Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi Independen Pemilihan Aceh dan Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota, Pembentukan dan Tata Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.
Perbawaslu no. 4 tahun 2015 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...Lesmana Putra
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota
Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...Lesmana Putra
Perubahan Ketiga atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pembentukan, Pemberhentian, dan Penggantian Antara Waktu Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan, Pengawas Pemilihan Umum Lapangan, dan Pengawas Pemilihan Umum Luar Negeri
UU NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAH...Dede Muhidin
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015
TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN
GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi Independen Pemilihan Aceh dan Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota, Pembentukan dan Tata Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.
Perbawaslu no. 4 tahun 2015 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...Lesmana Putra
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota
Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...Lesmana Putra
Perubahan Ketiga atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pembentukan, Pemberhentian, dan Penggantian Antara Waktu Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan, Pengawas Pemilihan Umum Lapangan, dan Pengawas Pemilihan Umum Luar Negeri
UU NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAH...Dede Muhidin
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015
TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN
GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
Judul RUU
Sistematika RUU
Urgensi Penyusunan
Arah RUU Pemilu
Putusan Mahkamah Konstitusi
Penyelenggaran Pemilu Nasional Dan Pemilu Lokal
Rekayasa Transisi Penyelenggaraan Pemilu Lokal Tahun 2022 untuk Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Rekayasa Transisi Penyelenggaraan Pemilu Lokal Tahun 2022 untuk DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
Opsi Pelaksanaan Pemilu Nasional Dan Pemilu Lokal
Cara Kerja Metode Kuota dan Divisor Mengkonversi Suara ke KursiElection Commision
Simulasi penerapan berbagai metode kuota dan divisor dalam mengkonversi suara peserta pemilu menjadi kursi dengan menggunakan data hasil pemilu DPR Tahun 2014 Dapil Papua
Untuk pertama kalinya dalam sejarah pilkada di di Indonesia terdapat calon tunggal. Materi ini akan memaparkan kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya calon tunggal
Slide ini memberikan informasi singkat tentang dinamika regulasi pilkada serentak 2015, inovasi KPU dalam penyelenggaraan tahapan pilkada dan isu2 strategis pada setiap tahapan
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
2. Mengapa Pemilihan Serentak?
Memperkuat efektivitas sistem pemerintahan
presidensil (efective goverment);
Efesiensi pembiayaan penyelenggaraan pilkada
(efficient goverment);
Penataan siklus penyelenggaraan pemilu secara
nasional (election cycle management);
3. Dasar Hukum Pemilihan Serentak
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015
tentang Penetapan Peraturan Pmerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota menjadi Undang –Undang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2015.
4. Desain Pemilihan Serentak di Indonesia
3 Gelombang Pilkada Serentak
(2015)
1. Gelombang I (AMJ 2015 dan
Januari-Juni 2016)
2. 9 Provinsi dan 260 Kab/Kota
(2017)
1. Gelombang II (AMJ Juli-
Desember 2016 dan 2017)
2. 8 Provinsi dan 94 Kab/Kota
(2018)
1. Gelombang III (AMJ 2018
dan 2019)
2. 17 Provinsi dan 154 Kab/Kota
2020 2022 2023
(2027)
SERENTAK NASIONAL
5. Peraturan Pelaksanaan Pemilihan Serentak (1)
1. PKPU Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota;
2. PKPU Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemiliihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi Independen Pemilihan
Aceh dan Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan
Kabupaten/Kota, Pembentukan dan Tata Kerja Panitia Pemilihan
Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara dalam Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil
Walikota;
3. PKPU Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pemutakhiran Data dan Daftar
Pemilih dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota Pembentukan dan
Penetapan;
4. PKPU Nomor 5 Tahun 2015 tentang Sosialisasi dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota:
6. Peraturan Pelaksanaan Pemilihan Serentak (2)
5. PKPU Nomor 6 Tahun 2015 tentang Norma, Standar, Prosedur,
Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota;
6. PKPU Nomor 7 Tahun 2015 tentang Kampanye Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati
dan/atau Walikota dan Wakil Walikota;
7. Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Dana Kampanye
Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota;
8. Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pencalonan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota, sebagaimana
telah diubah dengan PKPU Nomor 12 Tahun 2015;
7. Peraturan Pelaksanaan Pemilihan Serentak (3)
9. Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil
Walikota;
10. Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Rekapitulasi Hasil Penghitugnan Suara dan
Penetapan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau
Walikota dan Wakil Walikota.
8. Perubahan Regulasi Akibat Putusan MK (1)
UU Nomor 8 Tahun 2015 Putusan MK Dampak Putusan
Pasal 7 huruf r
Tidak memiliki konflik
kepentingan dengan petahana
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
33/PUU-XIII/2015 tanggal 8 Juli 2015
menyatakan ketentuan pasal dimaksud
bertentangan dengan UUD Tahun 1945 & tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Larangan keluarga Petahana untuk
mencalonkan diri dihapus.
Pasal 7 huruf s
Memberitahukan pencalonannya
sebagai Gubernur, Wakil
Gubernur, Bupati, Wakil Bupati,
Walikota & Wakil Walikota
kepada Pimpinan DPR bagi
anggota DPR, kepada Pimpinan
DPD bagi anggota DPD, atau
kepada Pimpinan DPRD bagi
anggota DPRD
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
33/PUU-XIII/2015 tanggal 8 Juli 2015
menyatakan ketentuan pasal dimaksud
bertentangan dengan UUD Tahun 1945
sepanjang tidak dimaknai mengundurkan diri
sejak calon ditetapkan memenuhi persyaratan
oleh KPU/KIP sebagai Calon Gubernur, Calon
Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil
Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil
Walikota bagi anggota DPR, anggota DPD,
atau anggota DPRD
Anggota DPR, DPD dan DPRD
wajib mengundurkan diri yang
dibuktikan dengan SK
pemberhentian untuk dapat maju
sebagai kepala daerah dan wakil
kepala daerah.
9. Perubahan Regulasi Akibat Putusan MK (2)
UU Nomor 8 Tahun 2015 Putusan MK Dampak Putusan
Pasal 7 huruf g
Tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau
lebih
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
42/PUU-XIII/2015 tanggal 9 Juli 2015
menyatakan ketentuan pasal dimaksud
bertentangan dengan UUD Tahun 1945 &
tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat secara bersyarat sepanjang tidak
dimaknai dikecualikan bagi mantan terpidana
yang secara terbuka dan jujur mengemukakan
kepada publik bahwa yang bersangkutan
mantan terpidana
Mantan narapidana diperbolehkan
mencalonkan diri tanpa perlu
waktu jeda lima tahun setelah
menjalani hukuman penjara.
Pasal 7 huruf t
Mengundurkan diri sebagai anggota
TNI, Polri, dan PNS sejak
mendaftarkan diri sebagai calon
Pasal 7 huruf u
Berhenti dari jabatan pada BUMN
atau BUMD sejak ditetapkan
sebagai calon
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
46/PUU-XIII/2015 tanggal 9 Juli 2015
menyatakan ketentuan pasal dimaksud
bertentangan dengan UUD Tahun 1945 &
tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang tidak dimaknai
mengundurkan diri sejak calon ditetapkan
memenuhi persyaratan oleh KPU/KIP sebagai
Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur,
Calon Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon
Walikota, dan Calon Wakil Walikota
PNS, TNI, POLRI, BUMN dan
BUMD tetap wajib berhenti dari
statusnya saat telah ditetapkan
menjadi calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah.
10. Perubahan Regulasi Akibat Putusan MK (3)
UU Nomor 8 Tahun 2015 Putusan MK Dampak Putusan
Pasal 41 ayat (1) & (2)
Syarat minimal dukungan
bagi calon perseorangan
Gubernur & Wakil
Gubernur, Bupati & Wakil
Bupati serta Walikota &
Wakil Walikota
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
60/PUU-XIII/2015 tanggal 29 September 2015
menyatakan ketentuan pasal dimaksud
bertentangan dengan UUD Tahun 1945 &
tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang tidak dimaknai bahwa
perhitungan persentase dukungan bagi calon
perseorangan yang hendak mendaftarkan diri
sebagai Calon Gubernur & Calon Wakil
Gubernur, Calon Bupati & Calon Wakil Bupati
serta Calon Walikota & Calon Wakil Walikota
didasarkan atas jumlah penduduk yang telah
mempunyai hak pilih sebagaimana dimuat
dalam daftar calon pemilih tetap di daerah yang
bersangkutan pada Pemilu berikutnya.
Putusan ini berlaku untuk pemilihan kepala
daerah serentak setelah pemilihan kepala
daerah serentak tahun 2015.
Persyaratan untuk menjadi
calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah dari
jalur perseorangan menjadi
lebih ringan karena
persentasi dihitung
berdasarkan jumlah
penduduk yang telah
memiliki hak pilih.
11. Perubahan Regulasi Akibat Putusan MK (3)
UU Nomor 8 Tahun 2015 Putusan MK Dampak Putusan
Pasal 49 ayat (8) & (9),
Pasal 50 ayat (8) & (9),
Pasal 51 ayat (2), Pasal 52
ayat (2), Pasal 54 ayat (4),
(5) & (6)
Pemilihan Gubernur & Waki
Gubernur, Bupati & Wakil
Bupati, serta Walikota &
Wakil Walikota diikuti
sekurang-kurangnya 2
(dua) pasangan calon
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-
XIII/2015 tanggal 29 September 2015 menyatakan
bertentangan dengan UUD Tahun 1945 & tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak
dimaknai mencakup pengertian:
“termasuk menetapkan 1 (satu) Pasangan Calon Gubernur
& Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati & Calon Wakil Bupati
serta Calon Walikota & Calon Wakil Walikota peserta
pemilihan dalam hal setelah jangka waktu 3 (tiga) hari
dimaksud terlampaui namun tetap hanya ada 1 (satu)
Pasangan Calon Gubernur & Calon Wakil Gubernur“
(Ketentuan Pasal 49 ayat (9) & Pasal 50 ayat (9))
“menetapkan 1 (satu) Pasangan Calon Gubernur & Calon
Wakil Gubernur, Calon Bupati & Calon Wakil Bupati serta
Calon Walikota & Calon Wakil Walikota dalam hal hanya
terdapat 1 (satu) Pasangan Calon Gubernur & Calon Wakil
Gubernur, Calon Bupati & Calon Wakil Bupati serta Calon
Walikota & Calon Wakil Walikota” (Ketentuan Pasal 51 ayat
(2) & Pasal 52 ayat (2))
1. Pilkada dapat
digelar meski
hanya ada satu
pasangan calon.
2. Berdampak pada
elemen strategis
pilkada, yaitu
metode
pencalonan,
metode pemberian
suara dan metode
penetapan
pasangan calon
terpilih.
12. Tindaklanjut Perubahan Regulasi
Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Pencalonan direvisi menjadi Peraturan KPU
Nomor 12 Tahun 2015;
Revisi Peraturan KPU tentang Pencalonan,
Kampanye, Pemungutan dan Penghitungan
Suara, Rekapitulasi dan Penetapan Calon
Terpilih untuk mengakomodir putusan MK
tentang calon tunggal;
13. Penyelenggaraan Pemilihan
Penyelenggaraan pemilihan menjadi tanggung jawab
bersama KPU, KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota;
Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur dilaksanakan oleh
KPU Provinsi;
Pilkada Bupati/Wakil Bupati dan Wali Kota/Wakil Wali
Kota dilaksanakan oleh KPU Kabupaten/Kota;
KPU Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi
menyampaikan laporan penyelenggaraan pemilihan
secara berjenjang;
14. Tanggung Jawab Akhir Pemilihan
KPU memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan
Pemilihan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP
Kabupaten/ Kota, PPK, PPS, KPPS dan petugas pemutakhiran
data pemilih (pasal 10A UU Nomor 8 Tahun 2015);
Bentuk tanggung jawab akhir adalah melaporkan
pertanggungjawaban akhir kegiatan penyelenggaraan
pemilihan yang diselenggarakan oleh seluruh KPU
Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota kepada
DPR dan Pemerintah.
16. Kerangka Hukum Pemilihan
Penanganan pelanggaran kode etik;
Penanganan pelanggaran administrasi;
Penanganan tindak pidana pemilu;
Sengketa administrasi atau sengketa tata
usaha Negara;
Penyelesaian perselisihan hasil pemilu.
17. Penanganan Pelanggaran Kode Etik
Melakukan klarifikasi kepada penyelenggara yang
diduga melakukan pelanggaran;
Klarifikasi juga dilakukan kepada pihak di luar
penyelenggara seperti pengawas untuk
mendapatkan informasi pembanding;
Mendorong penyelenggara secara berjenjang untuk
mengadukan secara langsung ke DKPP, jajaran
penyelenggara di bawahnya yang diduga terlibat
pelanggaran pemilu.
18. Penanganan Pelanggaran Administrasi
KPU menerbitkan peraturan KPU Nomor 25 tahun 2013
tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilu;
Koordinasi dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) atau
Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) sesuai tingkatannya
dalam melakukan klarifikasi kepada para pihak terhadap
dugaan pelanggaran tersebut;
Hasil keputusan KPU terhadap dugaan pelanggaran
administrasi itu diumumkan kepada publik agar publik dapat
mengawal proses tindaklanjut terhadap pemberian sanksi
kepada penyelenggara yang telah melakukan pelanggaran;
Penekanan pada aspek koordinasi dilakukan untuk
mengimplementasikan KPU dan Bawaslu sebagai satu
kesatuan fungsi penyelenggara pemilu.
19. Penanganan Sengketa TUN Pemilihan
Kepastian Objek Kepastian Proses
Kepastian Lembaga
Eksekutor
1. Objek sengketanya
adalah SK KPU
Provinsi/KIP Aceh
dan/atau KPU/KIP
Kabupaten/Kota
tentang penetapan
pasangan calon
peserta pemilihan;
2. Terjadi antara
pasangan calon
dengan KPU
Provinsi/KIP Aceh
atau KPU/KIP
Kabupaten/Kota.
1. Penanganan sengketa TUN
jika final di Bawaslu
memakan waktu 16 hari;
2. Jika berlanjut ke PT TUN
dan final di PT TUN
membutuhkan waktu 27
hari di PT TUN sehingga
total waktu yang
dibutuhkan menjadi 43
hari;
3. Jika berlanjut sampai ke
MA membutuhkan waktu
40 hari sehingga total
waktu yang dibutuhkan
sampai putusan final di
MA menjadi 83 hari.
1. Penanganan
sengketa tata usaha
negara (TUN)
pemilihan
berproses dari
Panwaslu/Bawaslu,
PT TUN dan
berakhir di MA.
2. Putusan MA
bersifat final dan
mengikat.
20. Penanganan Perselisihan Hasil Pemilu (PHP)
Kepastian Objek Kepastian Proses
Kepastian Lembaga
Eksekutor
1. Objek sengketanya adalah
SK KPU Provinsi/KPU
Kab./Kota tentang
Penetapan Perolehan Suara
Hasil Pemilihan;
2. Pasangan calon dapat
mengajukan PHP ke MK
dengan persyaratan bahwa
perbedaan suara antar
calon paling banyak antara
0,5% sampai 2% dihitung
dari penetapan hasil
penghitungan perolehan
suara hasil pemilihan;
3. Besaran selisih hasil
penghitungan suara untuk
setiap daerah ditetapkan
berdasarkan jumlah
penduduk.
1. KPU dapat membuka kotak
suara untuk mengambil
formulir yang digunakan
sebagai alat bukti dalam
PHP;
2. Pengajuan sengketa
dilakukan paling lama 3x24
jam setelah diumumkannya
penetapan perolehan suara
hasil pemilihan;
3. Pemohon diberi waktu 3x24
jam untuk memperbaiki dan
melengkapi permohonan;
4. MK memutuskan PHP paling
lambat 45 hari sejak
diterimanya permohonan
1. Perselisihan hasil
pemilihan (PHP)
ditangani oleh MK
sebelum dibentuk
badan peradilan
khusus;
2. Putusan MK bersifat
final dan mengikat.