunan
makalah ini dapat dirampungkan. Selawat serta salam secara khusus disampaikan
kepada Rasulullah saw. atas segala keteladanan dan pengorbanan beliau dalam
mendidik pengikut dan umatnya agar menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akidah
Akhlak yang membahas tentang “Indikator Akhlak Perspektif Agama, Filsuf, dan
Budaya”.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, baik
secara moril maupun materiil sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu. Sebagai manusia penyandang relativitas kebenaran, penyusun
menyadari banyaknya kekurangan yang mewarnai makalah ini. Dengan tujuan
peningkatan wawasan, penyusun mengharapkan sumbangan pemikiran Anda demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini, maupun makalah-makalah
selanjutnya.
Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Makassar, 02 Desember 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak dan Indikator Akhlak..........................................................3
B. Indikator Akhlak Perspektif Agama..................................................................3
C. Indikator Akhlak Perspektif Filsuf....................................................................5
D. Indikator Akhlak Perspektif Budaya...................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................11
B. Isi.....................................................................................................................12
Daftar Pustaka......................................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai
dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya
akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang
keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka,
muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,
semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah
pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila
adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan
tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak,
sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah
menentang kesadaran itu.
Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau
buruk. Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk
menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut
dapat dijadikan indikator untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk sehingga
dapat dilatarbelakangi sesuatu yang mutlak dan relatif.
Pernyataan-pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat
dijadikan rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau
buruk memiliki indikator yang pasti.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikaji indikator akhlak perspektif
agama, filsuf, dan budaya yang akan dituangkan di dalam makalah ini.
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian akhlak dan indikator akhlak?
2. Bagaimana indikator akhlak perspektif agama?
3. Bagaimana indikator akhlak perspektif filsuf?
4. Bagaimana indikator akhlak perspektif budaya?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian akhlak dan indikator akhlak?
2. Bagaimana indikator akhlak perspektif agama?
3. Bagaimana indikator akhlak perspektif filsuf?
4. Bagaimana indikator akhlak perspektif budaya?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak dan Indikator Akhlak
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab,
“khuluq”. Jamaknya adalah “khuluqun”. Menurut bahasa, kata khuluq berarti budi
pekerti, tingkah laku atau tabiat.1
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang
dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan
buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. 2
Indikator merupakan sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk
atau keterangan.3
Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan
keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk atau
indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan.4
Dalam hal penentuan baik dan buruk dapat dilihat dari beberapa segi
pandang. Penentuan ini bisa dilihat dari konteks filsafat, agama, tradisi, budaya,
ideologi, dan lain-lain. Definisi baik dan buruk biasanya sangant bertentangan
satu sama lain tergantung dari mana kita melihat definisi itu. Bahkan definisi itu
bisa bertentangan, walaupun definisi itu berasal dari konteks yang sama, misalnya
1 Roli Abdul Rohman, Menjaga Akidah dan Akhlak (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2009), hlm. 48
2 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hlm. 3
3 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
4 Erik Lewokeda, “Definisi Indkator”, diakses dari
http://www.lewokedaerik.blogspot.in/2012/10/indikator-indonesia-sehat_7400.html/ pada tanggal
03 Desember 2014
4
budaya, akan bertentangan antara baik dan buruk budaya satu dengan yang
lainnya. Sehingga pengertian baik dan buruk itu bersifat subjektif, karena
tergantung dari individu yang menilainya.5
Kebanyakan manusia berselisih dalam pandangannya mengenai sesuatu;
diantara mereka ada yang melihatnya baik dan diantara mereka ada yang
melihatnya buruk; bahkan ada seorang yang melihat sesuatu baik dalam waktu ini,
lalu melihatnya buruk pada waktu lain.6
Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini diseebabkan
adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbedaan
tolak ukur tersebut disebabkan karena adanya perbedaan agama, kepercayaan,
cara berfikir, ideologi, lingkungan hidup, dan sebagainya.7
Ada pendapat yang mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai
kekuatan insting. Hal ini berfungsi bagi manusia untuk dapat membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, yang berbeda-beda, karena pengaruh kondisi
dan situasi lingkungan. Dan seandainya dalam satu lingkungan pun belum tentu
mempunyai kesamaan insting. Kemudian pada diri manusia juga mempunyai
ilham yang dapat mengenal nilai sesuatu itu baik atau buruk.8
B. Indikator Akhlak Perspektif Agama
Yang dimaksud dengan “akhlak” yang baik ialah segala tingkah laku yang
terpuji (mahmudah) yang biasa juga dinamakan “fadillah” (kelebihan). Imam Al-
Ghazali menggunakan juga perkataan “munjiyat” yang berarti segala sesuatu yang
memberikan kemenangan atau kejayaan.9
5Ardi al-Maqassary, “Konsep Baik Buruk Perspektif Filsafat”, Psychology Mania,
diakses dari http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/
pada tanggal 03 Desember 2014
6 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak) (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 87
7 Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), hlm. 53.
8 Ibid
9 Burhanuddin Salam, Etika Individual (Pola Dasar Filsafat Moral) (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000), hlm. 168
5
Sebagai kebalikan dari akhlaqul mahmudah ialah akhlaqul mazmumah
yang berarti tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat (qahibah) yang
menurut istilah al-Ghazali disebutnya muhlikat artinya segala sesuatu yang
membinasakan atau mencelakan.10
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr (dalam bahasa
Arab) yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam bahasa Inggris) good = that
which is morally right or acceptable sedangkan kebalikan kata baik adalah buruk,
kata buruk sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad
dalam bahasa Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang
menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan
seterusnya. Bila dihubungkan dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik (sebut:
akhlaq yang baik) menurut Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara
prilaku manusia dan alam manusia tersebut.11
Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu
definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang
dihasilkan, sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan
terwujudnya perilaku. Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku,
seseorang akan cenderung berani melakukan tindakan yang tidak selaras dengan
alam dengan dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur kebenaran
tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali dapat dirumuskan
bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki tujuan baik dan selaras
dengan alam manusia.
Islam (Al-Qur’an) menentukan baik dan buruk sesuai dengan firman Allah
ataupun hadist nabi. Baik dan buruk di sini harus sesuai dengan pandangan Islam
itu sendiri. Pandangan Islam tentang baik dan buruk kata ma’ruf adalah ism
10 Burhanuddin Salam, Loc. Cit
11 Abiddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996).
6
maf’ul, kata kerjanya adalah ‘arafa yang mengandung arti mengetahui (to know),
mengenal atau mengakui (to recognize), melihat dengan tajam atau mengenali
perbedaan (to discern). Kata ma’ruf kemudian diartikan sebagai sesuatu yang
diketahui, yang dikenal atau yang diakui. Adakalanya juga diartikan sebagai
menurut nalar (reason), sepantasnya dan secukupnya. Al-Raghib al-Ashfahani
mengartikan sebagai “apa yang dianggap baik oleh syariat dan akal”. Kata ma’ruf
dalam Al-Quran terulang sebanyak 32 kali, di antaranya Q.S. Al-Baqarah: 263




Terjemahannya:
263. “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si
penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Q.S. Al-
Baqarah: 263)12
Lawan dari kata ma’ruf adalah munkar. Munkar berasal dari kata nakara
yang berasal dari kata nun, kaf, dan ra. Akar kata ini mengandung arti aneh, sulit,
buruk, tidak dikenal (lawan ma’ruf) dan juga mengingkari. Secara bahasa, munkar
diartikan sebagai segala sesuatu yang dipandang buruk, baik dari norma dari
syariat maupun norma akal sehat.13
Kejahatan adalah satu dari sekian banyak kesulitan yang beerkaitan
dengan persoalan keadilan Tuhan. Pembahasan ini bukan persoalan ilmiah yang
dapat dijawab melalui eksperimen dan observasi, bukan juga masalah praktis yang
bisa diselesaikan dengan keputusan dan tindakan. Tetapi, ia lebih merupakan
12 Ardi al-Maqassary, “Konsep Baik Buruk Perspektif Filsafat”, Psychology Mania,
diakses dari http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/
pada tanggal 03 Desember 2014
13 Ardi al-Maqassary, “Konsep Baik Buruk Perspektif Filsafat”, Psychology Mania,
diakses dari http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/
pada tanggal 03 Desember 2014
7
problem filosofis yang menghendaki suatu dalil pemikiran yang dapat
menjelaskannya secara proporsional. Begitu fundamentalnya persoalan ini,
sehingga hampir semua ajaran yang bersifat keagamaan (teologis) maupun
kefilsafatan merasa perlu memberikan tanggapan dengan cara dan metodenya
masing-masing.14
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai
kemanusiaan atau hubungan personal, interpersonal dan masyarakat secara agung
dan luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian
yang mengikat semua aspek manusia. Karena Islam yang berakar pada kata
“salima” dapat diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia
dan sifatnya fitrah. Kedamaian akan hadir, jika manusia itu sendiri menggunakan
dorongan diri kea rah memanusiakan manusia dan atau memosisikan dirinya
sebagai makhlik ciptaan Tuhan yang sempurna.15
Kelompok Mu’tazilah yang merupakan salah satu aliran teologi besar
dalam sejarah Islam berkeyakinan bahwa perbuatan-perbuatan pada hakikatnya
ada yang baik secara esensinya dan adapula yang buruk secara esensinya, dan akal
manusia dapat mengetahui kebaikan dan keburukan, dan dari sinilah hukum Islam
akan tersingkap, karena hukum Islam tidak mungkin bertentangan dengan akal.16
Menurut paham Asy’ariyah, nilai kebaikan suatu tindakan bukannya
terletak pada obyektivitas nilainya, melainkan pada ketaatannya pada kehendak
Tuhan. Asy’ariyah berpandangan bahwa manusia itu bagaikan ‘anak kecil’ yang
harus senantiasa dibimbing oleh wahyu karena tanpa wahyu manusia tidak
mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.17
14 Barsihannor, Etika Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2012), hlm. 73
15 Ibid, hlm. 71
16 Ibid, hlm. 72
17 Qomaruddin Hidayat, Etika Dalam Kitab Suci Dan Relevansinya dalam Kehidupan
Modern Studi Kasus di Turki, (Jakarta: Paramadina), dalam kumpulan artikel Yayasan
Paramadina, pada www.paramadina.com
8
Adapun komprehensi-komprerhensi yang digunakan dalam akhlak (etika)
seperti “baik”, “buruk”, “harus”, “tidak boleh”, “benar”, “tiddak benar”, “tugas”,
dan “tanggung jawab”, semuanya merupakan komprehensi-komprehensi khusus
yang mempunyai makna dan pengertian masing-masing. Pemahaman-pemahaman
nilai ini memiliki faedah dalam penggunaanya ketika mempunyai basis dan
landasan ontologisme, sehingga jika seseorang melanggar nilai-nilai akhlak, ia
akan merasakan konsekuensi dari pelanggarannya dalam bentuk penderitaan atau
kepedihan hidup serta jauh dari kebahagiaan.18
Penting untuk direnungkan oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini,
tentang terminologi yang hitam-putih mengenai perilaku baik dan buruk,
mengenai akhlak terpuji dan tercela.19
Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah sebagi berikut:
1. Perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Allah SWT. dan Rasul-Nya.
2. Perbuatan yang mendatangkan kemashlahatan dunia dan akhirat.
3. Perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata
Allah dan sesama manusia.
4. Perbuatan yang menjadi tujuan syariat Islam.
Indikator utama perbuatan yang tercela, sebagai berikut:
1. Perbuatan yang didorong oleh nafsu yang dating dari setan.
2. Perbuatan yang dimotivasi oleh ajaran thogut yang mendatangkan
kerugian.
3. Perbuatan yang membahayakan dunia dan akhirat.
4. Perbuatan yang menyimpang dari syariat Islam.
5. Perbuatan yang mengakibatkan permusuhan.
18 Barsihannor, Etika Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2012), hlm. 76
19 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
9
6. Perbuatan yang menimbulkan bencana.
7. Perbuatan yang membuat kebudayaan menjadi punah.
8. Perbuatan yang melahirkan konflik.20
C. Indikator akhlak perspektif filsuf
Filsafat adalah seni kritik yang bukan semata-mata membatasi diri pada
destruksi atau seakan-akan takut untuk membawa pandangan positifnya sendiri.
Sifat kritis filsafat ditunjukkan oleh tiga pendekatan filsafat, yaitu ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.21
Setelah ahli-ahli filsafat menyelidiki ukuran baik dan buruk secara ilmu
pengetahuan, di antara mereka berpendapat bahwa ukuran itu ialah bahagia;
bahagia ialah tujuan akhir dari hidup manusia. Mereka mengartikan bahagia ialah
kelezatan dan sepi dari kepedihan. Kelezatan bagi mereka ialah ukuran perbuatan.
Maka perbuatan yang mengandung kelezatan itu baik, sebaliknya yang
mengandung pedih ialah buruk.22
Ahli-ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada akhlak,
tetapi kebanyakan penyelidikannya mengenai alam. Sehingga datang
Sophisticians (500-450 SM) (arti Sophisticians ialah orang yang bijaksana). Buah
fikiran dan pendapat mereka berbeda-beda, akan tetapi taqwa mereka adalah satu,
yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalist yang
baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.23
Pandangan dalam kewajiban-kewajiban ini menimbulkan pandangan
mengenai pokok-pokok akhlak dan diikuti pula dengan keutamaan-keutamaan
20 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
21Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
22 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm. 90
23 Ibid, hlm. 141
10
mengenai sebagian adat-adat lama dan pelajaran-pelajaran yang dilakukan oleh
orang-orang dahulu.24
Socrates terpandang sebagai pembangun (perintis) ilmu akhlak, karena ia
pertama yang usaha dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan manusia
dengan dasar ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk
perhubungan itu, tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan pada ilmu
pengetahuan.25
Para filsuf kuno berkata, “manusia dilahirkan bagaikan lembaran-lembaran
putih yang akan dilukis oleh pendidik atau yang dikehendakinya”. Maksudnya
adalah: jiwa anak kecil dilatih oleh nalurinya, ia mudah dipengaruhi oleh pendidik
dan pembimbingnya. Sebab, insting anak kecil selalu bersih (benar) dan tidak
menyimpang dan tidak berupa karakter tertentu. Oleh karena itu, ia mudah
diarahkan dan siap untuk dididik. Jadi, yang mereka maksudkan dari “lembaran
putih” pada anak kecil ialah kekosongan jiwanya dari malakah al khu luqiyah
(akhlak yang melekat dalam jiwa), bukan kekosongannya dari naluri dan watak
yang terwarisi. Sedangkan pendidik menanamkan padanya berbagai akhlak, yang
tidak berarti ia menciptakan naluri di dalamnya. Mereka mengatakan demikian
guna menyanggah orang-orang yang mengatakan: “manusia menjadi baik karena
tabiatnya”, dan perkataan: “manusia menjadi jahat juga dikarenakan wataknya”.
Adapun hukum keturunan yang dijadikan sebagai sandaran untuk menyanggah
teori ini tidak menunjukkan bahwa anak kecil mewarisi akhlak dari nenek
moyangnya. Namun ia hanya mewarisi prinsip-prinsip akhlak dan kesiapan dalam
naluri, yang mana filsafat kuno tidak mengingkari hal itu, bahkan syariat serta
adab bangsa arab ortodoks juga mengerti hal itu.26
24 Ahmad Amin, Loc. Cit.
25 Ibid, hlm.141
26 Allamah Muhammad Amin Zainuddin, Membangun Surga di Hati dengan Kemuliaan,
(Jakarta: Pustaka Zahra, 2003)
11
Akhlak manusia yang didasarkan pada landasan normatif filosofis
tergambar dengan jelas dalam kehidupan sebagai berikut:
1. Kehidupan manusia individu yang dianut secara personal sebagai pijak
tingkah laku seseorang.
2. Kehidupan bermasyarakat yang ditunjuk dari pemahaman filosofis
terhadap berbagai pandangan para filsuf.
3. Kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Kehidupan beragama yang berdasarkan pandangan filosofis pendiri atau
agamanya.
5. Kehidupan berpolitik.27
Pandangan-pandangan tentang akhlak dalam kajian filsafat melahirkan
berbagai aliran yang kemudian digolongkan pada aliran etika dalam filsafat atau
filsafat etika yang paradigma didasarkan pada aksiologi dalam filsafat. Filsafat
sebagai induk pemikiran ilmiah selalu berada di belakang setiap kemajuan suatu
peradaban dialektika yang dibangun oleh Plato dan muridnya, Aristoteles. Plato
terkesan sangat idealistik dan meyakini bahwa eksistensi berada di luar aspek
fisik. Sementara bagi muridnya, Aristoteles, eksistensi melekat pada sesuatu yang
fisik. Bagi Plato, kebenaran yang ditangkap oleh panca indra dan dibenarkan
secara rasional oleh rasio. Pandangan tersebut mengesankan keyakinan Aristoteles
tentang keberadaan kebenaran yang paling hakiki, berada di luar segala sesuatu
yang empirik dan fisik.28
Menurut pemikiran Agustinus, manusia yang dipengaruhi platonisme,
tetapi tidak mengakui dualisme ekstrim Plato, jiwanya senantiasa terkurung oleh
27 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
28Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
12
tubuh. Dengan demikian manusia terdiri atas jasmani dan rohani yang harus
berjalan seimbang karena jiwa menggerakkan badan, badan mengamalkan
motivasi jiwa, dan jiwa harus selalu dibimbing oleh ajaran-ajaran yang datang dari
Tuhan.29
Tingkah laku manusia sangat bergantung pada cara pandang manusia
tentang kebenaran serta tujuan yang menjadi target bagi kehidupannya. Motivasi
manusia dalam berakhlak terdapat dalam hatinya, yang disebut dengan niat. Akan
tetapi, rahasia niat dapat dilihat dalam gambaran yang sesungguhnya sebagaimana
dipraktikkan oleh jasmaninya. Secara filosofis, tingkah laku lahir dari paham-
paham dan pandangan hidup seseorang. Dengan pandangan filosofis, akhlak
manusia dapat dilihat dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat yaitu sebagai
berikut:
1. Positivime
Kaum ini percaya bahwa penemuan hukum-hukum alam akan
membukakan batas-batas pasti yang dalam kenyataan sosial. Pandangan
posistivisme, masyarakat merupakan suatu keseluruhan organik yang
kenyataannya lebih dari jumlah bagian-bagian yang saling bergantung.
2. Pragmatisme
Pandangan utama pragmatisme adalah nilai dan konsep tentang akibat
suatu perbuatan.
3. Humanisme
29 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
13
Humanisme merupakan bagian dari filsafat, aliran ini memandang bahwa
manusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok
diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.
4. Marxisme
Ia berpandangan bahwa etika tidak ada hubungan dengan pemasangan
norma-norma abstrak dan daftar kewajiban. Marxisme memahami
manusia sebagai makhluk objektif. Akhlak Marxisme bukan merupakan
akhlak yang buruk jika dilihat dari segi upaya menyatukan kekuatan
manusia, menurutnya manusia selalu menemukan diri dalam struktur
sosial tertentu.
5. Empirisme
Aliran ini berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan bagi manusia yang mendahului rasio, akhlak manusia akan
terus berkembang karena merupakan bagian dari penggalian pengalaman
dan kebenaran yang dipengaruhi oleh manusia ketika pengalaman
hidupnya semakin banyak.30
D. Indikator Akhlak Perspektif Budaya
Budaya berasal dari dua kata, yaitu “budi” artinya akal dan “daya” artinya
kekuatan. Dengan demikian budaya artinya sebagai kekuatan akal. Potensi akal
terwujud dalam bentuk kehendak berpikir, berkarya, dan mengembangkan karya
ciptanya. Kebudayaan sebagai sistem hidup dalam arti cara manusia
mempertahankan kehidupannya. Oleh sebab itu, akhlak baik buruk dalam
perspektif kebudayaan adalah dengan melihat dan meneliti cara kerja dan cara
30 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
14
berpikir manusia untuk mengembangkan kehidupannya dari generasi ke
generasi.31
Manusia akan terus menciptakan kebudayaan secara sadar maupun tidak
sadar. Dalam kebudayaan manusia, yang mendasar dari perilaku individu
memiliki subjektivitas dan orientasi yang berbeda. Oleh sebab itu, baik dimensi
motivasional maupun dimensi nilai sebagai unsur orientasi diri manusia, dapat
lebur menjadi satu bentuk perilaku sosial, kemudian terbentuklah kebudayaan.32
Dengan pemahaman teoritik, indikator akhlak yang terpuji atau tercela
menurut kebudayaan sifatnya sangat relatif karena sistem normatif yang dijadikan
standar baik dan buruk adalah tradisi yang telah terlembagakan, akan tetapi,
tradisi normatif dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu agama, legenda, mitos,
filsafat, dan sebagainya.33
31 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
32 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
33 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal
02 Desember 2014
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami asumsikan yaitu sebagai berikut:
1. Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam
dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa
perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut
akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya, sedangkan indikator
merupakan sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau
keterangan.
2. Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah perbuatan yang
diperintahkan oleh ajaran Allah SWT. dan Rasul-Nya; perbuatan yang
mendatangkan kemashlahatan dunia dan akhirat; perbuatan yang
meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama
manusia; perbuatan yang menjadi tujuan syariat Islam. Sedangkan
indikator utama perbuatan yang tercela, adalah perbuatan yang didorong
oleh nafsu yang datang dari setan; perbuatan yang dimotivasi oleh ajaran
yang mendatangkan kerugian; perbuatan yang membahayakan dunia dan
akhirat; dan sebagainya.
3. Indikator akhlak perspektif filsuf yaitu tingkah laku manusia sangat
bergantung pada cara pandang manusia tentang kebenaran serta tujuan
yang menjadi target bagi kehidupannya. Motivasi manusia dalam
berakhlak terdapat dalam hatinya, yang disebut dengan niat. Akan tetapi,
rahasia niat dapat dilihat dalam gambaran yang sesungguhnya
sebagaimana dipraktikkan oleh jasmaninya. Secara filosofis, tingkah laku
lahir dari paham-paham dan pandangan hidup seseorang. Dengan
16
pandangan filosofis, akhlak manusia dapat dilihat dari aliran-aliran yang
terdapat dalam filsafat yaitu positivime, pragmatisme, humanisme,
marxisme, empirisme, dan sebagainya.
4. Indikator akhlak perspektif budaya: akhlak baik buruk dalam perspektif
kebudayaan adalah dengan melihat dan meneliti cara kerja dan cara
berpikir manusia untuk mengembangkan kehidupannya dari generasi ke
generasi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu hendaknya penulis mencari
lebih banyak referensi agar makalah yang dibuat lebih baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang. 1995.
Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT RajaGrafindo. 2002.
Barsihannor. Etika Islam. Makassar: Alauddin University Press. 2012.
Hidayat, Qomaruddin. Etika dalam Kitab Suci dan Relevansinya dalam
Kehidupan Modern Studi Kasus di Turki. Jakarta: Paramadina dalam
kumpulan artikel Yayasan Paramadina, pada www.paramadina.com.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
Mustofa. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. 2005.
Nata, Abiddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996.
Rohman, Roli Abdul. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri. 2009.
Salam, Burhanuddin. Etika Individual (Pola Dasar Filsafat Moral). Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2000.
http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/
diakses pada 12:58 WITA, 03 Desember 2014
http://www.lewokedaerik.blogspot.in/2012/10/indikator-indonesia-sehat_7400.html/
diakses pada 20:31 WITA, 03 Desember 2014
http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/
diakses pada 14:30 WITA, 02 Desember 2014.

More Related Content

What's hot

Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
 Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
Istna Zakia Iriana
 
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalamPertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalamIsa Ansori
 
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam IslamModul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Istna Zakia Iriana
 
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)Ulin Nuha
 
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama IslamModul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Istna Zakia Iriana
 
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahAl-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Yusuf Darismah
 
Sifat-sifat Allah
Sifat-sifat AllahSifat-sifat Allah
Sifat-sifat Allah
Fathun Ni'am
 
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
Namin AB Ibnu Solihin
 
hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam
Ainina Sa'id
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Abulkhair Abdullah
 
Ppt materi-hidup sehat dengan makanan dan minuman yang halal serta bergizi
Ppt materi-hidup sehat dengan makanan dan minuman yang halal serta bergiziPpt materi-hidup sehat dengan makanan dan minuman yang halal serta bergizi
Ppt materi-hidup sehat dengan makanan dan minuman yang halal serta bergizi
yukbelajar
 
PPT 7- DAKWAH.pptx
PPT 7- DAKWAH.pptxPPT 7- DAKWAH.pptx
PPT 7- DAKWAH.pptx
asrihandayani7
 
ppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadarppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadar
Usmawatidewi
 
KB 4 Pemerintahan Dalam Islam
KB 4 Pemerintahan Dalam IslamKB 4 Pemerintahan Dalam Islam
KB 4 Pemerintahan Dalam Islam
Istna Zakia Iriana
 
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogssTafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
arfian kurniawan
 
Makalah tentang syirik
Makalah tentang syirikMakalah tentang syirik
Makalah tentang syirik
amrin syahrafi
 
Materi Al Qur'an
Materi Al Qur'anMateri Al Qur'an
Materi Al Qur'an
ayudya fitri
 

What's hot (20)

Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
 Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
 
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalamPertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
 
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam IslamModul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
 
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
 
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama IslamModul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
 
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahAl-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
 
Sifat-sifat Allah
Sifat-sifat AllahSifat-sifat Allah
Sifat-sifat Allah
 
Lks aqidah akhlak
Lks aqidah akhlakLks aqidah akhlak
Lks aqidah akhlak
 
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
Materi Pesantren Ramadhan Menjadi Pelajar Berakhal Dan Berprestasi SD Al-Azha...
 
hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
 
Ppt materi-hidup sehat dengan makanan dan minuman yang halal serta bergizi
Ppt materi-hidup sehat dengan makanan dan minuman yang halal serta bergiziPpt materi-hidup sehat dengan makanan dan minuman yang halal serta bergizi
Ppt materi-hidup sehat dengan makanan dan minuman yang halal serta bergizi
 
PPT 7- DAKWAH.pptx
PPT 7- DAKWAH.pptxPPT 7- DAKWAH.pptx
PPT 7- DAKWAH.pptx
 
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAMAHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
 
ppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadarppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadar
 
KB 4 Pemerintahan Dalam Islam
KB 4 Pemerintahan Dalam IslamKB 4 Pemerintahan Dalam Islam
KB 4 Pemerintahan Dalam Islam
 
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogssTafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
 
Makalah tentang syirik
Makalah tentang syirikMakalah tentang syirik
Makalah tentang syirik
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
Materi Al Qur'an
Materi Al Qur'anMateri Al Qur'an
Materi Al Qur'an
 

Viewers also liked

Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
Arvina Frida Karela
 
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama) Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
Aisyah Turidho
 
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidahMakalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
Mulia Fathan
 
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
YULIA LIA
 
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaMakalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
School
 
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKMAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
Dwi Oktalidiasari
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Novita Widianingsih
 
Materi
MateriMateri
القبض و البسط
القبض و البسطالقبض و البسط
القبض و البسط
shakirah ibhraim
 
Dalil dali sifat allah
Dalil dali sifat allahDalil dali sifat allah
Dalil dali sifat allah
Failasuf Fadli
 
Rangkuman bab akhlak
Rangkuman bab akhlakRangkuman bab akhlak
Rangkuman bab akhlak
alfilza
 
iman kepada allah
iman kepada allahiman kepada allah
iman kepada allah
cmata07
 
Makalah pai-akhlak
Makalah pai-akhlakMakalah pai-akhlak
Makalah pai-akhlakSaepul Thea
 
Pendidikan aqidah dalam perspektif
Pendidikan aqidah dalam perspektifPendidikan aqidah dalam perspektif
Pendidikan aqidah dalam perspektifahmadm12345
 
Kajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islamKajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islamMuhsin Hariyanto
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Rewa D
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidah
Warnet Raha
 
Nifaq & keras hati
Nifaq & keras hatiNifaq & keras hati
Nifaq & keras hati
Pratiwi Nur Sa'adah
 
5. manajemen siswa
5. manajemen siswa5. manajemen siswa

Viewers also liked (20)

Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama) Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
 
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidahMakalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
 
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
 
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnyaMakalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
Makalah tentang akhlak dan ruang ligkupnya
 
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKMAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 
Materi
MateriMateri
Materi
 
القبض و البسط
القبض و البسطالقبض و البسط
القبض و البسط
 
Dalil dali sifat allah
Dalil dali sifat allahDalil dali sifat allah
Dalil dali sifat allah
 
Induk akhlak islami
Induk akhlak islamiInduk akhlak islami
Induk akhlak islami
 
Rangkuman bab akhlak
Rangkuman bab akhlakRangkuman bab akhlak
Rangkuman bab akhlak
 
iman kepada allah
iman kepada allahiman kepada allah
iman kepada allah
 
Makalah pai-akhlak
Makalah pai-akhlakMakalah pai-akhlak
Makalah pai-akhlak
 
Pendidikan aqidah dalam perspektif
Pendidikan aqidah dalam perspektifPendidikan aqidah dalam perspektif
Pendidikan aqidah dalam perspektif
 
Kajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islamKajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islam
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidah
 
Nifaq & keras hati
Nifaq & keras hatiNifaq & keras hati
Nifaq & keras hati
 
5. manajemen siswa
5. manajemen siswa5. manajemen siswa
5. manajemen siswa
 

Similar to Makalah akidah akhlak

Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Zukét Printing
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Zukét Printing
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agamaRudi Ajip
 
Hilda
HildaHilda
Akhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam IslamAkhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam Islam
Ilham Maulidi Hasan
 
Urgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan Masyarakat
Urgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan MasyarakatUrgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan Masyarakat
Urgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan Masyarakat
Munawwarah Nasir
 
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptxPERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
liaacha
 
Laporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufLaporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufAznil Muhammad
 
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1Yuli Yanti
 
aliran aliran dalam tasawuf
aliran aliran dalam tasawufaliran aliran dalam tasawuf
aliran aliran dalam tasawuf
Ahmad Minwar
 
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docxMakalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Karmila38
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologiHary Ihsan
 
Cara memahami ahlak
Cara memahami ahlakCara memahami ahlak
Cara memahami ahlak
Egi Sêtïâwâñ
 
Rangkuman "AKHLAK TASAWUF" (PAI SMST IV) - 2018
Rangkuman "AKHLAK TASAWUF" (PAI SMST IV) - 2018Rangkuman "AKHLAK TASAWUF" (PAI SMST IV) - 2018
Rangkuman "AKHLAK TASAWUF" (PAI SMST IV) - 2018
Qonita Aliyatunnuha
 
Makalah etika, moral dan akhlak
Makalah etika, moral dan akhlakMakalah etika, moral dan akhlak
Makalah etika, moral dan akhlak
Farichah Riha
 
Cbr isbd
Cbr isbdCbr isbd
Cbr isbd
Hafiza Zahra
 
Macam macam budi pekerti
Macam macam budi pekertiMacam macam budi pekerti
Macam macam budi pekertiwisty yulia
 
Makalah akhlak
Makalah akhlakMakalah akhlak
Makalah akhlak
andreanapulu
 
Makalah akhlak copy
Makalah akhlak   copyMakalah akhlak   copy
Makalah akhlak copy
andreanapulu
 

Similar to Makalah akidah akhlak (20)

Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
 
Hilda
HildaHilda
Hilda
 
Makalah pai-akhlak
Makalah pai-akhlakMakalah pai-akhlak
Makalah pai-akhlak
 
Akhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam IslamAkhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam Islam
 
Urgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan Masyarakat
Urgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan MasyarakatUrgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan Masyarakat
Urgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan Masyarakat
 
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptxPERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
PERSENTASE KELOMPOK A (MORAL).pptx
 
Laporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufLaporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawuf
 
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
 
aliran aliran dalam tasawuf
aliran aliran dalam tasawufaliran aliran dalam tasawuf
aliran aliran dalam tasawuf
 
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docxMakalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Cara memahami ahlak
Cara memahami ahlakCara memahami ahlak
Cara memahami ahlak
 
Rangkuman "AKHLAK TASAWUF" (PAI SMST IV) - 2018
Rangkuman "AKHLAK TASAWUF" (PAI SMST IV) - 2018Rangkuman "AKHLAK TASAWUF" (PAI SMST IV) - 2018
Rangkuman "AKHLAK TASAWUF" (PAI SMST IV) - 2018
 
Makalah etika, moral dan akhlak
Makalah etika, moral dan akhlakMakalah etika, moral dan akhlak
Makalah etika, moral dan akhlak
 
Cbr isbd
Cbr isbdCbr isbd
Cbr isbd
 
Macam macam budi pekerti
Macam macam budi pekertiMacam macam budi pekerti
Macam macam budi pekerti
 
Makalah akhlak
Makalah akhlakMakalah akhlak
Makalah akhlak
 
Makalah akhlak copy
Makalah akhlak   copyMakalah akhlak   copy
Makalah akhlak copy
 

Makalah akidah akhlak

  • 1. i MAKALAH AKIDAH AKHLAK “INDIKATOR AKHLAK PERSPEKTIF AGAMA, FILSUF, DAN BUDAYA” DISUSUN OLEH KELOMPOK XII SURYANINGRUM PUTRI 20700113042 ANDI RUSDYAMIN 20700113050 REZKYAMALIA 20700113060 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2014
  • 2. i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, berkat hidayah, ridha, dan inayah-Nya, penyusunan makalah ini dapat dirampungkan. Selawat serta salam secara khusus disampaikan kepada Rasulullah saw. atas segala keteladanan dan pengorbanan beliau dalam mendidik pengikut dan umatnya agar menjadi manusia yang berakhlak mulia. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akidah Akhlak yang membahas tentang “Indikator Akhlak Perspektif Agama, Filsuf, dan Budaya”. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Sebagai manusia penyandang relativitas kebenaran, penyusun menyadari banyaknya kekurangan yang mewarnai makalah ini. Dengan tujuan peningkatan wawasan, penyusun mengharapkan sumbangan pemikiran Anda demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini, maupun makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Makassar, 02 Desember 2014 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI Kata Pengantar.......................................................................................................ii Daftar Isi ................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................................1 B. Rumusan Masalah.............................................................................................2 C. Tujuan................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akhlak dan Indikator Akhlak..........................................................3 B. Indikator Akhlak Perspektif Agama..................................................................3 C. Indikator Akhlak Perspektif Filsuf....................................................................5 D. Indikator Akhlak Perspektif Budaya................................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................................11 B. Isi.....................................................................................................................12 Daftar Pustaka......................................................................................................13
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk. Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk sehingga dapat dilatarbelakangi sesuatu yang mutlak dan relatif. Pernyataan-pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau buruk memiliki indikator yang pasti. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikaji indikator akhlak perspektif agama, filsuf, dan budaya yang akan dituangkan di dalam makalah ini.
  • 5. 2 B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian akhlak dan indikator akhlak? 2. Bagaimana indikator akhlak perspektif agama? 3. Bagaimana indikator akhlak perspektif filsuf? 4. Bagaimana indikator akhlak perspektif budaya? C. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian akhlak dan indikator akhlak? 2. Bagaimana indikator akhlak perspektif agama? 3. Bagaimana indikator akhlak perspektif filsuf? 4. Bagaimana indikator akhlak perspektif budaya?
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akhlak dan Indikator Akhlak Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, “khuluq”. Jamaknya adalah “khuluqun”. Menurut bahasa, kata khuluq berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat.1 Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. 2 Indikator merupakan sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan.3 Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk atau indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan.4 Dalam hal penentuan baik dan buruk dapat dilihat dari beberapa segi pandang. Penentuan ini bisa dilihat dari konteks filsafat, agama, tradisi, budaya, ideologi, dan lain-lain. Definisi baik dan buruk biasanya sangant bertentangan satu sama lain tergantung dari mana kita melihat definisi itu. Bahkan definisi itu bisa bertentangan, walaupun definisi itu berasal dari konteks yang sama, misalnya 1 Roli Abdul Rohman, Menjaga Akidah dan Akhlak (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 48 2 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hlm. 3 3 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online 4 Erik Lewokeda, “Definisi Indkator”, diakses dari http://www.lewokedaerik.blogspot.in/2012/10/indikator-indonesia-sehat_7400.html/ pada tanggal 03 Desember 2014
  • 7. 4 budaya, akan bertentangan antara baik dan buruk budaya satu dengan yang lainnya. Sehingga pengertian baik dan buruk itu bersifat subjektif, karena tergantung dari individu yang menilainya.5 Kebanyakan manusia berselisih dalam pandangannya mengenai sesuatu; diantara mereka ada yang melihatnya baik dan diantara mereka ada yang melihatnya buruk; bahkan ada seorang yang melihat sesuatu baik dalam waktu ini, lalu melihatnya buruk pada waktu lain.6 Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini diseebabkan adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbedaan tolak ukur tersebut disebabkan karena adanya perbedaan agama, kepercayaan, cara berfikir, ideologi, lingkungan hidup, dan sebagainya.7 Ada pendapat yang mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan insting. Hal ini berfungsi bagi manusia untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, yang berbeda-beda, karena pengaruh kondisi dan situasi lingkungan. Dan seandainya dalam satu lingkungan pun belum tentu mempunyai kesamaan insting. Kemudian pada diri manusia juga mempunyai ilham yang dapat mengenal nilai sesuatu itu baik atau buruk.8 B. Indikator Akhlak Perspektif Agama Yang dimaksud dengan “akhlak” yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah) yang biasa juga dinamakan “fadillah” (kelebihan). Imam Al- Ghazali menggunakan juga perkataan “munjiyat” yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan.9 5Ardi al-Maqassary, “Konsep Baik Buruk Perspektif Filsafat”, Psychology Mania, diakses dari http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/ pada tanggal 03 Desember 2014 6 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak) (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 87 7 Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), hlm. 53. 8 Ibid 9 Burhanuddin Salam, Etika Individual (Pola Dasar Filsafat Moral) (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 168
  • 8. 5 Sebagai kebalikan dari akhlaqul mahmudah ialah akhlaqul mazmumah yang berarti tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat (qahibah) yang menurut istilah al-Ghazali disebutnya muhlikat artinya segala sesuatu yang membinasakan atau mencelakan.10 Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr (dalam bahasa Arab) yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam bahasa Inggris) good = that which is morally right or acceptable sedangkan kebalikan kata baik adalah buruk, kata buruk sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad dalam bahasa Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya. Bila dihubungkan dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq yang baik) menurut Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam manusia tersebut.11 Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang dihasilkan, sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan terwujudnya perilaku. Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung berani melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali dapat dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki tujuan baik dan selaras dengan alam manusia. Islam (Al-Qur’an) menentukan baik dan buruk sesuai dengan firman Allah ataupun hadist nabi. Baik dan buruk di sini harus sesuai dengan pandangan Islam itu sendiri. Pandangan Islam tentang baik dan buruk kata ma’ruf adalah ism 10 Burhanuddin Salam, Loc. Cit 11 Abiddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996).
  • 9. 6 maf’ul, kata kerjanya adalah ‘arafa yang mengandung arti mengetahui (to know), mengenal atau mengakui (to recognize), melihat dengan tajam atau mengenali perbedaan (to discern). Kata ma’ruf kemudian diartikan sebagai sesuatu yang diketahui, yang dikenal atau yang diakui. Adakalanya juga diartikan sebagai menurut nalar (reason), sepantasnya dan secukupnya. Al-Raghib al-Ashfahani mengartikan sebagai “apa yang dianggap baik oleh syariat dan akal”. Kata ma’ruf dalam Al-Quran terulang sebanyak 32 kali, di antaranya Q.S. Al-Baqarah: 263     Terjemahannya: 263. “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Q.S. Al- Baqarah: 263)12 Lawan dari kata ma’ruf adalah munkar. Munkar berasal dari kata nakara yang berasal dari kata nun, kaf, dan ra. Akar kata ini mengandung arti aneh, sulit, buruk, tidak dikenal (lawan ma’ruf) dan juga mengingkari. Secara bahasa, munkar diartikan sebagai segala sesuatu yang dipandang buruk, baik dari norma dari syariat maupun norma akal sehat.13 Kejahatan adalah satu dari sekian banyak kesulitan yang beerkaitan dengan persoalan keadilan Tuhan. Pembahasan ini bukan persoalan ilmiah yang dapat dijawab melalui eksperimen dan observasi, bukan juga masalah praktis yang bisa diselesaikan dengan keputusan dan tindakan. Tetapi, ia lebih merupakan 12 Ardi al-Maqassary, “Konsep Baik Buruk Perspektif Filsafat”, Psychology Mania, diakses dari http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/ pada tanggal 03 Desember 2014 13 Ardi al-Maqassary, “Konsep Baik Buruk Perspektif Filsafat”, Psychology Mania, diakses dari http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/ pada tanggal 03 Desember 2014
  • 10. 7 problem filosofis yang menghendaki suatu dalil pemikiran yang dapat menjelaskannya secara proporsional. Begitu fundamentalnya persoalan ini, sehingga hampir semua ajaran yang bersifat keagamaan (teologis) maupun kefilsafatan merasa perlu memberikan tanggapan dengan cara dan metodenya masing-masing.14 Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai kemanusiaan atau hubungan personal, interpersonal dan masyarakat secara agung dan luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian yang mengikat semua aspek manusia. Karena Islam yang berakar pada kata “salima” dapat diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan sifatnya fitrah. Kedamaian akan hadir, jika manusia itu sendiri menggunakan dorongan diri kea rah memanusiakan manusia dan atau memosisikan dirinya sebagai makhlik ciptaan Tuhan yang sempurna.15 Kelompok Mu’tazilah yang merupakan salah satu aliran teologi besar dalam sejarah Islam berkeyakinan bahwa perbuatan-perbuatan pada hakikatnya ada yang baik secara esensinya dan adapula yang buruk secara esensinya, dan akal manusia dapat mengetahui kebaikan dan keburukan, dan dari sinilah hukum Islam akan tersingkap, karena hukum Islam tidak mungkin bertentangan dengan akal.16 Menurut paham Asy’ariyah, nilai kebaikan suatu tindakan bukannya terletak pada obyektivitas nilainya, melainkan pada ketaatannya pada kehendak Tuhan. Asy’ariyah berpandangan bahwa manusia itu bagaikan ‘anak kecil’ yang harus senantiasa dibimbing oleh wahyu karena tanpa wahyu manusia tidak mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.17 14 Barsihannor, Etika Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2012), hlm. 73 15 Ibid, hlm. 71 16 Ibid, hlm. 72 17 Qomaruddin Hidayat, Etika Dalam Kitab Suci Dan Relevansinya dalam Kehidupan Modern Studi Kasus di Turki, (Jakarta: Paramadina), dalam kumpulan artikel Yayasan Paramadina, pada www.paramadina.com
  • 11. 8 Adapun komprehensi-komprerhensi yang digunakan dalam akhlak (etika) seperti “baik”, “buruk”, “harus”, “tidak boleh”, “benar”, “tiddak benar”, “tugas”, dan “tanggung jawab”, semuanya merupakan komprehensi-komprehensi khusus yang mempunyai makna dan pengertian masing-masing. Pemahaman-pemahaman nilai ini memiliki faedah dalam penggunaanya ketika mempunyai basis dan landasan ontologisme, sehingga jika seseorang melanggar nilai-nilai akhlak, ia akan merasakan konsekuensi dari pelanggarannya dalam bentuk penderitaan atau kepedihan hidup serta jauh dari kebahagiaan.18 Penting untuk direnungkan oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini, tentang terminologi yang hitam-putih mengenai perilaku baik dan buruk, mengenai akhlak terpuji dan tercela.19 Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah sebagi berikut: 1. Perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Allah SWT. dan Rasul-Nya. 2. Perbuatan yang mendatangkan kemashlahatan dunia dan akhirat. 3. Perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama manusia. 4. Perbuatan yang menjadi tujuan syariat Islam. Indikator utama perbuatan yang tercela, sebagai berikut: 1. Perbuatan yang didorong oleh nafsu yang dating dari setan. 2. Perbuatan yang dimotivasi oleh ajaran thogut yang mendatangkan kerugian. 3. Perbuatan yang membahayakan dunia dan akhirat. 4. Perbuatan yang menyimpang dari syariat Islam. 5. Perbuatan yang mengakibatkan permusuhan. 18 Barsihannor, Etika Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2012), hlm. 76 19 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014
  • 12. 9 6. Perbuatan yang menimbulkan bencana. 7. Perbuatan yang membuat kebudayaan menjadi punah. 8. Perbuatan yang melahirkan konflik.20 C. Indikator akhlak perspektif filsuf Filsafat adalah seni kritik yang bukan semata-mata membatasi diri pada destruksi atau seakan-akan takut untuk membawa pandangan positifnya sendiri. Sifat kritis filsafat ditunjukkan oleh tiga pendekatan filsafat, yaitu ontologis, epistemologis, dan aksiologis.21 Setelah ahli-ahli filsafat menyelidiki ukuran baik dan buruk secara ilmu pengetahuan, di antara mereka berpendapat bahwa ukuran itu ialah bahagia; bahagia ialah tujuan akhir dari hidup manusia. Mereka mengartikan bahagia ialah kelezatan dan sepi dari kepedihan. Kelezatan bagi mereka ialah ukuran perbuatan. Maka perbuatan yang mengandung kelezatan itu baik, sebaliknya yang mengandung pedih ialah buruk.22 Ahli-ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada akhlak, tetapi kebanyakan penyelidikannya mengenai alam. Sehingga datang Sophisticians (500-450 SM) (arti Sophisticians ialah orang yang bijaksana). Buah fikiran dan pendapat mereka berbeda-beda, akan tetapi taqwa mereka adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalist yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.23 Pandangan dalam kewajiban-kewajiban ini menimbulkan pandangan mengenai pokok-pokok akhlak dan diikuti pula dengan keutamaan-keutamaan 20 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014 21Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014 22 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm. 90 23 Ibid, hlm. 141
  • 13. 10 mengenai sebagian adat-adat lama dan pelajaran-pelajaran yang dilakukan oleh orang-orang dahulu.24 Socrates terpandang sebagai pembangun (perintis) ilmu akhlak, karena ia pertama yang usaha dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk perhubungan itu, tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan pada ilmu pengetahuan.25 Para filsuf kuno berkata, “manusia dilahirkan bagaikan lembaran-lembaran putih yang akan dilukis oleh pendidik atau yang dikehendakinya”. Maksudnya adalah: jiwa anak kecil dilatih oleh nalurinya, ia mudah dipengaruhi oleh pendidik dan pembimbingnya. Sebab, insting anak kecil selalu bersih (benar) dan tidak menyimpang dan tidak berupa karakter tertentu. Oleh karena itu, ia mudah diarahkan dan siap untuk dididik. Jadi, yang mereka maksudkan dari “lembaran putih” pada anak kecil ialah kekosongan jiwanya dari malakah al khu luqiyah (akhlak yang melekat dalam jiwa), bukan kekosongannya dari naluri dan watak yang terwarisi. Sedangkan pendidik menanamkan padanya berbagai akhlak, yang tidak berarti ia menciptakan naluri di dalamnya. Mereka mengatakan demikian guna menyanggah orang-orang yang mengatakan: “manusia menjadi baik karena tabiatnya”, dan perkataan: “manusia menjadi jahat juga dikarenakan wataknya”. Adapun hukum keturunan yang dijadikan sebagai sandaran untuk menyanggah teori ini tidak menunjukkan bahwa anak kecil mewarisi akhlak dari nenek moyangnya. Namun ia hanya mewarisi prinsip-prinsip akhlak dan kesiapan dalam naluri, yang mana filsafat kuno tidak mengingkari hal itu, bahkan syariat serta adab bangsa arab ortodoks juga mengerti hal itu.26 24 Ahmad Amin, Loc. Cit. 25 Ibid, hlm.141 26 Allamah Muhammad Amin Zainuddin, Membangun Surga di Hati dengan Kemuliaan, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003)
  • 14. 11 Akhlak manusia yang didasarkan pada landasan normatif filosofis tergambar dengan jelas dalam kehidupan sebagai berikut: 1. Kehidupan manusia individu yang dianut secara personal sebagai pijak tingkah laku seseorang. 2. Kehidupan bermasyarakat yang ditunjuk dari pemahaman filosofis terhadap berbagai pandangan para filsuf. 3. Kehidupan berbangsa dan bernegara. 4. Kehidupan beragama yang berdasarkan pandangan filosofis pendiri atau agamanya. 5. Kehidupan berpolitik.27 Pandangan-pandangan tentang akhlak dalam kajian filsafat melahirkan berbagai aliran yang kemudian digolongkan pada aliran etika dalam filsafat atau filsafat etika yang paradigma didasarkan pada aksiologi dalam filsafat. Filsafat sebagai induk pemikiran ilmiah selalu berada di belakang setiap kemajuan suatu peradaban dialektika yang dibangun oleh Plato dan muridnya, Aristoteles. Plato terkesan sangat idealistik dan meyakini bahwa eksistensi berada di luar aspek fisik. Sementara bagi muridnya, Aristoteles, eksistensi melekat pada sesuatu yang fisik. Bagi Plato, kebenaran yang ditangkap oleh panca indra dan dibenarkan secara rasional oleh rasio. Pandangan tersebut mengesankan keyakinan Aristoteles tentang keberadaan kebenaran yang paling hakiki, berada di luar segala sesuatu yang empirik dan fisik.28 Menurut pemikiran Agustinus, manusia yang dipengaruhi platonisme, tetapi tidak mengakui dualisme ekstrim Plato, jiwanya senantiasa terkurung oleh 27 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014 28Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014
  • 15. 12 tubuh. Dengan demikian manusia terdiri atas jasmani dan rohani yang harus berjalan seimbang karena jiwa menggerakkan badan, badan mengamalkan motivasi jiwa, dan jiwa harus selalu dibimbing oleh ajaran-ajaran yang datang dari Tuhan.29 Tingkah laku manusia sangat bergantung pada cara pandang manusia tentang kebenaran serta tujuan yang menjadi target bagi kehidupannya. Motivasi manusia dalam berakhlak terdapat dalam hatinya, yang disebut dengan niat. Akan tetapi, rahasia niat dapat dilihat dalam gambaran yang sesungguhnya sebagaimana dipraktikkan oleh jasmaninya. Secara filosofis, tingkah laku lahir dari paham- paham dan pandangan hidup seseorang. Dengan pandangan filosofis, akhlak manusia dapat dilihat dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat yaitu sebagai berikut: 1. Positivime Kaum ini percaya bahwa penemuan hukum-hukum alam akan membukakan batas-batas pasti yang dalam kenyataan sosial. Pandangan posistivisme, masyarakat merupakan suatu keseluruhan organik yang kenyataannya lebih dari jumlah bagian-bagian yang saling bergantung. 2. Pragmatisme Pandangan utama pragmatisme adalah nilai dan konsep tentang akibat suatu perbuatan. 3. Humanisme 29 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014
  • 16. 13 Humanisme merupakan bagian dari filsafat, aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya. 4. Marxisme Ia berpandangan bahwa etika tidak ada hubungan dengan pemasangan norma-norma abstrak dan daftar kewajiban. Marxisme memahami manusia sebagai makhluk objektif. Akhlak Marxisme bukan merupakan akhlak yang buruk jika dilihat dari segi upaya menyatukan kekuatan manusia, menurutnya manusia selalu menemukan diri dalam struktur sosial tertentu. 5. Empirisme Aliran ini berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi manusia yang mendahului rasio, akhlak manusia akan terus berkembang karena merupakan bagian dari penggalian pengalaman dan kebenaran yang dipengaruhi oleh manusia ketika pengalaman hidupnya semakin banyak.30 D. Indikator Akhlak Perspektif Budaya Budaya berasal dari dua kata, yaitu “budi” artinya akal dan “daya” artinya kekuatan. Dengan demikian budaya artinya sebagai kekuatan akal. Potensi akal terwujud dalam bentuk kehendak berpikir, berkarya, dan mengembangkan karya ciptanya. Kebudayaan sebagai sistem hidup dalam arti cara manusia mempertahankan kehidupannya. Oleh sebab itu, akhlak baik buruk dalam perspektif kebudayaan adalah dengan melihat dan meneliti cara kerja dan cara 30 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014
  • 17. 14 berpikir manusia untuk mengembangkan kehidupannya dari generasi ke generasi.31 Manusia akan terus menciptakan kebudayaan secara sadar maupun tidak sadar. Dalam kebudayaan manusia, yang mendasar dari perilaku individu memiliki subjektivitas dan orientasi yang berbeda. Oleh sebab itu, baik dimensi motivasional maupun dimensi nilai sebagai unsur orientasi diri manusia, dapat lebur menjadi satu bentuk perilaku sosial, kemudian terbentuklah kebudayaan.32 Dengan pemahaman teoritik, indikator akhlak yang terpuji atau tercela menurut kebudayaan sifatnya sangat relatif karena sistem normatif yang dijadikan standar baik dan buruk adalah tradisi yang telah terlembagakan, akan tetapi, tradisi normatif dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu agama, legenda, mitos, filsafat, dan sebagainya.33 31 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014 32 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014 33 Aditri Sutisna, “Pengertian dan Ilmu tentang Akhlak”, Aditri 03, diakses dari http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ pada tanggal 02 Desember 2014
  • 18. 15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat kami asumsikan yaitu sebagai berikut: 1. Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya, sedangkan indikator merupakan sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan. 2. Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Allah SWT. dan Rasul-Nya; perbuatan yang mendatangkan kemashlahatan dunia dan akhirat; perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama manusia; perbuatan yang menjadi tujuan syariat Islam. Sedangkan indikator utama perbuatan yang tercela, adalah perbuatan yang didorong oleh nafsu yang datang dari setan; perbuatan yang dimotivasi oleh ajaran yang mendatangkan kerugian; perbuatan yang membahayakan dunia dan akhirat; dan sebagainya. 3. Indikator akhlak perspektif filsuf yaitu tingkah laku manusia sangat bergantung pada cara pandang manusia tentang kebenaran serta tujuan yang menjadi target bagi kehidupannya. Motivasi manusia dalam berakhlak terdapat dalam hatinya, yang disebut dengan niat. Akan tetapi, rahasia niat dapat dilihat dalam gambaran yang sesungguhnya sebagaimana dipraktikkan oleh jasmaninya. Secara filosofis, tingkah laku lahir dari paham-paham dan pandangan hidup seseorang. Dengan
  • 19. 16 pandangan filosofis, akhlak manusia dapat dilihat dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat yaitu positivime, pragmatisme, humanisme, marxisme, empirisme, dan sebagainya. 4. Indikator akhlak perspektif budaya: akhlak baik buruk dalam perspektif kebudayaan adalah dengan melihat dan meneliti cara kerja dan cara berpikir manusia untuk mengembangkan kehidupannya dari generasi ke generasi. B. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu hendaknya penulis mencari lebih banyak referensi agar makalah yang dibuat lebih baik.
  • 20. 17 DAFTAR PUSTAKA Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang. 1995. Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT RajaGrafindo. 2002. Barsihannor. Etika Islam. Makassar: Alauddin University Press. 2012. Hidayat, Qomaruddin. Etika dalam Kitab Suci dan Relevansinya dalam Kehidupan Modern Studi Kasus di Turki. Jakarta: Paramadina dalam kumpulan artikel Yayasan Paramadina, pada www.paramadina.com. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online Mustofa. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. 2005. Nata, Abiddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996. Rohman, Roli Abdul. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2009. Salam, Burhanuddin. Etika Individual (Pola Dasar Filsafat Moral). Jakarta: PT Rineka Cipta. 2000. http://www.psychologymania.net/2010/02/konsep-baik-buruk-perspektif-filsafat.html/ diakses pada 12:58 WITA, 03 Desember 2014 http://www.lewokedaerik.blogspot.in/2012/10/indikator-indonesia-sehat_7400.html/ diakses pada 20:31 WITA, 03 Desember 2014 http://www.aditri03.blogspot.in/2013/12/pengertian-dan-ilmu-tentang-akhlak.html/ diakses pada 14:30 WITA, 02 Desember 2014.