3. Pengertian Integrasi Nasional
1
Integrasi menurut KBBI adalah pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh. Sementara Integrasi Nasional menurut (Safroedin
Bahar, 1998) adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya. ‘Mengintegrasikan’ berarti membuat untuk atau
menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula
terpisah-pisah. Myron Weiner (1971) memberikan 5 tipe definisi
mengenai integrasi, yaitu :
1. Integrasi Nasional
2. Integrasi wilayah
3. Integrasi nilai
4. Integerasi elite-massa
5. Integrasi tingkah laku (tindakan integratif)
4. Pentingnya Integrasi Nasional
2
1. Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara, sebab integrasi
masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demi
mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan, karena setiap
masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau
pertentangan.
3. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan untuk membangun kejayaan
nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Sejarah Indonesia adalah sejarah yang merupakan proses dari bersatunya suku-suku bangsa menjadi
sebuah bangsa. Ada semacam proses konvergensi, baik yang disengaja atau tak disengaja, ke arah
menyatunya suku-suku tersebut menjadi satu kesatuan negara dan bangsa. (Sumartana, dkk, 2001 :100)
5. Pluralitas Masyarakat Indonesia
3
Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah merupakan masyarakat yang terbagi-bagi
kedalam sub-subsistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing
subsistem terikat kedalam oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial.(Geertz dalam Sudarsono,
1982)
Struktur masyarakat Indonesia
1. Secara Horizontal, ditandai oleh kenyataan kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan suku bangsa,agama,adat,serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.
• Hildaried Greertz menyebutkan adanya lebih dari 300 suku bangsa diIndonesia dengan
bahasa dan identitas kulturalnya masing-masing.
• Skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di Indonesia dengan bahasa dan adat
istiadat berbeda satu sama lain.
2. Secara Vertikal, ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas
dan lapisan bawah yang cukup tajam.
“Meliputi kesenjangan politik, ekonomi, budaya antara perkotaan dan pedesaan, antara orang
berpendidikan dengan orang yang tidak berpendidikan, dan lain sebagainya”.
6. Potensi Konflik dalam Masyarakat
Indonesia
4
Masyarakat menyimpan potensi konflik yang cukup besar:
1. Konflik vertikal, konflik antara oemerintah dengan
rakyat dan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.
Contoh, kasus Aceh, kasus Papua, kasus Ambon.
2. Konflik horizontal, konflik antarwarga masyarakat
atau antar kelompok yang terdapat dalam masyarakat.
Contoh, kasus di Poso, Sampit, Ambon, kasus di Lombok,
dan lain sebagainya.
7. Strategi Integritas
5
Masalah Integritas Nasional merupakan persoalan yang dialami oleh
semua negara, terutama negara-negara berkembang. Kuatnya ikatan primordial
menjadikan masyarakat lebih terpancang pada ikatan-ikatan primer yang lebih
sempit seperti ikatan kekeluargaan, ikatan kesukuan, ikatan sesama pemeluk
agama, dan sebagainya. Dengan demikian, upaya mewujudkan integrasi nasional yang
notabene mendasarkan pada ikatan yang lebih luas dan melewati batas-batas
kekeluargaan, kesukuan, dan keagamaan menjadi sulit untuk diwujudkan.
Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang
mantap ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu :
a. Strategi Asimilasi
b. Strategi Akulturasi
c. Strategi Pluralis
8. Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi satu
kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing unsur budaya
melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi identitas masing-
masing budaya pembentuknya.
Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi integrasi nasional, berarti bahwa negara
mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam
negara itu bener-bener melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok
atau budaya lokal.
Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional
dilakukan tanpa menghargai usnur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal dalam masyarakat negara
yang bersangkutan.
Dalam konteks perubahan budaya, asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinya
karena adanya kondisi tertentu dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan bagian dari
strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara melakukan
rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan.
a Strategi Asimilasi
9. Strategi Akulturasi
b
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih tampak
dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian, berarti bahwa kebudayaan baru yang
terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini menjadi
strategi integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti bahwa negara
mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas budaya bersama namun
tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya lokal. Dengan strategi yang
demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional dilakukan dengan tetap menghargai
unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam kadar
yang tidak terlalu besar. Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi juga bisa terjadi dengan
sendirinya tanpa sengaja dikendalikan oleh negara.
Namun bisa juga akulturasi menjadi bagian dari strategi pemerintah negara dalam
mengintegrasikan masyarakatnya. Dilihat dari perspektif demokrasi, strategi integrasi nasional
melalui upaya akulturasi dapat dikatakan sebagai cara yang cukup demokratis dalam
mewujudkan integrasi nasional, karena masih menunjukan penghargaan terhadap unsur-unsur
budaya kelompok atau budaya lokal.
10. Strategi Pluralis
c
Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam
masyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan memberi
kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup dan
berkembang. Ini berarti bahwa dengan strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi nasional
negara memberi kesempatan kepada semua unsur keraguan dalam negara, baik suku, agama,
budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang, serta hidup
berdampingan secara damai. Jadi integrasi nasional diwujudkan dengan tetap menghargai
terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.
Hal ini sejalan dengan pandangan multikulturalisme, bahwa setiap unsur perbedaan
memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga masing-masing berhak mendapatkan kesempatan
untuk berkembang.
11. Dimensi Integrasi Nasional
6
Pengertian integrasi nasional mencakup baik dimensi vertikal maupun dimensi
horizontal. Dengan demikian, persoalan integrasi nasional menyangkut keserasian hubungan
antara pemerintah dan rakyat, serta keserasian hubungan di antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat dalam latar belakang perbedaan di dalamnya. Dalam upaya mewujudkan
integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari keduanya. Dalam dimensi
horizontal tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada
perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal tantangan
yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana latar belakang
pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung
berpandangan tradisional.
12. Mewujudkan Integrasi Nasional Indonesia
7
Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk
Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih
kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah
hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan
(Geertz dalam Sudarsono, 1982: 5-7). Di era globalisasi, tantangan itu bertambah oleh
adanya tarikan global di mana keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk
mewadahi tuntutan dan kecenderungan global. Dengan demikian, keberadaan negara berada
dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung
mengabaikan batas-batas negara bangsa, dan tarikan dari dalam berupa kecenderungan
menguatnya ikatanikatan yang sempit seperti ikatan etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Di
situlah nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami tantangan yang semakin
berat.
13. CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
and infographics & images by Freepik
THANK
YOU!
Semoga bermanfaat
ya !