SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
INDEKS
Angin doyo
Angin gunung
Angin laut
Angin sergang
Angin timur
Anyeb
Apit cilik
Apit gedhe
Aruse tedho
Bader
Bandeng organik
Bandengan
Banjir
Banyu gedhe
Banyu kuning
Banyu maling
Banyu mati
Baratan
Bening butek
Berkelanjutan
Caren
Cuaca
Dikusuti
Dinanatkan
Dino gotong
Dino pikul
Dino renteng
Gludug gleger
Gotong
Ilmu titen
Ipeng
Informan:
Kuyono
Munanto
Sidiq
Sutono
Sutrisno
Jembut
Kalender
Kalima tuo
Kalimo cilik
Kincir angin
Klekap
Kode alam
Labuh rendeng
Lak
Lintang banyak akrem
Lintang gubug penceng
Lintang joko blelek
Lintang kemukus
Lintang lanjar
Lintang luku
Lintang lumbung
Lintang maibit
Lintang wunoh
Lintang-lintangan
Lomban Cino
Majari
Mapak tedoh
Mati banyune
Mlepek
Mongso
Mongso rendeng
Musim bandengan
Musim timuran
Ngancek kanem
Nganco
Ngecat lombok
Ngletohe
Nyerapati
Ombake lerep
Pasang
Pasatan
Peteroh
Kapit
Kapat
Kalimo
Kanem
Kapiton
Kawulon
Kasingo
Pucukan baratan
pucukan kalima
Pucukan kapat
Pucukan limo
Pucukan timuran
Rebon jeruk
Rebon ngantenan
Renteng besar
Renteng kecil
Salinitas
Sareman
Satu angkatan
Semuroh
Siliran angin
Sungai
Sungutan
Surup
Tenggaan
Timuran
Turun temurun
Ulur-ulur
Wayah lanjaran
PROFIL PENULIS
Angga Hermansah lahir di Desa Dasun pada 04 Mei 1999 dari
Pasangan Leles dan Parsini. Angga adalah anak kedua dari tiga
bersaudara. Kakaknya bernama Exsan Ali Setyonugroho dan
adiknya Nur Alia Agustin. Angga merupakan lulusan S1 Jurusan
Manajemen Universitas Terbuka tahun 2021 dengan predikat
Cumlaude. Tahun 2011 Angga lulus dari SDN 3 Soditan,
kemudian tahun 2014 Angga lulus dari SMPN 2 Lasem dan tahun
2017 lulus di SMAN 1 Lasem.
Angga Hermansah cukup aktif berkegiatan di Desa Dasun. Ia
tercatat menjadi anggota Karang Taruna “Budhi Luhur”, Koordinator KPMD Desa Dasun,
dan Wakil Direktur BUMDesa “Karya Bahari’ Desa Dasun. Pada tahun 2021-2023 Angga
Hermansah aktif sebagai Pendamping Desa Pemajuan Kebudayaan dari Direktorat
Kebudayaan Kemendikbud Ristek. Dari sanalah kemudian Angga Hermansah memulai
mendermakan waktu dan tenaganya untuk melakukan pendataan kebudayaan di Desa
Dasun serta melakukan aksi kebudayaan dengan menyelenggarakan beberapa festival.
Selanjutnya Ia juga membantu dalam proses pembuatan Dokumen Pemajuan Kebudayaan
Desa ( DPKD) pada tahun 2023.
Selain berkegiatan di Desa Dasun sebagai aktivis dan pegiat budaya, Angga Hermansah
juga sering melakukan kerja-kerja sosial dengan menjadi relawan di Rembang TV. Bersama
dengan kawannya Achmad Sholeh Syariffudin, Angga mendokumentasikan potensi sosial
budaya Rembang melalui channel Youtube.
Angga Hermansah cukup produktif dalam menghasilkan karya ilmiah. Selama tahun 2019-
2021 Angga menulis karya ilmiah yang telah dipublikasikan di antaranya : Warung Apung
Dasun (2019); Pemajuan Usaha Warga dengan Pendekatan Kebudayaan- Program
Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun Kemendikbudristek Tahun 2021 (2021); Panduan
Festival Bandeng Mrico (2021); Mata Pencaharian Utama, Penyangga, & Pendukung-
Program Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun Tahun 2021 Ditjenbud Kemendikbudristek
(2021); Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan; Peran Bumdes dalam Peningkatan
Ekonomi Desa di Desa Dasun (2021); Buku yang berjudul Pemajuan Kebudayaan Desa
Dasun (2021), dan buku yang anda pegang saat ini yang berjudul Pranata Banyu Desa
Dasun (2024). Sampai saat ini penulis juga sedang melakukan riset Sungutan ( saluran
Irigasi) dan tambak.
Angga Hermansah sekarang tinggal di Desa Dasun, RT.03/RW.01, Kec. Lasem, Kab.
Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Ia dapat dihubungi melalui, Nomor WA
+62895412499678, e-mail angga2017hermansah@gmail. com atau
pemajuankebudayaandesa@gmail.com, Instagram @angga_04h, Facebook @Angga
Hermansah.
PROFIL PENUTUR
KUYONO
Kuyono adalah anak tunggal dari pasangan Darmo Darman
dan Sutitah yang lahir di Dasun pada 08 Nopember 1954.
Darmo Darman, ayah Kuyono merupakan pekerja Galangan
Kapal Dasun pada masa Hindia Belanda dan Pendudukan
Jepang. Kuyono menikah dengan Kartini perempuan asal
Binangun Lasem dan dikaruniai empat orang anak yakni
Priyo Seksi, Purnomo Sekti, Adiyoko dan Tri Murti. Kuyono
menjadi seorang nelayan mulai tahun 1973. Ia menggunakan
alat tangkap Branjang, Dogol, Pejer, Waring, Jala Juwi, dll. Pada saat ini Kuyono sudah
berhenti menjadi nelayan karena usia yang semakin menua dan aktivitas nelayan
dilanjutkan oleh kedua anaknya yaitu Tri Murti dan Purnomo Sekti. Saat ini Kuyono
menjadi petani tambak dengan budidaya bandeng dan produksi garam. Selain itu
Kuyono juga ahli dalam pengobatan tradisional yang diwarisi oleh mendiang ayah.
MUNANTO
Munanto lahir di Dasun pada 07 Desember 1961 dari
sepasang suami istri yang bernama Kasbit dan Sakirah.
Munanto bersaudara dengan Mudah, Munarti dan Mulyono.
Semua saudaranya tinggal di Desa Dasun. Munanto menikah
dengan Ngademi asal Desa Tasiksono dikaruniai dua orang
putera bernama Nanang Prasetyo dan Dedi Ekwan
Ardiyanto. Munanto adalah tokoh nelayan Desa Dasun yang
cukup senior. Ia mengalami menangkap hasil laut dengan
Branjang, Waring, Pejer, Dogol, Bangkrak, Jaring Nos, Jaring Urang, Ngarat, dll.
Menggunakan alat Waring adalah keahlian Munanto. Karena Munanto berpostur
tinggi, sehingga ia tidak kesulitan mengoperasikan Waring sebuah alat tangkap rebon
di Pantai Dasun. Selain itu, Ia juga ahli dalam perhitungan musim untuk menentukan
kapan Ia akan mencari rebon menggunakan waring. Rebon yang ditangkap Munanto
kemudian ia olah bersama sang istri untuk dijadikan Terasi Dasun yang berkualitas
tinggi. Selain sebagai nelayan, Munanto juga pernah bekerja sebagai Nggolog yakni
pekerjaan memikul garam dari tambak atau gudang garam ke dalam truk. Munanto
sangat mencintai Desa Dasun, ia berharap pembukaan Pantai Dasun sebagai destinasi
wisata segera terwujud, serta renovasi Tambatan Perahu segera terealisasi. Munanto
pernah menjadi Kasatgas Linmas Desa Dasun selama puluhan tahun. Ia kemudian
berhenti pada tahun 2018 karena faktor usia.
SIDIQ
Sidiq lahir di Desa Dasun pada 26
Oktober 1952. Ia lahir dari pasangan
suami isteri Sarmani dan Kiswati. Ia
adalah anak pertama dari tujuh
bersaudara, yakni Sidiq, Lasmini,
Supangati, Siti Rubiyatun, Sukarno,
Suwarni dan Bisri. Sidiq adalah
suami Sarinah. Sarinah kemudian
melahirkan dua anak perempuan
bernama Titik Hartini dan Wahyuningsih. Selain sebagai petani tambak garam dan
bandeng, Sidiq adalah nelayan Dasun yang cukup senior. Sidiq mulai terjun dalam
dunia nelayan pada umur 30 tahun atau sekitar tahun 1982. Awal dirinya menangkap
ikan dengan cara njolo dan membuat rumpon dengan bahan tatah kelapa. Ikan yang
didapat adalah ikan juwi. Sidiq juga pernah sesekali ikut Branjang untuk mencari ikan
di tengah-tengah laut menggunakan bambu yang disusun menyerupai rumah
panggung dan ditengah-tengahnya terdapat keramba. Sidiq bukan hanya
menggunakan alat Branjang, namun juga membuatnya. Ia dan beberapa orang Dasun
dahulu dipercaya untuk membuat Branjang di tengah lautan. Selain sebagai nelayan,
Sidiq juga sering menjadi jasa pengantar pemancing di laut. Bahkan ia pernah
mengantarkan Bupati Kudus Kol. Soedarsono untuk memancing menggunakan
perahunya pada medio 1998. Sidiq juga piawai mendekorasi panggung pernikahan. Ia
bersama istrinya menjadi tim yang saling melengkapi dalam jasa rias pengantin.
Sarinah isterinya merias pengantin dengan mengenakan busana khas tradisional jawa,
Sidiq merangkai dekorasi pelaminan. Bahkan Sidiq merupakan fotografer yang cukup
ahli pada saat itu. Sudah ratusan kali momen pernikahan yang telah ia abadikan
melalui kamera analog bermerek Ricoh tipe 500 GX yang ia punya. Ada kebiasaan unik
Sidiq yang sering ia lakukan untuk meningkatkan kesehatan dan stamina. Ia sering
menelan Cindhil atau anak tikus dan menelan empedu kambing. Hal itu Sidiq lakukan
saat masih muda dulu sampai sekarang. Sidiq mengaku setelah menelan Cindhil dan
empedu badannya terasa lebih segar dan tidak gampang sakit. Bagi Sidiq Cindhil dan
empedu adalah obat mujarab karena semasa hidupnya ia tidak pernah meminum obat.
SUTRISNO
Sutrisno adalah anak dari Suwarno yang merupakan pekerja
Galangan Kapal Dasun pada masa Pendudukan Jepang.
Ibunya bernama Widji. Sutrsino lahir di Dasun pada 12 Mei
1969. Sutrisno adalah anak keempat dari dua belas
bersaudara. Mereka adalah Suwarni, Suwarti, Suyati,
Sutrisno, Subiyanto, Wiwik Winarti, Sulastri, Santoso,
Suhardi, Puji Lestari Rahayu, Subandriyo, Murni. Sutrisno
sendiri menikah dengan Tarmini, gadis asal Desa Kargan
Kecamatan Kragan Rembang. Kemudian mereka dikaruniai seorang anak bernama Nur
Issanti. Sutrisno mewarisi pengetahuan dari ayahnya tentang dunia pertambakan dan
nelayan di Desa Dasun. Sutrisno yang bekerja sebagai petani tambak cukup paham
seluk beluk kebudayaan yang berhubungan dengan tambak. Baik tambak garam,
tambak udang dan tambak bandeng. Selain itu ia juga memahami jenis alat tangkap
nelayan Desa Dasun. Saat ini masih aktif menjadi petani tambak bandeng dan garam
di Dasun. Saat ini Sutrisno masih menjadi ketua Kelompok Petani Tambak Desa Dasun.
SUTONO
Sutono adalah warga Dasun kelahiran
Batangan Pati pada 15 April 1954.
Sutono menikah dengan Kasmi warga
Dasun dan dikaruniai dua anak laki-
laki bernama Wiwin Sutrisno dan
Basuki Hariyanto. Sutono termasuk
nelayan senior Desa Dasun. Ia mulai
menjadi nelayan sejak masih perjaka di
Batangan Pati. Pertemuan dengan
Kasmi isterinya dimulai saat dirinya menjadi petani tambak garam Dasun. Saat itu
Kasmi datang meminta garam satu dunak, dengan senang hati diambilkan oleh Sutono
dan dibawakan sampai ke rumah. Setelah Sutono dan Kasmi menikah, mereka hidup
berumah tangga di Dasun. Sutono bekerja sesuai dengan kondisi alam dan sosial
budaya Desa Dasun. Ia pernah njolo, njaring, branjang,mancing, ndogol, nggoloq
sampai menjadi petani garam menggarap tambak orang lain. Pada tahun 2000 Sutono
berangkat ndogol bersama tiga orang anak buahnya. Setelah tiga kali mengangkat
dogol dari atas perahu, Sutono dan tiga anak buahnya berhasil menaikkan Ikan Jahan
atau sejenis Ikan Manyung Besar sebanyak 2 ton. Bahkan untuk mengangkat semua
ikan tersebut membutuhkan dua buah perahu. Pada saat itu ikan hasil tangkapan
Sutono dijual seharga Rp.4000,- sehingga ia berhasil mendapatkan uang
Rp.8.000.000,-. Tentu jumlah uang segitu pada tahun 2000 lumayan banyak. Selain
sebagai nelayan dogol, Sutono juga menjadi pemandu mancing bagi para tamu dari
luar Dasun yang ingin memancing di laut. Sutono banyak mengantarkan para
pemancing dari Semarang, Kudus, Pati dan Blora. Ikan yang berhasil dinaikan ke atas
perahu saat Sutono memandu mancing adalah ikan Kakap Putih atau Cukilan dan Ikan
Kerapu. Sebagai pemandu mancing sutono ahli dalam perhitungan musim khususnya
dalam bidang pergerakan air sungai, warna air dan pergerakan arus laut. Hal itu yang
membuat sutono dapat mengetahui lokasi titik ikan berkumpul dan waktu saat ikan
mau memakan umpan.
Namun kesuksesan Sutono menjadi seorang nelayan Dasun tidak serta merta diikuti
oleh kedua anaknya. Regenerasi nelayan Dasun memang perlu dipikirkan oleh banyak
pihak. Seiring bertambahnya usia Sutono, dan perahunya yang sudah tua. Sekarang
Sutono pensiun dari dunia nelayan. Ia kini menghabiskan waktu bersama keluarga dan
cucu tercintanya.
Angga Hermansyah © 2024
Dasun, Lasem, Komunitas Pusaka Dasun
INDEKS BUKU PRANATA BANYU DESA DASUN - ANGGA HERMANSAH.docx

More Related Content

Similar to INDEKS BUKU PRANATA BANYU DESA DASUN - ANGGA HERMANSAH.docx

Similar to INDEKS BUKU PRANATA BANYU DESA DASUN - ANGGA HERMANSAH.docx (17)

KLIPING PMD
KLIPING PMDKLIPING PMD
KLIPING PMD
 
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa DasunBuku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
 
Kebudayaan Jawa Barat
Kebudayaan Jawa BaratKebudayaan Jawa Barat
Kebudayaan Jawa Barat
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasar
 
Suku suku di jawa
Suku suku di jawaSuku suku di jawa
Suku suku di jawa
 
Makalah Budaya Lahan Kering, Kepulauan dan Pariwisata tentang sasando (autosa...
Makalah Budaya Lahan Kering, Kepulauan dan Pariwisata tentang sasando (autosa...Makalah Budaya Lahan Kering, Kepulauan dan Pariwisata tentang sasando (autosa...
Makalah Budaya Lahan Kering, Kepulauan dan Pariwisata tentang sasando (autosa...
 
Provinsi nanggroe aceh darussalam
Provinsi nanggroe aceh darussalamProvinsi nanggroe aceh darussalam
Provinsi nanggroe aceh darussalam
 
Budaya
BudayaBudaya
Budaya
 
Lagu daerah di Indonesia
Lagu daerah di IndonesiaLagu daerah di Indonesia
Lagu daerah di Indonesia
 
6
66
6
 
6
66
6
 
Edisi 11
Edisi 11Edisi 11
Edisi 11
 
Kebijakan Tak Berbasis Budaya Bahari
Kebijakan Tak Berbasis Budaya BahariKebijakan Tak Berbasis Budaya Bahari
Kebijakan Tak Berbasis Budaya Bahari
 
Kabupaten subang
Kabupaten subangKabupaten subang
Kabupaten subang
 
Majalah Digital - UHAT - Edisi 01
Majalah Digital - UHAT - Edisi 01Majalah Digital - UHAT - Edisi 01
Majalah Digital - UHAT - Edisi 01
 
4
44
4
 
4
44
4
 

INDEKS BUKU PRANATA BANYU DESA DASUN - ANGGA HERMANSAH.docx

  • 1.
  • 2. INDEKS Angin doyo Angin gunung Angin laut Angin sergang Angin timur Anyeb Apit cilik Apit gedhe Aruse tedho Bader Bandeng organik Bandengan Banjir Banyu gedhe Banyu kuning Banyu maling Banyu mati Baratan Bening butek Berkelanjutan Caren Cuaca Dikusuti Dinanatkan Dino gotong Dino pikul Dino renteng Gludug gleger Gotong Ilmu titen Ipeng Informan: Kuyono Munanto Sidiq Sutono Sutrisno Jembut Kalender Kalima tuo Kalimo cilik Kincir angin Klekap Kode alam Labuh rendeng Lak Lintang banyak akrem Lintang gubug penceng Lintang joko blelek Lintang kemukus Lintang lanjar Lintang luku Lintang lumbung Lintang maibit Lintang wunoh Lintang-lintangan Lomban Cino Majari Mapak tedoh Mati banyune Mlepek Mongso Mongso rendeng Musim bandengan Musim timuran Ngancek kanem Nganco Ngecat lombok Ngletohe Nyerapati Ombake lerep Pasang Pasatan Peteroh Kapit Kapat Kalimo Kanem Kapiton Kawulon Kasingo Pucukan baratan pucukan kalima Pucukan kapat Pucukan limo Pucukan timuran Rebon jeruk Rebon ngantenan Renteng besar Renteng kecil Salinitas Sareman Satu angkatan Semuroh Siliran angin Sungai Sungutan Surup Tenggaan Timuran Turun temurun Ulur-ulur Wayah lanjaran
  • 3. PROFIL PENULIS Angga Hermansah lahir di Desa Dasun pada 04 Mei 1999 dari Pasangan Leles dan Parsini. Angga adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya bernama Exsan Ali Setyonugroho dan adiknya Nur Alia Agustin. Angga merupakan lulusan S1 Jurusan Manajemen Universitas Terbuka tahun 2021 dengan predikat Cumlaude. Tahun 2011 Angga lulus dari SDN 3 Soditan, kemudian tahun 2014 Angga lulus dari SMPN 2 Lasem dan tahun 2017 lulus di SMAN 1 Lasem. Angga Hermansah cukup aktif berkegiatan di Desa Dasun. Ia tercatat menjadi anggota Karang Taruna “Budhi Luhur”, Koordinator KPMD Desa Dasun, dan Wakil Direktur BUMDesa “Karya Bahari’ Desa Dasun. Pada tahun 2021-2023 Angga Hermansah aktif sebagai Pendamping Desa Pemajuan Kebudayaan dari Direktorat Kebudayaan Kemendikbud Ristek. Dari sanalah kemudian Angga Hermansah memulai mendermakan waktu dan tenaganya untuk melakukan pendataan kebudayaan di Desa Dasun serta melakukan aksi kebudayaan dengan menyelenggarakan beberapa festival. Selanjutnya Ia juga membantu dalam proses pembuatan Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa ( DPKD) pada tahun 2023. Selain berkegiatan di Desa Dasun sebagai aktivis dan pegiat budaya, Angga Hermansah juga sering melakukan kerja-kerja sosial dengan menjadi relawan di Rembang TV. Bersama dengan kawannya Achmad Sholeh Syariffudin, Angga mendokumentasikan potensi sosial budaya Rembang melalui channel Youtube. Angga Hermansah cukup produktif dalam menghasilkan karya ilmiah. Selama tahun 2019- 2021 Angga menulis karya ilmiah yang telah dipublikasikan di antaranya : Warung Apung Dasun (2019); Pemajuan Usaha Warga dengan Pendekatan Kebudayaan- Program Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun Kemendikbudristek Tahun 2021 (2021); Panduan Festival Bandeng Mrico (2021); Mata Pencaharian Utama, Penyangga, & Pendukung- Program Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun Tahun 2021 Ditjenbud Kemendikbudristek (2021); Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan; Peran Bumdes dalam Peningkatan Ekonomi Desa di Desa Dasun (2021); Buku yang berjudul Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun (2021), dan buku yang anda pegang saat ini yang berjudul Pranata Banyu Desa Dasun (2024). Sampai saat ini penulis juga sedang melakukan riset Sungutan ( saluran Irigasi) dan tambak. Angga Hermansah sekarang tinggal di Desa Dasun, RT.03/RW.01, Kec. Lasem, Kab. Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Ia dapat dihubungi melalui, Nomor WA +62895412499678, e-mail angga2017hermansah@gmail. com atau pemajuankebudayaandesa@gmail.com, Instagram @angga_04h, Facebook @Angga Hermansah.
  • 4. PROFIL PENUTUR KUYONO Kuyono adalah anak tunggal dari pasangan Darmo Darman dan Sutitah yang lahir di Dasun pada 08 Nopember 1954. Darmo Darman, ayah Kuyono merupakan pekerja Galangan Kapal Dasun pada masa Hindia Belanda dan Pendudukan Jepang. Kuyono menikah dengan Kartini perempuan asal Binangun Lasem dan dikaruniai empat orang anak yakni Priyo Seksi, Purnomo Sekti, Adiyoko dan Tri Murti. Kuyono menjadi seorang nelayan mulai tahun 1973. Ia menggunakan alat tangkap Branjang, Dogol, Pejer, Waring, Jala Juwi, dll. Pada saat ini Kuyono sudah berhenti menjadi nelayan karena usia yang semakin menua dan aktivitas nelayan dilanjutkan oleh kedua anaknya yaitu Tri Murti dan Purnomo Sekti. Saat ini Kuyono menjadi petani tambak dengan budidaya bandeng dan produksi garam. Selain itu Kuyono juga ahli dalam pengobatan tradisional yang diwarisi oleh mendiang ayah. MUNANTO Munanto lahir di Dasun pada 07 Desember 1961 dari sepasang suami istri yang bernama Kasbit dan Sakirah. Munanto bersaudara dengan Mudah, Munarti dan Mulyono. Semua saudaranya tinggal di Desa Dasun. Munanto menikah dengan Ngademi asal Desa Tasiksono dikaruniai dua orang putera bernama Nanang Prasetyo dan Dedi Ekwan Ardiyanto. Munanto adalah tokoh nelayan Desa Dasun yang cukup senior. Ia mengalami menangkap hasil laut dengan Branjang, Waring, Pejer, Dogol, Bangkrak, Jaring Nos, Jaring Urang, Ngarat, dll. Menggunakan alat Waring adalah keahlian Munanto. Karena Munanto berpostur tinggi, sehingga ia tidak kesulitan mengoperasikan Waring sebuah alat tangkap rebon di Pantai Dasun. Selain itu, Ia juga ahli dalam perhitungan musim untuk menentukan kapan Ia akan mencari rebon menggunakan waring. Rebon yang ditangkap Munanto kemudian ia olah bersama sang istri untuk dijadikan Terasi Dasun yang berkualitas tinggi. Selain sebagai nelayan, Munanto juga pernah bekerja sebagai Nggolog yakni pekerjaan memikul garam dari tambak atau gudang garam ke dalam truk. Munanto sangat mencintai Desa Dasun, ia berharap pembukaan Pantai Dasun sebagai destinasi wisata segera terwujud, serta renovasi Tambatan Perahu segera terealisasi. Munanto pernah menjadi Kasatgas Linmas Desa Dasun selama puluhan tahun. Ia kemudian berhenti pada tahun 2018 karena faktor usia.
  • 5. SIDIQ Sidiq lahir di Desa Dasun pada 26 Oktober 1952. Ia lahir dari pasangan suami isteri Sarmani dan Kiswati. Ia adalah anak pertama dari tujuh bersaudara, yakni Sidiq, Lasmini, Supangati, Siti Rubiyatun, Sukarno, Suwarni dan Bisri. Sidiq adalah suami Sarinah. Sarinah kemudian melahirkan dua anak perempuan bernama Titik Hartini dan Wahyuningsih. Selain sebagai petani tambak garam dan bandeng, Sidiq adalah nelayan Dasun yang cukup senior. Sidiq mulai terjun dalam dunia nelayan pada umur 30 tahun atau sekitar tahun 1982. Awal dirinya menangkap ikan dengan cara njolo dan membuat rumpon dengan bahan tatah kelapa. Ikan yang didapat adalah ikan juwi. Sidiq juga pernah sesekali ikut Branjang untuk mencari ikan di tengah-tengah laut menggunakan bambu yang disusun menyerupai rumah panggung dan ditengah-tengahnya terdapat keramba. Sidiq bukan hanya menggunakan alat Branjang, namun juga membuatnya. Ia dan beberapa orang Dasun dahulu dipercaya untuk membuat Branjang di tengah lautan. Selain sebagai nelayan, Sidiq juga sering menjadi jasa pengantar pemancing di laut. Bahkan ia pernah mengantarkan Bupati Kudus Kol. Soedarsono untuk memancing menggunakan perahunya pada medio 1998. Sidiq juga piawai mendekorasi panggung pernikahan. Ia bersama istrinya menjadi tim yang saling melengkapi dalam jasa rias pengantin. Sarinah isterinya merias pengantin dengan mengenakan busana khas tradisional jawa, Sidiq merangkai dekorasi pelaminan. Bahkan Sidiq merupakan fotografer yang cukup ahli pada saat itu. Sudah ratusan kali momen pernikahan yang telah ia abadikan melalui kamera analog bermerek Ricoh tipe 500 GX yang ia punya. Ada kebiasaan unik Sidiq yang sering ia lakukan untuk meningkatkan kesehatan dan stamina. Ia sering menelan Cindhil atau anak tikus dan menelan empedu kambing. Hal itu Sidiq lakukan saat masih muda dulu sampai sekarang. Sidiq mengaku setelah menelan Cindhil dan empedu badannya terasa lebih segar dan tidak gampang sakit. Bagi Sidiq Cindhil dan empedu adalah obat mujarab karena semasa hidupnya ia tidak pernah meminum obat.
  • 6. SUTRISNO Sutrisno adalah anak dari Suwarno yang merupakan pekerja Galangan Kapal Dasun pada masa Pendudukan Jepang. Ibunya bernama Widji. Sutrsino lahir di Dasun pada 12 Mei 1969. Sutrisno adalah anak keempat dari dua belas bersaudara. Mereka adalah Suwarni, Suwarti, Suyati, Sutrisno, Subiyanto, Wiwik Winarti, Sulastri, Santoso, Suhardi, Puji Lestari Rahayu, Subandriyo, Murni. Sutrisno sendiri menikah dengan Tarmini, gadis asal Desa Kargan Kecamatan Kragan Rembang. Kemudian mereka dikaruniai seorang anak bernama Nur Issanti. Sutrisno mewarisi pengetahuan dari ayahnya tentang dunia pertambakan dan nelayan di Desa Dasun. Sutrisno yang bekerja sebagai petani tambak cukup paham seluk beluk kebudayaan yang berhubungan dengan tambak. Baik tambak garam, tambak udang dan tambak bandeng. Selain itu ia juga memahami jenis alat tangkap nelayan Desa Dasun. Saat ini masih aktif menjadi petani tambak bandeng dan garam di Dasun. Saat ini Sutrisno masih menjadi ketua Kelompok Petani Tambak Desa Dasun. SUTONO Sutono adalah warga Dasun kelahiran Batangan Pati pada 15 April 1954. Sutono menikah dengan Kasmi warga Dasun dan dikaruniai dua anak laki- laki bernama Wiwin Sutrisno dan Basuki Hariyanto. Sutono termasuk nelayan senior Desa Dasun. Ia mulai menjadi nelayan sejak masih perjaka di Batangan Pati. Pertemuan dengan Kasmi isterinya dimulai saat dirinya menjadi petani tambak garam Dasun. Saat itu Kasmi datang meminta garam satu dunak, dengan senang hati diambilkan oleh Sutono dan dibawakan sampai ke rumah. Setelah Sutono dan Kasmi menikah, mereka hidup berumah tangga di Dasun. Sutono bekerja sesuai dengan kondisi alam dan sosial budaya Desa Dasun. Ia pernah njolo, njaring, branjang,mancing, ndogol, nggoloq sampai menjadi petani garam menggarap tambak orang lain. Pada tahun 2000 Sutono berangkat ndogol bersama tiga orang anak buahnya. Setelah tiga kali mengangkat dogol dari atas perahu, Sutono dan tiga anak buahnya berhasil menaikkan Ikan Jahan atau sejenis Ikan Manyung Besar sebanyak 2 ton. Bahkan untuk mengangkat semua ikan tersebut membutuhkan dua buah perahu. Pada saat itu ikan hasil tangkapan Sutono dijual seharga Rp.4000,- sehingga ia berhasil mendapatkan uang Rp.8.000.000,-. Tentu jumlah uang segitu pada tahun 2000 lumayan banyak. Selain sebagai nelayan dogol, Sutono juga menjadi pemandu mancing bagi para tamu dari luar Dasun yang ingin memancing di laut. Sutono banyak mengantarkan para
  • 7. pemancing dari Semarang, Kudus, Pati dan Blora. Ikan yang berhasil dinaikan ke atas perahu saat Sutono memandu mancing adalah ikan Kakap Putih atau Cukilan dan Ikan Kerapu. Sebagai pemandu mancing sutono ahli dalam perhitungan musim khususnya dalam bidang pergerakan air sungai, warna air dan pergerakan arus laut. Hal itu yang membuat sutono dapat mengetahui lokasi titik ikan berkumpul dan waktu saat ikan mau memakan umpan. Namun kesuksesan Sutono menjadi seorang nelayan Dasun tidak serta merta diikuti oleh kedua anaknya. Regenerasi nelayan Dasun memang perlu dipikirkan oleh banyak pihak. Seiring bertambahnya usia Sutono, dan perahunya yang sudah tua. Sekarang Sutono pensiun dari dunia nelayan. Ia kini menghabiskan waktu bersama keluarga dan cucu tercintanya.
  • 8.
  • 9. Angga Hermansyah © 2024 Dasun, Lasem, Komunitas Pusaka Dasun