Sediaan gel ekstrak etanol daun jambu biji dengan variasi konsentrasi 1%, 5%, dan 7% diuji efektivitasnya untuk menyembuhkan luka yang terinfeksi Staphylococcus aureus pada kelinci. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi 5% memiliki efek penyembuhan tercepat dibanding konsentrasi lainnya.
TEST KIT METHANIL YELLOW merupakan seperangkat tools untuk pengujian cepat keberadaan Metanil Yellow pada suatu produk makanan padat atau cair. Test kit ini dapat mendeteksi keberadaan Metanil Yellow hanya dalam kisaran menit dengan pembentukan warna ungu pada pengujian sebagai indikasi bahwa bahan yang diuji POSITIF Metanil Yellow.
Isi dalam 1 paket Test Kit:
- 1 Botol Reagent A (10 ml)
- 1 Botol Reagent B (10 ml)
- 1 Botol kaca untuk pengujian
- 1 lembar petunjuk pemakaian
Batas Deteksi Minimal: 1,5 mg/L
Umur Simpan: 1 Tahun (Suhu ruang)
Phone/ Whatsapp: 085779721597, 081280824070, 0853 101 353 81
TEST KIT METHANIL YELLOW merupakan seperangkat tools untuk pengujian cepat keberadaan Metanil Yellow pada suatu produk makanan padat atau cair. Test kit ini dapat mendeteksi keberadaan Metanil Yellow hanya dalam kisaran menit dengan pembentukan warna ungu pada pengujian sebagai indikasi bahwa bahan yang diuji POSITIF Metanil Yellow.
Isi dalam 1 paket Test Kit:
- 1 Botol Reagent A (10 ml)
- 1 Botol Reagent B (10 ml)
- 1 Botol kaca untuk pengujian
- 1 lembar petunjuk pemakaian
Batas Deteksi Minimal: 1,5 mg/L
Umur Simpan: 1 Tahun (Suhu ruang)
Phone/ Whatsapp: 085779721597, 081280824070, 0853 101 353 81
Kandungan ajmalisin pada kultur kalus catharanthus roseus yang diberi perlaku...Stenly Mandagi
Catharanthus roseus (L.) G. Don merupakan tanaman yang mengandung metabolit sekunder di antaranya ajmalisin yang telah digunakan dalam pengobatan penyakit terkait sirkulasi darah. Kultur in vitro telah banyak digunakan sebagai teknologi yang efektif untuk memproduksi metabolit sekunder yang bermanfaat. Berbagai metode untuk meningkatkan produksi senyawa alkaloid pada kultur in vitro telah digunakan. Penambahan triptofan telah dilaporkan melalui beberapa penelitian dapat meningkatkan kandungan metabolit sekunder pada C. roseus. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian prekursor triptofan pada kultur kalus C. roseus.
Catharanthus roseus (L.) G. Don is a plant containing secondary metabolites such as ajmalicine which are useful and have been used in the treatment of blood circulatory diseases. In-vitro cultures have been widely used as an effective technology for producing useful secondary metabolites. Various methods for increasing the production of alkaloids in in-vitro cultures have been used. The addition of tryptophan has been reported through several studies to increase secondary metabolite content in C. roseus. This research was conducted to study the effect of giving tryptophan precursor on callus culture of C. roseus.
Kandungan ajmalisin pada kultur kalus catharanthus roseus yang diberi perlaku...Stenly Mandagi
Catharanthus roseus (L.) G. Don merupakan tanaman yang mengandung metabolit sekunder di antaranya ajmalisin yang telah digunakan dalam pengobatan penyakit terkait sirkulasi darah. Kultur in vitro telah banyak digunakan sebagai teknologi yang efektif untuk memproduksi metabolit sekunder yang bermanfaat. Berbagai metode untuk meningkatkan produksi senyawa alkaloid pada kultur in vitro telah digunakan. Penambahan triptofan telah dilaporkan melalui beberapa penelitian dapat meningkatkan kandungan metabolit sekunder pada C. roseus. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian prekursor triptofan pada kultur kalus C. roseus.
Catharanthus roseus (L.) G. Don is a plant containing secondary metabolites such as ajmalicine which are useful and have been used in the treatment of blood circulatory diseases. In-vitro cultures have been widely used as an effective technology for producing useful secondary metabolites. Various methods for increasing the production of alkaloids in in-vitro cultures have been used. The addition of tryptophan has been reported through several studies to increase secondary metabolite content in C. roseus. This research was conducted to study the effect of giving tryptophan precursor on callus culture of C. roseus.
Merokok adalah salah satu penyebab utama kanker pankreas baik pada pria maupun wanita.
Kanker pankreas lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita.
Belum ada pengobatan spesifik, penatalaksanaan berupa operasi.
Beberapa penelitian melaporkan hubungan antara malnutrisi dan malaria. Kebanyakan penelitian mengevaluasi malnutrisi sebagai faktor risiko terhadap morbiditas malaria pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Lima penelitian yang dilakukan di Madagaskar, Nigeria, Chad, Gambia, dan Senegal menunjukkan bahwa pasien gizi buruk 1,3-3,5 kali lebih banyak yang meninggal atau mengalami sekuele neurologis permanen dibanding pasien gizi baik. Malnutrisi dapat mengubah respon imun.
Hubungan status gizi dengan malaria; Perbaikan Status Gizi pada Penderita Malaria
1. Pembuatan Sedaan dari Bahan
Alam
ANGGOTA KELOMPOK 2:
KARTIKA MONIKASARI (M35 12025 )
LUSIANA RIZQI (M35 12028)
NAIM ANGGRAITA (M35 12032)
RATIH KHARISMAWATI (M35 12040)
SUCI NUR HIDAYAH (M35 12044)
2. 1. Uji Efektivitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava Linn) Terhadap Penyembuhan Luka Yang Terinfeksi Bakteri
Staphylococcus Aureus Pada Kelinci (Orytolagus Cuniculus)
Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (Suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
3. Lanjutan…
Jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung
senyawa flavonoid, eugenol, tanin dan terpenoid
yang mempunyai efek antibakteri dengan merusak
struktur membrannya.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Jeffi W. Ekoputro
(2011) yaitu ekstrak etanol dari daun Jambu Biji
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus.
4. Lanjutan…
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri
gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2
mikro meter.
Infeksi oleh bakteri S. aureus ditandai dengan
kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.
Untuk pengobatan terhadap infeksi maka perlu
diberikan antibiotik
5. Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan ialah metode maserasi. Dimana langkahnya
sebagai berikut:
Serbuk daun Jambu Biji 250 gram direndam ke dalam etanol 95% sebanyak
1000 mL, ditutup dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 3 hari sambil
sesekali diaduk. Setelah 3 hari, sampel yang direndam tersebut disaring
menggunakan kertas saring menghasilkan filtrat 1 dan ampas 1. Ampas yang
ada kemudian ditambah dengan larutan etanol 95% sebanyak 750 mL, ditutup
dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 2 hari, sampel tersebut disaring
menggunakan kertas saring menghasilkan filtrat 2 dan ampas 2. Filtral 1 dan 2
dicampur menjadi satu. Filtrat yang didapat diuapkan dengan waterbath pada
suhu 40°C sehingga didapat ekstrak kental daun Jambu Biji.
6. Pembuatan Sediaan Gel
Hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan sediaan adalah
menyiapkan semua bahan yang akan digunakan dan menimbang
semua bahan sesuai dengan formula yang ada.
Dimana bahan-bahannya adalah sebagai berikut:
Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.), Etanol 95%, Na-
CMC, Gliserin, Propilenglikol, Aquades, Alkohol 70%, gel
Bioplacenton, stik pH universal larutan H2SO4, larutan BaCl2
2H2O, larutan NaCl 0,9%, nutrient agar (NA) dan bakteri
Staphylococcus aureus.
7. Lanjutan…
Formula dari sediaan gel
Pada penelitian ini dibuat sediaan gel dengan variasi
konsentrasi ekstrak yaitu 1%, 5% dan 7% sebanyak 25 g
untuk 3 kali pemakaian dalam sehari selama 8 hari
pengamatan.
BAHAN F1 (1%) F2 (5%) F3 (7%)
Ekstrak 0,25 g 1,25 g 1,75 g
Na-CMC 1,25 g 1,25 g 1,25 g
Gliserin 2,5 g 2,5 g 2,5 g
Propilenglikol 1,25 g 1,25 g 1,25 g
Aquades ad 25 g 25 g 25 g
8. Lanjutan...
Setelah ditimbang menurut perhitungan bahan sesuai masing-masing
formula, maka selanjutnya ekstrak dengan konsentrasi 1%
dilarutkan dalam sebagian air yang telah dipanaskan pada suhu
50°C. Ditambahkan Na-CMC dan diaduk hingga homogen.
Ditambahkan gliserin, propilenglikol dan air dengan pengadukan
secara kontinyu hingga terbentuk gel. Gel yang telah terbentuk
kemudian disimpan pada suhu ruangan selama semalam (Hamzah,
2006). Prosedur yang sama juga dilakukan pada ekstrak dengan
konsentrasi 5% dan 7%.
9. Pengujian terhadap Hewan Uji
Pertama dilakukan penyiapan hewan uji sebanyak 5 ekor kelinci.
Setelah dilakukan beberapa perlakuan, dibuat luka sayat sepanjang
1,5 cm sampai bagian subkutan. Pada saat dibuat luka, terlebih
dahulu punggungnya dan sekitarnya dibersihkan dengan alkohol
70%. Kemudian diberikan suspensi bakteri Staphylococcus aureus
sebanyak 0,2 mL pada masing-masing lokasi.
Lalu masing-masing kelinci diberikan perlakuan sebagai berikut:
Perlakuan A : Luka diberi basis Gel (Kontrol negatif)
Perlakuan B : Luka diberi bioplacenton Gel (Kontrol positif)
Perlakuan C : Luka diberi Gel ekstrak daun Jambu Biji 1%
Perlakuan D : Luka diberi Gel ekstrak daun Jambu Biji 5%
Perlakuan E : Luka diberi Gel ekstrak daun Jambu Biji 7%
10. Pengujian
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian
organoleptik (betuk, warna, bau), homogenitas, PH, daya
sebar dan konsistensi.
Untuk hasil uji efektivitas, gel ekstrak etanol daun
Jambu Biji dengan variasi konsentrasi 1%, 5% dan 7%
memiliki efek penyembuhan terhadap luka yang
terinfeksi staphylococcus aureus pada kelinci. Kadar 5%
terbukti paling efektif dalam penyembuhan luka. Hal ini
dapat dilihat dari tabel berikut nya
11.
12. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gel
ekstrak etanol daun Jambu Biji dengan variasi konsentrasi
1%, 5% dan 7% memiliki efek penyembuhan terhadap luka
yang terinfeksi staphylococcus aureus pada kelinci.
Penyembuhan luka paling cepat terjadi pada konsentransi
5% dibanding 7%, karena konsentransi bahan aktif juga
merupakan faktor penting dalam penyembuhan luka.
13. Daftar Pustaka
Aponno, J. V., dkk, 2014. Uji Efektivitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
(Psidium Guajava Linn) Terhadap Penyembuhan Luka yang Terinfeksi Bakteri
Staphylococcus Aureus pada Kelinci (Orytolagus Cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi.
UNSRAT Vol. 3 No. 3
Ekoputro, J.W. 2011. Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Lamk.)
terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro. [Skripsi] Univeritas Brawijaya, Malang