Infeksi parasit usus umum ditemukan pada pasien HIV/AIDS dengan diare kronis di Jakarta, Indonesia. Studi ini menemukan 84,3% sampel positif untuk infeksi parasit tunggal atau poliparasitisme, terutama Blastocystis hominis, Cryptosporidium, Cyclospora, dan Giardia. Infeksi protozoa lebih sering ditemukan pada pasien dengan hitungan CD4+ rendah. Tidak ditemukan hubungan antara musim dan kejadian infe
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
3. Introduction
Infeksi pada orang yang terinfeksi HIV dapat menurunkan QOL dan rentang usia, terutama pada individu dengan keadaan
imunosupresi parah dengan hitung limfosit-T CD4 + <200 sel / mm3.
Tingkat kejadian HIV di Indonesia sedang pesat , namun data saat ini diduga under reported( data saat ini : masyarakat
Indonesia menunjukkan 190.000 orang hidup dengan HIV / AIDS dan lebih dari 4 juta Orang Indonesia berisiko tinggi tertular
HIV, termasuk klien pekerja seks (3,1 juta) dan pasanganklien pekerja seks 1,8 juta )Data dari Klinik HIV, Cipto RS
Mangunkusumo, terindikasi diare yang menahun adalah presentasi ketiga yang paling umum
Kondisi HIV menjadi faktor predisposisi diare parah dan berkepanjangan akibat infeksi termasuk parasite usus yang menjadi
penyebab morbiditas yang signifikan, hubungannya adalah dengan jumlah CD4 + yang rendah.
Parasit oportunistik diantaranya : Cryptosporidium spp., Strongyloides stercoralis dan mikrosporidia dapat menyebar ke
berbagai organ, termasuk saluran bronkia, empedu dan hati, menghasilkan gejala khusus untuk organ yang terkena.
4. Infeksi parasit diketahui sebagai penyebab diare kronis pada HIV / AIDS dan dapat
menyebabkan morbiditas yang signifikan dan Kematian pada individu HIV
Deteksi dan pengobatan efektif adalah komponen penting yang mengurangi komplikasi
penyakit dan memperpanjang umur.
Musim dapat mempengaruhi penularan parasit protozoa, khususnya Cryptosporidium spp.
dan Cyclospora.
Keduanya dihubungkan dengan keadaan hangat atau musim hujan, bergantung pada lokasi
geografis,
Cyclospora cayetanensis adalah penyebab protozoa utama diare pada penduduk asing
dewasa selama musim hujan di Indonesia.
Untuk menyelidiki pengaruh musim pada presentasi pasien ke klinik HIV, tanggal kunjungan
pasien diare ke klinik HIV dicatat sehubungan dengan musim hujan (Oktober-Maret)
ataumusim kemarau (April — September).
5. Tujuan Penelitian
-Menginvestigasi kejadian infeksi parasit intestinal pada pasien HIV/AIDS dengan diare kronis
sebelum diberikan terapi antiretroviral di Indonesia
-Pengaruh usia, jumlah sel CD4+ , dan musim Terhadap kejadian infeksi Parasit
6. Material dan metode
Desain studi :
Penelitian deskriptif dengan pengambilan sampel menggunakan metode cross-sectional, prospektif.
Waktu studi:
Proses sampling selama 29 bulan yaitu periode (November 2004 sampai Maret 2007).
Tempat Studi:
Sampel tinja pasien RSCM diambil dan dikirim dan diperiksa diDepartemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia untuk
dilakukan pemeriksaan lab standar untuk parasit usus, Mycobacterium tuberculosis, dan virus hepatitis B dan C.
Kriteria Inklusi:
Pasien berusia 5 tahun sampai 55 tahun, dengan HIV yang dikonfirmasi di laboratorium dan mengalami diare selama> 4 minggu
Sebanyak 318 pasien
Semua pasien HIV diberi resep kotrimoksazol sebagai profilaksis untuk toksoplasmosis dan Pneumocystis pneumonia dan penderita
orofaringeal
Kandidasis diobati dengan flukonazol
7. Pemeriksaan CD4 +
Jumlah CD4 + ditentukan oleh flow sitometri (BD FACSCalibur; BD Biosciences, Franklin Lakes, NJ, USA) di dua Pusat HIV / AIDS Jakarta (RS
Cipto Mangunkusumo dan PT Rumah Sakit Kanker Dharmais), sesuai rekomendasi WHO.
Pemeriksaan Parasitologi
-Sampel tinja dianalisis dari setiap individu, tanpa metode konsentrasi, menggunakan yodium Lugol.
-Setiap sampel ditempatkan pada tiga slide terpisah dan dianalisis oleh tiga ahli mikroskop terlatih di Departemen Parasitologi,
- dua sampel smear tanpa konsentrasi dikeringkan dengan udara, difiksasi dengan metanol dan diwarnai menggunakan teknik tahan asam
termodifikasi untuk mendeteksi Cryptosporidium spp., Isospora belli dan C. cayetanensis.
tidak dicari karena bahan untuk smear tidak tersedia di Indonesia pada saat itu.
Analisis Statistik
Menggunakan statistik SPSS versi 12.0 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA).
-Analisis bivariat dilakukan untuk menyelidiki hubungan antara kejadian parasitisme dan usia, variasi musiman dan CD4 +
hitungan. Nilai P <0,05 dianggap signifikan.
8. Hasil
Sebagian besar sampel (94,5%) berasal dari
laki-laki berusia 21-40 tahun dengan jumlah
CD4 + ≤50 sel / mm3.
Parasit ditemukan pada 84,3% sampel
(spesies tunggal infeksi, 71,4%;
poliparasitisme, 12,9%), dengan patogen
protozoa paling sering terjadi.
Cryptosporidium (4,9%), Cyclospora
cayetanensis (4,5%) dan Giardia duodenalis
(1,9%)
infeksi tunggal yang paling sering adalah
Blastocystis hominis (72,4%)
Cryptosporidium dan C. cayetanensis terjadi
pada 11,9% dan 7,8% dari semua (tunggal
dan campuran) .
Koinfeksi yang paling umum adalah dengan
B. hominis dan Cryptosporidium (6,3%).
Patogen protozoa usus terdeteksi lebih
sering pada kasus dengan CD4 + hitungan
≤200 / mm3.
11. Diskusi
Parasit protozoa usus yang paling sering ditemukan di penelitian adalah Blastocystis, Cryptosporidium, Cyclospora
dan Giardia. Penelitian lain mengidentifikasi parasite protozoa, terutama coccidia, sebagai parasit yang dominan
dalam kasus HIV dengan diare.
Parasit usus yang diakui sebagai oportunistik, termasuk Cryptosporidium spp., I. belli dan S. stercoralis, semuanya
terdeteksi di kelompok kami. Pada beberapa penelitian lain Cryptosporidium sp. (11,9%) dan C. cayetanensis
(7,8%) adalah patogen yang paling sering diidentifikasi, baik sebagai infeksi tunggal atau campuran.
Proporsi orang dari setiap kelompok yang negative infeksi parasiut usus tidak dilakukan analisis mikroorganisme
lainnya karena keterbatasan BHP dan metode spesifik yang harus dilakukan . Pada penelitian lain dilakukan
Kelangkaan cacing usus terdeteksi mungkin mencerminkan daerah tangkapan dari individu yang dipelajari,
yang perkotaan bukan pedesaan, bukan diasumsikan bahwa kemampuan protozoa mengalahkan cacing untuk
lingkungan usus.
Insiden helminthiasis yang tinggi pada anak-anak sekolah di daerah padat penduduk dan daerah kumuh di Jakarta,
tetapi tidak pada orang dewasa.
12. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Tidak ada hubungan antara musim dan kejadian infeksi parasite usus pada penderita HIV
Parasit usus harus dicari secara rutin dalam kelompok individu ini. Idealnya, satu sampel
diperiksa tiga hari berturut-turut kemudian dianalisis.
Kasus positif seharusnya diobati untuk mengurangi komplikasi dan kemungkinan terjadinya
penularan ke manusia rentan lainnya, termasuk pengasuh dan kontak keluarga.