Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi Jhon Sijabat
Dokumen tersebut membahas tentang peranan bidan desa dalam meningkatkan program imunisasi balita di Dusun Lubuk Beringin, Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo. Ia menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka tentang pengertian imunisasi, pentingnya imunisasi, serta jenis-jenis imunisasi yang diberikan kepada balita.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK Abdul H-u
Studi ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada balita di Kabupaten Bogor. Variabel yang diteliti meliputi umur ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan pengetahuan. Hasilnya menunjukkan bahwa umur ibu, pendidikan, paritas, dan pengetahuan berhubungan dengan pemberian imunisasi, sedangkan pekerjaan tidak berhubungan.
Imunisasi Dasar pada Bayi memberikan informasi tentang lima imunisasi dasar yang wajib diberikan pada bayi, yaitu imunisasi BCG untuk mencegah tuberkulosis, imunisasi Hepatitis B untuk mencegah Hepatitis B, imunisasi DPT-HB tiga kali untuk mencegah difteri, pertusis, tetanus dan Hepatitis B, imunisasi polio empat kali untuk mencegah polio, serta imunisasi campak satu kali untuk mencegah camp
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi sehat yang mendapatkan imunisasi campak di Puskesmas Bojong Rawalumbu Bekasi tahun 2016, termasuk latar belakang masalah, tujuan, manfaat, tinjauan teori mengenai pengertian imunisasi, tujuan, etiologi penyakit campak, jenis imunisasi dan vaksin serta dosis pemberian imunisasi."
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...Joni Saputra
Dokumen ini membahas analisis kebijakan pemerintah terhadap program imunisasi dasar lengkap di Indonesia. Ringkasannya adalah: (1) program imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan yang penting untuk mencegah penyakit, (2) cakupan imunisasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mencapai target, (3) tantangan utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat dan akses ke fasilitas kesehatan
Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi Jhon Sijabat
Dokumen tersebut membahas tentang peranan bidan desa dalam meningkatkan program imunisasi balita di Dusun Lubuk Beringin, Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo. Ia menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka tentang pengertian imunisasi, pentingnya imunisasi, serta jenis-jenis imunisasi yang diberikan kepada balita.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK Abdul H-u
Studi ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada balita di Kabupaten Bogor. Variabel yang diteliti meliputi umur ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan pengetahuan. Hasilnya menunjukkan bahwa umur ibu, pendidikan, paritas, dan pengetahuan berhubungan dengan pemberian imunisasi, sedangkan pekerjaan tidak berhubungan.
Imunisasi Dasar pada Bayi memberikan informasi tentang lima imunisasi dasar yang wajib diberikan pada bayi, yaitu imunisasi BCG untuk mencegah tuberkulosis, imunisasi Hepatitis B untuk mencegah Hepatitis B, imunisasi DPT-HB tiga kali untuk mencegah difteri, pertusis, tetanus dan Hepatitis B, imunisasi polio empat kali untuk mencegah polio, serta imunisasi campak satu kali untuk mencegah camp
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi sehat yang mendapatkan imunisasi campak di Puskesmas Bojong Rawalumbu Bekasi tahun 2016, termasuk latar belakang masalah, tujuan, manfaat, tinjauan teori mengenai pengertian imunisasi, tujuan, etiologi penyakit campak, jenis imunisasi dan vaksin serta dosis pemberian imunisasi."
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...Joni Saputra
Dokumen ini membahas analisis kebijakan pemerintah terhadap program imunisasi dasar lengkap di Indonesia. Ringkasannya adalah: (1) program imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan yang penting untuk mencegah penyakit, (2) cakupan imunisasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mencapai target, (3) tantangan utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat dan akses ke fasilitas kesehatan
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Operator Warnet Vast Raha
Teks ini membahas penelitian hubungan pemberian vaksin BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah pemberian vaksin BCG dapat mengurangi risiko TB paru pada anak. Metode penelitian menggunakan desain studi kasus kontrol dengan 94 responden yang terdiri dari 47 kasus TB paru dan 47 kontrol. Lokasi penelitian di Balai Pengobatan Paru Ambarawa."
Dokumen tersebut membahas kebijakan pelaksanaan program imunisasi nasional di Desa Tempos, Dusun Karang Barat untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap penyakit menular melalui vaksinasi rutin pada bayi, anak, dan wanita usia subur sesuai jadwal yang ditetapkan serta menjelaskan manfaat dan tujuan dari program imunisasi.
Universal Child Immunization (UCI) adalah program imunisasi dasar untuk bayi, ibu hamil, dan anak sekolah dasar untuk mencapai target cakupan vaksinasi sebesar 80% di tingkat nasional, propinsi, dan desa. Data tahun 2012 menunjukkan bahwa kabupaten Sukabumi memiliki persentase UCI tertinggi di antara kabupaten-kabupaten di Jawa Barat.
Program Imunisasi Nasional bertujuan menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi dengan memberikan vaksin berkualitas sesuai standar WHO secara merata. Fatwa MUI mendukung pelaksanaan imunisasi secara menyeluruh di Indonesia."
Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak melalui layanan kesehatan ibu dan anak yang terintegrasi. Pedoman ini mencakup informasi tentang HIV dan sifilis, kegiatan pencegahan seperti tes, konseling, pemberian obat, diagnosis dan rujukan, serta sistem pencatatan dan pelaporan. Harapannya pedoman ini dapat meningkatkan kualitas layanan pencegahan penularan HIV dan s
Jurnal persepsi tentang imunisasi booster balita usia 24 bulannrukmana rukmana
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi ibu tentang pemberian imunisasi booster pada balita usia 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi ibu sebagian besar buruk dalam hal modalitas, ruang, waktu, dan struktur konteks untuk pemberian imunisasi booster.
3. Saran dari pen
Dokumen ini membahas tentang epidemiologi dan patogenesis tuberkulosis pada anak. Tuberkulosis pada anak merupakan masalah kesehatan penting di negara berkembang karena jumlah populasi anak yang besar. Sekitar 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahunnya dan 200 anak meninggal akibat TB setiap harinya. Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung pada tingkat penularan, lama pajanan, dan daya tahan tubuh an
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi pada bayi dan anak. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian imunisasi, tujuan imunisasi, jenis-jenis imunisasi yang diberikan pada bayi dan anak seperti BCG, DPT, polio dan lainnya, serta cara kerja dan manfaat dari pemberian imunisasi pada bayi dan anak.
Studi ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paccerakkang. Penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan persepsi dengan pemberian imunisasi dasar yang lengkap. Ibu dan keluarga perlu lebih memperhatikan kesehatan anak agar terhindar dari penyakit melalui pemberian imunisasi yang tepat.
Imunisasi penting untuk kesehatan anak karena dapat mencegah penyakit berbahaya seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis B. Program imunisasi nasional Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian akibat penyakit-penyakit tersebut. Imunisasi lengkap harus diberikan sejak bayi untuk memberikan perlindungan maksimal.
Dokumen tersebut membahas strategi kampanye vaksinasi campak di Indonesia antara tahun 2009-2011. Kampanye ini bertujuan meningkatkan cakupan vaksinasi campak hingga 95% pada anak usia 9-59 bulan melalui berbagai persiapan logistik, pelatihan petugas, sosialisasi, dan pelaksanaan vaksinasi secara masal.
Teks ini membahas tentang pengetahuan pasien tuberkulosis (TB) dalam penggunaan masker. Indonesia masih menjadi negara dengan prevalensi TB tinggi di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien TB tentang penggunaan masker dengan pencegahan penularan penyakit. Faktor pengetahuan merupakan aspek penting yang mempengaruhi perilaku pasien dalam mencegah penularan TB.
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Operator Warnet Vast Raha
Teks ini membahas penelitian hubungan pemberian vaksin BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah pemberian vaksin BCG dapat mengurangi risiko TB paru pada anak. Metode penelitian menggunakan desain studi kasus kontrol dengan 94 responden yang terdiri dari 47 kasus TB paru dan 47 kontrol. Lokasi penelitian di Balai Pengobatan Paru Ambarawa."
Dokumen tersebut membahas kebijakan pelaksanaan program imunisasi nasional di Desa Tempos, Dusun Karang Barat untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap penyakit menular melalui vaksinasi rutin pada bayi, anak, dan wanita usia subur sesuai jadwal yang ditetapkan serta menjelaskan manfaat dan tujuan dari program imunisasi.
Universal Child Immunization (UCI) adalah program imunisasi dasar untuk bayi, ibu hamil, dan anak sekolah dasar untuk mencapai target cakupan vaksinasi sebesar 80% di tingkat nasional, propinsi, dan desa. Data tahun 2012 menunjukkan bahwa kabupaten Sukabumi memiliki persentase UCI tertinggi di antara kabupaten-kabupaten di Jawa Barat.
Program Imunisasi Nasional bertujuan menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi dengan memberikan vaksin berkualitas sesuai standar WHO secara merata. Fatwa MUI mendukung pelaksanaan imunisasi secara menyeluruh di Indonesia."
Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak melalui layanan kesehatan ibu dan anak yang terintegrasi. Pedoman ini mencakup informasi tentang HIV dan sifilis, kegiatan pencegahan seperti tes, konseling, pemberian obat, diagnosis dan rujukan, serta sistem pencatatan dan pelaporan. Harapannya pedoman ini dapat meningkatkan kualitas layanan pencegahan penularan HIV dan s
Jurnal persepsi tentang imunisasi booster balita usia 24 bulannrukmana rukmana
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi ibu tentang pemberian imunisasi booster pada balita usia 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi ibu sebagian besar buruk dalam hal modalitas, ruang, waktu, dan struktur konteks untuk pemberian imunisasi booster.
3. Saran dari pen
Dokumen ini membahas tentang epidemiologi dan patogenesis tuberkulosis pada anak. Tuberkulosis pada anak merupakan masalah kesehatan penting di negara berkembang karena jumlah populasi anak yang besar. Sekitar 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahunnya dan 200 anak meninggal akibat TB setiap harinya. Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung pada tingkat penularan, lama pajanan, dan daya tahan tubuh an
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi pada bayi dan anak. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian imunisasi, tujuan imunisasi, jenis-jenis imunisasi yang diberikan pada bayi dan anak seperti BCG, DPT, polio dan lainnya, serta cara kerja dan manfaat dari pemberian imunisasi pada bayi dan anak.
Studi ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paccerakkang. Penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan persepsi dengan pemberian imunisasi dasar yang lengkap. Ibu dan keluarga perlu lebih memperhatikan kesehatan anak agar terhindar dari penyakit melalui pemberian imunisasi yang tepat.
Imunisasi penting untuk kesehatan anak karena dapat mencegah penyakit berbahaya seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis B. Program imunisasi nasional Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian akibat penyakit-penyakit tersebut. Imunisasi lengkap harus diberikan sejak bayi untuk memberikan perlindungan maksimal.
Dokumen tersebut membahas strategi kampanye vaksinasi campak di Indonesia antara tahun 2009-2011. Kampanye ini bertujuan meningkatkan cakupan vaksinasi campak hingga 95% pada anak usia 9-59 bulan melalui berbagai persiapan logistik, pelatihan petugas, sosialisasi, dan pelaksanaan vaksinasi secara masal.
Teks ini membahas tentang pengetahuan pasien tuberkulosis (TB) dalam penggunaan masker. Indonesia masih menjadi negara dengan prevalensi TB tinggi di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien TB tentang penggunaan masker dengan pencegahan penularan penyakit. Faktor pengetahuan merupakan aspek penting yang mempengaruhi perilaku pasien dalam mencegah penularan TB.
Program Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdftulus14
Dokumen tersebut membahas mengenai program skrining tuberkulosis (TB) di Indonesia. Prevalensi TB masih tinggi di Indonesia dan terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan skrining TB untuk mendeteksi kasus-kasus baru, khususnya pada kelompok berisiko tinggi seperti kontak erat pasien TB. Beberapa metode skrining yang digunakan antara lain tes Mantoux, pemeriksaan dahak, dan rontgen paru
Dokumen tersebut membahas tentang tuberkulosis paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Jumlah kasus tuberkulosis paru di Indonesia masih sangat tinggi dan menjadi penyumbang kasus ketiga terbesar di dunia.
United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia: Dr Erli...CNS www.citizen-news.org
"United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia" presentation was made by Dr Erlina Burhan, Department of Pulmonary Medicine, Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia; and member, Board of Directors, International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union). She was speaking as faculty at the National Media Workshop in Bali Indonesia on "Reporting using #OneHealth approach on health and development issues" - hosted by Asia Pacific Media Alliance for Health and Development (APCAT Media), Asia Pacific Cities Alliance for Health and Development (APCAT), CNS (Citizen News Service), and partners - before the opening of 7th Asia Pacific Summit of Mayors (APCAT 2022).
Thanks
CNS team
Email: editor@citizen-news.org, website: www.citizen-news.org
Teks ini membahas tentang pengetahuan pasien terhadap tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien dengan kejadian tuberkulosis berulang pada balita.
Este documento parece ser una lista de nombres y direcciones. Contiene más de 200 entradas con los nombres de personas y parejas, seguidos de sus direcciones. Las direcciones incluyen nombres de calles, pueblos y ciudades en Indonesia.
Proposal ini meminta dana sebesar Rp1.750.000 untuk seragam, biaya pendaftaran, dan konsumsi tim sepak bola Garlo FC dalam mengikuti turnamen di Laiworu pada 3 Maret 2017 guna mengembangkan bakat pemuda dan memajukan sepak bola di masyarakat.
Surat pernyataan yang berisi 10 poin pernyataan dari Lilis Fitra Saswati Arsil tentang statusnya yang tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai, menjadi pengurus partai, terikat kerja, bersedia tidak menikah dan ditempatkan di seluruh Indonesia, serta bersedia mengembalikan biaya seleksi dan pelatihan jika mengundurkan diri.
Surat pernyataan yang ditandatangani oleh Fajar Aswati yang menyatakan bahwa dirinya tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai negeri, menjadi pengurus partai politik, sedang terikat kontrak kerja, bersedia tidak menikah selama 6 bulan, ditempatkan di seluruh Indonesia, mengembalikan biaya seleksi jika mengundurkan diri, dan mengganti biaya enam kali lipat jika mengundurkan
This document contains reports from midwives at the Paramata Raha Midwifery Academy in Muna Regency on their targets for antenatal care, infant care, postnatal care, and family planning in 2017. The reports provide the midwife's name, student ID number, and academic institution for each of their assigned targets.
Dokumen tersebut membahas tentang makromolekul yang terdiri dari berbagai jenis seperti karbohidrat, lipid, dan protein. Karbohidrat dibagi menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Lipid terdiri dari lemak, fosfolipid, dan steroid. Sedangkan protein tersusun atas kombinasi asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Ketiga makromolekul ini memainkan peran penting dalam struktur dan metabolisme sel.
Pemimpin perlu memahami karakteristik karyawan sesuai teori X, Y, dan Z McGregor. Teori X mengasumsikan karyawan malas, teori Y mengasumsikan karyawan akan bekerja keras jika kondisinya tepat, teori Z menekankan partisipasi karyawan. Pemimpin harus mengembangkan kompetensi karyawan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Membangun budaya kepemimpinan penting agar kaderisasi terj
Tes akhir semester mata pelajaran Seni Budaya di SMK Kelautan dan Perikanan Raha meliputi berbagai aspek seni seperti seni rupa, musik, tari, dan drama. Soal-soalnya mencakup pengetahuan tentang sejarah seni, tokoh-tokoh seniman, unsur-unsur karya seni, dan fungsi seni dalam kehidupan. Ujian ini dimaksudkan untuk menilai pemahaman siswa terhadap berbagai aspek seni.
1. Karsinoma tulang adalah pertumbuhan sel ganas abnormal pada tulang dan jaringan terkaitnya.
2. Penyebabnya belum jelas tetapi kemungkinan termasuk genetik, radiasi, bahan kimia, dan trauma.
3. Gejalanya berupa nyeri tulang, bengkak, dan fraktur patologis yang dapat menyebar ke organ lain.
Undangan sosialisasi program tanaman jagung kuning kecamatan Lasalepa yang akan diselenggarakan pada tanggal 7 Maret 2017 pukul 09.00 di Balai Pertemuan Desa Labone. Kehadiran para tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok tani, dan aparat desa sangat diharapkan.
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di balai pengobatan penyakit paru paru
1. JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK BALITA DI BALAI
PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU
AMBARAWA TAHUN 2007
Oleh : Erni Murniasih dan Livana
ABSTRACT
.
Background: Penyakit TB paru sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Prevalensi TB paru dari tahun ke tahun di kabupaten
Semarang tetap tinggi meskipun strategi penanganan yang diterapkan relatif
sama, yaitu pencegahan dengan imunisasi. Penemuan penderita dan
pengobatan dengan strategi DOT atau pengobatan dengan pengawasan minum
obat secara langsung. Pencegahan dengan imunisasi merupakan tindakan
mengakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik,
sehingga mampu mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya kuman
dari luar. Imunisasi terhadap penyakit TB adalah imunisasi Bacillus Calmette
Guerin (BCG) yang telah diwajibkan di beberapa negara dan
direkomendasikan di beberapa negara lainnya. Penyakit TB banyak terjadi pada
anak balita di kabupaten Semarang padahal anak balita tersebut sebagian besar
sudah divaksinasi BCG. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian
ini dengan tujuan mengetahui hubungan antara pemberian imunisasi BCG
dengan kejadian TB Paru pada anak balita di Balai Pengobatan Penyakit
Paru Ambarawa. Penelitian ini dilaksanakan tanggla 14 Mei-12 Juni 2007.
Methods: Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan design
penelitian studi komparatif yang bersifat Case Control (retrospektif) yang
bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pemberian imunisasi BCG
dengan kejadian TB Paru pada anak balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru
Ambarawa. Penentuan sampel secara Non Random Sampling jenis sampling
jenuh. Subyek penelitian (responden) pada semua anak balita yang sedang
menjalani pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru Ambarawa. Jumlah
sampel sebanyak 94 responden (47 kasus dan 47 kontrol). Pengumpulan data
dilakukan dengan mengisi kuisioner yang berbentuk pertanyaan tertutup yang
diberikan kepada orang tua balita yang memenuhi sampel.
Result : Hasil uji statistik dengan menggunakan Rasio Odss (Ψ) dengan interval
kepercayaan 95% dan didapatkan hasil OR: 0,489. Hal ini berarti adanya
hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB Paru.Dengan
demikian pemberian imunisasi BCG dapat mengurangi resiko terjadinya TB Paru
pada anak balita.
Kata kunci: Imunisasi BCG, kejadian TB
Paru.
2. http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penyakit Tuberkulosis (TB) paru sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Perhitungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menunjukkan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB dengan
sekitar 9 juta kasus baru Tuberkulosis setiap tahun. Artinya ada satu orang yang
terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberkulosis setiap detik. Kematian yang
disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis sekitar 1,6 juta per tahun (Moedjiono,
2007; WHO 2006). Selain itu TB membunuh 1 juta wanita dan 100.000 anak
setiap tahunnya. Tidak kurang dari 583.000 penderita paru dengan 262 BTA
positif dan 140.000 kematian terjadi akibat tuberkulosis pertahun. Pada anak
terdapat 450.000 anak usia di bawah 15 tahun meninggal dunia karena
Tuberkulosis (WHO, 2003). Karena itulah pada tahun 1993 WHO
mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit Tuberkulosis
(WHO,
1994).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 di Indonesia
menunjukkan bahwa Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua golongan
usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Dalam pola penyakit
tuberkulosis menempati urutan ketujuh dengan prevalensi 4,2/1000 penduduk.
Sedangkan survei lain menunjukkan bahwa prevalensi Tuberkulosis Paru
dengan BTA positif sebesar 2,5% yaitu suatu angka yang cukup tinggi karena di
4. http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Pada tahun 1994 – 1995 diperkirakan di Indonesia terdapat 1,3 juta kasus
tuberkulosis baru pada anak di bawah usia 15 tahun dan merupakan 5 – 15%
seluruh kasus TB (Santoso, 1994).
Pada tahun 2006 angka temuan kasus baru (Case Detection Rate/CDR)
di Indonesia sebesar 74% atau didapati 174.704 penderita baru dengan
BTA/Basal Tahan Asam positif. Angka kesembuhannya (Sucses Rate/SR) 89%.
Hal ini melampaui target global, yaitu CDR 70% dan SR 85%. Angka kejadian
tuberkulosis menurun dari 128/100.000 penduduk pada tahun 1999 menjadi
107/100.000 penduduk pada tahun 2005. Dalam kenyataannya angka
kejadian itu tidak sama untuk seluruh Indonesia, dimana angka kejadian di
Sumatera
160/100.000 penduduk, Jawa 107/100.000 penduduk,
Yogyakarta/Bali
64/100.000 penduduk, dan kawasan Indonesia timur (Kalimantan, Sulawesi,
NTB, NTT, Maluku, dan Papua) 210/100.000 penduduk (Depkes RI, 2007).
Pada tahun 2001 sampai dengan 2004 Prevalensi TB Paru di Kabupaten
Semarang sebesar 2,8% dan pada tahun 2005 menurun sedikit menjadi 2,4%
(Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2005,2006), tetapi belum mencapai
target yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 0,01%. Prevalensi TB Paru di
Kabupaten Semarang dari tahun ketahun tetap tinggi meskipun strategi
penanganan yang diterapkan relatif sama, yaitu pencegahan dengan Imunisasi
(Expanded Programme on Imunization), penemuan penderita (Case Detection)
dan pengobatan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse) atau pengobatan dengan pengawasan minum obat secara
6. http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Pencegahan dengan Imunisasi atau vaksinasi merupakan tindakan yang
mengakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik,
sehingga mampu mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya kuman
dari luar (Roitt, 1997). Vaksinasi terhadap penyakit tuberkulosis adalah vaksinasi
Bacillus Calmette-Guerin (BCG), yang telah diwajibkan di 64 negara dan
direkomendasikan di beberapa Negara lainnya (Briassoulis , 2005). Indonesia
telah melaksanakan vaksinasi BCG sejak tahun 1952.
Dari tahun 1952 sampai 1978 vaksinasi BCG diberikan secara dini
(segera sesudah lahir). Dengan adanya Program Pengembangan Imunisasi
(PPI), pada tahun 1978 waktu pemberiannya diubah menjadi BCG secara
lambat (pada umur 3 bulan), meskipun belum ada kesatuan pendapat antara
para klinisi dan pemerintah. Pada tahun 1990 PPI mengubah pemberian
vaksinasi BCG menjadi segera setelah lahir (dini) kembali (Lanasari, 1990).
Infeksi TB banyak terjadi pada anak – anak yang sejak semula
menghasilkan uji Mantoux positif tetapi tetap divaksinasi BCG, sehingga
kemungkinan diantara mereka sudah menderita TB sebelum divaksinasi. Kini
diakui vaksinasi BCG setidaknya dapat menghindarkan terjadinya TB paru berat
pada anak, tuberkulosis milier yang menyebar keseluruh tubuh dan meningitis
tuberkulosis yang menyerang otak, yang keduanya bisa menyebabkan kematian
pada anak (Depkes RI, 2001,2002b).
Jika dilihat angka Nasional dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SKDI) tahun 2002 – 2003 cakupan Imunisasi BCG telah mencapai
target yaitu sebesar 82,5%. Hasil studi pendahuluan di Balai
Pengobatan
7. http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Penyakit Paru-paru Ambarawa pada tanggal 12 Mei 2007, diperoleh data bahwa
pada tahun 2006 di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa
terdapat
426 anak yang menderita Tuberkulosis dan pada tanggal 12 Mei 2007 terdapat 5
anak balita yang menderita Tuberkulosis paru dan 3 anak balita yang tidak
menderita Tuberkulosis Paru, dimana dari 8 anak balita tersebut, 7 anak balita
sudah diberikan imunisasi BCG dan 1 anak balita tidak diberikan imunisasi BCG
dan anak balita tersebut tidak menderita TB Paru. Berdasarkan masalah diatas
penulis berminat untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pemberian
imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di
Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa. Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah ini
adalah : “Apakah ada hubungan pemberian Imunisasi BCG dengan kejadian
tuberkulosis paru pada anak balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru
Ambarawa?”
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan pemberian
Imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa. Sedangkan tujuan khususnya
adalah : Pertama, diketahuinya data Imunisasi BCG pada anak balita di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa. Kedua, diketahuinya kejadian
tuberkulosis paru pada anak balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru
Ambarawa.
8. http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Non Eksperimen dengan design
penelitian studi komparatif yang bersifat Case Kontrol (Retrospektif), yaitu
penelitian yang berusaha melihat kebelakang, artinya pengumpulan data dimulai
dari efek atau akibat yang telah terjadi (Nursalam, 2003).
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan seluruh subyek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2003). Populasi penelitian ini adalah semua
anak balita dan orang tua anak balita, dimana anak balita tersebut sedang
menjalani pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa,
dengan jumlah populasi 97 anak balita ( 50 kasus dan 47 kontrol ).
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini dengan menggunakan teknik Non Random Sampling jenis
Sampling Jenuh yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil anggota
populasi semua menjadi sampel (Nursalam, 2003), dengan kriteria inklusi
sebagai berikut : Anak dan orang tua, dimana anak tersebut sedang menjalani
pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa, anak berumur
dibawah 5 tahun, dan bersedia menjadi subyek penelitian. Sedangkan kriteria
eksklusinya adalah : tidak memiliki KMS dan orang tua atau keluarganya tidak
ada yang mengingat sama sekali tanggal lahir dan imunisasi yang sudah
diberikan, dan tidak bersedia menjadi subyek penelitian.
9. http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Kasus dalam penelitian ini adalah anak balita yang menderita penyakit
Tuberkulosis paru dan sedang menjalani pengobatan di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-paru Ambarawa pada bulan Mei 2007 sampai dengan Juni 2007,
Sedangkan kontrolnya anak balita yang tidak menderita penyakit Tuberkulosis
paru dan sedang menjalani pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru
Ambarawa. Dari 50 kasus yang diambil terdapat 3 anak balita yang masuk dalam
kriteria eksklusi, dengan demikian sample yang diperoleh tepat 94 anak yang
terdiri dari 47 kasus dan 47 kontrol.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru
Ambarawa, dengan alamat Jln. Kartini No. 20 Ambarawa Kabupaten
Semarang
50611, pada bulan Mei-Juni 2007. Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru
Ambarawa diambil sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan lokasi cukup
dekat dengan tempat tinggal peneliti dan dapat mewakili seluruh populasi.
Instrument Penelitian
Alat ukur dan alat Bantu yang dipakai yaitu kuesioner untuk wawancara,
dilengkapi dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk cross-check tanggal lahir
dan imunisasi yang telah diberikan. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal – hal yang diketahui (Arikunto, 2006).
Kuesioner untuk mengukur variabel pemberian imunisasi BCG dan variabel
10. http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
kejadian tuberkulosis paru pada anak, peneliti menggunakan kuesioner
berbentuk pertanyaan tertutup (Closed Ended) jenis Dichotomous Choice, yaitu
pertayaan yang hanya menyediakan 2 jawaban/alternatif, dan responden hanya
memilih satu diantaranya (Arikunto, 2006).
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang berbentuk
pertanyaan tertutup yang diberikan kepada orang tua balita yang
memenuhi sampel. Bila ada responden yang menolak terlibat atau berpartisipasi
dalam penelitian, peneliti mencari pengganti yang sesuai dengan kriteria sampel.
Ada dua macam data yaitu : Data Primer, diperoleh secara langsung dari
responden secara langsung dari responden melalui penyebaran kuesioner
kepada orang tua anak balita yang menjadi sampel penelitian. Hasil penyebaran
kuesioner tersebut dicatat dalam lembar jawab kuesioner dan selanjutnya
dilakukan pengkodean untuk mempermudah analisa data, untuk mendapatkan
kasus dilakukan penyebaran kuesioner kepada orang tua balita yang menderita
penyakit Tuberkulosis paru anak yang sedang menjalani pengobatan di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa. Sedangkan kontrol diperoleh
dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada orang tua balita yang
menderita penyakit selain Tuberkulosis paru anak yang sedang menjalani
pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa. Kedua, Data
sekunder didapat dari register anak di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru
Ambarawa yang meliputi nama, jenis
11. http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
kelamin, tempat dan tanggal lahir, nama orang tua, alamat rumah, dan
status kesehatan anak balita.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data secara kuantitatif, yaitu :
Analisis Univariat untuk menggambarkan karakteristik masing – masing variabel
yang diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi. Analisis Bivariat untuk
mengidentifikasi ada tidaknya hubungan variabel bebas (pemberian imunisasi
BCG) dengan variabel terikat (kejadian Tuberkulosis paru pada anak). Uji
statistik yang digunakan adalah Rasio Odds ( Ψ ) dengan Interval
kepercayaan
95% (Riwidikdo, 2006). Adapun formulasi Rasio Odds (OR) adalah sebagai
berikut :
Rasio Odds (ψ)
=
Proporsi kelompok kasus yang terkena
pajanan
Proporsi kelompok kontrol yang terkena
pajanan
Adapun cara menarik kesimpulan nilai rasio odds adalah sebagai berikut :
Pertama, apabila OR > 1, artinya mempertinggi resiko. Kedua, apabila OR = 1,
artinya tidak terdapat asosiasi/hubungan. Ketiga, OR < 1, artinya mengurangii
resiko.
12. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Responden
Penelitian ini dilakukan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru
Ambarawa pada tanggal 14 Mei – 12 Juni 2007, dengan jumlah responden 94
yang terdiri dari 47 responden sebagai kasus dan 47 responden sebagai kontrol.
Adapun karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Penderita Tuberkulosis paru pada anak balita yang menjadi subyek
penelitian di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa sebagian besar
berumur ≤ 3 tahun (68%) (tabel 1). Penderita Tuberkulosis paru pada
anak balita yang menjadi subyek penelitian di Balai Pengobatan Penyakit Paru-
paru Ambarawa sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (60%) (tabel 2).
Berdasarkan hasil tabulasi untuk pemberian imunisasi BCG dari 94
responden (47 kasus dan 47 kontrol), dapat dijelaskan bahwa sebanyak 91
responden (96,8%) dan yang tidak mendapat imunisasi BCG sebanyak 3
responden (3,2%) (Tabel 3).
Responden yang menderita Tuberkulosis Paru sebanyak 47 responden
(50%) dan responden yang tidak menderita Tuberkulosis Paru sebanyak
47 responden (50%) (tabel 4).
Analisis Bivariat dengan melihat nilai Rasio Odds (OR) dengan interval
kepercayaan (CI) 95% yang dilakukan dengan tabulasi silang (crosstab)
dalam
13. Umur Kasus Kontrol Total
N % N % N %
≤ 3
tahun
> 3
32
15
68
32
19
28
40
60
51
43
54
46
tahun
Total 47 100 47 100 94 100
Descriptive Statistik. Adanya hubungan antara pemberian imunisasi BCG
dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada anak balita. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai OR < 1 yaitu, OR= 0,489 pada variabel pemberian imunisasi BCG dengan
interval kepercayaan batas bawah 0,043 dan batas atas 5,586 (tabel 5). Berikut
ini disajikan tabulasi 1 sampai dengan 5 yang ditampilkan secara .berurutan :
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-paru Ambarawa pada tanggal 14 Mei – 12 Juni 2007
Sumber : data primer, tahun 2007
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa
pada tanggal 14 Mei – 12 Juni 2007
Jenis Kasus Kontrol Total
kelamin N % N % N %
Perempuan 19 40 22 47 41 44
Laki – laki 28 60 25 53 53 56
Total 47 100 47 100 94 100
Sumber : data primer, tahun 2007
Tabel 3. Pemberian Imunisasi BCG pada balita di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-paru Ambarawa
Pemberian Imunisasi BCG Frekuensi %
Imunisasi BCG 91 96,8%
Tidak Imunisasi BCG 3 3,2%
Total 94 100%
Sumber : data primer, tahun 2007
14. Tabel 4 Kejadian Tuberkulosis Paru yang didapat dari register
anak balita balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-
paru
Ambarawa
Kejadian Tuberkulosis Paru Frekuensi %
Tuberkulosis Paru 47 50%
Tidak Tuberkulosis Paru 48 50%
Total 94 100%
Sumber : data primer, tahun 2007
Tabel 5. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Pemberian Imunisasi BCG
dengan Kejadian Tuberkulosis Paru
Pemberian
Imunisasi BCG
kasus kontrol Total OR (95%
CI)
N % N % N %
Imunisasi BCG 45 96 46 98 91 97 0,489
Tidak Imunisasi 2 4 1 2 3 3 (0,043 -
BCG 5,586)
Total 47 100 47 100 94 100
Sumber : Data Primer dan Data Sekunder, , tahun 2007
Pembahasan
Imunisasi BCG.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden
mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 91 responden (96,8%). Hal ini
berarti responden tersebut telah diberikan imunisasi BCG. Pemberian imunisasi
BCG merupakan bagian dari faktor imunisasi yang dianalisa untuk memprediksi
kejadian TB paru pada anak. Pemberian imunisasi BCG dapat melindungi anak
dari meningitis TB dan TB Milier dengan derajad proteksi sekitar 86%
(Wahab,
2002). Pada hal ini menimbulkan hipotesis bahwa BCG melindungi terhadap
penyebaran bakteri secara hematogen, tetapi tidak mampu membatasi
16. melindungi anak dari lepra dengan perkiraan kemampuan proteksi bervariasi
dari
20% di Birma sampai 80% di Uganda (Wahab, 2002).
Kejadian Tuberkulosis Paru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti mengambil 47 responden
yang menderita TB Paru. TB Paru merupakan penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis yang menyerang paru
(Utama,
2003). Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan sehingga dikenal Basil Tahan Asam(BTA).
Penderita TB BTA positif sebagai perantara penyebaran kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan darah) pada waktu batuk dan bersin (Depkes RI, 2002).
TB pada anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada
dan uji tuberkulosis. Sehingga harus memperhatikan hal-hal yang
mempunyai sejarah berkaitan erat dengan penderita TB BTA psitif, tes
tuberkulosis yang positif (>10mm). Gambaran foto rontgen sugestif TB, terdapat
reaksi kemerahan lebih cepat (dalam 3-7 hari) setelah imunisasi BCG. Batuk
lebih dari 3 minggu, sakit dan demam lama atau berulang tanpa sebab yang
jelas, berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam satu
bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik, serta gejala-gejala
klinis spesifik (pada kelenjar limfe, otak, tulang dan lain-lain), (Depkes, RI, 2002).
Tuberkulosis Paru yaitu Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru
dibagi menjadi : 1) TB paru BTA positif : bila sekurang-kurangnya 2 dari
17. 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, atau satu spesimen dahak
SPS
18. hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran TB aktif. 2)
TB paru BTA negatif : bila pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Hal ini
dikarenakan kejadian TB dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: umur, jenis
kelamin, imunisasi BCG, status gizi, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Air Susu
Ibu (ASI), pendidikan Ibu, kebiasaan merokok dalam keluarga (Depkes RI,
2002).
Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian TB Paru
Pada Anak Balita.
Pemberian imunisasi BCG merupakan bagian dari faktor imunisasi yang
dianalisis untuk memprediksi kejadian tuberkulosis paru anak. Dari hasil analisis
diketahui ada 45 kasus (96%) yang mendapat imunisasi BCG dan 2 kasus (4%)
yang tidak mendapat imunisasi BCG. Secara statistik variabel tersebut
menunjukkan hubungan yang bermakna. Pada analisis Bivariat didapatkan Rasio
Odds (RO) pada interval kepercayaan (CI) 95% sebesar 0,489 yang berarti anak
penderita Tuberkulosis Paru tidak mendapatkan imunisasi BCG lebih besar
0,489 kali dibanding anak yang tidak menderita Tuberkulosis Paru. Dengan
demikian hipotesis penelitian diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penemuan Briassoulis (2005) bahwa
imunisasi BCG tidak sepenuhnya melindungi anak dari serangan Tuberkulosis
Paru, juga teori Utama (2003) bahwa tingkat efektivitas vaksin BCG 70-80% bisa
melindungi sebagian besar rakyat dari kuman Tuberkulosis.
19. Penelitian Pizzo dan Wilfert (1994) dapat disimpulkan bahwa sel – sel
Imunokompeten tubuh telah terbentuk sempurna pada waktu bayi lahir, maka
dengan memberikan vaksinasi BCG lebih dini akan menimbulkan respon imun
yang lebih dini pula, terutama respon imun seluler bukan respon imun humoral.
Karena respon imun berkaitan erat dengan kemampuan tubuh untuk melawan
penyakit maka hasil penelitian yang dilakukan penulis memberikan indikasi
bahwa pemberian imunisasi akan menumbuhkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit Tuberkulosis dengan demikian dapat mencegah Tuberkulosis Paru
lebih awal.
Pada penelitian yang dilakukan penulis, anak balita yang menderita
Tuberkulosis Paru sebagian besar sudah mendapatkan imunisasi BCG karena
kebijakkan Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002 bahwa anak yang lahir
di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan yang memadai imunisasi BCG diberikan
segera setelah lahir.
Anak balita yang tidak imunisasi BCG diperoleh dari anak yang bertempat
tinggal jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai dan orang tua lupa atau tidak
mengetahui informasi tentang imunisasi BCG terhadap anaknya yang
seharusnya diberikan Imunisasi BCG dalam masa inkubasi (setelah lahir atau
sampai umur 2 bulan).
Anak yang telah diberikan imunisasi BCG (ada jaringan parut atau scar
pada lengan kanan) dan ternyata menderita Tuberkulosis Paru besar
kemungkinan karena anak telah terinfeksi kuman Tuberkulosis sebelum
diberikan Imunisasi BCG atau anak menderita Tuberkulosis Paru karena
faktor-
20. faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti seperti status gizi, bayi berat lahir
rendah, air susu ibu (ASI), pendidikan ibu, dan kebiasaan merokok dalam
keluarga.
Berdasarkan hasil analisis Bivariat ternyata anak balita yang tidak
imunisasi BCG sangat berperan terhadap hubungan pemberian imunisasi BCG
dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada anak balita. Hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa anak yang tidak imunisasi BCG mampu meningkatkan
kejadian Tuberkulosis paru pada anak balita (OR=0,489; 95% CI= 0.043 -
5,586). Anak balita yang tidak imunisai BCG mempunyai kecenderungan
mengalami Tuberkulosis Paru sebesar 0,489 kali dibanding anak balita yang
mendapatkan imunisasi BCG. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
imunisasi BCG dapat mengurangi resiko kejadian Tuberkulosis Paru pada anak
balita.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : Pertama, Anak balita yang
berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru - paru Ambarawa, sebagian besar
responden diberikan imunisasi BCG. Kedua, Kejadian Tuberkulosis paru
sebagian besar terjadi pada anak yang tidak diberikan imunisasi BCG. Ketiga,
Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pemberian imunisasi BCG
dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada anak balita.
21. DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2005, Bayi berat lahir rendah, Diambil pada tanggal 21 April
2007, Available: http://www.biomed.ee.itb.ac.id/telemedika/m_balita.php?
table=bblr.
Arikunto, S, Prof, Dr, 2002, Prosedur penelitian suatu pendekatan
praktek, Rineke cipta, Jakarta.
Atmosukarto,k., 1993, pengaruh status gizi pada kesakitan balita
karena tuberkulosis di Indonesia, Majalah kesehatan masyarakat
Indonesia, 48:8-
11.
Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2002-2003, Survey
dmografi dan kesehatan Indonesia, Jakarta.
Beneson, A.S., 1996 Control of communicable disease in man, 15
th
ed, American
Public Health Association, Washington DC.
Buor, D., 2001, Mother’s education and child hood mortality in Ghana, Health
Policy, 64:297-309, Available: http://www.sciencedirect.com.
Davies, P.D.O., 1993, Hubungan antara merokok dengan tuberculin, warta TB,
02/IX:1-7.
Departemen Kesehatan RI, 1994, Tetanus neonatorum dan bayi berat
lahir rendah, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2001, Waspadai tuberkulosis pada anak,
Diambil pada tanggal 4 Desember 2006, Available:
http://www.ppmplp.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI, 2002a, Pedoman Nasional
Penanggulangan tuberkulosis, cetakan ke-8, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2002b, Pedoman Nasional Program
Imunisasi, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2002c, pemantauan pertumbuhan balita, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2007, Penyebaran tuberkulosis tahun 2004,
Kompas,
Jakarta
22. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2005, Laporan program
Penanggulangan Tuberkulosis Paru tahun 2001-2005, Semarang.
23. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2006, Laporan program
penanggulangan tuberkulosis paru tahun 2005, Semarang.
Gerdunas-TBC, 2002, Program penanggulangan tuberklosis, modul-1 pelatihan
penanggulangan tuberklosis nasional, Jakarta.
Ghoto, R,G,, 1993, Why mother’s milk is best, Diambil pada tanggal 4 Juli 2006,
Available: http://www.ncbi.nlm.gov/entrez/query.fcgi.
Ghufron, A., 1994, Smoking and alcohol consumtion as risk factors for
developing pulmonary tuberculosis, Diambil pada tanggal 21 April 2007,
Available: http://www.sciencedirect.com.
Hidayat, Alimul.Aziz.A., 2003, Riset keperawatan dan tehnik penulisan ilmiah,
Salemba Medika, Jakarta.
Huebner, R.E., 1993, The tuberculin skin test, Clinical Infectious Disease, &:968-
975.
Karyadi, E., 2003, Aspek gizi dan imunitas pada penderita tuberculosis, Gizi
medik Indonesia, 2(6):8-10.
Lanasari, R., 1990, Program imunisasi dan permasalahannya di Indonesia,
Cermin Dunia Kedokteran, 65:3-4.
Machfoedz, Ircham, M.S, 2005, Tehnik membuat alat ukur penelitian
bidang kesehatan keperawatan dan kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta.
Moedjiono,A.W., 2007, penanggulangan tuberklosis, Kompas No,259.23 Maret
2007.hal 42, Jakarta.
Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Edisi 1, Salemba Medika, Jakarta.
Pittard, W.B., 1998, Klasifikasi bayi berat lahir rendah, Edisi bahasa Indonesia
(4):100-129, EGC, Jakarta.
Riwidikdo, H, S. Kp, 2006, Statistik Kesehatan: Belajar Mudah Teknik Analisa
Data Dalam Penelitian Kesehatan, MITRA CENDEKIA Press, Yogyakarta.
Roitt, I.M.,1997, Essential immunology, 9
th
ed, Blackwell Science, London.
Roth, A., 2004, Low birth wight and calmette-Guerin bacillus vaccination at birth,
Diambil pada tanggal 2 April 2007, Available:
http://www.ncbi.nlm.gov/entrez/query.fcgi.
24. Santoso, G.M., 1994, Tuberkulosis paru, pedoman diagnosis dan
terapi.Laboratorium/smf Ilmu kesehatan anak, Rumah sakit umum Dr. Soetomo,
Surabaya.
Utama, A., 2003, Tuberkulosis, Diambil pada tanggal 4 Juli 2004,
Available:
http://www.infeksi,com/penyakit.
Wahab, A.Samik,, 2002, Sistem Imun Imunisasi dan penyakit imun, Cetakan
pertama, Widya Medika, Jakarta.
WHO, 1993, Breastfeeding in maternal and newborn health, Diambil pada
tanggal 21 April 2007, Available: http://www.who.int/reproductive-
health/bublication.
WHO, 1994, TB-A global emergency, WHO report on the tuberkulosis epidemic,
(WHO/TB/94.177), Geneva.
WHO, 2002, Nutrient adequacy of exclusivebreastfeeding for the term
infant during the fist six months of life, Diambil pada tanggal 21 April 2007,
Available: http://www.int/child-adolescent-health.
WHO, 2003, global tuberculosis control: Country profil Indonesia, Diambil pada
tanggal 9 Agustus 2006, Available:
http://www.who.int/gpt/publication/index.htm.