Rekonstruksi jalan dalam kota Pekanbaru bertujuan untuk meningkatkan kualitas jalan yang ada agar lebih memenuhi standar dan mendukung aktivitas ekonomi masyarakat. Laporan ini membahas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proyek rekonstruksi jalan selama 2 bulan, mulai dari persiapan lahan, pembangunan fondasi dan struktur jalan, hingga pengerjaan lapisan atas jalan.
Pengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannyaAngga Nugraha
dibuat oleh Angga Nugraha
lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Materi ini mengenai cara-cara dan contoh perhitungan detail pada pekerjaan Tack Coat dan Prime Coat dalam konstruksi jalan.
Pengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannyaAngga Nugraha
dibuat oleh Angga Nugraha
lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Materi ini mengenai cara-cara dan contoh perhitungan detail pada pekerjaan Tack Coat dan Prime Coat dalam konstruksi jalan.
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, Lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Sebuah tulisan mengenai cara menghitung pembesian pada bore pile atau strauss pile terutama untuk bentuk sengkang / begel yang berbentuk spiral
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, Lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Sebuah tulisan mengenai cara menghitung pembesian pada bore pile atau strauss pile terutama untuk bentuk sengkang / begel yang berbentuk spiral
1. LAPORAN KERJA PRAKTEK
REKONSTRUKSI / PENINGKATAN JALAN DALAM KOTA PEKANBARU
PROVINSI RIAU
Diajukan Sebagai Persyaratan Mengikuti Kurikulum
Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
Disusun oleh:
RIZKI RAMADAN
183110415
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022
2. LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
REKONSTRUKSI / PENINGKATAN JALAN DALAM KOTA PEKANBARU
Disetujui Oleh:
FIRMAN SYARIF, ST., M.Eng
Dosen Pembimbing
Pekanbaru, 03 Januari 2022
Disusun Oleh:
(Qoiddul Adli)
183110171
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022
3. UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jln. Kaharuddin Nasution no.113, Perhentian Marpoyan, Pekanbaru-Riau-Indonesia 28284
Telp: 0761-674674, fax: 0761-674834
BERITA ACARA ASISTENSI
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
REKONSTRUKSI / PENINGKATAN JALAN DALAM KOTA PEKANBARU
Nama : Rizki Ramadan
NPM : 183110415
No Tanggal Uraian Paraf
5. i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga laporan kerja praktek dengan judul
“Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru” dapat
terselesaikan. Mata kuliah kerja praktek merupakan mata kuliah wajib pada
program studi Strata 1 (S1) pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau. Kerja praktek merupakan wadah bagi mahasiswa atau
mahasiswi untuk merealisasikan ilmu yang telah didapatkan dalam perkuliahan
serta dapat belajar dan menambah wawasan dalam dunia konstruksi untuk
menunjang pembangunan Indonesia yang lebih baik kedepannya.
Laporan kerja praktek ini berisi rangkuman serta kesimpulan dari
pengamatan maupun analisa selama melaksanakan kerja praktek kurang lebih 2
bulan. Laporan kerja praktek ini terdiri dari 8 (delapan) bab di mana bab I
membahas mengenai latar belakang kerja praktek dan gambaran umum proyek,
bab II membahas mengenai kriteria perencanaan, bab III membahas manajemen
dan sistem organisasi proyek, bab IV membahas mengenai material, peralatan,
dan tenaga kerja, bab V membahas mengenai metode pelaksanaan pekerjaan, bab
VI membahas mengenai pengawasan dan pengendalian proyek, bab VII
membahas tinjauan khusus, dan yang terakhir bab VIII sebagai penutup.
Dengan selesainya laporan ini, penyusun menyadari akan segala keterbatasan
dan kekurangan yang dimiliki, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan diterima dengan baik dan berharap semoga laporan kerja
praktek ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Teknik Sipil dan pihak yang
membutuhkan lainnya.
Pekanbaru, 03 Januari 2022
Penulis
6. ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada berbagai pihak yang telah membantu dan bimbingan yang
telah diberikan dalam penyelesaian Laporan Kerja Praktek ini, dan ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Eng. Muslim, S.T., M.T. sebagai Dekan Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau.
2. Ibu Dr. Mursyidah, M.Sc sebagai wakil Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
3. Bapak Dr. Anas Puri, S.T., M.T. sebagai Wakil Dekan II Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
4. Akmar Efendi, S.kom,.M.kom . sebagai Wakil Dekan II Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
5. Ibu Harmiyati, ST., MT sebagai Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Riau.
6. Ibu Sapitri, ST, M.Eng sebagai Sekretaris Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Riau.
7. Bapak Firman Syarif, ST., M.Eng Sebagai Pembimbing dalam penyusunan
laporan kerja praktek.
8. Bapak Sabar Santosa. Sebagai Direktur CV. Purnama Karya pada
Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru.
9. Bapak Efendi Darmawi, ST. sebagai Manager Proyek pada Rekonstruksi /
Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru.
10. Bapak Mulyadi Atmowiyona sebagai Quality pada Rekonstruksi /
Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru.
11. Bapak Eko Prasetya, ST. sebagai Quantity pada Rekonstruksi /
Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru.
12. Bapak Syafril sebagai Pembimbing Lapangan pada Rekonstruksi /
Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru.
13. CV. Purnama Karya selaku kontraktor pelaksana yang telah memberikan
izin untuk melaksanakan kegiatan Kerja Praktik. Penulis mengucapkan
terimakasih, khususnya kepada Bapak Hendra, Bapak Adi, dan Bapak
7. iii
Febri yang mana telah membimbing dan telah banyak membantu dan
mengajarkan banyak hal selama kerja praktek.
14. Kedua orangtua tercinta yang telah member motivasi dan doa serta
bantuan baik moril dan materil selama masa kerja praktik.
15. Rekan-rekan mahasiswa/I Teknik Sipil dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah memberi motivasi dan semangat dalam
menyelesaikan laporan ini.
Menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan laporan di masa yang akan datang. Dan semoga laporan
kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah membacanya.
Pekanbaru, 03 Januari 2022
Penulis
8. iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat.................................................................................. 1
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan.................................................................. 2
1.4 Metodologi Penulisan............................................................................... 2
1.5 Lokasi Proyek........................................................................................... 3
1.6 Gambaran Umum Proyek......................................................................... 4
1.7 Gambaran Teknis Proyek ......................................................................... 5
BAB II KRITERIA PERENCANAAN .................................................................. 6
2.1 Tinjauan Umum........................................................................................ 6
2.2 Dasar - Dasar Perencanaan....................................................................... 7
2.3 Perencanaan Letak Kontruksi................................................................... 8
2.4 Perencanaan Struktur................................................................................ 9
BAB III MANAJEMEN DAN SISTEM ORGANISASI ..................................... 13
3.1 Pengertian Umum................................................................................... 13
3.2 Unsur – Unsur Pokok Dalam Pelaksanaan Pembangunan ..................... 15
3.3 Unsur – Unsur Organisasi ...................................................................... 18
3.4 Waktu Kerja ........................................................................................... 23
3.5 Upah Kerja ............................................................................................. 25
9. v
3.6 Administrasi Proyek............................................................................... 26
BAB IV MATERIAL, PERALATAN DAN TENAGA KERJA ......................... 29
4.1 Material .................................................................................................. 29
4.2 Peralatan ................................................................................................. 31
4.3 Sumber Daya Manusia ........................................................................... 42
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN ............................................................ 44
5.1 Tinjauan Umum...................................................................................... 44
5.2 Pekerjaan di Lapangan ........................................................................... 44
BAB VI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK ......................... 56
6.1 Tinjauan Umum...................................................................................... 56
6.2 Pengendalian Mutu Pekerjaan................................................................ 57
6.3 Pengawasan dan Pengendalian Waktu ................................................... 62
6.4 Pengawasan dan Pengendalian Biaya..................................................... 63
6.5 Sistem Laporan....................................................................................... 64
6.6 Masalah Pelaksanaan Proyek ................................................................. 66
BAB VII TINJAUAN KHUSUS .......................................................................... 67
7.1 Tinjauan Umum.......................................Error! Bookmark not defined.
7.2 Perhitungan Volume................................Error! Bookmark not defined.
7.3 Data Base B...........................................Error! Bookmark not defined.8
7.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB) ........................................................... 70
BAB VIII PENUTUP............................................................................................ 78
8.1 Kesimpulan............................................................................................. 78
8.2 Saran....................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80
LAMPIRAN.......................................................................................................... 82
10. vi
DAFTAR TABEL
Tabel 6. 1 Kurva S Proyek.................................................................................... 63
Tabel 7. 1 Lapisan Pondasi Agregat Kelas B.......Error! Bookmark not defined.8
Tabel 7. 2 Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan.............................................. 71
Tabel 7. 3 Mobilisasi Umum..................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 7. 4 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.......... Error! Bookmark not
defined.3
Tabel 7. 5 Harga Dasar Satuan Upah...................Error! Bookmark not defined.4
Tabel 7. 6 Harga Dasar Satuan Bahan .................Error! Bookmark not defined.5
Tabel 7. 7 Daftar Biaya Sewa Peralatan Per Jam Kerja....... Error! Bookmark not
defined.6
Tabel 7. 8 Pengadaan Agregat Kelas B................Error! Bookmark not defined.7
11. vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Lokasi Konstruksi....................................................................... 3
Gambar 1. 2 Papan Proyek Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota
Pekanbaru................................................................................................................ 4
Gambar 2. 1 Peta Lokasi Konstruksi....................................................................... 8
Gambar 4. 1 Penempatan Base B.......................................................................... 29
Gambar 4. 2 Penempatan Base A.......................................................................... 30
Gambar 4. 3 Penempatan AC–BC......................................................................... 30
Gambar 4. 4 Penempatan AC-WC......................................................................... 31
Gambar 4. 5 Dump Truck...................................................................................... 32
Gambar 4. 6 Motor Grader................................................................................... 34
Gambar 4. 7 Vibration Roller ............................................................................... 34
Gambar 4. 8 Spray Prime Coat............................................................................. 35
Gambar 4. 9 Asphalt Finisher............................................................................... 36
Gambar 4. 10 Tandem Roller................................................................................ 36
Gambar 4. 11 Pneumatic Tire Roller.................................................................... 37
Gambar 4. 12 Water Tank Truck........................................................................... 37
Gambar 4. 13 Wheel Loader ................................................................................. 38
Gambar 4. 14 Asphalt Sprayer.............................................................................. 38
Gambar 4. 15 Jack Hammer ................................................................................. 39
Gambar 4. 16 Neraca Ohaus................................................................................. 39
Gambar 4. 17 Corong dan Botol Pasir .................................................................. 40
Gambar 4. 18 Pelat besi, Paku, dan Sendok besi .................................................. 40
Gambar 4. 19 Martil dan Pahat ............................................................................. 41
Gambar 4. 20 Pasir Ottawa ................................................................................... 41
Gambar 4. 22 AMP (Asphalt Mixing Plant)......................................................... 42
Gambar 5. 1 Pekerjaam Campuran Aspal............................................................. 46
Gambar 5. 2 Pengerjaan Base B............................................................................ 47
Gambar 5. 3 Pengerjaan Base A............................................................................ 47
Gambar 5. 4 Pile Integrity Test............................................................................. 48
Gambar 5. 5 Pile Integrity Test............................................................................. 49
Gambar 5. 6 Pekerjaan Penyiraman...................................................................... 49
12. viii
Gambar 5. 7 Uji Kepadatan Base.......................................................................... 50
Gambar 5. 8 Pekerjaan Prime Coat....................................................................... 51
Gambar 5. 9 Pekerjaan AC-BC.............................................................................. 52
Gambar 5. 10 Pekerjaan Tack Cout....................................................................... 53
Gambar 5. 11 Pekerjaan AC-WC........................................................................... 53
Gambar 5. 12 Pekerjaan Pemadatan AC-BC......................................................... 54
Gambar 5. 13 Pengujian Core Drill...................................................................... 55
13. 1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota
Pekanbaru. Merupakan salah satu hal yang selalu beriringan dengan
kemajuan teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya, karna
jalan merupakan fasilitas penting bagi manusia agar dapat mencapai suatu
daerah yang ingin dicapai. Jalan sebagai sistem transportasi nasional
mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi,
sosial, budaya, dan pariwisata lingkungan yang dikembangkan melalui
pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai suatu keseimbangan dan
pemerataan pembangunan antara daerah.
Kerja praktek merupakan proses pembelajaran dan bekerja pada
suatu perusahaan / institusi / lembaga dengan tujuan mendapatkan
pengalaman kerja dan melakukan pengamatan terhadap pekerjaan yang
sesuai dengan kompetensi yang akan ditinjau.
Kerja praktek bertujuan untuk memperoleh pengalaman secara
langsung dalam mengamati proses konstruksi yang sedang berjalan,
mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan jalan,
memperoleh informasi, data, dan segala komponen dari suatu proses
konstruksi yang sedang dilaksanakan, mendapatkan gambaran tentang
dunia konstruksi yang sesungguhnya serta mengetahui permasalahan –
permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan dilapangan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Secara umum, tujuan dari Perencanaan Rekonstruksi / Peningkatan
Jalan dalam kota Pekanbaru, yaitu untuk mendapatkan perencanaan jalan
dalam kota Pekanbaru yang aman, nyaman, dan ekonomis. Sehingga
memudahkan untuk mecapai suatu lokasi dan menghasilkan suatu tingkat
kenyamanan dan keamanan yang tinggi bagi pengguna jalan tersebut,
sedangkan tujuan secara khusus yaitu untuk memenuhi persyaratan dalam
14. 2
menyelesaikan pendidikan Strata I Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Islam Riau. Adapun manfaat dari Rekonstruksi / Peningkatan
Jalan dalam kota Pekanbaru yaitu:
a. Sebagai acuan dalam pelaksanaan proyek Rekonstruksi /
Peningkatan Jalan dalam kota Pekanbaru.
b. Dapat menghasilkan infrastruktur jalan dengan tingkat
kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
c. Meningkatkan perekonomian diwilayah setempat
d. Lancarnya arus distribusi perdesaan yang akan keluar masuk desa
dan kota sekitarnya.
e. Dapat menerapkan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah di
Universitas Islam Riau.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Ruang lingkup kerja praktek yang ditinjau oleh penulis pada
proyek ini berupa tinjauan pelaksanaan pekerjaan Tebal Lapisan
Perkerasan Base B, Base A, Aspal AC-BC dan Aspal AC-WC pada
Pembangunan Peningkatan Jalan. Kegiatan pengamatan ini dilakukan
sejak tanggal 01 November 2021 sampai dengan pembuatan laporan ini
selesai. Adapun Ruang Lingkup Permasalahan (batasan masalah) dalam
Kerja Praktek ini yaitu pekerjaan Pembangunan Jalan.
1.4 Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan yang digunakan oleh penulis dalam
penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini adalah:
1. Metode studi literatur
Metode studi literatur merupakan suatu cara dengan mengadakan
studi perpustakaan dengan menelaah melalui literatur atau buku-buku dan
dokumen yang diperlukan dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan
ini.
15. 3
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu memperoleh data-data dalam bentuk gambar
bestek dari pihak pengelola proyek serta mengambil beberapa buah foto
selama pelaksanaan kerja dilapangan sebagai dokumen tambahan dalam
penyusunan laporan ini.
3. Metode wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan serangkaian
pertanyaan yang berhubungan dengan proses pekerjaan untuk memperoleh
data dan informasi dalam pembangunan proyek.
4. Metode observasi
Observasi yang dilakukan dengan mengamati secara langsung
terhadap pelaksanaan pekerjaan di lokasi proyek, guna mengetahui
prosedur pelaksanaan mulai dari tahap persiapan sampai tahap
penyelesaian.
1.5 Lokasi Proyek
Paket proyek Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota
Pekanbaru, Jl. Teropong Sidomulyo Barat STA 0+00 s/d STA 1+386,
Provinsi Riau.
Gambar 1. 1 Peta Lokasi Konstruksi
(Sumber : Google Earth)
16. 4
1.6 Gambaran Umum Proyek
Data umum dari Proyek Rekonstruksi/ Peningkatan Jalan Dalam
Kota Pekanbaru antara lain sebagai berikut:
Program : Penyelengaraan Jalan Provinsi
Nama Pekerjaan : Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota
Pekanbaru
Sumber Dana : APBD Provinsi Riau
Tahun Anggaran : 2021
Nomor Kontak : 620/SPHS_PUPRKPP/BM-PJDKP/130/2021
Kontraktor Pelaksana : Cv. Purnama Karya
Konsultan Pengawas : Cv. Rokan Jaya
Anggran Biaya : Rp 10.005.972.083,00
Jenis Mata Uang : Rupiah
Waktu Pelaksanaan : 60 Hari Kalender
Waktu Pemeliharaan : 180 Hari Kalender
Gambar 1. 2 Papan Proyek Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota
Pekanbaru
(Sumber : Dokumentasi Penulis)
17. 5
1.7 Gambaran Teknis Proyek
1. Nama Pekerjaan : Rekonstruksi / Peningkatan Jalan
dalam kota Pekanbaru
2. Lokasi Pekerjaan : Jl. Teropong, Sidomulyo Barat, Kota
Pekanbaru, Riau
3. Panjang Jalan : 1,386 km
4. Kecepatan Rencana : 40 km/jam
5. Tipe Perkerasan : Aspal
6. Jumlah Lajur : 2 x 1
7. Lebar Lajur : 2,25 m
18. 6
BAB II
KRITERIA PERENCANAAN
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Proyek
Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya
tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber
daya serta memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan
dihasilkan. Dengan adanya keterbatasan - keterbatasan dalam mengerjakan
suatu proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk
mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-
aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi
proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat
diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan
kualitas yang diharapkan.
Pengertian proyek menurut beberapa ahli sebagai berikut:
1. Heizer dan Render (2006:81) menjelaskan bahwa proyek dapat
didefinisikan sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu
hasil utama.
2. Schwalbe yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman (2014:2)
menjelaskan bahwa proyek adalah usaha yang bersifat sementara
untuk menghasilkan produk atau layanan yang unik. Pada
umumnya, proyek melibatkan beberapa orang yang saling
berhubungan aktivitasnya dan sponsor utama proyek biasanya
tertarik dalam penggunaan sumber daya yang efektif untuk
menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu.
3. Nurhayati (2010:4) menjelaskan bahwa sebuah proyek dapat
diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk
mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan
menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang
harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
19. 7
2.1.2 Tujuan Perencanaan Proyek Secara Umum
Menurut Larson yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman
(2014:3-4), menjelaskan tujuan utama proyek adalah memuaskan
kebutuhan pelanggan. Disamping kemiripan, karakteristik dari sebuah
proyek membantu membedakan proyek tersebut dari yang lainnya dalam
organisasi.
Karakteristik utama proyek adalah:
1. Penetapan tujuan
2. Masa hidup yang terdefinisi mulai dari awal hingga akhir
3. Melibatkan beberapa departemen dan professional
4. Melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya
5. Waktu, biaya dan kebutuhan yang spesifik.
2.1.3 Syarat - Syarat Perencanaan Yang Aman, Efisien dan Ekonomis
Syarat - syarat perencanaan yang aman, efisien dan ekonomis adalah:
1. Memiliki tujuan yang jelas
2. Bersifat simpel atau sederhana
3. Mencakup analisis terhadap pekerjaan yang dikerjakan
4. Sifatnya fleksibel
5. Memiliki keseimbangan yakni keselarasan tanggung jawab dan
tujuan setiap bagian dalam perusahana dengan tujuan akhir
perusahaan yang sudah ditetapkan.
6. Memiliki kesan bahwa segala sesuatu itu sudah disediakan dan
juga dapat digunakan dengan efektif dan mempunyai daya guna.
2.2 Dasar - Dasar Perencanaan
Dasar-dasar perencanaan yang digunakan dalam pembangunan
Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru adalah sebagai
berikut:
1. SNI 03-6797-2002 : Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah
agregat untuk konstruksi jalan.
20. 8
2. SNI 2828: 2011 : Cara uji densitas tanah dilapangan dengan konus.
3. SNI 2488-2011 : Cara uji penetrasi aspal
4. AASTHO M20 – 70 (2004) Penetration Graded Asphalt Cement
5. AASTHO T59 – 01 (2005) Testing Emulsified Asphalts
2.3 Perencanaan Letak Kontruksi
Gambar 2. 1 Peta Lokasi Konstruksi
(Sumber : Google Earth)
Letak konstruksi merupakan hal yang penting untuk direncanakan
sebaik mungkin sebelum bangunan didirikan. Perencanan letak konstruksi
ini dapat dilakukan berdasarkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Survei Lokasi dan Lingkungan
Survei lokasi dan lingkungan ini dilakukan untuk mengetahui
kondisi lingkungan disekitar guna menentukan jenis pekerjaan yang
dapat dilaksanakan, jenis dan metode pekerjaan yang tepat merupakan
kajian utama sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, semua pekerjaan
diharapkan tidak akan memberikan gangguan yang cukup besar
terhadap lingkungan disekitar.
21. 9
2. Survei Topografi
Survei Topografi merupakan kegiatan pengukuran ketinggian
muka tanah untuk mendapatkan elevasi pada setiap titik pengukuran.
Pekerjaan ini dilakukan untuk mempersiapkan lahan yang akan
dijadikan tanah dasar untuk pembangunan jalan ini.
3. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah mencakup penyelidikan di lapangan dan
penyelidikan di laboratorium. Penyelidikan tanah dilaksanakan untuk
mengetahui sifat tanah dan daya dukungnya. Dari penyelidikan tanah
dapat ditentukan urutan, ketebalan dan jenis lapisan tanah kearah
lateral dan bila diperlukan elevasi batuan dasar.
2.4 Perencanaan Struktur
Perencanaan Struktur pada pekerjaan Jalan Paket Preservasi bagian
Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru ini yaitu meliputi
struktur atas dan struktur bawah, Secara umum keterangan tentang struktur
yang dibangun pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
2.4.1 Struktur Bawah
1. Tanah Dasar (Subgrade)
Tanah dasar ialah jalur tanah bagian dari jalan tanah yang
terletak dibawah pengerasan jalan. Kekuatan dan keawetan pengerasan
jalan itu sangat tergantung pada sifat- sifat dan daya dukung tanah
dasar. Oleh karena itu, maka pada perencanaan pembuatan jalan baru
harus diadakan pemeriksaan tanah yang teliti ditempat- tempat yang
akan dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung
pengerasan jalan. Lebih utama kalau diambil beberapa contoh tanah
dari tanah dasar itu dan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan tanah
untuk diselidiki.
22. 10
2. Base Course (Base B)
Seperti yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course
pekerjaan base course (Base B) prinsipnya sama saja. Yaitu:
1. Permukaan sub- base course harus sudah rata dan padat
dengan tebal 20 cm sesuai spek jalan yang akan di buat.
2. Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan
setiap jarak tertentu volumenya yang diperlukan.
3. Toleransi ketinggian diambil ± 1 cm, dimana menurut
pengalaman waktu pengamparannya dilebihkan dari tinggi
yang diperlukan Ump; tebal 20 cm padat, sebelum
dipadatkan kita ampar tebalnya 21,5 – 22,50. Ini jangan
lupa bahwa lebih kering akan banyak susut/ turunnya
daripada materialnya basah. Menurut pengalaman dengan
cara itu kita telah mendapatkan ketinggian dalam
ketentuan (toleransi) dan mengurangi segregation.
4. Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang
diperlukan barulah kita apreading / ampar dan grading /
ratakan, sesudah rata kelihatannya baru kita padatkan,
pertama dengan Vibrator Roller, dimana biasanya dapat
dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita tambah /
kurangi. Setelah kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita
padatkan menggunakan Tire Roller sekaligus penyiraman
pada base.
5. Untuk finishing, lebih baik dipadatkan pakai Vibrator
Roller lagi.
6. Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh
surveyor (Check level / permukaan) dan kepadatannya
oleh Soil Material Engineer (Density test) dan
Proofrolling Test dengan data tertulis.
23. 11
3. Base Course (Base A)
Pekerjaan base course (Base A) prinsipnya sama saja. Yaitu:
1. Permukaan sub- base course harus sudah rata dan padat
dengan tebal 15 cm sesuai spek jalan yang akan di buat.
2. Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan
setiap jarak tertentu volumenya yang diperlukan.
3. Toleransi ketinggian diambil ± 1 cm, dimana menurut
pengalaman waktu pengamparannya dilebihkan dari tinggi
yang diperlukan Ump; tebal 15 cm padat, sebelum
dipadatkan kita ampar tebalnya 16,5 – 17,50. Ini jangan
lupa bahwa lebih kering akan banyak susut / turunnya
daripada materialnya basah. Menurut pengalaman dengan
cara itu kita telah mendapatkan ketinggian dalam
ketentuan (toleransi) dan mengurangi segregation.
4. Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang
diperlukan barulah kita apreading / ampar dan grading /
ratakan, sesudah rata kelihatannya baru kita padatkan,
pertama dengan Vibrator Roller, dimana biasanya dapat
dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita tambah /
kurangi. Setelah kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita
padatkan menggunakan Tire Roller sekaligus penyiraman
pada base.
5. Untuk finishing, lebih baik dipadatkan pakai Vibrator
Roller lagi.
6. Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh
surveyor (Check level / permukaan) dan kepadatannya
oleh Soil Material Engineer (Density test) dan
Proofrolling Test dengan data tertulis.
24. 12
2.4.2 Struktur Atas
1. AC-BC
Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah
lapisan aus (wearing course) dan di atas lapisan pondasi (base course).
Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus
mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi
tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke
lapisan di bawahnya yaitu base dan sub grade (tanah dasar).
Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.
Pada pekerjaan Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota
Pekanbaru tebal lapisan AC–BC yang digunakan setebal 6 cm.
2. AC-WC
Asphalt Concrete - Wearing Course (AC-WC) merupakan
lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai
lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah
daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara
keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.
AC-WC mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan
jenis laston lainnya.
Pada Rekonstruksi / Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru
tebal lapisan AC–WC yang digunakan setebal 4 cm.
25. 13
BAB III
MANAJEMEN DAN SISTEM ORGANISASI
3.1 Pengertian Umum
Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga
pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu
hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada
umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di dalamnya bidang
teknik sipil dan arsitektur
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-
fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara
sistematis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan
waktu. manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih
ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya
20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya
pengendalian biaya dan waktu proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan
dan pelaksanaan.
2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti
dan mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan.
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu
dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan.
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan
terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang
baik untuk menganalisis performa dilapangan.
26. 14
Organisasi proyek dikenal berbagai pendekatan untuk merancang
dan menyusun struktur organisasi. Salah satu diantaranya yang berkaitan
dengan kegiatan proyek adalah pendekatan kontingensi (contingency
approaches). Berdasarkan pendekatan ini maka struktur yang paling sesuai
untuk organisasi tergantung dari situasi / keadaan yang dihadapi oleh
organisasi tersebut pada kurun waktu tertentu.
Didalam sebuah proyek konstruksi, perlu adanya sebuah organisasi
demi mewujudkan proyek yang tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.
Fungsi yang ada dalam organisasi proyek konstruksi dapat dibedakan
dalam beberapa bagian yaitu:
a. Fungsi Perencanaan Teknis dan Keuangan
Perencanaan rekayasa teknik (engineering) yang meliputi
pembuatan jadwal pelaksanaan (master schedule), perencanaan sumber
daya (bahan, alat, dan subkontraktor), perencanaan mutu serta
perencanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Perencanaan administrasi dan keuangan yang meliputi pembuatan
cash flow, perencanaan termin / penagihan, sistem akuntansi dan
perpajakan proyek serta pengelolaan SDM proyek.
b. Fungsi Pelaksanaan / Operasional
Meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan
untuk mewujudkan bentuk fisik bangunan sesuai dengan perencanaan
teknis dan keuangan.
c. Fungsi Pengendalian
Meliputi kegiatan membandingkan realisasi operasional dengan
perencanaan dan bila terdapat deviasi terhadap perencanaan maka
dilakukan analisis penyebabnya dan diambil tindakan solusinya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sebuah organisasi proyek antara
lain:
1) Besar kecilnya volume dan ruang lingkup pekerjaan
2) Besar kecilnya nilai proyek
3) Tingkat kompleksitas pelaksanaan proyek
4) Waktu pelaksanaan yang tersedia
27. 15
5) Penggunaan teknologi
6) Lokasi proyek
3.2 Unsur – Unsur Pokok Dalam Pelaksanaan Pembangunan
Masing-masing dari bagian unsur pokok harus berfungsi dengan
baik agar pekerjaan konstruksi dapat selesai dengan tepat waktu, efisien
serta dengan kualitas yang memuaskan.
3.2.1 Pemilik proyek
Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang
memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikanya kepada pihak lain
yang mampu melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja.
Untuk merealisasikan proyek, owner mempunyai kewajiban pokok yaitu
menyediakan dana untuk membiayai proyek.
A. Tugas pemilik proyek atau owner adalah:
1) Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan
proyek.
2) Mengadakan kegiatan administrasi.
3) Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan
pekerjaan proyek.
4) Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau
manajemen konstruksi (MK)
5) Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
B. Wewenang yang dimiliki pemilik proyek atau owner adalah:
1) Membuat surat perintah kerja (SPK)
2) Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah
direncanakan.
3) Meminta pertanggung jawaban kepada para pelaksana proyek
atas hasil pekerjaan konstruksi.
4) Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek
yang tidak dapat melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan isi
surat perjanjian kontrak.
28. 16
3.2.2 Tim Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi
tugas untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa
perorangan atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah.
a. Tugas konsultan perencana dalam pelaksanaan proyek konstruksi
adalah:
1) Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan
pemilik bangunan.
2) Membuat gambar kerja pelaksanaan.
3) Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
4) Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
5) Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik ke
dalam desain bangunan.
6) Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan
pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan
desain terwujud di wujudkan.
7) Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika
terjadi kegagalan konstruksi.
8) Kemudian proses pelaksanaanya diserahkan kepada konsultan
pengawas
b. Wewenang konsultan perencana adalah mempertahankan desain dalam
hal adanya pihak-pihak pelaksana bangunan yang melaksanakan
pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.
3.2.3 Tim pengawas
Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik
proyek (owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan
pengawas dapat berupa badan usaha atau perorangan.
a. Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai
berikut.
29. 17
1) Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan
kontrak kerja.
2) Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan
pelaksanaan proyek.
3) Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek
4) Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan
kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek
pelaksanaan pekerjaan.
b. Konsultan pengawas juga memilik wewenang sebagai berikut:
1) Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika
terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.
2) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek
tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.
3) Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
4) Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing
pelaksana proyek.
5) Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara
perubahan (Site Instruction)
3.2.4 Tim pelaksana
Dalam sebuah pelaksanan pembangunan konstruksi dibutuhkan
pelaksana proyek agar dapat selesai dengan baik, tugas pelaksana proyek
adalah:
a. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman
dalam melaksanakan pekerjaan dilapangan.
b. Bersama dengan bagian engineering menyusun kembali metode
pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
c. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dilapangan
sesuai dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan.
d. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan
kegiatan harian kepada pelaksana pekerjaan.
30. 18
e. Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan dilapangan.
f. Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan, apabila
terjadi keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di lapangan.
g. Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan memproses
berita acara kemajuan pekerjaan dilapangan.
h. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan,
metode kerja, gambar kerja dan spesifikasi teknik.
i. Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan
mengatur pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek.
j. Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga dan
alat di lapangan.
k. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran hasil
pekerjaan dilapangan.
l. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan dilapangan.
m. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan, agar selalu
sesuai dengan metode konstruksi dan instruksi kerja yang telah
ditetapkan.
n. Menerapkan program keselamatan kerja dan kebersihan di lapangan.
3.3 Unsur – Unsur Organisasi
Tenaga kerja merupakan orang-orang yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan proyek dilapangan. Suatu pelaksanaan proyek terdiri dari
berbagai bidang. Tenaga kerja bertanggung jawab terhadap semua
pekerjaan dilapangan sesuai dengan bidang -bidang yang dikelola. Karena
itu tenaga kerja merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan.
Jumlah tenaga kerja sangat berpengaruh pada kecepatan dan
ketepatan kerja dalam setiap pekerjaan. Adapun tenaga kerja yang
dipekerjakan dalam proyek ini adalah:
31. 19
3.3.1 Project Manager
Project Manager adalah wakil dari perusahaan atau kontraktor
utama yang memimpin sebuah proyek. project manager mempunyai tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Mengendalikan dokumen dan record.
b. Memimpin management review mingguan di proyek.
c. Menghadiri management review di kantor.
d. Menilai kompetensi personel proyek sebagai dasar dalam penetapan
kebutuhan training.
e. Melaksanakan inspeksi lapangan secara periodik.
f. Mengendalikan biaya pelaksanaan.
g. Membuat dan melaporkan progres fisik.
h. Menyelesaikan administrasi dan teknis penutupan proyek.
3.3.2 Construction Manager
Construction manager adalah seseorang staf ahli untuk mewakili
pekerjaan kontraktor di lapangan dan berwewenang penuh untuk
mengambil tindakan-tindakan berkaitan dengan pelaksanaan semua
pembangunan serta bertanggung jawab serta segala hal yang terjadi.
Construction manager ini harus berada dilokasi pembangunan untuk
memimpin, mengikuti perkembangan, dan mengawasi secara langsung
jalannya pekerjaan di lapangan.
Tugas dan wewenang construction manager yaitu:
a. Menyerahkan joblist-joblist kepada pelaksana dilapangan untuk
dilaksanakan dalam bentuk job order.
b. Mengelola kegiatan operasi lapangan berdasarkan rencana-rencana
yang telah disahkan.
c. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi standar
mutu yang ditetapkan.
d. Menolak transaksi-transaksi yang tidak sesuai rencana.
e. Mengkoordinir dan memimpin para staf dibawahnya.
32. 20
f. Meneliti dan mengesahkan tagihan-tagihan dari supllier dan mandor
yang berhubungan dengan volume fisik lapangan dengan harga satuan,
nota-nota pembelian alat dan bahan.
g. Menentukan metode kerja spesifikasi bahan dan pengendalian tenaga
kerja.
h. Memantau realisasi pelaksanaan proyek mempelajari penyimpangan-
penyimpangan terhadap rencana semula.
i. Membuat rekapitulasi dari penyimpangan-penyimpangan, sebab-
sebabnya serta tindakan yang harus diambil.
3.3.3 Site Engineer
Tugas site engineer yaitu:
a. Bertanggung jawab kepada pemilik proyek.
b. Mengadakan penilaian terhadap kemajuan pekerjaan, memberikan
petunjuk - petunjuk atas wewenang yang diberikan pelaksana kegiatan.
c. Mengatur dan menggerakkan kegiatan teknis agar dicapai efisiensi pada
setiap kegiatan.
d. Mengecek dan menandatangani dokumen tentang pengendalian mutu
dan volume pekerjaan.
3.3.4 Quality Control
Quality Control mempunyai tugas mengawasi seluruh metode
pelaksanaan dan mengawasi mutu pelaksanaan pekerjaan. quality control
(QC) berdiri secara independen dan didalam melaksanakan tugasnya selalu
berhubungan dengan konsultan pengawas. quality control (QC)
bertanggung jawab kepada project manager yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
a. Membuat laporan harian dan mingguan.
b. Check list untuk struktur dan finishing.
c. Melakukan pengetesan material.
d. Memonitor hasil pengetesan material.
e. Membuat Management Review.
33. 21
f. Pengambilan foto atau data.
3.3.5 Pelaksana Lapangan
Pelaksana mempunyai wewenang dan tanggung jawab mengenai
masalah-masalah teknis dilapangan serta mengkoordinasi pekerjaan-
pekerjaan yang menjadi bagiannya. Pelaksana mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut:
a. Mengawasi dan mengkoordinasi pekerjaan para pelaksana dilapangan
dan mencatat semua prestasi pekerjaan untuk dilaporkan kepada site
manager.
b. Mengawasi metode pelaksanaan dilapangan untuk menghindarkan
kesalahan pelaksanaan.
c. Bertanggung jawab kepada site manager terhadap pelaksanaan
pekerjaan diproyek.
3.3.6 Drafter
Tugas dan tanggung jawab drafter adalah:
a. Membuat shop drawing yang siap dilaksanakan dengan dikoordinasi
oleh pelaksana.
b. Menyiapkan gambar dari revisi desain dan detail desain yang
dibutuhkan untuk kegiatan pelaksanaan dilapangan.
c. Menghitung volume berdasarkan data lapangan dan melaporkan pada
administrasi teknik.
d. Menjaga peralatan gambar yang digunakan dalam kondisi bagus.
3.3.7 Surveyor
Pelaksana Survei bertanggung jawab kepada Koordinator Lapangan
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab kepada pekerjaan yang berhubungan marking.
b. Mengontrol elevasi atau center line.
c. Pengawasan balok dan kolom.
34. 22
d. Pengawasan dinding.
e. Marking stek finishing.
f. Memberi informasi bila terjadi ketidaksesuaian gambar terhadap
lapangan.
3.3.8 Logistik
Tugas logistik (bagian gudang) pada umumnya adalah mencatat
setiap pemasukan dan pengeluaran barang-barang atau material yang
diperlukan proyek dan memeriksa apakah persediaan barang-barang atau
material tersebut masih cukup atau tidak.
Maka tugas dan tanggung jawab bagian gudang (logistik) adalah:
a. Membuat resume stok material di lapangan berdasarkan schedule kerja
proyek.
b. Membuat order kebutuhan material ke penyalur sesuai dengan volume,
jenis dantahapan pekerjaan di lapangan, beberapa hari sebelum material
tersebut akandipakai.
c. Menerima kedatangan material di lapangan dan memeriksa apakah
sudah sesuaidengan kualitas dan kuantitas yang dipesan.
d. Mengatur penyimpanan material di gudang supaya tidak rusak.
e. Mencatat dan membuat arsip surat-surat dan nota pesanan.
f. Bertanggung jawab atas kelancaran, kualitas dan kesiapan material
yangdiperlukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Agar tidak
kehabisan stok, maka biasanya bila persediaan material tinggal 50%,
bagian logistik telah memajukan permohonan untuk pemesanan
kembali.
g. Bertanggung jawab atas keamanan dan kualitas material yang tersimpan
digudang.
3.3.9 Mandor
Mandor adalah pihak atau orang yang bertugas mendatangkan
sejumlah tenaga kerja sesuai dengan kulifikasi yang diperlukan seperti
35. 23
kelompok tukang kayu, besi batu dan memimpin serta mengawasi
pekerjaan mereka. Mandor tidak ada hubungan ikatan kerja dengan
kontraktor tidak pada hubungan tanggungjawab yang kokoh, tetapi lebih
pada ketergantungan yang bersifat sangat sederhana dari proyek ke
proyek.
3.3.10 Tukang
Tukang adalah yaitu orang yang ahli pada suatu pekerjaan dalam
pekerjaan proyek. Bertugas mengatur dan mengerjakan pekerjaan sesuai
dengan keahliah dan dibantu oleh beberapa orang pekerja.
Tukang dibagi dalam lima bagian, yaitu tukang besi, tukang batu,
tukang kayu, tukang las, dan tukang listrik. Tukang besi mengurusi segala
macam kegiatan yang berhubungan dengan pembesian atau pemasangan
tulangan, tukang batu bertugas dalam pengecoran dan pemasangan dinding
batu, tukang kayu mengurusi segala pekerjaan yang berhubungan dengan
kayu seperti bekisting.
3.4 Waktu Kerja
Waktu Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat
dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja
di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha
untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah
diatur dalam 2 sistem, yaitu:
1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6
hari kerja dalam 1 minggu.
2. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5
hari kerja dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam
kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi
36. 24
dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap
masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas
upah lembur.
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari
untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 5
hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat
mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah
(Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3
jam/hari dan 14 jam dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari
libur resmi.
Ketentuan kerja lembur (Pasal 6 Peraturan Menteri
no.102/MEN/VI/2004):
a. Untuk melakukan kerja lembur harus ada perintah tertulis dari
pengusaha dan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh yang
bersangkutan.
b. Perintah tertulis dan persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk daftar
pekerja/buruh yang bersedia bekerja lembur yang ditandatangani oleh
pekerja/buruh yang bersangkutandan pengusaha.
Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh selama waktu kerja
lembur berkewajiban (Pasal 7 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004):
1) Membayar upah kerja lembur.
2) Memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya.
3) Memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori
apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.
(Pemberian makan danminum sebagaimana dimaksud tidak boleh
diganti dengan uang).
37. 25
Waktu kerja dalam pekerjaan suatu proyek sering disebut dengan
time schedule. Time schedule / scheduling / penjadwalan adalah
perencanaan pembagian waktu dan hubungan antar pekerjaan dalam suatu
proyek. Waktu kerja dalam pengerjaan proyek ini adalah selama 60 hari
kalender.
3.5 Upah Kerja
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang – undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Upah kerja yang diberikan biasanya tergantung pada:
1. Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya
2. Peraturan perundang – undangan yang mengikat tentang Upah
Minimum Regional (UMR)
3. Kemampuan dan Produktivitas perusahaan
4. Jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.
5. Perbedaan jenis pekerjaan
Kebijakan komponen gaji/upah ditetapkan oleh masing-masing
perusahaan. Yang jelas, gaji tidak boleh lebih rendah dari Upah Minimum
Propinsi (UMP) yang ditetapkan pemerintah.
Adapun beberapa macam upah, antara lain:
3.5.1 Upah Tetap
Upah tetap adalah upah yang diterima pekerja secara tetap atas
suatu pekerjaan yang dilakukan secarat tetap. Upah tetap ini diterima
secara tetap dan tidak dikaitkan dengan tunjangan tidak tetap, upah
lembur, dan lainnya.
38. 26
Pembayaran upah tetap hanya diperuntukkan bagi pekerja yang
status perjanjian kerjanya untuk waktu tidak tertentu dan dalam bahasa
sehari – hari adalah pekerja tetap.
3.5.2 Upah Kerja Harian
Upah harian adalah upah yang dibayarkan oleh pemberi kerja
kepada pekerja yang telah melakukan pekerjaan yang dihitung secara
harian atau berdasarkan tingkat kehadiran. Upah harian dibayarkan secara
harian hanya kepada pekerja yang status perjanjian kerjanya adalah harian
lepas.
3.5.3 Upah Kerja Borongan
Upah borongan adalah upah yang dibayarkan oleh pemberi kerja
kepada pekerja yang telah melakukan pekerjaan secara borongan atau
berdasarkan volume pekerjaan satuan hasil kerja atau pekerjaan yang
bergantung pada cuaca atau pekerjaan yang bersifat musiman. Pembayaran
upah borongan hanya dilakukan untuk pekerja yang status perjanjian
kerjanya adalah pekerja kontrak.
3.5.4 Upah Kerja Lembur
Upah kerja lembur adalah upah yang dibayarkan oleh pemberi
kerja kepada pekerja yang telah melakukan pekerjaan sesudah jam kerja
normal yang dihitung sebagai jam kerja lembur. Dalam hal ini pengusaha
wajib memberikan upah lembur dan perhitungannya harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3.6 Administrasi Proyek
3.6.1 Laporan harian dan mingguan
Laporan harian dan mingguan, yaitu laporan tentang pekerjaan-
pekerjaan yang dilaksanakan dalam satu hari selama satu minggu,
termasuk laporan tentang cuaca, bahan-bahan yang didatangkan ke lokasi
proyek, dan ketersediaan alat. Dibuat dari minggu pertama kerja hingga
39. 27
minggu terakhir.Laporan ini berfungsi untuk mengetahui apakah pekerjaan
yang dikerjakan dapat selesai sesuai dengan yang dijadwalkan pada
minggu tersebut.
3.6.2 Berita acara rapat lapangan
Berita acara rapat lapangan merupakan laporan tertulis hasil rapat
lapangan yang mempertemukan pemilik proyek, konsultan pengawas, dan
kontraktor pelaksana yang berisi laporan pekerjaan yang telah
dilaksanakan, pekerjaan yang akan dilaksanakan, maupun revisi – revisi
dan hasil kesepakatan dalam rapat lapangan.
3.6.3 Adendum
Adendum adalah perubahan kontrak dengan penambahan atau
pengurangan klausul kontrak. Adendum adalah ketentuan tambahan dari
suatu kontrak atau perjanjian. Dalam perjanjian, selain adendum sering
juga dipakai istilah amandemen. Adendum pada umumnya berisi
ketentuan yang merubah, memperbaiki, atau merinci lebih lanjut isi dari
suatu perjanjian (sebagai klausul suplemen dari sebuah perjanjian
induknya).
Biasanya adendum muncul karena adanya perubahan dari isi
perjanjian, atau karena adanya hal-hal yang belum diatur atau belum cukup
diatur dalam perjanjian pokoknya. Terhadap hal-hal tersebut, para pihak
dapat merundingkannya lebih lanjut dalam suatu musyawarah, dan hasil
kesepakatannya itulah yang dituangkan kedalam adendum. Pembuatan
addendum semacam ini lebih praktis ketimbang membuat perjanjian baru
yang dapat memakan waktu dan biaya tambahan.
Meskipun ketika membuat surat perjanjian tidak dimasukan klausul
mengenai adendum, hal tersebut tidak menyebabkan para pihak tidak
dapat membuat adendum di kemudian hari saat perjanjian tersebut
dilaksanakan. Para pihak, setiap waktu, masih dapat melakukan perubahan
atau penambahan isi perjanjian melalui adendum sepanjang para pihak
menyepakatinya.
40. 28
Secara fisik adendum terpisah dari perjanjian pokok, namun secara
hukum suatu adendum melekat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari perjanjian utama.
3.6.4 Termin dan cara pembayaran
Monthly Certificate adalah pembayaran berdasarkan kemajuan
pekerjaan perbulan, yang pengajuannya pada setiap tanggal 25 bulan
berjalan. Dari total program yang akan dibayar, 5% akan ditahan sebagai
retensi.
3.6.5 Shop drawing & As built drawing
Shop Drawing adalah gambar kerja yang dibuat kontraktor sebagai
acuan pelaksanaan, yang didasarkan hasil pengukuran dan penelitian
lapangan. Tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan- perubahan pada
saat pelaksanaan. As Built Drawing adalah gambar hasil pelaksanaan
berdasarkan opname hasil pekerjaan.
41. 29
BAB IV
MATERIAL, PERALATAN DAN TENAGA KERJA
4.1 Material
Dalam pekerjaan pembangunan jalan Paket bagian Rekonstruksi /
Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru ini, material yang digunakan
merupakan kebutuhan pokok untuk mencapai tujuan pekerjaan sesuai
dengan kualitas dan kuantitas yang direncanakan. Material yang
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan jalan ini antara lain:
4.1.1 Lapisan pondasi (Base course) Agregat B
Merupakan lapisan perkerasan jalan yang terletak antara lapis
permukaan dan tanah dasar. Material yang digunakan untuk lapisan
pondasi haruslah awet dan kuat dan mempunyai nilai CBR lebih dari sama
dengan 60% dan indeks plastisitas kurang dari sama dengan 0% - 10%,
susunan gradasi harus merupakan susunan yang rapat, artinya butiran
batuan harus mempunyai susunan gradasi yang saling mengisi antara
butiran agregat kasar, agregat sedang dan agregat halus sehingga rongga
semakin kecil.
Gambar 4. 1 Penempatan Base B
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
4.1.2 Lapisan pondasi (Base course) Agregat A
Merupakan lapisan perkerasan jalan yang terletak antara lapis
permukaan dan tanah dasar. Material yang digunakan untuk lapisan
pondasi haruslah awet dan kuat dan mempunyai nilai CBR lebih dari sama
42. 30
dengan 90% dan indeks plastisitas kurang dari sama dengan 0% - 6%,
susunan gradasi harus merupakan susunan yang rapat, artinya butiran
batuan harus mempunyai susunan gradasi yang saling mengisi antara
butiran agregat kasar, agregat sedang dan agregat halus sehingga rongga
semakin kecil.
Gambar 4. 2 Penempatan Base A
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
4.1.3 Lapisan Asphalt Concrete – Binder Course (AC–BC)
Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah
lapisan aus (wearing course) dan di atas lapisan pondasi (base course).
Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus
mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi
tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke
lapisan di bawahnya yaitu base dan sub grade (tanah dasar). Karakteristik
yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.
Gambar 4. 3 Penempatan AC–BC
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
43. 31
4.1.4 Lapisan Asphalt Concrete - Wearing Course (AC–WC)
Asphalt Concrete - Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan
perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus.
Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah daya tahan
perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan
menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan. AC-WC
mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston
lainnya.
Pada Rekonstruksi/ Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru tebal
lapisan AC-WC yang digunakan setebal 4 cm.
Gambar 4. 4 Penempatan AC-WC
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
4.2 Peralatan
4.2.1 Dump Truck
Alat yang digunakan untuk memindahkan material hasil galian dari
lokasi quary ke lokasi proyek. Alat tersebut biasanya digunakan untuk
mengangkut material lepas (loose material) baik berupa pasir, gravel /
kerikil, tanah, dan material mineral / batubara yang digunakan di dunia
konstruksi dan pertambangan.
Fungsi dump truck:
Penggunaan dump truck tidak terbatas untuk mengangkut bahan
hanya diperlukan di lokasi konstruksi, namun truk ini juga digunakan
untuk berbagai keperluan lain seperti membawa alat-alat berat atau hal-hal
44. 32
lain yang dibutuhkan oleh perusahaan konstruksi. Tanpa truk itu akan
menjadi mustahil untuk industri konstruksi untuk tumbuh.
Selain dari industri konstruksi Anda juga dapat menemukan
penggunaan dump truck untuk berbagai keperluan lain seperti membuang
limbah industri, sampah dumping dan sebagainya. Berikut manfaat lain
adalah bahwa di sekitarnya tetap bersih dan akhirnya hasil dalam
perlindungan lingkungan. Truk ini dikatakan menjadi kusir untuk
pembuangan limbah.
Dalam pekerjaan konstruksi dikenal 3 macam dump truck:
a. Side Dump Truck (Penumpahan ke samping)
b. Rear Dump Truck (Penumpahan ke belakang)
c. Rear and Side Dump Truck (Penumpahan ke belakang dan ke samping)
Gambar 4. 5 Dump Truck
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
4.2.2 Motor Grader
Sebuah alat perata yang mempunyai bermacam-macam kegunaan.
Pada umumnya motor grader digunakan dalam proyek dan perawatan
jalan dan dengan kemampuannya dalam bergerak, motor grader sering
digunakan dalam proyek lapangan terbang.
Motor grader mempunyai fungsi bermacam-macam, antara lain:
a. Meratakan dan membentuk permukaan.
b. Merawat jalan.
c. Mengupas tanah.
45. 33
d. Menyebarkan material ringan
Motor grader terdiri dari lima bagian utama, yaitu:
1) Penggerak (prime mover)
2) Kerangka (frame)
3) Pisau (moldboard)
4) Sacrifier
5) Circle dan drawbar
Alat penggerak motor grader adalah roda ban yang terletak di
belakang. Frame menghubungkan penggerak dan as depan. Letak frame
cukup tinggi untuk memudahkan maneuver alat. Dalam pengoperasiannya,
motor grader menggunakan pisau yang disebut moldboard yang dapat
digerakkan sesuai dengan kebutuhan bentuk permukaan. Panjang blade
biasanya berkisar antara 3 sampai 5 meter.
Sacrifier adalah unit motor grader yang dikontrol secara hidrolis.
Bagian ini mempunyai gigi yang berfungsi untuk menghancurkan
material. Sacrifier digerakkan dengan mendorong atau menarik unit ini.
Circle adalah bagian motor grader yang berbentuk seperti cincin dengan
bagian dalam luar bergigi. Fungsi dari circle adalah untuk menggerakkan
blade agar dapat berputar. Drawbar bagian motor grader yang berbentuk V
atau T. Drawbar menghubungkan circle dengan bagian depan motor
grader.
Moldboard / pisau dapat digerakkan seperti blade pada dozer, yaitu
tilt, pitch, dan angle dengan fleksibilitas yang lebih besar. Gerakan
pitching ke depan biasanya untuk pekerjaan finishing dan pencampuran.
Sedangkan gerakan pitching ke belakang dilakukan untuk meningkatkan
pemotongan.
46. 34
Gambar 4. 6 Motor Grader
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
4.2.3 Vibration Roller
Alat berat yang digunakan untuk menggilas, memadatkan hasil
timbunan, sehingga kepadatan tanah yang dihasilkan lebih sempurna. Efek
yang ditimbulkan oleh vibration roller adalah gaya dinamis terhadap
tanah, dimana butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong
yang terdapat diantara butir-butirnya.
Fungsi Alat Berat Vibration Roller :
Alat Berat Vibration roller termasuk dalam kategori tandem roller,
yang berfungsi untuk menggilas, memadatkan hasil timbunan dimana cara
pemampatanya menggunakan efek getaran, dan sangat cocok digunakan
pada jenis tanah pasir atau kerikil berpasir. Sebab Efisiensi pemampatan
yang dihasilkan sangat baik, karena adanya gaya dinamis terhadap tanah.
Butir butir tanah cenderung akan mengisi bagian bagian yang kosong yang
terdapat diantara butir- butirnya.
Gambar 4. 7 Vibration Roller
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
47. 35
4.2.4 Prime Coat (Lapis Resap Pengikat)
Prime coat adalah pemberian aspal cair (cut back asphalt) yang
mempunyai kekentalan rendah pada lapisan pondasi perkerasan yang
beraspal. Lapis resap pengikat dipasang hanya pada permukaan kering
atau sedikit lembab dan sedapat mungkin dihindari waktu pelaksanaan saat
angin kencang dan hujan.
Fungsi dari lapis pengikat (Prime Coat) adalah:
a. Memperkeras lapis pondasi (Base Course) karena Prime Coat
merupakan lapisan kedap air.
b. Sebagai penutup atau melapisi lobang – lobang kecil yang ada di
permukaan lapis pondasi (Base Course).
c. Dapat sebagai alat pengikat antara butiran material agar tetap stabil
dan kokoh.
d. Sebagai pengikat antar lapisan pondasi dengan lapisan aspal
diatasnya.
Gambar 4. 8 Spray Prime Coat
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
4.2.5 Asphalt Finisher
Alat untuk menghamparkan campuran aspal hot mix yang
dihasilkan dari alat produksi aspal yaitu Asphalt Mixing Plant (AMP) pada
permukaan jalan yang akan dikerjakan. Terdapat dua jenis Asphalt
Finisher yaitu jenis crawler yang menggunakan track dan jenis roda karet
(Wheeled). Pada Asphalt Finisher jenis track, penghamparannya lebih
48. 36
halus serta lebih datar dibandingkan Asphalt Finisher yang menggunakan
roda karet dengan ukuran yang sama.
Gambar 4. 9 Asphalt Finisher
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
4.2.6 Tandem Roller
Alat untuk memadatkan timbunan atau tanah yang akan diratakan
sehingga tanah atau timbunan menjadi padat. Biasanya alat digunakan
pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan
lentur maupun perkerasan kaku. Selain Tandem Roller, ada juga alat
pemadat lainnya yang memiliki fungsi dan kegunaan yang sama. Seperti
contohnya tamping roller, pneumatic-tired roller, compactor, dan lain-
lain.
Gambar 4. 10 Tandem Roller
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
49. 37
4.2.7 Pneumatic Tire Roller
Alat ini biasa juga disebut dengan Universal Compactor, roda-roda
penggilasnya terdiri dari ban karet yang dipompa (pneumatic). Penggilas
dengan ban ini memiliki ciri khusus dengan adanya kneading effect,
dimana air dan udara dapat ditekan keluar (pada tepi-tepi ban) yang segera
akan menguap pada keadaan udara yang kering, kneading effect ini sangat
membantu dalam usaha pemampatan bahan-bahan yang banyak
mengandung lempung atau tanah liat.
Gambar 4. 11 Pneumatic Tire Roller
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
4.2.8 Water Tank Truck
Tujuan alat Water Tank Truck ini buat menyiram base yang telah di
hamparkan agar mendapatkan base yang padat dan kadar air sesuai yang
di inginkan.
Gambar 4. 12 Water Tank Truck
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
4.2.9 Wheel Loader
Wheel loader adalah alat berat yang memiliki bucket dan memiliki
roda karet serta efisien digunakan untuk daerah yang kering rata. Bucket
yang dimiliki alat berat ini bertujuan untuk mengangkut material dari suatu
50. 38
tempat ke tempat lain. Pada pekerjaan kali ini Wheel Loader bertujuan
untuk mengangkut agregat dari agregat kasar hingga halus ke cold bin
yang selanjutnya akan diproses menjadi campuran aspal.
Gambar 4. 13 Wheel Loader
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
4.2.10 Asphalt Sprayer
Asphalt Sprayer adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menyemprotkan lapisan aspal cair. Hal ini ini bertujuan agar nantinya
antara lapisan aspal AC-BC dan AC-WC dapat merekat dengan baik.
Gambar 4. 14 Asphalt Sprayer
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
4.2.11 Cawan
Cawan merupakan peralatan yang digunakan untuk pengujian
density, pada fungsinnya cawan ini sebagai alat untuk penempatan pasir
yang akan di uji kepadatannya.
51. 39
4.2.12 Jack Hammer
Jack Hammer merupakan alat pneumatic atau elektro-statis yang
digunakan untuk menghancurkan aspal, beton, batu, trotoar di proyek
konstruksi sipil.
Gambar 4. 15 Jack Hammer
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
4.2.13 Neraca Ohaus
Neraca Ohaus merupakan peralatan yang digunakan untuk
penguian density, pada fungsinnya timbangan ini digunakan sebagai alat
ukur untuk mengukur berat pasir dan tanah yang akan di uji.
Gambar 4. 16 Neraca Ohaus
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
52. 40
4.2.14 Corong dan Botol Pasir
Corong merupakan peralatan yang digunakan untuk penguian
density, pada fungsinnya corong digunakan sebagai alat untuk
memasukkan pasir kuarsa kedalam botol pasir.
Gambar 4. 17 Corong dan Botol Pasir
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
4.2.15 Pelat Besi, Paku, dan Sendok Besi
Pelat besi merupakan peralatan yang digunakan untuk pengujian
density, pada fungsinya pelat besi diguakan untuk suatu tempa atauarea
yang akan di gali untuk menggali titik yang akan di uji kepadatannya.
Paku digunakan sebagai alat untuk pengukuan pelat besi ke tanah agar
pelat tidak lari pada saat pengambilan sampel pada titik yang akan
dilakukan density tersebut, dan sendok besi digunakan sebagai alat untuk
pengambilan tanah pada sampel pada titik tersebut.
Gambar 4. 18 Pelat besi, Paku, dan Sendok besi
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
53. 41
4.2.16 Martil dan Pahat
Martil dan Pahat merupakan peralatan yang digunakan untuk
pengujian density, alat ini digunakan untuk menggali titik lobang yang
akan dilakukan untuk pengujian density.
Gambar 4. 19 Martil dan Pahat
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
4.2.17 Pasir Ottawa
Pasir Ottawa merupakan peralatan yang digunakan untuk pengujian
density, pasir ini digunakan untuk menutupi rongga yang ada pada base
saat melakukan penggalian pada titik yang akan dilakukan density
tersebut.
Gambar 4. 20 Pasir Ottawa
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
4.2.18 Cairan Spiritus
Cairan Spiritus merupakan peralatan yang digunakan untuk
pengujian density, pasir ini fungsinnya untuk mengetahui kadar air yang
basa pada base
54. 42
4.2.19 AMP (Asphalt Mixed Plant)
Asphalt Mixing Plant Atau yang biasa disingkat AMP Merupakan
sebuah mesin produksi aspal beton (hot mix) yang terdiri dari rangkaian
komponen alat-alat / mesin untuk memproses material batuan (aggregate)
pasir dan asphalt menjadi produk hot mix yang bervariasi jenisnya, sesuai
job mix, dengan desain sesuai kebutuhan dari jenis pekerjaan pengerasan
jalan.
Pada proses mixing agregat berupa pasir, batu setelah melalui
proses pemanasan dan penimbangan dengan campuran tertentu, untuk
kemudian di campur aspal sampai dihasilkan hot mix atau aspal beton
yang siap di muat ke dalam dump truck, untuk selanjutnya dikirim ke
lapangan.
Gambar 4. 21 AMP (Asphalt Mixing Plant)
(Sumber : Hasil Survey Lapangan)
4.2.20 Meteran
Meteran merupakan alat ukur sederhana yang biasa digunakan oleh
pekerja ataupun pelaksana di lapangan. Meteran biasanya digunakan untuk
mengukur lebar dan ketebalan pada lapisan jalan yang di rencanakan.
4.3 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap hasil proyek
secara keseluruhan, baik dari segi kualitas, waktu maupun efisien kerja.
55. 43
Sumber daya manusia yang diperlukan daam proyek ini terdiri dari para
staf, administrasi dan karyawan / pekerja (pekerja tetap dan harian)
Pada CV. Purnama Karya para staf dan pekerja tetap merupakan
orang–orang pilihan menurut surat kepala cabang dan divisi. Untuk urusan
surat menyurat, pengetikan jadwal kerja, pengaturan file-file proyek serta
urusan administrasi lainnya dilaksanakan oleh seorang tenaga administrasi
yang bekerja pada sistem proyek dan kontrak.
Sedangkan untuk para pekerja, jumlahnya tidak dapat ditentukan
secara pasti, karena harus sesuai dengan kebutuhan proyek. Biasanya 40%
dari pekerja merupakan tenaga kerja lokal yang diambil dari site / daerah
sekitar lokasi proyek.
SDM CV. Purnama Karya :
1. Direktur : Sabar Sentosa
2. Manager Proyek : Efendi Darmawi, ST
3. Safety/ Ahli K3 : Aswir, ST
4. Quantity : Eko Prasetya, ST
5. Pelaksana : Imansyah
6. Quality : Mulyadi Atmowiyono
7. Tenaga Bantu : Mahasiswa kerja praktek Teknik Sipil
Universitas Islam Riau
1. Adin Rizky Kumara
2. Qoiddul Adli
3. Rizki Ramadan
56. 44
BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1 Tinjauan Umum
Tujuan akhir dari suatu pelaksanaan proyek adalah mendapatkan
suatu hasil yang baik, dalam arti kualitas dan kuantitas konstruksi yang
diharapkan dapat tercapai dengan biaya yang tersedia. Pelaksanaan
disusun berdasarkan standar nasional dan spesifikasi yang ditetapkan oleh
direktorat Jendral Bina Marga.
Di Jl. Teropong, Kec. Sidomulyo Barat, Kota Pekanbaru memiliki
kondisi topografi yang cukup rata, sehingga tidak banyak membutuhkan
pekerjaan galian dan timbunan. Tujuan pekerjaan tersebut adalah untuk
memperoleh kondisi jalan yang sesuai dengan spesifikasi yang
direncanakan. Terutama dalam perencanaan aligment horizontal dan
aligment vertikal.
Pada pelaksanaan kerja praktek yang hanya kurang lebih 2 bulan,
penulis tidak dapat mengikuti semua pelaksanaan pekerjaan proyek.
Dalam laporan ini penulis hanya meliputi pekerjaan yang diamati di
lapangan dan pekerjaan di laboratorium.
5.2 Pekerjaan di Lapangan
5.2.1 Pekerjaan Pembuatan Campuran Aspal
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan utama dalam menghasilkan
jenis campuran aspal yang berkualitas hingga dapat diterapkan dilapangan
dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh owner. Adapun proses
pekerjaan yang ada pada pekerjaan ini yaitu:
1. Persiapan bahan baku, yaitu persiapan bahan utama yang akan
digunakan sebagai lapisan permukaan perkerasan jalan seperti agregat
½ Batu, Medium, Abu Batu, dan Pasir. Semua agregat tersebut
diangkut menggunakan alat berat Wheel Loader ke bin dingin yang
57. 45
merupakan bak tempat menampung material dari tiap jenis agregat
dari agregat halus hingga kasar.
2. Persiapan bahan baku aspal dan filler, dimana aspal digunakan untuk
mengikat agregat antara satu dengan yang lainnya sedangkan filler
digunakan untuk menutupi pori pori pada permukaan aspal beton
karena filler merupakan bahan penambah pada proses pencampuran
beton,
3. Proses pengeringan agregat pada unit Dryer. Proses ini dilakukan
dengan cara membakar agregat didalam kilen yang berputar dengan
suhu lebih kurang 150o
C. Pembakaran ini dilakukan untuk
menghilangkan kadar air didalam agregat.
4. Pengumpul debu, berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara. Pada
CV. Purnama Karya yang digunakan yaitu system pengumpul debu
basah dimana debu yang terbawa gas buangan akan terjatuh kebawah
dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Debu tersebut
akan dialirkan kedalam bak penampung (bak air).
5. Proses pemisahan agregat pada Hot Screen. Setelah proses
pembakaran dari Dryer selanjutnya agregat dibawa oleh hot elevator
menuju keatas tower untuk dilakukan proses gradasi dengan cara
menjatuhkan agregat kedalam ayakan.
6. Bin panas (Hot Bin) adalah agregat yang telah dibakar untuk
menghilangkan kadar air yang pada umumnya di AMP terdapat 4
jenis bin.
7. Penakaran masing masing agregat untuk mendapatkan komposisi
yang telah direncanakan.
8. Proses pemanasan aspal padat pada boiler agar aspal yang akan
digunakan dapat meresap merata dengan agregat yang akan
digunakan.
9. Proses akhir mixer yaitu pencampuran komposisi agregat yang telah
direncanakan dengan aspal yang sudah direncanakan pula sehingga
didapat campuran aspal yang sesuai spesifikasi rencana.
58. 46
Gambar 5. 1 Pekerjaam Campuran Aspal
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
5.2.2 Pekerjaan Lapisan
Pekerjaan ini mencakup permukaan tanah dasar, pemasangan
pondasi bawah, serta lapisan aspal penutup. Dalam Proyek Pembangunan
Peningkatan Jalan desa Harapan Tani ini ketebalan sub base dan lapisan
penutup telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang telah disetujui saat
pelelangan. Pada pekerjaan ini menggunakan beberapa buah alat berat
seperti Motor Grader, dump Truck dan Vibrator Roller.
1. Pekerjaan Pondasi (Base B)
a. Bahan Lapis Pondasi harus ditempatkan dan ditimbun di tempat
yang bebas dari lalu lintas serta saluran saluran dan lintasan air
di sekitarnya.
b. Lapis Pondasi tersebut dicampur dilapangan ruas jalan yang ber
sangkutan dengan menggunakan tenaga kerja atau motor grader.
Pengadukan yang merata diperlukan dan bahan tersebut harus
dipasang dalam lapisan-lapisan melebihi 20 cm tebalnya atau
ketebalan lain seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik agar
dapat mencapai tingkat pemadatan yang ditetapkan.
59. 47
c. Ketebalan Lapis Pondasi terpasang harus sesuai dengan Gambar
Rencana dan seperti dinyatakan dalam Daftar Penawaran, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan
untuk memenuhi kondisi lapisan yang sebenarnya.
Gambar 5. 2 Pengerjaan Base B
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
2. Pekerjaan Pondasi (Base A)
a. Bahan Lapis Pondasi harus ditempatkan dan ditimbun di tempat
yang bebas dari lalu lintas serta saluran saluran dan lintasan air
di sekitarnya.
b. Lapis Pondasi tersebut dicampur dilapangan ruas jalan yang ber
sangkutan dengan menggunakan tenaga kerja atau motor grader.
Pengadukan yang merata diperlukan dan bahan tersebut harus
dipasang dalam lapisan-lapisan melebihi 15 cm tebalnya atau
ketebalan lain seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik agar
dapat mencapai tingkat pemadatan yang ditetapkan.
c. Ketebalan Lapis Pondasi terpasang harus sesuai dengan Gambar
Rencana dan seperti dinyatakan dalam Daftar Penawaran, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan
untuk memenuhi kondisi lapisan yang sebenarnya.
Gambar 5. 3 Pengerjaan Base A
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
60. 48
5.2.3 Pekerjaan Pengukuran Ketebalan Lapisan Base
1. Pekerjaan Lapisan Base B
Pekerjaan pengukuran ketebalan lapisan ini dilakukan dengan
menggunakan Jack Hammer. Berikut cara pengerjaan pengukuran
ketebalan lapisan base:
a. Penentuan titik yang akan di bor, yaitu dengan jarak per 25m.
b. Pengeboran dilakukan pada 3 titik ruas jalan, yaitu tepi kiri,
tengah, dan tepi kanan pada jalan
c. Pengeboran atau uji ketebalan ini dilakukan sampai
kedalaman yang telah di rencanakan.
Gambar 5. 4 Pile Integrity Test
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
2. Pekerjaan Lapisan Base A
Pekerjaan pengukuran ketebalan lapisan ini dilakukan dengan
menggunakan Jack Hammer. Berikut cara pengerjaan pengukuran
ketebalan lapisan base:
a. Penentuan titik yang akan di bor, yaitu dengan jarak per 25m.
b. Pengeboran dilakukan pada 3 titik ruas jalan, yaitu tepi kiri,
tengah, dan tepi kanan pada jalan
c. Pengeboran atau uji ketebalan ini dilakukan sampai
kedalaman yang telah di rencanakan.
61. 49
Gambar 5. 5 Pile Integrity Test
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
5.2.4 Pekerjaan Penyiraman
Penyiraman ini di lakukan sebagai untuk syarat mendapatkan kadar
air pada base dan mendapatkan kepadatan sesuai dengan di inginkan. Pada
pekerjaan ini menggunakan alat yaitu Water Tanker.
Berikut cara yang di lakukan untuk penyiraman:
1. Mengambil air dan mengisikan air tersebut ke dalam tangki
mobil.
2. Melakukan penyiraman secara merata terhadap base dengan
melakukan satu sisi secara bolak balik.
Gambar 5. 6 Pekerjaan Penyiraman
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
5.2.5 Uji Kepadatan Base (density)
Uji kepadatan base ini dilakukan sebagai syarat untuk melanjutkan
ke pekerjaan pengaspalan, apabila uji kepadatan yang dilakukan hasilnya
62. 50
sesuai dengan syarat yang sudah di tetapkan, maka perkerjaan bisa di
lanjutkan kepada pekerjaan pengaspalan.
Berikut cara yang dilakukan untuk uji kepadatan (density):
1. Letakkan pelat besi di base dan di paku di sekeliling pelat.
2. Ambil martil dan pahat, lalu pahat base sedalam 10 cm.
3. Ambil base dan lalu di timbang.
4. Masukkan pasir kedalam corong, lalu tuangkan ke botol pasir.
5. Timbang sisa pasir yang di tuangkan.
6. Ambil sampel base, lalu di masukkan kedalam cawan dan di
timbang untuk mencari kadar air basa.
7. Ambil sampel base, lalu di masukkan ke cawan, lalu di
masukkan cairan spritus, dan di bakar untuk mecari kadar air
kering base.
8. Setelah itu di timbang untuk mendapatkan hasil kepadatan.
Untuk pengujian density ini harus mendapatkan kepadatan base A
harus mencapai angka 97% kepadatannya, ketika pengujian yg dilakukan
oleh pihak labor CV. Purnama Karya tidak mencapai target tersebut maka
diperlukan lagi penyiraman dan pemadatan kembali sehingga mencapai
target 97%, dikarenakan pada saat pengujian ini untuk lokasi proyek
Rekonstruksi/ Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru mencapai target
97% maka tidak perlu melakukan penyiraman dan pemadatan kembali.
Gambar 5. 7 Uji Kepadatan Base
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
63. 51
5.2.6 Pekerjaan Prime Cout
Prime Coat atau lebih dikenal dengan lapis pengikat adalah aspal
emulsi yang digunakan untuk mengikat lapis pondasi atas (aggregat kelas
A) dengan hotmix AC-BC. Dengan kata lain, sebelum dihampar hotmix,
LPA (Lapisan Pondasi Atas) harus dihampar prime coat terlebih dahulu.
Bahan lapis pengikat biasanya terbuat dari aspal penetrasi 80/100 atau
60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Adapun metode pelaksanaan
prime coat antara lain:
1. Tempat penyimpanan aspal emulsi biasanya satu tempat
dengan Asphalt Mixing Plant. Tempat penyimpanan harus
aman dan tidak terkena hujan.
2. Lokasi penghamparan disiapkan terlebih dahulu setengah
badan jalan atau 1 lajur. Persiapan meliputi rambu- rambu
pekerjaan.
3. Lokasi penghamparan dibersihkan terlebih dahulu.
4. Prime coat dimasukkan ke dalam asphalt distributor dan
menuju ke lokasi penghamparan
5. Penghamparan prime coat dilakukan pada 1 lajur terlebih dahulu.
Gambar 5. 8 Pekerjaan Prime Coat
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
5.2.7 Pekerjaan AC-BC
Aspalt Concrete Binder Course (AC – BC) merupakan bagian dari
lapis permukaan diantara lapis pondasi atas dengan lapisan aus yang
64. 52
bergradasi rapat serta biasanya digunakan untuk jalan dengan beban yang
cukup berat. Fungsi dari lapis antara adalah mengurangi tegangan pada
lapis perkerasan dan menahan beban maksimum lalu lintas.
(AC-BC) memiliki karateristik sebagai berikut:
1. Ukuran maksimum agregat sebesar 25,4 mm
2. Tebal padat lapisan minimum 6 cm dengan toleransi tebal untuk
tiap lapisan campuran beraspal tidak lebih dari 5,0 mm.
3. Difungsikan untuk mengurangi tegangan pada lapis perkerasan
dan menahan beban maksimum lalu lintas.
Gambar 5. 9 Pekerjaan AC-BC
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
5.2.8 Pekerjaan Tack Coat
Tack Coat / Lapis perekat adalah lapisan aspal cair yang berfungsi
sebagai perekat antara aspal lama dengan aspal baru. Lapis perekat ini
terletak diatas permukaan aspal lama atau permukaan beton yang kering.
Tipe aspal yang digunakan untuk membuat tack coat ini adalah penetrasi
80/100 atau 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak
tanah per 100 bagian aspal. Pekerjaan Tack Coat dilakukan menggunakan
alat Asphalt distributor yang terbuat dari Truck yang dilengkapi dengan
aspal, pompa, dan batang penyemprot.
Pekerjaan Tack Coat bisa dilaksanakan apabila lapisan aspal lama
sudah dibersihkan terlebih dahulu dari debu- debu atau tanah agar lapisan
Tack Coat bisa bekerja secara maksimal. Setelah di hampar menggunakan
65. 53
Asphalt distributor, sebaiknya jangan terlalu lama untuk segera menutup
dengan lapis aspal baru. Jika tack coat dibiarkan berhari- hari tidak segera
diaspal menggunakan hotmix yang baru dikhawatirkan lapisan tack coat
sudah tertutup debu. Metode pekerjaan Tack Coat kurang lebih sama
dengan Pime Coat.
Gambar 5. 10 Pekerjaan Tack Cout
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
5.2.9 Pekerjaan AC-WC
Asphalt Concrete -Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan
perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus.
Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah daya tahan
perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan
menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan. AC-WC
mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston
lainnya.
Gambar 5. 11 Pekerjaan AC-WC
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
66. 54
5.2.10 Pekerjaan Pemadatan
Pekerjaan ini merupakan proses memadatkan aspal yang telah
dihamparkan sebelumnya menggunakan beberapa alat berat seperti
Pneumatic Tire Roller dan Tandem Roller.
a. Pemadatan sambungan melintang.
b. Pemadatan sambungan memanjang.
c. Pemadatan tepi luar.
d. Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi
terendah menuju ke yang lebih tinggi.
e. Pemadatan kedua sesuai prosedur.
f. Pemadatan akhir Break Down Rolling.
g. Pemadatan dengan Pneumatic Tire Roller dilakukan dengan
jumlah passing 23 kali per 50 - 60 meter dan Tandem Roller
dengan jumlah passing 3 kali per 50 - 60 meter.
Gambar 5. 12 Pekerjaan Pemadatan AC-BC
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
5.2.11 Pengujian Core Drill
Pengujian core drill ini bertujuan untuk menentukan dan
mengambil sampel perkerasan di lapangan sehingga dapat diketahui tebal
dan karakteristik campuran perkerasan. Pengujian ini dilakukan beberapa
titik STA yang telah ditentukan bersama.
67. 55
Perngujian core drill dilakukan untuk setiap lapisan aspal, AC-BC
dan AC-WC. Jarak untuk setiap pengambilan titik sampel yaitu 25 m
dengan jumlah sampel 2 untuk setiap masing-masing titik yang di ambil di
sisi kanan dan kiri jalan.
Langkah Pengujian :
1. Alat diletakkan pada lapisan aspal dalam posisi datar
2. Sediakan air
3. Masukkan air ke dalam alat core drill melalui selang yang
telah tersedia di alat tersebut. Air berfungsi sebagai pendingin, dan
juga agar mata bor tidak cepat aus serta tidak mengalami kerusakan
selama pengujian.
4. Lalu hidupkan mesin core drill.
5. Setelah mesin dihidupkan, mata bor diturunkan secara perlahan pada
titik yang telah ditentukan sampai kedalaman tertentu. Jika telah
mencapai kedalaman tertentu, mesin dimatikan dan mata bor
dinaikkan kembali
6. Lubang hasil pengeboran ditutup kembali menggunakan bahan yang
telah disediakan.
7. Hasil pengeboran diambil dengan menggunakan alat penjapit Untuk
diukur ketebalan dengan menggunakan jangka sorong.
8. Lalu foto pengujian untuk dokumentasi dan hasil pengukuran
tersebut dicatat untuk dihitung rata-ratanya.
Gambar 5. 13 Pengujian Core Drill
(Sumber : Hasil Survei Lapangan)
68. 56
BAB VI
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
6.1 Tinjauan Umum
Agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana hendaknya setiap
pekerjaan di lapangan dilakukan berdasarkan dokumen kontrak, serta perlu
diadakan tindakan koreksi, perbaikan atau penyesuaian bila terjadi
penyimpangan. Secara umum pengendalian proyek merupakan suatu usaha
untuk mengatur semua unsur yang terlibat didalam proyek agar berfungsi
secara optimum, sehingga proyek dapat berjalan lancar sesuai dengan
rencana.
Sedangkan pengawasan proyek merupakan kontrol terhadap
pekerjaan – pekerjaan kontruksi dilapangan agar kualitas kerja terjaga dan
memenuhi spesifikasi yang ada. Pada pembangunan Rekonstruksi /
Peningkatan Jalan Dalam Kota Pekanbaru. Ini kontrol pengawasan lebih
ditekankan pada kualitas pekerjaan, dan pengendalian mutu di
laboratorium maupun di lapangan.
Pengawasn dan pengendalian proyek memegang peran yang sangat
penting dalam pelaksanaan pekerjaan proyek secara keseluruhan, karna
sangat bepengaruh terhadap biaya proyek. Tetapi efisien yang dilakukan
hendaknya tidak mengurangi mutu kualitas pekerjaan atau paling tidak
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan
yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah pekerjaan yang
dilaksanakan kontraktor sesuai atau tidak dengan spesifikasi, gambar kerja
atau waktu yang telah direncanakan. Keberhasilan suatu proyek dapat
dilihat dari beberapa hal antara lain:
1. Kualitas dari pekerjaan (mutu konstruksi) yang dihasilkan.
2. Biaya yang terpakai selama proyek berlangsung dan waktu
penyelesaian proyek.
Suatu proyek dikatakandikatakan sukses apabila mencapai mutu
yang disyaratkan, biaya yang dihabisi tidak melebihi ketentuan yang telah
69. 57
disyaratkan dan waktu pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut
sesuai dengan rencana.
Ruang lingkup pengawasan dan pengendalian yang biasa dilakukan
pada suatu proyek adalah:
a. Pengendalian mutu pekerjaan (Quality Control)
b. Pengendalian waktu pelaksanaan (Time Control)
c. Pengendalian biaya pelaksanaan (Coast Control)
6.2 Pengendalian Mutu Pekerjaan
Seperti yang telah diuraikan diatas, pengawasan dan pengendalian
mutu pekerjaan sangat penting dalam suatu proyek agar didapat mutu yang
sesuai dengan apa yang direncanakan. Mutu / Kualitas suatu pekerjaan
sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor material dan bahan
2. Faktor peralatan
3. Faktor tenaga kerja / sumber daya manusia.
Suatu proses pelaksanaan proyek memerlukan program
pengawasan dan pengendalian mutu hasil pekerjaan berdasarkan pada
sistem kendali yang menyeluruh penerapannya adalah melalui kegiatan–
kegiatan pengawasan dan pemeriksaan, pengukuran dan pengujian di
laboratorium. Pelaksanaan tugas dan kegiatan pengendalian mutu pada
hakekatnya adalah pemantauan langkah terhadap proses pelaksanaan
pekerjaan, jadi bukan hanya memberikan penilaian terhadap hasil akhir.
Prinsip optimalisasi untuk menetapkan standar mutu terbaik yang dapat di
capai dan tuntutan yang semakin tinggi dalam proses konstruksi
memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih serius.
Pada pelaksanaan proyek ini setiap pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan di lapangan harus seizin pemilik proyek (Owner) dan
pihak pengawas. Dimana setiap peningkatan pekerjaan berikutnya harus di
periksa dan disetujui oleh pengawas dan pimpinan bagian proyek
(Pimpro).
70. 58
Dalam mencapai hasil proyek yang diinginkan baik pengawas
maupun kontraktor harus selalu mengadakan Joint Survei (Pengawasan
Bersama), maka setelah itu baru diadakan atau dilaksanakan tahapan
pekerjaan berikutnya, kalau tidak ada pekerjaan yang tidak dapat
direalisasikan dilapangan, maka dimasukan kedalam laporan proyek.
6.2.1 Faktor bahan atau material.
1. Pengawasan
Agar kualitas tetap terjaga maka diadakan pengawasan
terhadap bahan atau material tersebut di laboratorium dan lapangan.
Pengawasan dilakukan dengan memilih material / bahan yang
berkualitas baik (Kelas 1) atau paling tidak sesuai dengan jenis
pekerjaan atau spesifikasi pada dokumen kontrak.
2. Pengendalian
Pengendalian bahan atau material, sebagaimana asas–asas
pengendalian secara umum, mencakup kegiatan–kegiatan penetapan
standart dan spesifikasi teknis, upaya evaluasi dan perbandingan
terhadap standart, proses perbaikan meminimalkan dampak yang
merugi dan merevisi perencanaan dalam rangka penyempurnaan
terhadap ketentuan. Selain itu, upaya mendokumentasikan peraturan
yang berlaku, penetapan spesifikasi teknis dan pengambilan sampel
untuk keperluan uji beberapa material, menempati perenan yang tak
kalah penting, termasuk sertifikat dan bukti konkrit lainya yang
mendukung dan menjamin mutu material.
Dalam pengendalian mutu bahan, pihak kontraktor
mengadakan pemeriksaan bahan / material di laboratorium dan
pemeriksaan material di lapangan dilakukan langsung oleh kontraktor
(CV. Purnama Karya) dan diawasi oleh pengawas.
Pengendalian mutu material:
a. Pengendalian mutu di laboratorium
Pengendalian mutu di laboratorium berupa pengujian analisa
saringan, kadar air, kepadatan standar, kekuatan tekan bebas, dan
berat jenis. Pengujian tanah diatas bertujuan untuk mendapatkan data-
71. 59
data yang di perlukan dalam penentuan nilai tanah untuk pedoman
perencanaan perkerasan jalan.
b. Pengendalian mutu di lapangan
Dilapangan dilaksanakan pengendalian mutu terhadap
hubungan jumlah lintasan dengan kepadatan kering 100% maksimum.
Dimana untuk mencapai kepadatan standart di perlukan 6 – 8 lintasan
dengan menggunakan vibrator roller.
Pengendalian kepadatan tanah di lapangan dilakukan dengan
sand cone untuk setiap jarak 100 meter sepanjang jalan yang akan
dibangun. Jika pengujian kepadatan dengan sand cone belum
memenuhi dari kepadatan standar maka dilakukan pendataan kembali.
Tujuan dari sand cone ini adalah untuk menentukan kepadatan
di lapangan dari lapisan tanah yang sudah di padatkan sebelumnya.
Dari hasil test ini dapat diperoleh klasifikasi tanah.
Cara kerja:
a) Dibawa botol yang berisi pasir ottawa kelapangan atau
lokasi proyek.
b) Lokasi yang telah di uji harus datar dan dibersihkan
terlebih dahulu.
c) Plat yang telah dibersihkan diletakkan pada tempat yang
akan diuji, tanah dibawah plat digali sedalam 10 – 12 cm
lalu di timbang.
d) Setelah agregat di lobang di timbang letakkan corong
diatas lobang dan buka kunci penutup pasirnya, biarkan
pasir ottawa mengalir sampai berhenti.
e) Setelah aliran pasir ottawa berhenti kunci kembali aliran
pasir ottawa tadi lalu timbang berat sisa pasir ottawa tadi.
6.2.2 Faktor Peralatan
1. Pengawasan
Pengawasan peralatan dalam pelaksanaan proyek adalah
pengawasan terhadap kondisi alat, pemeliharaan alat, dan tenaga
72. 60
mekanik yang terampil, didalamnya termasuk pula penentuan
pemilihan operator.
2. Pengendalian
Pada dasarnya pengendalian peralatan harus didasari pada
kondisi alat, pemeliharaan alat yang intensif dan tenaga mekanik yang
terampil.
1. Kondisi Alat
Berdasarkan pengamatan penulis, pada proyek ini
menggunakan peralatan berupa motor grader, vibrator roller,
AMP (Asphalt Mixed Plant), asphalt finisher, tandem roller,
pneumatic tired roller, spayer, water tank truck Wheel Loader,
Compressor, dan dump truck dengan jumlah yang sedikit
apabila dibandingkan dengan banyaknya pekerjaan dan
ditambah dengan tenaga manusia. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan dan proyek dan pertimbangan lain seperti
membuka lapangan bagi penduduk setempat mengingat proyek
ini diadakan pada dasarnya atas permintaan penduduk setempat.
Kondisi alat ada yang tidak sepenuhnya baik 100%, AMP
(Aspalt Mixed Plant) sering mengalami kerusakan terutama
pada saat melaksanakan perkerjaan sehingga aspal sering
terlambat di produksi.
2. Pemeliharaan Alat
Kontraktir dalam pengendalian peralatan harus
memperhatikan pemeliharaan alat yaitu dengan memperbaiki
alat–alat tersebut saat digunakan harus mencapai 100% baik dan
siap pakai.
3. Tenaga Mekanik yang Terampil
Pengendalian terhadap tenaga mekanik yang terampil yaitu
dengan mencari tenaga ahli yang baik dan benar–benar
berpengalaman terhadap alat yang di tangani.
73. 61
6.2.3 Faktor Tenaga Kerja atau Sumber Daya Manusia
Mutu tenaga kerja merupakan aspek yang paling sulit dan
membingungkan dari keseluruhan analisis dan evaluasi mutu konstruksi.
Banyak sekali faktor–faktor pengaruh yang senantiasa dipertimbangkan,
seperti kondisi tempat kerja, keterampilan, lama waktu kerja, persaingan,
produktivitas, indeks biaya hidup dan lain–lain. Dari sekian banyak faktor,
yang paling sulit adalah mengukur dan meningkatkan produktivitas yaitu
prestasi pekerjaan yang dapat dicapai oleh pekerja, setiap satuan waktu
yang ditentukan. Tingkat produktivitas selain tergantung pada keahlian,
keterampilan, juga terkait dengan sikap mental pekerja yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan setempat dan lingkunganya. Apabila faktor–
faktor lainya dapat dengan mudah diperhitungkan menjadi bentuk imbalan
uang tertentu dan dapat dipertahankan secara relatif konstan, tidak
demikian halnya dengan produktivitas pekerja selama proses konstruksi
berlangsung.
Pengadaan tenaga kerja melalui jasa mandor merupakan cara lama
yang masih berlaku sampai saat ini. Sehingga usaha peningkatan iklim
profesional dalam dunia industri konstruksi, meskipun permasalahanya
cukup komplek, persoalan sistem pengarahan tenaga kerja melalui jasa
mandor merupakan persoalan yang cukup serius. Sudah dirasa perlu untuk
memikirkan upaya–upaya pengembangan guna mendapatkan alternatif dan
cara lain dalam sistem pengarahan tenaga kerja.
1. Pengawasan
Pengawasan terhadap tenaga kerja merupakan mendatangkan
tenaga kerja yang ahli dan berpengalaman, bertanggung jawab
terhadap pekerjaanya. Dalam hal ini kontraktor harus memperhatikan
juga dari kesalahan tenaga kerja dan imbalan atau gaji dari pekerja itu
sendiri.
2. Pengendalian
Pengendalian dari tenaga kerja ini yaitu memberikan masukan–
masukan ilmu atau diadakan pelatihan–pelatihan supayan akan
mendapat tenaga kerja yang terampil dan berpengetahuan luas.
74. 62
6.3 Pengawasan dan Pengendalian Waktu
6.3.1 Pengawasan
Mengawasi supaya tidak ada keterlambatan kerja sesuai dengan
time schedule yang direncanakan.
6.3.2 Pengendalian
Pengendalian waktu pelaksanaan dalam hal ini dapat diartikan
sebagai perencanaan waktu pelaksanaan operasional dan sekaligus
pengawasannya, mengingat keberhasilan suatu proyek dapat dinilai dari
segi ketepatan waktu penyelesaian proyek. Karena waktu pelaksanaan
proyek sangat terkait dengan biaya yang dikeluarkan, maka perlu disusun
suatu jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disebut time schedule. Tujuan
pembuatan time schedule ini adalah agar pelaksanaan kerja dilapangan
dapat menjadi lebih efisien, ekonomis serta terarah.
Pada proyek pembangunan Rekonstruksi / Penigkatan Jalan Dalam
Kota Pekanbaru. Ini, pengendalian waktu pelaksanaan dilakukan
berdasarkan time schedule rencana tersebut dengan time schedule actual
dilapangan dapat ditentukan apakah proyek mengalami keterlambatan
dalam pelaksanaan pekerjaan, maka perlu diketahui penyebab serta dicari
solusi terbaik untuk masalah tersebut.
Apabila keterlambatan proyek yang terjadi terlalu jauh dari waktu
yang ditentukan, maka harus dilaporkan ke konsultan pengawas. Laporan
tersebut harus disertai dengan alasan keterlambatan atau kendala–kendala
yang ditemui dilapangan. Selain itu karena time schedule rencana kerja
yang lama tidak dapat lagi digunakan, maka perlu dibuat time schedule
rencana yang baru. Time schedule tersebut terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan oleh konsultan.
75. 63
Tabel 6. 1 Kurva S Proyek
(Sumber : CV. Purnama Karya)
PEMERINTAH PROVINSI RIAU TIME SCHEDULE
DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,
PERUMAHAN, KAWASAN PEMUKIMAN DAN PERTAHANAN
Jl. SM. Amin No. 92 Telp (0761) 564550 - 564541 - 564535 Fax (0761) 564547 - 564407
PEKANBARU 28292
KEGIATAN : PENYELENGGARAAN JALAN PROVINSI
SUB KEGIATAN : REKONSTRUKSI / PENINGKATAN JALAN KONTRAKTOR : CV. PURNAMA KARYA
PEKERJAAN : REKONSTRUKSI / PENINGKATAN JALAN DALAM KOTA PEKANBARU NO. KONTRAK : 620/SPHS-PUPRPKPP/BM-PJDKP/130/2021
T. ANGGARAN : 2021 TANGGAL : 1 NOPEMBER 2021
BOBOT
NO. ( % ) MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU
1 2 3 4 5 6 7 8
1 7 01-08 09-16 17-25 26-31 01-08 09-16 17-25 26-30
1 DIVISI 1. UMUM
1.2 Mobilisasi 1.00 Ls 0.252 0.063 0.063 0.063 0.063
1.8(1) Menajemen Keselamatan Lalu Lintas 1.00 Ls 0.120 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015
1.19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1.00 Ls 0.224 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028
3 DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK
3.1.(1a) Galian Biasa 70.00 M3 0.027 0.014 0.014
3.2.3 Timbunan Pilihan dari sumber galian 1,207.20 M3 2.668 1.334 1.334
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan 7,998.00 M2 0.128 0.064 0.064
5 DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR
5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas. A 1,885.13 M3 12.453 3.113 3.113 3.113 3.113
5.1.(2) Lapis Pondasi Agregat Kelas. B 1,259.30 M3 7.788 1.947 1.947 1.947 1.947
6 DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL
6.1 (1) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair 10,474.08 Liter 1.487 0.743 0.743
6.1(2a) Lapis Perekat - Aspal Cair 5,919.80 Liter 0.846 0.169 0.169 0.169 0.169 0.169
6.3 (5a) Laston Lapis Aus (AC-WC) 2,326.12 Ton 36.240 7.248 7.248 7.248 7.248 7.248
6.3(6a) Laston Lapis Antara (AC-BC) 2,416.10 Ton 34.939 6.988 6.988 6.988 6.988 6.988
7 DIVISI 7. STRUKTUR
7.1 (7e) Beton Struktur, fc’= 20 Mpa 13.84 M3 0.296 0.148 0.148
7.1 (10) Beton fc’= 10 Mpa 1.60 M3 0.018 0.018
7.3 (1) Baja Tulangan Polos BjTP 280 899.52 Kg 0.189 0.189
7.6 (1) Fondasi Cerucuk, Penyediaan dan Pemancangan 340.00 M1 0.111 0.111
9 DIVISI IX. PEKERJAAN HARIAN & PEKERJAAN LAIN-LAIN
9.2.(1) Marka Jalan Termoplastik 792.81 M2 1.446 1.446
9.2(10a) Kerb Pracetak Jenis 1 (Peninggi/Mountable) 88.00 M2 0.204 0.204
10 DIVISI 10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN KINERJA
10.1 (17) Pengecatan Kerb pada Trotoar atau Median 1,131.48 M2 0.563 0.281 0.281
JUMLAH 100.00
RENCANA 2.117 20.115 19.670 5.103 18.368 16.526 16.268 1.834
RENCANA KOMULATIF 2.117 22.231 41.901 47.005 65.372 81.898 98.166 100.000
REALISASI
REALISASI KOMULATIF
DEVIASI (+/-)
Disetujui Oleh :
3
NOPEMBER DESEMBER
AKHIR
PELAKSANAAN
PEKERJAAN
TANGGAL
:
30
DESEMBER
2021
URAIAN PEKERJAAN
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN 60 HK
MASA PEMELIHARAAN
VOLUME
180 HARI
KALENDER
20
0
90
70
50
30
10
100
80
60
40
DIKETAHUI OLEH :
KABID BINA MARGA - DINAS PUPRPKPP
PROVINSI RIAU SELAKU KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
MERANGKAP PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
MUH. ARIEF SETIAWAN, ST. MT
Pembina Tingkat I
Nip. 19721202 199903 1 007
DIPERIKSA OLEH :
KONSULTAN SUPERVISI
CV. ROKAN JAYA
ARDIANTO, ST. MT
Supervision Engineer
DIAJUKANOLEH :
KONTRAKTOR PELAKSANA
CV. PURNAMA KARYA
SABAR SANTOSA
Direktur
6.4 Pengawasan dan Pengendalian Biaya
6.4.1 Pengawasan
Pengawasan terhadap biaya yaitu pengawasan terhadap biaya yang
keluar sesuai dengan jumlah volume pekerjaan dan disesuaikan dengan
rencana anggaran biaya.
6.4.2 Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan membuat rencana anggaran biaya
(RAB). Rencana anggaran biaya bukan hanya berupa harga dari item –
item pekerjaan yang akan dilakukan, tetapi juga perencanaan terhadap
sumber – sumber dana yang akan didapatkan (Seperti pinjaman bank, dll)
Pengeluaran – pengeluaran yang dilakukan dengan membuat
rencana anggaran biaya yang telah dilakukan. Apabila terdapat jenis /
volume pekerjaan yang diperlukan penambahan biaya dapat
dikonsultasikan dengan pihak konsultan.
76. 64
Macam – macam biaya proyek:
a. Biaya Bahan
Biaya bahan adalah biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor
untuk pembelian bahan seperti material, dll.
b. Biaya Buruh
Biaya buruh adalah biaya yang harus dibayarkan kepada
buruh sebagai imbalan dari hasil keja mereka. Upah terdiri dari:
1) Upah harian, yaitu upah yang harus dibayar berdasarkan satuan
waktu, tingkat keahlian serta jenis pekerjaanya.
2) Upah borongan, yaitu upah yang harus dibayarkan atas
kesepakatan kerja antara buruh dan kontraktor.
3) Upah berdasarkan produktivitas, yaitu upah yang tergantung dari
banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh pekerja dalam
jangka waktu tertentu.
c. Biaya Peralatan
Biaya peralatan adalah biaya yang menyangkut peralatan,
misalnya pembelian atau sewa peralatan, biaya operasi seperti
pembelian oli, bahan bakar dan pelumas, biaya – biaya lain seperti
biaya pemeliharaan dan perbaikan alat, biaya asuransi dan pajak,
mobilisasi, biaya operator dan mekanik, penyusutan alat, dll.
d. Biaya Sub Kontraktor
Biaya Sub Kontraktor adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membayar jasa sub kontraktor yang menangani suatu paket
pekerjaan tertentu, seperti pada paket pekerjaan galian dan timbunan
di beberapa STA.
6.5 Sistem Laporan
6.5.1 Laporan Harian
Laporan harian ini merupakan bagian dari laopran kegiatan
dilapangan yang dibuat secara teratur setiap hari secara tertulis oleh pihak
kontraktor menurut kemajuan pekerjaan dilapangan disertai kendala –
kendala yang ditemui disaat pelaksanaan pekerjaan dilakukan.
77. 65
Pada dasarnya, laporan harian ini berisikan antar lain:
a. Pekerjaan yang dilaksanakan hari itu
b. Material yang didatangkan
c. Tenaga kerja yang diarahkan
d. Keadaan cuaca serta hal – hal yang perlu dilaporkan
Dengan adanya laporan harian ini, pekerjaan dilapangan dapat
dimonitor untuk diketahui perkembanganya serta prestasi yang dicapai.
Keuntungan lain dengan adanya laporan harian ini adalah bila sewaktu –
waktu dibutuhkan, kita dapat mencari data – data yang dibutuhkan dengan
mudah.
6.5.2 Laporan Mingguan
Laporan mingguan bertujuan untuk memperoleh gambaran
kemajuan pekerjaan proyek yang telah dicapai dalam jangka waktu 1
minggu, dan dalam laporan mingguan ini juga dicantumkan bobot dari
pekerjaan yang telah diselesaikan sehingga dapat kemajuan dan
keterlambatan batas pelaksanaanya.
Pada laporan mingguan ini hal – hal yang dibuat adalah:
a. Volume dan presentase pekerjaan selama satu minggu
pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut.
b. Mendata jenis pekerjaan yang telah dibuat atau diselesaikan
c. Kemajuan prestasi fisik yang dicapai pada minggu tersebut serta
prestasi fisik secara kumulatif
6.5.3 Laporan Bulanan
Pada prinsipnya tujuan pembuatan laporan bulanan sama dengan
laporan mingguan yaitu untuk memberikan gambaran tentang kemajuan
pekerjaan dalam jangka waktu 1 bulan. Laporan ini dibuat oleh kontraktor
berdasarkan data – data keseluruhan kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang
berarti:
a. Uraian umum tentang gambaran mengenai proses pelaksanaan
pekerjaan.