Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi galur-galur jagung UNPAD yang toleran dan peka terhadap naungan pada sistem agroforestri dengan albizia. Sebanyak 72 galur elite dievaluasi menggunakan rancangan split-plot dengan dua faktor petak utama yaitu tanpa naungan dan 45% naungan, serta faktor anak petak galur. Hasilnya menunjukkan beberapa galur yang memiliki umur berbunga, bobot tongkol, dan bobot pipil
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (Ekal Kurniawan
Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae yang telah banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu.
Menurut Soetiarso (2010) katuk termasuk sayuran indigenous yang dapat beradaptasi baik dalam kondisi lingkungan yang relatif beragam.
The aimed of this research was to determining of upland suitability for maize commodity development and its limiting factors based on land quality. This research conducted at three month in Dulamayo garden farming of Gorontalo State University. Assessments of land suitability classes using the framework of land evaluation and parametric approach with root square land index as methods. The result of this research showed that the land suitability classes showed that land utilization type (LUT) for Local Maize of patterns A (none fertilizing) + B (national fertilizing dosage) were dominantly of
moderately suitable with nutrient availability as limiting factors (S2na), while for pattern C (prescription fertilizing dosage) was very suitable but any small amount of nutrient availability as limiting factors (S1na). The LUT Composite Maize to pattern A was marginally suitable with nutrient availability as limiting factors (S3na), pattern B same as LUT Local Maize limiting factors, but pattern C with very suitable classes but differences of limiting factors (S1wa). For LUT Hybrids Maize dominantly of marginally suitable with water availability as limiting factors (S3wa) to pattern A+B, but pattern C dominantly of moderately suitable with water availability as limiting factors (S2wa).
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
The objective of this research was to study the respons of N, P, and K fertilizers and the best combination of it on the maize yields. The experimental design was following random block design that consist of 4 treatments with 3 replications, so there are 12 plot units. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The result of this research showing that minus one test has significant effect to stem length, stem diameters, and all dry weigh, while for 100 gain weigh has not significant effects. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
PARAMETER KETAHANAN UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam) TERHADAP PENYAKIT KU...University of Brawijaya
Seminar Nasional 3 in 1 Peran Nyata Produk Hortikultura dan Agronomi Serta Program Pemuliaan Tanaman Terhadap Kontinyuitas Ketahanan Pangan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya-Peripi-Perhorti-Peragi Malang, 21-22 Agustus 2013, Malang, Jawa Timur
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (Ekal Kurniawan
Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae yang telah banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu.
Menurut Soetiarso (2010) katuk termasuk sayuran indigenous yang dapat beradaptasi baik dalam kondisi lingkungan yang relatif beragam.
The aimed of this research was to determining of upland suitability for maize commodity development and its limiting factors based on land quality. This research conducted at three month in Dulamayo garden farming of Gorontalo State University. Assessments of land suitability classes using the framework of land evaluation and parametric approach with root square land index as methods. The result of this research showed that the land suitability classes showed that land utilization type (LUT) for Local Maize of patterns A (none fertilizing) + B (national fertilizing dosage) were dominantly of
moderately suitable with nutrient availability as limiting factors (S2na), while for pattern C (prescription fertilizing dosage) was very suitable but any small amount of nutrient availability as limiting factors (S1na). The LUT Composite Maize to pattern A was marginally suitable with nutrient availability as limiting factors (S3na), pattern B same as LUT Local Maize limiting factors, but pattern C with very suitable classes but differences of limiting factors (S1wa). For LUT Hybrids Maize dominantly of marginally suitable with water availability as limiting factors (S3wa) to pattern A+B, but pattern C dominantly of moderately suitable with water availability as limiting factors (S2wa).
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
The objective of this research was to study the respons of N, P, and K fertilizers and the best combination of it on the maize yields. The experimental design was following random block design that consist of 4 treatments with 3 replications, so there are 12 plot units. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The result of this research showing that minus one test has significant effect to stem length, stem diameters, and all dry weigh, while for 100 gain weigh has not significant effects. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
PARAMETER KETAHANAN UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam) TERHADAP PENYAKIT KU...University of Brawijaya
Seminar Nasional 3 in 1 Peran Nyata Produk Hortikultura dan Agronomi Serta Program Pemuliaan Tanaman Terhadap Kontinyuitas Ketahanan Pangan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya-Peripi-Perhorti-Peragi Malang, 21-22 Agustus 2013, Malang, Jawa Timur
Respons Hasil Umbi Aksesi Ubi Jalar Lokal yang Dikoleksi Secara Ex-Situ Terha...University of Brawijaya
Dipresentasikan pada Seminar Nasional Balitkabi 2016 : Inovasi Teknologi Lahan Suboptimal untuk Pengembangan Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Mendukung Pencapaian Kedaulatan Pangan. Balitkabi Malang, 25 Mei 2016
Evaluation of Sweet Potato Based on Agronomic Characters and Biochemical Cont...University of Brawijaya
3rd International Plant Breeding Conference 2016: Strengthening Plant Breeding and Future Perspectives. 15-16 November 2016 Bangi-Putrajaya Hotel, Selangor, Malaysia
IDENTIFIKASI GALUR JAGUNG UNPAD TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGROFORESTRI DENGAN ALBIZIA DI JAWA BARAT DENGAN METODE GGE BIPLOT
1. IDENTIFIKASI GALUR JAGUNG UNPAD TOLERAN
NAUNGAN PADA SISTEM AGROFORESTRI DENGAN
ALBIZIA DI JAWA BARAT DENGAN METODE GGE BIPLOT
Syafi’i M1, B. Waluyo2, A. T. Makkulawu3, E. Suryadi4, Y. Yuwariah5, dan D. Ruswandi 5,6
Makalah disampaikan pada SEMINAR PERAGI-UNS
Solo, 13 November 20014
2. Jagung merupakan salah
satu tanaman serealia
penting di dunia, selain
gandum dan padi.
Kebutuhan jagung di
Indonesia semakin meningkat
seiring dengan pertumbuhan
industri dan
penduduk yang semakin
meningkat, namun
peningkatan produksi jagung
belum mampu
secara signifikan dapat memenuhi
kebutuhan nasional sehingga perlu
ditingkatkan (Zubachtirodin dkk.,
2005, Kasyno, et.al., 2010).
5. Kendala penggunaan lahan
dibawah tegakan atau
agroforestri: rendahnya
tingkat intensitas cahaya
akibat ternaungi (Handayani,
dkk., 2006; Yuan et.al., 2012;
Earl et.al., 2012).
Intensitas cahaya rendah
merupakan salah satu faktor
penghambat pertumbuhan
dan produksi jagung pada
sistem agroforestri albizia di
Indonesia
6. Yuan et.al (2012) :
perlakuan naungan
pada jagung fase
pertumbuhan dan
reproduksi secara
signifikan
menurunkan tinggi
tanaman dan tinggi
tongkol,
mengurangi
diameter batang,
memperlambat
umur berbunga
betina, umur
berbunga jantan
dan meningkatkan
anthesis-silking
interval (ASI).
7. Fase
berbunga
Fosintesis
menurun
dan
meningkat
kan
rontok biji
(kernel
abortion)
(Reed et.
al 1988).
fase
pengisian
biji (grain
filling),:bob
ot biji dan
hasil
menurun,
jumlah biji
dan bobot
pipil akan
menurun
(Early et al,
1967; Kiniry
et al, 1985).
Fase
perkemba
ngan :
menurunk
an bobot
biji dan
panjang
ruas
(Fournier
& Andrieu,
2000),
memperla
mbat
waktu
anthesis
dan
silking
(Struik,19
83),
menurunkan
jumlah baris
biji dan
tingkat
pemuputan
biji (Stinson,
1960; Setter
et. al. 2001),
menghambat
pemanjangan
silk
(Edmeades et.
al, 2000),
(Struik,1983)
dan
menurunkan
ketebalan
daun (Ward
et.al, 1986).
8. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
untuk mendapatkan galur-galur elite UNPAD yang
toleran dan peka terhadap naungan pada sistem
agroforestri dengan albizia sebagai bahan
perakitan varietas unggul yang berproduksi tinggi
dan toleran terhadap naungan
9. Materi genetik yang
dievaluasi adalah 72
galur elit DR dan
mutan DR generasi
ke-6 yang
dikembangkan oleh
Ruswandi (Ruswandi
dkk., 2007; Febriani
dkk. 2008; Ruswandi
et.al., 2014a;
Ruswandi et. Al.,
2014b)
Penelitian
dilaksanakan bulan
Maret-Agustus
2014 di Lahan
hutan rakyat Blok
Pasir Angin, Desa
Cibeureum Kulon,
Kec. Cimalaka Kab.
Sumedang
Rancangan splitplot design
Faktor. Petak utama N0 =
tanpa naungan (100 % full
linght) dan N1 = naungan
dibawah tegakan albizia
berumur 3-5 tahun (45 %
cahaya). Faktor anak petak
:galur (G) terdiri dari 72
galur Unpad (21galur DR, 4
galur BR, 50 M5DR dan 12
M5BR) dan 10 galur cek
Balitsereal-Maros
11. 1). Galur #77 (DR-21) memiliki umur berbunga betina (UBB) tergenjah di lingkungan tanpa
naungan dan mutan #30 (M6DR 4.7.2)
memiliki umur berbunga betina. Pada umur berbunga betina (UBB), mutan-mutan # 49
(M6DR 14.2.1), #32 (M6DR 5.4.1), #53 (M6DR 14.3.11) dan # 35 (M6DR 7.1.7)
merupakan genotip yang memiliki umur berbunga betina tergenjah pada pada lingkungan
naungan dan tanpa naungan. 2). Galur #15 (DR-17) memiliki bobot tongkol tertinggi pada
kondisi tanpa naungan, genotip # 20 (BR-154) memiliki bobot tongkol tertinggi pada
naungan. 3). Genotip #10 (DR 10) dan #3 (DR 4) memiliki nilai bobot tongkol tertinggi pada
lingkungan naungan dan tanpa naungan, sedangkan mutan #72 (M6BR 153.10.2) merupakan
genotip yang memiliki nilai terendah pada lingkungan naungan dan tanpa naungan. 4). Galur
#12 (DR-14) memiliki bobot pipil tertinggi pada kondisi tanpa naungan, dan mutan #33
(M6DR 5.5.1) memiliki bobot pipil tertinggi pada kondisi naungan, sedangkan mutan #57
(M6DR 16.5.15) merupakan genotip yang memiliki nilai terendah pada lingkungan naungan
dan tanpa naungan.