Survei daring dilakukan untuk memahami persepsi orang tua dan pengasuh tentang imunisasi anak selama pandemi COVID-19. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua masih mencari layanan imunisasi meski ada yang menunda, dan sumber utamanya berpindah dari posyandu ke klinik/rumah sakit swasta karena kekhawatiran akan penularan di fasilitas kesehatan. Namun, biaya di klinik swasta men
Kebijakan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana pada masa p...Muh Saleh
Kebijakan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana pada masa pandemi covid-19
Ibu hamil, ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, anak usia dini untuk tinggal di rumah saja, menghindari kontak dengan orang lain
Orang tua/pengasuh anak menggunakan masker dan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan sesudah mengasuh bayi, balita dan anak usia dini
Anggota keluarga untuk selektif menunda ke fasilitas kesehatan, untuk ibu hamil dan balita mengacu tanda bahaya/tanda gawat darurat yang memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan
Perlindungan terhadap bayi baru lahir dari Ibu terkait COVID-19 (ODP/PDP/terkonfirmasi) dengan penyediaan ruang isolasi khusus
Pemberian nutrisi pada bayi baru lahir dari Ibu terkait COVID-19 dilaksanakan sesuai protokol tatalaksana yang dikeluarkan IDAI
Penyediaan akses pemeriksaan swab dan sediaan darah pada bayi baru lahir
Menghadapi situasi pandemi COVID-19 saat ini, diperlukan adanya panduan pelayanan gizi bagi tenaga kesehatan pada saat tanggap darurat COVID-19, sehingga upaya meningkatkan mutu gizi terutama bagi kelompok rawan seperti bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan remaja puteri dapat tetap berjalan. Pelaksanaan pelayanan gizi di masyarakat dilakukan dengan penyesuaian terkait kebijakan pembatasan sosial yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat guna mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Kebijakan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana pada masa p...Muh Saleh
Kebijakan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana pada masa pandemi covid-19
Ibu hamil, ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, anak usia dini untuk tinggal di rumah saja, menghindari kontak dengan orang lain
Orang tua/pengasuh anak menggunakan masker dan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan sesudah mengasuh bayi, balita dan anak usia dini
Anggota keluarga untuk selektif menunda ke fasilitas kesehatan, untuk ibu hamil dan balita mengacu tanda bahaya/tanda gawat darurat yang memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan
Perlindungan terhadap bayi baru lahir dari Ibu terkait COVID-19 (ODP/PDP/terkonfirmasi) dengan penyediaan ruang isolasi khusus
Pemberian nutrisi pada bayi baru lahir dari Ibu terkait COVID-19 dilaksanakan sesuai protokol tatalaksana yang dikeluarkan IDAI
Penyediaan akses pemeriksaan swab dan sediaan darah pada bayi baru lahir
Menghadapi situasi pandemi COVID-19 saat ini, diperlukan adanya panduan pelayanan gizi bagi tenaga kesehatan pada saat tanggap darurat COVID-19, sehingga upaya meningkatkan mutu gizi terutama bagi kelompok rawan seperti bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan remaja puteri dapat tetap berjalan. Pelaksanaan pelayanan gizi di masyarakat dilakukan dengan penyesuaian terkait kebijakan pembatasan sosial yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat guna mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Panduan pelayanan kesehatan balita pada masa pandemi covid-19 bagi tenaga kes...slamet soegiarto
Di Indonesia, berdasarkan data www.covid19.go.id per 13 Mei 2020, terdapat 15.438 terkonfirmasi diantaranya 1,4% usia balita, dari 11.123 dalam perawatan terdapat 1,6% balita dirawat/diisolasi, dari 3.287 dinyatakan sembuh terdapat 1,2% usia balita, dan dari 1.028 meninggal terdapat 0,7% balita meninggal. Biasanya gejala pada anak ringan sehingga memiliki kemungkinan sebagai carrier, namun data COVID-19 diatas menunjukkan persentase meninggal cukup tinggi, untuk itu sangat penting mencegah penularan pada kelompok usia balita, selain mencegah risiko kematian pada bayi dan anak balita juga mencegah risiko penularan kepada pengasuh atau orang disekitarnya.
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Jual Obat Aborsi Cytotec | 083848007379 | Obat Aborsi Cytotec | Obat Telat Bulan | Obat Pelancar Haid | Obat Penggugur Kandungan | Cara Aborsi Aman | Cara Menggugurkan Kandungan | Apotek Cytotec | Klinik obataborsi7 | Jual Jamu Aborsi | Tempat Aborsi | Jual Obat Cytotec | Agen Cytotec | Alamat Penjual Cytotec | Tempat Penjual Cytotec | Harga Obat Aborsi | Harga Obat Cytotec | Obat Aborsi Wilayah.
Hp / WA :083848007379
APOTEK : Kami Jual Obat Aborsi Cytotec Hub :083848007379 | Jual Obat Aborsi Cytotec| Obat Penggugur Kandungan Cytotec |
Obat Pelancar Haid Tuntas. Dengan harga yang bisa Anda pilih sesuai usia kandungan Anda.
Tips menghindari penjual obat palsu:
(1) Hindari penawaran dengan harga yang murah / murahan hasil pasti (GAGAL).
(2) Layanan Setiap Waktu, bisa di TLP, dengan Respon yang baik & cepat.
(3) Mendapatkan No Resi Pengiriman supaya anda bisa cek melalui JNE/TIKI/POS terdekat untuk mengetahui / memastikan pesanan anda.
(4) Ada berbagai BUKTI nyata tanpa rekayasa & TERPERCAYA.
(5) Mintalah foto obat dengan mencantumkan alamat Anda di sekitarnya sebelum Anda mentransfer pembayaranya.
DAFTAR LENGKAP HARGA PAKET OBAT CYTOTEC AMAN DAN TERPERCAYA
Berikut daftar lengkap dari berbagai paket Obat Aborsi Cytotec — Obat Aborsi Tuntas — Obat Penggugur Kandungan ( Obat Telat Bulan — Dan Obat Aborsi Ampuh )
PAKET OBAT ABORSI HARGA STANDAR DAN HARGA TUNTAS
Paket Standar . 1 – 4 Minggu Rp. 800.000,
– Paket Tuntas 1 Bulan – Rp. 1.000.000,-
Paket Standar . 4 – 8 Minggu Rp. 1.200.000,
– Paket Tuntas – Rp. 1.500.000,-
Paket Standar . 8 – 12 Minggu Rp. 1.800.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.100.000,-
Paket Standar . 12 – 16 Minggu Rp. 2.400.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.800.000,
-16 – 24 Minggu Rp. 3.500.000,-
28 – 32 Minggu Rp. 4.500.000,-
Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Standar 90% Tingkat keberhasilan* Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Tuntas 99% Tingkat keberhasilan
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL, KARNA OBAT YANG ASLI MASIH BERKEMASAN TABLET UTUH, BENTUKNYA TABLET PUTIH SEGI ENAM BUKAN BULAT POLOS….!
TERIMAKASIH ATAS KEPERCAYAAN ANDA MENJADI PELANGGAN
KAMI
Pengiriman obat aborsi ampuh dilakukan melalui Tiki, Jne, pos indonesia untuk luar negri pos EMS EXPRESS 1–2 HARI SAMPAI. UNTUK LUAR NEGERI PAKET EMS 3–4 HARI DIJAMIN 100% SAMPAI DITEMPAT TUJUAN ALAMAT RUMAH ANDA,
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL
BUKTI PENGIRIMAN YANG DI KEMAS
Wa :083848007379
FORMAT PEMESANAN Pengiriman Via Paket JNE / TIKI / POS EMS INTERNASIONAL Untuk Luar Kota dan Luar Negeri.
Anda Bisa SMS kan Format Pemesanan Seperti Di Bawah Ini :
Nama Lengkap : __
Alamat Lengkap : __
No. Hp Aktif : __
Pesanan Barang : __
Bank Transfer : __
? Contoh Format Pemesanan
Nama Lengkap : Amelia Lestary
Alamat Lengkap : Jl. Pahlawan No.105
No. Hp Aktif : 08123456xxx
Pesanan Barang : Paket Obat Aborsi No.4, Rp xxxxxx
Transfer Bank : Via Bank BRI / BNI / MANDIRI / BCA
Lalu Anda Kirimkan SMS Ke Nomer Kami
.
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoReniAnjarwati
AUDIT STUNTING BADUTA DESA BENGKAK YANG MENGALAMI MALNUTRISI
DARI HASIL RECALL 24 JAM DIPEROLEH HASIL :1. ENERGI 53,8 % (DEFISIT TINGKAT BERAT)2. KARBOHIDRAT 60,74% (DEFISIT TINGKAT BERAT)3. PROTEIN 113,5% (NORMAL)4.LEMAK 86,8% (DEFISIT TINGKAT RINGAN)
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
UNTUK MENDAPATKAN OBAT ASLI : 087776558899
__Cara Menggugurkan Janin Dalam Kandungan 3 Jam Bersih Tuntas Tanpa Kuret Secara Aman Dari Usia Kehamilan 1 – 7 Bulan.
Obat Penggugur Kandungan BPOM yang dijual di Apotik Cytotec dan Gastrul yaitu obat penggugur kandungan ampuh yang direkomendasi oleh Alodokter dan Halodoc sebagai obat aborsi manjur. Obat cytotec misoprostol 200mcg sangat ampuh untuk menggugurkan janin kuat (Bandel) bergaransi dijamin tuntas 100%.__
#UNTUK MENDAPATKAN OBAT ABORSI ASLI 087776558899
__Cara gugurkan kandungan awal kehamilan di luar nikah, cara menggugurkan kandungan usia 5 bulan dengan alkohol, anak luar nikah, secara alami dan cepat dalam 1 hari, cara menggugurkan janin di luar kandungan secara alami, Cara menggugurkan kandungan dengan paramex, feminax, cara menggugurkan kandungan dengan cepat selesai dalam 24 jam secara alami buah buahan yang masih gumpalah darah, hitungan hari.__
Selain itu, ini juga dapat dikerjakan jika memang benar-benar ada abnormalitas janin yang menyebabkan janin lepas dari kandungan. Dan di posting ini kali kami akan menjelaskan 4 cara menggugurkan kandungan dan percepat haid, Dengan Paramex, Dengan Paracetamol, Dengan Alkohol dan berikut penuturannya.
Obat MENGGUGURKAN kehamilan Kuat dengan cepat selesai dalam waktu 24 jam secara alami – Cara Menggugurkan Kandungan Usia Janin 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 Bulan Dengan Cepat Dalam Hitungan jam Secara Alami.
Obat Penggugur Kandungan untuk Ibu Menyusui di Apotik dan Harganya Cara Menggugurkan Kandungan atau Aborsi Medis Dengan Pil Cytotec 200mg Misoprostol adalah salah satu Obat Penggugur Kandungan Di Apotik Paling Ampuh yang tidak dijual secara Umum, ( Tips dan Cara Gugurkan Kehamilan Kuat 1-8 Bulan dengan Cepat Dalam Hitungan Jam secara Alami ) dari Janin usia 1 Bulan, 2 Bulan, 3 Bulan, 4 Bulan, 5 Bulan, 6 Bulan, 7 Bulan, 8 Bulan sangat mudah diatasi dengan Obat Aborsi Cytotec Misoprostol Asli 100% Berhasil TUNTAS.
Cara Menggugurkan Kandungan dan Percepat Haid, Cara Menggugurkan Kandungan Dan Percepat Haid yang Aman Secara Klinis. Menggugurkan kandungan ialah satu tindakan yang nista karena dipandang hilangkan nyawa calon bayi. Tetapi demikian, menggugurkan kandungan dapat menjadi legal atau dibolehkan bila terjadi beberapa kasus tertentu yang mewajibkannyauntuk digugurkan karena argumen klinis.Mirip contoh: si ibu yang mempunyai penyakitkronis yang bila dipaksa melanjutkan kehamilan maka mencelakakan nyawa si ibu.Cara menggugurkan kandungan adalah suatu hal tindakan yang sudah dilakukan untuk akhiri kehamilan yang tidak di harap (aborsi).
Cara Menggugurkan Kandungan Dengan Obat Penggugur Kehamilan Atau Obat Aborsi Cara Menggugurkan Kandungan Dengan Obat Penggugur Kandungan Adalah mungkin salah satu cara yang di anggap seseorang tepat, karena beberapa faktor alasan tertentu. Padahal Gugurkan kehamilan memiliki tingkat resiko yang lumayan tinggi apabila penggunaan Obat Aborsi atau yang sering di kenal dengan obat Cytotec
1. Agustus2020 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
& UNICEF Indonesia
Imunisasi Rutin pada Anak Selama
Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
3. 1
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
Latar Belakang
Sejak Indonesia melaporkan kasus COVID-19 pertama pada bulan Maret 2020, cakupan
imunisasi rutin untuk mencegah penyakit-penyakit pada anak-anak seperti campak,
rubella, dan difteri semakin menurun. Misalnya, angka cakupan imunisasi difteri, pertusis
dan tetanus (DPT3) dan campak dan rubella (MR1) berkurang lebih dari 35% pada bulan
Mei 2020 dibandingkan periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya.1
Untuk lebih memahami efek pandemi COVID-19 terhadap imunisasi, Kementerian
Kesehatan dan UNICEF melakukan penilaian cepat pada April 2020: hasilnya
menunjukkan bahwa 84% dari semua fasilitas kesehatan (faskes) melaporkan layanan
imunisasi terganggu di kedua level yaitu Puskesmas dan Posyandu.2
Gangguan dalam
layanan imunisasi sangat besar dan langsung dirasakan, dengan beberapa hambatan
yang diamati di berbagai tingkatan (Gambar 1). Hambatan akses akibat penghentian
layanan disertai dengan menurunnya permintaan disebabkan masyarakat takut tertular
COVID-19. Dari survei tersebut ditemukan kendala pasokan akibat petugas pengelola
program imunisasi dan sumber daya imunisasi dialihkan ke penanganan COVID-19,
terbatasnya alat pelindung diri untuk imunisasi yang aman, dan kekurangan komoditas.
Gambar 1. Hambatan terkait COVID-19 dalam pemberian layanan imunisasi
Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk memastikan
pengendalian virus dan memperkuat kapasitas sistem pelayanan kesehatan untuk
menangani pandemi. Segera dibukanya layanan kembali merupakan salah satu upaya
untuk mecegah Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
1 Laporan cakupan imunisasi Kementerian Kesehatan, Juni 2020
2 Kementerian Kesehatan dan UNICEF: Rapid Assessment: Immunization Services in Indonesia, Mei 2020 [https://
www.unicef.org/indonesia/reports/rapid-assessment-immunization-services-indonesia]
Total fasilitas yang dinilai
N=5329 – 53% dari total fasilitas di Indonesia
AKSES
Gangguan layanan fasilitas (Puskesmas, Posyandu)
Penangguhan fasilitas: Posyandu
Pengguhan fasilitas: Puskesmas
Penangguhan layanan berbasis sekolah
PERMINTAAN
Keengganan menggunakan layanan karena
COVID-19
PENAWARAN
APD terbatas
Penyedia layanan takut COVID-19
Relokasi staf
Kekurangan komoditas
Relokasi dana
100%
76%
84%
67%
64%
50%
32%
34%
26%
22%
11%
4. 2
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
(PD3I). Kementerian Kesehatan mengembangkan dan mensosialisasikan serangkaian
pedoman, standar operasi prosedur (SOP), dan materi komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE). Kementerian Kesehatan bersama mitranya terus melakukan advokasi di tingkat
nasional dan daerah untuk memperkuat program imunisasi selama COVID-19 melalui:
a) membuka kembali layanan imunisasi; b) mengalokasikan anggaran yang memadai
untuk program imunisasi, termasuk kegiatan-kegiatan untuk mengejar ketertinggalan
selama situasi pandemi yang berkepanjangan; c) memastikan sumber daya manusia yang
memadai; d) melengkapi petugas kesehatan dengan APD yang memadai sesuai protokol
Kementerian Kesehatan; dan e) melakukan pendekatan mobilisasi sosial yang inovatif dan
kontekstual untuk meraih kembali kepercayaan masyarakat pada sistem kesehatan.
Sehubungan dengan upaya ini, sangat penting untuk memahami persepsi masyarakat
tentang layanan imunisasi selama pandemi COVID-19 sebagai salah satu bahan
pertimbangan untuk Kementerian Kesehatan dan mitra dalam menerapkan pendekatan
komunikasi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang menjadi perhatian utama.
Tujuan dan Metodologi
Untuk mengetahui pandangan orang tua dan pengasuh tentang imunisasi pada anak-
anak dalam situasi pandemi COVID-19, pada 4-13 Juli 2020, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, dengan dukungan UNICEF, mengadakan survei daring yang
ditujukan pada orang tua dan pengasuh anak di bawah dua tahun. Survei ini bertujuan
untuk menerima masukan dari responden tentang penataan kembali pelayanan imunisasi
dan upaya komunikasi yang diperlukan.
Berdasarkan permintaan Kementerian Kesehatan, Satgas COVID-19 Indonesia, Gugus
Tugas, mengirimkan SMS melalui semua penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia,
dan tautan survei juga dibagikan dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas, Organisasi Profesi, Kantor Lapangan UNICEF serta
didistribusikan melalui jaringan lain seperti asosiasi profesi. Informasi tersebut juga
diposting di situs Gugus Tugas (https://covid19.go.id) selama sehari.
Temuan Studi Persepsi Masyarakat
Sebaran Responden
Sebanyak 12.641 orang tua dan pengasuh dari 34 provinsi ikut serta dalam survei ini;
7.558 responden memenuhi syarat (yaitu memiliki anak di bawah usia dua tahun), dengan
tingkat penyelesaian 89%. Asal responden bervariasi menurut provinsi, dengan hampir
dua pertiga responden berasal dari pulau Jawa, yang merupakan sekitar 60% dari total
penduduk di Indonesia.
5. 3
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
BANGKA BELITUNG (0.56%) - 38
BANTEN (3.88%) - 262
BENGKULU (0.67%) - 45
DI ACEH (0.83%) - 56
DI YOGYAKARTA (3.08%) - 208
DKI JAKARTA (16.31%) - 1102
JAMBI (0.62%) - 42
JAWA BARAT (16.40%) - 1108
JAWA TENGAH (14.13%) - 955
JAWA TIMUR (18.56%) - 1254
KALIMANTAN SELATAN (1.47%) - 99
KALIMANTAN TIMUR (3.32%) - 224
LAMPUNG (1.55%) - 105
NUSA TENGGARA TIMUR (1.47%) - 99
PAPUA (2.03%) - 137
SULAWESI SELATAN (1.69%) - 114
SUMATERA UTARA (2.18%) - 147
Gambar 2. Sebaran responden menurut provinsi
Profil Responden
Lebih dari 78% responden adalah orang tua, diikuti dengan anggota keluarga yang
memiliki anak seperti paman, bibi, saudara kandung, dan kakek nenek. Tiga perempat
orang tua dan pengasuh yang mengikuti survei ini mengidentifikasi diri mereka berusia
antara 20-40 tahun, dan 71% dari total responden adalah perempuan.
20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
Laki-laki Perempuan Tidak mau menyebutkan.
0.83%
Orang tua (78%) - 5289
Kakek/Nenek (4%) - 279
Paman/Bibi (8%) - 547
Saudara/ Kakak (6%) - 367
Lainnya (4%) -275
Gambar 3. Karakteristik responden
Perilaku dan Praktik Mencari Layanan Imunisasi Selama Pandemi
51% responden melaporkan bahwa mereka dalam satu-dua bulan terakhir mendatangi
fasilitas pelayanan kesehatan atau pos pelayanan imunisasi selama pandemi COVID-19
untuk mengimunisasikan anaknya. Sedangkan hampir 50% responden lainnya tidak
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau pos pelayanan imunisasi karena kondisi
yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 atau karena anak-anak tidak membutuhkan
vaksin untuk jangka waktu tertentu.
6. 4
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
Perilaku dan praktik mencari layanan
imunisasi berubah selama pandemi
COVID-19
Sebelum COVID-19, di Indonesia,
sekitar 90% anak diimunisasi di fasilitas
umum: 75% di posyandu, 10% di
puskesmas, 5% di polindes dan 10%
anak-anak lainnya diimunisasi di
klinik dan rumah sakit swasta.3
Akan
tetapi, selama pandemi COVID-19
responden survei menunjukkan
bahwa klinik dan rumah sakit swasta menjadi sumber utama untuk mendapatkan layanan
imunisasi untuk anak mereka (lebih dari 43%), puskesmas (29%) dan posyandu (21%).
Hal ini bisa terjadi karena tidak tersedianya layanan imunisasi, terutama di tingkat
posyandu dan puskesmas. Secara bersamaan, hal ini mencerminkan tingginya permintaan
imunisasi dimana orang tua dan pengasuh mencari fasilitas pelayanan kesehatan
alternatif lainnya yang menawarkan layanan imunisasi yang dirasa aman. Akan tetapi,
responden mengungkapkan kekhawatiran mereka atas kepatuhan vaksinator dalam
menerapkan pedoman imunisasi yang aman di puskesmas.
“Saya tidak membawa anak saya untuk diimunisasi dalam dua bulan terakhir karena
anak saya sudah menyelesaikan imunisasi DPT3. Dan jadwal imunisasi berikutnya
ketika dia berumur 9 bulan, yaitu bulan ini. Saya ingin mengimunisasikan anak saya
meski sedang pandemi, tapi posyandu tutup selama pandemi.” - Responden
Selama pandemi seperti ini, saya telah membawa anak saya untuk diimunisasi
di klinik bidan yang lebih sepi dibandingkan di rumah sakit atau puskesmas.” -
Responden
Para orang tua melaporkan kekhawatiran mereka atas tutupnya layanan imunisasi,
terutama di tingkat posyandu. Sebagian besar pengasuh dan orang tua menilai
pelayanan imunisasi di posyandu maupun kunjungan rumah lebih aman dibandingkan
pelayanan imunisasi di fasilitas kesehatan karena berbagai alasan. Responden
menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan menawarkan layanan untuk anak-
anak yang sakit dan sehat, dan tidak semua fasilitas dan staf mematuhi protokol
kesehatan yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan, sehingga mereka tidak
mau mengunjungi puskesmas karena takut tertular COVID-19. Oleh karena itu, ada
permintaan yang tinggi dari masyarakat untuk melanjutkan layanan imunisasi di
Posyandu. Seiring dengan hal tersebut, terdapat pula permintaan yang tinggi untuk
kunjungan dari rumah ke rumah untuk skrining dan imunisasi.
3 Coe, Martha, Gergen, Jessica, Phily, Caroline, and Annette Ozaltin. August 2017. “Indonesia Country Brief”.
Sustainable Immunization Financing in Asia Pacific. Washington, DC: ThinkWell
(28.73%) - 971
Posyandu
(21.24%) - 718
Rumah Sakit dan
Dokter/Bidan praktik
swasta (43.11%) - 1457
Tempat lainnya
(6.92%) - 234
Gambar 4. Sumber layanan imunisasi dalam pandemi
7. 5
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
Beberapa responden melaporkan pengeluaran yang tinggi untuk mendapatkan imunisasi
di fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Layanan imunisasi pada fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah tidak dipungut biaya, sedangkan di klinik swasta tidak ditanggung
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jika keluarga berstatus sosial ekonomi rendah
maka mereka akan menahan diri untuk mengakses layanan imunisasi selama pandemi
COVID-19 karena biayanya tidak terjangkau, hal ini akan menimbulkan ketidaksetaraan
antara yang mampu dan tidak mampu.
“Saya bawa anak saya untuk imunisasi di posyandu karena mereka hanya menerima
anak sehat untuk diimunisasi... sementara ini saya tidak percaya puskesmas dan
rumah sakit karena pasti akan menjadi rujukan bagi orang sakit yang bisa saja
mereka terjangkit COVID-19. Saya lebih memilih untuk membayar vaksin anak
saya, daripada mengandalkan puskesmas yang gratis tetapi lingkungannya bisa jadi
sumber penularan. “
- Responden
“Saya masih mengunjungi klinik swasta karena jadwalnya lebih fleksibel, tetapi
saya harus membayar biaya yang mahal. Fasilitas kesehatan masyarakat harus lebih
fleksibel, sehingga mereka yang tidak mampu bisa dengan mudah melakukan
imunisasi” - Responden
Pengambilan Keputusan Untuk Mencari Layanan Imunisasi
Hampir setengah dari responden melaporkan bahwa keputusan untuk mendapatkan
layanan imunisasi dipengaruhi oleh pasangan mereka dan lebih dari 25% memutuskan
sendiri. Lebih lanjut, hampir 12% responden berkonsultasi dengan petugas dan kader
kesehatan.
Gambar 5. Pengambil keputusan untuk mencari layanan imunisasi dalam pandemi
Sendiri Pasangan Orang tua Kader Tetangga Lainnya
Petugas
Kesehatan
Mertua
26.9%
5.7% 10.3% 5.6%
1.5% 0.2%
0.4%
49.4%
100%
80%
60%
40%
20%
0
8. 6
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
Permintaaan Layanan Imunisasi
Imunisasi anak merupakan norma sosial yang banyak dibahas di Indonesia. Namun,
beberapa masalah terus ada seperti haram-halal vaksin, ketidakpercayaan dan ketakutan
akan suntikan multipel telah mempengaruhi kepercayaan publik terhadap vaksin serta
berbagai tantangan dalam menjangkau semua anak untuk diimunisasi dalam rangka
mencegah kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Hal ini semakin dipersulit dengan adanya masyarakat yang tidak mau
membawa anak mereka untuk mendapatkan imunisasi selama masa pandemi COVID-19
ke fasilitas pelayanan kesehatan. Sekitar dua pertiga orang tua dan pengasuh berusaha
untuk mengimunisasikan anak mereka selama pandemi ini, yang dianggap sebagai
‘penerimaan aktif.’ Namun, 23% responden memutuskan untuk tidak membawa anak
mereka untuk imunisasi, yang dianggap sebagai ‘penolakan aktif.’ Perlu dicatat bahwa
lebih dari 13% orang tua dan pengasuh belum memutuskan dan dapat dikategorikan
sebagai ‘ragu-ragu.’
Temuan ini menunjukkan perlunya strategi komunikasi yang ditujukan untuk berbagai
kategori orang tua dan pengasuh.
Gambar 6. Kesediaan untuk membawa anak untuk imunisasi selama pandemi
Faktor yang berkontribusi dalam pengambilan keputusan
Berbagai faktor berkontribusi pada keputusan apakah orang tua dan pengasuh akan
mencari layanan imunisasi selama pandemi COVID-19. Tingkat pemahaman tentang
manfaat imunisasi adalah faktor yang paling berperan penting. Responden juga
melaporkan bahwa persepsi kualitas layanan imunisasi sama pentingnya dengan
ketersediaan layanan imunisasi. Orang tua dan pengasuh juga menyatakan bahwa risiko
tertular COVID-19 di fasiltas pelayanan kesehatan menjadi pertimbangan penting. Perlu
dicatat bahwa 84% responden menganggap kepercayaan mereka pada vaksinator,
terutama bidan, sangat penting. Aksesibilitas atau jarak lokasi fasilitas pelayanan
kesehatan atau pos pelayanan imunisasi dan keuangan bukan merupakan suatu masalah
dalam memutuskan untuk mendapatkan layanan imunisasi.
Permintaan
Tidak Mau/ Keraguan untuk Imunisasi:
Menerima sebagian, menunda sebagian,
menolak sebagian
Penerimaan
Pasif
Menolak
semua vaksin
Tidak
(22,63%)
Tidak tahu
(13,35%)
Ya
(64,02%)
9. 7
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
Gambar 7. Faktor kunci yang dipertimbangkan selama pengambilan keputusan
“Jika imunisasi dilakukan di puskesmas/posyandu akan menimbulkan keramaian
dan pemberi vaksin tidak mengganti APD antarpasien, kami khawatir APD yang
digunakan oleh pemberi vaksin dapat membawa virus dari pasien sebelumnya.
Mohon lakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk melakukan imunisasi anak-anak
dan rutin mengganti APD.” - Responden
Kesadaran di antara Orang Tua dan Pengasuh tentang Protokol Kesehatan
Kementerian Kesehatan telah mengembangkan dan mensosialisasikan serangkaian
pedoman dan protokol kesehatan, seperti Pedoman Pelayanan Imunisasi pada Masa
Pandemi COVID-19 untuk pemberian pelayanan imunisasi yang aman, praktik imunisasi
yang aman, dan pelaksanaan SOP Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas.
Lebih dari 78% responden melaporkan mengetahui rekomendasi Kementerian Kesehatan
untuk melanjutkan layanan imunisasi yang aman selama pandemi COVID-19. Survei
tersebut menemukan bahwa orang tua dan pengasuh yang mengetahui pedoman
imunisasi aman dan protokol kesehatan lebih bersedia membawa anak mereka untuk
imunisasi.
Pengetahuan mengenai manfaat imunisasi
Pandangan kualitas layanan imunisasi
Pengalaman layanan (kepercayaan)
Ketersediaan layanan
Ketakutan tertular COVID-19
Aksesibilitas: Jadwal
Aksesibilitas: Jarak
Aksesibilitas: Biaya
Gambar 8. Kesadaran orang tua dan pengasuh serta pengaruhnya terhadap layanan imunisasi
Mengetahui adanya Pedoman Pelayanan
Imunisasi dalam Masa Pandemi COVID-19 –
Kementerian Kesehatan
Kesediaan untuk membawa anak untuk imunisasi
94.96%
89.79%
83.74%
83.60%
68.50%
31.78%
22.38%
16.07%
Belum pernah
mendengar protokol
Pernah mendengar
protokol
Ya Tidak Tidak tahu
32.90% 42.40% 24.70%
72.60% 17.20% 10.20%
10. 8
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
Referensi Sumber Informasi tentang Imunisasi
Sekitar 60% responden menyatakan bahwa petugas dan kader kesehatan menjadi
sumber utama informasi tentang protokol kesehatan untuk layanan imunisasi yang aman
yang telah disosialisasikan oleh Kementerian Kesehatan. Media sosial adalah saluran
paling umum (58%) untuk menyebarkan informasi semacam itu. WhatsApp (WA 42%),
Instagram (IG 22%), dan Facebook/messenger (14%) sebagian besar digunakan untuk
kegiatan pemberian informasi dan penjangkauan layanan imunisasi.
Informasi
tatap muka
Selebaran
Koran, TV,
radio
Edaran dari
RT/RW
Media
sosial
20.9%
10.7 8.1%
3%
57.5%
100%
80%
60%
40%
20%
0
Anggota
keluarga
atau kerabat
Otoritas
setempat
Pemuka
agama
Relawan Tokoh
masyarakat
Lainnya
Tetangga
Petugas
kesehatan
11.9% 7.3% 3.9%
22.0%
0.1%
1.7%
1.4%
52.4%
100%
80%
60%
40%
20%
0
Sumber Informasi
Gambar 9. Sumber informasi tentang protokol imunisasi yang aman
Dengan tidak adanya interaksi tatap muka dengan petugas dan kader kesehatan, lebih
dari 83% responden menunjukkan preferensi untuk dihubungi melalui WA, diikuti dengan
telepon (8%) dan SMS (5%).
11. 9
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
Preferensi saluran komunikasi selama pandemi
Gambar 10. Preferensi saluran komunikasi
Harapan Orang tua dan Pengasuh
Orang tua dan pengasuh khawatir akan keamanan layanan imunisasi. Hampir 82%
melaporkan perlunya menerima informasi yang akurat dari Pemerintah tentang
penyediaan layanan imunisasi yang aman serta perlunya Kementerian Kesehatan untuk
memastikan bahwa petugas kesehatan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan
standar yang direkomendasikan oleh pemerintah. Responden juga menyatakan bahwa
pemerintah harus memberikan pencegahan dan pengendalian infeksi yang memadai
kepada orang tua dan pengasuh, seperti tersedianya fasilitas cuci tangan di lokasi
layanan imunisasi. Dua pertiga dari responden mengharapkan adanya pengingat dari
fasilitas pelayanan kesehatan tentang jadwal imunisasi berikutnya dan tempat pelayanan
imunisasi.
81.52%
60.54%
66.20%
39.12%
48.69%
74.89%
64.82%
16.73%
Provide
information
about the
provision of
safe
immunization
services
Provide
counseling
and health
education on
the benefits
and
importance of
immunization
Notify parents
/caregiver to
remind the
next
vaccination
schedule and
place of service
Reopen
immunization
services at
puskesmas
Reopen
immunization
services at
posyandu
Provide
protective
measures to
health care
workers (face
mask, gloves
and
handwashing)
Provide
protective
measures to
caregivers and
children (face
mask and
handwashing)
Other (Specify)
Menyediakan
informasi
tentang
penyediaan
layanan
imunisasi yang
aman
Menyediakan
konseling
dan edukasi
kesehatan
mengenai
manfaat dan
pentingnya
imunisasi
Memberitahu
orang tua/
pengasuh untuk
mengingatkan
jadwal dan
tempat
imunisasi
berikutnya
Membuka
kembali
layanan
imunisasi di
puskesmas
Membuka
kembali
layanan
imunisasi di
posyandu
Menyediakan
langkah-langkah
perlindungan
untuk petugas
kesehatan (masker,
sarung tangan,
dan fasilitas cuci
tangan)
Menyediakan
langkah-langkah
perlindungan
untuk pengasuh
dan anak
(masker dan
fasilitas cuci
tangan)
Lainnya
(Sebutkan)
Telpon (8.33%) - 367
SMS (4.70%) - 207
Lainnya (1.59%) - 70
Twitter (0.18%) - 8
Instagram (1.00%) - 44
Facebook
/Messenger (1.02%) - 45
Gambar 11. Rekomendasi utama dari orang tua dan pengasuh
12. 10
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
“Yang menjadi perhatian saya tidak hanya tentang petugas kesehatan, tetapi
juga orang tua lain dan apakah mereka mengikuti protokol kesehatan atau tidak.
Melihat situasi di lapangan, hanya sedikit orang tua yang benar-benar serius
menjaga jarak atau memakai masker.“ - Responden
Rekomendasi dari Orang tua dan Pengasuh
Responden mengusulkan rekomendasi untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
pemberian layanan imunisasi, yang dirangkum dalam Tabel 1 di bawah ini:
Penyelenggaraan Layanan
Pemberian
Layanan
Logistik
dan Sumber
Daya
Komunikasi Sosial
dan Komunikasi
Perubahan Perilaku
Layanan imunisasi harus
diselenggarakan di tempat
yang aman: tempat yang
luas, tanpa keramaian, dan
jauh dari anak-anak atau
pasien lain.
Imunisasi melalui
kunjungan
rumah lebih
disukai
Stok vaksin
yang habis,
seperti vaksin
polio (IPV),
harus segera
diatasi
Pengingat untuk
orang tua tentang
jadwal/tempat
imunisasi berikutnya
Protokol kesehatan harus
diterapkan: Alat Pelindung
Diri (APD) lengkap, dan
penyediaan fasilitas cuci
tangan. Petugas kesehatan
harus mengganti sarung
tangan untuk setiap anak.
Diperlukan sesi
konseling paska
imunisasi
Biaya
imunisasi
di klinik
swasta harus
mendapatkan
penggantian
biaya
Pemberian informasi
tentang layanan
imunisasi yang aman
Mempertahakan tindakan
pencegahan infeksi di
setiap langkah: hindari
sistem registrasi berbasis
kertas dan pena yang
umum digunakan
Imunisasi di
posyandu (bukan
di pukesmas)
lebih disukai;
bidan dapat
memberikan
imunisasi
dengan jadwal
yang fleksibel
Biaya layanan
imunisasi
di klinik
swasta harus
ditanggung
melalui JKN
Penggunaan media
sosial (khususnya
WA) dan pesan TV
untuk menambah
pengetahuan
orang tua tentang
imunisasi dalam
masa pandemi
COVID-19
Janji temu yang sudah
dijadwalkan sebelumnya
melalui berbagai cara
(terutama melalui WA)
Makanan bergizi
tambahan untuk
anak-anak juga
dapat diberikan
Penting bagi
pemberi
vaksin untuk
bersikap
ramah dan
terampil
Keterlibatan
kader aktif untuk
memberitahu
masyarakat
Tabel 1. Perhatian utama lainnya dari orang tua dan pengasuh
13. 11
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
Strategi untuk Mengatasi Persepsi Masyarakat Mengenai Imunisasi
Berdasarkan temuan survei, Kementerian Kesehatan, Komite Penasihat Ahli Imunisasi
Nasional (ITAGI), World Health Organization (WHO) dan UNICEF telah mengidentifikasi
strategi berikut untuk meningkatkan pemanfaatan layanan imunisasi selama pandemi
COVID-19:
Strategi yang
Diusulkan
Solusi yang Memungkinkan
Dibukanya kembali
layanan imunisasi
sesuai dengan
pedoman imunisasi
dalama masa
pandemi COVID-19
- Kementerian
Kesehatan
1. Sosialisasi lebih lanjut tentang berbagai SOP dan pedoman
yang ada, termasuk imunisasi yang aman, pedoman
puskesmas serta pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi.
2. Koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
dan sektor terkait lainnya untuk mendukung program
imunisasi nasional melalui penerbitan surat edaran
Kementerian Dalam Negeri kepada seluruh Kepala Daerah
3. Menerbitkan surat edaran oleh Kementerian Kesehatan yang
menegaskan kembali:
a. pembukaan kembali pelayanan kesehatan dan imunisasi,
khususnya di tingkat posyandu,
b. menyesuaikan jadwal layanan imunisasi yang fleksibel,
c. memastikan penanganan yang tepat bagi anak-anak dan
pencatatannya, termasuk pengenalan rekaman digital, dan
d. pentingnya pengingat dan instrumen untuk melacak anak
– anak yang belum mendapatkan imunisasi (belum/tidak
lengkap).
4. Mengembangkan SOP komprehensif tentang:
a. imunisasi melalui kegiatan puskesmas keliling beserta pos
pelayanan imunisasi yang sudah ada,
b. kegiatan-kegiatan untuk mengejar ketertinggalan/back-log
fighting, dan
c. kampanye imunisasi massal (multi-antigen) jika terdapat
cakupan rendah (adanya penurunan cakupan imunisasi)
(tergantung pada penilaian risiko dan pendapat ahli).
Catatan: Imunisasi drive-through tidak disarankan karena
praktik ini tidak memungkinkan petugas kesehatan untuk
mengobservasi anak-anak setidaknya selama 30 menit setelah
imunisasi.
14. 12
Imunisasi Rutin Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia:
Persepsi Orang tua dan Pengasuh
Memastikan
ketersediaan logistik
yang memadai
untuk tenaga
kesehatan, dalam
hal ini vaksinator
1. Penyediaan APD untuk vaksinator:
a. Pastikan APD yang memadai untuk vaksinator serta
pelatihan penggunaan APD yang benar,
b. Memasukkan rencana pengadaan APD ke dalam rencana
logistik dan operasional untuk penanggulangan COVID-19.
2.
Memastikan ketersediaan vaksin dan perlengkapan rantai
dingin (cold chain).
Memberikan
informasi kepada
masyarakat tentang
pemberian layanan
imunisasi yang aman
1. Melakukan pendekatan mobilisasi sosial yang inovatif dan
kontekstual, yang berfokus pada pesan-pesan imunisasi
utama dalam rangka memulihkan kepercayaan masyarakat
terhadap sistem kesehatan.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan materi KIE, iklan
layanan masyarakat (ILM), materi pembelajaran lain yang
menyoroti informasi tentang:
a. Kelanjutan layanan imunisasi,
b. Layanan imunisasi yang aman sesuai dengan protokol
kesehatan dan
c. Jadwal imunisasi, manfaat dan pemberian imunisasi tepat
waktu.
3.
Menggunakan beragam media sosial (terutama WA) dan
media lokal, serta platform lain seperti pengumuman di
tempat ibadah setempat.
4. Menerapkan inisiatif pengembangan kapasitas yang inovatif
dan jarak jauh untuk vaksinator dan kader dengan penekanan
khusus pada keterampilan konseling dan komunikasi.
Koordinasi dan
kolaborasi antara
sektor swasta dan
publik
Memperkuat koordinasi dan kolaborasi antara Dinas Kesehatan,
puskesmas, rumah sakit/klinik swasta untuk memastikan:
a. layanan imunisasi berkualitas tanpa biaya;
b. sistem pelaporan dan pencatatan terintegrasi, dan
c. ketersediaan vaksin dan logistik lainnya untuk menghindari
hilangnya peluang.
Ucapan Terima Kasih
Kementerian Kesehatan dan UNICEF mengucapkan terima kasih kepada Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (https://covid19.go.id), penyedia layanan
telekomunikasi, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
semua fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia, anggota ITAGI dan WHO. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada para orang tua dan pengasuh yang telah
berpartisipasi secara aktif dan memberikan masukan yang berharga.