Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika BisnisFajar Jabrik
Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting. Selama perusahaan memiliki produk yang berkualitas dan berguna untuk masyarakat disamping itu dikelola dengan manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial, sumberdaya manusia dan lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu sandungan bagi perusahaan tersebut. Bisnis dengan menjunjung kode etik merupakan suatu unsur mutlak yang perlu dalam masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGTrisnadi Wijaya
Proposal Tesis: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
[sebagai tugas mata kuliah Metodologi Penelitian]
*Catatan: Akan sering direvisi :-)
Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika BisnisFajar Jabrik
Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting. Selama perusahaan memiliki produk yang berkualitas dan berguna untuk masyarakat disamping itu dikelola dengan manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial, sumberdaya manusia dan lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu sandungan bagi perusahaan tersebut. Bisnis dengan menjunjung kode etik merupakan suatu unsur mutlak yang perlu dalam masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGTrisnadi Wijaya
Proposal Tesis: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
[sebagai tugas mata kuliah Metodologi Penelitian]
*Catatan: Akan sering direvisi :-)
Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan. Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya memulai atau melaksanakan.
Wiraswasta/wirausaha berasal dari kata:
Wira: utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif.
Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya ditujukan pada orang-orang yang dapat berdiri sendiri. Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang, pengusaha, dan orang-orang yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai usaha sendiri. Wirausahawan adalah orang yang berani membuka kegiatan produktif yang mandiri.
Bahwa perkembangan pendidikan selalu tidak lepas dari perubahan yang terjadi di masyarakat, sehingga pendidikan harus mengikuti apa yang sedang bekembang dan terjadi. Kita tahu bahwa perkembangan pada masyarakat industri terjadi sangat cepat, karena dengan majunya dibidang teknologi industri, maka tak heran bila pasar kerja yang dibutuhkan adalah tenaga-tenaga yang mampu mengoprasikan teknologi industri tersebut, bila pendidikan tidak mengikuti perubahan yang terjadi pada dunia usaha/industri.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
BMP EKMA4370 Kewirausahaan
1. MDDUL 1
Perkembangan Konsep Kewi rausahaan
Dr. Ir. S B. Hari Lubis
PENDAHULUAN
obalah Saudara mengamati dinamika bisnis di belahan bumi ini, tidak
'-""" terkecuali di Indonesia, maka Saudara akan mendapati perubahan yang
sangat luar biasa. Derasnya arus globalisasi, liberalisasi perdagangan,
pesatnya perkembangan teknologi, telah mengubah dinamika persaingan di
mana antarpemain bisnis telah terjadi perlombaan untuk saling mengungguli.
Akibatnya, situasi persaingan yang dahulu statis, kini menjadi sangat
dinamik, bahkan liar. Keunggulan bersaing yang dulu menjadi andalan
perusahaan, kini tidak berdaya menghadapi keunggulan baru yang diciptakan
•
pesa1ng.
Menghadapi situasi seperti itu, dunia usaha dituntut untuk selalu
meningkatkan dan memperbaharui keunggulannya sebelum didahului oleh
pesaing. Oleh karena itu, dunia usaha harus pandai-pandai memandang masa
depan mereka, kemudian menyesuaikan bisnisnya dengan perubahan yang
bakal dihadapinya. Untuk mewujudkan hal itu, dunia usaha harus mempunyai
kemauan untuk terus-menerus belajar guna mengembangkan wawasan baru
serta cara-cara baru dalam mengelola bisnisnya. Seperti dikatakan Peter
Senge (1990), perusahaan yang paling berhasil di era 1990-an adalah
perusahaan yang disebut 'organisasi pembelajar' (learning organization).
Organisasi pembelajar hanya dapat dicapai melalui individu-individu yang
'belajar'. Oleh karena itu, menciptakan individu-individu pembelajar
merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kemampuan untuk
belajar lebih cepat dibanding pesaing, merupakan satu-satunya keunggulan
bersaing yang lestari.
Dalam konteks kewirausahaan atau dunia usaha di Indonesia,
mewujudkan hal itu bukan perkara mudah. Saudara mengetahui bahwa
selama 30 tahun masa pemerintah Orde Baru telah terlahir 'pengusaha baru'
yang kemudian dengan cepat tumbuh menjadi konglomerat yang menguasai
hampir semua sektor perekonomian di Indonesia. Namun ketika krisis
2. 1.2 KEWIRAUSAHAAN e
ekonomi melanda Indonesia, banyak di antara para konglomerat tersebut
tidak mampu bertahan. Kendati tidak mudah mencari akar masalah
ambruknya para konglomerat tersebut, namun diduga karena "fondasi" usaha
mereka rapuh. Para konglomerat tersebut pada umumnya tumbuh dan
menjadi besar karena mendapat fasilitas atau kemudahan dari pemerintah.
Padahal, wirausaha sejati tidak seperti itu. Wirausahawan sejati seyogianya
merupakan inovator dan pengembang usaha yang mampu mengenali dan
memanfaatkan peluang, mengubah peluang menjadi sesuatu yang layak
dilaksanakan maupun dipasarkan. Wirausahawan juga mampu memberikan
nilai tambah melalui waktu, melalui usaha yang dikeluarkan, melalui uang
atau modal untuk memulai usaha, memanfaatkan keterampilan, bersedia
menanggung risiko jika pasar ternyata penuh dengan persaingan dan
menyadari imbalan yang akan diperoleh dari usaha yang dilakukan.
Wirausahawan boleh dianggap sebagai katalisator yang secara agresif
berusaha mengubah dunia usaha. Wirausahawan juga merupakan orang-
orang dengan pemikiran bebas (independen) yang berani memunculkan
gagasan yang berbeda dari pemikiran masyarakat umum.
Sasaran utama modul ini tidak berpretensi mengubah para mahasiswa
menjadi wirausaha. Jika hal itu yang menjadi sasarannya, rasanya akan sulit
sekali. Kehadiran modul ini lebih diarahkan untuk ikut membangun
kesadaran pentingnya kewirausahaan dalam pembangunan ekonomi bangsa.
Dalam Modul 1 ini, kita akan membahas berbagai topik tentang konsep
kewirausahaan. Sesudah membaca modul ini, diharapkan saudara mampu:
1. memahami pengertian kewirausahaan;
2. menjelaskan karakteristik kewirausahaan;
3. menjelaskan berbagai karakteristik kewirausahaan;
4. menjelaskan berbagai mitos kewirausahaan;
5. menjelaskan berbagai pendekatan dalam memahami kewirausahaan.
3. e EKMA4370/MODUL 1 1. 3
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Konsep Kewi rausahaan
ampir semua yang pernah kita dengar tentang entrepreneurship
ternyata keliru. Entrepreneurship bukan permainan sulap, bukan pula
sesuatu yang misterius, dan entrepreneurship tidak ada kaitannya dengan
keturunan. Entrepreneurship merupakan sebuah disiplin ilmu, dan seperti
disiplin ilmu lainnya, bisa dipelajari.
Peter F.Drucker
Kata "entrepreneur" (entrepreneurship diterjemahkan menjadi
kewirausahaan dalam tulisan ini, sedangkan entrepreneur diterjemahkan
menjadi wirausahawan) berasal dari kata bahasa Perancis "entreprendre"
yang berarti "melakukan" atau "melaksanakan". Wirausahawan adalah
seseorang yang mengorganisasikan, mengelola, dan menanggung risiko
sebuah usaha.
Perkembangan kegiatan kewirausahaan selama ini menyebabkan definisi
tersebut perlu diperluas. Sekarang ini wirausahawan juga sering kali
mencakup penemu dan pengembang usaha yang mampu mengenali dan
memanfaatkan peluang, mengubah peluang menjadi sesuatu yang layak
dilaksanakan maupun dipasarkan. Wirausahawan juga mampu memberikan
nilai tambah melalui waktu, melalui usaha yang dikeluarkan, melalui uang
atau modal untuk memulai usaha, memanfaatkan keterampilan, bersedia
menanggung risiko jika pasar ternyata penuh dengan persaingan, dan
menyadari imbalan yang akan diperoleh dari usaha yang dilakukan.
Wirausahawan boleh dianggap sebagai katalisator yang secara agresif
berusaha mengubah dunia usaha. Wirausahawan juga merupakan orang-
orang dengan pemikiran bebas (independen) yang berani memunculkan
gagasan yang berbeda dari pemikiran masyarakat umum.
Berbagai tulisan mengenai kewirausahaan pada umumnya menunjukkan
kesamaan karakteristik dari para wirausahawan. Para wirausahawan biasanya
dikaitkan dengan beberapa karakteristik utama yang melekat padanya, antara
lain sebagai berikut:
1. memiliki sifat inisiatif;
2. mempunyai kemampuan mengonsolidasikan berbagai sumber;
3. memiliki keterampilan manajemen;
4. 1.4 KEWIRAUSAHAAN e
4. menginginkan kebebasan mengatur diri sendiri;
5. mempunyai keberanian menanggung risiko dalam menjalankan
usahanya.
Di samping itu, ada pendapat lain tentang beberapa karakteristik para
usahawan yang berbeda dengan yang disebutkan di atas, di antaranya adalah:
a. pada umumnya agresif;
b. memiliki semangat kompetisi yang tinggi;
c. perilakunya cenderung mengarah pada sasaran (goal-oriented)
d. percaya dirinya yang besar;
e. cenderung memanfaatkan peluang (oportunis);
f. tindakan-tindakannya biasanya mengandalkan intuisi;
g. bertindak sesuai kondisi nyata yang dijumpai di lapangan;
h. mampu belajar dari kesalahan;
i. mampu memanfaatkan keterampilan membina hubungan sosial; dan
sebagainya.
A. PERKEMBANGAN KONSEP KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan diperkenalkan oleh para ahli ekonomi sebagai topik
bahasan dalam diskusi dan analisis sejak abad ke-18 maupun abad ke-19.
Sekarang ini istilah kewirausahaan sering dianggap sama ataupun dianggap
berkaitan erat dengan kebebasan berusaha ataupun kapitalisme. Wirausaha
juga pada umumnya dianggap sebagai agen perubahan yang memunculkan
gagasan-gagasan kreatif dan inovatif
untuk membantu perkembangan
menguntungkan.
dalam menjalankan usaha,
perusahaan sehingga
ataupun
menjadi
Hingga saat ini definisi wirausahawan maupun kewirausahaan masih
terus berkembang sesuai dengan semakin lengkapnya pemahaman manusia
mengenai gejala kewirausahaan ini, seperti dinyatakan secara khusus oleh
Kuratko
1
:
Berbagai j enis t eori tel ah mencoba memberikan penj elasan mengenai
perkembangan peradaban manusia, dari mulai j aman batu hingga
sekarang. Hampir semua t eori menonj olkan peran pent ing "agen
perubahan" dal am evol usi t ersebut, yait u sebagai kekuat an yang
1
Kuratko, hal. 29
5. e EKMA4370/MODUL 1 1.5
memelopori dan mendorong terj adinya kemaj uan. 8ekarang ini mulai
disadari bahwa agen perubahan tersebut adalah wirausahawan.
Kewirausahaan pertama kali diperkenalkan di Perancis pada abad ke-18
oleh seorang ahli ekonomi bemama Richard Cantillon. Cantillon
menganggap wirausahawan sebagai pihak yang menanggung risiko dalam
perekonomian. Pada periode yang sama di Inggris sedang terjadi Revolusi
Industri, di mana peran wirausahawan jelas terlihat sebagai pihak yang harus
menanggung risiko dan berperan mengubah berbagai jenis sumber.
Hubungan kewirausahaan dengan perekonomian sudah dikenal lama.
Hingga tahun 1950-an sebagian besar definisi dan tulisan mengenai
kewirausahaan selalu muncul dari ahli-ahli ekonomi, seperti Cantillon (1725)
yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain Cantillon ada Jean Baptiste Say
(1803), seorang ahli ekonomi Perancis yang terkenal, dan Joseph Schumpeter
(1934) ahli ekonomi abad ke-20. Ahli-ahli ekonomi ini terutama membahas
kewirausahaan dan dampaknya terhadap perkembangan perekonomian.
Hingga sekarang masih banyak ahli ekonomi yang mencoba menjelaskan
wirausahawan maupun kewirausahaan, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Wirausahawan melaksanakan sesuatu dengan cara yang tidak lumrah
dibanding kebiasaan masyarakat umum, dan biasanya cenderung
dipengaruhi oleh corak kepemimpinan.
2. Dalam masyarakat demokratis, wirausahawan merupakan "jembatan"
yang menghubungkan bagian masyarakat nonekonomi dengan berbagai
lembaga pencari keuntungan dengan cara memuaskan lingkungan
ekonomisnya.
3. Para wirausahawan biasanya memiliki ciri perilaku sebagai berikut.
a. merupakan pihak yang mengambil inisiatif;
b. mengorganisasikan mekanisme sosial ekonomi, memanfaatkan
situasi, dalam mengubah berbagai sumber; dan
c. bersedia menerima kegagalan maupun risiko.
Kemudian Ronstadt mencoba merangkum berbagai definisi
kewirausahaan sebagai berikut. Kewirausahaan merupakan proses dinamis
dalam peningkatan kemakmuran. Kemakmuran diciptakan oleh pihak yang
harus menanggung risiko terbesar dalam hal aset, waktu ataupun karier
dengan cara memberikan nilai dari sejumlah produk ataupun jasa. Produk
atau jasa yang diusahakan tidak harus baru atau unik, tetapi bisa dibuat
6. 1.6 KEWIRAUSAHAAN e
menjadi lebih bernilai oleh para wirausahawan melalui keterampilan dan
berbagai sumber yang mereka miliki.
Di bidang apapun juga kegiatan mereka dilaksanakan, sekarang ini
wirausahawan dipandang sebagai pahlawan usaha bebas. Banyak
wirausahawan memanfaatkan kreativitas maupun inovasi untuk mengubah
perusahaan yang sudah hampir pailit menjadi perusahaan besar yang
menguntungkan. Beberapa di antaranya hanya dalam waktu yang singkat,
kurang dari 10 tahun! Para wirausahawan ini menciptakan produk ataupun
jasa baru, dan bersedia menanggung risiko berkaitan dengan kegiatan ini.
Karena itu, tidak mengherankan apabila wirausahawan juga sering dipandang
sebagai pionir, pelopor yang berada di garis paling depan dalam dunia usaha.
Kewirausahaan merupakan kemampuan menciptakan dan membangun
sebuah impian, praktis dari ketiadaan, dan sebenarnya merupakan
kegi atan kreat if yang sangat manusiawi. Kewi rausahaan merupakan
pemanfaatan energi secara nyat a unt uk memulai dan membangun
sebuah perusahaan ataupun organisasi, dan bukan hanya sekadar
melakukan pengamatan ataupun anal isis.
1kwuj udkan impian membutuhkan kesediaan untuk menanggung risiko,
baik risiko yang menyangkut pribadi pengusahanya maupun risiko
finansial , dan mengusahakan apapun yang mungkin dilakukan untuk
mengurangi risiko kegagalan. Kewirausahaan juga mencakup
kemampuan unt uk mengembangkan tim yang diperIukan unt uk
mendukung dan melengkapi bakat serta ket erampi Ian yang sudah
dimiliki oleh wirausahawan. Kewirausahaan merupakan kemampuan
unt uk merasakan adanya pel uang dari suat u sit uasi, sementara pi hak
Iai n hanya mel ihat kekacauan, kegal auan, maupun kont radi ksi dari
sit uasi it u. Kewi rausahaan juga mencakup kemahiran unt uk
menemukan, mengarahkan, dan mengendalikan pemanfaatan berbagai
j enis sumber, yang sering kali merupakan milik orang lain.
B. MITOS MENGENAl WIRAUSAHAWAN
Selama ini di masyarakat telah muncul berbagai mitos mengenai
wirausahawan. Sebagian pihak berpendapat bahwa berbagai mitos ini muncul
karena kurangnya penelitian mengenai kewirausahaan. Para peneliti
kewirausahaan tentunya bisa merasakan bahwa bidang ini masih terus
berkembang, sehingga memang banyak mitos yang masih menjadi
kepercayaan masyarakat karena belum "tergusur" oleh basil penelitian ilmiah
yang membantah kebenaran kepercayaan semacam itu. Berikut ini disajikan
7. e EKMA4370/ MODUL 1 1. 7
sepuluh mitos yang paling sering muncul di masyarakat mengenai
wirausahawan.
Mitos 1:
Wirausahawan merupakan orang yang cenderung bertindak dan bukan
pemikir.
Walaupun memang benar bahwa wirausahawan cenderung merupakan
orang lebih suka bertindak, namun tidaklah benar apabila mereka bukan
digoIongkan sebagai orang yang pemiki r. 8ebagai cont oh, sekarang ini
lebih disukai business plan yang j elas dan juga lengkap, yang
menunj ukkan bahwa wirausaha juga dit unt ut unt uk berpiki r. Bagi
wirausaha, berpikir sama pent ingnya dengan kecenderungan mereka
unt uk bert indak.
Mitos 2:
Kewirausahaan merupakan bakat yang dibawa seseorang sejak lahir.
8elama ini banyak pihak yang lebih percaya bahwa kewirausahaan tidak
bisa diaj arkan ataupun dipelaj ari. 8Jdah sej ak lama masyarakat percaya
bahwa ciri-ciri kewirausahaan dalam diri seseorang merupakan bakat
bawaan yang dibawa sej ak lahir. Ori-ciri ini misalnya, mencakup
agresivitas, berinisiatif, bersemangat, bersedia menanggung risiko,
memiliki kemampuan analisis yang baik, dan terampil dalam
membangun hubungan dengan orang Iain. 8ekarang ini, kewi rausahaan
cenderung dianggap sebagai suatu disiplin ilmu, sehingga mematahkan
mitos itu. Kewirausahaan, seperti juga semua bidang ilmu lainnya,
memi Iiki model, proses, dan juga berbagai macam st udi kasus yang
memungkinkannya untuk dipelaj ari dan juga diaj arkan.
Mitos 3:
Wirausahawan mesti merupakan penemu hal baru (inventor).
Pemikiran bahwa wirausahawan selalu merupakan penemu hal baru
(inventor) muncul karena kesalahan pemahaman. 1kmang dalam
kenyataan cukup banyak penemu yang kemudian menj adi
wirausahawan, tetapi juga kenyataan menunj ukkan bahwa banyak
wirausahawan yang bukan penemu hal baru. 8ebagai cont oh, di
Amerika, Ray Kroc bukanlah penemu makanan cepat saj i, t et api
gagasannya yang inovat if mendorong 1/t Donald menj adi perusahaan
cepat saj i yang terbesar di dunia. Di Indonesia, sudah sangat lama
masyarakat mi num t eh, t etapi gagasan inovat if unt uk menj ual t eh
8. 1.8 KEWIRAUSAHAAN e
dalam kemasan (botol ataupun kotak) baru belakangan ini muncul.
Sekarang ini, pengertian wirausahawan tidak saj a mencakup penemu
namun juga bukan penemu hal baru.
Mitos 4:
Wirausahawan cenderung gagal di sekolah maupun dalam pergaulan
sosial.
Pandangan bahwa wirausahawan cenderung gagal di sekolah maupun
dalam pergaulan sosial terj adi karena beberapa individu pengusaha
t ernyata berhasi I mengembangkan perusahaan yang sukses set elah
mengalami drop-out dari sekolah ataupun setelah berhenti menjadi
karyawan. Banyak kasus sej enis ini digelembungkan sehingga muncul
pandangan yang kel iru mengenai wi rausahawan maupun kewirausahaan.
Lembaga pendidikan dan organisasi sosial di masa lalu memang
kebanyakan tidak memberikan tempat terhadap kewirausahaan. Hal ini
terj adi karena pandangan yang lebih diwarnai oleh keberadaan
perusahaan-perusahaan besar, sehingga pendidikan bisnis cenderung
lebih membahas permasalahan perusahaan-perusahaan ukuran besar.
Pandangan yang Iebi h mut akhi r cenderung menganggap wirausahawan
sebagai pelopor di bidang ekonomi, sosial, maupun pendidikan.
Wirausahawan tidak lagi dianggap sebagai pribadi yang menyeleweng ke
luar j alur, melainkan sebagai profesional.
Mitos 5:
Wirausahawan dipandang memiliki ciri-ciri tertentu.
Banyak t ul isan dal am buku maupun art ikel mengenai kewi rausahawan
yang memuat daftar ciri-ciri wirausahawan yang berhasil. Ori-ciri ini
sering kali tidak diperiksa keabsahannya, cenderung dihasilkan dari
penelitian terhadap kasus-kasustertentu dan sering kali tidak dilakukan
dengan membandingkannya terhadap ciri-ciri orang yang bukan
wirausahawan.
Sekarang ini mulai dipahami bahwa besar sekali hambatan maupun
kesulitan yang dihadapi dalam menemukan ciri-ciri wirausahawan
maupun kewirausahaan yang dapat dianggap berlaku umum. Kondisi
Iingkungan, perusahaan, maupun kewirausahaan, t ernyata sal ing
mempengaruhi satu sama lain sehingga memungkinkan untuk
menj umpai ci ri -ciri wirausahawan yang berhasi I pada sit uasi yang
berlainan.
9. e EKMA4370/ MODUL 1 1. 9
Mitos 6:
Wirausahawan hanya tertarik pada uang.
PerIu diakui bahwa sebuah perusahaan membut uhkan modal at au uang
agar bisa bertahan hidup. tv1emang benar banyak perusahaan yang gagal
karena kondi si keuangannya t idak sehat. Tetapi , kenyat aan
menunj ukkan bahwa ketersediaan modal at au uang belum tentu bisa
mencegah kebangkrutan sebuah perusahaan. Apabila ditelusuri,
kegagalan karena masalah keuangan sering kali merupakan akibat dari
ket idakberesan pada aspek yang Iain sepert i pengelola yang t idak
kompet en, perencanaan yang buruk, kult ur kerj a yang t idak
mendukung, dan berbagai alasan lainnya. Di pihak lain, banyak
wirausahawan yang perusahaannya berhasiI t ernyat a sebel umnya t idak
memi Iiki modal yang mencukupi, t etapi mereka berhasi I mengatasi
kekurangan tersebut sambil membangun usaha dengan bertumpu pada
aspek nonuang. Untuk para wirausahawan, modal atau uang memang
merupakan sumber daya, t etapi seri ng kal i bukan merupakan t uj uan
akhir sat u-sat unya.
Mitos 7:
Keberhasilan wirausahawan tergantung pada nasib baik atau
kemujuran.
Berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat memang merupakan
keuntungan bagi seseorang. Tetapi, kemuj uran baru akan terwuj ud
apabila persiapan seseorang sesuai dengan peluang yang ia hadapi.
Apabila ia tidak siap, maka peluang itu akan hilang begitu saj a tidak
sempat dimanfaatkan. Karena itu, hanya wirausaha yang memiliki
persiapan yang mencukupi yang akan mampu memanfaatkan peluang,
sehingga kebanyakan orang melihat kejadian ini sebagai suatu
kemuj uran. Wirausahawan yang berpeluang untuk berhasil sebenarnya
memang lebih siap menghadapi situasi dan mengubah situasi yang ia
hadapi menj adi keberhasilan. Apa yang sering kali terlihat sebagai
kemuj uran sesungguhnya t erdi ri dari persiapan yang bai k, semangat,
ket eguhan hat i, pemahaman akan permasal ahan atau sit uasi yang
di hadapi, dan j uga kecerdikan unt uk memunculkan cara yang Iebih
cerdas unt uk menghadapi sit uasi ataupun permasalahan t ersebut .
Mitos 8:
Ketidaktahuan merupakan berkah bagi wirausahawan.
8ering kali dikatakan bahwa terlalu banyak perencanaan maupun
eval uasi just ru akan membawa masalah, yait u membuat kit a menj adi
10. 1. 10 KEWIRAUSAHAAN e
memiIiki keraguan unt uk bert indak sehingga menj adi Iumpuh karena
malas bergerak. Di masa sekarang, pernyataan itu tidak lagi berlaku,
karena pasar maupun dunia usaha penuh dengan persaingan sehingga
diperIukan pemi ki ran yang matang, perencanaan yang ri nci dan
persiapan yang mat ang. rvlemahami secara Iengkap dan benar kekuat an
dan kelemahan usaha yang hendak dij alankan membuat seorang
pengusaha mampu memi Iiki rencana cadangan yang baik unt uk
menghadapi munculnya permasalahan yang tidak terduga. Peluang
untuk mengalami akibat buruk dari kegagalan bisa dikurangi melalui
st rat egi yang dirumuskan secara cermat, yang didasarkan pada
pemahaman akan proses sebab akibat yang mampu membawa kit a pada
keberhasi Ian. Perencanaan yang mat ang dan cermat merupakan ci ri
wirausahawan yang berhasil, bukan ketidaktahuan.
Mitos 9:
Lebih banyak wirausahawan yang gagal daripada yang berhasil.
rvlemang benar bahwa kebanyakan wi rausahawan berulang kal i
mengalami kegagal an sebel um mampu mencapai keberhasi Ian.
Kegagal an memang memberi kan banyak pelaj aran kepada orang yang
bersedia belaj ar dari pengalaman tersebut, dan ternyata kegagalan
sering kali mampu membawa seseorang pada keberhasilan. lni terlihat
j elas pada "prinsip koridor" yang menyatakan bahwa apabila suatu
usaha mulai dij alankan, maka berbagai peluang baru yang tidak
di rencanakan akan segera muncul. Perusahaan 3M misal nya, mengal ami
kegagalan karena lem yang mereka buat ternyata tidak mampu
menempel t erlal u kuat. Lem yang gagal it u t idak mereka buang, t et api
dicoba dicari kemungki nan pemanfaat annya. Akhi rnya, berhasi I
dikembangkan kertas post-it, yakni lembar catatan berwarna kuning
yang bisa ditempel dan dilepas dengan mudah di dinding.
Pernyataan bahwa lebih banyak wirausahawan yang gagal dibanding
yang berhasil, ternyata tidak bisa diterima. Seorang peneliti
menemukan bahwa masyarakat pandangan kebanyakan orang bahwa
Iebi h banyak wi rausahawan yang gagal daripada yang berhasi I t ernyat a
t idak t epat
2
.
Mitos 10:
Wirausahawan adalah pengusaha bersifat untung-untungan.
Banyak pihak yang mel ihat wirausahawan seakan-akan merupakan
pengusaha yang perilakunya sangat untung-untungan. Kenyataan di
Iapangan memperl ihatkan bahwa wirausahawan biasanya memi Iih j enis
2
Kuratko, hal. 33
11. e EKMA4370/MODUL 1 1. 11
kegiatan dengan risiko yang sedang ataupun risiko yang bisa dihitung
(calculated risk). Wirausahawan yang sukses biasanya pekerja keras
dengan perencanaan serta persiapan yang matang, dengan maksud
untuk menurunkan risiko, sehingga dengan kemampuan itu
sesungguhnya wirausahawan memiliki kapabilitas untuk mengendalikan
masa depan.
Sepuluh mitos ini perlu dipahami dan perlu dijadikan landasan pemikiran
dalam pembahasan mengenai wirausahawan maupun kewirausahaan.
Kemampuan untuk membedakan mitos dari kenyataan lapangan akan
memberikan peluang untuk mengamati dan menjelaskan berbagai ciri
wirausahawan sesuai kenyataan di lapangan, tanpa diganggu oleh berbagai
kepercayaan yang sesungguhnya tidak terbukti secara ilmiah.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan pengertian wirausaha atau kewirausahaan!
2) Jelaskan karakteristik wirausaha!
3) Jelaskan peranan kewirausahaan dalam perekonomian!
4) Jelaskan mitos-mitos tentang kewirausahaan!
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Banyak pakar yang mencoba mendefinisikan wirausaha
kewirausahaan, di antaranya Ronstadt, Cantillon, Jean Baptiste
Joseph Schumpeter dan lain-lain. Untuk mengetahui secara
atau
Say,
• •
flllCI
m.engenai hal itu, coba simak kembali uraian di atas, terutama yang
menyangkut pengertian wirausaha atau kewirausahaan.
2) Banyak uraian yang membahas karakteristik wirausaha atau
kewirausahaan. Untuk mengetahui secara rinci mengenai hal itu, coba
simak kembali uraian di atas, terutama yang menyangkut karakteristik
wirausaha atau kewirausahaan.
3) Peranan kewirausahaan dalam perekonomian telah dibahas. Coba simak
kembali pembahasan tentang Perkembangan Konsep Kewirausahaan.
12. 1. 12 KEWIRAUSAHAAN e
4) Paling tidak ada 10 mitos tentang wirausaha atau kewirausahaan. Coba
simak kembali pembahasan tentang Mitos Wirausaha atau
Kewirausahaan.
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1. Kata entrepreneur sering diterjemahkan menjadi wirausahawan,
Kata entrepreneur berasal dari bahasa Perancis "entreprendre" yang
berarti "melakukan" atau "melaksanakan". Jadi wirausahawan
sering diartikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan,
mengelola dan menanggung risiko sebuah usaha.
2. Perkembangan kegiatan kewirausahaan selama ini menyebabkan
definisi kewirausahaan di atas menjadi lebih luas, yakni sering kali
mencakup penemu dan pengembang usaha yang mampu mengenali
dan memanfaatkan peluang, mengubah peluang menjadi sesuatu
yang layak dilaksanakan maupun dipasarkan. Wirausahawan juga
mampu memberikan nilai tambah melalui waktu, melalui usaha
yang dikeluarkan, melalui uang atau modal untuk memulai usaha,
memanfaatkan keterampilan, bersedia menanggung risiko jika pasar
temyata penuh dengan persaingan dan menyadari imbalan yang
akan diperoleh dari usaha yang dilakukan.
3. Karakteristik utama para wirausahawan adalah memiliki sifat-sifat
berikut ini, antara lain: inisiatif, kemampuan mengonsolidasikan
berbagai sumber, memiliki keterampilan manajemen, menginginkan
kebebasan mengatur diri sendiri, dan juga keberanian menanggung
risiko, pada umumnya agresif, memiliki semangat kompetisi yang
tinggi, perilaku yang cenderung mengarah pada sasaran (goal-
oriented), percaya dirinya yang besar, cenderung memanfaatkan
peluang (oportunis), tindakan-tindakannya biasanya mengandalkan
intuisi, bertindak sesuai kondisi nyata yang dijumpai di lapangan,
mampu belajar dari kesalahan, dan mampu memanfaatkan
keterampilan membina hubungan sosial.
4. Kewirausahaan merupakan proses dinamis dalam peningkatan
kemakmuran. Kemakmuran diciptakan oleh pihak yang harus
menanggung risiko terbesar dalam hal aset, waktu ataupun karier
dengan cara memberikan nilai dari sejumlah produk ataupun jasa.
Produk atau jasa yang diusahakan tidak harus baru atau unik, tetapi
bisa dibuat menjadi lebih bernilai oleh para wirausahawan melalui
keterampilan dan berbagai sumber yang mereka miliki.
13. e EKMA4370/MODUL 1 1. 13
T E S F 0 R MAT IF 1________________
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Istilah entrepreneur (diterjemahkan menjadi wirausahawan) berasal dari
kata bahasa Perancis "entreprendre" yang artinya ....
A. melakukan atau melaksanakan
B. berbisnis
C. berniaga
D. mencari untung
2) Seseorang yang mengorganisasikan, mengelola dan menanggung risiko
sebuah usaha disebut ....
A. pegawai
B. manajer
C. CEO
D. wirausahawan
3) Salah satu ciri seorang wirausahawan adalah ....
A. tidak bebas mengatur sendiri
B. sulit mengonsolidasikan berbagai sumber
C. memiliki keterampilan teknikal
D. berani menanggung risiko
4) Salah satu karakteristik seorang wirausahawan adalah ....
A. tidak agresif
B. takut berkompetisi
C. perilakunya kurang mengarah pada sasaran (goal-oriented)
D. oportunis
5) Salah satu mitos tentang wirausahawan yaitu ....
A. cenderung berpikir, dan bukan bertindak
B. lebih banyak wirausahawan yang berhasil daripada yang gagal
C. mesti merupakan penemu hal baru (inventor)
D. tidak memiliki ciri-ciri tertentu
14. 1.14 KEWIRAUSAHAAN e
Cocokkanlahjawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan = ---------- x 100%
Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% =baik
70 - 79% =cukup
< 70% =kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80o/o,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
15. e EKMA4370/MODUL 1 1. 15
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Berbagai Pendekat an dal am
Menj el askan Kewi rausahaan
emahaman mengenai kewirausahaan terus-menerus mengalami
perkembangan karena semakin meningkatnya peran penting
wirausahawan dalam kegiatan masyarakat. Teori-teori mengenai
kewirausahaan seharusnya mampu menunjukkan prinsip-prinsip dasar yang
mampu menjelaskan arti wirausahawan ataupun kewirausahaan, serta aturan
saling hubungan antara berbagai elemen yang mendorong munculnya
wirausahawan ataupun kewirausahaan. Pemahaman ini seharusnya dapat
memberikan kemampuan untuk memperkirakan basil dari berbagai kegiatan
bersifat wirausaha dan juga bisa memberikan petunjuk mengenai cara
bertindak yang tepat bagi wirausahawan untuk menghadapi suatu corak
tertentu.
Semakin lama semakin dipahami bahwa kewirausahaan merupakan
bidang yang bersifat multidisiplin. Karena itu tidak mengherankan apabila
muncul berbagai jenis pendekatan dalam menjelaskan kewirausahaan seperti
diuraikan berikut ini.
A. PENDEKATAN MAKRO DAN MIKRO DALAM PEMIKIRAN
MENGENAIKEWIRAUSAHAAN
Terdapat dua jenis cara pandang utama dalam pemikiran mengenai
kewirausahaan, yaitu pandangan makro dan pandangan mikro.
1. Pandangan Makro
Pandangan makro terhadap kewirausahaan menunjukkan adanya
sejumlah faktor yang berkaitan dengan sukses atau gagalnya usaha yang
dijalankan oleh seorang wirausahawan. Faktor-faktor ini mencakup berbagai
proses dari luar (eksternal) yang sering kali berada di luar kendali seorang
wirausahawan. Dalam pandangan bersifat makro ini terdapat tiga pendekatan,
di antaranya adalah sebagai berikut.
16. 1.16 KEWIRAUSAHAAN e
a. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan atau cara pandang ini terutama berkaitan dengan berbagai
faktor dari luar yang berpengaruh terhadap pola hidup seseorang
sehingga menyebabkan dia memiliki potensi ataupun tidak memiliki
potensi untuk menjadi seorang wirausahawan. Faktor-faktor ini bisa
berpengaruh positif maupun negatif terhadap munculnya keinginan
untuk memulai kegiatan sebagai wirausahawan.
Faktor-faktor ini terutama berkaitan dengan keberadaan institusi, nilai-
nilai masyarakat dan adat istiadat, yang secara bersama-sama
membentuk suasana lingkungan sosial dan politis tertentu yang mampu
memberikan pengaruh terhadap pemunculan wirausaha. Atau sebaliknya,
kombinasi tertentu dari keseluruhan faktor-faktor tersebut justru
menghambat munculnya kewirausahaan. Sebagai contoh, karyawan
tingkat menengah yang dalam lingkungan pekerjaannya terbiasa
mendapat kebebasan serta dukungan untuk mengembangkan gagasan
dan merealisasikannya, diizinkan mengembangkan perjanjian (kontrak)
dengan pihak luar, menciptakan dan mencoba gagasan baru, maka
lingkungan kerja semacam itu bisa mendorong munculnya keinginan
untuk memulai usaha sendiri sebagai wirausahawan. Lingkungan sosial
seseorang, lingkungan pertemanan maupun keluarga juga bisa
berpengaruh terhadap munculnya keinginan seseorang untuk memulai
usaha sebagai seorang wirausahawan.
b. Pendekatan Keuangan
Pendekatan ini terutama memfokuskan perhatian pada proses penanaman
dan menumbuhkan modal atau uang. Sebagian pihak memang
memandang kewirausahaan hanya sebagai proses mengembangkan atau
menggandakan uang, sementara pandangan yang lain berpendapat bahwa
proses keuangan ini hanyalah salah satu segmen saja dari kegiatan
kewirausahaan.
c. Pendekatan Perpindahan
Cara pandang ini didasarkan pada fenomena kelompok. Dikatakan
bahwa suasana yang dialami kelompok bisa mendorong ataupun
menghambat munculnya faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
menjadi wirausaha. Menurut Ronstadt, seseorang tidak akan terdorong
untuk menjalankan suatu usaha atau menjadi wirausahawan, jika mereka
17. e EKMA4370/MODUL 1 1. 17
tidak dihambat untuk mengerjakan sesuatu ataupun terdesak untuk
meninggalkan kegiatannya semula, sehingga akhirnya mengerjakan jenis
kegiatan yang lain
3
. Terdapat tiga jenis penyebab utama yang
menyebabkan sekelompok orang terdorong untuk berpindah kegiatan,
dan ketiga jenis aspek pendorong tersebut menggambarkan pola
pemikiran yang mewamai pendekatan ini adalah sebagai berikut.
1) Faktor Politik
Warna politik
berkembangnya
suatu negara yang tidak menghalalkan
usaha bebas milik pribadi akan menghambat
munculnya kegiatan kewirausahaan. Corak dari berbagai peraturan
yang diberlakukan oleh suatu negara juga bisa menghambat ataupun
mengarahkan kegiatan masyarakat sehingga cenderung lebih banyak
menggeluti kegiatan tertentu.
2) Faktor Budaya
Kelompok-kelompok sosial tertentu, misalnya yang muncul karena
latar belakang etnis, agama, suku, jenis kelamin dan sebagainya
yang menjadi golongan minoritas di suatu negara, sering kali
diasingkan dari bidang pekerjaan yang umum dikerjakan oleh
masyarakat luas. Desakan semacam ini sering kali mengakibatkan
golongan minoritas tidak tertarik memasuki bidang pekerjaan yang
umum dan cenderung mengembangkan kegiatan bersifat wirausaha.
Sebagai contoh, warga negara Indonesia keturunan Tionghoa di
Indonesia cenderung lebih banyak dijumpai mengerjakan profesi
yang bebas seperti menjadi pedagang daripada profesi pegawai
negeri ataupun menjadi anggota militer.
3) Faktor Ekonomi
Perubahan kondisi perekonomian ke arah yang lebih buruk seperti
resesi sering kali menimbulkan banyak pemutusan hubungan kerja
dan melahirkan banyak penganggur. Perubahan kondisi
perekonomian juga bisa menghambat ataupun mendorong
bertumbuhnya keinginan untuk menjadi wan.
Ketiga jenis pendorong yang menyebabkan terjadinya perpindahan
tersebut menggambarkan faktor-faktor dari luar (eksternal) yang bisa
berpengaruh terhadap berkembangnya kewirausahaan.
3
Ronstadt, dalam Kuratko, hal.35
18. 1.18 KEWIRAUSAHAAN e
2. Pandangan Mikro
Pandangan mikro terutama membahas faktor-faktor yang khas dari
kewirausahaan, yaitu terutama yang muncul dari dalam diri wirausahawan
sendiri. Dalam pandangan mikro terdapat tiga jenis pendekatan, yaitu sebagai
berikut.
a. Pendekatan Ciri
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan ciri-ciri umum
wirausahawan yang dianggap berhasil. Pendekatan semacam ini
berusaha mempelajari ciri-ciri umum orang-orang yang berhasil dalam
mengembangkan usaha, sehingga apabila ciri-ciri itu ditiru maka
diharapkan akan dapat meningkatkan peluang para peniru tersebut untuk
juga mencapai keberhasilan dalam menjalankan usaha. Sebagai contoh,
terdapat empat faktor yang biasanya dianggap terdapat dalam diri
wirausahawan yang sukses, yaitu mempunyai keinginan berprestasi
(achievement), kreatif, memiliki keteguhan hati (determinasi) dan
memiliki pemahaman teknis yang memadai.
Pendapat lain menyatakan bahwa latar belakang keluarga dan pola
pendidikan yang dialami juga bisa berpengaruh terhadap keberhasilan
wirausahawan. Sebagian peneliti malah beranggapan bahwa pola
pendidikan tertentu malah bisa menghambat munculnya kewirausahaan,
sementara peneliti yang lain justru mempercayai hal yang sebaliknya.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa pola pendidikan tertentu dalam
keluarga dapat mendorong ciri-ciri kewirausahaan tumbuh pada
seseorang sejak dini, dan dapat mengantarkannya menjadi wirausahawan
yang berhasil.
b. Pendekatan Peluang Usaha
Pendekatan ini memfokuskan perhatian terhadap masalah peluang dalam
tumbuhnya kewirausahaan. Menemukan gagasan usaha, selanjutnya
mengembangkan gagasan tersebut menjadi konsep usaha, dan kemudian
memanfaatkan peluang usaha merupakan bidang-bidang yang dianggap
penting dalam pendekatan ini. Oleh karena itu, pendekatan ini
menganggap kreativitas serta pemahaman pasar merupakan dua aspek
dasar yang penting.
Gagasan usaha yang tepat, yang muncul pada waktu yang juga tepat, dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dari pasar sasaran (target market)
19. e EKMA4370/MODUL 1 1. 19
yang tepat pula, merupakan kunci keberhasilan kegiatan kewirausahaan
oleh pendekatan ini.
Perkembangan berikutnya dari pendekatan ini kemudian memunculkan
"prinsip koridor". Jalur yang dilalui ataupun peluang baru yang muncul
ternyata berbeda, sehingga wirausahawan berkembang ke arah yang
berlainan. Kemampuan untuk mencium adanya peluang saat peluang
tersebut muncul dan juga kemampuan untuk melaksanakan langkah-
langkah yang dibutuhkan dalam implementasinya, merupakan faktor
kunci menurut pendekatan ini. Dalam pendekatan ini dipercayai bahwa
pihak yang memiliki persiapan memadai, bertemu dengan peluang, akan
mengalami kemujuran. Karena itu, penganut pendekatan ini percaya
bahwa semakin siap seseorang dalam berbagai segmen usaha, akan
meningkatkan kemampuannya untuk menemukan peluang usaha.
c. Pendekatan Strategis
Pendekatan ini menekankan peran penting proses perencanaan dalam
pengembangan usaha yang sukses. Ronstadt memandang perumusan
strategi sebagai pemanfaatan berbagai elemen yang bersifat unik, seperti
pasar yang unik, karyawan, produk, dan berbagai sumber, yang
seluruhnya unik. Elemen-elemen yang unik ini perlu diidentifikasikan,
dan kemudian dikombinasikan sehingga menjadi usaha yang efektif,
yaitu dalam pengertian sebagai berikut.
1) Pasar yang khas
Strategi dikembangkan melalui identifikasi segmen pasar yang
utama dan memahami celah atau ceruk yang khas yang muncul
karena pengaruh segmen pasar utama, dan memanfaatkan ceruk
pasar yang khas tersebut dalam pengembangan usaha.
2) Tenaga kerja yang khas
Usaha dikembangkan dengan memanfaatkan keterampilan atau
bakat luar biasa yang khas dari tenaga kerja yang dimiliki.
3) Produk yang khas
Usaha dikembangkan berlandaskan inovasi, sehingga produk yang
dihasilkan mampu melampaui produk yang sudah ada di pasar.
4) Sumber yang khas
Berusaha memiliki sumber-sumber yang khas dalam jangka panjang
(seperti air, tanah, bahan baku) dan memanfaatkannya sebagai
tumpuan strategi.
20. 1.20 KEWIRAUSAHAAN e
B. PENDEKATAN PROSES DALAM PEMIKIRAN MENGENAI
KEWIRAUSAHAAN
Pendekatan proses merupakan cara lain untuk mengamati kegiatan yang
tercakup dalam kewirausahaan. Dalam pendekatan ini sebenarnya sudah
banyak metode dan model yang dikembangkan dalam rangka
merestrukturkan proses kewirausahaan, tetapi pembahasan hanya akan
dilakukan terhadap tiga jenis pendekatan yang sifatnya lebih tradisional yaitu
Pendekatan Entrepreneurial Events, Pendekatan Assessment Process, dan
Pendekatan Multidimensional. Pendekatan terakhir ini mencoba
menggabungkan individu, lingkungan, dan proses.
Keseluruhan pendekatan ini menjelaskan proses kewirausahaan sebagai
konsolidasi berbagai faktor.
1. Pendekatan Tahapan Pertumbuhan Wirausahawan
Kewirausahaan merupakan proses di mana individu merencanakan,
mengimplementasikan, dan mengendalikan kegiatan kewirausahaannya, dan
ternyata berbagai faktor berpengaruh terhadap setiap kejadian dalam proses
entrepreneurial ini. Pendekatan ini memusatkan perhatian terhadap proses
yang terjadi dalam kegiatan kewirausahaan dengan mempertimbangkan
pengaruh berbagai faktor berikut:
a. Inisiatif : seseorang atau sekelompok orang mengambil inisiatif
untuk menjalankan usaha.
b. Organisasi : berbagai jenis sumber dikumpulkan di kumpulkan atau
diorganisasikan dalam rangka mencapai tujuan dari
usaha.
c. Pengaturan : pihak yang berinisiatif tadi menjalankan pengaturan
terhadap organisasi usaha.
d. Otonomi
e. Risiko
: pemegang inisiatif ini memiliki kebebasan tertentu untuk
menggunakan maupun mengalokasikan sumber-sumber
yang ada.
: keberhasilan ataupun kegagalan usaha yang dijalankan
juga ditanggung oleh karyawan.
f. Lingkungan : usaha ini dilakukan dalam lingkungan di mana terdapat
peluang, berbagai sumber, pesaing, yang keseluruhannya
bisa mempengaruhi terhadap setiap tahapan dalam
perkembangan usaha.
21. e EKMA4370/MODUL 1 1. 21
Perkembangan usaha mengikuti empat tahapan, yaitu tahapan
munculnya gagasan (inovasi), tahapan munculnya unsur pemicu, tahapan
implementasi, dan tahapan tumbuh. Pada setiap tahapan dari pertumbuhan
usaha terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi, seperti ditunjukkan pada
skema di halaman berikut (Gambar 1.1) sehingga pola tumbuh setiap
wirausahawan juga berlain-lainan.
Pribadi
• Keinginan men-
capai sukses
• Kebebasan
mengatur diri
sendiri
• Toleransi
terhadap situasi
mendua
• Kesediaan
menanggung resiko
• Nilai yang dianut
• Pendidikan
• Pengalaman
Tahapan
gagasan
(inovasi)
lingkungan
• Peluang
• Role model
• Kreatifitas
Pribadi
• Kesediaan
menanggung resiko
• Ketidakpuasan
dalam pekerjaan
• Kehilangan
pekerjaan
• Pendidikan
• Agama
• Jenis Kelamin
• Keteguhan
(komitmen)
Sosial
• Jejaring
pergaulan
• Kelompok
• Orangtua
• Keluarga
• Role model
Tahapan mun-
culnya unsur
•
pem1cu
lingkungan
• Tingkat
.
persamgan
• Ketersediaan
sumber
• lnkubasi usaha
• Kebijakan
pemerintah
Gambar 1.1.
Pribadi
• Kewirausahan
• Pemimpin
• Manajer
• Keteguhan
(komitmen)
• Cara pandang
Tahapan
lmple-
•
mentas1
lingkungan
• Pesaing
• Pasar/ konsumen
• Pemasok
• Pemodal
• Bank
• Hukum
• Ketersediaan
sumber
• Kebijakan
pemerintah
Tahapan Pertumbuhan Kewirausahaan
Organisasi
• Tim
• Strategi
• Struktur
• Budaya
• Jenis Produk
Tahapan
Tumbuh
22. 1.22 KEWIRAUSAHAAN e
2. Pendekatan Perspektif Kewirausahaan
Pendekatan ini dilakukan melalui inventarisasi secara kualitatif, secara
kuantitatif, secara strategis, dan secara etis terhadap
perusahaannya, dan juga lingkungannya. Untuk
kewirausahaan, basil inventarisasi ini perlu dibandingkan
wirausahawan,
mengevaluasi
terhadap tahap
perkembangan kewirausahaan, yaitu kewirausahaan yang terjadi pada
tahapan dini dari karier seseorang, pada pertengahan karier, dan yang terjadi
di akhir karier. Pendekatan ini dijelaskan pada skema yang ditunjukkan pada
Gambar 1.2.
Jenis Usaha
yang dijalankan
Corak
Wirausahawan
lnventarisasi:
• Kuantitatif
~-----'~ • Kualitatif l~'-----1
1 • Strategis ~
• Etis
apakah hasil inventarisasi sesuai dengan :
Tahapan perkembangan sebagai Q
• •
Pendidikan dan Menjadi • Menjadi • Menjadi• •• •
Pengalaman wirausaha • wirausaha- • wirausaha-• •
• •
sebelumnya wan sejak • wan pada • wan pada• •• •
dini • pertengahan • akhir karir• •
• •• karir •
• •• •
• •• •
• •• •
• •• •
• •
Gambar 1.2.
Pendekat an Perspekt if Kewi rausahaan
Corak
Lingkungan
••
••
••
••
••
••
••
••
••
••
••
•
23. e EKMA4370/MODUL 1 1.23
3. Pendekatan Multidimensi
Pendekatan yang lebih rinci melihat kewirausahaan dari berbagai
dimensi. Kewirausahaan dipandang sebagai kerangka multidimensi yang
kompleks yang terutama memperhatikan dimensi individu, lingkungan,
organisasi, dan proses pertumbuhan usaha. Faktor-faktor yang berkaitan
dengan masing-masing dimensi adalah sebagai berikut.
Individu
a. Keinginan mencapai sukses.
b. Kebebasan mengatur diri sendiri.
c. Kesediaan menanggung risiko.
d. Kepuasan kerja.
e. Pengalaman kerja sebelumnya.
f. Kadar kewirausahaan orang tua
g. Umur.
h. Pendidikan.
Lingkungan
a. Ketersediaan modal ventura.
b. Kehadiran wirausahawan berpengalaman.
c. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan teknis.
d. Ketersediaan pemasok.
e. Ketersediaan konsumen atau pasar (yang baru).
f. Dukungan kebijakan pemerintah.
g. Kehadiran Perguruan Tinggi.
h. Ketersediaan laban dan fasilitas.
i. Ketersediaan transportasi.
j. Sikap masyarakat sekitar.
k. Ketersediaan jasa pendukung.
1. Standar hidup masyarakat.
Organisasi
a. Jenis atau corak usaha.
b. Lingkungan kewirausahaan.
c. Partner untuk patungan.
d. Variabel strategis: 1) Ongkos, 2) Diferensiasi, 3) Fokus
e. Ambang persaingan untuk masuk dalam usaha.
24. 1.24 KEWIRAUSAHAAN e
Proses
1. Menemukan peluang usaha.
2. Mengumpulkan sumber yang diperlukan.
3. Memasarkan produkljasa.
4. Membuat produk.
5. Mengembangkan organisasi.
6. Menjawab keinginan pemerintah dan masyarakat.
Saling hubungan antara empat dimensi utama yang terlibat dalam
pertumbuhan wirausaha wirausahawan baru dijelaskan pada Gambar 1.3.
Pendekatan ini mengubah pemikiran mengenai kewirausahaan dari pemikiran
yang memandang berbagai dimensi kewirausahaan secara terpilah-pilah
menjadi pendekatan dinamis yang memperhatikan saling hubungan antara
berbagai dimensi secara interaktif.
25. e EKMA4370/ MODUL 1
Lingkngan :
• Ketersedian modal ventura
~············~
•
•
•••
••
•••
•••••
•••••
~
• Kehadiran wirausahawan berpengalaman
• Tenaga kerja yang memiliki keterampilan teknis
• Ketersediaan pemasok
• Ketersediaan konsumen atau pasar (yang baru)
• Dukungan kebijakan pemerintah
• Kehadiran Perguruan Tinggi
• Ketersediaan lahan dan fasilitas
• Ketersediaan transportasi
• Sikap masyarakat sekitar
• Ketersediaan jasa pendukung
• Standar hidup masyarakat
• Tingkat Diferensiasi Pekerjaan dan lndustri
• Persentase imigran yang tinggi
• Daerah perkotaan yang luas
• Ketersediaan sumber keuangan
• Ambang masuk
• Tingkat persaingan
• Tekanan produk substitusi
• Posisi tawar pembeli
• Posisi tawar pemasok
A
••••
•••••
••
•••
••
•••
•
~-···········~
lndividu :
• Keinginan mencapai sukses
• Kebebasan mengatur diri sendiri
• Kesediaan menanggung resiko
• Kepuasan kerja
• Pengalaman ke~a sebelumnya
• Kadar kewirausahaan orangtua
~············:
•
•
•••
••
•••
•••••
•••••
• Umur
• Pendidikan
Proses :
A
••
••
•••
••
••
•••
••
•••
••
••
•••
••
••
•••
••
•••
••
•••••
•••••
••••
•••
••
•••••
••••
•••••
•••
••
•••••
••••
•••••
•••
••
•••••
•••••
••
••
•••
•
• Menemukan peluang usaha
• Mengumpulkan sumber yang
diperlukan
• Memasarkan produk/jasa
• Membuat produk
• Mengembangkan organisasi
~
Organisasi :
• Keinginan mencapai sukses
• Diferensiasi
• Fokus
• Produkljasa baru
• Pesaing sejenis
• Munculnya franchise
• Transaksi geografis
• Kelangkaan supply
• Pemanfaatan sumber yang terbengkalai
• Kontrak dengan konsumen
• Menjadi sumber ke dua
• Jonit venture (usaha bersama)
• Lisensi
• Melepas Pasar
• Pemisahan Divisi
• Cenderung memasok pemerintah
• Perubahan Peraturan Pemerintah
A
••••
•••••
••
•••
••
•••
•
~············=
• Menjawab keinginan pemerintah
dan masyarakat
Gambar 1.3.
Variabel-variabel yang terlibat dalam Pembentukan Usaha Baru
1.25
26. 1.26 KEWIRAUSAHAAN e
C. INTRAPRENEURSHIP
Istilah intrapreneur mulai menjadi populer di dunia usaha. Intrapreneur
mengembangkan semangat kewirausahaan dalam suatu organisasi, sehingga
menyebabkan tumbuhnya atmosfer atau suasana inovatif dalam organisasi
tersebut. Intrapreneur secara sukarela mengambil tanggung jawab untuk
menciptakan temuan-temuan baru yang bermanfaat dalam suatu organisasi.
Penjelasan mengenai intrapreneurship ini akan dibahas pada modul
selanjutnya.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Sebutkan jenis cara pandang utama dalam pemikiran mengenai
kewirausahaan!
2) Jelaskan cara pandang pendekatan lingkungan mengenai kewirausahaan!
3) Jelaskan apa yang menjadi fokus utama pendekatan keuangan?
4) Jelaskan pandangan pendekatan perpindahan tentang kewirausahaan!
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Terdapat dua jenis cara pandang utama dalam pemikiran mengenai
kewirausahaan, yaitu pandangan makro dan pandangan mikro.
2) Pendekatan lingkungan memandang berbagai faktor dari luar yang
berpengaruh terhadap pola hidup seseorang sehingga menyebabkan dia
memiliki potensi ataupun tidak memiliki potensi untuk menjadi seorang
wirausahawan.
3) Fokus utama pendekatan keuangan adalah pada proses penanaman dan
menumbuhkan modal atau uang.
4) Berdasarkan pendekatan perpindahan, faktor yang bisa mendorong
ataupun menghambat seseorang menjadi wirausaha adalah suasana yang
dialami kelompok.
27. e EKMA4370/MODUL 1 1.27
RANG KUMA N;.__________________
1) Terdapat dua jenis cara pandang utama dalam pemikiran mengenai
kewirausahaan, yaitu pandangan makro dan pandangan mikro.
Pandangan makro menunjukkan adanya sejumlah faktor yang
berkaitan dengan sukses atau gagalnya usaha yang dijalankan oleh
seorang wirausahawan. Faktor-faktor ini mencakup berbagai proses
dari luar (eksternal) yang sering kali berada di luar kendali seorang
wirausahawan. Dalam pandangan bersifat makro ini terdapat tiga
pendekatan, yaitu: lingkungan, keuangan dan perpindahan.
2) Pendekatan lingkungan memandang berbagai faktor dari luar yang
berpengaruh terhadap pola hidup seseorang sehingga menyebabkan
dia memiliki potensi ataupun tidak memiliki potensi untuk menjadi
seorang wirausahawan.
3) Pendekatan keuangan terutama memfokuskan perhatian pada proses
penanaman dan menumbuhkan modal atau uang. Sebagian pihak
memang memandang kewirausahaan hanya sebagai proses
mengembangkan atau menggandakan uang, sementara pandangan
yang lain berpendapat bahwa proses keuangan ini hanyalah salah
satu segmen saja dari kegiatan kewirausahaan.
4) Berdasarkan pendekatan perpindahan, suasana yang dialami
kelompok bisa mendorong ataupun menghambat munculnya faktor-
faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausaha.
5) Pandangan mikro membahas terutama faktor-faktor yang khas dari
kewirausahaan, yaitu terutama yang muncul dari dalam diri
wirausahawan sendiri. Dalam pandangan mikro terdapat tiga jenis
pendekatan, yaitu pendekatan ciri, pendekatan peluang usaha dan
pendekatan strategis.
6) Pendekatan proses merupakan cara lain untuk mengamati kegiatan
yang tercakup dalam kewirausahaan. Dalam pendekatan ini
sebenamya sudah banyak metode dan model yang dikembangkan
dalam rangka menstrukturkan proses kewirausahaan, tetapi
pembahasan hanya akan dilakukan terhadap tiga jenis pendekatan
yang sifatnya lebih tradisional yaitu Pendekatan Entrepreneurial
Events, Pendekatan Assessment Process, dan Pendekatan
Multidimensional.
7) Intrapreneur mengembangkan semangat kewirausahaan dalam suatu
organisasi, sehingga menyebabkan tumbuhnya atmosfer atau
suasana inovatif dalam organisasi tersebut. Intrapreneur secara
sukarela mengambil tanggung jawab untuk menciptakan temuan-
temuan baru yang bermanfaat dalam suatu organisasi.
28. 1.28 KEWIRAUSAHAAN e
T E S F 0 R MAT IF 2= - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Pendekatan atau cara pandang yang berkaitan dengan berbagai faktor
dari luar yang berpengaruh terhadap pola hidup seseorang sehingga
menyebabkan dia memiliki potensi ataupun tidak memiliki potensi untuk
menjadi seorang wirausahawan disebut pendekatan ....
A. lingkungan
B. multidimensional
C. assesment process
D. keuangan
2) Salah satu pendekatan dalam pandangan makro ini antara lain
pendekatan ....
A. multidimensional
B. perpindahan
C. assesment process
D. entrepreneurial events
3) Suasana yang dialami kelompok bisa mendorong ataupun menghambat
munculnya faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi
wirausaha.
Hal ini merupakan pandangan pendekatan ....
A. keuangan
B. lingkungan
C. perpindahan
D. multidimensional
4) Pandangan yang membahas faktor-faktor yang khas dari kewirausahaan,
terutama aspek yang muncul dari dalam diri wirausahawan sendiri
adalah merupakan pandangan ....
A. makro
B. keuangan
C. perpindahan
D. mikro
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
29. e EKMA4370/MODUL 1
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - x 100%
Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% =baik
70 - 79% =cukup
< 70% =kurang
1.29
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
30. 1.30 KEWIRAUSAHAAN e
Kunci Jawaban Tes Format if
Tes Formatif1 Tes Formatif2
1) A 1) A
2) D 2) B
3) D 3) c
4) D 4) D
5) c
31. e EKMA4370/MODUL 1 1. 31
Daft ar Pust aka
Boyd and Gumpert. (1985). Coping with Entrepreneurial Stress. Harvard
Business Review, Nov, Dec.
Bruce G. Whiting. (1988). Creativity and Entrepreneurship: How Do They
Relate? Journal of Creative Behavior 22, No.3.
Donald M. Dible. (1980). Small Business Success Secrets. The Entrepreneur
Press.
Doris Shallcross, Anthony M. Gawienowski. (1989). ''Top Experts Address
Issues on Creativity Gap in Higher Education. Journal of Creative
Behavior 23, No.2.
Douglas W. Naffziger, Jeffrey S. Hornsby, and Donald F. Kuratko. (1994).
"A Proposed Research Model of Entrepreneurial Motivation",
Entrepreneurship Theory and Practice. Spring.
Edward de Bono. (1970). Lateral Thinking, Creativity Step by Step. New
York: Harper & Row.
Eugene Staley, Richard Morse. (1965). Modern Small Industry for
Developing Countries. McGraw-Hill.
John J. Kao. (1991). The Entrepreneur. Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice-Hall.
Manfred P.R. Kets de Vries. (1985). The Dark Side of Entrepreneurship.
Harvard Business Review, Nov, Dec.
Michael Kirton. (1976). Adaptors and Innovators: A Description and
Measure. Journal of Applied Psychology, Oct.
Peter F. Drucker. (1985). Innovation and Entrepreneurship. New York,
Harper & Row.
32. 1.32 KEWIRAUSAHAAN e
Peter R. Dickson. (1994). Marketing Management. (Fort Worth, TX), The
Dryden Press.
Peter R. Dickson. (2000). Marketing Research and Information Systems,
Marketing Best Practices. Ft. Worth, TX : Harcourt College Publishers.
Program Orientasi Industri Kecil dan Menengah di Perguruan Tinggi. (2007).
Paket 1 Pelatihan IKM untuk Wisudawan Perguruan Tinggi. Bandung:
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Departemen
Perindustrian Republik Indonesia dan SBHL Consulting.
S.B. Hari Lubis. (1984). Caracteristiques des Dirigeants, Degre de
Croissance et Types d'Organization Dans Les Petites Entreprises en
Indonesia. Etude de 61 Firmes Industrielles de Textile. Disertasi Doktor,
IAE Grenoble-Prancis.
Stephen W McDaniel and A. Parasuraman. (1986). "Practical Guidelines for
Small Business Marketing Research". Journal of Small Business
Management, Jan.
Thomas Monroy and Robert Folger. (1993). "A Typology of Entrepreneurial
Styles : Beyond Economic Rationality. Journal of Positive Entreprise IX,
No.2.
Timothy A. Matherly and Ronald E. Goldsmith. (1985). The Two Faces of
Creativity. Business Horizons, Sept/Oct.
33. MDDUL 2
Karakt erist ik dan Fakt or Ri si ko
dal am Kewi rausahaan
Dr. lr. S B. Hari Lubis
PENDAHULUAN
ebelum membahas lebih dalam tentang kewirausahaan, mari kita
renungkan beberapa pertanyaan berikut.
1. Saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai kurang lebih 238 juta
orang dan tingkat pengangguran mencapai kurang lebih 12,6 juta orang.
Siapakah pihak yang dapat mengurangi jumlah pengangguran dengan
membuka lapangan pekerjaan?
2. Indonesia mempunyai sumber kekayaan alam yang melimpah dan
tanahnya dikenal subur. Siapakah yang akan mengembangkannya untuk
kemakmuran bangsa Indonesia?
Jawabannya tidak lain adalah para wirausahawan. Para wirausahawan
inilah yang akan menggerakkan roda perekonomian negara. Merekalah yang
mampu mengenali dan memanfaatkan peluang dan selanjutnya mengubah
peluang tersebut menjadi suatu usaha yang layak dilaksanakan. Berdasarkan
uraian di atas tergambar betapa besar peran para wirausahawan ini. Berkaitan
dengan hal itu McClelland mengatakan bahwa suatu negara akan mampu
mencapai kemakmuran jika jumlah wirausahawan negara tersebut paling
sedikit mencapai 2% dari jumlah penduduknya.
Dengan menggunakan patokan angka 2% dari McClelland tersebut,
dengan asumsi jumlah penduduk saat ini 238 juta, berarti negara Indonesia
memerlukan 4,76 juta wirausahawan yang tangguh. Andaikata rata-rata setiap
satu wirausahawan mampu menyerap sepuluh orang pekerja, maka akan
tercipta lapangan kerja untuk 41 juta penduduk. Dengan asumsi setiap
pekerja menanggung beban 4 orang, maka sebanyak 164 juta orang akan
terbantu kehidupannya. Dilihat dari segi penerimaan negara, andaikata rata-
rata seorang wirausahawan membayar pajak per bulan sebesar 10 juta, maka
34. 2.2 KEWIRAUSAHAAN e
negara akan mendapatkan penerimaan pajak sebesar 41 triliun per bulan atau
492 triliun per tahun.
Berdasarkan gambaran di atas, tergambar betapa besar peran para
wirausahawan ini dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.
Oleh karena itu, dalam Modul 2 ini kami perlu membahas secara khusus
mengenai wirausahawan ini. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan
mahasiswa mampu:
1. menjelaskan siapa sebenarnya wirausahawan;
2. menjelaskan sumber Informasi dalam mempelajari kewirausahawan;
3. menjelaskan ciri-ciri wirausahawan;
4. menjelaskan "sisi gelap" wirausahawan;
5. menjelaskan motivasi wirausahawan.
35. e EKMA4370/ MODUL 2 2.3
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Karakt erist ik Wi rausahawan
enelitian terhadap penciptaan usaha baru diawali dengan mempelajari
ciri-ciri psikologis para entrepreneur (wirausahawan). Lama-kelamaan,
ciri-ciri individual ini dibongkar, dijungkirbalikkan, dan akhirnya disadari
telah diukur dengan cara yang salah. Akibatnya, muncul kecenderungan
untuk mengukur faktor apapun, asal bukan mengukur tentang orangnya.
Kondisi ekonomi dianggap merupakan unsur yang penting, juga pemasaran,
keuangan, dan sebagainya. Tapi, keseluruhan unsur-unsur ini tidak akan
mampu menciptakan usaha baru. Tetap saja diperlukan seseorang yang
menggabungkan keseluruhan unsur tersebut dalam pikirannya, yang
meyakini bahwa inovasi memang dimungkinkan, dan memiliki motivasi
untuk tetap bertahan hingga pekerjaan terlaksana.
A. ENTREPRENEUR (WIRAUSAHAWAN)
Generasi muda abad ke-21 di Amerika sering kali dinamakan generasi X
karena mereka sering merasa diasingkan (exile) dari peluang-peluang
tradisional. Generasi abad ke-21 ini mungkin lebih tepat disebut Generasi E
karena merupakan generasi yang paling bersifat entrepreneur sejak Revolusi
Industri. Hampir 5,6 juta orang Amerika yang berusia kurang dari 34 tahun
sedang mencoba mengembangkan usaha baru milik sendiri. Sepertiga dari
entrepreneur baru ini usianya kurang dari 30 tahun. Lebih dari 60%
penduduk yang berusia antara 18 hingga 29 tahun ternyata ingin memiliki
usaha sendiri, dan hampir 80% calon pengusaha berumur antara 18 tahun
hingga 34 tahun.
Setiap orang memiliki potensi dan bebas untuk memilih menjadi
entrepreneur. Apa yang sebenarnya mendorong seseorang memilih menjadi
entrepreneur belum teridentifikasi, walaupun sebenarnya proses
kewirausahaan terus-menerus dipelajari untuk memahami kekuatan yang
mendorong seseorang menjadi entrepreneur.
Modul ini mencoba lebih menjelaskan sisi individual dan sisi psikologis
entrepreneur. Selain itu akan dijelaskan ciri-ciri umum yang sering dianggap
berkaitan dengan entrepreneur yang sukses, dan juga elemen-elemen yang
menyebabkan kegagalan. Dengan cara seperti ini diharapkan dapat diperoleh
36. 2.4 KEWIRAUSAHAAN e
pemahaman yang lengkap tentang perilaku entrepreneur, sehingga
pemahaman tersebut bisa menjadi acuan untuk mengukur potensi setiap
orang untuk menjadi pengusaha.
B. SlAPA SEBENARNYA ENTREPRENEUR?
Entrepreneur dianggap menjadi landasan dari sistem usaha dalam
perekonomian Amerika. Enterpreneur dianggap sebagai pelaku usaha yang
selalu memperbaharui diri dalam perekonomian. Entrepreneur biasanya
didefinisikan sebagai pihak yang menanggung risiko dalam penciptaan usaha
baru, sehingga biasanya merupakan orang yang optimis, pekerja keras yang
berpendirian teguh, yang memperoleh kepuasan besar karena mampu
mencari nafkah secara mandiri. Memulai usaha bukan hanya memerlukan
gagasan, tetapi juga memerlukan orang yang istimewa, yakni seorang
entrepreneur yang menggunakan rencana dan pertimbangan yang tepat, serta
kesediaan menanggung risiko untuk mendukung keberhasilan usahanya.
Didorong oleh rasa tanggung jawab yang besar dan daya tahan yang
teguh, entrepreneur biasanya bekerja sangat keras. Entrepreneur biasanya
merupakan seseorang yang optimis sehingga menganggap cangkir yang
hanya terisi setengahnya sebagai cangkir setengah penuh, sementara orang
yang pesimis menganggapnya sebagai cangkir setengah kosong. Mereka
sangat menghargai integritas dan sangat bersemangat berusaha mencapai
keberhasilan. Mereka memanfaatkan kesalahan sebagai bahan untuk belajar,
sehingga dengan penuh rasa percaya diri para entrepreneur kebanyakan
meyakini bahwa mereka sendirian mampu meningkatkan basil usaha yang
mereka jalankan.
Banyaknya usaha baru yang gagal menunjukkan sulitnya membuka dan
menjalankan usaha. Kegagalan usaha baru paling sering terjadi karena
pengusaha baru biasanya tidak memiliki pengalaman maupun kemampuan
yang memadai. Tetapi faktor-faktor apa saja yang sebenarnya bisa membuat
perusahaan sukses? Apakah faktor-faktor ini sesuai dengan komponen-
komponen entrepreneurship. Bagian ini akan mencoba untuk membahas
masalah tersebut.
37. e EKMA4370/MODUL 2
C. SUMBER INFORMASI DALAM MEMPELAJARI
ENTREPRENEURSHIP (KEWIRAUSAHAAN)
2.5
Terdapat tiga jenis sumber informasi yang utama dalam usaha untuk
memahami entrepreneurship, yakni berbagai jenis publikasi, baik yang
bersifat populer maupun yang bersifat ilmiah, seperti berikut ini.
1. Jumal teknis dan profesional.
2. Text book entrepreneurship.
3. Buku-buku tentang entrepreneurship bersifat petunjuk praktis (how-to)
yang ditulis oleh para praktisi yang memang memiliki pengalaman
aktual di lapangan.
4. Biografi atau otobiografi dari para entreprenenur.
5. Surat kabar.
6. Buletin lembaga-lembaga yang kegiatannya berkaitan dengan pembinaan
usaha baru.
7. Proceeding konferensi mengenai entrepreneurship.
8. Berbagai publikasi pemerintah yang relevan.
Sumber informasi kedua untuk memahami entrepreneurship datang dari
pengamatan langsung terhadap entrepreneur dan kegiatan yang mereka
lakukan di lapangan. Melalui pengamatan, wawancara dan studi kasus,
dicoba dipelajari pengalaman para entrepreneur dalam menjalankan
usahanya, yaitu untuk memahami ciri, karakteristik, dan kepribadian masing-
masing entrepreneur sehingga bisa ditemukan profil entrepreneur secara
umum.
Sumber informasi lain adalah pidato atau presentasi para entrepreneur,
misalnya dalam seminar, loka karya ataupun dalam pertemuan lainnya.
Walaupun tidak memberikan keterangan yang mendalam, tetapi informasi
semacam ini bisa memberikan peluang untuk memahami cara berpikir para
Entrepreneur.
38. 2.6 KEWIRAUSAHAAN e
D. KARAKTERISTIK ENTREPRENEUR
John Kao
1
menunjukkan beberapa karakteristik umum entrepreneur
berikut ini.
1. Bertanggung jawab penuh, berhati yang teguh, dan memiliki daya tahan
yang tinggi.
2. Memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil maupun untuk tumbuh.
3. Berorientasi pada peluang dan memiliki sasaran yang jelas.
4. Berinisiatif dan bersedia memikul tanggung jawab secara pribadi.
5. Memiliki ketekunan dalam memecahkan masalah.
6. Realistis dan mampu menghargai humor.
7. Mencoba memperoleh umpan balik dan memanfaatkannya.
8. Menginginkan kebebasan mengatur diri sendiri (internal locus of
control).
9. Bersedia menanggung risiko yang terhitung.
10. Tidak mengindahkan status dan tidak tertarik pada kekuasaan.
11. Memiliki integritas dan merupakan seseorang yang bisa dipercaya.
Seorang peneliti mendeskripsikan entrepreneurship sebagai berikut:
Calon entrepreneur biasanya memiliki impian, ingin mencapai "pulau
pribadi t empat unt uk membangun" , mencipta, dan mengubah impian
mereka menj adi kenyataan. rv1enj adi entrepreneur seakan memiliki
pulau impi an dan yang Iebi h pent ing adalah memi Iiki perahu dan
kesediaan bekerj a, mendayung perahu menuj u pulau impian.
Sebagian orang hanya sanggup berputar-putar sekitar pantai tidak
mampu mencapai tuj uan karena tidak paham cara mendayung maupun
cara mengendalikan perahu. Lebih buruk lagi adalah orang-orang yang
tetap di darat dan tidak masuk ke dalam perahu karena merasa takut.
Tetapi, para pemimpi ini suatu saat mungkin berubah menjadi
entrepreneur j ika mereka mampu mengarahkan berbagai j enis sumber,
dari luar maupun dari dalam, untuk mengubah impian mereka menj adi
kenyataan. Setiap orang memiliki impian, tetapi mimpi entrepreneur
adalah tentang usaha.
1
John J.Kao, The Entrepreneur, Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall, 1991,
dalam Kuratko, hal. 97.
39. e EKMA4370/MODUL 2 2.7
Stevenson dan Gumpert menunjukkan bahwa seseorang yang bersifat
entrepreneur biasanya imajinatif, fleksibel, dan bersedia menanggung risiko.
Selanjutnya, Hornaday mempelajari berbagai jenis literatur dan menyusun
42 ciri yang dikatakan biasanya dimiliki oleh seorang entrepreneur. Di
bawah ini ciri-ciri yang sering dianggap dimiliki entrepreneur, adalah berikut
. . 2
Inl.
1. Percaya diri.
2. Memiliki daya tahan dan keteguhan hati yang kuat.
3. Penuh energi dan tekun.
4. Memiliki banyak akal.
5. Kemampuan untuk mengambil risiko terhitung.
6. Dinamis dan memiliki kepemimpinan.
7. Optimis.
8. Memiliki dorongan untuk berhasil.
9. Memiliki aneka ragam kemampuan, pemahaman mengenai produk,
pasar, peralatan, dan teknologi.
10. Kreatif.
11. Memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain.
12. Memiliki kemampuan untuk membina hubungan baik dengan pihak lain.
13. Berinisiatif.
14. Fleksibel.
15. Cerdas.
16. Cenderung memiliki sasaran yang jelas.
17. Menanggapi tantangan secara positif.
18. Independen.
19. Menanggapi saran dan kritik secara positif.
20. Pandai memanfaatkan waktu dan efisien.
21. Kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat.
22. Bertanggung jawab.
23. Mampu melihat ke masa depan.
24. Memiliki ketelitian dan pengamatan yang lengkap.
25. Mampu bekerja sama.
26. Kecenderungan pada keuntungan.
27. Kemampuan untuk belajar dari kesalahan.
28. Kemampuan memahami kekuasaan.
2
Kuratko, hal. 98.
40. 2.8 KEWIRAUSAHAAN e
29. Memiliki kepribadian yang menyenangkan.
30. Memiliki harga diri.
31. Memiliki keberanian.
32. Memiliki imajinasi.
33. Cepat paham.
34. Mampu menerima situasi mendua.
35. Agresif.
36. Memiliki kemampuan untuk menikmati kegembiraan.
37. Efektif.
38. Menepati janji.
39. Kemampuan untuk mempercayai karyawan.
40. Peka terhadap orang lain.
41. Jujur dan memiliki integritas.
42. Memiliki kedewasaan dan keseimbangan.
Kewirausahaan juga sering kali dianggap sebagai basil interaksi berbagai
jenis keterampilan berikut. Kontrol diri, perencanaan dan penetapan sasaran,
kesediaan menanggung risiko, inovasi, pemahaman terhadap realitas,
pemanfaatan umpan balik, pengambilan keputusan, hubungan antarmanusia,
dan kebebasan. Selain itu banyak pihak yang percaya bahwa entrepreneur
yang sukses adalah seseorang yang tidak takut menghadapi kegagalan.
Sekarang ini sepuluh karakteristik entrepreneur yang paling
muncul adalah Karakteristik Enterpreneur Abad 21,
3
yang terdiri dari:
1. mampu mengenali dan memanfaatkan peluang;
2. memiliki aneka ragam kemampuan;
3. kreatif;
4. memiliki impian masa depan;
5. berpikiran bebas;
6. pekerja keras;
7. optimis;
8. penemu sesuatu yang baru (inovator);
9. berani mengambil risiko;
10. memiliki jiwa pemimpin.
3
Kuratko, hal. 99.
•
ser1ng
41. e EKMA4370/MODUL 2 2.9
Ciri-ciri baru terus-menerus ditambahkan pada 10 karakteristik
entrepreneur tersebut.
Berikut ini dicoba memberikan penjelasan yang lebih lengkap terhadap
beberapa karakteristik entrepreneur yang paling sering muncul. Walaupun
belum lengkap, tetapi penjelasan ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai kewirausahaan.
1. Menepati Janji, Daya Tahan, Keteguhan Hati yang Kuat
Melebihi berbagai faktor lainnya, keteguhan hati yang kuat untuk
berhasil membuat entrepreneur mampu mengatasi berbagai jenis hambatan
maupun kegagalan. Keteguhan hati yang kuat disertai tekad yang kuat
membuat entrepreneur mampu mengatasi kesulitan dan hambatan yang oleh
kebanyakan orang dianggap tidak akan dapat diatasi. Entrepreneur tidak
jarang harus menggadaikan rumah tempat ia tinggal, mengurangi gajinya
sendiri, mengorbankan waktu untuk berkumpul dengan keluarga, dan
mengurangi kenyamanan hidupnya demi keberhasilan mencapai tujuan.
2. Dorongan untuk Berhasil
Entrepreneur biasanya memacu dirinya sendiri dan memiliki dorongan
internal yang kuat untuk bersaing, melampaui standar yang ia buat sendiri,
dan berusaha mencapai sasaran yang menantang. Kebutuhan untuk mencapai
keberhasilan (prestasi) banyak dibahas dalam tulisan mengenai entrepreneur
yang dipelopori oleh David McClelland di tahun-tahun 1950-1960an
mengenai motivasi. Seseorang dengan keinginan yang tinggi untuk berhasil
ternyata merupakan pengambil risiko yang moderat. Mereka mengamati
situasi, kemudian menetapkan taktik untuk meningkatkan besarnya
kemungkinan berhasil. Karena itu, keputusan yang dianggap mengandung
risiko yang tinggi oleh orang biasa sering kali dianggap sebagai keputusan
dengan risiko yang moderat oleh entrepreneur yang memiliki dorongan kuat
untuk berhasil.
3. Berorientasi pada Peluang
Entrepreneur yang berhasil dan memiliki pikiran terbuka pada umumnya
memiliki pola yang jelas, yaitu perhatiannya lebih terpusat pada peluang
daripada terhadap sumber, struktur, ataupun terhadap strategi. Mereka
memulai usaha dari peluang dan pemahaman mereka terhadap peluang selalu
menjadi acuan dalam menyelesaikan berbagai jenis permasalahan. Dalam
42. 2.10 KEWIRAUSAHAAN e
berbagai tindakan, para entrepreneur ini selalu mengacu pada tujuan untuk
memanfaatkan peluang. Biasanya mereka menetapkan sasaran yang
cenderung tinggi tetapi masih memungkinkan untuk dicapai, sehingga bisa
menghemat energi, mampu menyeleksi peluang dengan cermat, dan paham
kapan harus mengatakan tidak. Kecenderungan terhadap sasaran juga
membuat mereka mampu menetapkan prioritas, menentukan ukuran
keberhasilan pencapaiannya, sehingga dia dapat mengukur sebaik apa kinerja
yang telah dicapai.
4. Berinisiatif dan Bertanggung Jawab
Sejak lama para entrepreneur dipandang sebagai inovator yang
independen dan juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kebanyakan
peneliti menyepakati bahwa para entrepreneur merupakan pihak yang secara
aktif mengambil inisiatif. Mereka bersedia menjadi penanggung jawab
keberhasilan ataupun kegagalan suatu kegiatan. Mereka juga merupakan
pengambil inisiatif dalam pemecahan masalah atau dalam mengisi
kekosongan kepemimpinan. Mereka menyukai situasi di mana dampak dari
kehadiran ataupun keikutsertaan mereka bisa terlihat dengan jelas. Ini
dianggap merupakan ekspresi dari fitrah entrepreneur yang cenderung
bertindak.
5. Memiliki Ketekunan dalam Pemecahan Masalah
Entrepreneur tidak terganggu oleh situasi yang sulit. Mereka memiliki
rasa percaya diri yang tinggi, optimis, sehingga menganggap kondisi yang
sulit akan segera berlalu. Tetapi, sikap semacam ini bukan muncul karena
para entrepreneur bersikap "bagaimana nanti" ataupun karena "keras kepala"
dalam menghadapi hambatan. Jika permasalahan yang menghambat terlalu
mudah ataupun mustahil bisa diselesaikan, sering kali entrepreneur yang
lebih dulu menyerah. Permasalahan yang terlalu mudah mereka anggap
membosankan, sedang permasalahan yang mustahil bisa diselesaikan mereka
anggap sebagai penghamburan waktu. Walaupun entrepreneur biasanya
sangat 'keras hati', tetapi mereka tetap realistis sehingga menyadari apa yang
bisa ataupun tidak mungkin diselesaikan. Mereka juga biasanya paham di
mana bisa memperoleh bantuan untuk menyelesaikan permasalahan yang
sulit dan tampak seakan tidak terhindarkan.
43. e EKMA4370/MODUL 2 2. 11
6. Mencoba Memperoleh Umpan balik
Enterpreneur yang berhasil sering digambarkan sebagai pembelajar yang
baik. Tidak seperti orang biasa, mereka menonjol sekali keinginannya untuk
mengetahui, untuk berbuat, dan memperbaiki kinerja mereka. Karena itu para
entrepreneur secara aktif mencari dan memanfaatkan umpan balik. Umpan
balik ini juga merupakan acuan utama yang mereka gunakan dalam belajar,
baik dari kegagalan maupun dari kemunduran.
7. Kebebasan Mengatur Diri Sendiri (Internal Locus of Control)
Entrepreneur yang berhasil selalu percaya kepada dirinya sendiri.
Mereka tidak percaya bahwa keberhasilan ataupun kegagalan usaha yang
mereka jalankan bersumber dari kemujuran, kesialan, takdir, ataupun
kekuatan sejenis. Mereka lebih percaya bahwa kemajuan ataupun
kemunduran ada di bawah kendali dan pengaruh diri sendiri. Karena itu
mereka bisa mempengaruhi basil dari kegiatan yang mereka jalankan. Ciri ini
selaras dengan perlunya dorongan yang kuat untuk berhasil, keinginan
bertanggung jawab, dan rasa percaya diri yang umumnya dimiliki oleh para
entrepreneur.
8. Mampu Menerima Situasi Mendua
Entrepreneur yang baru mulai membuka usaha harus terus-menerus
berhadapan dengan ketidakpastian, sehingga harus menghadapi situasi
mendua serta stres dalam setiap langkah dari usaha yang mereka jalankan.
Kegagalan dan berbagai kejutan sering mereka hadapi dan juga berbagai
ketidaksempurnaan lainnya dalam organisasi yang mereka kembangkan.
Entrepreneur yang berhasil tumbuh dan menikmati situasi mendua tersebut.
Rasa aman dalam pekerjaan ataupun pensiun bukanlah situasi yang mereka
inginkan.
9. Bersedia Menanggung Risiko yang Terhitung
Entrepreneur yang sukses bukan 'penjudi'. Dalam menjalankan usaha,
mereka melakukan perhitungan dan berpikir dengan matang. Mereka
berusaha sebisa mungkin mencapai sukses yang lebih besar dan berusaha
menghindari risiko yang tidak diperlukan. Kadang-kadang para entrepreneur
ini berusaha mengajak orang lain terlibat agar risiko finansial menjadi
berkurang, misalnya dengan membujuk para pemasok agar mau menyediakan
bahan baku dengan pembayaran kemudian, atau meminta pemesan
menyediakan uang muka.
44. 2.12 KEWIRAUSAHAAN e
10. Memiliki Integritas dan Bisa Dipercaya
Entrepreneur biasanya memiliki integritas dan bisa dipercaya sehingga
mampu membuat entrepreneur, mengembangkan hubungan usaha yang
mampu bertahan lama. Beberapa pihak seperti pemberi pinjaman, mitra kerja,
konsumen, sangat menghargai kualitas hubungan seperti ini. Faktor integritas
bisa dipercaya membuat hubungan usaha mampu bertahan, sehingga dua
karakteristik ini penting untuk keberhasilan usaha.
11. Tidak Takut Terhadap Kegagalan
Entrepreneur memanfaatkan kegagalan untuk belajar. Proses mencoba-
coba (trial and error) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
perjalanan menuju keberhasilan. Entrepreneur yang efektif biasanya
menanggapi kegagalan secara realistis. Mereka tidak kecil hati atau tertekan
menghadapi kemunduran atau kegagalan, malah dalam situasi sulit seperti itu
mereka mencoba mencari peluang. Banyak entrepreneur berpendapat bahwa
mereka belajar lebih banyak dari kegagalan dibanding dari keberhasilan.
12. Penuh Energi
Behan kerja yang besar dan tekanan pekerjaan yang tinggi menuntut
entrepreneur untuk mengutamakan energi. Banyak entrepreneur yang secara
cermat mengatur makanan dan minuman yang dikonsumsi, agar mampu
menghadapi beban kerja yang berat. Mereka berolahraga secara teratur dan
paham waktunya untuk beristirahat.
13. Kreatif dan Inovatif
Kreativitas pada mulanya sering dianggap sebagai bakat yang
diwariskan. Tetapi, sekarang ini mulai muncul pandangan baru bahwa
kreativitas merupakan sesuatu yang bisa dipelajari. Usaha baru sering kali
memiliki kreativitas kolektif yang muncul sebagai basil usaha bersama
pemilik dan karyawan, sehingga kreativitas kolektif itu mampu menghasilkan
produk dan jasa yang unik.
14. Memiliki Impian (Vision)
Entrepreneur sadar ke arah mana tujuan mereka. Mereka memiliki
gambaran atau pemikiran mengenai masa depan usaha yang mereka jalankan.
Sebagai contoh, Steve Job - pendiri Apple Computer, menginginkan agar
perusahaannya bisa menyediakan komputer kecil yang bisa digunakan semua
45. e EKMA4370/MODUL 2 2.13
orang, mulai anak sekolah hingga pengusaha. Komputer ini bukan hanya
berfungsi sebagai mesin penghitung, namun juga merupakan bagian dari
kehidupan seseorang dalam belajar maupun berkomunikasi. Memiliki
gambaran atau konsep seperti ini membuat Apple menjadi salah satu pemain
utama dalam industri komputer mikro.
Tidak semua entrepreneur memiliki konsep sejak awal usahanya berdiri.
Beberapa entrepreneur mengembangkan konsep usahanya sambil
menjalankan usahanya menjadi besar.
15. Percaya Diri dan Optimis
Walaupun harus menghadapi banyak hambatan, rasa percaya diri para
entrepreneur tidak menjadi luntur. Pada masa sulit mereka tetap
mempertahankan rasa percaya diri dan menunjukkan keteguhan tersebut
kepada orang di sekeliling mereka. Hal ini membuat orang di sekitar mereka
tetap optimis, dan mampu menjaga tingkat rasa percaya diri agar tetap
memadai untuk menjadi kelompok kerja yang handal.
16. Independen
Keinginan untuk independen merupakan kekuatan di belakang
entrepreneur masa kini. Mereka tidak suka terhadap sistem birokrasi, dan
mempunyai keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu yang berbeda,
disertai dengan kepribadian yang independen dan selalu mencoba
menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri. Entrepreneur tidak selalu
menetapkan seluruh keputusan sendiri, mereka sering kali hanya memegang
kewenangan untuk menetapkan keputusan-keputusan yang paling penting.
17. Membangun Kelompok Kerja yang Handal (Team Building)
Keinginan untuk menjadi independen dan otonom tidak mengurangi
minat entrepreneur untuk mengembangkan kelompok kerja yang handal.
Entrepreneur yang sukses biasanya memiliki kelompok kerja yang handal
dengan motivasi yang tinggi. Kelompok ini mendukung perkembangan usaha
yang dijalankan. Kenyataan menunjukkan bahwa walaupun arah
pengembangan perusahaan lebih dipahami oleh sang entrepreneur, tetapi
sering kali anggota kelompok kerja lebih mahir menangani pekerjaan dan
permasalahan yang dihadapi sehari-hari.
46. 2.14 KEWIRAUSAHAAN e
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan siapa sebenarnya entrepreneur itu?
2) Sebutkan sumber Informasi dalam mempelajari entrepreneurship
(Kewirausahaan).
3) Sebutkan karakteristik entrepreneur menurut John Kao.
4) Sebutkan beberapa ciri-ciri yang sering dianggap dimiliki entrepreneur
menurut Hornaday.
5) Sebutkan karakteristik enterpreneur di abad 21.
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Entrepreneur biasanya didefinisikan sebagai pihak yang menanggung
risiko dalam penciptaan usaha baru, sehingga biasanya merupakan orang
yang optimis, pekerja keras yang berpendirian teguh, yang memperoleh
kepuasan besar karena mampu mencari nafkah secara mandiri.
2) Terdapat tiga jenis sumber informasi yang utama dalam usaha untuk
memahami entrepreneurship, yakni pertama, berbagai jenis publikasi,
baik yang bersifat populer maupun yang bersifat ilmiah. Sumber
informasi kedua untuk memahami entrepreneurship datang dari
pengamatan langsung terhadap entrepreneur dan kegiatan yang mereka
lakukan di lapangan. Melalui pengamatan, wawancara dan studi kasus,
dicoba dipelajari pengalaman para entrepreneur dalam menjalankan
usahanya, yaitu untuk memahami ciri, karakteristik, dan kepribadian
masing-masing entrepreneur sehingga bisa ditemukan profil
entrepreneur secara umum.
Sumber informasi ketiga adalah pidato atau presentasi para entrepreneur,
misalnya dalam seminar, loka karya ataupun dalam pertemuan lainnya.
Walaupun tidak memberikan keterangan yang mendalam, tetapi
informasi semacam ini bisa memberikan peluang untuk memahami cara
berpikir para Entrepreneur.
47. e EKMA4370/MODUL 2 2.15
3) John Kao
4
menunjukkan beberapa karakteristik umum entrepreneur di
antaranya adalah
a) bertanggung jawab penuh, berhati yang teguh, dan memiliki daya
tahan yang tinggi;
b) memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil maupun untuk tumbuh;
c) berorientasi pada peluang dan memiliki sasaran yang jelas;
d) berinisiatif dan bersedia memikul tanggung jawab secara pribadi;
e) memiliki ketekunan dalam memecahkan masalah;
f) realistis dan mampu menghargai humor;
g) mencoba memperoleh umpan balik dan memanfaatkannya;
h) menginginkan kebebasan mengatur diri sendiri (internal locus of
control);
i) bersedia menanggung risiko yang terhitung;
j) tidak mengindahkan status dan tidak tertarik pada kekuasaan;
k) memiliki integritas dan merupakan seseorang yang bisa dipercaya.
4) Hornaday mempelajari berbagi jenis literatur dan menyusun 42 ciri yang
dikatakan biasanya dimiliki oleh seorang entrepreneur: Di bawah ini
merupakan sebagian ciri-ciri yang sering dianggap dimiliki
entrepreneur, yaitu:
a) percaya diri;
b) memiliki daya tahan dan keteguhan hati yang kuat;
c) penuh energi dan tekun;
d) memiliki banyak akal;
e) kemampuan untuk mengambil risiko terhitung;
f) dinamis dan memiliki kepemimpinan;
g) optimis;
h) memiliki dorongan untuk berhasil;
i) memiliki aneka ragam kemampuan, pemahaman mengenai produk,
pasar, peralatan, dan teknologi;
j) kreatif;
k) dan sebagainya (lihat kembali uraian di atas).
4
John J.Kao, The Entrepreneur, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, 1991,
dalam Kuratko, hal. 97.
48. 2.16 KEWIRAUSAHAAN e
5) Karakteristik Enterpreneur Abad 21 terdiri dari:
a) mampu mengenali dan memanfaatkan peluang;
b) memiliki aneka ragam kemampuan;
c) kreatif;
d) memiliki impian masa depan;
e) berpikiran bebas;
f) pekerja keras;
g) optimis;
h) penemu sesuatu yang baru (inovator);
i) berani mengambil risiko;
j) memiliki jiwa pemimpin.
RANGKUMAN
1. Memulai usaha bukan hanya memerlukan gagasan, tetapi juga
memerlukan orang yang istimewa, yakni seorang entrepreneur yang
menggunakan rencana dan pertimbangan yang tepat, serta kesediaan
menanggung risiko untuk mendukung keberhasilan usahanya.
2. Banyaknya usaha baru yang gagal menunjukkan sulitnya membuka
dan menjalankan usaha. Kegagalan usaha baru paling sering terjadi
karena pengusaha baru biasanya tidak memiliki pengalaman
maupun kemampuan yang memadai.
3. Para entrepreneur tersebut memanfaatkan kesalahan sebagai bahan
untuk belajar, sehingga dengan penuh rasa percaya diri para
entrepreneur kebanyakan meyakini bahwa mereka sendirian mampu
meningkatkan hasil usaha yang mereka jalankan.
4. Kewirausahaan juga sering kali dianggap sebagai hasil interaksi
berbagai jenis keterampilan berikut: kontrol diri, perencanaan dan
penetapan sasaran, kesediaan menanggung risiko, inovasi,
pemahaman terhadap realitas, pemanfaatan umpan-balik,
pengambilan keputusan, hubungan antar manusia, dan kebebasan.
Selain itu banyak pihak yang percaya bahwa entrepreneur yang
sukses adalah seseorang yang tidak takut menghadapi kegagalan.
49. e EKMA4370/MODUL 2 2.17
T E S F' 0 R MAT I F' 1________________
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Generasi abad ke-21 di Amerika Serikat disebut dengan istilah
•
generas1 ....
A. G
B. X
C. E
D. XY
2) lstilah yang lebih tepat untuk generasi abad ke-21 adalah ....
A. G
B. X
C. E
D. XY
3) Pihak yang menanggung risiko dalam penciptaan usaha baru, sehingga
biasanya merupakan orang yang optimis, pekerja keras yang
berpendirian teguh, yang memperoleh kepuasan besar karena mampu
mencari nafkah secara mandiri disebut ....
A. kewirausahaan
B. wirausaha
C. pedagang
D. saudagar
4) Salah satu jenis sumber informasi untuk memahami entrepreneurship
dari jenis publikasi, baik yang bersifat populer maupun yang bersifat
ilmiah, antara lain ....
A. jumal teknis dan profesional
B. observasi
C. pengamatan
D. pidato entrepreneur
5) Seseorang yang mempunyai keinginan yang tinggi untuk berhasil,
menurut McClelland ternyata orang tersebut ....
A. takut mengambil risiko
B. senang berspekulasi
C. senang dengan risiko
D. pengambil risiko yang moderat
50. 2.18 KEWIRAUSAHAAN e
Cocokkanlahjawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan = -----------x 100%
Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% =baik
70 - 79% =cukup
< 70% =kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
51. e EKMA4370/MODUL 2 2.19
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Fakt or Ri si ko dal am
Kehi dupan Entrepreneur
ita sering mendengar kisah sukses entrepreneur. Mungkin kita sering
melihat buku-buku yang menceritakan kisah sukses pengusaha.
Mereka yang telah berhasil dengan bangga akan menceritakan bagaimana dia
mencapai kesuksesan, kiat-kiat apa yang menjadikan dia seperti sekarang ini.
Sekedar mengagumi kesuksesan entrepreneur tidaklah cukup, karena harus
disadari bahwa dibalik kesuksesan para entrepreneur tersebut, banyak kisah
duka, cerita-cerita kegagalan dan kerja keras yang harus mereka dilalui.
Berbagai bentuk kegagalan yang dialami para entrepreneur inilah yang
justru membuat mereka semakin tegar dan semakin matang dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan usahanya.
A. SISI NEGATIF DALAM KEHIDUPAN ENTREPRENEUR
Seperti telah dijelaskan di atas, ternyata ada juga sisi gelap (negatif)
dalam kehidupan para entrepreneur, walaupun yang lebih sering
digambarkan adalah keberhasilan dan pencapaian mereka. Sisi gelap ini
terjadi karena dorongan yang kuat dan penuh energi dari para entrepreneur
dalam menjalankan usahanya, dan ternyata hal ini membawa akibat yang
sifatnya merusak. Dalam mempelajari dua sisi dari kehidupan entrepreneur
ini, Manfred Kets de Vries menunjukkan keberadaan faktor-faktor negatif
yang bisa mempengaruhi perilaku para entrepreneur
5
. Penting bagi para
entrepreneur untuk memahami faktor-faktor negatif ini.
B. ENTREPRENEUR BERHADAPAN DENGAN RISIKO
Seseorang yang membeli atau memulai usaha akan menghadapi risiko.
Makin besar keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari usaha yang
dijalankan, makin tinggi juga biasanya risiko yang harus dihadapi. Hal ini
5
Manfred F.R.Kets de Vries, "The Dark Side of Entrepreneurship", Harvard Business
Review (Nov, Dec 1985): 160-167, dalam Kuratko hal. 104.
52. 2.20 KEWIRAUSAHAAN e
yang menyebabkan para entrepreneur cenderung menghitung risiko dengan
cara berhati-hati.
Untuk menjelaskan bagaimana cara entrepreneur menghadapi risiko,
Thomas Monroy dan Robert Folger mengembangkan pengelompokan gaya
entrepreneur. Gambar 2.1 di halaman berikut mengelompokkan entrepreneur
menurut (1) risiko finansial yang dihadapi entrepreneur dalam
mengembangkan usaha baru, dan (2) besamya harapan untuk mendapatkan
keuntungan dari usaha yang dijalankan (profit motive).
Kegiatan mencari keuntungan (profit seeking) diartikan sebagai
keinginan yang kuat untuk memaksimumkan keuntungan, sedangkan activity
seeking menjelaskan berbagai corak kegiatan yang diinginkan karena sesuai
dengan sifat para entrepreneur, misalnya kebebasan dalam melaksanakan
kerja.
Ada berbagai macam profil orang yang berhasil memunculkan inovasi
dan memulai usaha. Mereka memang berbeda dari orang kebanyakan,
misalnya dalam hal kesediaan mereka menghadapi risiko, kemampuan
bertahan dalam situasi mendua yang tidak jelas.
Rendah
Kuatnya
Keinginan
untuk
Memperoleh
Keuntungan
Tinggi
Tingkat
Rendah ~--
Resiko Finansial
yang Dihadapi
--~ Tinggi
• Menghindari resiko
• Menginginkan corak
kegiatan tertentu
• Menghindari resiko
• Menginginkan
keuntungan
Gambar 2.1.
• Menerima resiko
• Menginginkan corak
kegiatan tertentu
• Menerima resiko
• Menginginkan
keuntungan
Tipologi Gaya Entrepreneur
6
6
Thomas Monroy and Robert Folger, "A Typlogy of Entrepreneurial Styles: Beyond
Economic Rationality", Journal of Positive Entreprise IX, no.2 (1993): 64-79, dalam
Kuratko, hal. 105.
53. e EKMA4370/MODUL 2
Entrepreneur rnenghadapi
dikelornpokkan sebagai berikut.
1. Risiko Finansial
berbagai
• •
Jems
2.21
risiko, yang dapat
Harnpir dalarn sernua perintisan usaha baru, terdapat seseorang yang
rnernpertaruhkan uangnya, yang rnungkin saja akan hilang lenyap
sepenuhnya apabila usaha baru tersebut gagal. Entrepreneur sering kali
dituntut untuk rnernpertaruhkan kewajiban perusahaan, yang sebenarnya jauh
lebih besar daripada seluruh harta pribadinya, sehingga sebenarnya para
entrepreneur berpeluang rnenjadi seseorang yang pailit. Karena itu wajar
apabila banyak orang yang tidak bersedia rnenjadi entrepreneur karena tidak
rela rnernpertaruhkan harta sirnpanannya, rurnah tinggal, serta uangnya untuk
rnernulai sebuah usaha baru.
2. Risiko Karier
Calon entrepreneur sering kali rnernpertanyakan apakah rnereka akan
dapat rnencari pekerjaan baru atau kernbali ke pekerjaan rnereka sernula
apabila usaha rnereka ternyata gagal. Hal ini yang sering kali rnenjadi
pertirnbangan dan harnbatan bagi karyawan yang rnemiliki pekerjaan yang
arnan dan bergaji tinggi, untuk rnenjadi Entrepreneur.
3. Risiko Keluarga dan Sosial
Mernulai usaha baru sangat rnenguras waktu dan energi yang dimiliki
oleh seorang entrepreneur, sehingga sering rnengganggu kewajibannya yang
lain. Entrepreneur yang sudah berkeluarga kadang-kadang terpaksa
rnengabaikan keluarganya sehingga bisa rnenirnbulkan 'cacat ernosional'
yang perrnanen. Selain itu perternanan rnereka juga sering terganggu karena
entrepreneur selalu disibukkan oleh pekerjaannya.
4. Risiko Kejiwaan
Boleh jadi, risiko paling besar bagi entrepreneur adalah dalarn aspek
kejiwaan. Uang bisa diganti, rurnah baru bisa dibangun, keluarga dan ternan-
ternan rnungkin bisa rnernaklurni kesibukan seorang entrepreneur. Tetapi,
darnpak psikologis entrepreneur yang pernah gagal sering kali tidak bisa
segera disernbuhkan, dan akhirnya kebanyakan berakibat buruk.
54. 2.22 KEWIRAUSAHAAN e
5. Stress dan Entrepreneur
Kebanyakan entrepreneur menganggap alasan utama mengapa dia
memulai usaha adalah faktor kebebasan. Sering kali sasaran ini berhasil
dicapai oleh seorang entrepreneur, namun dengan pengorbanan yang tidak
kecil. Tidak jarang para entrepreneur tersebut mengidap sakit punggung,
pencemaannya terganggu, mengalami insomnia dan juga sakit kepala. Agar
mampu mencapai sasarannya, yaitu kebebasan, banyak entrepreneur terpaksa
membiarkan stress yang dideritanya sehingga berakibat pada munculnya
berbagai jenis penyakit.
6. Stress seorang Entrepreneur
Secara umum stress sering dianggap sebagai akibat dari kesenjangan
antara harapan dan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi
permintaan. Jika seseorang tidak mampu memenuhi tuntutan perannya maka
terjadi stress. Seorang peneliti menunjukkan bagaimana tuntutan peran dan
lingkungan kerja bisa memunculkan stress.
Memulai dan menjalankan usaha menuntut risiko yang cukup tinggi.
Risiko bisa terjadi pada berbagai aspek seperti: finansial, karier, keluarga,
dan sebagainya. Entrepreneur juga dituntut untuk selalu terlibat dalam
kegiatan komunikasi, bergaul dengan berbagai pihak yang relevan seperti
konsumen, pemasok, pemerintah, dan sebagainya yang juga sering membawa
strees.
Walaupun hanya memiliki sumber terbatas, seorang entrepreneur tetap
harus menanggung beban biaya jika perusahaannya membuat kesalahan, dan
juga sambil menjalankan berbagai jenis pekerjaan secara simultan seperti
negosiator, salesman, dan sebagainya. Akibatnya, beban yang harus
ditanggung entrepreneur menjadi berlebihan.
Memiliki dan menjalankan usaha membutuhkan komitmen yang kuat
dengan bersedia mengorbankan waktu dan energi. Hal ini sering kali
dilakukan dengan mengorbankan kepentingan keluarga maupun kegiatan
sosial. Entrepreneur juga biasanya bekerja hanya dengan sejumlah orang
yang terbatas, sehingga ia tidak dapat mengharapkan dukungan sepenuhnya
dari orang-orang di sekelilingnya.
Stress juga bisa muncul karena corak kepribadian entrepreneur. Orang
dengan perilaku tipe A biasanya tidak sabar, penuntut, dan mudah gugup.
Individu seperti ini cenderung terbenam dalam beban kerja yang berat, dan
menangani kebanyakan aspek dari usahanya.
55. e EKMA4370/MODUL 2 2.23
Ciri yang menonjol dari orang tipe A adalah:
a. selalu merasa dikejar waktu;
b. terus-menerus terlibat dalam proyek yang memiliki batas waktu (dead
line), tetapi orang tipe A memang senang apabila merasa tertimbun
pekerjaan;
c. mengabaikan semua aspek kehidupan lainnya, dan memusatkan
perhatiannya pada pekerjaan;
d. cenderung mengambil tanggung jawab yang berlebihan, dan sering
merasa bahwa hanya dia yang mampu menyelesaikan permasalahan;
e. cenderung meledak-ledak, berbicara lebih cepat daripada orang lain,
biasa memaki apabila merasa kecewa, diyakini juga bahwa orang tipe A
sering terserang penyakit jantung.
7. Somber Stress
Boyd dan Gumpert menemukan empat penyebab munculnya stress di
kalangan Etrepreneur, yaitu (1) kesepian, (2) tenggelam dalam pekerjaan,
(3) permasalahan sumber daya manusia, dan (4) keinginan untuk berhasil.
a. Kesepian
Walaupun sehari-hari dikelilingi banyak pihak, tetapi entrepreneur
merasa terisolasi jika merasa bahwa orang sekeliling mereka tidak dapat
dipercaya. Bekerja dalam waktu yang lama membuat para entrepreneur
tidak dapat kenyamanan serta dukungan dari ternan-ternan maupun dari
keluarga. Mereka juga cenderung jarang terlibat dalam kegiatan sosial,
kecuali apabila berpeluang untuk dimanfaatkan.
b. Tenggelam dalam Pekerjaan
Entrepreneur yang sukses sebenamya memperoleh uang dalam jumlah
yang mencukupi untuk dinikmati. Tetapi, mereka tidak memiliki waktu
yang memadai untuk menikmati uang yang berhasil diperoleh karena
kegiatan yang dilakukan tidak 'mengizinkan' para entrepreneur ini
mangkir. Kebanyakan entrepreneur seakan-akan 'menikah' dengan
perusahaannya. Mereka terus-menerus bekerja dan hanya memiliki
waktu yang terbatas untuk rekreasi, mengikuti organisasi
kemasyarakatan ataupun menempuh pendidikan lanjut.
56. 2.24 KEWIRAUSAHAAN e
c. Permasalahan Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan kegiatan, entrepreneur bergantung dan juga harus
bekerja sama dengan mitra, karyawan dan konsumen. Entrepreneur yang
sukses biasanya bersifat perfeksionis, dan juga paham bagaimana suatu
tugas seharusnya diselesaikan. Karena itu, entrepreneur biasanya juga
menghabiskan banyak waktu untuk membuat karyawan yang kurang
terampil ataupun kurang bersemangat menjadi karyawan dengan kinerja
yang baik. Sering kali, usaha Entrepreneur ini menyebabkan karyawan
merasa terganggu.
d. Keinginan untuk berhasil
Dikatakan bahwa keberhasilan mencapai sesuatu akan membawa
kepuasan. Boyd dan Gumpert menemukan bahwa terdapat perbedaan
yang jelas antara kegagalan karena mencoba mencapai terlalu banyak
dengan gagal untuk mencapai secukupnya. Sering kali entrepreneur
memilih untuk mencoba mencapai terlalu banyak. Banyak dari mereka
yang tidak merasa puas walau berbagai tugas telah dijalankan dengan
baik. Entrepreneur biasanya menyadari bahaya dari keinginan yang tidak
terkendali, tetapi mereka memang biasanya mengalami kesulitan untuk
mengendalikan keinginan mereka untuk berhasil. Entrepreneur pada
umumnya meyakini bahwa jika mereka berhenti atau mengurangi
kecepatan maka akan segera muncul pesaing yang akan menyalip, dan
apa yang sudah mereka bangun akan menjadi hancur.
8. Menghadapi Stress
Perlu dipahami bahwa tidak semua stress bersifat buruk. Tapi, stress
yang berlebihan dapat mengganggu kehidupan seseorang, juga akan
menurunkan daya tahan tubuh. Jika stress bisa dikendalikan dalam batas-
batas yang wajar, maka efisiensi dan kinerja seseorang akan meningkat.
Boyd dan Gumpert7
memberikan sumbangan yang berarti mengenai
penyebab stress yang dihadapi para entrepreneur. Tetapi, yang lebih
berharga, mereka juga memperkenalkan teknik-teknik untuk meredam stress.
Teknik-teknik itu dapat dimanfaatkan oleh para entrepreneur untuk
memperbaiki mutu kehidupan pribadi maupun mutu dari kegiatan usahanya.
7
Boyd and Gumpert, "Coping with Entrepreneurial Stress", dalam Kuratko, hal. 108.
57. e EKMA4370/ MODUL 2 2.25
Teknik-teknik klasik untuk mengurangi stress seperti meditasi, relaksasi
otot, berolahraga secara rutin memang dapat membantu mengurangi stress.
Boyd dan Gumpert justru mengusulkan agar entrepreneur mencoba
memperjelas penyebab stress yang mereka hadapi. Jika penyebab stress bisa
teridentifikasi, Entrepreneur bisa memerangi stress dengan cara:
a. menyadari keberadaan stress,
b. mengembangkan cara atau mekanisme untuk mengatasi stress, dan
c. mencoba mendalami adanya keinginan-keinginan pribadi yang tidak
disadari.
Berikut ini disajikan cara-cara untuk mengurangi stres adalah sebagai
berikut.
a. Mengembangkan jejaring sesama pengusaha
Salah satu cara untuk mengobati rasa kesepian dalam mengelola usaha
adalah melalui berbagi pengalaman melalui jejaring yang dibentuk
dengan sesama pemilik perusahaan. Mendengar cerita tentang
pengalaman sukses dan juga kegagalan pengusaha yang lain bisa
membawa efek menenangkan.
b. Liburan
Salah satu cara efektif untuk mengatasi stress menurut beberapa orang
entrepreneur adalah dengan berlibur dan melupakan pekerjaan selama
berlibur. Setelah berlibur kita seakan-akan menjadi orang baru.
c. Berkomunikasi dengan Karyawan
Entrepreneur berhubungan langsung secara pribadi dengan karyawan
sehingga bisa segera mendapat dukungan perhatian dari karyawannya.
Hubungan yang bersifat pribadi sering tidak muncul pada perusahaan
berukuran besar (misalnya yang bisa dilihat dengan adanya jam kerja
yang fleksibel, kas bon, dan lain-lain). Dalam suasana di mana terdapat
hubungan pribadi dengan entrepreneur, maka karyawan sering kali
menjadi lebih produktif.
d. Mencari Kepuasan di Luar Perusahaan
Entrepreneur biasanya terikat, seakan-akan terjaring dalam kegiatan
perusahaan. Karena itu kadang-kadang entrepreneur perlu meninggalkan
perusahaan sementara waktu untuk mencari perspektif baru dan menjadi
lebih menyukai kehidupan.
58. 2.26 KEWIRAUSAHAAN e
e. Melakukan Pendelegasian
Implementasi cara mengatasi stress ternyata memerlukan waktu. Karena
itu, entrepreneur perlu melakukan pendelegasian tugas agar ia memiliki
waktu yang memadai untuk mengimplementasikan cara mengatasi
stress. Tetapi, sering kali para entrepreneur tidak bersedia melakukan
pendelegasian karena ia mengira harus sepanjang waktu harus terlibat
dalam kegiatan usaha. Karena itu perlu ditemukan dan dilatih karyawan
yang bisa dipercaya untuk menerima pendelegasian tugas dari
entrepreneur.
C. EGO ENTREPRENEUR
Selain menghadapi risiko dan juga mengalami stress, entrepreneur juga
bisa mengalami akibat negatif dari melambungnya ego. Adanya karakteristik
tertentu yang mendorong para entrepreneur ke arah keberhasilan, juga bisa
membuat mereka terlalu percaya diri secara berlebihan. Berikut ini dijelaskan
empat jenis karakteristik yang berpotensi merusak para entrepreneur.
1. Keinginan yang Berlebihan untuk Mengontrol
Entrepreneur biasanya memiliki keinginan yang kuat untuk bisa
mengendalikan usaha maupun mengatur masa depan. Keinginan untuk
menjadi pengendali temyata juga membuat para entrepreneur ingin
mengendalikan segalanya, sehingga para entrepreneur biasanya hanya
bersedia bekerja dalam situasi terstruktur apabila struktur tersebut mereka
buat sendiri. Karena itu, sering muncul masalah dalam bekerja sama, karena
pengendalian dari luar dianggap ancaman bagi independensi entrepreneur.
Karakteristik yang bisa mendorong entrepreneur untuk sukses juga ternyata
bisa membawa pengaruh bersifat negatif.
2. Rasa Tidak Percaya
Karena harus selalu mengamati pesaing, konsumen, perubahan peraturan
dan berbagai unsur lainnya, maka entrepreneur perlu terus-menerus
memantau lingkungan. Mereka berusaha untuk mengantisipasi dan bisa ber-
tindak lebih dulu daripada pihak lain yang kesadarannya muncul terlambat.
Karena selalu waspada, sering kali perhatian mereka malah terfokus
pada masalah yang tidak penting, dan akibatnya menjadi kehilangan
pemahaman mengenai realitas, menjadi tidak logis, dan akhirnya mengambil
59. e EKMA4370/MODUL 2 2.27
tindakan-tindakan yang sebenamya merusak. Rasa tidak percaya adalah pisau
bermata dua.
3. Keinginan Berlebihan untuk Terlihat Sukses
Ego dalam diri seorang entrepreneur adalah gejolak yang kuat ingin
selalu berhasil, sekecil apapun peluang untuk mencapai keberhasilan tersebut.
Karena itu banyak entrepreneur tumbuh menjadi orang yang bersikap
menantang, yang terus-menerus berusaha agar terlihat sukses. Proyek pribadi
yang menunjukkan keberhasilannya sering dianggap lebih penting daripada
perusahaannya sendiri. Keinginan untuk berhasil ternyata juga memiliki sisi
negatif.
4. Optimisme yang Berlebihan
Optimisme para entrepreneur merupakan faktor kunci dalam perjalanan
menuju keberhasilan. Entrepreneur memiliki antusiasme yang tinggi, hingga
akhirnya membentuk optimisme. Hal inilah yang menyebabkan entrepreneur
tetap diikuti walaupun dalam masa sulit. Tetapi, apabila antusiasme itu
berlebihan, maka entrepreneur bisa mengabaikan fakta, kecenderungan,
ataupun suatu laporan, dan bahkan bisa membohongi diri sendiri bahwa
seakan-akan semuanya berjalan lancar. Perilaku semacam ini tidak akan
mampu berhadapan dengan realitas dunia usaha.
Berdasarkan uraian di atas, hendaknya Anda tidak mengartikan bahwa
semua entrepreneur memiliki sifat buruk, tetapi calon entrepreneur perlu
mengetahui bahwa terdapat "sisi gelap" dari entrepreneurship.
D. MOTIVASI ENTREPRENEUR
Mempelajari mengapa seseorang memulai usaha, dan bagaimana mereka
berbeda dari kebanyakan orang yang tidak mencoba membuka usaha ataupun
gagal memulai usaha, dapat memberikan gambaran mengenai motivasi yang
mendorong entrepreneur waktu awal memulai usaha, dan ternyata hal itu
berkaitan dengan perilaku yang ditunjukkannya kemudian dalam menjaga
kelangsungan hidup perusahaan.
Walaupun penelitian tentang karakteristik psikologis entrepreneur belum
mampu menunjukkan profil entrepreneur yang bisa disepakati semua pihak,
tetapi penting untuk mengenali kontribusi faktor-faktor psikologis terhadap
proses entrepreneurial. Penelitian terhadap penciptaan usaha baru dan