Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kloning sel serta proses dan jenis-jenis kloning pada tumbuhan dan hewan.
2) Dokumen juga membahas tentang pandangan hukum Islam terhadap kloning manusia yang dianggap haram karena bertentangan dengan prinsip perkawinan.
3) Analisis dokumen menyimpulkan bahwa anak hasil kloning sel tidak sah secar
2. Pengertian
Secara etimologi, istilah kloning sebenarnya
berasal dari bahasa Yunani yaitu kata klon,
yang berarti tangkai. Klon, adalah suatu
populasi sel atau organisme yang terbentuk
melalui pembelahan yang berulang (aseksual)
dari satu sel. Sedangkan kloning berasal dari
bahasa Inggris, cloning adalah suatu usaha
untuk menciptakan duplikat suatu organisme
melalui proses yang aseksual.
Kloning juga berarti pembentukan dua
individu/lebih yang identik secara genetik.
Jadi, kloning manusia merupakan suatu cara
reproduksi yang menggunakan teknologi di
bidang rekayasa genetika untuk
menciptakan makhluk hidup tanpa melalui
proses perkawinan.
Kloning
3. Kloning
Kloning
Kloning pada tumbuhan.
Kloning pada hewan. Ian Wilmut dan Keith
Campbell berhasil mengkloning seekor domba
yang diberi nama “Domba Dolly”.
Pertama kalinya transfer embrio manusia dari satu
ibu ke ibu lainnya
Kloning manusia pertama di dunia.
https://youtu.be/RBCgdc_ppjg
4. Kloning ini genetiknya
tidak sama persis
dengan induknya,
namun ia hanya
mengklon DNA nya
saja
01 Kloning ini
menghasilkan individu
yang sama persis
dengan induknya.
Contoh domba dolly.
02 Kloning ini yakni
memproduksi embrio
manusia sebagai
bahan penelitian,
guna mempelajari
perkembangan
manusia dan
penyembuhan
penyakit
03
Istilah Kloning
Kloning
Reproduktif
Kloning
Terapeutik
Kloning DNA
Rekombinan
6. Hukum Islam Kloning
Praktik kloning sel yang tidak memerlukan adanya hubungan seksual suami istri untuk
melahirkan seorang anak, sehingga dapat dikatakan bahwasannya kloning sel ini
mengandung unsur penyimpangan makna perkawinan sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang menyebutkan bahwasannya
perkawinan ialah “ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Dengan adanya praktik kloning sel ini eksistensi
ikatan perkawinan sebagai media untuk menghasilkan keturunan yang sah tidak akan
begitu dipertimbangkan lagi.
7. Lanjutan
anak yang lahir dari hasil kloning sel ini bukan merupakan anak sah sebab dalam
melakukan tahapan percobaan kloning sel tinggi kemungkinannya untuk melibatkan
beberapa wanita untuk menanamkan embrio pada rahimnya. Sehingga UU Perkawinan
menyimpulkan bahwasannya anak yang lahir dari hasil kloning sel memiliki kedudukan yang
sama dengan anak luar kawin, sehingga ia hanya memiliki hubungan keperdataan dengan
ibunya saja.
8. Sebab itu Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mengeluarkan fatwa Nomor 3/MUNAS VI/MUI/2000 tentang Kloning
mengeluarkan fatwa bahwa: 1). Kloning terhadap manusia dengan
cara bagaimana pun yang berakibat pada pelipatgandaan manusia
hukumnya adalah haram; 2). Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan
hewan hukumnya boleh (mubah) sepanjang dilakukan demi
kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkan kemudaratan (hal-hal
negatif); dan, 3). Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak
melakukan atau mengizinkan eksperimen atau praktek kloning terhadap
manusia
Lanjutan
9. Ketentuan UU Lanjutan
Praktik kloning sel ini bertentangan dengan UU Kesehatan yang diatur dalam UU No. 36 Tahun
2009. Dalam pasal 127 Ayat (1) peraturan ini menyebutkan bahwasannya proses kehamilan yang
dilakukan selain cara alamiah hanya bisa dilakukan oleh pasangan suami istri yang berada
dalam ikatan perkawinan yang sah menurut undang-undang. Dengan ketentuan bahwa hasil
fertilisasi dari sel ovum dan sperma suami istri ini harus ditanamkan pada rahim ovum berasal. Hal
yang serupa juga dimuat dalam peraturan pelaksana UU Kesehatan yang termaktub dalam Pasal
40 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.
Bahwasannya dalam pasal tersebut sama-sama mensyaratkan bahwa seluruh usaha untuk
mencapai kehamilan selain cara alami hanya dapat dilangsungkan bagi suami istri yang
berada dalam perkawinan yang sah.
10. lanjutan
Topik ini pasti menuai banyak perdebatan khususnya pada sudut
pandang hak asasi manusia yang wajib dihormati keberadaannya.
Dalam konstitusi HAM bagi masyarakat Indonesia telah diakomodir
dalam Pasal 28A, 28B Ayat (1), dan 28C Ayat (1). Dalam peraturan
tersebut negara menyatakan bahwa UUD menjamin hak setiap orang
untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya, setiap Orang berhak
membentuk keluarga, dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah serta hal-hal lain yang dijamin oleh peraturan tersebut.
Yang perlu di sorot ialah bagaimana undang-undang selalu memberi
perhatian pada pentingnya perkawinan yang sah sebagai syarat
melanjutkan keturunan. Selain itu suara yang sama juga termuat dalam
Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kloning sel, dimana
menyatakan praktik kloning sel ini melanggar HAM karena
merendahkan derajat manusia hingga setara bakteri.
11. Analisis Kasus
Dalam Hukum Islam memang tidak terdapat istilah anak luar kawin sebagaimana
dikenal dalam system hukum positif di Indonesia. Islam mengenal anak yang lahir
diluar cara kehamilan yang sah menurut agama sebagai anak zina. Atau dapat
disimpulkan bahwa anak luar kawin dalam islam ialah anak yang dilahirkan sebab
oerbuatan yang dilarang oleh agama seperti kloning sel. Anak yang lahir dari
hasil kloning sel ini lahir tanpa melalui adanya pernikahan antara laki-laki dan
perempuan. Ia hanya berasal dari sekumpulan DNA atau sel punca induk,
sehingga muncul ketidakjelasan nasab baginya.
12. Lanjutan
Peraturan perundang-undangan yang termuat dalam Pasal 42 dan
Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan, serta Pasal 99 KHI memuat peraturan
bahwa anak sah ialah anak yang lahir dari hasil perkawinan yang sah. Oleh
karena itu berdasarkan analisis di atas seorang anak hasil kloning sel tidak
berhak mewarisi siapapun sebab tidak adanya ikatan biologis kepada
orangtua atau kerabat sebab sejak awal ia dilahirkan bukan melalui
hubungan biologis sehingga tidak ada pula hubungan darah atau hubungan
kekerabatan sebagai syarat mewarisi dalam hukum positif maupun hukum
islam.
Seorang ulama fiqh kontemporer Yusuf Qardhawi juga menyatakan
bahwasannya kloning sel ini mengandung mudharat salah satunya yakni
pengikisan hukum variasi sebagaimana digariskan Allah SWT atas alam ini.
Variasi ini begitu banyak ditekankan dalam sumber utama hukum Islam yakni
Al-Qur’an seperti perbedaan jenis kelamin, perbedaan warna kulit, dan lain-
lain.
13. Lanjutan
Mengenai hal tersebut Allah berfirman dalam QS Faathir ayat 27-28.
Bahwa dengan praktik kloning sel yang menciptakan individu individu
seragam dari sel punca akan mengikis hukum variasi yangtelah
digariskan oleh Allah SWT. Kerusakan lain menurut beliau adalah tidak
adanya jaminan bahwa teknologi kloning sel ini hanya dimanfaatkan
untuk hal-hal baik, sebagaimana pada mulanya energy nuklir
diciptakan untuk tujuan yang bagus, namun dalam perkembangannya
tujuan tersebut bergeser pada pola-pola pengusahaan nuklir untuk
persenjataan perang yang memicu perpecahan dan lain sebagainya