SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia perbankan merupakan salah satu bidang usaha (bisnis) yang pada
saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam melayani
konsumen melalui berbagai cara. Hal ini ditandai dengan munculnya sejumlah
bank baru yang memasuki pasar dan bersaing dalam industri jasa perbankan.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Bank Indonesia, terdapat kenaikan jumlah
kantor bank umum di Indonesia, dimana pada Desember 2012 terdapat 3.390
kantor, kemudian pada April 2013 terdapat 3.447 kantor yang tersebar di
Indonesia (Bank Indonesia, 2013). Dampak dari hal ini adalah persaingan
yang terjadi dalam industri perbankan semakin ketat, sehingga masing-masing
bank menawarkan produk baru kepada para nasabahnya.
Persaingan dalam dunia perbankan tidak hanya merupakan persaingan
untuk merebut perhatian masyarakat agar menjadi nasabah suatu bank, tetapi
juga untuk mempertahankan nasabahnya agar loyal terhadap satu bank
tertentu. Dalam mempertahankan para nasabahnya, setiap bank memiliki
strategi tersendiri, yaitu dengan memenuhi kebutuhan serta mewujudkan
keinginan para nasabahnya. Menurut Zeithmal dan Bitner (1996), usaha
tersebut dapat dilihat melalui sejumlah produk perbankan yang beragam,
dimana hampir semua bank memberikan traditional marketing yang
mengutamakan pelayanan jasa (intangible product) yang optimal dengan
1
menggunakan produk-produk perbankan mereka sebagai sarana
menyampaikan pelayanan jasa tersebut secara lebih nyata (tangible). Menurut
Kotler (1994), pelayanan jasa adalah pemberian jasa kepada pelanggan sesuai
dengan kebutuhannya. Dikatakan juga bahwa pelayanan jasa dapat
didefinisikan sebagai kegiatan atau manfaat yang dapat diberikan oleh satu
pihak kepada pihak lainnya, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula
berakibat pemilikan sesuatu dan produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan
dengan suatu produk fisik.
Wujud pelayanan jasa akan berbeda-beda pada tiap perusahaan.
Beberapa cara yang dilakukan dalam mengklasifikasikan pelayanan jasa
adalah dengan tingkat keberwujudan dari proses pelayanan jasa; siapa orang
yang dituju dan seperti apa konsumen yang dituju; tempat dan waktu
pelayanan jasa disampaikan; kostumisasi VS standarisasi; hubungan alami
yang terjalin dengan pelanggan; penentuan titik keseimbangan antara
permintaan dan penawaran; penentuan antara fasilitas, peralatan, dan sejumlah
orang yang menjadi bagian dari pengalaman jasa.
Menurut Ida Wahyuningrum (2011:46), bahwa pembahasan tentang
kualitas jasa merupakan sesuatu yang kompleks karena penilaian kualitas jasa
berbeda dengan penilaian terhadap kualitas produk, terutama karena sifatnya
yang tidak nyata (intangible) dan pola produksi serta konsumsinya yang
berjalan secara simultan. Disamping perbedaan karakteristik ini, dalam
penilaian kualitas jasa, konsumen terlibat secara langsung serta ikut di dalam
proses jasa tersebut, sehingga yang dimaksud dengan kualitas jasa adalah
bagaimana tanggapan konsumen terhadap jasa yang dimaksud dengan kualitas
jasa yang dirasakan (Jasfar, 2002:62). Lebih lanjut, Amanda (2010), dalam
2
artikelnya berpendapat bahwa makna dari jasa perbankan adalah semua
aktivitas bank, baik yang secara langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan tugas dan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, yaitu
lembaga yang memperlancar terjadinya transaksi perdagangan, sebagai
lembaga yang memperlancar peredaran uang serta sebagai lembaga yang
memberikan jaminan kepada nasabahnya. Keterlibatan konsumen dalam
pelayanan jasa menjadi suatu permulaan teoritis bagi suatu perusahaan yang
bersifat jasa.
Keterlibatan yang terjadi antara perusahaan, karyawan, serta konsumen
(nasabah) dalam pelayanan jasa perbankan merupakan satu kesatuan yang
saling memiliki keterkaitan yang mampu menghasilkan loyalitas nasabah.
Keterkaitan antara tiga pihak ini dikenal sebagai segitiga pemasaran jasa.
Segitiga pemasaran jasa mampu mewakili kunci utama dari kesuksesan
ataupun kegagalan dari suatu pelayanan jasa. Aktivitas yang terjadi dalam
segitiga pemasaran jasa memiliki proses yang terjadi mulai dari perusahaan
berinteraksi dengan karyawannya (internal marketing), interaksi karyawan
dengan konsumen (interactive marketing), hingga interaksi antara perusahaan
dengan konsumen (external marketing). Suatu proses merupakan suatu metode
dari operasi atau sebuah seri dari beberapa tindakan, dan cenderung
melibatkan berbagai tahap yang memerlukan suatu tempat khusus (Lovelock,
2001:37).
Pelayanan jasa dalam suatu bank memerlukan peran penting, mulai dari
perusahaan, karyawan bank itu sendiri, hingga nasabah bank tersebut. Peranan
ketiga pihak tersebut menjadi suatu fungsi/sistem yang memerlukan partisipasi
yang tinggi antar pihak. Jika pelayanan yang diberikan kepada nasabah
3
mampu memberikan kepuasan bagi nasabah, maka hal ini akan berpengaruh
positif terhadap kinerja usaha suatu bank (Pribadi, Sufian, dan Sugiarto,
2007:3).
Bank Mandiri, dalam menjalankan fungsi internal marketing, memiliki
standar pekerjaan untuk setiap struktur organisasi, khususnya dalam struktur
organisasi Mandiri Prioritas. Struktur organisasi adalah alat bantu dalam
melaksanakan tugas-tugas perusahaan, demi tercapainya tujuan perusahaan.
Hal ini berarti bahwa hubungan antar individu karyawan dalam kelompok
tertentu akan berpengaruh terhadap fungsi dan wewenangnya dalam suatu
struktur organisasi. Dalam Bank Mandiri Prioritas, terdapat struktur organisasi
berdasarkan fungsi dan tugasnya masing-masing. Struktur organisasi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Priority Banking Manager (PBM), merupakan pimpinan tertinggi dalam
Bank Mandiri Prioritas, yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
dan aktivitas yang sedang berlangsung, baik yang langsung berhadapan
dengan nasabah maupun internal perusahaan.
2. Personal Banking Officer (PBO), bertugas untuk memberikan pelayanan
secara personal atas permintaan dan keluhan nasabah selama berada di
dalam ruangan Bank Mandiri Prioritas.
3. Customer Relationship Representatives (CRR), adalah orang-orang yang
bekerja untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan para
nasabahnya, mulai dari penawaran akan produk baru, pemberian hadiah
pada saat hari ulang tahun nasabah, dan setiap kegiatan yang berkaitan
dengan nasabah pada saat after sales service.
4
4. Teller, yaitu karyawan yang bertugas untuk mengurusi setiap transaksi
dari para nasabah (transfer, cetak rekening koran, dan lain sebagainya).
Para karyawan Bank Mandiri, dalam melaksanakan fungsi interactive
marketing, dituntut untuk mampu menjalankan konsep emotional relationship
yang menjadi konsep awal dan dasar dalam melayani para nasabah (Banirestu,
2011). Selain itu, para pegawai Bank Mandiri memiliki komitmen untuk
mendekatkan diri dengan masyarakat, sehingga mereka mempergunakan
waktunya untuk bertemu nasabah. Lebih lanjut, dalam mengukur layanannya,
Bank Mandiri disiplin dalam mengukur loyalitas nasabah dan melakukan
evaluasi setiap kuartal. Melalui pengukuran dan evaluasi yang rutin tersebut,
maka Bank Mandiri menjadi salah satu dari 10 bank milik pemerintah yang
masuk dalam kategori The Best Bank Service Excellence pada tahun 2011, dan
dalam kategori ini, Bank Mandiri menduduki posisi pertama dengan pelayanan
jasa perbankan terbaik.
Tabel 1.1
10 Bank dengan Pelayanan Terbaik Versi Infobank & Marketing
Research Indonesia (MRI) Tahun 2011-2012
10 Bank dengan Pelayanan Terbaik
Bank Kategori
Peringkat
2011 2012
PT Bank Mandiri Tbk Baik Sekali 1 1
PT Bank Permata Tbk Baik Sekali 4 2
PT Bank Internasional Indonesia Tbk Baik Sekali 2 3
PT Bank Negara Indonesia Tbk Baik Sekali 5 5
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Baik Sekali 7 5
PT Bank CIMB Niaga Tbk Baik Sekali 6 7
PT Bank Danamon Indonesia Tbk Baik Sekali 9 8
PT Bank Central Asia Tbk Baik Sekali 8 9
PT Bank Tabungan Negara Tbk Baik Sekali - 10
PT OCBC NISP Tbk Baik Sekali 3 6
Sumber : Bank Service Excellence Monitor (BSEM) Tahun 2011-2012, Infobank-Marketing
Research Indonesia (MRI)
5
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Bank Mandiri memiliki
reputasi yang sangat baik, dengan menempati posisi pertama berturut-turut,
mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2012, dalam Kategori Bank dengan
Pelayanan Terbaik Versi Infobank dan Marketing Research Indonesia (MRI).
Selain pelayanan terbaik, terdapat faktor lain yang mendukung Bank Mandiri
sehingga mencapai posisi utama dalam kategori tersebut, yaitu usaha
dilakukan oleh perusahaan terhadap nasabahnya serta peran para karyawan
dalam berinteraksi langsung dengan nasabah.
Bank Mandiri, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa, menerapkan suatu pelayanan khusus terhadap nasabah yang telah
setia dalam mempercayakan urusan keuangan mereka kepada Bank Mandiri.
Pelayanan khusus oleh Bank Mandiri adalah dengan membentuk suatu
program yang ditujukan khusus bagi para nasabah yang memiliki jumlah
tabungan tertentu dan telah menjadi nasabah setia dari Bank Mandiri, dan
program tersebut dinamakan Mandiri Prioritas. Dalam program Mandiri
Prioritas ini, Bank Mandiri, dalam menjalankan proses external marketing,
melakukan sejumlah aktivitas pemasaran yang bertujuan untuk berinteraksi,
mempromosikan produk Mandiri Prioritas, serta mempertahankan dan
menjaga kesetiaan para Nasabah Prioritas.
Bank Mandiri, dalam menjalankan fungsi external marketing, selalu
menyiapkan sejumlah aktivitas yang melibatkan peran serta Nasabah Prioritas
di dalamnya secara rutin. Beberapa cara Bank Mandiri untuk memasarkan
produk jasa perbankannya adalah dengan menyelenggarakan acara-acara (talk
show) yang bertajuk investasi yang bekerjasama dengan sejumlah bidang,
6
seperti kesehatan, pagelaran seni, perjalanan wisata, dan bidang lainnya;
menyelenggarakan Acara Mandiri Fiesta yang diadakan rutin setiap 6 bulan
sekali.
Program Mandiri Prioritas merupakan salah satu strategi pemasaran
untuk merebut perhatian konsumen, mempertahankan, serta menciptakan
loyalitas nasabah yang telah mempercayakan keuangannya dalam jumlah
besar pada Bank Mandiri, dimana setiap nasabah yang termasuk dalam kriteria
ini, mendapatkan pelayanan yang lebih eksklusif dari pihak Bank Mandiri,
mulai dari layanan pengambilan uang hingga berbagai penawaran produk
perbankan lain. Jumlah nasabah Mandiri Prioritas Cabang Palembang adalah
1.143 orang. Data nasabah Mandiri Prioritas Cabang Palembang secara
keseluruhan mulai dari tahun 2002 hingga 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2
Jumlah Nasabah Terdaftar per Tahun 2002 s/d per Tahun 2013
Tahun Outlet Jumlah Nasabah Terdaftar
2002 BMP PALEMBANG ARIEF 97
2003 BMP PALEMBANG ARIEF 106
2004 BMP PALEMBANG ARIEF 183
2005 BMP PALEMBANG ARIEF 282
2006 BMP PALEMBANG ARIEF 344
2007 BMP PALEMBANG ARIEF 402
2008 BMP PALEMBANG ARIEF 479
2009 BMP PALEMBANG ARIEF 570
2010 BMP PALEMBANG ARIEF 673
2011 BMP PALEMBANG ARIEF 831
2012 BMP PALEMBANG ARIEF 1.059
2013 BMP PALEMBANG ARIEF 1.143
Sumber : Bank Mandiri Prioritas (BMP) Palembang Arief Tahun 2013
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 1.2 diatas, menunjukkan
bahwa jumlah nasabah bertambah setiap tahunnya pada Bank Mandiri
7
Prioritas Cabang Palembang. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Mandiri
tidak hanya berhasil dalam menciptakan kesetiaan yang tinggi dalam diri
nasabah Prioritas, tetapi juga berhasil dalam menarik perhatian nasabah lain
untuk ikut berpartisipasi dalam Program Mandiri Prioritas ini.
Kesetiaan yang tercipta dalam diri Nasabah Prioritas Bank Mandiri
Cabang Palembang tersebut disebabkan oleh adanya personal touch dan juga
emotional relationship yang diberikan oleh Bank Mandiri terhadap para
nasabahnya, termasuk Nasabah Prioritas Mandiri (Banirestu, 2011). Melalui
personal touch ini, para nasabah memperoleh kesempatan untuk
mengutarakan apa yang menjadi kebutuhan finansialnya, baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang. Konsep layanan yang dinilai ‘hangat’ oleh
para nasabah ini menjadi faktor utama loyalitas Nasabah Prioritas semakin
tinggi, dimana hal ini tercermin dari jumlah Nasabah Prioritas yang meningkat
setiap tahunnya, mulai dari tahun 2002 hingga 2013.
Kepuasan nasabah ditentukan oleh kualitas produk dan layanan yang
dikehendaki nasabah, sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi
bank (Hidayat, 2009:59). Selain itu, Parasuraman et al (dalam Hidayat, 2009)
menyebutkan bahwa nasabah selalu menilai suatu layanan yang diterima
dibandingkan dengan apa yang diharapkan atau diinginkan. Kepuasan nasabah
menyangkut tentang persepsi dan harapan nasabah terhadap layanan bank
yang mereka terima, sedangkan loyalitas berkaitan dengan tindakan lanjutan
yang dilakukan nasabah setelah menerima layanan sebuah bank (Hidayat,
2009:59). Oleh karena itu, dengan tercapainya kepuasan nasabah tersebut,
maka nasabah akan melakukan pengulangan transaksi pada bank yang sama,
sehingga terbentuk sebuah loyalitas (Pribadi, Sufian, dan Sugiarto, 2007:3).
8
Suatu kepuasan nasabah berkaitan dengan loyalitas pelanggan.
Berdasarkan sejumlah pandangan diatas, dapat ditarik kesimpulan,
bahwa kemampuan bank dalam mengarahkan para karyawannya untuk
melayani nasabah dengan baik, serta kemampuan bank itu sendiri dalam
mempromosikan produk jasa mereka kepada para nasabahnya, akan
mempengaruhi loyalitas seorang nasabah terhadap suatu bank. Dengan kata
lain, interaksi yang terjadi antara perusahaan, karyawan, dan para nasabahnya,
dapat menjadi tolok ukur dan dasar penilaian tentang tingkat loyalitas nasabah
yang dipengaruhi oleh interaksi antar 3 pihak tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah internal marketing, external marketing, dan interactive marketing
berpengaruh, baik secara simultan dan parsial terhadap loyalitas Nasabah
Mandiri Prioritas?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh segitiga pemasaran jasa (internal marketing, external marketing,
interactive marketing) dari PT Bank Mandiri Tbk terhadap loyalitas nasabah
Mandiri Prioritas.
1.4 Manfaat Penelitian
9
Bagi Perusahaan
- Meningkatkan loyalitas Nasabah Mandiri Prioritas
- Mengetahui kekurangan segitiga pemasaran jasa yang terdapat dalam
Program Mandiri Prioritas
Bagi Akademisi
Hasil penelitian yang akan diperoleh dari tesis ini, diharapkan dapat
menjadi referensi dan sejumlah kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini
mampu disempurnakan dalam penelitian selanjutnya.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Jasa
Pengertian jasa (Kotler, 1997) seperti yang dikutip oleh Yazid (1999:1),
merupakan setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu
pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan
perpindahan kepemilikan apapun. Lebih lanjut, Kotler menambahkan bahwa
layanan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang tidak berwujud, dimana
sebuah kelompok bisa menawarkannya kepada kelompok lain dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, et al, 2005:139).
Menurut Adrian Payne, pengertian jasa merupakan suatu kegiatan yang
mempunyai beberapa unsur ketidakberwujudan (intangible) yang berhubungan
dengannya, yang melibatkan beberapa interkasi dengan konsumen atau
properti dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan
(2001:8). Pendapat lain mengenai jasa adalah suatu proses yang terdiri atas
serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu)
terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa sumber daya fisik
atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas
masalah pelanggan (Cristian Gronross, 1999:27).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diketahui bahwa jasa
merupakan satu hal yang memiliki karakteristik unik, yang membedakannya
11
dari barang atau produk-produk manufaktur. Terdapat empat karakteristik
yang paling sering dijumpai dalam jasa dan pembeda dari barang pada
umumnya. Empat karakteristik tersebut adalah sebagai berikut (Payne, 2001:9)
:
1. Tidak berwujud
Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud, berarti jasa tidak dapat
dilihat, dirasakan, dicicipi, atau disentuh seperti yang dapat
dirasakan dari suatu barang.
2. Heterogenitas
Jasa merupakan variabel non-standar dan sangat bervariasi. Artinya,
karena jasa itu merupakan suatu unjuk kerja, maka tidak ada hasil
jasa yang sama walaupun dikerjakan oleh satu orang. Hal ini
dikarenakan oleh interaksi manusia (karyawan dan konsumen)
dengan segala perbedaan harapan dan persepsi yang menyertai
interaksi tersebut.
3. Tidak dapat dipisahkan
Jasa umumnya dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang
bersamaan, dengan partisipasi konsumen dalam proses tersebut.
Berarti, konsumen harus berada di tempat jasa yang diminta,
sehingga konsumen melihat bahkan ikut ambil bagian dalam proses
produksi tersebut.
4. Tidak tahan lama
12
Jasa tidak mungkin disimpan dalam persediaan. Artinya, jasa tidak
bisa disimpan, dijual kembali kepada orang lain, atau dikembalikan
kepada produsen jasa dimana ia membeli jasa.
Jasa menjadi suatu hal yang sangat unik bagi setiap perusahaan,
terutama bagi perusahaan yang bergerak pada bidang perbankan. Keunikan ini
menjadi suatu tantangan. Tantangan ini berkaitan dengan pemahaman
mengenai kebutuhan serta keinginan konsumen terhadap jasa yang ditawarkan,
menawarkan jasa yang tidak nyata menjadi nyata, serta pemenuhan janji
kepada pelanggan (Diah Natalisa, 2005:2). Perbedaan jasa dengan barang
berwujud adalah sebagai berikut (Zeithaml dan Bitner, 1996:18-19) :
Tabel 2.1
Perbedaan Barang Jadi dan Jasa
Sumber: Valarie A. Zeithmal & Mary Jo Bitner. “Service Marketing” (1996:18-19).
Barang berwujud Jasa Implikasi
Tangible Intangible Jasa tidak bisa disimpan.
Jasa tidak bisa dipatenkan.
Jasa tidak bisa dipajang ataupun dikomunikasikan.
Sulit dalam menentukan harga.
Terstandarisasi Heterogen Layanan jasa dan kepuasan konsumen didasarkan pada pelayanan
oleh karyawan.
Kualitas jasa didasarkan pada sejumlah faktor yang tidak bisa
dikendalikan.
Merupakan suatu pengetahuan bahwa pelayanan jasa harus sesuai
dengan yang direncanakan dan dipromosikan.
Proses produksi
terpisah dari
konsumsi
Produksi dan konsumsi
dilakukan secara
simultan
Partisipasi konsumen diperlukan dan memberi dampak terhadap
transaksi.
Konsumen saling mempengaruhi.
Karyawan memberi dampak implementasi layanan jasa.
Desentralisasi bisa menjadi hal penting dan utama.
Produksi massal akan sulit.
Berwujud Tidak berwujud Sulit untuk menyesuaikan permintaan dan penawaran dengan jasa.
Jasa tidak bisa dikembalikan atau dijual kembali.
13
Dikutip dari: Diah Natalisa. (2005:3).
2.1.2 Segitiga Marketing Jasa
Penilaian mengenai kinerja suatu barang berwujud dapat dinilai
berdasarkan nilai manfaat yang dirasakan oleh seorang konsumen. Prinsip
tersebut termasuk dalam metode traditional marketing. Berbeda dengan
barang berwujud, jasa tidak bisa dinilai hanya sebatas metode tersebut, tetapi
jasa memerlukan penilaian yang melibatkan perusahaan serta pelanggan itu
sendiri. Menurut Groonroos, dalam Kotler (1994), di dalam pemasaran jasa
terdapat tiga jenis pemasaran yang dibutuhkan (Natalisa, 2005:3). Tiga jenis
pemasaran digambarkan dalam Segitiga Marketing Jasa.
Gambar 2.1 Segitiga Marketing Jasa
1. Internal Marketing
Pemasaran internal artinya menerapkan teori dan praktek
pemasaran terhadap orang yang melayani pelanggan (staff), agar mereka
dapat bekerja dengan baik (Gummeson, 2000). Lebih lanjut, karyawan
harus mengetahui bagaimana cara melakukan komunikasi yang dapat
diterima oleh pelanggan serta menyampaikan produk yang ditawarkan
14
oleh perusahaan. Kemampuan ini dapat terbentuk dengan optimal apabila
dilakukan pelatihan dan pengembangan bagi keterampilan untuk
memberikan pelayanan jasa yang sesuai dengan harapan konsumen.
Dengan kata lain, hubungan yang baik tidak hanya dibentuk oleh
perusahaan terhadap pelanggan mereka, tetapi juga terhadap para
karyawan yang berinteraksi langsung dengan pelanggan.
Konsep pemasaran secara internal berawal dari bidang jasa yang
awalnya berkonsentrasi pada cara agar setiap orang yang terlibat dalam
proses menyampaikan layanan, dapat terus meningkatkan kualitas
interaksi dan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan (Gummeson,
2000:27). Lebih lanjut, Gummeson berpendapat (2000) :
“kemampuan karyawan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan
eksternal dipengaruhi kemampuan perusahaan untuk
memuaskan pelanggan internal. Hanya jika hubungan dengan
konsumen internal berjalan baik, maka pelanggan internal dapat
meningkatkan kualitas, lalu menimbulkan kepuasan atau bahkan
lebih dari itu menarik konsumen internal.”
Bagi beberapa penulis, internal marketing disepakati sebagai salah
satu cara dalam pemasaran jasa yang harus mampu membuat suatu
peningkatan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dalam konteks
kualitas jasa melalui observasi dan pengendalian hasil jasa yang
dilaksanakan oleh para karyawan (Gummersson, 1987; Groonroos, 1985).
2. External Marketing
Pemasaran eksternal merupakan suatu cara yang digunakan
perusahaan dalam membuat berbagai janji yang ditujukan kepada para
15
pelanggan (Groonroos & Kotler). Berbagai bentuk janji yang ditawarkan
oleh perusahaan, disampaikan dalam beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
a. Advertising
b. Sales promotion
c. Public relations
d. Direct marketing
Yang dimaksud dengan external marketing adalah bagaimana
perusahaan menetapkan harga, distribusi, dan mempromosikan jasa
kepada pelanggan (Natalisa, 2005:4).
Dalam pemasaran eksternal (All Out Digital, 2012), perusahaan
berinteraksi langsung dengan pengguna jasa (pelanggan). Mereka
mencoba untuk mengerti apa saja yang menjadi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Di dalam pemasaran eksternal, perusahaan menentukan
berbagai kebijakan pemasaran dan membangun kesadaran produk, serta
mendesain strategi dan teknik pemasaran agar pelanggan bersedia untuk
menggunakan jasa yang mereka tawarkan.
Lebih lanjut, hubungan pemasaran eksternal menuntut perusahaan
untuk berkomunikasi langsung dengan konsumen, sehingga mereka
mengetahui apa yang menjadi kebutuhan serta keinginan konsumen.
Upaya ini didukung dengan adanya pembentukan suatu kelompok
konsumen yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang serupa.
16
Komunikasi yang terdapat di dalam pemasaran eksternal ini dapat
menarik perhatian pasar.
3. Interactive Marketing
Menurut Rahul Kaurav (2012), pemasaran interaktif didefinisikan
dalam dua hal, yaitu :
a. Moment of truth
Biasanya didefinisikan sebagai suatu pendalaman mengenai
pelanggan dan organisasi yang menghasilkan suatu komunikasi
satu dengan yang lainnya, dan memberikan kesempatan kepada
pelanggan untuk membentuk ataupun mengubah citra
perusahaan (Management Study Guide).
b. Service Encounter
Didefinisikan sebagai suatu periode waktu, dimana
pelanggan berinteraksi dengan suatu layanan jasa (Shostack,
1985). Pengertian lain mengenai service encounter adalah suatu
interaksi transaksional, dimana seseorang (agen, frontliner)
mendukung suatu jasa atau barang berwujud (tiket pesawat,
asuransi, suatu produk nyata) dengan orang lainnya (Wiki,
2013).
Interactive marketing ini merujuk kepada saat yang menentukan
interkasi yang terjadi antara karyawan bagian depan (front liner) dan
pelanggan. Tahap interaktif ini sangatlah penting, karena apabila
karyawan tidak mantap pada tahap ini, maka seluruh usaha, yang
17
sebelumnya telah dirancang untuk membangun hubungan baik dengan
pelanggan, akan sia-sia (Kaurev, 2012).
Pemasaran interaktif (Genroe, 2013) adalah proses pemasaran tatap
muka, yang menghasilkan aksi dan reaksi berdasarkan tindakan dari
pelanggan dan karyawan. Tindakan aksi reaksi ini mengindikasikan
bahwa pemasaran secara tatap muka lebih efektif dibandingkan pemasaran
langsung biasa.
Pemasaran interaktif ini cenderung diterapkan pada perusahaan-
perusahaan jasa, seperti perbankan, terhadap nasabah baik secara
individual maupun perusahaan. Terdapat tiga jenis konsumen yang
dilayani oleh perusahaan jasa, yaitu :
a. Business-to-business dan business-to-consumer
b. High transaction dan low transaction business
c. pre-sale prospect management dan post-sale customer
management
2.1.3 Loyalitas Nasabah (Customer Loyalty Definition)
Terdapat 3 sudut pandang mengenai loyalitas (Hasan, 2008:81). 3 definisi
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sebagai konsep generic, loyalitas merek menunjukkan
kecenderungan konsumen untuk membeli sebuah merek tertentu
dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
b. Sebagai konsep perilaku, pembelian ulang kerap kali dihubungkan
18
dengan loyalitas merek (brand loyalty). Perbedaannya, bila loyalitas
merek memberikan komitmen psikologis terhadap merek tertentu,
perilaku pembelian ulang menyangkut pembelian merek yang sama
secara berulang kali.
c. Pembelian ulang merupakan hasil dominasi :
i. Berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya alternatif
yang tersedia.
ii. Terus-menerus melakukan promosi untuk memikat dan
membujuk pelanggan membeli merek yang sama.
Loyalitas pelanggan merupakan salah satu tujuan perusahaan dalam
menjalankan pemasaran modern. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas,
diharapkan perusahaan akan mendapatkan keuntungan jangka panjang atas
hubungan mutualisme yang terjalin dalam kurun waktu tertentu (Marketing
Management, 2009).
Loyalitas pelanggan adalah kelekatan pelanggan terhadap suatu merek,
toko, pabrikan, pemberi jasa, atau entitas lain berdasarkan sikap
menguntungkan dan tanggapan yang baik, seperti pembelian ulang (Amin W.
Tunggal, 2008:6). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada
unsur perilaku dan sikap dalam loyalitas pelanggan.
Menurut Gremler dan Brown, definisi loyalitas pelanggan adalah
pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga
mempunyai komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan jasa,
misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli.
Definisi loyalitas menurut Andreassen (dalam Ariyani, 2008) merupakan
19
perilaku yang terkait dengan sebuah produk, termasuk kemungkinan
memperbaharui kontrak merek di masa yang akan datang, berapa
kemungkinan pelanggan mengubah dukungannya terhadap merek, berapa
keinginan pelanggan untuk meningkatkan citra positif suatu produk. Jika
produk tidak mampu memuaskan pelanggan, pelanggan akan bereaksi dengan
cara exit (pelanggan menyatakan berhenti membeli merek atau produk) dan
voice (pelanggan menyatakan ketidakpuasan langsung pada perusahaan).
Peter & Olson menjelaskan bahwa terdapat dua pendekatan untuk
mempelajari loyalitas merek :
1. Instrumental conditioning
Pendekatan perilaku yang menekankan bahwa loyalitas dibentuk
oleh perilaku, pendekatan ini menyatakan perilaku pembelian
berulang adalah loyalitas. Pengukuran bahwa seorang konsumen
loyal atau tidak dilihat dari frekuensi dan konsistensi perilaku
pembelian terhadap sebuah merek.
2. Teori kognitif (Jacoby)
Memandang bahwa loyalitas merek merupakan fungsi dari proses
psikologi (decision making). Loyalitas lebih ditekankan sebagai
komitmen terhadap suatu merek yang mungkin tidak hanya
direfleksikan dari perilaku pembelian terus-menerus.
Dalam penilaian loyalitas merek, terdapat beberapa indikator loyalitas
pelanggan terhadap suatu merek. Adapun tingkatan loyalitas merek menurut
Aaker (1991:40) adalah sebagai berikut:
20
Gambar 2.2 Tingkatan Loyalitas Merek Menurut Aaker
1. Berpindah-pindah (Brand switchers)
Pelanggan pada posisi ini dikatakan pelanggan yang berada pada
posisi paling dasar. Semakin tinggi frekuensi seorang pelanggan
untuk berpindah dari satu merek ke merek lain, maka mereka
disebut sebagai pelanggan yang sama sekali tidak loyal dengan
merek tersebut.
Pada tahap ini, semua merek dianggap memadai serta memiliki
peranan yang kecil terhadpa keputusan pembelian.
2. Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual buyer)
Dapat dikategorikan sebagai pelanggan yang puas dengan merek
produk yang dikonsumsi dan tidak ada alasan untuk menciptakan
keinginan untuk membeli merek produk lain atau berpindah
merek, terutama jika peralihan tersebut melibatkan usaha, biaya
maupun berbagai pengorbanan lain. Pelanggan dalam membeli
suatu merek didasarkan pada kebiasaan mereka.
21
3. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied buyer)
Pelanggan masuk dalam kategori puas bila mengkonsumsi suatu
merek tertentu, meskipun kemungkinan mereka beralih dari merek
lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang
terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang merupakan
konsekuensi ketika beralih ke suatu merek. Untuk dapat menarik
minat para pelanggan dalam tingkat ini, pesaing perlu mengatasi
biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pelanggan, dengan
menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai
kompensasi (switching cost loyal).
4. Menyukai merek (Likes the brand)
Pelanggan sungguh-sungguh menyukai suatu merek. Pada
tingkatan ini, ditemukan perasaan emosional yang terkait pada
merek. Rasa suka pada pelanggan bisa saja didasari oleh asosiasi
yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam
penggunaan sebelumnya, baik yang dialami pribadi atau kerabat,
atau dapat juga disebabkan oleh kesan kualitas yang tinggi. Meski
demikian, suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri
dengan cermat untuk dikategorikan dalam suatu yang spesifik.
5. Pembeli yang komit (Commited buyer)
Merupakan tingkatan tertinggi pada piramida loyalitas merek.
22
Pelanggan merupakan pelanggan yang setia dan memiliki
kebanggaan sebagai pengguna suatu produk merek dan bahkan
merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari
segi fungsi maupun sebagai ekspresi mengenai siapa mereka
sebenarnya. Salah satu aktualisasi loyalitas pelanggan ditunjukkan
oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek
tersebut kepada orang lain. Loyalitas merek dapat menjadi aset
yang sangat strategis bagi perusahaan.
Beberapa nilai stratejik dari loyalitas merek yang dapat diberikan kepada
perusahaan (Aaker, 1991:47-49) antara lain :
1. Reduce marketing cost
Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah
mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk
mendapatkan pelanggan baru. Ciri yang paling nampak dari jenis
pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena
harganya lebih murah.
2. Trade leverage
Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan
peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara
pemasaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelian didasarkan pada
kebiasaan pelanggan selam ini.
3. Attractive new customer
Banyaknya pelanggan yang merasa puas dengan suatu merek
tertentu akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan
23
baru, terutama jika pelanggan mereka mengandung resiko yang
tinggi.
4. Provide time to respond to competitive threats
Loyalitas merek pelanggan akan memberikan waktu bagi
perusahaan produsen untuk merespon gerakan pesaing. Jika
pesaing mengembangkan produk unggulan, pelanggan yang loyal
akan memberikan waktu dan kesempatan kepada perusahaan
produsen merek untuk mengembangkan atau memperbaharui
produknya dengan cara menyesuakannya atau merealisasikannya.
2.1.4 Mandiri Prioritas
Mandiri Prioritas merupakan layanan eksklusif dari Bank Mandiri,
khusus bagi Nasabah Bank Mandiri yang memiliki saldo tabungan
minimal Rp 500.000.000.
Dalam program khusus ini, Bank Mandiri menyediakan sejumlah
produk unggulan. Mulai dari deposito, giro dalam bentuk valas/rupiah,
serta penyediaan fasilitas Safe Deposit Box (SDB) yang dapat
digunakan oleh nasabah Mandiri Prioritas secara cuma-cuma (Media
Indonesia, 2009).
Proses pelayanan dalam Mandiri Prioritas ini dilakukan oleh para
karyawan yang profesional dan terpilih untuk membahas dan
melaksanakan berbagai aktifitas finansial, administrasi, serta investasi.
Pelayanan ini tidak hanya dilakukan tatap-muka saja, tetapi juga dapat
dilakukan melalui media telepon (Media Indonesia, 2009).
24
Melalui Program Mandiri Prioritas, nasabah yang terdaftar dalam
program ini akan mendapatkan sejumlah hak istimewa, mulai dari
penggunaan fasilitas ruang tunggu di bandara terpilih, hingga acara-
acara bertema khusus (Media Indonesia).
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, tidak hanya aspek-aspek teoritis yang
menjadi dasar pemikirannya, tetapi juga didukung oleh penelitian-penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya :
Tabel 2.2
PENELITIAN TERDAHULU
Nama Judul Metode Hasil
Hais Dama
(2010)
Pengaruh kualitas pelayanan
terhadap loyalitas nasabah pada
Bank Mandiri Cabang Gorontalo
Analisis Jalur (Path
Analysis) dan Successive
Interval Method (SIM)
Terdapat pengaruh yang
signifikan (nyata) secara
bersama-sama dan secara
parsial kualitas pelayanan
(tangible, empathy,
reliability, responsiveness,
assurance) terhadap loyalitas
Nasabah Bank Mandiri
Andi
Lesmana
Analisis kepuasan nasabah
terhadap pelayanan Bank
Mandiri (Persero) Tbk di bagian
retail & consumer risk group
Metode Important
Performance Analysis dan
Metode Diagram
Kartesius
Tingkat kualitas pelayanan
yang diberikan petugas bank
masih belum memenuhi
tingkat kepuasan nasabah
25
secara menyeluruh
Rachmat
Hidayad
(2009)
Pengaruh kualitas layanan,
kualitas produk dan nilai nasabah
terhadap kepuasan dan loyalitas
Nasabah Bank Mandiri
Model SEM (Structural
Equation Modeling)
Kualitas layanan dan kualitas
produk berpengaruh negatif
dan nonsignifikan terhadap
loyalitas nasabah
Ferlina
Ariyani
(2008)
Membangun loyalitas nasabah
melalui peningkatan kualitas
pelayanan dan keunggulan
produk
Uji Normalitas dan Uji
Penyimpangan Asumsi
Klasik
Kualitas layanan dan
keunggulan produk
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap loyalitas
nasabah
Sumber : Diolah Dari Berbagai Sumber
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.3 Kerangka
26
Internal Marketing
(X1)
External Marketing
(X2)
Interactive
Marketing (X3)
Loyalitas Nasabah (Y)
Segitiga Marketing Jasa (X)
Konseptual
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan tipe desain kausal, yaitu untuk
mengidentifikasi hubungan sebab dan akibat antar variabel dan peneliti
mencari tipe sesungguhnya dari fakta untuk membantu memahami dan
memprediksi hubungan (Zikmund dalam Ferdinand A. T., 1999:72).
Permasalahan yang diamati dalam penelitian ini merupakan permasalahan
yang pernah diamati oleh peneliti terdahulu, yang memerlukan fakta dan teori
pendukung baru.
27
Penelitian terdahulu membantu dalam hal perumusan masalah dan
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini,
kemudian tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu dirumuskan
untuk menjelaskan analisa permasalahan, mengenal dasar-dasar teori serta
hasil dari penelitian terdahulu. Kemudian dilakukan pengembangan model
penelitian yang bertujuan untuk mengerti dan memahami dasar pemikiran
yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang ada di dalam penelitian ini.
Pembentukan model pemikiran penelitian bertujuan agar diketahui
hubungan sebab dan akibat yang terdapat dalam setiap variabel yang diteliti
dan selanjutnya merumuskan implikasi manajerial yang sesuai dengan
variabel-variabel penelitian (Antari Setiyawati, 2009:48).
3.2 Identifikasi, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini, maka
dikembangkan indikator yang merupakan penjabaran dan pengukuran variabel
dan indikatornya sebagai berikut :
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Bebas (X)
Menurut Sugiono (dalam Andriani:2012), variabel bebas adalah
variabel yang menjadi penyebab timbulnya variabel terikat (dependen; Y).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah segitiga marketing, yang terdiri
dari internal marketing, external marketing, dan interactive marketing.
28
Variabel Terikat (Y)
Menurut Sugiono (dalam Andriana:2012), variabel terikat sering
disebut sebagai variabel output, dimana variabel ini dipengaruhi atau
menjadi suatu akibat dari variabel bebas (X). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah loyalitas Nasabah Mandiri Prioritas di Palembang.
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
1. Internal Marketing (X1)
Menunjukkan bagaimana cara perusahaan memberikan pengarahan
serta mengedukasi para karyawannya, terutama karyawan garis depan
dalam menerapkan konsep layanan jasa. Indikatornya adalah sebagai
berikut :
- Pencapaian target
- Inisiatif dan kreativitas
- Kompensasi
- Promosi jabatan
2. External Marketing (X2)
Menunjukkan kebijakan Bank Mandiri dalam menerapkan distribusi,
harga, dan promosi produk (barang dan jasa).
3. Interactive Marketing (X3)
Menunjukkan kemampuan para karyawan garis depan Mandiri
Prioritas, dalam mengimplementasikan SOP yang diperoleh menjadi
suatu realisasi optimal.
29
4. Loyalitas Nasabah (Y)
Mengukur tingkat kesetiaan Nasabah Prioritas Bank Mandiri
Palembang, dengan tetap memilih Bank Mandiri sebagai bank
kepercayaan dalam menyimpan uang dan berinvestasi untuk jangka
panjang.
3.2.3 Skala Pengukuran
Sejumlah variabel diatas diukur menggunakan skala ordinal. Skala
ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan
kategori, tetapi juga menyatakan peringkat dari konstruk yang diukur
(Puspowarsito, 2008:70).
Tabel 3.1
Variabel, Dimensi, Indikator, dan Skala Pengukuran Variabel
30
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik/Metode Penarikan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
1996:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Nasabah
Prioritas Bank Mandiri Cabang Palembang, dengan jumlah 1.143
orang.
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA
Internal
Marketing
(X1)
- Motivasi kerja - Pencapaian target
- Inisiatif dan kreativitas
- Kompensasi
- Promosi jabatan Skala Ordinal
- Komunikasi - Briefing kepada para karyawan
- Pemaparan kejelasan tugas
- Tingkat interaksi antar kelompok
External
Marketing
(X2)
- Promosi penjualan - Penawaran khusus dalam jangka
waktu tertentu
- Penawaran produk perbankan
Prioritas yang baru
- Penawaran fasilitas khusus
Nasabah Prioritas
Skala Ordinal
- Pemasaran langsung - Jenis media pemasaran yang
digunakan
- Respon nasabah (umpan balik)
Interactive
Marketing
(X3)
- Edukasi pelanggan - Bentuk komunikasi dengan
pelanggan
- Talkshow dan gathering
Skala Ordinal- Pelayanan tatap muka - Bentuk layanan lini depan
- Tata ruang Mandiri Prioritas
- Keramah-tamahan dan kerapian
para karyawan lini depan
Loyalitas
Nasabah (Y)
- Partnership - Kesediaan nasabah untuk
memilih lebih dari 2 produk
Mandiri Prioritas
- Komitmen nasabah untuk
bertransaksi secara rutin Skala Ordinal
- Ownership - Merekomendasikan jasa Mandiri
Prioritas kepada orang lain
- Kesediaan untuk mengikuti
perkembangan Mandiri Prioritas
31
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang memiliki karakteristik
yang relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi (Singarimbun,
1991; Sugiyono 1999). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan sampel tidak acak (non-probability sampling),
dimana anggota populasi tidak diberi peluang yang dapat dihitung
untuk dipilih menjadi anggota sampel (Warsito dalam Antari, 2009).
Dalam non-probability sampling, dipilih metode purposive sampling,
yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang
dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi
yang sudah diketahui sebelumnya (Ferdinand, 2006).
Untuk menentukan jumlah sampel dari penelitian ini, digunakan
rumus sebagai berikut (Rao, 1996) :
n = N sj
1 + N (moe)2
dimana :
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel diambil
moe = margin of error maximum yang masih dapat
ditoleransi sebesar 10%
n = 1.143 sj
1 + 1.143 (0,1)2
n = 91,95 ~ 100
32
Berdasarkan perhitungan diatas, maka sampel yang diambil
adalah 100 orang Nasabah Mandiri Prioritas Palembang yang telah
terdaftar dalam Program Mandiri Prioritas selama lebih dari 5 tahun,
dan 15 orang Karyawan Mandiri Prioritas sebagai sampel homogen.
3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Serta Uji Instrumen
3.4.1 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti
dalam penelitian ini, yaitu Nasabah Mandiri Prioritas. Jadi, data yang
diperoleh dalam data primer ini adalah tanggapan dan jawaban atas
pertanyaan dan pernyataan yang ada dalam kuisioner.
2. Data sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari objek penelitian yang sudah
dalam keadaan siap untuk dianalisa. Data sekunder ini berasal dari
laporan milik Bank Mandiri Prioritas Palembang, yang berkaitan
dengan penelitian ini.
3.4.2 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kuisioner
Merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
daftar yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh
responden (Setyawati, 2009). Penggunaan kuisioner sebagai
33
instrumen penelitian harus memenuhi dua kriteria, yaitu valid dan
reliabel (Puspowarsito, 2008).
Proses pengukuran dari teknik pengumpulan data ini
menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala
pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga
menyatakan peringkat konstruk yang diukur (Puspowarsito, 2008).
Pernyataan dari setiap indikator variabel akan diukur dalam 5
skala poin, yaitu:
Sangat Setuju (5)
Setuju (4)
Ragu-Ragu (3)
Tidak Setuju (2)
Sangat Tidak Setuju (1)
2. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung (berkomunikasi langsung) kepada responden. Dalam
wawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan
responden (Soeratno, 1993:92).
Wawancara dilakukan antara peneliti dengan para karyawan
Bank Mandiri Prioritas, dengan sejumlah pertanyaan terstruktur.
Dalam pertanyaan terstruktur, sejumlah hal yang ditanyakan
kepada para karyawan Bank Mandiri Prioritas Palembang adalah
tentang SOP yang digunakan, sejumlah pelatihan yang diikuti,
serta bentuk motivasi yang diberikan perusahaan kepada para
34
karyawan Bank Mandiri Prioritas.
3.4.3 Uji Instrumen
1. Uji validitas
Merupakan suatu pengujian yang mengukur ketepatan atau
kecermatan suatu instrumen data yang digunakan dalam penelitian.
Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan valid, apabila dapat
mengukur konstruk sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti
(Nurlis, 2013).
Untuk mengukur validitas, digunakan uji validitas eksternal,
dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2010):
dimana
rxy = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel
∑x= Skor butir
∑y= Skor total
∑xy= perkalian Skor butir dengan Skor total
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menurut Sugiono (2005), adalah serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi
35
bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan
secara berulang.
Alat ukur koefisien reliabilitas (α) yang mendekati angka satu,
menunjukkan kehandalan yang semakin tinggi. Bila koefisien
alpha (α) lebih besar dari 0.6, maka alat ukur tersebut dianggap
handal atau terdapat internal consistency reliability, dan
sebaliknya, bila alpha kurang dari 0.6, maka alat ukur tersebut
dianggap kurang handal atau terdapat internal incosistency
reliability. Terdapat indeks reliabilitas dalam menentukan tingkat
kemampuan alat ukur. Indeks reliabilitas tersebut adalah sebagai
berikut (Arikunto, 1993) :
Tabel 3.2
Indeks Reliabilitas dan Interpretasinya
36
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
Teknik/Metode Analisis Kuantitatif. Paradigma yang terdapat didalam teknik
analisis kuantitatif ini lebih menekankan kepada pengukuran variabel
penelitian dalam bentuk angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur
statistik (Puspowarsito, 2008:15).
3.5.1 Analisis Regresi Berganda
Dari teknik analisis kuantitatif, ditentukan bahwa teknik analisis regresi
berganda akan digunakan untuk menjelaskan pengaruh dari dua atau lebih
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (Puspowarsito, 2008:165).
Analisis regresi berganda Dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisa
pengaruh Teori dari Segitiga Pemasaran Jasa (Internal Marketing, External
Marketing, dan Interactive Marketing) terhadap loyalitas Nasabah Prioritas
Bank Mandiri Cabang Palembang. Model persamaannya adalah sebagai
berikut :
Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Dimana : Y adalah loyalitas Nasabah Prioritas
X1 adalah internal marketing
X2 adalah external marketing
X3 adalah interactive marketing
β0, β1,β2, β3, adalah koefisien regresi
e adalah gallat atau error
Persamaan regresi diatas disebut juga sebagai koefisien regresi berganda.
Nilai-nilai dari koefisien regresi berganda diatas dihitung menggunakan
Metode OLS (Ordinary Least Square). Proses perhitungan menggunakan
37
Metode OLS ini menggunakan Program SPSS (Puspowarsito, 2008:167).
Proses perhitungan dari persamaan regresi berganda diatas harus dihitung
dengan bantuan Program IBM SPSS Statistic 17, dimana aplikasi ini akan
memberikan hasil perhitungan dalam bentuk angka dan grafik statistik.
3.5.2 Uji F dan Uji t
Adalah cara yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua
variabel atau lebih, dimana uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen, dan
uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
parsial (sendiri-sendiri) terhadap variabel dependen (Cokorda Putra,
2011:56).
3.5.2.1 Uji F
Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama
(Cokorda Putra, 2011:122). Pengujian F ini dilakukan dengan
membandingkan hasil perhitungan F kritis dengan F tabel. Jika F
kritis > F tabel, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen
secara serempak (simultan) berpengaruh terhadap variabel
dependen (Cokorda Putra, 2011:56).
3.5.2.2 Uji t
Uji t adalah pengujian secara individual semua koefisien
regresi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
38
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
(Cokorda Putra, 2011:122). Pengujian t ini dilakukan dengan cara
membandingkan nilai statistik dengan titik kritis menurut tabel.
Jika nilai t hitung > t tabel, maka kesimpulan yang dapat
dihasilkan adalah bahwa variabel independen secara parsial
mempengaruhi variabel dependen (Cokorda Putra, 2011:56).
39
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum PT Bank Mandiri Tbk dan Program Mandiri Prioritas
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk merupakan bank terbesar di Indonesia
dalam hal aset, pinjaman, dan deposito. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober
1998, dimana bank ini merupakan bagian dari program restrukturisasi
perbankan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia (Wikipedia, 2014).
Bank Mandiri adalah badan usaha milik pemerintah Indonesia (BUMN)
yang merupakan hasil merger dari sejumlah bank milik pemerintah Indonesia.
Empat bank milik pemerintah Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri
adalah Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Import Indonesia (Bank
Exim), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).
Setelah proses merger, Bank Mandiri memulai proses konsolidasi,
termasuk proses pengurangan jumlah cabang dan pegawainya. Selanjutnya,
Bank Mandiri melakukan launching produk perbankan perdana melalui promosi
40
iklan.
Salah satu pencapaian penting oleh Bank Mandiri adalah penggantian
platform teknologi secara menyeluruh. Bank Mandiri mewarisi 9 (sembilan)
dari keempat “legacy banks”. Proses penggantian platform tersebut dilakukan
setelah pelaksanaan investasi awal pada konsolidasi pada sistem yang berbeda
tersebut, dan proses penggantian ini berlangsung selama 3 (tiga) tahun. Tujuan
dari penggantian teknologi tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan
penetrasi Bank Mandiri kedalam segmen “retail banking”.
Nasabah Bank Mandiri yang terdiri dari beberapa segmen, merupakan
penggerak utama perekonomian Indonesia. Salah satu segmen nasabah Mandiri
adalah berasal dari sektor usaha, dengan bidang usaha yang beragam. Sebagai
bagian dari upaya penerapan “pridential banking” dan “best-practices risk
management”. Bank Mandiri telah melakukan banyak perubahan, yang salah
satunya adalah melakukan persetujuan kredit dan pengawasan yang
dilaksanakan dengan “four eye principles”, dimana kegiatan persetujuan kredit
ini dipisahkan dari kegiatan pemasaran dan unit bisnis.
Sebagai bagian dari diversifikasi resiko dan pendapatan, Bank Mandiri
berhasil mencetak kemajuan yang signifikan dalam melayani Usaha Kecil
Menengah (UKM) dan bisnis ritel. Pada akhir 1999, porsi kredit kepada nasabah
“corporate” masih sebesar 67% dari total kredit, sementara per 31 Desember
2009, porsi kredit untuk nasabah UKM dan mikro telah mencapai 42,22%, dan
porsi kredit untuk nasabah consumer sebesar 13,92%, sedangkan porsi kredit
untuk nasabah “corporate” meningkat menjadi 43,66% dari total kredit.
Dari sisi retail financing, Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih
41
posisi 1 atau 2 dalam pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan
persaingan di bisnis kredit perumahan, personal loan, dan kartu kredit, serta
menjadi salah satu pemain utama di micro banking. Ketiga area bisnis tersebut
didukung oleh penguatan organisasi dan infrastruktur (cabang, IT, operator, dan
manajemen resiko) sebagai solusi dalam memberikan layanan terpadu. Selain
itu, Bank Mandiri juga memiliki sumber daya manusai (SDM) yang handal,
teknologi yang mutakhir, serta penerapan manajemen resiko dalam menjalankan
bisnis secara cermat dan penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang
telah teruji.
Dengan aset yang terus bertumbuh hingga menembus angka Rp 319 triliun,
dengan jumlah karyawan lebih dari 21.000 orang, yang tersebar di 1000 cabang
di Indonesia dan sejumlah kantor perwakilan Bank Mandiri di luar negeri.
Penguatan dari aspek-aspek tersebut bertujuan untuk memberikan layanan
prima kepada nasabah dan memberikan solusi keuangan yang sangat luas dalam
produk investasi dan syariah, serta bancassurance yang tidak hanya ditujukan
untuk nasabah individual, tetapi juga ditujukan untuk nasabah korporat,
komersial, bisnis mikro dan small business. Usaha dan tekad tersebut diakui dan
dihargai sebagai peringkat pertama dalam Banking Service Excellence Award
pada tahun 2007 versi Majalah Infobank.
Dengan selalu fokus kepada setiap nasabahnya, Bank Mandiri selalu
berusaha untuk memenuhi setiap kebutuhan nasabahnya, salah satunya dengan
membentuk Program Mandiri Prioritas yang diluncurkan pada tahun 2002.
Syarat menjadi Nasabah Prioritas adalah dengan memiliki saldo tabungan
minimal lima ratus juta rupiah. Melalui program ini, nasabah tidak hanya
mendapatkan pelayanan dan fasilitas terbaik, tetapi juga mendapatkan perhatian
42
terhadap pertumbuhan finansial mereka. Para Priority Banking Officer (PBO)
akan mendampingi setiap Nasabah Prioritas, mulai dari memaparkan produk-
produk Mandiri Prioritas serta membantu memberikan solusi finansial setiap
Nasabah Prioritasnya. Terdapat sejumlah keuntungan menjadi Nasabah Prioritas
Mandiri, diantaranya adalah program edukasi dan apresiasi, dapat menggunakan
safe deposit box (SDB) secara gratis, dan lain sebagainya.
4.2 Uji Instrumen
4.2.1 Hasil Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu pengujian yang mengukur ketepatan
ketepatan atau kecermatan suatu instrumen data yang digunakan dalam
penelitian. Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan valid, apabila
dapat mengukur konstruk sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti
(Nurlis, 2013). Uji validitas dilakukan dengan membandingkan antara
nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom (df), yang
diperoleh dari n-k, dimana n merupakan jumlah sampel penelitian dan
k merupakan jumlah konstruk yang diukur (Cokorda Putra, 2011:63).
Dalam penelitian ini, nilai degree of freedom (df) untuk menentukan r
tabel, dengan jumlah responden sebanya 100 orang nasabah Prioritas
Mandiri Palembang dan 15 orang karyawan Prioritas Palembang
adalah 0,1848. Hasil uji validitas dari kuisioner yang disebarkan
kepada sejumlah nasabah dan karyawan Prioritas Palembang dapat
dilihat pada tabel 4.1.
43
Tabel 4.1
Uji Validitas Instrumen
44
Sumber: Data Olahan SPSS 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh
pertanyaan yang mewakili setiap variabel adalah valid, sehingga
penelitian dapat dilanjutkan menggunakan sejumlah pertanyaan yang
telah valid.
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Item
Corrected
Item-
Total
Correlation
R Kritik
Product
Moment
Keterangan
Variabel
Internal
Marketing (X1)
P1.1 0.875
0.1848
Valid
P1.2 0.860 Valid
P1.3 0.934 Valid
P1.4 0.780 Valid
P1.5 0.736 Valid
P1.6 0.860 Valid
P1.7 0.860 Valid
P1.8 0.835 Valid
P1.9 0.899 Valid
P1.10 0.899 Valid
Variabel
External
Marketing (X2)
P2.1 0.835
0.1848
Valid
P2.2 0.835 Valid
P2.3 0.875 Valid
P2.4 0.860 Valid
P2.5 0.835 Valid
Variabel
Interactive
Marketing (X3)
P3.1 0.611
0.1848
Valid
P3.2 0.561 Valid
P3.3 0.690 Valid
P3.4 0.624 Valid
P3.5 0.476 Valid
P3.6 0.517 Valid
P3.7 0.385 Valid
P3.8 0.227 Valid
Variabel
Loyalitas
Nasabah (Y)
P1 0.525
0.1848
Valid
P2 0.629 Valid
P3 0.594 Valid
P4 0.624 Valid
P5 0.584 Valid
P6 0.583 Valid
45
Uji reliabilitas merupakan serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang
dilakukan dengan alat ukur tersebut itu dilakukan secara berulang
(Sugiono, 2005). Dengan kata lain, uji reliabilitas ini adalah untuk
mengukur sejauh mana ketepatan hasil yang diberikan oleh alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini. Metode pengukuran reliabilitas
dan koefisien korelasi menggunakan Cronbach’s Alpha, seperti yang
disajikan pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2
Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel
Cronbach’s
Alpha
Variabel Internal Marketing (X1) 0.968
Variabel External Marketing (X2) 0.968
Variabel Interactive Marketing (X3) 0.808
Variabel Loyalitas Nasabah (Y) 0.840
Sumber: Data Olahan SPSS 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa seluruh nilai
alpha Cronbach’s Alpha yang dimiliki setiap alat ukur lebih dari 0.60.
Interpretasinya adalah seluruh alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki tingkat kehandalan yang sangat tinggi dan
konsisten.
4.3 Profil/Gambaran Umum Responden
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah para nasabah
46
Mandiri Prioritas yang berjumlah 100 orang, dan para karyawan Mandiri
Prioritas yang berjumlah 15 orang. Sejumlah responden tersebut diperoleh
dengan menggunakan metode non-probability sampling.
Setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner sesuai dengan
bagiannya, apakah mereka bagian dari nasabah ataupun karyawan Mandiri
Prioritas. Total kuesioner yang disebar berjumlah 115 eksemplar. Dari total
115 responden, maka dapat diidentifikasikan karakteristik setiap responden
sebagai berikut.
4.3.1 Responden Nasabah Mandiri Prioritas
Total nasabah Mandiri Prioritas yang dipilih sebagai responden
dalam penelitian ini adalah 100 orang, dengan latar belakang yang
berbeda-beda. Berikut merupakan klasifikasi responden Nasabah
Mandiri Prioritas Palembang.
4.3.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan jenis kelamin
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Tinjauan Nasabah Berdasarkan Jenis Kelamin
47
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 41
2 Perempuan 59
Total 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat jumlah nasabah Mandiri
Prioritas yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak, yang
ditunjukkan dengan jumlah 59 orang, dibandingkan dengan nasabah
Mandiri Prioritas yang berjenis kelamin laki-laki, yang ditunjukkan
dengan jumlah 41 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah
perempuan cenderung lebih tertarik untuk mengikuti setiap
perkembangan yang dilakukan oleh Mandiri Prioritas.
4.3.1.2 Berdasarkan Usia
Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan usia adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.4
Tinjauan Nasabah Berdasarkan Usia
No. Jenjang Usia Jumlah
1 17-25 tahun 10
2 26-35 tahun 23
3 36-45 tahun 27
4 >45 tahun 40
Total 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan pengamatan pada tabel diatas, maka dapat dilihat
bahwa jumlah nasabah Mandiri Prioritas yang berusia diatas 45 tahun
paling dominan dalam keanggotaan Mandiri prioritas, yaitu sebanyak
40 orang nasabah, sedangkan kelompok usia dominan yang kedua
48
berada pada rentang usia 35-45 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa
para nasabah yang berusia lebih dari 45 tahun memiliki kemantapan,
baik dalam hal finansial yang menunjang untuk menjadi seorang
anggota Mandiri Prioritas dan juga dalam hal kenyamanan yang
diterima sebagai nasabah Mandiri Prioritas.
4.3.1.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan tingkat pendidikan
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Tinjauan Nasabah Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Jenjang Usia Jumlah
1 SD 0
2 SMP 3
3 SMA 35
4 S1 55
5 S2 6
6 S3 1
Total 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan hasil dari tabel diatas, dapat dilihat jelas bahwa
mayoritas nasabah Mandiri Prioritas berpendidikan strata 1, dengan
diikuti pendidikan SMA sebagai dominan kedua. Hal ini
mengindikasikan bahwa nasabah yang berpendidikan S1 lebih tertarik
untuk menjadi nasabah Mandiri Prioritas, karena dalam Program
Mandiri Prioritas tidak hanya menawarkan sejumlah kemudahan dalam
transaksi perbankan menggunakan Mandiri, tetapi juga para
nasabahnya diajak untuk mendapatkan pengetahuan seputar dunia
keuangan, yang diberikan lewat kegiatan talkshow ataupun gathering
49
Mandiri Prioritas.
4.3.1.4 Berdasarkan Pekerjaan Saat Ini
Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan pekerjaan saat ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Tinjauan Nasabah Berdasarkan Pekerjaan Saat Ini
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Pelajar/Mahasiswa 5
2 BUMN/BUMD 16
3 PNS 22
4 Wiraswasta 43
5 Lainnya 14
Total 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada tabel diatas, maka
dapat terlihat bahwa nasabah yang berwiraswasta lebih
banyak/dominan dalam keanggotaan Mandiri Prioritas. Hal ini
mengindikasikan bahwa Mandiri Prioritas merupakan program yang
cocok bagi setiap nasabah Bank Mandiri yang senang dengan dinamika
dunia keuangan, yang salah satu contohnya adalah dengan penanaman
investasi dalam berbagai bentuk yang ditawarkan kepada setiap
nasabah Mandiri Prioritas.
4.3.1.5 Berdasarkan Penghasilan Tiap Bulan
Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan penghasilan tiap
bulan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7
50
Tinjauan Nasabah Berdasarkan Penghasilan Tiap Bulan
No. Penghasilan Tiap Bulan Jumlah
1 <Rp 3 juta 3
2 Rp 3 juta - Rp 5 juta 30
3 Rp 5 juta - Rp 10 juta 13
4 >Rp 10 juta 54
Total 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan olahan data diatas, maka dapat dilihat bahwa
nasabah yang berpenghasilan diatas Rp 10,000,000 lebih mendominasi
dalam keanggotaan Mandiri Prioritas. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas nasabah Mandiri Prioritas cenderung memiliki kondisi
finansial (tabungan) yang mapan, terlebih lagi bahwa syarat untuk
menjadi bagian dari nasabah Mandiri Prioritas adalah dengan memiliki
nominal tabungan minimal Rp 500,000,000.-
4.3.1.6 Berdasarkan Lama Keanggotaan Nasabah Mandiri
Prioritas
Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan lama keanggotaan
nasabah Mandiri Prioritas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Tinjauan Nasabah Berdasarkan Lama Keanggotaan Nasabah Mandiri Prioritas
No. Lama Keanggotaan Jumlah
1 1-3 tahun 2
2 3-5 tahun 28
3 >5 tahun 70
Total 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa nasabah yang telah
51
menjadi anggota Mandiri Prioritas selama lebih dari 5 tahun
merupakan nasabah yang dominan diantara nasabah yang lainnya. Hal
ini mengindikasikan bahwa para nasabah tersebut sudah nyaman dalam
setiap kegiatan maupun produk jasa yang ditawarkan kepada mereka.
Selain itu juga hal yang mengindikasikan bahwa mayoritas para
nasabah yang telah menjadi bagian dari Mandiri Prioritas lebih dari 5
tahun adalah bahwa mereka cukup mengetahui apa saja yang diberikan
dan berbagai kelebihan yang diberikan oleh Mandiri Prioritas kepada
mereka.
4.3.2 Responden Karyawan Mandiri Prioritas
Total karyawan Mandiri Prioritas yang dipilih sebagai responden
dalam penelitian ini adalah 15 orang, dengan latar belakang yang
berbeda-beda. Berikut merupakan klasifikasi responden karyawan
Mandiri Prioritas Palembang.
4.3.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran karakteristik karyawan berdasarkan jenis kelamin
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9
Tinjauan Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 4
52
2 Perempuan 11
Total 15
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa karyawan
perempuan lebih mendominasi dalam memberikan pelayanan Mandiri
Prioritas kepada setiap nasabahnya. Hal ini dapat terjadi karena
karyawan perempuan, selain lebih cocok dalam pelayanan langsung
(tatap muka) dengan nasabah, mereka juga dinilai lebih mampu
mendengar setiap keluhan nasabah terkait masalah finansial dan
program-program yang mereka ikuti.
4.3.1.2 Berdasarkan Usia
Gambaran karakteristik karyawan berdasarkan usia adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.10
Tinjauan Karyawan Berdasarkan Usia
No. Jenjang Usia Jumlah
1 17-25 tahun 6
2 26-30 tahun 4
3 36-45 tahun 4
4 >45 tahun 1
Total 15
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa karyawan dengan
jenjang usia yang berkisar antara 17-25 tahun lebih banyak berperan
53
dalam Mandiri Prioritas. Hal ini disebabkan selain karena jenjang usia
tersebut merupakan jenjang usia yang produktif dan kreatif, juga dinilai
mampu dalam menyesuaikan dengan kondisi yang dinamis, yang akan
selalu mereka hadapi pada saat mereka berhadapan langsung dengan
nasabah Prioritas.
4.3.1.3 Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.11
Tinjauan Karyawan Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No. Pendidikan Terakhir Jumlah
1 SD 0
2 SMP 0
3 SMA 3
4 D3 1
5 S1 11
6 S2 0
7 S3 0
Total 15
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas
karyawan Mandiri Prioritas memiliki pendidikan S1. Hal ini
mengindikasikan bahwa SDM yang dimiliki oleh Bank Mandiri
merupakan SDM yang berkualitas, tidak hanya dari segi berperilaku,
baik dalam kerja tim maupun dalam menghadapi nasabah, tetapi juga
berkualitas dalam segi pendidikan.
4.3.1.4 Berdasarkan Posisi Jabatan Saat Ini
Tabel 4.12
Tinjauan Karyawan Berdasarkan Posisi Jabatan Saat Ini
No. Jabatan Saat Ini Jumlah
54
1 Priority Banking Manager 1
2 Priority Banking Officer 14
Total 15
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa outlet
Mandiri Prioritas yang berlokasi di Jl. Kapt. A. Rivai dikepalai
sedikitnya seorang manajer Mandiri Prioritas dengan minimal 14
karyawan yang bekerja disana. Hal ini mengindikasikan bahwa
kerjasama dalam tim sangatlah diperlukan.
4.3.1.5 Berdasarkan Lama Bekerja Di Mandiri Prioritas
Tabel 4.13
Tinjauan Karyawan Berdasarkan Lama Bekerja
No. Lama Bekerja Jumlah
1 1-3 tahun 6
2 3-5 tahun 1
3 >5 tahun 8
Total 15
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa karyawan
dengan masa kerja lebih dari 5 tahun lebih mendominasi dalam kinerja
Mandiri Prioritas. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat turn-over
pegawai dalam Mandiri Prioritas cenderung sedikit, sehingga
mayoritas para karyawan tersebut bersedia untuk mengabdi kepada
Bank Mandiri selama lebih dari 5 tahun.
55
4.3.1.6 Berdasarkan Status Perkawinan
Tabel 4.14
Tinjauan Karyawan Berdasarkan Status Perkawinan
No. Status Perkawinan Jumlah
1 Belum kawin 6
2 Kawin 9
3 Duda/Janda 0
4 Pisah 0
Total 15
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa karyawan
yang sudah menikah lebih mendominasi, dibandingkan dengan yang
belum menikah. Hal ini mengindikasikan bahwa kemapanan dalam
berumah-tangga menjadi salah satu faktor sejumlah karyawan untuk
bekerja di Bank Mandiri, khususnya Mandiri Prioritas
4.3.1.7 Berdasarkan Gaji Per Bulan
Tabel 4.15
Tinjauan Karyawan Berdasarkan Gaji Per Bulan
No. Gaji Per Bulan Jumlah
1 <Rp 1,5 juta 2
2 Rp 1,5-Rp 2,5 juta 1
3 Rp 2,5 juta-Rp 5 juta 8
4 Rp 5 juta-Rp 10 juta 2
5 >Rp 10 juta 2
Total 15
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa karyawan
Mandiri Prioritas yang berpenghasilan Rp 2,500,000-Rp 5,000,000
lebih mendominasi. Hal ini mengindikasikan bahwa penghasilan
dengan besaran yang ditetapkan oleh Bank Mandiri itu mampu
56
membuat para karyawan bertahan dalam bekerja di Bank Mandiri.
4.4 Deskripsi Data
4.4.1 Analisis Internal Marketing (X1) dan Interactive Marketing (X2)
Variabel bebas pertama dan kedua yang diteliti adalah mengenai
internal marketing dan external marketing Mandiri Prioritas. Kedua
variabel ini telah dijawab oleh 15 orang karyawan Bank Mandiri.
Adapun jawaban-jawaban tersebut adalah sebagai berikut :
a. Analisis Internal Marketing (X1)
Hasil tanggapan yang diberikan oleh 15 orang karyawan Bank
Mandiri adalah sebagai berikut :
Tabel 4.16
Tanggapan Responden Terhadap Internal Marketing
No.
Tingkat
Persetujuan
Frekuensi
Persentase
(%)
1. Sangat Setuju 92 61.34
2. Setuju 56 37.33
3. Ragu-Ragu 2 1.33
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 150 100
57
Sumber: Data Olahan SPSS 2014
Berdasarkan tabel 4.16 diatas, dapat dilihat bahwa sangat setuju
dengan setiap kegiatan yang dirancang oleh Bank Mandiri, dalam
memotivasi para karyawannya untuk bekerja secara optimal, baik
dalam hal menerapkan setiap standar operasional prosedur (SOP)
maupun untuk berinteraksi yang benar dengan para nasabah
Prioritasnya. Hal ini perlu dipertahankan oleh Bank Mandiri agar
tingkat turn-over karyawan di dalam Bank Mandiri tidak tinggi,
atau dengan kata lain, karyawan memiliki satu visi dan misi yang
sejalan dengan Bank Mandiri.
b. Analisis External Marketing (X2)
Hasil tanggapan yang diberikan oleh 15 orang karyawan Bank
Mandiri adalah sebagai berikut :
Tabel 4.17
Tanggapan Responden Terhadap External Marketing
58
Sumber: Data Olahan SPSS 2014
Berdasarkan tabel 4.17, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh Mandiri Prioritas, mulai dari
memperkenalkan sejumlah produk perbankan hingga penggunaan
sarana elektronik sebagai media berkomunikasi dengan nasabah
Prioritasnya, dilakukan secara detail dan optimal. Hal tersebut
ditunjukkan dengan persentase sebesar 64.34% responden yang
No.
Tingkat
Persetujuan
Frekuensi
Persentase
(%)
1. Sangat Setuju 49 65.34
2. Setuju 26 34.66
3. Ragu-Ragu 0 0
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 75 100
59
sangat menyetujui pernyataan terkait pelayanan tersebut. Dengan
kata lain, komunikasi dengan nasabah merupakan suatu hal
mutlak, yang dapat menentukan apakah setiap program berjalan
dengan baik ataupun sebaliknya, sehingga membantu perusahaan
dalam mengambil keputusan untuk kemajuan Bank Mandiri.
4.4.2 Analisis Interactive Marketing (X3) dan Loyalitas Nasabah (Y)
1. Analisis Interactive Marketing (X3)
Hasil tanggapan yang diberikan oleh 100 orang nasabah
Mandiri Prioritas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.18
Tanggapan Responden Terhadap Interactive Marketing
No.
Tingkat
Persetujuan
Frekuensi
Persentase
(%)
1. Sangat Setuju 331 41.22
2. Setuju 404 50.31
3. Ragu-Ragu 60 7.47
4. Tidak Setuju 8 1.00
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 803 100
60
Sumber: Data Olahan SPSS 2014
Berdasarkan tabel 4.18, maka dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 41.22% nasabah mengakui bahwa seluruh pelayanan
yang diberikan oleh Mandiri Prioritas merupakan pelayanan yang
baik, berkelas, dan optimal. Hal ini dibuktikan melalui beberapa
penilaian, mulai dari tata ruang Mandiri Prioritas hingga edukasi
pelanggan yang diberikan kepada setiap nasabah Prioritas.
Dilain pihak, responden sebesar 1% tidak mengakui sejumlah
pernyataan serupa. Hal ini dapat diakibatkan oleh kurangnya
intensitas waktu nasabah tersebut untuk berinteraksi dengan
karyawan dan juga nasabah lainnya.
2. Analisis Loyalitas Nasabah (Y)
Hasil tanggapan yang diberikan oleh 100 orang nasabah
Mandiri Prioritas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.19
Tanggapan Responden Terhadap Loyalitas Nasabah
No.
Tingkat
Persetujuan
Frekuensi
Persentase
(%)
1. Sangat Setuju 172 28.66
2. Setuju 346 57.67
3. Ragu-Ragu 69 11.50
4. Tidak Setuju 13 2.17
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 600 100
61
Sumber: Data Olahan SPSS 2014
Berdasarkan hasil dari tabel 4.19, maka dapat disimpulkan
bahwa sebanyak 57.67% responden nasabah Prioritas mengakui
bahwa mereka mewujudkan bentuk kesetiaan mereka terhadap
Bank Mandiri, dengan tetap menggunakan sejumlah produk jasa
keuangan dan perbankan yang ditawarkan oleh Bank Mandiri
untuk jangka waktu yang rutin. Tidak hanya itu, hal tersebut
mengindikasikan bahwa para responden tersebut rutin dalam
berkomunikasi dengan Priority Banking Officer (PBO), baik untuk
memantau keuangan mereka hingga untuk mengetahui informasi
terbaru tentang program-program yang dihadirkan oleh Bank
Mandiri. Dengan kata lain, para responden tersebut pro-aktif dan
antusias dengan keanggotaan mereka sebagai nasabah Mandiri
Prioritas.
Pada tingkat persentase 11.50% dan 2.17% responden
menyatakan kurang menyetujui pernyataan yang menyebutkan
bahwa mereka rutin menggunakan produk perbankan yang
ditawarkan oleh Bank Mandiri. Hal ini mengindikasikan bahwa
62
para nasabah tersebut kurang pro-aktif dalam keanggotaan mereka
sebagai nasabah Mandiri Prioritas.
4.5 Hasil Regresi Berganda
4.5.1 Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas
Nasabah Prioritas
Tahap awal untuk menentukan bentuk hubungan setiap faktor yang
mempengaruhi loyalitas nasabah Mandiri Prioritas ini adalah dengan
menentukan persamaan regresi bergandanya. Setiap variabel yang diuji adalah
internal marketing (X1), interactive marketing (X2), external marketing (X3).
Analisis ini menggunakan bantuan Program SPSS Versi 17.0 Windows. Hasil
uji regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.20
Analisis Regresi Berganda X Terhadap Y
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 12.509 12.145 1.030 .325
X1 .041 .345 .045 .117 .909
X2 -.490 .687 -.267 -.712 .491
X3 .639 .204 .666 3.136 .009
Sumber: Data Olahan SPSS 2014
63
Sehingga, model persamaan regresi yang diperoleh adalah :
Y = 12.509 + 0.041X1 – 0.490X2 + 0.639X3
Dimana : Y = Loyalitas Nasabah Prioritas
X1 = Aspek Internal Marketing
X2 = Aspek External Marketing
X3 = Aspek Interactive Marketing
Interpretasi dari model regresi diatas adalah :
1. Makna konstanta
Berdasarkan model persamaan regresi yang diperoleh diatas, yaitu
sebesar 12.509, dapat dijelaskan bahwa segitiga pemasaran jasa
merupakan faktor kecil yang mempengaruhi loyalitas Nasabah Mandiri
Prioritas. Dari hasil konstanta tersebut juga dapat disimpulkan bahwa
masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah.
Banyak faktor yang lebih mempengaruhi loyalitas nasabah.
Menurut Robinette (dalam Jurnal Laporan Kinerja Perpustakaan USU,
2011:45), faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah
sebagai berikut :
64
a. Perhatian (Caring)
Maksudnya adalah bahwa perusahaan harus mampu
melihat kebutuhan, keinginan, harapan, serta keluhan yang
dimiliki oleh setiap pelanggannya (dalam hal ini adalah
nasabah). Dengan begitu, pelanggan akan puas dengan apa
yang diberikan oleh perusahaan dan mereka aka melakukan
transaksi ulang, dan pada akhirnya mereka akan menjadi
pelanggan yang loyal kepada perusahaan terkait. Dapat
disimpulkan bahwa semakin besar perhatian yang diberikan
perusahaan kepada pelanggannya, maka pelanggan juga akan
semakin loyal.
b. Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan harus dimiliki oleh kedua belah pihak, yaitu
pihak perusahaan dan pelanggan (nasabah). Dengan tingginya
tingkat kepercayaan yang telah terbentuk, maka hubungan
antara perusahaan dan pelanggannya akan baik, sehingga
hubungan antara perusahaan dan pelanggannya akan menjadi
kuat.
Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk
menjaga kepercayaan tersebut adalah melalui segala jenis
produk yang berkualitas tinggi yang ditujukan kepada para
pelanggannya, sesuai dengan apa yang dicitrakan dan yang
dijanjikan perusahaan melalui promosinya. Melalui strategi
ini, maka pelanggan tidak akan beralih kepada produk pesaing
65
dan akan loyal terhadap produk yang dihasilkan perusahaan
terkait.
c. Perlindungan (Length Of Patronage)
Maksudnya adalah bahwa perusahaan harus mampu
memberikan perlindungan kepada para pelanggannya, baik
dari segi kualitas produk, pelayanan, komplain, dan juga
layanan purna jual. Dengan perlindungan tersebut, pelanggan
tidak akan merasa khawatir dalam melakukan transaksi dan
juga berhubungan dengan perusahaan, karena pelanggan
merasa kegiatan transaksi mereka terlindungi dengan baik.
d. Kepuasan Akumulatif (Overall Satisfaction)
Maksud dari kepuasan akumulatif adalah total dari
pembelian dan konsumsi atas barang dan jasa dalam suatu
periode tertentu. Kepuasan akumulatif ini berhubungan
dengan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan kepada
pelanggannya. Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan
sejumlah fasilitas yang dibutuhkan oleh pelanggan dan
mampu mendukung sejumlah kegiatan transaksi pelanggan,
sehingga menciptakan kepuasan kepada para pelanggannya.
Selain itu, faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan loyalitas
pelanggan menurut Kartajaya (dalam Laman Artikel, 2013) adalah
sebagai berikut :
a. Kepuasan pelanggan
66
b. Retensi pelanggan
c. Migrasi pelangan
d. Antusiasme pelanggan
e. Spiritualitas pelanggan
Sejumlah faktor lain yang mempengaruhi loyalitas pelanggan
menurut Griffin (dalam Laman Artikel, 2013) adalah sebagai berikut :
a. Total pangsa pasar
b. Retensi pelanggan
2. Pengaruh aspek internal marketing (X1) terhadap loyalitas
nasabah Mandiri Prioritas (Y).
Variabel internal marketing memberikan pengaruh positif terhadap
loyalitas nasabah. Peningkatan internal marketing sebesar 1 satuan
akan meningkatkan loyalitas nasabah sebesar 0.041.
3. Pengaruh aspek internal marketing (X1) terhadap loyalitas
nasabah Mandiri Prioritas (Y).
Variabel internal marketing memberikan pengaruh positif terhadap
67
loyalitas nasabah. Peningkatan internal marketing sebesar 1 satuan
akan meningkatkan loyalitas nasabah sebesar 0.041.
4. Pengaruh aspek external marketing (X2) terhadap loyalitas
nasabah Mandiri Prioritas (Y).
Variabel external marketing memberikan pengaruh negatif
terhadap loyalitas nasabah. Peningkatan external marketing sebesar 1
satuan akan menurunkan loyalitas nasabah sebesar 0.490.
5. Pengaruh aspek interactive marketing (X3) terhadap loyalitas
nasabah Mandiri Prioritas (Y).
Variabel interactive marketing memberikan pengaruh positif
terhadap loyalitas nasabah. Peningkatan interactive marketing sebesar
1 satuan akan meningkatkan loyalitas nasabah sebesar 0.639.
4.5.2 Uji Statistik Terhadap Hasil Pengolahan Data
4.5.2.1 Uji F
Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama
(Cokorda Putra, 2011:122).
68
Tabel 4.21
Ringkasan ANOVA Untuk Uji Signifikansi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 132.929 3 44.310 4.103 .035a
Residual 118.804 11 10.800
Total 251.733 14
Sumber: Data Olahan SPSS 2014
Nilai F hitung diperoleh 4.103, dan F tabel untuk N1 = 3 dan N2 =
11 diperoleh nilai 3.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat
diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (4.103 >
3.59), dengan nilai probabilitas untuk F statistik sebesar 0.05. Hal ini
berarti bahwa seluruh variabel independen yaitu internal marketing,
external marketing, dan interactive marketing signifikan secara
simultan dalam mempengaruhi variabel dependen yaitu loyalitas
nasabah pada tingkat signifikansi alpha = 0.05. Hasil uji statistik ini
sejalan dengan teori Gronroos (dalam Muslimah Mattjik, 2013:10)
bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal,
tetapi juga pemasaran internal dan interaktif. Jadi, jika Bank Mandiri
menerapkan konsep segitiga pemasaran jasa ini secara simultan, maka
mereka mampu untuk meningkatkan loyalitas seluruh nasabah Bank
Mandiri.
4.5.2.2 Uji t
69
Uji t adalah uji secara individual semua koefisien regresi yang
bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen (Cokorda Putra,
2011:122).
Tabel 4.22
Hasil Uji t dan Tingkat Signifikansi Masing-Masing Variabel
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 12.509 12.145 1.030 .325
X1_Tot .041 .345 .045 .117 .909
X2_Tot -.490 .687 -.267 -.712 .491
X3_Tot .639 .204 .666 3.136 .009
Sumber: Data Olahan SPSS 2014
1. Uji t untuk variabel internal marketing (X1)
Nilai sig. Lebih besar dibandingkan alpha (0.909 > 0.05), maka
variabel ini tidak signifikan. Hasil ini bertentangan dengan teori
Gummeson (Dalam Sandy Adisutiyono, 2010) yang menyatakan
bahwa pemasaran internal yang dijalankan dengan baik akan
menimbulkan kepuasan dan lebih dari kepuasan itu sendiri. Pemicu
kurangnya optimalisasi pemasaran internal Bank Mandiri adalah
motivasi kerja dalam bentuk penggajian karyawan yang kurang
seimbang dengan kinerja karyawan yang dihasilkan.
2. Uji t untuk variabel external marketing (X2)
70
Nilai sig. Lebih besar dibandingkan alpha (0.491 > 0.05), maka
variabel ini tidak signifikan. Hasil ini bertentangan dengan teori
Zeithmal dan Bitner (Dalam Arie Durian, 2011) bahwa pemasaran
ekternal adalah usaha perusahaan untuk membuat janji kepada
pelanggan, agar pelanggan tetap bersedia menggunakan jasa yang
ditawarkan. Pemicunya dapat ditimbulkan oleh faktor pemasaran
langsung, dimana Bank Mandiri hanya menggunakan sarana
elektronik sebagai sarana untuk menerima kritik dan saran serta
mempromosikan produk perbankan kepada nasabah. Gangguan sinyal
ataupun gangguan teknis lain dapat menyebabkan terhambatnya
komunikasi nasabah yang ingin menyampaikan kritik dan saran
terkait pelayanan dan produk perbankan Bank Mandiri.
3. Uji t untuk variabel interactive marketing (X3)
Nilai sig. Lebih kecil dibandingkan alpha (0.009 < 0.05), maka
variabel ini signifikan. Hasil ini sejalan dengan teori yang dinyatakan
oleh Kaurav (2012), yang menyatakan bahwa dalam pemasaran
interaktif (interactive marketing), komunikasi tatap muka antara
petugas lini depan (frontliner) dengan pelanggan merupakan suatu
cara yang lebih efektif dalam menyampaikan sejumlah layanan serta
produk yang dimiliki perusahaan. Melalui kegiatan interaktif ini juga,
pelanggan (nasabah) diberikan kesempatan untuk mengubah citra
perusahaan, yang berarti bahwa kegiatan ini menjadi penentu apakah
pelanggan akan melakukan transaksi lanjutan pada jangka panjang,
71
yang sering disebut sebagai loyalitas (kesetiaan) terhadap suatu
produk, atau tidak memilih produk perusahaan terkait sebagai produk
andalan mereka.
Selain penelitian yang dilakukan oleh Kaurav tentang pemasaran
interaktif, penelitian lain juga menyampaikan hal yang mendukung
hasil dari uji t (individual) dari pemasaran interaktif ini. menurut
Farid Fahmi (2012), pemasaran interaktif dilibatkan dalam
pengiriman produk dan jasa kepada pelanggan dan front office
perusahaan. Hal ini merupakan bagian penting dari segitiga
pemasaran jasa, dalam menentukan apakah pelanggan akan menjalin
hubungan jangka panjang atau jangka pendek dengan pelanggan
perusahaan. Pelanggan yang sangat puas dengan pelayanan serta
produk yang ditawarkan oleh perusahaan dapat menjadi pelanggan
tetap dari perusahaan jasa.
Pihak pemasar diharuskan memberikan pelayanan dengan
kualitas yang baik dan juga diharuskan untuk memberikan produk
dengan kualitas serta manfaat yang tinggi kepada setiap
pelanggannya, dalam menjaga hubungan baik serta menciptakan
loyalitas bagi pelanggan. Dalam hal ini, kemampuan pihak lini depan
harus optimal. Pemasaran interaktif berarti bahwa nilai kualitas jasa
yang dirasakan, tergantung pada kualitas interaksi yang terjalin antara
penyedia jasa dan pelanggan (Sudayat, 2014). Lebih lanjut, Sudayat
menjelaskan bahwa kualitas jasa tidak hanya sebatas kualitas teknis,
tetapi juga melibatkan kualitas fungsional, seperti memberikan
perhatian terhadap permasalahan pelanggan serta nilai tambah yang
72
dapat diberikan kepada setiap pelanggan. Performa kerja (kinerja
pelayanan) yang baik adalah salah satu alat pemasaran perusahaan
yang optimal dalam membentuk kepuasan serta kesetiaan (loyalitas)
pelanggan terhadap produk perusahaan.
Oleh karena itu secara individual, berdasarkan uji t, dapat disimpulkan
bahwa hanya variabel X3 (interactive marketing) yang mempengaruhi
loyalitas nasabah.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka kesimpulan yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Secara Simultan :
Ketiga variabel independen dari penelitian ini, yaitu internal
marketing, external marketing, dan interactive marketing memiliki
pengaruh secara simultan terhadap loyalitas nasabah Mandiri Prioritas
Palembang, yang ditunjukkan melalui nilai R kuadrat sebesar 0.528 /
52.8%. Kesimpulan ini mengindikasikan bahwa ketiga variabel
tersebut berpengaruh terhadap loyalitas sebesar 52.8% , sedangkan
sisanya, yaitu 47.2% dijelaskan oleh variabel lainnya diluar ketiga
variabel bebas tersebut.
2. Pengaruh Secara Parsial :
Berdasarkan uji t, maka dapat disimpulkan bahwa hanya variabel
74
X3 (interactive marketing) secara signifikan mempengaruhi loyalitas
nasabah Mandiri Prioritas Palembang.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa saran yang
dapat diberikan kepada Bank Mandiri, khususnya Mandiri Prioritas. Sejumlah
saran oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi pihak Manajemen Mandiri Prioritas (Bank Mandiri)
Dengan adanya pengaruh dari salah satu aspek segitiga
pemasaran jasa, yaitu variabel X3 (interactive marketing), maka
interactive marketing tersebut disarankan untuk dipertahankan dan
digunakan sebagai salah satu strategi pemasaran Bank Mandiri, agar
loyalitas nasabah semakin meningkat.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menemukan dan
menguji variabel lain, dimana R kuadratnya adalah 47.2%, yang
berpengaruh secara simultan terhadap loyalitas nasabah Mandiri
Prioritas. Dengan menemukan variabel lain yang lebih cocok secara
simultan bagi peningkatan loyalitas nasabah, maka penelitian ini
dapat lebih disempurnakan dikemudian hari oleh peneliti
75
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardha, Berliani. Perencanaan Merek. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Ariyani, Ferlina. 2008. Membangun Loyalitas Nasabah Melalui Peningkatan
Kualitas Pelayanan dan Keunggulan Produk (Studi Empiris Pada PT.
Bank Bukopin Tbk di Kota Semarang). (Online),
(http://eprints.undip.ac.id/17379/1/FERLINA_ARIYANI.pdf, diakses 23 April
2013).
Banirestu, Herning. 2011. Mandiri Unggulkan ‘Personal Touch’ dengan
Pelanggan. SWA Media Group.
Dama, Hais. 2010. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah
Pada Bank Mandiri Cabang Gorontalo. Inovasi, Vol. 7, No. 2, Juni 2010.
Durian, Arie. 2011. Pemasaran Jasa. (Online),
(http://ariedurian.wordpress.com/2011/10/14/pemasaran-jasa/, diakses 27
Februari 2014).
Fahmi, Farid. 2012. Komunikasi Pemasaran Jasa. (Online),
(http://blog.ub.ac.id/faridfahmi/2012/12/10/komunikasi-pemasaran-jasa/,
diakses 05 April 2014).
76
Hidayat, Rachmad. 2009. Pengaruh Kualitas Layanan, Kualitas Produk dan Nilai
Nasabah Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank Mandiri.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 11, No.1, Maret 2009: 59-72.
Ilmu Manajemen Pemasaran. 2009. Definisi Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty
Definition).
(http://ilmumanajemenpemasaran.wordpress.com/2009/11/10/definisi-
loyalitas-pelanggan/, diakses 1 Mei 2013).
Jasfar, Farida. 2002. Manajemen Jasa: Pendekatan Terpadu. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.
Junaidi. 2010. Tabel r (Koefisien Korelasi Sederhana).
(http://junaidichaniago.wordpress.com/, diakses 2 Februari 2014)
Kaurav, Rahul Pratap Singh. 2012. Service Marketing Triangle: An Introduction.
(http://www.slideshare.net/RahulKaurav/services-marketing-triangle, diakses
26 April 2013).
Kotler, P., John T. Bowen, James C. Baken. 2006. Marketing For Hospitality and
Tourism. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc.
Kotler, P. 1994. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and
Control. 8th
Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall International.
Lesmana, Andi. Analisis Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank Mandiri
(Persero) Tbk di Bagian Ritel & Consumer Risk Group. Magister
Manajemen: Universitas Gunadarma.
Lovelock, Christopher. 2001. Services Marketing : People, Technology, Strategy. 4th
Edition. Prentice Hall International.
Mattjik, Muslimah. 2013. Strategi Produk dan Merek & Strategi Bisnis Jasa.
(Online), (http://kk.mercubuana.ac.id/files/99018-9-953164763069.pdf, diakses 25
April 2013).
Natalisa, Diah. 2005. Pemahaman Terhadap Segmentasi Pelanggan: Suatu Usaha
Untuk Meningkatkan Efektifitas Pemasaran Jasa Penerbangan. Jurnal
Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 3 No. 5 Juni 2005.
Pakpahan, Efendi. 2013. Pengertian Loyalitas Pelanggan. (Online),
77
(http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/03/pengertian-loyalitas-
pelanggan_4275.html, diakses 05 April 2014).
Puspowarsito, Herianto. 2008. Metode Penelitian Organisasi. Bandung: Humaniora.
Putra, Cokorda Gde Dharma. 2011. Analisis Kepuasan Pelanggan Pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Di Kabupaten Jembrana.
(Online), (http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-120-774750590-
tesis%20cokorda%20gde%20dharma%20putra.pdf, diakses 31 Januari 2014).
Setiyawati, Antari. 2009. Studi Kepuasan Pelanggan Untuk Mencapai Loyalitas
Pelanggan (Studi Kasus Pada Konsumen Toko Bangunan Bangun Rejeki
Semarang). (Online),
(http://eprints.undip.ac.id/24660/1/ANTARI_SETIYAWATI.pdf, diakses 1
Mei 2013).
Sudayat, Ridwan Iskandar. 2013. Segitiga Pemasaran Jasa. (Online),
(http://www.pdfoff.com/view-1432257/, diakses 05 April 2014).
Trihendradi, C. 2013. Step by Step IBM SPSS 21 : Analisis Data Statistik. C.V
Andi Offset : Yogyakarta.
Wahyuningrum, Ida. 2011. Pengaruh Kualitas jasa Teknologi Informasi terhadap
Kepuasan Konsumen dan Dampaknya Pada Loyalitas Mahasiswa Di
Jurusan Non Rekayasa Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.9 No. 17 Juni 2011.
Yesaya. 2012. Internal Marketing, Pertemuan ke IX. (Online), (http://solitude
solitaire.files.wordpress.com/2012/05/internal-marketing-pertemuan-ix.pdf,
diakses 25 April 2013).
78

More Related Content

What's hot

BMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
BMP EKMA4475 Pemasaran StrategikBMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
BMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
Mang Engkus
 
Analisis saluran pemasaran terintegrasi
Analisis saluran pemasaran terintegrasiAnalisis saluran pemasaran terintegrasi
Analisis saluran pemasaran terintegrasi
wandafebri
 
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problemTugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problemMeri Dwi
 
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi JasaBMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
Mang Engkus
 
Peranan sistem informasi manajemen pada Gojek
Peranan sistem informasi manajemen pada GojekPeranan sistem informasi manajemen pada Gojek
Peranan sistem informasi manajemen pada Gojekjelitawidyastuti
 
Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5
Judianto Nugroho
 
makalah Time value of money
makalah Time value of moneymakalah Time value of money
makalah Time value of moneyKhairul Alonx
 
Tugas 1 manajemen risiko dan asuransi
Tugas 1 manajemen risiko dan asuransiTugas 1 manajemen risiko dan asuransi
Tugas 1 manajemen risiko dan asuransi
Han Doko
 
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
padlah1984
 
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlalContoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlalLailiya NR
 
Konsep dasar dan ruang lingkup msdm
Konsep dasar dan ruang lingkup msdmKonsep dasar dan ruang lingkup msdm
Konsep dasar dan ruang lingkup msdmNingsih Abdullah
 
Pendekatan kualitatif dalam pemilihan metode penanganan risiko
Pendekatan kualitatif dalam pemilihan metode penanganan risiko Pendekatan kualitatif dalam pemilihan metode penanganan risiko
Pendekatan kualitatif dalam pemilihan metode penanganan risiko
anggrayani2
 
Merancang & mengelola saluran pemasaran
Merancang & mengelola saluran pemasaranMerancang & mengelola saluran pemasaran
Merancang & mengelola saluran pemasaran
Indra Diputra
 
Konsep dasar kewirausahaan
Konsep dasar kewirausahaanKonsep dasar kewirausahaan
Konsep dasar kewirausahaanFira Nursya`bani
 
Tugas perilaku konsumen mengenai iklan
Tugas perilaku konsumen mengenai iklanTugas perilaku konsumen mengenai iklan
Tugas perilaku konsumen mengenai iklanHartono Ikawy
 
BMP EKMA4370 Kewirausahaan
BMP EKMA4370 KewirausahaanBMP EKMA4370 Kewirausahaan
BMP EKMA4370 Kewirausahaan
Mang Engkus
 
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Dayana Florencia
 
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
Heriansyah Effendi
 

What's hot (20)

BMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
BMP EKMA4475 Pemasaran StrategikBMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
BMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
 
Analisis saluran pemasaran terintegrasi
Analisis saluran pemasaran terintegrasiAnalisis saluran pemasaran terintegrasi
Analisis saluran pemasaran terintegrasi
 
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problemTugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
 
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi JasaBMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
 
Peranan sistem informasi manajemen pada Gojek
Peranan sistem informasi manajemen pada GojekPeranan sistem informasi manajemen pada Gojek
Peranan sistem informasi manajemen pada Gojek
 
Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5
 
makalah Time value of money
makalah Time value of moneymakalah Time value of money
makalah Time value of money
 
Proses kewirausahaan
Proses kewirausahaanProses kewirausahaan
Proses kewirausahaan
 
Tugas 1 manajemen risiko dan asuransi
Tugas 1 manajemen risiko dan asuransiTugas 1 manajemen risiko dan asuransi
Tugas 1 manajemen risiko dan asuransi
 
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
 
Komponen Dss
Komponen DssKomponen Dss
Komponen Dss
 
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlalContoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
 
Konsep dasar dan ruang lingkup msdm
Konsep dasar dan ruang lingkup msdmKonsep dasar dan ruang lingkup msdm
Konsep dasar dan ruang lingkup msdm
 
Pendekatan kualitatif dalam pemilihan metode penanganan risiko
Pendekatan kualitatif dalam pemilihan metode penanganan risiko Pendekatan kualitatif dalam pemilihan metode penanganan risiko
Pendekatan kualitatif dalam pemilihan metode penanganan risiko
 
Merancang & mengelola saluran pemasaran
Merancang & mengelola saluran pemasaranMerancang & mengelola saluran pemasaran
Merancang & mengelola saluran pemasaran
 
Konsep dasar kewirausahaan
Konsep dasar kewirausahaanKonsep dasar kewirausahaan
Konsep dasar kewirausahaan
 
Tugas perilaku konsumen mengenai iklan
Tugas perilaku konsumen mengenai iklanTugas perilaku konsumen mengenai iklan
Tugas perilaku konsumen mengenai iklan
 
BMP EKMA4370 Kewirausahaan
BMP EKMA4370 KewirausahaanBMP EKMA4370 Kewirausahaan
BMP EKMA4370 Kewirausahaan
 
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
 
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
 

Similar to ISI TESIS

Analisis kualitas pelayanan bank terhadap kepuasan nasabah pada bank muamalat...
Analisis kualitas pelayanan bank terhadap kepuasan nasabah pada bank muamalat...Analisis kualitas pelayanan bank terhadap kepuasan nasabah pada bank muamalat...
Analisis kualitas pelayanan bank terhadap kepuasan nasabah pada bank muamalat...
An Nisbah
 
Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Customer Retention dan Customer Loya...
Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Customer Retention dan Customer Loya...Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Customer Retention dan Customer Loya...
Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Customer Retention dan Customer Loya...
Wahyu Jozerizal
 
Bab I
Bab IBab I
128 232-1-sm
128 232-1-sm128 232-1-sm
128 232-1-sm
vsgratis53
 
Laporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industriLaporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industri
aliciacutdwiputri
 
UAS Negosiasi - PENGELOLAAN DAN MAPPING KLIEN DALAM PROSES NEGOSIASI PADA BAN...
UAS Negosiasi - PENGELOLAAN DAN MAPPING KLIEN DALAM PROSES NEGOSIASI PADA BAN...UAS Negosiasi - PENGELOLAAN DAN MAPPING KLIEN DALAM PROSES NEGOSIASI PADA BAN...
UAS Negosiasi - PENGELOLAAN DAN MAPPING KLIEN DALAM PROSES NEGOSIASI PADA BAN...
DandyChristian1
 
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
Ibnu Khayath Farisanu
 
metodologi penelitian
metodologi penelitianmetodologi penelitian
metodologi penelitian
ghani21
 
Konsep six sigma bca kelompok 4
Konsep six sigma bca   kelompok 4Konsep six sigma bca   kelompok 4
Konsep six sigma bca kelompok 4
yennilestari2
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkmFaktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Annisa Nurlestari
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Kanaidi ken
 
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
mtsn1lombokbaratntb
 
Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah
Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah
Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
 
Monica amani ihdaryanti
Monica amani ihdaryantiMonica amani ihdaryanti
Monica amani ihdaryanti
monica_amani
 
Company Bni Profile Revisi
Company Bni Profile  RevisiCompany Bni Profile  Revisi
Company Bni Profile Revisi
Mrirfan
 
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
Persepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada ptPersepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada pt
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
imamprakarsa
 
Pemasaran Jasa 11.pptx
Pemasaran Jasa 11.pptxPemasaran Jasa 11.pptx
Pemasaran Jasa 11.pptx
HedianSyah1
 

Similar to ISI TESIS (20)

Analisis kualitas pelayanan bank terhadap kepuasan nasabah pada bank muamalat...
Analisis kualitas pelayanan bank terhadap kepuasan nasabah pada bank muamalat...Analisis kualitas pelayanan bank terhadap kepuasan nasabah pada bank muamalat...
Analisis kualitas pelayanan bank terhadap kepuasan nasabah pada bank muamalat...
 
Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Customer Retention dan Customer Loya...
Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Customer Retention dan Customer Loya...Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Customer Retention dan Customer Loya...
Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Customer Retention dan Customer Loya...
 
Bab I
Bab IBab I
Bab I
 
128 232-1-sm
128 232-1-sm128 232-1-sm
128 232-1-sm
 
Bab i btn
Bab i btnBab i btn
Bab i btn
 
Laporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industriLaporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industri
 
UAS Negosiasi - PENGELOLAAN DAN MAPPING KLIEN DALAM PROSES NEGOSIASI PADA BAN...
UAS Negosiasi - PENGELOLAAN DAN MAPPING KLIEN DALAM PROSES NEGOSIASI PADA BAN...UAS Negosiasi - PENGELOLAAN DAN MAPPING KLIEN DALAM PROSES NEGOSIASI PADA BAN...
UAS Negosiasi - PENGELOLAAN DAN MAPPING KLIEN DALAM PROSES NEGOSIASI PADA BAN...
 
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
 
metodologi penelitian
metodologi penelitianmetodologi penelitian
metodologi penelitian
 
Konsep six sigma bca kelompok 4
Konsep six sigma bca   kelompok 4Konsep six sigma bca   kelompok 4
Konsep six sigma bca kelompok 4
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkmFaktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
 
E jurnal
E jurnalE jurnal
E jurnal
 
e_jurnal
e_jurnale_jurnal
e_jurnal
 
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
 
Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah
Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah
Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah
 
Monica amani ihdaryanti
Monica amani ihdaryantiMonica amani ihdaryanti
Monica amani ihdaryanti
 
Company Bni Profile Revisi
Company Bni Profile  RevisiCompany Bni Profile  Revisi
Company Bni Profile Revisi
 
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
Persepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada ptPersepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada pt
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
 
Pemasaran Jasa 11.pptx
Pemasaran Jasa 11.pptxPemasaran Jasa 11.pptx
Pemasaran Jasa 11.pptx
 

ISI TESIS

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perbankan merupakan salah satu bidang usaha (bisnis) yang pada saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam melayani konsumen melalui berbagai cara. Hal ini ditandai dengan munculnya sejumlah bank baru yang memasuki pasar dan bersaing dalam industri jasa perbankan. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Bank Indonesia, terdapat kenaikan jumlah kantor bank umum di Indonesia, dimana pada Desember 2012 terdapat 3.390 kantor, kemudian pada April 2013 terdapat 3.447 kantor yang tersebar di Indonesia (Bank Indonesia, 2013). Dampak dari hal ini adalah persaingan yang terjadi dalam industri perbankan semakin ketat, sehingga masing-masing bank menawarkan produk baru kepada para nasabahnya. Persaingan dalam dunia perbankan tidak hanya merupakan persaingan untuk merebut perhatian masyarakat agar menjadi nasabah suatu bank, tetapi juga untuk mempertahankan nasabahnya agar loyal terhadap satu bank tertentu. Dalam mempertahankan para nasabahnya, setiap bank memiliki strategi tersendiri, yaitu dengan memenuhi kebutuhan serta mewujudkan keinginan para nasabahnya. Menurut Zeithmal dan Bitner (1996), usaha tersebut dapat dilihat melalui sejumlah produk perbankan yang beragam, dimana hampir semua bank memberikan traditional marketing yang mengutamakan pelayanan jasa (intangible product) yang optimal dengan 1
  • 2. menggunakan produk-produk perbankan mereka sebagai sarana menyampaikan pelayanan jasa tersebut secara lebih nyata (tangible). Menurut Kotler (1994), pelayanan jasa adalah pemberian jasa kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhannya. Dikatakan juga bahwa pelayanan jasa dapat didefinisikan sebagai kegiatan atau manfaat yang dapat diberikan oleh satu pihak kepada pihak lainnya, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat pemilikan sesuatu dan produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik. Wujud pelayanan jasa akan berbeda-beda pada tiap perusahaan. Beberapa cara yang dilakukan dalam mengklasifikasikan pelayanan jasa adalah dengan tingkat keberwujudan dari proses pelayanan jasa; siapa orang yang dituju dan seperti apa konsumen yang dituju; tempat dan waktu pelayanan jasa disampaikan; kostumisasi VS standarisasi; hubungan alami yang terjalin dengan pelanggan; penentuan titik keseimbangan antara permintaan dan penawaran; penentuan antara fasilitas, peralatan, dan sejumlah orang yang menjadi bagian dari pengalaman jasa. Menurut Ida Wahyuningrum (2011:46), bahwa pembahasan tentang kualitas jasa merupakan sesuatu yang kompleks karena penilaian kualitas jasa berbeda dengan penilaian terhadap kualitas produk, terutama karena sifatnya yang tidak nyata (intangible) dan pola produksi serta konsumsinya yang berjalan secara simultan. Disamping perbedaan karakteristik ini, dalam penilaian kualitas jasa, konsumen terlibat secara langsung serta ikut di dalam proses jasa tersebut, sehingga yang dimaksud dengan kualitas jasa adalah bagaimana tanggapan konsumen terhadap jasa yang dimaksud dengan kualitas jasa yang dirasakan (Jasfar, 2002:62). Lebih lanjut, Amanda (2010), dalam 2
  • 3. artikelnya berpendapat bahwa makna dari jasa perbankan adalah semua aktivitas bank, baik yang secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan tugas dan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, yaitu lembaga yang memperlancar terjadinya transaksi perdagangan, sebagai lembaga yang memperlancar peredaran uang serta sebagai lembaga yang memberikan jaminan kepada nasabahnya. Keterlibatan konsumen dalam pelayanan jasa menjadi suatu permulaan teoritis bagi suatu perusahaan yang bersifat jasa. Keterlibatan yang terjadi antara perusahaan, karyawan, serta konsumen (nasabah) dalam pelayanan jasa perbankan merupakan satu kesatuan yang saling memiliki keterkaitan yang mampu menghasilkan loyalitas nasabah. Keterkaitan antara tiga pihak ini dikenal sebagai segitiga pemasaran jasa. Segitiga pemasaran jasa mampu mewakili kunci utama dari kesuksesan ataupun kegagalan dari suatu pelayanan jasa. Aktivitas yang terjadi dalam segitiga pemasaran jasa memiliki proses yang terjadi mulai dari perusahaan berinteraksi dengan karyawannya (internal marketing), interaksi karyawan dengan konsumen (interactive marketing), hingga interaksi antara perusahaan dengan konsumen (external marketing). Suatu proses merupakan suatu metode dari operasi atau sebuah seri dari beberapa tindakan, dan cenderung melibatkan berbagai tahap yang memerlukan suatu tempat khusus (Lovelock, 2001:37). Pelayanan jasa dalam suatu bank memerlukan peran penting, mulai dari perusahaan, karyawan bank itu sendiri, hingga nasabah bank tersebut. Peranan ketiga pihak tersebut menjadi suatu fungsi/sistem yang memerlukan partisipasi yang tinggi antar pihak. Jika pelayanan yang diberikan kepada nasabah 3
  • 4. mampu memberikan kepuasan bagi nasabah, maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha suatu bank (Pribadi, Sufian, dan Sugiarto, 2007:3). Bank Mandiri, dalam menjalankan fungsi internal marketing, memiliki standar pekerjaan untuk setiap struktur organisasi, khususnya dalam struktur organisasi Mandiri Prioritas. Struktur organisasi adalah alat bantu dalam melaksanakan tugas-tugas perusahaan, demi tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini berarti bahwa hubungan antar individu karyawan dalam kelompok tertentu akan berpengaruh terhadap fungsi dan wewenangnya dalam suatu struktur organisasi. Dalam Bank Mandiri Prioritas, terdapat struktur organisasi berdasarkan fungsi dan tugasnya masing-masing. Struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Priority Banking Manager (PBM), merupakan pimpinan tertinggi dalam Bank Mandiri Prioritas, yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dan aktivitas yang sedang berlangsung, baik yang langsung berhadapan dengan nasabah maupun internal perusahaan. 2. Personal Banking Officer (PBO), bertugas untuk memberikan pelayanan secara personal atas permintaan dan keluhan nasabah selama berada di dalam ruangan Bank Mandiri Prioritas. 3. Customer Relationship Representatives (CRR), adalah orang-orang yang bekerja untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan para nasabahnya, mulai dari penawaran akan produk baru, pemberian hadiah pada saat hari ulang tahun nasabah, dan setiap kegiatan yang berkaitan dengan nasabah pada saat after sales service. 4
  • 5. 4. Teller, yaitu karyawan yang bertugas untuk mengurusi setiap transaksi dari para nasabah (transfer, cetak rekening koran, dan lain sebagainya). Para karyawan Bank Mandiri, dalam melaksanakan fungsi interactive marketing, dituntut untuk mampu menjalankan konsep emotional relationship yang menjadi konsep awal dan dasar dalam melayani para nasabah (Banirestu, 2011). Selain itu, para pegawai Bank Mandiri memiliki komitmen untuk mendekatkan diri dengan masyarakat, sehingga mereka mempergunakan waktunya untuk bertemu nasabah. Lebih lanjut, dalam mengukur layanannya, Bank Mandiri disiplin dalam mengukur loyalitas nasabah dan melakukan evaluasi setiap kuartal. Melalui pengukuran dan evaluasi yang rutin tersebut, maka Bank Mandiri menjadi salah satu dari 10 bank milik pemerintah yang masuk dalam kategori The Best Bank Service Excellence pada tahun 2011, dan dalam kategori ini, Bank Mandiri menduduki posisi pertama dengan pelayanan jasa perbankan terbaik. Tabel 1.1 10 Bank dengan Pelayanan Terbaik Versi Infobank & Marketing Research Indonesia (MRI) Tahun 2011-2012 10 Bank dengan Pelayanan Terbaik Bank Kategori Peringkat 2011 2012 PT Bank Mandiri Tbk Baik Sekali 1 1 PT Bank Permata Tbk Baik Sekali 4 2 PT Bank Internasional Indonesia Tbk Baik Sekali 2 3 PT Bank Negara Indonesia Tbk Baik Sekali 5 5 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Baik Sekali 7 5 PT Bank CIMB Niaga Tbk Baik Sekali 6 7 PT Bank Danamon Indonesia Tbk Baik Sekali 9 8 PT Bank Central Asia Tbk Baik Sekali 8 9 PT Bank Tabungan Negara Tbk Baik Sekali - 10 PT OCBC NISP Tbk Baik Sekali 3 6 Sumber : Bank Service Excellence Monitor (BSEM) Tahun 2011-2012, Infobank-Marketing Research Indonesia (MRI) 5
  • 6. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Bank Mandiri memiliki reputasi yang sangat baik, dengan menempati posisi pertama berturut-turut, mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2012, dalam Kategori Bank dengan Pelayanan Terbaik Versi Infobank dan Marketing Research Indonesia (MRI). Selain pelayanan terbaik, terdapat faktor lain yang mendukung Bank Mandiri sehingga mencapai posisi utama dalam kategori tersebut, yaitu usaha dilakukan oleh perusahaan terhadap nasabahnya serta peran para karyawan dalam berinteraksi langsung dengan nasabah. Bank Mandiri, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, menerapkan suatu pelayanan khusus terhadap nasabah yang telah setia dalam mempercayakan urusan keuangan mereka kepada Bank Mandiri. Pelayanan khusus oleh Bank Mandiri adalah dengan membentuk suatu program yang ditujukan khusus bagi para nasabah yang memiliki jumlah tabungan tertentu dan telah menjadi nasabah setia dari Bank Mandiri, dan program tersebut dinamakan Mandiri Prioritas. Dalam program Mandiri Prioritas ini, Bank Mandiri, dalam menjalankan proses external marketing, melakukan sejumlah aktivitas pemasaran yang bertujuan untuk berinteraksi, mempromosikan produk Mandiri Prioritas, serta mempertahankan dan menjaga kesetiaan para Nasabah Prioritas. Bank Mandiri, dalam menjalankan fungsi external marketing, selalu menyiapkan sejumlah aktivitas yang melibatkan peran serta Nasabah Prioritas di dalamnya secara rutin. Beberapa cara Bank Mandiri untuk memasarkan produk jasa perbankannya adalah dengan menyelenggarakan acara-acara (talk show) yang bertajuk investasi yang bekerjasama dengan sejumlah bidang, 6
  • 7. seperti kesehatan, pagelaran seni, perjalanan wisata, dan bidang lainnya; menyelenggarakan Acara Mandiri Fiesta yang diadakan rutin setiap 6 bulan sekali. Program Mandiri Prioritas merupakan salah satu strategi pemasaran untuk merebut perhatian konsumen, mempertahankan, serta menciptakan loyalitas nasabah yang telah mempercayakan keuangannya dalam jumlah besar pada Bank Mandiri, dimana setiap nasabah yang termasuk dalam kriteria ini, mendapatkan pelayanan yang lebih eksklusif dari pihak Bank Mandiri, mulai dari layanan pengambilan uang hingga berbagai penawaran produk perbankan lain. Jumlah nasabah Mandiri Prioritas Cabang Palembang adalah 1.143 orang. Data nasabah Mandiri Prioritas Cabang Palembang secara keseluruhan mulai dari tahun 2002 hingga 2013 adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Jumlah Nasabah Terdaftar per Tahun 2002 s/d per Tahun 2013 Tahun Outlet Jumlah Nasabah Terdaftar 2002 BMP PALEMBANG ARIEF 97 2003 BMP PALEMBANG ARIEF 106 2004 BMP PALEMBANG ARIEF 183 2005 BMP PALEMBANG ARIEF 282 2006 BMP PALEMBANG ARIEF 344 2007 BMP PALEMBANG ARIEF 402 2008 BMP PALEMBANG ARIEF 479 2009 BMP PALEMBANG ARIEF 570 2010 BMP PALEMBANG ARIEF 673 2011 BMP PALEMBANG ARIEF 831 2012 BMP PALEMBANG ARIEF 1.059 2013 BMP PALEMBANG ARIEF 1.143 Sumber : Bank Mandiri Prioritas (BMP) Palembang Arief Tahun 2013 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 1.2 diatas, menunjukkan bahwa jumlah nasabah bertambah setiap tahunnya pada Bank Mandiri 7
  • 8. Prioritas Cabang Palembang. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Mandiri tidak hanya berhasil dalam menciptakan kesetiaan yang tinggi dalam diri nasabah Prioritas, tetapi juga berhasil dalam menarik perhatian nasabah lain untuk ikut berpartisipasi dalam Program Mandiri Prioritas ini. Kesetiaan yang tercipta dalam diri Nasabah Prioritas Bank Mandiri Cabang Palembang tersebut disebabkan oleh adanya personal touch dan juga emotional relationship yang diberikan oleh Bank Mandiri terhadap para nasabahnya, termasuk Nasabah Prioritas Mandiri (Banirestu, 2011). Melalui personal touch ini, para nasabah memperoleh kesempatan untuk mengutarakan apa yang menjadi kebutuhan finansialnya, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Konsep layanan yang dinilai ‘hangat’ oleh para nasabah ini menjadi faktor utama loyalitas Nasabah Prioritas semakin tinggi, dimana hal ini tercermin dari jumlah Nasabah Prioritas yang meningkat setiap tahunnya, mulai dari tahun 2002 hingga 2013. Kepuasan nasabah ditentukan oleh kualitas produk dan layanan yang dikehendaki nasabah, sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi bank (Hidayat, 2009:59). Selain itu, Parasuraman et al (dalam Hidayat, 2009) menyebutkan bahwa nasabah selalu menilai suatu layanan yang diterima dibandingkan dengan apa yang diharapkan atau diinginkan. Kepuasan nasabah menyangkut tentang persepsi dan harapan nasabah terhadap layanan bank yang mereka terima, sedangkan loyalitas berkaitan dengan tindakan lanjutan yang dilakukan nasabah setelah menerima layanan sebuah bank (Hidayat, 2009:59). Oleh karena itu, dengan tercapainya kepuasan nasabah tersebut, maka nasabah akan melakukan pengulangan transaksi pada bank yang sama, sehingga terbentuk sebuah loyalitas (Pribadi, Sufian, dan Sugiarto, 2007:3). 8
  • 9. Suatu kepuasan nasabah berkaitan dengan loyalitas pelanggan. Berdasarkan sejumlah pandangan diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa kemampuan bank dalam mengarahkan para karyawannya untuk melayani nasabah dengan baik, serta kemampuan bank itu sendiri dalam mempromosikan produk jasa mereka kepada para nasabahnya, akan mempengaruhi loyalitas seorang nasabah terhadap suatu bank. Dengan kata lain, interaksi yang terjadi antara perusahaan, karyawan, dan para nasabahnya, dapat menjadi tolok ukur dan dasar penilaian tentang tingkat loyalitas nasabah yang dipengaruhi oleh interaksi antar 3 pihak tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Apakah internal marketing, external marketing, dan interactive marketing berpengaruh, baik secara simultan dan parsial terhadap loyalitas Nasabah Mandiri Prioritas? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh segitiga pemasaran jasa (internal marketing, external marketing, interactive marketing) dari PT Bank Mandiri Tbk terhadap loyalitas nasabah Mandiri Prioritas. 1.4 Manfaat Penelitian 9
  • 10. Bagi Perusahaan - Meningkatkan loyalitas Nasabah Mandiri Prioritas - Mengetahui kekurangan segitiga pemasaran jasa yang terdapat dalam Program Mandiri Prioritas Bagi Akademisi Hasil penelitian yang akan diperoleh dari tesis ini, diharapkan dapat menjadi referensi dan sejumlah kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini mampu disempurnakan dalam penelitian selanjutnya. 10
  • 11. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Jasa Pengertian jasa (Kotler, 1997) seperti yang dikutip oleh Yazid (1999:1), merupakan setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Lebih lanjut, Kotler menambahkan bahwa layanan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang tidak berwujud, dimana sebuah kelompok bisa menawarkannya kepada kelompok lain dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, et al, 2005:139). Menurut Adrian Payne, pengertian jasa merupakan suatu kegiatan yang mempunyai beberapa unsur ketidakberwujudan (intangible) yang berhubungan dengannya, yang melibatkan beberapa interkasi dengan konsumen atau properti dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan (2001:8). Pendapat lain mengenai jasa adalah suatu proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan (Cristian Gronross, 1999:27). Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diketahui bahwa jasa merupakan satu hal yang memiliki karakteristik unik, yang membedakannya 11
  • 12. dari barang atau produk-produk manufaktur. Terdapat empat karakteristik yang paling sering dijumpai dalam jasa dan pembeda dari barang pada umumnya. Empat karakteristik tersebut adalah sebagai berikut (Payne, 2001:9) : 1. Tidak berwujud Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud, berarti jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, dicicipi, atau disentuh seperti yang dapat dirasakan dari suatu barang. 2. Heterogenitas Jasa merupakan variabel non-standar dan sangat bervariasi. Artinya, karena jasa itu merupakan suatu unjuk kerja, maka tidak ada hasil jasa yang sama walaupun dikerjakan oleh satu orang. Hal ini dikarenakan oleh interaksi manusia (karyawan dan konsumen) dengan segala perbedaan harapan dan persepsi yang menyertai interaksi tersebut. 3. Tidak dapat dipisahkan Jasa umumnya dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan, dengan partisipasi konsumen dalam proses tersebut. Berarti, konsumen harus berada di tempat jasa yang diminta, sehingga konsumen melihat bahkan ikut ambil bagian dalam proses produksi tersebut. 4. Tidak tahan lama 12
  • 13. Jasa tidak mungkin disimpan dalam persediaan. Artinya, jasa tidak bisa disimpan, dijual kembali kepada orang lain, atau dikembalikan kepada produsen jasa dimana ia membeli jasa. Jasa menjadi suatu hal yang sangat unik bagi setiap perusahaan, terutama bagi perusahaan yang bergerak pada bidang perbankan. Keunikan ini menjadi suatu tantangan. Tantangan ini berkaitan dengan pemahaman mengenai kebutuhan serta keinginan konsumen terhadap jasa yang ditawarkan, menawarkan jasa yang tidak nyata menjadi nyata, serta pemenuhan janji kepada pelanggan (Diah Natalisa, 2005:2). Perbedaan jasa dengan barang berwujud adalah sebagai berikut (Zeithaml dan Bitner, 1996:18-19) : Tabel 2.1 Perbedaan Barang Jadi dan Jasa Sumber: Valarie A. Zeithmal & Mary Jo Bitner. “Service Marketing” (1996:18-19). Barang berwujud Jasa Implikasi Tangible Intangible Jasa tidak bisa disimpan. Jasa tidak bisa dipatenkan. Jasa tidak bisa dipajang ataupun dikomunikasikan. Sulit dalam menentukan harga. Terstandarisasi Heterogen Layanan jasa dan kepuasan konsumen didasarkan pada pelayanan oleh karyawan. Kualitas jasa didasarkan pada sejumlah faktor yang tidak bisa dikendalikan. Merupakan suatu pengetahuan bahwa pelayanan jasa harus sesuai dengan yang direncanakan dan dipromosikan. Proses produksi terpisah dari konsumsi Produksi dan konsumsi dilakukan secara simultan Partisipasi konsumen diperlukan dan memberi dampak terhadap transaksi. Konsumen saling mempengaruhi. Karyawan memberi dampak implementasi layanan jasa. Desentralisasi bisa menjadi hal penting dan utama. Produksi massal akan sulit. Berwujud Tidak berwujud Sulit untuk menyesuaikan permintaan dan penawaran dengan jasa. Jasa tidak bisa dikembalikan atau dijual kembali. 13
  • 14. Dikutip dari: Diah Natalisa. (2005:3). 2.1.2 Segitiga Marketing Jasa Penilaian mengenai kinerja suatu barang berwujud dapat dinilai berdasarkan nilai manfaat yang dirasakan oleh seorang konsumen. Prinsip tersebut termasuk dalam metode traditional marketing. Berbeda dengan barang berwujud, jasa tidak bisa dinilai hanya sebatas metode tersebut, tetapi jasa memerlukan penilaian yang melibatkan perusahaan serta pelanggan itu sendiri. Menurut Groonroos, dalam Kotler (1994), di dalam pemasaran jasa terdapat tiga jenis pemasaran yang dibutuhkan (Natalisa, 2005:3). Tiga jenis pemasaran digambarkan dalam Segitiga Marketing Jasa. Gambar 2.1 Segitiga Marketing Jasa 1. Internal Marketing Pemasaran internal artinya menerapkan teori dan praktek pemasaran terhadap orang yang melayani pelanggan (staff), agar mereka dapat bekerja dengan baik (Gummeson, 2000). Lebih lanjut, karyawan harus mengetahui bagaimana cara melakukan komunikasi yang dapat diterima oleh pelanggan serta menyampaikan produk yang ditawarkan 14
  • 15. oleh perusahaan. Kemampuan ini dapat terbentuk dengan optimal apabila dilakukan pelatihan dan pengembangan bagi keterampilan untuk memberikan pelayanan jasa yang sesuai dengan harapan konsumen. Dengan kata lain, hubungan yang baik tidak hanya dibentuk oleh perusahaan terhadap pelanggan mereka, tetapi juga terhadap para karyawan yang berinteraksi langsung dengan pelanggan. Konsep pemasaran secara internal berawal dari bidang jasa yang awalnya berkonsentrasi pada cara agar setiap orang yang terlibat dalam proses menyampaikan layanan, dapat terus meningkatkan kualitas interaksi dan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan (Gummeson, 2000:27). Lebih lanjut, Gummeson berpendapat (2000) : “kemampuan karyawan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan eksternal dipengaruhi kemampuan perusahaan untuk memuaskan pelanggan internal. Hanya jika hubungan dengan konsumen internal berjalan baik, maka pelanggan internal dapat meningkatkan kualitas, lalu menimbulkan kepuasan atau bahkan lebih dari itu menarik konsumen internal.” Bagi beberapa penulis, internal marketing disepakati sebagai salah satu cara dalam pemasaran jasa yang harus mampu membuat suatu peningkatan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dalam konteks kualitas jasa melalui observasi dan pengendalian hasil jasa yang dilaksanakan oleh para karyawan (Gummersson, 1987; Groonroos, 1985). 2. External Marketing Pemasaran eksternal merupakan suatu cara yang digunakan perusahaan dalam membuat berbagai janji yang ditujukan kepada para 15
  • 16. pelanggan (Groonroos & Kotler). Berbagai bentuk janji yang ditawarkan oleh perusahaan, disampaikan dalam beberapa cara, yaitu sebagai berikut : a. Advertising b. Sales promotion c. Public relations d. Direct marketing Yang dimaksud dengan external marketing adalah bagaimana perusahaan menetapkan harga, distribusi, dan mempromosikan jasa kepada pelanggan (Natalisa, 2005:4). Dalam pemasaran eksternal (All Out Digital, 2012), perusahaan berinteraksi langsung dengan pengguna jasa (pelanggan). Mereka mencoba untuk mengerti apa saja yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Di dalam pemasaran eksternal, perusahaan menentukan berbagai kebijakan pemasaran dan membangun kesadaran produk, serta mendesain strategi dan teknik pemasaran agar pelanggan bersedia untuk menggunakan jasa yang mereka tawarkan. Lebih lanjut, hubungan pemasaran eksternal menuntut perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan konsumen, sehingga mereka mengetahui apa yang menjadi kebutuhan serta keinginan konsumen. Upaya ini didukung dengan adanya pembentukan suatu kelompok konsumen yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang serupa. 16
  • 17. Komunikasi yang terdapat di dalam pemasaran eksternal ini dapat menarik perhatian pasar. 3. Interactive Marketing Menurut Rahul Kaurav (2012), pemasaran interaktif didefinisikan dalam dua hal, yaitu : a. Moment of truth Biasanya didefinisikan sebagai suatu pendalaman mengenai pelanggan dan organisasi yang menghasilkan suatu komunikasi satu dengan yang lainnya, dan memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk membentuk ataupun mengubah citra perusahaan (Management Study Guide). b. Service Encounter Didefinisikan sebagai suatu periode waktu, dimana pelanggan berinteraksi dengan suatu layanan jasa (Shostack, 1985). Pengertian lain mengenai service encounter adalah suatu interaksi transaksional, dimana seseorang (agen, frontliner) mendukung suatu jasa atau barang berwujud (tiket pesawat, asuransi, suatu produk nyata) dengan orang lainnya (Wiki, 2013). Interactive marketing ini merujuk kepada saat yang menentukan interkasi yang terjadi antara karyawan bagian depan (front liner) dan pelanggan. Tahap interaktif ini sangatlah penting, karena apabila karyawan tidak mantap pada tahap ini, maka seluruh usaha, yang 17
  • 18. sebelumnya telah dirancang untuk membangun hubungan baik dengan pelanggan, akan sia-sia (Kaurev, 2012). Pemasaran interaktif (Genroe, 2013) adalah proses pemasaran tatap muka, yang menghasilkan aksi dan reaksi berdasarkan tindakan dari pelanggan dan karyawan. Tindakan aksi reaksi ini mengindikasikan bahwa pemasaran secara tatap muka lebih efektif dibandingkan pemasaran langsung biasa. Pemasaran interaktif ini cenderung diterapkan pada perusahaan- perusahaan jasa, seperti perbankan, terhadap nasabah baik secara individual maupun perusahaan. Terdapat tiga jenis konsumen yang dilayani oleh perusahaan jasa, yaitu : a. Business-to-business dan business-to-consumer b. High transaction dan low transaction business c. pre-sale prospect management dan post-sale customer management 2.1.3 Loyalitas Nasabah (Customer Loyalty Definition) Terdapat 3 sudut pandang mengenai loyalitas (Hasan, 2008:81). 3 definisi tersebut adalah sebagai berikut : a. Sebagai konsep generic, loyalitas merek menunjukkan kecenderungan konsumen untuk membeli sebuah merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi. b. Sebagai konsep perilaku, pembelian ulang kerap kali dihubungkan 18
  • 19. dengan loyalitas merek (brand loyalty). Perbedaannya, bila loyalitas merek memberikan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, perilaku pembelian ulang menyangkut pembelian merek yang sama secara berulang kali. c. Pembelian ulang merupakan hasil dominasi : i. Berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya alternatif yang tersedia. ii. Terus-menerus melakukan promosi untuk memikat dan membujuk pelanggan membeli merek yang sama. Loyalitas pelanggan merupakan salah satu tujuan perusahaan dalam menjalankan pemasaran modern. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas, diharapkan perusahaan akan mendapatkan keuntungan jangka panjang atas hubungan mutualisme yang terjalin dalam kurun waktu tertentu (Marketing Management, 2009). Loyalitas pelanggan adalah kelekatan pelanggan terhadap suatu merek, toko, pabrikan, pemberi jasa, atau entitas lain berdasarkan sikap menguntungkan dan tanggapan yang baik, seperti pembelian ulang (Amin W. Tunggal, 2008:6). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada unsur perilaku dan sikap dalam loyalitas pelanggan. Menurut Gremler dan Brown, definisi loyalitas pelanggan adalah pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan jasa, misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli. Definisi loyalitas menurut Andreassen (dalam Ariyani, 2008) merupakan 19
  • 20. perilaku yang terkait dengan sebuah produk, termasuk kemungkinan memperbaharui kontrak merek di masa yang akan datang, berapa kemungkinan pelanggan mengubah dukungannya terhadap merek, berapa keinginan pelanggan untuk meningkatkan citra positif suatu produk. Jika produk tidak mampu memuaskan pelanggan, pelanggan akan bereaksi dengan cara exit (pelanggan menyatakan berhenti membeli merek atau produk) dan voice (pelanggan menyatakan ketidakpuasan langsung pada perusahaan). Peter & Olson menjelaskan bahwa terdapat dua pendekatan untuk mempelajari loyalitas merek : 1. Instrumental conditioning Pendekatan perilaku yang menekankan bahwa loyalitas dibentuk oleh perilaku, pendekatan ini menyatakan perilaku pembelian berulang adalah loyalitas. Pengukuran bahwa seorang konsumen loyal atau tidak dilihat dari frekuensi dan konsistensi perilaku pembelian terhadap sebuah merek. 2. Teori kognitif (Jacoby) Memandang bahwa loyalitas merek merupakan fungsi dari proses psikologi (decision making). Loyalitas lebih ditekankan sebagai komitmen terhadap suatu merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan dari perilaku pembelian terus-menerus. Dalam penilaian loyalitas merek, terdapat beberapa indikator loyalitas pelanggan terhadap suatu merek. Adapun tingkatan loyalitas merek menurut Aaker (1991:40) adalah sebagai berikut: 20
  • 21. Gambar 2.2 Tingkatan Loyalitas Merek Menurut Aaker 1. Berpindah-pindah (Brand switchers) Pelanggan pada posisi ini dikatakan pelanggan yang berada pada posisi paling dasar. Semakin tinggi frekuensi seorang pelanggan untuk berpindah dari satu merek ke merek lain, maka mereka disebut sebagai pelanggan yang sama sekali tidak loyal dengan merek tersebut. Pada tahap ini, semua merek dianggap memadai serta memiliki peranan yang kecil terhadpa keputusan pembelian. 2. Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual buyer) Dapat dikategorikan sebagai pelanggan yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi dan tidak ada alasan untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan tersebut melibatkan usaha, biaya maupun berbagai pengorbanan lain. Pelanggan dalam membeli suatu merek didasarkan pada kebiasaan mereka. 21
  • 22. 3. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied buyer) Pelanggan masuk dalam kategori puas bila mengkonsumsi suatu merek tertentu, meskipun kemungkinan mereka beralih dari merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang merupakan konsekuensi ketika beralih ke suatu merek. Untuk dapat menarik minat para pelanggan dalam tingkat ini, pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pelanggan, dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasi (switching cost loyal). 4. Menyukai merek (Likes the brand) Pelanggan sungguh-sungguh menyukai suatu merek. Pada tingkatan ini, ditemukan perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pada pelanggan bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya, baik yang dialami pribadi atau kerabat, atau dapat juga disebabkan oleh kesan kualitas yang tinggi. Meski demikian, suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan dalam suatu yang spesifik. 5. Pembeli yang komit (Commited buyer) Merupakan tingkatan tertinggi pada piramida loyalitas merek. 22
  • 23. Pelanggan merupakan pelanggan yang setia dan memiliki kebanggaan sebagai pengguna suatu produk merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya. Salah satu aktualisasi loyalitas pelanggan ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. Loyalitas merek dapat menjadi aset yang sangat strategis bagi perusahaan. Beberapa nilai stratejik dari loyalitas merek yang dapat diberikan kepada perusahaan (Aaker, 1991:47-49) antara lain : 1. Reduce marketing cost Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya lebih murah. 2. Trade leverage Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelian didasarkan pada kebiasaan pelanggan selam ini. 3. Attractive new customer Banyaknya pelanggan yang merasa puas dengan suatu merek tertentu akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan 23
  • 24. baru, terutama jika pelanggan mereka mengandung resiko yang tinggi. 4. Provide time to respond to competitive threats Loyalitas merek pelanggan akan memberikan waktu bagi perusahaan produsen untuk merespon gerakan pesaing. Jika pesaing mengembangkan produk unggulan, pelanggan yang loyal akan memberikan waktu dan kesempatan kepada perusahaan produsen merek untuk mengembangkan atau memperbaharui produknya dengan cara menyesuakannya atau merealisasikannya. 2.1.4 Mandiri Prioritas Mandiri Prioritas merupakan layanan eksklusif dari Bank Mandiri, khusus bagi Nasabah Bank Mandiri yang memiliki saldo tabungan minimal Rp 500.000.000. Dalam program khusus ini, Bank Mandiri menyediakan sejumlah produk unggulan. Mulai dari deposito, giro dalam bentuk valas/rupiah, serta penyediaan fasilitas Safe Deposit Box (SDB) yang dapat digunakan oleh nasabah Mandiri Prioritas secara cuma-cuma (Media Indonesia, 2009). Proses pelayanan dalam Mandiri Prioritas ini dilakukan oleh para karyawan yang profesional dan terpilih untuk membahas dan melaksanakan berbagai aktifitas finansial, administrasi, serta investasi. Pelayanan ini tidak hanya dilakukan tatap-muka saja, tetapi juga dapat dilakukan melalui media telepon (Media Indonesia, 2009). 24
  • 25. Melalui Program Mandiri Prioritas, nasabah yang terdaftar dalam program ini akan mendapatkan sejumlah hak istimewa, mulai dari penggunaan fasilitas ruang tunggu di bandara terpilih, hingga acara- acara bertema khusus (Media Indonesia). 2.2 Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini, tidak hanya aspek-aspek teoritis yang menjadi dasar pemikirannya, tetapi juga didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya : Tabel 2.2 PENELITIAN TERDAHULU Nama Judul Metode Hasil Hais Dama (2010) Pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah pada Bank Mandiri Cabang Gorontalo Analisis Jalur (Path Analysis) dan Successive Interval Method (SIM) Terdapat pengaruh yang signifikan (nyata) secara bersama-sama dan secara parsial kualitas pelayanan (tangible, empathy, reliability, responsiveness, assurance) terhadap loyalitas Nasabah Bank Mandiri Andi Lesmana Analisis kepuasan nasabah terhadap pelayanan Bank Mandiri (Persero) Tbk di bagian retail & consumer risk group Metode Important Performance Analysis dan Metode Diagram Kartesius Tingkat kualitas pelayanan yang diberikan petugas bank masih belum memenuhi tingkat kepuasan nasabah 25
  • 26. secara menyeluruh Rachmat Hidayad (2009) Pengaruh kualitas layanan, kualitas produk dan nilai nasabah terhadap kepuasan dan loyalitas Nasabah Bank Mandiri Model SEM (Structural Equation Modeling) Kualitas layanan dan kualitas produk berpengaruh negatif dan nonsignifikan terhadap loyalitas nasabah Ferlina Ariyani (2008) Membangun loyalitas nasabah melalui peningkatan kualitas pelayanan dan keunggulan produk Uji Normalitas dan Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Kualitas layanan dan keunggulan produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas nasabah Sumber : Diolah Dari Berbagai Sumber 2.3 Kerangka Konseptual Gambar 2.3 Kerangka 26 Internal Marketing (X1) External Marketing (X2) Interactive Marketing (X3) Loyalitas Nasabah (Y) Segitiga Marketing Jasa (X)
  • 27. Konseptual BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan tipe desain kausal, yaitu untuk mengidentifikasi hubungan sebab dan akibat antar variabel dan peneliti mencari tipe sesungguhnya dari fakta untuk membantu memahami dan memprediksi hubungan (Zikmund dalam Ferdinand A. T., 1999:72). Permasalahan yang diamati dalam penelitian ini merupakan permasalahan yang pernah diamati oleh peneliti terdahulu, yang memerlukan fakta dan teori pendukung baru. 27
  • 28. Penelitian terdahulu membantu dalam hal perumusan masalah dan mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini, kemudian tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu dirumuskan untuk menjelaskan analisa permasalahan, mengenal dasar-dasar teori serta hasil dari penelitian terdahulu. Kemudian dilakukan pengembangan model penelitian yang bertujuan untuk mengerti dan memahami dasar pemikiran yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang ada di dalam penelitian ini. Pembentukan model pemikiran penelitian bertujuan agar diketahui hubungan sebab dan akibat yang terdapat dalam setiap variabel yang diteliti dan selanjutnya merumuskan implikasi manajerial yang sesuai dengan variabel-variabel penelitian (Antari Setiyawati, 2009:48). 3.2 Identifikasi, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini, maka dikembangkan indikator yang merupakan penjabaran dan pengukuran variabel dan indikatornya sebagai berikut : 3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel Bebas (X) Menurut Sugiono (dalam Andriani:2012), variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab timbulnya variabel terikat (dependen; Y). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah segitiga marketing, yang terdiri dari internal marketing, external marketing, dan interactive marketing. 28
  • 29. Variabel Terikat (Y) Menurut Sugiono (dalam Andriana:2012), variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, dimana variabel ini dipengaruhi atau menjadi suatu akibat dari variabel bebas (X). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah loyalitas Nasabah Mandiri Prioritas di Palembang. 3.2.2 Definisi Operasional Variabel 1. Internal Marketing (X1) Menunjukkan bagaimana cara perusahaan memberikan pengarahan serta mengedukasi para karyawannya, terutama karyawan garis depan dalam menerapkan konsep layanan jasa. Indikatornya adalah sebagai berikut : - Pencapaian target - Inisiatif dan kreativitas - Kompensasi - Promosi jabatan 2. External Marketing (X2) Menunjukkan kebijakan Bank Mandiri dalam menerapkan distribusi, harga, dan promosi produk (barang dan jasa). 3. Interactive Marketing (X3) Menunjukkan kemampuan para karyawan garis depan Mandiri Prioritas, dalam mengimplementasikan SOP yang diperoleh menjadi suatu realisasi optimal. 29
  • 30. 4. Loyalitas Nasabah (Y) Mengukur tingkat kesetiaan Nasabah Prioritas Bank Mandiri Palembang, dengan tetap memilih Bank Mandiri sebagai bank kepercayaan dalam menyimpan uang dan berinvestasi untuk jangka panjang. 3.2.3 Skala Pengukuran Sejumlah variabel diatas diukur menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat dari konstruk yang diukur (Puspowarsito, 2008:70). Tabel 3.1 Variabel, Dimensi, Indikator, dan Skala Pengukuran Variabel 30
  • 31. 3.3 Populasi, Sampel dan Teknik/Metode Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1996:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Nasabah Prioritas Bank Mandiri Cabang Palembang, dengan jumlah 1.143 orang. VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA Internal Marketing (X1) - Motivasi kerja - Pencapaian target - Inisiatif dan kreativitas - Kompensasi - Promosi jabatan Skala Ordinal - Komunikasi - Briefing kepada para karyawan - Pemaparan kejelasan tugas - Tingkat interaksi antar kelompok External Marketing (X2) - Promosi penjualan - Penawaran khusus dalam jangka waktu tertentu - Penawaran produk perbankan Prioritas yang baru - Penawaran fasilitas khusus Nasabah Prioritas Skala Ordinal - Pemasaran langsung - Jenis media pemasaran yang digunakan - Respon nasabah (umpan balik) Interactive Marketing (X3) - Edukasi pelanggan - Bentuk komunikasi dengan pelanggan - Talkshow dan gathering Skala Ordinal- Pelayanan tatap muka - Bentuk layanan lini depan - Tata ruang Mandiri Prioritas - Keramah-tamahan dan kerapian para karyawan lini depan Loyalitas Nasabah (Y) - Partnership - Kesediaan nasabah untuk memilih lebih dari 2 produk Mandiri Prioritas - Komitmen nasabah untuk bertransaksi secara rutin Skala Ordinal - Ownership - Merekomendasikan jasa Mandiri Prioritas kepada orang lain - Kesediaan untuk mengikuti perkembangan Mandiri Prioritas 31
  • 32. 3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi (Singarimbun, 1991; Sugiyono 1999). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel tidak acak (non-probability sampling), dimana anggota populasi tidak diberi peluang yang dapat dihitung untuk dipilih menjadi anggota sampel (Warsito dalam Antari, 2009). Dalam non-probability sampling, dipilih metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ferdinand, 2006). Untuk menentukan jumlah sampel dari penelitian ini, digunakan rumus sebagai berikut (Rao, 1996) : n = N sj 1 + N (moe)2 dimana : N = jumlah populasi n = jumlah sampel diambil moe = margin of error maximum yang masih dapat ditoleransi sebesar 10% n = 1.143 sj 1 + 1.143 (0,1)2 n = 91,95 ~ 100 32
  • 33. Berdasarkan perhitungan diatas, maka sampel yang diambil adalah 100 orang Nasabah Mandiri Prioritas Palembang yang telah terdaftar dalam Program Mandiri Prioritas selama lebih dari 5 tahun, dan 15 orang Karyawan Mandiri Prioritas sebagai sampel homogen. 3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Serta Uji Instrumen 3.4.1 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu Nasabah Mandiri Prioritas. Jadi, data yang diperoleh dalam data primer ini adalah tanggapan dan jawaban atas pertanyaan dan pernyataan yang ada dalam kuisioner. 2. Data sekunder Merupakan data yang diperoleh dari objek penelitian yang sudah dalam keadaan siap untuk dianalisa. Data sekunder ini berasal dari laporan milik Bank Mandiri Prioritas Palembang, yang berkaitan dengan penelitian ini. 3.4.2 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kuisioner Merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden (Setyawati, 2009). Penggunaan kuisioner sebagai 33
  • 34. instrumen penelitian harus memenuhi dua kriteria, yaitu valid dan reliabel (Puspowarsito, 2008). Proses pengukuran dari teknik pengumpulan data ini menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat konstruk yang diukur (Puspowarsito, 2008). Pernyataan dari setiap indikator variabel akan diukur dalam 5 skala poin, yaitu: Sangat Setuju (5) Setuju (4) Ragu-Ragu (3) Tidak Setuju (2) Sangat Tidak Setuju (1) 2. Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) kepada responden. Dalam wawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden (Soeratno, 1993:92). Wawancara dilakukan antara peneliti dengan para karyawan Bank Mandiri Prioritas, dengan sejumlah pertanyaan terstruktur. Dalam pertanyaan terstruktur, sejumlah hal yang ditanyakan kepada para karyawan Bank Mandiri Prioritas Palembang adalah tentang SOP yang digunakan, sejumlah pelatihan yang diikuti, serta bentuk motivasi yang diberikan perusahaan kepada para 34
  • 35. karyawan Bank Mandiri Prioritas. 3.4.3 Uji Instrumen 1. Uji validitas Merupakan suatu pengujian yang mengukur ketepatan atau kecermatan suatu instrumen data yang digunakan dalam penelitian. Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan valid, apabila dapat mengukur konstruk sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti (Nurlis, 2013). Untuk mengukur validitas, digunakan uji validitas eksternal, dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2010): dimana rxy = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel ∑x= Skor butir ∑y= Skor total ∑xy= perkalian Skor butir dengan Skor total 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menurut Sugiono (2005), adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi 35
  • 36. bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Alat ukur koefisien reliabilitas (α) yang mendekati angka satu, menunjukkan kehandalan yang semakin tinggi. Bila koefisien alpha (α) lebih besar dari 0.6, maka alat ukur tersebut dianggap handal atau terdapat internal consistency reliability, dan sebaliknya, bila alpha kurang dari 0.6, maka alat ukur tersebut dianggap kurang handal atau terdapat internal incosistency reliability. Terdapat indeks reliabilitas dalam menentukan tingkat kemampuan alat ukur. Indeks reliabilitas tersebut adalah sebagai berikut (Arikunto, 1993) : Tabel 3.2 Indeks Reliabilitas dan Interpretasinya 36
  • 37. 3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Teknik/Metode Analisis Kuantitatif. Paradigma yang terdapat didalam teknik analisis kuantitatif ini lebih menekankan kepada pengukuran variabel penelitian dalam bentuk angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Puspowarsito, 2008:15). 3.5.1 Analisis Regresi Berganda Dari teknik analisis kuantitatif, ditentukan bahwa teknik analisis regresi berganda akan digunakan untuk menjelaskan pengaruh dari dua atau lebih variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (Puspowarsito, 2008:165). Analisis regresi berganda Dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisa pengaruh Teori dari Segitiga Pemasaran Jasa (Internal Marketing, External Marketing, dan Interactive Marketing) terhadap loyalitas Nasabah Prioritas Bank Mandiri Cabang Palembang. Model persamaannya adalah sebagai berikut : Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Dimana : Y adalah loyalitas Nasabah Prioritas X1 adalah internal marketing X2 adalah external marketing X3 adalah interactive marketing β0, β1,β2, β3, adalah koefisien regresi e adalah gallat atau error Persamaan regresi diatas disebut juga sebagai koefisien regresi berganda. Nilai-nilai dari koefisien regresi berganda diatas dihitung menggunakan Metode OLS (Ordinary Least Square). Proses perhitungan menggunakan 37
  • 38. Metode OLS ini menggunakan Program SPSS (Puspowarsito, 2008:167). Proses perhitungan dari persamaan regresi berganda diatas harus dihitung dengan bantuan Program IBM SPSS Statistic 17, dimana aplikasi ini akan memberikan hasil perhitungan dalam bentuk angka dan grafik statistik. 3.5.2 Uji F dan Uji t Adalah cara yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen, dan uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap variabel dependen (Cokorda Putra, 2011:56). 3.5.2.1 Uji F Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama (Cokorda Putra, 2011:122). Pengujian F ini dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan F kritis dengan F tabel. Jika F kritis > F tabel, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen secara serempak (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen (Cokorda Putra, 2011:56). 3.5.2.2 Uji t Uji t adalah pengujian secara individual semua koefisien regresi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari 38
  • 39. masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Cokorda Putra, 2011:122). Pengujian t ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik dengan titik kritis menurut tabel. Jika nilai t hitung > t tabel, maka kesimpulan yang dapat dihasilkan adalah bahwa variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen (Cokorda Putra, 2011:56). 39
  • 40. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum PT Bank Mandiri Tbk dan Program Mandiri Prioritas PT Bank Mandiri (Persero) Tbk merupakan bank terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan deposito. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998, dimana bank ini merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia (Wikipedia, 2014). Bank Mandiri adalah badan usaha milik pemerintah Indonesia (BUMN) yang merupakan hasil merger dari sejumlah bank milik pemerintah Indonesia. Empat bank milik pemerintah Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri adalah Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Import Indonesia (Bank Exim), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Setelah proses merger, Bank Mandiri memulai proses konsolidasi, termasuk proses pengurangan jumlah cabang dan pegawainya. Selanjutnya, Bank Mandiri melakukan launching produk perbankan perdana melalui promosi 40
  • 41. iklan. Salah satu pencapaian penting oleh Bank Mandiri adalah penggantian platform teknologi secara menyeluruh. Bank Mandiri mewarisi 9 (sembilan) dari keempat “legacy banks”. Proses penggantian platform tersebut dilakukan setelah pelaksanaan investasi awal pada konsolidasi pada sistem yang berbeda tersebut, dan proses penggantian ini berlangsung selama 3 (tiga) tahun. Tujuan dari penggantian teknologi tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan penetrasi Bank Mandiri kedalam segmen “retail banking”. Nasabah Bank Mandiri yang terdiri dari beberapa segmen, merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. Salah satu segmen nasabah Mandiri adalah berasal dari sektor usaha, dengan bidang usaha yang beragam. Sebagai bagian dari upaya penerapan “pridential banking” dan “best-practices risk management”. Bank Mandiri telah melakukan banyak perubahan, yang salah satunya adalah melakukan persetujuan kredit dan pengawasan yang dilaksanakan dengan “four eye principles”, dimana kegiatan persetujuan kredit ini dipisahkan dari kegiatan pemasaran dan unit bisnis. Sebagai bagian dari diversifikasi resiko dan pendapatan, Bank Mandiri berhasil mencetak kemajuan yang signifikan dalam melayani Usaha Kecil Menengah (UKM) dan bisnis ritel. Pada akhir 1999, porsi kredit kepada nasabah “corporate” masih sebesar 67% dari total kredit, sementara per 31 Desember 2009, porsi kredit untuk nasabah UKM dan mikro telah mencapai 42,22%, dan porsi kredit untuk nasabah consumer sebesar 13,92%, sedangkan porsi kredit untuk nasabah “corporate” meningkat menjadi 43,66% dari total kredit. Dari sisi retail financing, Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih 41
  • 42. posisi 1 atau 2 dalam pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan persaingan di bisnis kredit perumahan, personal loan, dan kartu kredit, serta menjadi salah satu pemain utama di micro banking. Ketiga area bisnis tersebut didukung oleh penguatan organisasi dan infrastruktur (cabang, IT, operator, dan manajemen resiko) sebagai solusi dalam memberikan layanan terpadu. Selain itu, Bank Mandiri juga memiliki sumber daya manusai (SDM) yang handal, teknologi yang mutakhir, serta penerapan manajemen resiko dalam menjalankan bisnis secara cermat dan penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang telah teruji. Dengan aset yang terus bertumbuh hingga menembus angka Rp 319 triliun, dengan jumlah karyawan lebih dari 21.000 orang, yang tersebar di 1000 cabang di Indonesia dan sejumlah kantor perwakilan Bank Mandiri di luar negeri. Penguatan dari aspek-aspek tersebut bertujuan untuk memberikan layanan prima kepada nasabah dan memberikan solusi keuangan yang sangat luas dalam produk investasi dan syariah, serta bancassurance yang tidak hanya ditujukan untuk nasabah individual, tetapi juga ditujukan untuk nasabah korporat, komersial, bisnis mikro dan small business. Usaha dan tekad tersebut diakui dan dihargai sebagai peringkat pertama dalam Banking Service Excellence Award pada tahun 2007 versi Majalah Infobank. Dengan selalu fokus kepada setiap nasabahnya, Bank Mandiri selalu berusaha untuk memenuhi setiap kebutuhan nasabahnya, salah satunya dengan membentuk Program Mandiri Prioritas yang diluncurkan pada tahun 2002. Syarat menjadi Nasabah Prioritas adalah dengan memiliki saldo tabungan minimal lima ratus juta rupiah. Melalui program ini, nasabah tidak hanya mendapatkan pelayanan dan fasilitas terbaik, tetapi juga mendapatkan perhatian 42
  • 43. terhadap pertumbuhan finansial mereka. Para Priority Banking Officer (PBO) akan mendampingi setiap Nasabah Prioritas, mulai dari memaparkan produk- produk Mandiri Prioritas serta membantu memberikan solusi finansial setiap Nasabah Prioritasnya. Terdapat sejumlah keuntungan menjadi Nasabah Prioritas Mandiri, diantaranya adalah program edukasi dan apresiasi, dapat menggunakan safe deposit box (SDB) secara gratis, dan lain sebagainya. 4.2 Uji Instrumen 4.2.1 Hasil Uji Validitas Uji validitas adalah suatu pengujian yang mengukur ketepatan ketepatan atau kecermatan suatu instrumen data yang digunakan dalam penelitian. Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan valid, apabila dapat mengukur konstruk sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti (Nurlis, 2013). Uji validitas dilakukan dengan membandingkan antara nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom (df), yang diperoleh dari n-k, dimana n merupakan jumlah sampel penelitian dan k merupakan jumlah konstruk yang diukur (Cokorda Putra, 2011:63). Dalam penelitian ini, nilai degree of freedom (df) untuk menentukan r tabel, dengan jumlah responden sebanya 100 orang nasabah Prioritas Mandiri Palembang dan 15 orang karyawan Prioritas Palembang adalah 0,1848. Hasil uji validitas dari kuisioner yang disebarkan kepada sejumlah nasabah dan karyawan Prioritas Palembang dapat dilihat pada tabel 4.1. 43
  • 44. Tabel 4.1 Uji Validitas Instrumen 44
  • 45. Sumber: Data Olahan SPSS 2014 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan yang mewakili setiap variabel adalah valid, sehingga penelitian dapat dilanjutkan menggunakan sejumlah pertanyaan yang telah valid. 4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Item Corrected Item- Total Correlation R Kritik Product Moment Keterangan Variabel Internal Marketing (X1) P1.1 0.875 0.1848 Valid P1.2 0.860 Valid P1.3 0.934 Valid P1.4 0.780 Valid P1.5 0.736 Valid P1.6 0.860 Valid P1.7 0.860 Valid P1.8 0.835 Valid P1.9 0.899 Valid P1.10 0.899 Valid Variabel External Marketing (X2) P2.1 0.835 0.1848 Valid P2.2 0.835 Valid P2.3 0.875 Valid P2.4 0.860 Valid P2.5 0.835 Valid Variabel Interactive Marketing (X3) P3.1 0.611 0.1848 Valid P3.2 0.561 Valid P3.3 0.690 Valid P3.4 0.624 Valid P3.5 0.476 Valid P3.6 0.517 Valid P3.7 0.385 Valid P3.8 0.227 Valid Variabel Loyalitas Nasabah (Y) P1 0.525 0.1848 Valid P2 0.629 Valid P3 0.594 Valid P4 0.624 Valid P5 0.584 Valid P6 0.583 Valid 45
  • 46. Uji reliabilitas merupakan serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur tersebut itu dilakukan secara berulang (Sugiono, 2005). Dengan kata lain, uji reliabilitas ini adalah untuk mengukur sejauh mana ketepatan hasil yang diberikan oleh alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Metode pengukuran reliabilitas dan koefisien korelasi menggunakan Cronbach’s Alpha, seperti yang disajikan pada tabel 4.2 dibawah ini. Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Cronbach’s Alpha Variabel Internal Marketing (X1) 0.968 Variabel External Marketing (X2) 0.968 Variabel Interactive Marketing (X3) 0.808 Variabel Loyalitas Nasabah (Y) 0.840 Sumber: Data Olahan SPSS 2014 Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa seluruh nilai alpha Cronbach’s Alpha yang dimiliki setiap alat ukur lebih dari 0.60. Interpretasinya adalah seluruh alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat kehandalan yang sangat tinggi dan konsisten. 4.3 Profil/Gambaran Umum Responden Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah para nasabah 46
  • 47. Mandiri Prioritas yang berjumlah 100 orang, dan para karyawan Mandiri Prioritas yang berjumlah 15 orang. Sejumlah responden tersebut diperoleh dengan menggunakan metode non-probability sampling. Setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner sesuai dengan bagiannya, apakah mereka bagian dari nasabah ataupun karyawan Mandiri Prioritas. Total kuesioner yang disebar berjumlah 115 eksemplar. Dari total 115 responden, maka dapat diidentifikasikan karakteristik setiap responden sebagai berikut. 4.3.1 Responden Nasabah Mandiri Prioritas Total nasabah Mandiri Prioritas yang dipilih sebagai responden dalam penelitian ini adalah 100 orang, dengan latar belakang yang berbeda-beda. Berikut merupakan klasifikasi responden Nasabah Mandiri Prioritas Palembang. 4.3.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Tinjauan Nasabah Berdasarkan Jenis Kelamin 47
  • 48. No. Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-Laki 41 2 Perempuan 59 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat jumlah nasabah Mandiri Prioritas yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak, yang ditunjukkan dengan jumlah 59 orang, dibandingkan dengan nasabah Mandiri Prioritas yang berjenis kelamin laki-laki, yang ditunjukkan dengan jumlah 41 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah perempuan cenderung lebih tertarik untuk mengikuti setiap perkembangan yang dilakukan oleh Mandiri Prioritas. 4.3.1.2 Berdasarkan Usia Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan usia adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Tinjauan Nasabah Berdasarkan Usia No. Jenjang Usia Jumlah 1 17-25 tahun 10 2 26-35 tahun 23 3 36-45 tahun 27 4 >45 tahun 40 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan pengamatan pada tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa jumlah nasabah Mandiri Prioritas yang berusia diatas 45 tahun paling dominan dalam keanggotaan Mandiri prioritas, yaitu sebanyak 40 orang nasabah, sedangkan kelompok usia dominan yang kedua 48
  • 49. berada pada rentang usia 35-45 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa para nasabah yang berusia lebih dari 45 tahun memiliki kemantapan, baik dalam hal finansial yang menunjang untuk menjadi seorang anggota Mandiri Prioritas dan juga dalam hal kenyamanan yang diterima sebagai nasabah Mandiri Prioritas. 4.3.1.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Tinjauan Nasabah Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Jenjang Usia Jumlah 1 SD 0 2 SMP 3 3 SMA 35 4 S1 55 5 S2 6 6 S3 1 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan hasil dari tabel diatas, dapat dilihat jelas bahwa mayoritas nasabah Mandiri Prioritas berpendidikan strata 1, dengan diikuti pendidikan SMA sebagai dominan kedua. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah yang berpendidikan S1 lebih tertarik untuk menjadi nasabah Mandiri Prioritas, karena dalam Program Mandiri Prioritas tidak hanya menawarkan sejumlah kemudahan dalam transaksi perbankan menggunakan Mandiri, tetapi juga para nasabahnya diajak untuk mendapatkan pengetahuan seputar dunia keuangan, yang diberikan lewat kegiatan talkshow ataupun gathering 49
  • 50. Mandiri Prioritas. 4.3.1.4 Berdasarkan Pekerjaan Saat Ini Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan pekerjaan saat ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Tinjauan Nasabah Berdasarkan Pekerjaan Saat Ini No. Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Pelajar/Mahasiswa 5 2 BUMN/BUMD 16 3 PNS 22 4 Wiraswasta 43 5 Lainnya 14 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada tabel diatas, maka dapat terlihat bahwa nasabah yang berwiraswasta lebih banyak/dominan dalam keanggotaan Mandiri Prioritas. Hal ini mengindikasikan bahwa Mandiri Prioritas merupakan program yang cocok bagi setiap nasabah Bank Mandiri yang senang dengan dinamika dunia keuangan, yang salah satu contohnya adalah dengan penanaman investasi dalam berbagai bentuk yang ditawarkan kepada setiap nasabah Mandiri Prioritas. 4.3.1.5 Berdasarkan Penghasilan Tiap Bulan Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan penghasilan tiap bulan adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 50
  • 51. Tinjauan Nasabah Berdasarkan Penghasilan Tiap Bulan No. Penghasilan Tiap Bulan Jumlah 1 <Rp 3 juta 3 2 Rp 3 juta - Rp 5 juta 30 3 Rp 5 juta - Rp 10 juta 13 4 >Rp 10 juta 54 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan olahan data diatas, maka dapat dilihat bahwa nasabah yang berpenghasilan diatas Rp 10,000,000 lebih mendominasi dalam keanggotaan Mandiri Prioritas. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas nasabah Mandiri Prioritas cenderung memiliki kondisi finansial (tabungan) yang mapan, terlebih lagi bahwa syarat untuk menjadi bagian dari nasabah Mandiri Prioritas adalah dengan memiliki nominal tabungan minimal Rp 500,000,000.- 4.3.1.6 Berdasarkan Lama Keanggotaan Nasabah Mandiri Prioritas Gambaran karakteristik nasabah berdasarkan lama keanggotaan nasabah Mandiri Prioritas adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Tinjauan Nasabah Berdasarkan Lama Keanggotaan Nasabah Mandiri Prioritas No. Lama Keanggotaan Jumlah 1 1-3 tahun 2 2 3-5 tahun 28 3 >5 tahun 70 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa nasabah yang telah 51
  • 52. menjadi anggota Mandiri Prioritas selama lebih dari 5 tahun merupakan nasabah yang dominan diantara nasabah yang lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa para nasabah tersebut sudah nyaman dalam setiap kegiatan maupun produk jasa yang ditawarkan kepada mereka. Selain itu juga hal yang mengindikasikan bahwa mayoritas para nasabah yang telah menjadi bagian dari Mandiri Prioritas lebih dari 5 tahun adalah bahwa mereka cukup mengetahui apa saja yang diberikan dan berbagai kelebihan yang diberikan oleh Mandiri Prioritas kepada mereka. 4.3.2 Responden Karyawan Mandiri Prioritas Total karyawan Mandiri Prioritas yang dipilih sebagai responden dalam penelitian ini adalah 15 orang, dengan latar belakang yang berbeda-beda. Berikut merupakan klasifikasi responden karyawan Mandiri Prioritas Palembang. 4.3.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin Gambaran karakteristik karyawan berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut : Tabel 4.9 Tinjauan Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-Laki 4 52
  • 53. 2 Perempuan 11 Total 15 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa karyawan perempuan lebih mendominasi dalam memberikan pelayanan Mandiri Prioritas kepada setiap nasabahnya. Hal ini dapat terjadi karena karyawan perempuan, selain lebih cocok dalam pelayanan langsung (tatap muka) dengan nasabah, mereka juga dinilai lebih mampu mendengar setiap keluhan nasabah terkait masalah finansial dan program-program yang mereka ikuti. 4.3.1.2 Berdasarkan Usia Gambaran karakteristik karyawan berdasarkan usia adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 Tinjauan Karyawan Berdasarkan Usia No. Jenjang Usia Jumlah 1 17-25 tahun 6 2 26-30 tahun 4 3 36-45 tahun 4 4 >45 tahun 1 Total 15 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa karyawan dengan jenjang usia yang berkisar antara 17-25 tahun lebih banyak berperan 53
  • 54. dalam Mandiri Prioritas. Hal ini disebabkan selain karena jenjang usia tersebut merupakan jenjang usia yang produktif dan kreatif, juga dinilai mampu dalam menyesuaikan dengan kondisi yang dinamis, yang akan selalu mereka hadapi pada saat mereka berhadapan langsung dengan nasabah Prioritas. 4.3.1.3 Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 4.11 Tinjauan Karyawan Berdasarkan Pendidikan Terakhir No. Pendidikan Terakhir Jumlah 1 SD 0 2 SMP 0 3 SMA 3 4 D3 1 5 S1 11 6 S2 0 7 S3 0 Total 15 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas karyawan Mandiri Prioritas memiliki pendidikan S1. Hal ini mengindikasikan bahwa SDM yang dimiliki oleh Bank Mandiri merupakan SDM yang berkualitas, tidak hanya dari segi berperilaku, baik dalam kerja tim maupun dalam menghadapi nasabah, tetapi juga berkualitas dalam segi pendidikan. 4.3.1.4 Berdasarkan Posisi Jabatan Saat Ini Tabel 4.12 Tinjauan Karyawan Berdasarkan Posisi Jabatan Saat Ini No. Jabatan Saat Ini Jumlah 54
  • 55. 1 Priority Banking Manager 1 2 Priority Banking Officer 14 Total 15 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa outlet Mandiri Prioritas yang berlokasi di Jl. Kapt. A. Rivai dikepalai sedikitnya seorang manajer Mandiri Prioritas dengan minimal 14 karyawan yang bekerja disana. Hal ini mengindikasikan bahwa kerjasama dalam tim sangatlah diperlukan. 4.3.1.5 Berdasarkan Lama Bekerja Di Mandiri Prioritas Tabel 4.13 Tinjauan Karyawan Berdasarkan Lama Bekerja No. Lama Bekerja Jumlah 1 1-3 tahun 6 2 3-5 tahun 1 3 >5 tahun 8 Total 15 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa karyawan dengan masa kerja lebih dari 5 tahun lebih mendominasi dalam kinerja Mandiri Prioritas. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat turn-over pegawai dalam Mandiri Prioritas cenderung sedikit, sehingga mayoritas para karyawan tersebut bersedia untuk mengabdi kepada Bank Mandiri selama lebih dari 5 tahun. 55
  • 56. 4.3.1.6 Berdasarkan Status Perkawinan Tabel 4.14 Tinjauan Karyawan Berdasarkan Status Perkawinan No. Status Perkawinan Jumlah 1 Belum kawin 6 2 Kawin 9 3 Duda/Janda 0 4 Pisah 0 Total 15 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa karyawan yang sudah menikah lebih mendominasi, dibandingkan dengan yang belum menikah. Hal ini mengindikasikan bahwa kemapanan dalam berumah-tangga menjadi salah satu faktor sejumlah karyawan untuk bekerja di Bank Mandiri, khususnya Mandiri Prioritas 4.3.1.7 Berdasarkan Gaji Per Bulan Tabel 4.15 Tinjauan Karyawan Berdasarkan Gaji Per Bulan No. Gaji Per Bulan Jumlah 1 <Rp 1,5 juta 2 2 Rp 1,5-Rp 2,5 juta 1 3 Rp 2,5 juta-Rp 5 juta 8 4 Rp 5 juta-Rp 10 juta 2 5 >Rp 10 juta 2 Total 15 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa karyawan Mandiri Prioritas yang berpenghasilan Rp 2,500,000-Rp 5,000,000 lebih mendominasi. Hal ini mengindikasikan bahwa penghasilan dengan besaran yang ditetapkan oleh Bank Mandiri itu mampu 56
  • 57. membuat para karyawan bertahan dalam bekerja di Bank Mandiri. 4.4 Deskripsi Data 4.4.1 Analisis Internal Marketing (X1) dan Interactive Marketing (X2) Variabel bebas pertama dan kedua yang diteliti adalah mengenai internal marketing dan external marketing Mandiri Prioritas. Kedua variabel ini telah dijawab oleh 15 orang karyawan Bank Mandiri. Adapun jawaban-jawaban tersebut adalah sebagai berikut : a. Analisis Internal Marketing (X1) Hasil tanggapan yang diberikan oleh 15 orang karyawan Bank Mandiri adalah sebagai berikut : Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Internal Marketing No. Tingkat Persetujuan Frekuensi Persentase (%) 1. Sangat Setuju 92 61.34 2. Setuju 56 37.33 3. Ragu-Ragu 2 1.33 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Total 150 100 57
  • 58. Sumber: Data Olahan SPSS 2014 Berdasarkan tabel 4.16 diatas, dapat dilihat bahwa sangat setuju dengan setiap kegiatan yang dirancang oleh Bank Mandiri, dalam memotivasi para karyawannya untuk bekerja secara optimal, baik dalam hal menerapkan setiap standar operasional prosedur (SOP) maupun untuk berinteraksi yang benar dengan para nasabah Prioritasnya. Hal ini perlu dipertahankan oleh Bank Mandiri agar tingkat turn-over karyawan di dalam Bank Mandiri tidak tinggi, atau dengan kata lain, karyawan memiliki satu visi dan misi yang sejalan dengan Bank Mandiri. b. Analisis External Marketing (X2) Hasil tanggapan yang diberikan oleh 15 orang karyawan Bank Mandiri adalah sebagai berikut : Tabel 4.17 Tanggapan Responden Terhadap External Marketing 58
  • 59. Sumber: Data Olahan SPSS 2014 Berdasarkan tabel 4.17, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Mandiri Prioritas, mulai dari memperkenalkan sejumlah produk perbankan hingga penggunaan sarana elektronik sebagai media berkomunikasi dengan nasabah Prioritasnya, dilakukan secara detail dan optimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 64.34% responden yang No. Tingkat Persetujuan Frekuensi Persentase (%) 1. Sangat Setuju 49 65.34 2. Setuju 26 34.66 3. Ragu-Ragu 0 0 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Total 75 100 59
  • 60. sangat menyetujui pernyataan terkait pelayanan tersebut. Dengan kata lain, komunikasi dengan nasabah merupakan suatu hal mutlak, yang dapat menentukan apakah setiap program berjalan dengan baik ataupun sebaliknya, sehingga membantu perusahaan dalam mengambil keputusan untuk kemajuan Bank Mandiri. 4.4.2 Analisis Interactive Marketing (X3) dan Loyalitas Nasabah (Y) 1. Analisis Interactive Marketing (X3) Hasil tanggapan yang diberikan oleh 100 orang nasabah Mandiri Prioritas adalah sebagai berikut : Tabel 4.18 Tanggapan Responden Terhadap Interactive Marketing No. Tingkat Persetujuan Frekuensi Persentase (%) 1. Sangat Setuju 331 41.22 2. Setuju 404 50.31 3. Ragu-Ragu 60 7.47 4. Tidak Setuju 8 1.00 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Total 803 100 60
  • 61. Sumber: Data Olahan SPSS 2014 Berdasarkan tabel 4.18, maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 41.22% nasabah mengakui bahwa seluruh pelayanan yang diberikan oleh Mandiri Prioritas merupakan pelayanan yang baik, berkelas, dan optimal. Hal ini dibuktikan melalui beberapa penilaian, mulai dari tata ruang Mandiri Prioritas hingga edukasi pelanggan yang diberikan kepada setiap nasabah Prioritas. Dilain pihak, responden sebesar 1% tidak mengakui sejumlah pernyataan serupa. Hal ini dapat diakibatkan oleh kurangnya intensitas waktu nasabah tersebut untuk berinteraksi dengan karyawan dan juga nasabah lainnya. 2. Analisis Loyalitas Nasabah (Y) Hasil tanggapan yang diberikan oleh 100 orang nasabah Mandiri Prioritas adalah sebagai berikut : Tabel 4.19 Tanggapan Responden Terhadap Loyalitas Nasabah No. Tingkat Persetujuan Frekuensi Persentase (%) 1. Sangat Setuju 172 28.66 2. Setuju 346 57.67 3. Ragu-Ragu 69 11.50 4. Tidak Setuju 13 2.17 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Total 600 100 61
  • 62. Sumber: Data Olahan SPSS 2014 Berdasarkan hasil dari tabel 4.19, maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 57.67% responden nasabah Prioritas mengakui bahwa mereka mewujudkan bentuk kesetiaan mereka terhadap Bank Mandiri, dengan tetap menggunakan sejumlah produk jasa keuangan dan perbankan yang ditawarkan oleh Bank Mandiri untuk jangka waktu yang rutin. Tidak hanya itu, hal tersebut mengindikasikan bahwa para responden tersebut rutin dalam berkomunikasi dengan Priority Banking Officer (PBO), baik untuk memantau keuangan mereka hingga untuk mengetahui informasi terbaru tentang program-program yang dihadirkan oleh Bank Mandiri. Dengan kata lain, para responden tersebut pro-aktif dan antusias dengan keanggotaan mereka sebagai nasabah Mandiri Prioritas. Pada tingkat persentase 11.50% dan 2.17% responden menyatakan kurang menyetujui pernyataan yang menyebutkan bahwa mereka rutin menggunakan produk perbankan yang ditawarkan oleh Bank Mandiri. Hal ini mengindikasikan bahwa 62
  • 63. para nasabah tersebut kurang pro-aktif dalam keanggotaan mereka sebagai nasabah Mandiri Prioritas. 4.5 Hasil Regresi Berganda 4.5.1 Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah Prioritas Tahap awal untuk menentukan bentuk hubungan setiap faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah Mandiri Prioritas ini adalah dengan menentukan persamaan regresi bergandanya. Setiap variabel yang diuji adalah internal marketing (X1), interactive marketing (X2), external marketing (X3). Analisis ini menggunakan bantuan Program SPSS Versi 17.0 Windows. Hasil uji regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.20 Analisis Regresi Berganda X Terhadap Y Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 12.509 12.145 1.030 .325 X1 .041 .345 .045 .117 .909 X2 -.490 .687 -.267 -.712 .491 X3 .639 .204 .666 3.136 .009 Sumber: Data Olahan SPSS 2014 63
  • 64. Sehingga, model persamaan regresi yang diperoleh adalah : Y = 12.509 + 0.041X1 – 0.490X2 + 0.639X3 Dimana : Y = Loyalitas Nasabah Prioritas X1 = Aspek Internal Marketing X2 = Aspek External Marketing X3 = Aspek Interactive Marketing Interpretasi dari model regresi diatas adalah : 1. Makna konstanta Berdasarkan model persamaan regresi yang diperoleh diatas, yaitu sebesar 12.509, dapat dijelaskan bahwa segitiga pemasaran jasa merupakan faktor kecil yang mempengaruhi loyalitas Nasabah Mandiri Prioritas. Dari hasil konstanta tersebut juga dapat disimpulkan bahwa masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah. Banyak faktor yang lebih mempengaruhi loyalitas nasabah. Menurut Robinette (dalam Jurnal Laporan Kinerja Perpustakaan USU, 2011:45), faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah sebagai berikut : 64
  • 65. a. Perhatian (Caring) Maksudnya adalah bahwa perusahaan harus mampu melihat kebutuhan, keinginan, harapan, serta keluhan yang dimiliki oleh setiap pelanggannya (dalam hal ini adalah nasabah). Dengan begitu, pelanggan akan puas dengan apa yang diberikan oleh perusahaan dan mereka aka melakukan transaksi ulang, dan pada akhirnya mereka akan menjadi pelanggan yang loyal kepada perusahaan terkait. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar perhatian yang diberikan perusahaan kepada pelanggannya, maka pelanggan juga akan semakin loyal. b. Kepercayaan (Trust) Kepercayaan harus dimiliki oleh kedua belah pihak, yaitu pihak perusahaan dan pelanggan (nasabah). Dengan tingginya tingkat kepercayaan yang telah terbentuk, maka hubungan antara perusahaan dan pelanggannya akan baik, sehingga hubungan antara perusahaan dan pelanggannya akan menjadi kuat. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menjaga kepercayaan tersebut adalah melalui segala jenis produk yang berkualitas tinggi yang ditujukan kepada para pelanggannya, sesuai dengan apa yang dicitrakan dan yang dijanjikan perusahaan melalui promosinya. Melalui strategi ini, maka pelanggan tidak akan beralih kepada produk pesaing 65
  • 66. dan akan loyal terhadap produk yang dihasilkan perusahaan terkait. c. Perlindungan (Length Of Patronage) Maksudnya adalah bahwa perusahaan harus mampu memberikan perlindungan kepada para pelanggannya, baik dari segi kualitas produk, pelayanan, komplain, dan juga layanan purna jual. Dengan perlindungan tersebut, pelanggan tidak akan merasa khawatir dalam melakukan transaksi dan juga berhubungan dengan perusahaan, karena pelanggan merasa kegiatan transaksi mereka terlindungi dengan baik. d. Kepuasan Akumulatif (Overall Satisfaction) Maksud dari kepuasan akumulatif adalah total dari pembelian dan konsumsi atas barang dan jasa dalam suatu periode tertentu. Kepuasan akumulatif ini berhubungan dengan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggannya. Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan sejumlah fasilitas yang dibutuhkan oleh pelanggan dan mampu mendukung sejumlah kegiatan transaksi pelanggan, sehingga menciptakan kepuasan kepada para pelanggannya. Selain itu, faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan loyalitas pelanggan menurut Kartajaya (dalam Laman Artikel, 2013) adalah sebagai berikut : a. Kepuasan pelanggan 66
  • 67. b. Retensi pelanggan c. Migrasi pelangan d. Antusiasme pelanggan e. Spiritualitas pelanggan Sejumlah faktor lain yang mempengaruhi loyalitas pelanggan menurut Griffin (dalam Laman Artikel, 2013) adalah sebagai berikut : a. Total pangsa pasar b. Retensi pelanggan 2. Pengaruh aspek internal marketing (X1) terhadap loyalitas nasabah Mandiri Prioritas (Y). Variabel internal marketing memberikan pengaruh positif terhadap loyalitas nasabah. Peningkatan internal marketing sebesar 1 satuan akan meningkatkan loyalitas nasabah sebesar 0.041. 3. Pengaruh aspek internal marketing (X1) terhadap loyalitas nasabah Mandiri Prioritas (Y). Variabel internal marketing memberikan pengaruh positif terhadap 67
  • 68. loyalitas nasabah. Peningkatan internal marketing sebesar 1 satuan akan meningkatkan loyalitas nasabah sebesar 0.041. 4. Pengaruh aspek external marketing (X2) terhadap loyalitas nasabah Mandiri Prioritas (Y). Variabel external marketing memberikan pengaruh negatif terhadap loyalitas nasabah. Peningkatan external marketing sebesar 1 satuan akan menurunkan loyalitas nasabah sebesar 0.490. 5. Pengaruh aspek interactive marketing (X3) terhadap loyalitas nasabah Mandiri Prioritas (Y). Variabel interactive marketing memberikan pengaruh positif terhadap loyalitas nasabah. Peningkatan interactive marketing sebesar 1 satuan akan meningkatkan loyalitas nasabah sebesar 0.639. 4.5.2 Uji Statistik Terhadap Hasil Pengolahan Data 4.5.2.1 Uji F Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama (Cokorda Putra, 2011:122). 68
  • 69. Tabel 4.21 Ringkasan ANOVA Untuk Uji Signifikansi ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 132.929 3 44.310 4.103 .035a Residual 118.804 11 10.800 Total 251.733 14 Sumber: Data Olahan SPSS 2014 Nilai F hitung diperoleh 4.103, dan F tabel untuk N1 = 3 dan N2 = 11 diperoleh nilai 3.59. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (4.103 > 3.59), dengan nilai probabilitas untuk F statistik sebesar 0.05. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel independen yaitu internal marketing, external marketing, dan interactive marketing signifikan secara simultan dalam mempengaruhi variabel dependen yaitu loyalitas nasabah pada tingkat signifikansi alpha = 0.05. Hasil uji statistik ini sejalan dengan teori Gronroos (dalam Muslimah Mattjik, 2013:10) bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal, tetapi juga pemasaran internal dan interaktif. Jadi, jika Bank Mandiri menerapkan konsep segitiga pemasaran jasa ini secara simultan, maka mereka mampu untuk meningkatkan loyalitas seluruh nasabah Bank Mandiri. 4.5.2.2 Uji t 69
  • 70. Uji t adalah uji secara individual semua koefisien regresi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Cokorda Putra, 2011:122). Tabel 4.22 Hasil Uji t dan Tingkat Signifikansi Masing-Masing Variabel Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 12.509 12.145 1.030 .325 X1_Tot .041 .345 .045 .117 .909 X2_Tot -.490 .687 -.267 -.712 .491 X3_Tot .639 .204 .666 3.136 .009 Sumber: Data Olahan SPSS 2014 1. Uji t untuk variabel internal marketing (X1) Nilai sig. Lebih besar dibandingkan alpha (0.909 > 0.05), maka variabel ini tidak signifikan. Hasil ini bertentangan dengan teori Gummeson (Dalam Sandy Adisutiyono, 2010) yang menyatakan bahwa pemasaran internal yang dijalankan dengan baik akan menimbulkan kepuasan dan lebih dari kepuasan itu sendiri. Pemicu kurangnya optimalisasi pemasaran internal Bank Mandiri adalah motivasi kerja dalam bentuk penggajian karyawan yang kurang seimbang dengan kinerja karyawan yang dihasilkan. 2. Uji t untuk variabel external marketing (X2) 70
  • 71. Nilai sig. Lebih besar dibandingkan alpha (0.491 > 0.05), maka variabel ini tidak signifikan. Hasil ini bertentangan dengan teori Zeithmal dan Bitner (Dalam Arie Durian, 2011) bahwa pemasaran ekternal adalah usaha perusahaan untuk membuat janji kepada pelanggan, agar pelanggan tetap bersedia menggunakan jasa yang ditawarkan. Pemicunya dapat ditimbulkan oleh faktor pemasaran langsung, dimana Bank Mandiri hanya menggunakan sarana elektronik sebagai sarana untuk menerima kritik dan saran serta mempromosikan produk perbankan kepada nasabah. Gangguan sinyal ataupun gangguan teknis lain dapat menyebabkan terhambatnya komunikasi nasabah yang ingin menyampaikan kritik dan saran terkait pelayanan dan produk perbankan Bank Mandiri. 3. Uji t untuk variabel interactive marketing (X3) Nilai sig. Lebih kecil dibandingkan alpha (0.009 < 0.05), maka variabel ini signifikan. Hasil ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Kaurav (2012), yang menyatakan bahwa dalam pemasaran interaktif (interactive marketing), komunikasi tatap muka antara petugas lini depan (frontliner) dengan pelanggan merupakan suatu cara yang lebih efektif dalam menyampaikan sejumlah layanan serta produk yang dimiliki perusahaan. Melalui kegiatan interaktif ini juga, pelanggan (nasabah) diberikan kesempatan untuk mengubah citra perusahaan, yang berarti bahwa kegiatan ini menjadi penentu apakah pelanggan akan melakukan transaksi lanjutan pada jangka panjang, 71
  • 72. yang sering disebut sebagai loyalitas (kesetiaan) terhadap suatu produk, atau tidak memilih produk perusahaan terkait sebagai produk andalan mereka. Selain penelitian yang dilakukan oleh Kaurav tentang pemasaran interaktif, penelitian lain juga menyampaikan hal yang mendukung hasil dari uji t (individual) dari pemasaran interaktif ini. menurut Farid Fahmi (2012), pemasaran interaktif dilibatkan dalam pengiriman produk dan jasa kepada pelanggan dan front office perusahaan. Hal ini merupakan bagian penting dari segitiga pemasaran jasa, dalam menentukan apakah pelanggan akan menjalin hubungan jangka panjang atau jangka pendek dengan pelanggan perusahaan. Pelanggan yang sangat puas dengan pelayanan serta produk yang ditawarkan oleh perusahaan dapat menjadi pelanggan tetap dari perusahaan jasa. Pihak pemasar diharuskan memberikan pelayanan dengan kualitas yang baik dan juga diharuskan untuk memberikan produk dengan kualitas serta manfaat yang tinggi kepada setiap pelanggannya, dalam menjaga hubungan baik serta menciptakan loyalitas bagi pelanggan. Dalam hal ini, kemampuan pihak lini depan harus optimal. Pemasaran interaktif berarti bahwa nilai kualitas jasa yang dirasakan, tergantung pada kualitas interaksi yang terjalin antara penyedia jasa dan pelanggan (Sudayat, 2014). Lebih lanjut, Sudayat menjelaskan bahwa kualitas jasa tidak hanya sebatas kualitas teknis, tetapi juga melibatkan kualitas fungsional, seperti memberikan perhatian terhadap permasalahan pelanggan serta nilai tambah yang 72
  • 73. dapat diberikan kepada setiap pelanggan. Performa kerja (kinerja pelayanan) yang baik adalah salah satu alat pemasaran perusahaan yang optimal dalam membentuk kepuasan serta kesetiaan (loyalitas) pelanggan terhadap produk perusahaan. Oleh karena itu secara individual, berdasarkan uji t, dapat disimpulkan bahwa hanya variabel X3 (interactive marketing) yang mempengaruhi loyalitas nasabah. 73
  • 74. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Secara Simultan : Ketiga variabel independen dari penelitian ini, yaitu internal marketing, external marketing, dan interactive marketing memiliki pengaruh secara simultan terhadap loyalitas nasabah Mandiri Prioritas Palembang, yang ditunjukkan melalui nilai R kuadrat sebesar 0.528 / 52.8%. Kesimpulan ini mengindikasikan bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh terhadap loyalitas sebesar 52.8% , sedangkan sisanya, yaitu 47.2% dijelaskan oleh variabel lainnya diluar ketiga variabel bebas tersebut. 2. Pengaruh Secara Parsial : Berdasarkan uji t, maka dapat disimpulkan bahwa hanya variabel 74
  • 75. X3 (interactive marketing) secara signifikan mempengaruhi loyalitas nasabah Mandiri Prioritas Palembang. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa saran yang dapat diberikan kepada Bank Mandiri, khususnya Mandiri Prioritas. Sejumlah saran oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Bagi pihak Manajemen Mandiri Prioritas (Bank Mandiri) Dengan adanya pengaruh dari salah satu aspek segitiga pemasaran jasa, yaitu variabel X3 (interactive marketing), maka interactive marketing tersebut disarankan untuk dipertahankan dan digunakan sebagai salah satu strategi pemasaran Bank Mandiri, agar loyalitas nasabah semakin meningkat. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menemukan dan menguji variabel lain, dimana R kuadratnya adalah 47.2%, yang berpengaruh secara simultan terhadap loyalitas nasabah Mandiri Prioritas. Dengan menemukan variabel lain yang lebih cocok secara simultan bagi peningkatan loyalitas nasabah, maka penelitian ini dapat lebih disempurnakan dikemudian hari oleh peneliti 75
  • 76. selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Ardha, Berliani. Perencanaan Merek. Jakarta: Universitas Mercu Buana. Ariyani, Ferlina. 2008. Membangun Loyalitas Nasabah Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan dan Keunggulan Produk (Studi Empiris Pada PT. Bank Bukopin Tbk di Kota Semarang). (Online), (http://eprints.undip.ac.id/17379/1/FERLINA_ARIYANI.pdf, diakses 23 April 2013). Banirestu, Herning. 2011. Mandiri Unggulkan ‘Personal Touch’ dengan Pelanggan. SWA Media Group. Dama, Hais. 2010. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Bank Mandiri Cabang Gorontalo. Inovasi, Vol. 7, No. 2, Juni 2010. Durian, Arie. 2011. Pemasaran Jasa. (Online), (http://ariedurian.wordpress.com/2011/10/14/pemasaran-jasa/, diakses 27 Februari 2014). Fahmi, Farid. 2012. Komunikasi Pemasaran Jasa. (Online), (http://blog.ub.ac.id/faridfahmi/2012/12/10/komunikasi-pemasaran-jasa/, diakses 05 April 2014). 76
  • 77. Hidayat, Rachmad. 2009. Pengaruh Kualitas Layanan, Kualitas Produk dan Nilai Nasabah Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank Mandiri. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 11, No.1, Maret 2009: 59-72. Ilmu Manajemen Pemasaran. 2009. Definisi Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty Definition). (http://ilmumanajemenpemasaran.wordpress.com/2009/11/10/definisi- loyalitas-pelanggan/, diakses 1 Mei 2013). Jasfar, Farida. 2002. Manajemen Jasa: Pendekatan Terpadu. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Junaidi. 2010. Tabel r (Koefisien Korelasi Sederhana). (http://junaidichaniago.wordpress.com/, diakses 2 Februari 2014) Kaurav, Rahul Pratap Singh. 2012. Service Marketing Triangle: An Introduction. (http://www.slideshare.net/RahulKaurav/services-marketing-triangle, diakses 26 April 2013). Kotler, P., John T. Bowen, James C. Baken. 2006. Marketing For Hospitality and Tourism. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc. Kotler, P. 1994. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control. 8th Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall International. Lesmana, Andi. Analisis Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank Mandiri (Persero) Tbk di Bagian Ritel & Consumer Risk Group. Magister Manajemen: Universitas Gunadarma. Lovelock, Christopher. 2001. Services Marketing : People, Technology, Strategy. 4th Edition. Prentice Hall International. Mattjik, Muslimah. 2013. Strategi Produk dan Merek & Strategi Bisnis Jasa. (Online), (http://kk.mercubuana.ac.id/files/99018-9-953164763069.pdf, diakses 25 April 2013). Natalisa, Diah. 2005. Pemahaman Terhadap Segmentasi Pelanggan: Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efektifitas Pemasaran Jasa Penerbangan. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 3 No. 5 Juni 2005. Pakpahan, Efendi. 2013. Pengertian Loyalitas Pelanggan. (Online), 77
  • 78. (http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/03/pengertian-loyalitas- pelanggan_4275.html, diakses 05 April 2014). Puspowarsito, Herianto. 2008. Metode Penelitian Organisasi. Bandung: Humaniora. Putra, Cokorda Gde Dharma. 2011. Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Di Kabupaten Jembrana. (Online), (http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-120-774750590- tesis%20cokorda%20gde%20dharma%20putra.pdf, diakses 31 Januari 2014). Setiyawati, Antari. 2009. Studi Kepuasan Pelanggan Untuk Mencapai Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Konsumen Toko Bangunan Bangun Rejeki Semarang). (Online), (http://eprints.undip.ac.id/24660/1/ANTARI_SETIYAWATI.pdf, diakses 1 Mei 2013). Sudayat, Ridwan Iskandar. 2013. Segitiga Pemasaran Jasa. (Online), (http://www.pdfoff.com/view-1432257/, diakses 05 April 2014). Trihendradi, C. 2013. Step by Step IBM SPSS 21 : Analisis Data Statistik. C.V Andi Offset : Yogyakarta. Wahyuningrum, Ida. 2011. Pengaruh Kualitas jasa Teknologi Informasi terhadap Kepuasan Konsumen dan Dampaknya Pada Loyalitas Mahasiswa Di Jurusan Non Rekayasa Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.9 No. 17 Juni 2011. Yesaya. 2012. Internal Marketing, Pertemuan ke IX. (Online), (http://solitude solitaire.files.wordpress.com/2012/05/internal-marketing-pertemuan-ix.pdf, diakses 25 April 2013). 78