2. 1 Korintus 1:18
Sebab pemberitaan tentang
salib memang adalah
kebodohan bagi mereka
yang akan binasa, tetapi
bagi kita yang diselamatkan
pemberitaan itu adalah
kekuatan Allah
6. A. DIPERSIAPKAN
Dialah yang kumaksudkan ketika
kukatakan: Kemudian dari pada akan
datang seorang, yang telah
mendahului aku, sebab Dia telah ada
sebelum aku. (Yoh.1:30)
13. I Korintus 1:23
Tetapi kami memberitakan
Kristus yang disalibkan:
Untuk orang-orang Yahudi
suatu batu sandungan dan
untuk orang-orang bukan
Yahudi suatu kebodohan
14. Rasul Paulus
menyatakan
bahwa bagi
orang Kristen,
berita salib
adalah kekuatan
dan hikmat Allah
(ay. 18, 24)
Allah berkenan
menyelamatkan mereka yang
percaya oleh kebodohan
pemberitaan Injil (ay. 21)
15. KESIMPULAN:
Berita tentang Salib adalah
sarana yang Allah telah
PERSIAPKAN, yang telah
Allah UMUMKAN, dan
DIKORBANKAN guna
menyelamatkan manusia
yang dahulu telah mati oleh
pelanggaran dosa.
“Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.” (1 Petrus 1:20)
Anak domba dalam Paskah dipisahkan pada hari ke-10 untuk dikorbankan pada hari ke-14. Yesus telah dipersiapkan sejak awal untuk momen pengorbanan-Nya.
Berkat persiapan itu, Tuhan bisa menunjukkan bagaimana keselamatan akan bekerja melalui sistem pengorbanan. Dengan cara ini orang dapat menemukan harapan dan keselamatan bahkan sebelum Yesus dikorbankan di kayu salib.
Selama percakapan pribadi-Nya dengan Nikodemus, untuk pertama kalinya Yesus mengumumkan kematian-Nya di kayu salib (Yoh 3:14-15).
Selama tahun terakhir pelayanan-Nya, tiga kali Dia memberi tahu murid-murid-Nya bahwa Dia harus mati:
Di Kaisarea Filipi. Petrus menginginkan Yesus untuk menghindarinya (Mat 16:21-23)
Melewati Galilea. Para murid takut bertanya kepada Nya tentang hal itu (Mrk 9:30-32)
Dekat Yerusalem, di mana “arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka” (Luk 18:31-34)
Kematian Yesus bertentangan dengan gagasan mereka tentang Mesias yang menang. Mereka tidak dapat memahami apa yang Yesus umumkan, bahwa Dia harus mati untuk menyelamatkan umat manusia.
Yesus dengan sukarela menanggung penghinaan dan penderitaan di jalan-Nya ke kayu salib (Flp. 2:8).
Imam-imam kelapa bersama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolak-golok Dia dan mereka berkata: “orang Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya (Mat. 27:42).
Bisakah Yesus turun ke salib dan menyelamatkan diri-Nya sendiri? Ya, tetapi Dia tahu bahwa menyelamatkan diri-Nya sendiri akan menghukum semua umat manusia.
Kata Yunani yang diterjemahkan “kebodohan” berasal dari kata dasar “moros,” dari mana datang kata “moron” dalam bahasa Inggris yang berarti “tolol.” Pemberitaan tentang salib tampak seperti pembicaraan orang tolol, orang bodoh, sebelum Anda diinsafkan di dalam hati Anda , oleh Roh Allah, bahwa Anda adalah orang berdosa yang terhilang.
Itulah sebabnya mengapa Anda tidak bisa “belajar” menjadi orang Kristen sejati. Keselamatan tidak datang dengan mempelajari hikmat manusia. Rasul Paulus menjelaskannya dalam ayat dua puluh satu, ketika dia berkata,
Dari sejarah yang tercatat, diyakini grafiti tersebut dibuat oleh seorang siswa nakal untuk mengejek siswa lain yang bernama Alexamenos, seorang Kristen yang sangat taat.
Pada saat itu, agama Kristen dicemooh oleh para penyembah patung Kekaisaran Romawi sebagai agama minoritas yang aneh, dimana berpusat pada seorang pria yang dihukum sebagai penjahat dengan salah satu bentuk eksekusi yang paling memalukan.
Gagasan tentang tuhan yang menderita itu sangat konyol bagi mereka dan absurd dari sebuah konsep penyelamat yang dikalahkan oleh kekuatan jahat.
Orang-orang Yahudi, diwakili oleh para ahli Taurat (ay. 20), meyakini bahwa Sang Mesias akan datang dengan tanda-tanda ajaib. Dan dengan kuasa yang besar Ia akan menaklukkan musuh-musuh mereka. Oleh sebab itu, sungguh tidak masuk akal, dan bahkan konyol, jika Sang Mesias tampak lemah, menderita sengsara, dan bahkan mati terbunuh di kayu salib – simbol dari seseorang yang dikutuk.
Orang-orang bukan Yahudi (Yunani), diwakili olah “pembantah dari dunia,” ay. 20) dan para filsuf (philosopher=pecinta hikmat) meyakini bahwa kebenaran hanya bisa ditemukan melalui tradisi filsafat Yunani-Romawi. Dan menurut analisa dan standard mereka, berita mengenai salib jelas-jelas adalah kebodohan.
Tidak hanya itu, Rasul Paulus menyatakan bahwa “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (ay. 21).
Berita salib yang dianggap bodoh di mata dunia, merupakan hikmat di mata Allah.
Dianggap bodoh itu nggak enak. Tapi yang lebih bodoh lagi adalah jika kita menghilangkan dan menyarukan berita salib karena takut dianggap bodoh oleh dunia. Kristus tanpa salib bukanlah Kristus yang sesungguhnya. Kekristenan tanpa salib bukan lagi kekristenan. Pernyataan Martin Luther, sang Bapak Reformasi patut ditanam dalam benak kita: the cross alone is our theology. Berita Salib adalah fondasi dari iman Kristen yang tidak bisa ditawar.