Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Citra Utami
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan di Desa Bungin Permai, Sulawesi Tenggara. Praktek kerja lapangan dilakukan selama 3 bulan untuk memonitor pertumbuhan, kualitas air, hama dan penyakit, serta hasil panen dan pemasarannya. Hasilnya, laju pertumbuhan rumput laut adalah 5,8% per hari, dengan kualitas air optimal. Hama dan peny
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018sukmawati024
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode longline menggunakan bibit hasil kultur jaringan selama 3 bulan di Sulawesi Tenggara. Laju pertumbuhan rumput laut adalah 3,5 gram per hari dengan rasio berat kering terhadap basah 1:5,01. Harga jual rumput laut adalah Rp18.000 per kilogram.
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil seleksi klon yang telah dikultur jaringan dengan metode longline di perairan Desa Bungin Permai, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara selama 3 bulan. Laju pertumbuhan harian rumput laut adalah 6,27±0,31%/hari dengan rasio berat kering:basah 1:13,4. Parameter kualitas air yaitu suhu 21-31°C dan sal
Pembangunan Ekonomi Berbasis Kelautan untuk Mewujudkan Visi Indonesia Sebagai...Ari Purbayanto
Orasi Ilmiah disampaikan pada Upacara Penyerahan Ijazah UT-Batam di Hotel Goodway Batam, 6 Desember 2015 [Prof. Ari Purbayanto-Atdikbud KBRI Kuala Lumpur, Guru Besar IPB]
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian gulma pada tanaman karet. Secara singkat, dibahas tentang definisi gulma dan kerugian yang ditimbulkannya, klasifikasi gulma berdasarkan jenisnya, serta berbagai metode pengendalian gulma pada berbagai tahap pertumbuhan tanaman karet seperti pembibitan, tanaman belum menghasilkan, dan tanaman telah menghasilkan.
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Citra Utami
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan di Desa Bungin Permai, Sulawesi Tenggara. Praktek kerja lapangan dilakukan selama 3 bulan untuk memonitor pertumbuhan, kualitas air, hama dan penyakit, serta hasil panen dan pemasarannya. Hasilnya, laju pertumbuhan rumput laut adalah 5,8% per hari, dengan kualitas air optimal. Hama dan peny
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018sukmawati024
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode longline menggunakan bibit hasil kultur jaringan selama 3 bulan di Sulawesi Tenggara. Laju pertumbuhan rumput laut adalah 3,5 gram per hari dengan rasio berat kering terhadap basah 1:5,01. Harga jual rumput laut adalah Rp18.000 per kilogram.
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil seleksi klon yang telah dikultur jaringan dengan metode longline di perairan Desa Bungin Permai, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara selama 3 bulan. Laju pertumbuhan harian rumput laut adalah 6,27±0,31%/hari dengan rasio berat kering:basah 1:13,4. Parameter kualitas air yaitu suhu 21-31°C dan sal
Pembangunan Ekonomi Berbasis Kelautan untuk Mewujudkan Visi Indonesia Sebagai...Ari Purbayanto
Orasi Ilmiah disampaikan pada Upacara Penyerahan Ijazah UT-Batam di Hotel Goodway Batam, 6 Desember 2015 [Prof. Ari Purbayanto-Atdikbud KBRI Kuala Lumpur, Guru Besar IPB]
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian gulma pada tanaman karet. Secara singkat, dibahas tentang definisi gulma dan kerugian yang ditimbulkannya, klasifikasi gulma berdasarkan jenisnya, serta berbagai metode pengendalian gulma pada berbagai tahap pertumbuhan tanaman karet seperti pembibitan, tanaman belum menghasilkan, dan tanaman telah menghasilkan.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunaka...Jeslin Jes
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline di Desa Bungin Permai, Sulawesi Tenggara. Praktek lapangan dilakukan selama 3 bulan untuk mengamati pertumbuhan rumput laut, kualitas air, dan hasil pasca panen.
Dokumen tersebut membahas mengenai upaya industrialisasi perikanan budidaya di Kepulauan Riau melalui penerapan konsep blue economy. Potensi besar perikanan budidaya di Kepulauan Riau belum dimanfaatkan dengan optimal. Diperlukan pengembangan kawasan minapolitan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan untuk mendukung ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kepulauan Riau.
Media komunikasi memainkan peran penting dalam mempromosikan budidaya ikan koi di Desa Rambi Gundam. Ikan koi merupakan komoditas perikanan berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah, namun pemasarannya masih terbatas karena kurangnya informasi."
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke-II)
Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019Hasriani Anastasya
Laporan ini membahas hasil monitoring tahun ketiga budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii yang menggunakan bibit hasil kultur jaringan di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan harian, kualitas air, dan hama penyakit. Hasilnya, laju pertumbuhan harian rata-rata 8,24%/hari, lebih tinggi dari
Dokumen tersebut membahas tentang peran media komunikasi dalam mempromosikan budidaya ikan koi di Desa Rambi Gundam, Jember. Balai Benih Ikan di desa tersebut memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan, namun perlu ditingkatkan promosi dan pengelolaannya.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya. Salah satu jenis rumput laut yang berkomersil penting ialah Kappaphycus alvarezii. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan dengan metode budidaya yang digunakan adalah metode longline. PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. PKL ini meliputi beberapa kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen. Monitoring dilakukan yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari epifit yang dapat menjadi pesaing dalam mencari makanan yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik rumput laut yang dipelihara yaitu 5,53%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 8. Parameter kualitas air yang didapatkan yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp. 9.000/kg.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang, tujuan, dan tinjauan pustaka mengenai budidaya tanaman kelapa sawit. Termasuk klasifikasi, syarat tumbuh, dan teknik budidaya kelapa sawit seperti persiapan bibit, pembibitan, pembukaan lahan, dan pemeliharaan tanaman."
Revolusi Biru adalah perubahan cara berpikir dari daratan ke maritim dengan konsep pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan produksi kelautan dan perikanan melalui program Minapolitan guna peningkatan pendapatan rakyat yang adil dan merata. Program Minapolitan bertujuan meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan nelayan serta pembudidaya ikan melalui pengembangan kawasan kelautan dan perikanan.
1. Dokumen membahas teknologi yang dibutuhkan nelayan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan penangkapan ikan serta mendukung kesejahteraan mereka.
2. Beberapa teknologi yang direkomendasikan adalah alat tangkap yang selektif, sistem informasi lokasi ikan, dan teknologi penanganan pascapanen untuk mempertahankan mutu ikan.
3. Peraturan pemerintah melarang alat tangkap tertent
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya rumput laut dengan metode tali letak dasar. Rumput laut jenis Eucheuma Cottonii banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki potensi pasar yang besar. Teknik budidaya yang digunakan di lokasi studi melibatkan penanaman rumput laut di tali yang dilepas di dasar laut. Usaha ini membutuhkan modal untuk peralatan dan bibit serta dapat didanai melalui kredit bank.
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Muhammad Arif
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe, Selatan Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Kedua)
EFEK BRACHlARlA, MIKORlZA, DAN KOMPOS JERAMI PADI DIPERKAYA KALIUM TERHADAP M...Repository Ipb
Seminar Nasional Mikoriza: Pupuk dan Pestisida Hayati Pendukung Pertanian Berkelanjutan Ramah Lingkungan diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Lampung bekerjasama dengan Asosiasi Mikoriza Indonesia dan SEAMEO BIOTROP pada 20-21 Juli 2011. Seminar ini bertujuan untuk menyebarkan informasi hasil penelitian dan teknologi mikoriza serta sebagai forum ilmiah bagi para ahli dan peneliti mikoriza. Terdapat emp
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...Himaka Unsyiah
Nama : Muhammad Adhe Putra
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 12 Januari 1994
Email : adheputra38@gmail.com
Asal Universitas : Institut Pertanian Bogor
Judul Esai : Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community Untuk Pembangungan Ekonomi Nasional
Tiga kalimat:
Dokumen ini membahas strategi pengembangan sektor perikanan di Provinsi Kepulauan Riau dengan menekankan pada potensi sumber daya perairan yang besar, namun perlu ditingkatkan pengelolaan, regulasi, dan dukungan teknologi untuk masyarakat nelayan agar sektor perikanan dapat menjadi pilar ekonomi berkelanjutan di provinsi tersebut.
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Azlan Azlan
Budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan dilakukan selama 3 bulan di Desa Bungin Permai, Konawe Selatan. Hasilnya adalah laju pertumbuhan spesifik 4,6%/hari dan parameter kualitas air berkisar 28-31°C untuk suhu dan 31-33 ppt untuk salinitas.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunaka...Jeslin Jes
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline di Desa Bungin Permai, Sulawesi Tenggara. Praktek lapangan dilakukan selama 3 bulan untuk mengamati pertumbuhan rumput laut, kualitas air, dan hasil pasca panen.
Dokumen tersebut membahas mengenai upaya industrialisasi perikanan budidaya di Kepulauan Riau melalui penerapan konsep blue economy. Potensi besar perikanan budidaya di Kepulauan Riau belum dimanfaatkan dengan optimal. Diperlukan pengembangan kawasan minapolitan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan untuk mendukung ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kepulauan Riau.
Media komunikasi memainkan peran penting dalam mempromosikan budidaya ikan koi di Desa Rambi Gundam. Ikan koi merupakan komoditas perikanan berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah, namun pemasarannya masih terbatas karena kurangnya informasi."
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke-II)
Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019Hasriani Anastasya
Laporan ini membahas hasil monitoring tahun ketiga budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii yang menggunakan bibit hasil kultur jaringan di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan harian, kualitas air, dan hama penyakit. Hasilnya, laju pertumbuhan harian rata-rata 8,24%/hari, lebih tinggi dari
Dokumen tersebut membahas tentang peran media komunikasi dalam mempromosikan budidaya ikan koi di Desa Rambi Gundam, Jember. Balai Benih Ikan di desa tersebut memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan, namun perlu ditingkatkan promosi dan pengelolaannya.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya. Salah satu jenis rumput laut yang berkomersil penting ialah Kappaphycus alvarezii. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan dengan metode budidaya yang digunakan adalah metode longline. PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. PKL ini meliputi beberapa kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen. Monitoring dilakukan yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari epifit yang dapat menjadi pesaing dalam mencari makanan yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik rumput laut yang dipelihara yaitu 5,53%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 8. Parameter kualitas air yang didapatkan yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp. 9.000/kg.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang, tujuan, dan tinjauan pustaka mengenai budidaya tanaman kelapa sawit. Termasuk klasifikasi, syarat tumbuh, dan teknik budidaya kelapa sawit seperti persiapan bibit, pembibitan, pembukaan lahan, dan pemeliharaan tanaman."
Revolusi Biru adalah perubahan cara berpikir dari daratan ke maritim dengan konsep pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan produksi kelautan dan perikanan melalui program Minapolitan guna peningkatan pendapatan rakyat yang adil dan merata. Program Minapolitan bertujuan meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan nelayan serta pembudidaya ikan melalui pengembangan kawasan kelautan dan perikanan.
1. Dokumen membahas teknologi yang dibutuhkan nelayan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan penangkapan ikan serta mendukung kesejahteraan mereka.
2. Beberapa teknologi yang direkomendasikan adalah alat tangkap yang selektif, sistem informasi lokasi ikan, dan teknologi penanganan pascapanen untuk mempertahankan mutu ikan.
3. Peraturan pemerintah melarang alat tangkap tertent
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya rumput laut dengan metode tali letak dasar. Rumput laut jenis Eucheuma Cottonii banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki potensi pasar yang besar. Teknik budidaya yang digunakan di lokasi studi melibatkan penanaman rumput laut di tali yang dilepas di dasar laut. Usaha ini membutuhkan modal untuk peralatan dan bibit serta dapat didanai melalui kredit bank.
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Muhammad Arif
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe, Selatan Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Kedua)
EFEK BRACHlARlA, MIKORlZA, DAN KOMPOS JERAMI PADI DIPERKAYA KALIUM TERHADAP M...Repository Ipb
Seminar Nasional Mikoriza: Pupuk dan Pestisida Hayati Pendukung Pertanian Berkelanjutan Ramah Lingkungan diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Lampung bekerjasama dengan Asosiasi Mikoriza Indonesia dan SEAMEO BIOTROP pada 20-21 Juli 2011. Seminar ini bertujuan untuk menyebarkan informasi hasil penelitian dan teknologi mikoriza serta sebagai forum ilmiah bagi para ahli dan peneliti mikoriza. Terdapat emp
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...Himaka Unsyiah
Nama : Muhammad Adhe Putra
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 12 Januari 1994
Email : adheputra38@gmail.com
Asal Universitas : Institut Pertanian Bogor
Judul Esai : Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community Untuk Pembangungan Ekonomi Nasional
Tiga kalimat:
Dokumen ini membahas strategi pengembangan sektor perikanan di Provinsi Kepulauan Riau dengan menekankan pada potensi sumber daya perairan yang besar, namun perlu ditingkatkan pengelolaan, regulasi, dan dukungan teknologi untuk masyarakat nelayan agar sektor perikanan dapat menjadi pilar ekonomi berkelanjutan di provinsi tersebut.
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Azlan Azlan
Budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan dilakukan selama 3 bulan di Desa Bungin Permai, Konawe Selatan. Hasilnya adalah laju pertumbuhan spesifik 4,6%/hari dan parameter kualitas air berkisar 28-31°C untuk suhu dan 31-33 ppt untuk salinitas.
Artikel ini menganalisis prospek budidaya tambak udang di Kabupaten Garut. Analisis SWOT menunjukkan bahwa budidaya udang vanamei dilakukan secara intensif dengan nilai R/C 1,9. Berdasarkan matriks strategi, saat ini berada pada kuadran yang mendukung strategi agresif seperti peningkatan produksi melalui teknologi berwawasan lingkungan dan pengembangan produksi dari pembenihan hingga pembesaran.
Makalah ini membahas tentang kontribusi Pantura sebagai produsen padi terbesar dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkebunan teh di Jawa Barat sebagai produsen teh nasional. Perkebunan teh di Jawa Barat memiliki peran penting dalam perekonomian provinsi karena kontribusinya mencapai 70% dari produksi dan ekspor teh nasional. Faktor pendukung utamanya adalah adanya rekayasa kelembagaan agribisnis yang mend
Makalah ini membahas tentang budidaya ikan patin di keramba jaring apung, meliputi taksonomi dan morfologi ikan patin, pemilihan lokasi budidaya, persiapan budidaya, pemeliharaan, panen dan pascapanen.
Pelatihan budidaya laut diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Kabupaten Selayar dalam budidaya rumput laut dan teripang, serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Pelatihan ini membahas teknik budidaya, potensi wilayah untuk budidaya, dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui budidaya laut.
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
Pemanfaatan SDKP berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan
sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam
jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang. Teknologi penangkapan ikan
bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki
proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan ikan terhadap
lingkungan perairan dan biodiversitinya.
Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan minapolitan kkpagus_ibnu_hasan
Dokumen tersebut membahas rencana pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Bogor tahun 2012. Terdapat empat kecamatan yang akan dikembangkan yaitu Ciseeng, Parung, Gunung Sindur, dan Kemang dengan komoditas utama budidaya lele. Dukungan dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya meliputi kolam percontohan, rehabilitasi saluran irigasi, pembangunan hatchery, dan pemberian induk lele. Diperkuat pula den
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Solieriaceae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Ketiga)
Rumput laut merupakan sumberdaya alam Indonesia yang potensial namun belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu daerah penghasil rumput laut di Sulawesi Selatan adalah Kota Palopo. Kelompok petani rumput laut di Kota Palopo menghadapi permasalahan produktivitas dan harga jual rumput laut yang menurun serta keterbatasan dalam pengolahan dan pemasaran produk olahan rumput laut. Program kerja sama ini bertujuan meningkatkan
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018restii_sulaida
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii hasil kultur jaringan di Desa Bungin Permai, Konawe Selatan. Praktikum dilaksanakan selama 35 hari untuk mengamati pertumbuhan rumput laut, parameter kualitas air, hama dan penyakit. Hasilnya, laju pertumbuhan harian rumput laut adalah 5,57%/hari, suhu dan salinitas air laut mendukung pertumbuhan, serta hama dan penyakit yang di
Laporan ini merangkum hasil monitoring budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii selama 35 hari di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Sulawesi Tenggara. Laju pertumbuhan harian rumput laut yang diperoleh adalah 6,59%/hari, lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Parameter kualitas air berada dalam kisaran optimal untuk pertumbuhan rumput laut.
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Fathur Fathur
Laporan hasil PKL mahasiswa Agrobisnis Perikanan, Universitas Brawijaya, sebagai wawasan, pengetahuan dan terapan hasil dari bangku kuliah pada keadaan lapang
Dokumen ini membahas rencana kegiatan BPTP Sumatera Selatan untuk mendukung pencapaian swasembada pangan nasional melalui identifikasi lokasi, koordinasi, bimbingan, dan dukungan teknologi untuk komoditas unggulan seperti padi, jagung, kedelai, bawang merah, dan sapi potong. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas petani di Sumatera Selatan.
Laporan ini membahas budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii hasil kultur jaringan selama 35 hari di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Sulawesi Tenggara. Parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan harian, rasio berat kering dan basah, kualitas air, serta hama dan penyakit. Hasilnya menunjukkan laju pertumbuhan 7,4% per hari dan rasio 1:8,36. Hama dan penyakit yang dijumpai
Similar to Kritisi Kebijakan PIJAR (Sapi, Jagung, Rumput Laut) di Provinsi NTB (20)
Kritisi Kebijakan PIJAR (Sapi, Jagung, Rumput Laut) di Provinsi NTB
1. KONSULTAN PERIKANAN
BUDIDAYA, PENANGANAN PASCA PANEN & PENGOLAHAN
FUAD ANDHIKA RAHMAN, S.Pi, M.Sc
Riwayat Pendidikan
1. SDN 8 Mataram (1988 - 1994)
2. SMPN 1 Mataram (1994 – 1997)
3. SMAN 1 Mataram (1997 – 2000)
4. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (2000 – 2005)
5. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (2007 – 2009)
Riwayat Magang dan Pelatihan
1. Magang Pembenihan Kerapu Tikus : Balai Budidaya Air Payau Situbondo (Agustus 2001)
2. Magang Pengalengan Ikan : PT Blambangan Muncar Banyuwangi (Februari – Maret 2002)
3. Magang Pembenihan Udang Windu : Balai Budidaya Air Payau Jepara (Juli – Agustus 2002)
4. Magang Pembenihan Udang Galah : Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi (15 Juli – 04 Agustus 2003)
5. International Symposium On Ecology And Health Safety Aspects Of Genetically Modified Agricultural Products (Brawijaya University,
Malang 20 May 2002)
6. Pelatihan Pengukuran Kualitas Air (Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya 11 – 12 Mei 2002)
7. Pelatihan Best Management Practices Budidaya Udang Vanamei (BBAP Situbondo, 4 – 9 Juni 2007)
Riwayat Organisasi
1. Presiden Junior Achievement International (JAI) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 – 2004
2. KaDiv Litbang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 - 2004
3. Ketua Forum Pemberdayaan Mahasiswa dan Masyarakat Perikanan (FPMMP) Periode 2004 – 2005
4. Koordinator Asisten Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2004 - 2005
Riwayat Publikasi dan Karya Tulis
1. Gynogenesis, Menciptakan Koi Seperti Indukan (Tabloid IndoFish Edisi 15/Oktober 2004)
2. Mengantisipasi Saat Virus Mewabah (Tabloid IndoFish Edisi18/Januari 2005)
3. Skripsi : Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Menggunakan Metode Rakit Apung (2005)
4. Tesis : Perancangan Klaster Aquabisnis Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Lombok Timur (2009)
Head Office : Perumahan Puncang Hijau Blok R-06 Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat NTB
Telp. (0370) 634234 – HP. 08175774979
Email : zahraainoorrahman@yahoo.co.uk
Instansi : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB – Jl. Udayana No. 3 Mataram
2. RUMPUT LAUT : MENGEJAR KETERTINGGALAN
(Fuad Andhika Rahman, S.Pi, M.Sc)*
Mukadimah
Sebagai daerah dengan 59,13% total wilayah berupa perairan, Provinsi NTB memiliki potensi
pengembangan rumput laut yang sangat tinggi. Pengembangan rumput laut dilakukan dengan
pertimbangan : periode budidaya singkat (30 – 60 hari), transfer teknologi mudah, serta mampu
melibatkan partisipasi aktif perempuan secara massal. Selain dipengaruhi oleh kenyataan bahwa
komoditas ini belum memiliki kuota, baik di pasar domestik maupun internasional.
Dengan prospek yang dimiliki, idealnya pengembangan rumput laut berdampak signifikan
terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Namun kondisi yang terjadi justru bertolak belakang.
Munculnya kontradiksi, tidak terlepas dari miss orientasi pengembangan, dimana masih terkonsentrasi
pada industri hulu, dengan target utama trading rumput laut kering asalan. Belum mengerucut pada
paradigma bagaimana menjadikan industri hilir (olahan rumput laut) sebagai tulang punggung
penggerak ekonomi daerah, dengan industri hulu (budidaya) lebih ditempatkan sebagai industri
komponen penunjang.
Dalam konteks gerakan PIJAR (Sapi, Jagung dan Rumput Laut) yang mulai didengungkan sebagai
3 komoditas andalan daerah, dirasa penting untuk melakukan telaah, terutama dari segi konsepsi.
Mengingat rumput laut (terutama genus Eucheuma), ikut termaktub dalam Rencana Strategis (Renstra)
Departemen Kelautan dan Perikanan 2005- 2009, dalam bentuk program klaster aquabisnis rumput laut.
Indonesia : Masih Bahan Mentah
Kondisi industri hilir rumput laut di Indonesia saat ini tergolong minim dan penyebarannya masih
terkonsentrasi di beberapa kota besar seperti Surabaya, Ujung Pandang, Makassar dan Jakarta.
Minimnya industri hilir dalam negeri, secara kalkulasi merugikan, terutama bagi industri hulu yang
mayoritas berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Akselerasi industri hulu yang tinggi tidak diimbangi
dengan pengembangan industri hilir, sehingga secara simultan mendorong orientasi pemasaran
(domestik/ekspor) dalam bentuk bahan mentah.
Berkaca pada Filipina selaku pengimpor tetap rumput laut kering Indonesia, mampu
menghasilkan devisa hingga 6x lipat lebih tinggi, hanya melalui pengembangan Semi Refined
Carrageenan (SRC). Mayoritas dijual ke Cina untuk kemudian diolah lebih lanjut. Ironisnya, produk-
produk hilir asal Cina mengalami re-ekspor dan diperdagangkan secara bebas di Indonesia dalam bentuk
jelly, permen, soft capsule vitamin/obat, kosmetik, pasta gigi, media kultur bakteri hingga cat tembok.
Secara neraca terjadi negative feedback mechanism : terjebak dalam politik perdagangan global, terkait
kondisi Indonesia sebagai segmen pasar prospektif bagi serbuan produk hilir, yang bahan bakunya justru
kita produksi sendiri.
Industri Hilir : Menarik Bukan Mendorong
Kondisi nasional merupakan representasi dari kondisi di daerah. Dalam konteks otonomi, kondisi
NTB sebagai daerah berbasis bahan mentah menyebabkan potensial loss PAD hingga > 400%. Nilai
tambah sebesar itu justru dinikmati oleh daerah lain, yang secara pro aktif mengembangkan iklim
investasi yang kondusif bagi perkembangan industri hilir rumput laut.
Kondisi tersebut jika dibiarkan berlarut tentunya menghilangkan peluang stokeholders terkait,
terutama petani, untuk menikmati nilai tambah. Sebagai ilustrasi (sebagaimana dilansir Jasuda.net) :
harga rumput laut Eucheuma cottonii ditingkat petani berkisar antara Rp. 4.500 – 6.000/kg atau antara
US$ 0.4 - 0.5/kg. Sementara harga international produk olahan rumput laut yakni SRC (Semi Refine
Carrrageenan) dan RC (Refined Carrageenan) berturut-turut sebesar US$ 12,12/kg dan US$ 16,52/kg.
Jika mengacu pada asumsi perhitungan biaya pemrosesan RC (oleh Dr. Iain C. Neish dalam Seaplant
Technical Monograph No. 0105-4B), maka harga beli rumput laut Eucheuma cottonii kering dari petani
idealnya sebesar : US$ 7,4 – 9,1/kg. Kesenjangan harga yang sangat fantastis….
Terkait Gerakan PIJAR, tantangan terbesar saat ini terletak pada platform pengembangan.
Orientasi pengembangan pada industri hulu semata, sejatinya tidak terlalu tepat, mengingat sektor ini
sudah hampir khatam baik dari segi produksi maupun penguasaan teknologi. Pun tidak terlihat urgensi
dari ekstensifikasi lahan. Jumlah lahan yang tergarap saat ini, sudah lebih dari cukup guna menyokong
pengembangan industri hilir skala besar di Provinsi NTB. Industri hulu hanya tinggal masalah set-up,
3. sesuai kapasitas produksi yang diinginkan. Dalam catatan saya, kapasitas terbesar pabrik rumput laut di
Indonesia saat ini, sekitar 500 kg rumput laut kering/hari ; sangat mudah untuk disuplai dari industri
hulu selevel Kecamatan Sekotong.
Yang minim mendapat perhatian justru pengembangan industri hilir, terutama industri hilir
skala besar. Pengembangan industri skala rumah tangga, selama ini kerap terbentur pada kapasitas
penyerapan bahan baku maupun output produk yang tidak kontinyu, baik jumlah maupun mutu.
Berkembangnya industri hilir, akan menimbulkan multiple effect ; mendongkrak harga beli bahan baku
dari petani sehingga meningkatkan animo masyarakat pesisir untuk melakukan budidaya. Artinya,
terjadi reposisi peran penyuluh yang selama ini terkesan mati suri. Inilah yang disebut sebagai konsepsi
“menarik”, bukan “mendorong”. Petani dengan sendirinya akan mendatangi penyuluh, karena melihat
ada unsur benefit didalamnya…..
Klaster Aquabisnis : Solusi Penuh Tantangan
Konsep clustering, awalnya diterapkan pada sektor Perkebunan (komoditas kopi dan kakao).
Implementasinya sejauh ini masih menyisakan permasalahan seputar base product oriented maupun
ketimpangan kesejahteraan yang terlampau tinggi antara industri hulu dan hilir. Hal tersebut dapat
dimaklumi, mengingat risk sharing modal masih sepenuhnya menjadi beban industri hilir, yang
didominasi swasta dengan bentuk badan hukum PT, CV maupun Firma.
Klaster aquabisnis, berupaya mengeliminir kelemahan tersebut dengan penekanan pada 2 (dua)
aspek : menggunakan pendekatan kawasan dan reposisi kelembagaan (Koperasi). Pendekatan kawasan
diartikan sebagai pembangunan industri hulu – hilir pada satu daerah secara terintegrasi. Sementara
Koperasi lebih dititikberatkan sebagai bentuk hukum industri hulu dan hilir, dengan risk sharing terbatas
serta mensupport adanya feedback secara materi, sesuai prosentase proporsional kepemilikan saham.
Adapun beberapa hal mendasar yang patut dipertimbangkan dalam implementasi clustering di Provinsi
NTB kedepan, diantaranya :
a. Dukungan Pendanaan
Sewaktu memaparkan konsep ini, muncul wacana untuk meng-UPT-kan industri hilir rumput
laut, mengingat Koperasi yang ada saat ini, belum sepenuhnya mampu melakukan manajemen pabrikasi
secara professional. Secara bertahap, dilakukan proses peralihan (gradual hand over) kepada Koperasi,
melalui mekanisme privatisasi. Singkatnya, pembangunan UPT (Unit Pelaksana Teknis) sebagai Satuan
Kerja (Satker) Diskanlut, yang secara khusus menangani pengolahan rumput laut menjadi produk
SRC/RC.
Terlepas dari perdebatan apakah Pemda juga mampu professional dalam manajemen pabrikasi,
political will yang kuat dari pemangku kebijakan merupakan faktor kunci. Mengingat investasi awal
clustering 4,09% dari potensi lahan di Kabupaten Lombok Timur, lengkap dengan 1 (satu) industri RC,
membutuhkan dana ± 12,5 M. Khusus untuk industri RC, Pay Back Period positif terjadi pada tahun ke-5.
Artinya, alokasi dana APBD/APBN yang tinggi untuk sebuah UPT yang baru bisa dikenai target PAD 5
tahun kemudian!!
b. Peraturan Daerah (Perda)
Berbicara mengenai Koperasi pada dasarnya berbicara mengenai pengembangan jangka
panjang, yang kerapkali terdeviasi dalam pola pengembangan instan. Produk Perda bertujuan untuk
menciptakan iklim usaha pro Koperasi yang kondusif ; payung hukum dalam derivatisasi penjabaran
teknis.
Dalam catatan saya, terdapat beberapa point pokok yang membutuhkan regulasi secara
definitif diantaranya :
- Pewajiban Koperasi sebagai bentuk badan hukum dalam investasi rumput laut. Include
didalamnya mengenai peran industri hilir (Koperasi Sekunder) sebagai avalis/penjamin modal
dari lembaga perbankan/non perbankan kepada industri hulu (Koperasi Primer), persentase
minimal dalam recruitment tenaga lokal hingga persentase proporsional kepemilikan saham
industri hulu (Koperasi Primer) sebagaimana diatur dalam PP 33/1998.
- Hubungan tripartit antara Pemda, Koperasi dan Perguruan Tinggi/Business Development Centre.
Didalamnya mengatur mengenai komponen pengurang pajak, ppH khusus bagi Koperasi, hingga
kontribusi silang ketiga komponen tersebut
4. - Standar harga bahan baku dan standar mutu. Hal ini dilatarbelakangi mekanisme penentuan
harga bahan mentah rumput laut yang kurang transparan, terutama di tingkat pedagang
pengumpul/pedagang besar, selaku agen exportir Bali/Surabaya. Didalamnya meliputi revisi
terhadap SNI Rumput Laut Kering Tahun 1992 serta mekanisme pemantauan harga nasional.
Khusus point terakhir, dapat dilakukan sendiri oleh Pemda, dengan memanfaatkan networking
terminal informasi yang dikembangkan oleh Jasuda (akses http://www.jasuda.net). Di Provinsi
NTB, saat ini baru memiliki 1 (satu) terminal informasi berlokasi di Desa Kertasari, Kabupaten
Sumbawa Barat.
- Regulasi-regulasi tambahan seperti dana bergulir (KUR), penggratisan perijinan Koperasi, hingga
insentif-insentif khusus.
c. Dukungan Sarana Laboratorium Mutu Hasil Perikanan
Industri SRC/RC diprediksi akan terbentur pada aspek mutu, terutama Gel Strength (GS) sebagai
parameter utama dalam penentuan harga. Pertanyaannya : bagaimana mekanisme legalisasi mutu
SRC/RC yang berlangsung selama ini?
Belum dilengkapinya Laboratorium Mutu Hasil Perikanan dengan alat pengukur Gel Strength
(GS), menyebabkan penentuan mutu produk rumput laut kering maupun SRC/RC, sejauh ini bersifat
monopolistik. Di Indonesia, alat pengukur GS (Texture Analyzer), hanya dimiliki oleh beberapa industri
besar, Perguruan Tinggi serta 4 lembaga penelitian yang terpusat di Jawa. Harga alatnya relatif mahal
(200 - 500 juta), dengan biaya pengujian berkisar antara Rp.60.000 – 100.000 per sampel.
Kondisi ini kerapkali memunculkan potensi kecurangan, terutama akibat prosedur pengujian
yang tidak standar (E 407/E 407a) maupun belum jelasnya status akreditasi peralatan yang dimiliki oleh
industri besar. Kedepan diperlukan reposisi peran Laboratorium Mutu Hasil Perikanan sebagai second
opinion yang diharapkan mampu meningkatkan nilai tawar produk.
d. Pembinaan Koperasi
Industri hilir berada selangkah lebih maju ; akibat trial error maupun interaksi langsung dengan
perubahan keinginan pasar. Tanpa bermaksud meremehkan, sudah waktunya birokrasi mengintrospeksi
diri dalam menyikapi kondisi SDM Penyuluh yang kerapkali kurang up to date dengan perkembangan
industri terkini. Training of Trainee (pelatihan penyuluh) selama ini dikonsep dan dikerjakan sendiri,
jarang melibatkan pihak-pihak berkompeten khususnya dari kalangan pengusaha maupun NGO. Hal ini
menyebabkan missing link fungsi penyuluh, guna menjembatani kebutuhan yang berbeda antara
industri hulu dan hilir.
Contoh sederhana : kadar Salt and Sand (SS) serta Sand Determination (SD) maksimal yang
dipersyaratkan, berturut-turut sebesar 28% dan 5%. Patut dipertanyakan, apa dampak yang terjadi pada
industri hilir seandainya kadar SS dan SD lebih tinggi? Penambahan biaya sortasi, kalkulasi rasio berat
bersih ataukah penurunan mutu produk SRC/RC?
Pun terkait umur panen, dengan syarat 45-60 hari. Namun pada kenyataannya umur panen 30
hari masih laris manis di pasaran. Ada beberapa “trik” yang menyebabkan produk SRC/RC dari rumput
laut 30 hari, hingga memiliki kualifikasi mutu yang serupa dengan SRC/RC dari rumput laut 45-60 hari.
Perlu penjelasan yang fair dari pengusaha.
Belum lagi munculnya istilah KUD (Ketua Untung Duluan), menunjukkan kelemahan pembinaan
manajemen usaha Koperasi selama ini……
Idealnya, Pemda lebih banyak berperan dalam hal networking pasar maupun koordinasi.
Langkah konkrit berupa pembentukan Koperasi Gabungan di Tingkat Provinsi sebagai media pemasaran
bersama maupun akses e-bay dengan processor/solution provider/industri hilir pengguna domestik.
Koordinasi vertikal sebagaimana diatur dalam PP 38/2007, menitikberatkan tugas pembinaan pada
Kabupaten/Kota dari sumber pendanaan APBD. Koordinasi horizontal mencakup kolaborasi SKPD yang
berkepentingan terutama Diskanlut dan Dinas Koperasi dalam melakukan terobosan pengembangan.
e. Awig Awig (Local Ordinance)
“Kita yang menanam rumput laut tapi belum tentu kita yang memanen”. Anekdot semacam itu,
perlu disikapi melalui awig-awig sebagai instrumen pengontrol, mengingat potensi konflik horizontal
yang tinggi terutama pada era otonomi daerah seperti sekarang. Dari segi definisi, awig-awig
merupakan aturan yang dibuat berdasarkan kesepakatan masyarakat untuk mengatur masalah tertentu
5. yang bertujuan untuk memelihara ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
awig-awig ditentukan apa saja perbuatan yang boleh dan yang dilarang, sanksi yang berlaku, serta
orang atau lembaga yang diberikan wewenang oleh masyarakat untuk menjatuhkan sanksi.
Awig-awig sebagai bagian hukum adat yang tumbuh di tengah masyarakat (living law),
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menjamin keberhasilan implementasi klaster aquabisnis
kedepan. Hal ini disebabkan karena dasar lahirnya aturan tersebut adalah kehendak dari masyarakat
sendiri. Karena itu dalam pengelolaan klaster aquabisnis kedepan, harus menggunakan pendekatan
partisipatif masyarakat setempat (desa) dengan menggunakan awig-awig sebagai instrumennya. Untuk
memperoleh pengakuan masyarakat, awig-awig mengenai klaster aquabisnis, dapat dilakukan secara
bertahap melalui sosialisasi program, diskusi dengan petani serta penetapan melalui rapat pleno.
Penutup
Berkaca dari Pemprov Sulawesi Utara saat mendeclare diri sebagai Provinsi rumput laut,
mengambil langkah kongkrit dengan fokus program dan anggaran pada clustering rumput laut di 3
lokasi yakni Kota Bau-bau, Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka. Bagaimana dengan kita?
Mengutip dari Jasuda.net : sejatinya hanya tinggal memilih, bergerak cepat mengembangkan
klaster aquabisnis rumput laut atau tetap membiarkan petani menikmati sedikit sekali, hasil dari kerja
keras mereka….
* Penulis adalah Staf Bidang Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB