Dokumen tersebut membahas tentang galangan kapal tradisional di Indonesia. Ia menjelaskan proses pembangunan kapal tradisional, jenis-jenis bahan yang digunakan, serta manajemen galangan kapal secara umum.
Sejalan dengan pembangunan prasarana fisik yang terus
menerus dilaksanakan, pengkajian dan penelitian masalah bahan
bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena itu masih selalu dicari dan
diusahakan pemakaian jenis bahan bangunan dan model struktur
yang ekonomis, mudah diperoleh, mudah pengerjaannya,
mencukupi kebutuhan/kekuatan struktur dengan biaya yang relatif murah.
Sejalan dengan pembangunan prasarana fisik yang terus
menerus dilaksanakan, pengkajian dan penelitian masalah bahan
bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena itu masih selalu dicari dan
diusahakan pemakaian jenis bahan bangunan dan model struktur
yang ekonomis, mudah diperoleh, mudah pengerjaannya,
mencukupi kebutuhan/kekuatan struktur dengan biaya yang relatif murah.
East of North Celebes Coastal is a coastal region that almost of its citizen are fisherman who produces traditional wooden boat. The quality of traditional wooden boats that made by the fisherman were physically good enough and the amount of boats are also increasing in accordance with the increase of amount of citizen in this region. But, in order to improve the fish catches by fisherman, it is needed to use boats with good stability.
This study is aimed to evaluate the stability of boats in industries who produces traditional wooden boats located in Bitung North Sulawesi regencies that since 1970 has already made these boat with the range of their power are between 4 – 100 Gross Tonnage. Analysis of wooden boat stability was done by mathematics calculation via several steps of method, Lines Plan, Bonjean, Hydrostatic, and Stability.
More traditional boats which made and planning by fisherman less perfect because the consederation between GM with GZ are not appropriate where GM point is high which made the boat is easy to roll and uncomfortable especially when the boat is empty.
In correlation with the background and analytical result that has been done in this experiment it can be advice that the fisherman who made wooden boat need an effort to improve their skill. This can be done via training and education in industries and also visiting the boat factory that already use a modern technology. While to the government or the institution who are responsible in this area it is hoped to facilitate the training about technology in the production of traditional wooden boat making as well as possible in order to reach a good stability of boats.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Floating net cages (KJA) is one means of marine aquaculture (mariculture) are placed in water will act as FADs or fish aggregating devices (FAD) as a gathering place for various types of fish. Similarly to the artificial reef will serve as the breeding (nursery grounds) for various types of fish.
In general, the target fish belonging -Fish economically important fishes associated with artificial reefs and floating net which interact in the mornings and afternoons differ in amount and kind, this is because of differences in the nature and behavior based on the type of fish species. The target fish population changes from day to night fish in diurnal seen mostly during the day will take refuge in the reef and replaced by a nocturnal species that are not visible during the day. The fish-eating plankton are usually widely spread around the reefs during the day and hide or take refuge in the crevices of the reef at night, it is a cause of differences in the amount of the target fish species associated with artificial reefs and floating net. Thus the association structure of the target fish around the artificial reefs and floating net can be concluded that as a shelter and as a visitor species.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Floating net cages (KJA) is one means of marine aquaculture (mariculture) are placed in water will act as FADs or fish aggregating devices (FAD) as a gathering place for various types of fish. Similarly to the artificial reef will serve as the breeding (nursery grounds) for various types of fish.
In general, the target fish belonging -Fish economically important fishes associated with artificial reefs and floating net which interact in the mornings and afternoons differ in amount and kind, this is because of differences in the nature and behavior based on the type of fish species. The target fish population changes from day to night fish in diurnal seen mostly during the day will take refuge in the reef and replaced by a nocturnal species that are not visible during the day. The fish-eating plankton are usually widely spread around the reefs during the day and hide or take refuge in the crevices of the reef at night, it is a cause of differences in the amount of the target fish species associated with artificial reefs and floating net. Thus the association structure of the target fish around the artificial reefs and floating net can be concluded that as a shelter and as a visitor species.
Buku ini menerangkan dan menggambarkan tentang terumbu karang, yang meliputi biologi, ekologi, simbion karang zooxanthellae, reproduksi karang secara sederhana, manfaat dan perusak terumbu karang secara umum. Sebagai hewan tingkat rendah yang memiliki ketergantungan sangat besar dengan simbionnya zooxanthellae, pada bagian akhir digambar dan diuraikan hubungan antara karang dan zooxanthellae.
SUMBERDAYA IKAN HIAS EKSOTIS INJEL NAPOLEON Pocanthus xanthometopon (4)-dikom...maulikasmi
Pengelolaan Sumberaday Ikan Hias Eksotis Injel Napoleon Pomacanthus xanthometopon ini merupakan hasil representasi sejauh mana tingkat pemanfaatan sebagai ikan target oleh industry ekspor ikan hias. Kajian yang cukup fenomenal karena jenis ikan ini masih sangat jarang yang melakukan kajian karena memerlukan waktu dan biaya cukup besar.
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...masdidi mading
Praktek kerja lapang (PKL) ini bertujuan untuk laju pertumbuhan spesifik (LPS). PKL ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April - Juni 2017 di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Budidaya rumput laut menggunakan metode longline. Monitoring dilakukan 2 (dua) kali seminggu. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut yang diperoleh yaitu 5.04%/hari dengan rasio perbandingan berat kering : berat basah yaitu 1:10. Parameter kualitas air yang diperoleh yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga jual rumput laut yaitu Rp. 9.000/kg.
3. i
KATA PENGANTAR
Indonesia memiliki banyak galangan kapal, baik galangan kapal tradisional
maupun galangan kapal modern. Salah satunya dapat dilihat di daerah Riau
dan Sumatera Utara. Galangan kapal yang dimiliki memiliki banyak
persamaan yang didiskusikan secara komprehensif dalam bukua ini. Buku
ini membahas pembangunan kapal dalam beberapa kapal tradisional di
daerah Sumatera seperti Jambi, Riau dan Sumatera Utara.
Pada galangan kapal tradisional, sangar diperlukan inovasi untuk
penyediaan kebutuhan material yang selama ini tergantung kepada bahan
kayu. Sulitnya mendapatkan kayu berkualitas menjadi penghambat produksi
kapal dalam galangan kapal kayu teradisional. Untuk mengurangi
ketergantungan terhadap bahan kayu yang selama ini menjadi bahan utama
pembuatan kapal perikanan, perlu dilakukan regulasi untuk menjaga
stabilisai produksi kayu. Harga kayu yang cukup mahal dan juga semakin
sulit diperoleh mempengaruhi biaya pembangunan kapal perikanan.
Kelangkaan bahan baku ini juga menyebabkan waktu pembangunan kapal
menjadi lebih lama.
Akhir kata, untuk kesempurnaan buku ini, masukan dalam bentuk ide,
sanggahan dan saran sangat diharapkan. Perbaikan menuju kesempurnaan
adalah hal yang senantiasa terus dilakukan dalam menuangkan ide-ide yang
mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Atas perhatian yang diberikan,
kami mengucapkan terimakasih.
Pekanbaru, Januari 2018
Penulis
i
4. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................vi
BAB 1. PENGENALAN KAPAL.........................................................................................................1
1.1Klasifikasi Kapal Secara Umum...........................................................................1
1.1.1 Kapal Aerostatic..............................................................................................2
1.1.2 Kapal Hydrodynamic.......................................................................................3
1.1.3 Kapal Hydrostatic............................................................................................3
1.1.4 Kapal Multi Lambung......................................................................................3
1.1.5 Nomenclature.................................................................................................4
1.2 Kapal Perikanan..................................................................................................4
1.3 Klasifikasi Kapal Perikanan.................................................................................6
1.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap Indonesia.................6
1.3.2 Klasifikasi Berdasarkan FAO (Food and Agriculture Organization).............7
1.4. Jenis Kapal Menurut Bahan atau Materialnya .................................................9
1.4.1 Kapal kayu ......................................................................................................9
1.4.2 Kapal fiberglass.............................................................................................11
1.4.3 Kapal ferrocement........................................................................................11
1.4.4 Kapal baja......................................................................................................11
BAB 2. MANAJAMEN GALANGAN KAPAL....................................................................................13
2.1. Pengertian Manajemen..................................................................................13
2.2. Fasilitas Galangan...........................................................................................14
2.2.1 Dok/Galangan Kapal.................................................................................14
2.2.2 Gudang Material.......................................................................................17
2.2.3 Tempat Parkir............................................................................................17
2.2.4 Tempat Pengolahan Kayu.........................................................................17
2.3. Produktivitas Galangan Kapal.........................................................................18
2.3.1 Produktivitas Pembangunan Kapal Baru..................................................18
2.3.2 Produktivitas Perawatan dan Perbaikan Kapal.........................................19
2.4 Legalitas Galangan..........................................................................................19
2.5 Manajemen Galangan Kapal...........................................................................21
2.6. Manajemen Sumberdaya Manusia.................................................................22
2.7. Manajemen Keuangan....................................................................................23
2.8. Manajemen Perencanaan ( planning )............................................................23
a. Perencanaan untuk tenaga kerja.......................................................................24
b. Perencanaan Bahan...........................................................................................24
c. Perencanaan Belanja Kebutuhan Galangan.......................................................25
d. Waktu Penyelesaian...........................................................................................26
2.9. Manajemen Organisasi (Organizing)...............................................................27
a. Stuktur Organisasi..............................................................................................27
b. Budaya Perusahaan atau Organisasi..................................................................27
ii
5. iii
2.10. Manajemen Pelaksanaan (actuating)...........................................................28
a. Tahapan pembangunan kapal baru...................................................................28
b. Tahapan perawatan dan perbaikan kapal.........................................................30
2.11. Manajemen Pengawasan atau Pengendalian ..............................................31
BAB 3. PROSES PEMBANGUNAN KAPAL.....................................................................................33
................................................................................................................................33
3.1. Pendahuluan...................................................................................................33
3.2. Bahan bangunan Kapal...................................................................................34
3.3. Pembagian ruangan Kapal..............................................................................35
3.4. Konstruksi Kapal .............................................................................................37
3.4.1. Kontruksi Lunas........................................................................................37
3.4.2. Linggi Haluan dan Buritan........................................................................38
3.4.3. Konstruksi Gading-gading pada Wrang (khong)......................................39
3.4.4. Konstruksi Transom.................................................................................41
3.4.5. Konstruksi Papan Lambung (kulit)...........................................................41
3.4.6. Kontruksi galar dek dan pisang-pisang....................................................42
3.4.7. Konstruksi Balok Dek dan Karlin..............................................................43
3.4.8. Konstruksi Papan Dek..............................................................................43
3.4.10. Konstruksi Dudukan Mesin (Pondasi Mesin).........................................46
3.4.11.Konstruksi Kemudi dan Pemasangan Baling-baling (propeller).............47
3.4.12. Pemakalan dan Pendempulan...............................................................48
3.4.13. Pengecatan............................................................................................49
50
BAB 4. REPARASI GALANGAN KAPAL..........................................................................................51
4.1 Keadaan Umum................................................................................................51
4.2 Galangan Kapal................................................................................................52
4.3 Ukuran Utama Kapal........................................................................................52
4.4 Material Kapal..................................................................................................53
4.5 Teknis Reparasi Kapal Kayu..............................................................................54
4.5.1 Perawatan pada Lambung kapal...............................................................55
4.5.2 Umur Kapal Kayu.......................................................................................55
4.5.3 Kerusakan pada kapal kayu.......................................................................56
4.5.4 Teknik Reparasi.........................................................................................58
BAB 5. AKTIVITAS GALANGAN KAPAL.........................................................................................60
5.1. Proses Pembangunan Kapal Di Docking CV. Priadi Sabena............................60
5.1.1 Peletakan Lunas dan pemasangan linggi......................................................61
5.1.2 Pemasangan kulit kapal dan gading-gading..................................................61
5.3 Bahan Pembuatan Kapal..................................................................................64
5.3.1 Kayu Rasak................................................................................................65
5.3.2 Kayu haloban.............................................................................................65
5.3.3 Kayu kapur................................................................................................66
5.3.4 Kayu meranti.............................................................................................67
5.4 Peggunaan Kayu Untuk Gading-gading kapal..................................................67
5.4.1 Pembuatan Gading-gading.......................................................................69
5.4.2 Pemasangan gading-gading......................................................................69
5.4.3 Pemotongan kayu.....................................................................................69
iii
6. 5.4.4 Pengelompokan Kayu...............................................................................70
5.4.5 Proses Pembuatan Kapal..........................................................................71
5.4.6 Pembuatan Gading-gading tipe V bottom................................................73
5.4.7 Pembuatan Gading-gading Tipe U Bottom...............................................73
74
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................75
iv
7. v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Kapal Perikanan berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap Indonesia...........7
Tabel 2. Klasifikasi Kapal Perikanan berdasarkan ISSCFV.............................................................7
Tabel 3. Produktivitas pembangunan kapal baru CV.Priadi Sabena Dari Tahun 2012 -2016.....18
Tabel 4. Produktivitas Perawatan dan Perbaikkan Kapal di Galangan Kapal CV.Priadi Sabena
Dari Tahun 2014 – 2016.............................................................................................19
Tabel 5. Izin Usaha yang dimiliki CV. Priadi Sabena...................................................................20
Tabel 6. Keadaan Manajemen Pengelolaan Galangan Kapal CV. Priadi Sabena........................21
Tabel 7. Keadaan Sumberdaya Manusia Di Galangan Kapal CV. Priadi Sabena.........................22
Tabel 8. Manajemen keuangan Galangan CV. Priadi Sabena.....................................................23
Tabel 9. Sistem Upah Pekerja Di Galangan Kapal CV. Priadi Sabena..........................................24
Tabel 10. Jenis Kayu Untuk Pembangunan Kapal Baru Di Galangan Kapal ...............................24
Tabel 11. Bahan dan Alat Yang Digunakan Dalam Perawatan dan Perbaikan Kapal Pada
Galangan Kapal CV. Priadi Sabena.............................................................................25
Tabel 12. Kebutuhan Bahan (Material Kayu) dan Alat Untuk Pembangunan Kapal Baru di
Galangan CV. Priadi Sabena.......................................................................................25
Tabel 13. Kebutuhan Bahan (Material Kayu) dan Alat Untuk Perbaikkan dan Perawatan Kapal
di Galangan CV. Priadi Sabena...................................................................................26
Tabel 14. Jumlah pekerja dan lama waktu bangunan kapal baru berdasarkan ukuran kapal...26
Tabel 15. Jumlah pekerja dan lama waktu perawatan dan perbaikan kapal........................26
Tabel 16. Jenis Kayu, Kegunaan Bahan, Kelas Awet dan Kelas Kuat Bahan Kapal Kayu Di Nipah
Panjang.......................................................................................................................34
Tabel 17. Jumlah Produksi Perikanan Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat dari tahun
2010 sampai tahun 2012...........................................................................................51
Tabel 18. Jenis armada yang dimiliki nelayan di Kecamatan Tanjung Mutiara Jorong Pasir Tiku
....................................................................................................................................51
Tabel 19. Jenis alat tangkap yang dimiliki nelayan di Kabupaten Agam Kecamatan Tanjung
Mutiara Jorong Pasir Tiku..........................................................................................52
Tabel 20. Ukuran utama kapal...................................................................................................52
Tabel 21. Standar BKI...............................................................................................................53
Tabel 22. Kelas awet dan kelas kuat kayu yang digunakan digalangan kapal Pasir Tiku
Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.................54
Tabel 23. Kerusakan yang terjadi pada kapal kayu yang berumur 8 tahun................................56
Tabel 24. Kerusakan pada kapal berumur 12 tahun...................................................................57
Tabel 25. Kerusakan pada kapal berumur 20 tahun ..................................................................57
Tabel 26. Peralatan yang digunakan pada docking CV.Priadi Sabena........................................64
Tabel 27. Jenis kayu yang digunakan dalam pembangunan kapal di galangan kapal.............65
Tabel 28. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan gading-gading...................................68
Tabel 29. Jenis Kayu....................................................................................................................68
Tabel 30. Tabel Pengelompokan kayu yang digunakan pada gading-gading.............................70
v
8. DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kapal Perikanan di Bungus (Hutauruk, 2016).............................................................1
Gambar 2 Pengelompokan Jenis Kapal (Lewis, 1988)..................................................................2
Gambar 3. Kapal Catamaran (Lewis, 1988)..................................................................................4
Gambar 4. Klasifikasi Kapal Perikanan (Dinariyana, 2011).........................................................10
Gambar 5. Kapal yang sedang dibangan di Bagansiapi-api........................................................12
Gambar 6. Pembangunan Kapal 3 GT di Bagansiapi-api.............................................................12
Gambar 7. Galangan Kapal Tradisional;......................................................................................13
Gambar 8. Dok Galangan Kapal Tradisional................................................................................15
Gambar 9. Sistem Kerja Rel Dok.................................................................................................16
Gambar 10. Gudang Material.....................................................................................................17
Gambar 11. Lokasi Parkir............................................................................................................17
Gambar 12. Tempat Pengolahan Kayu.......................................................................................18
Gambar 13. Surat Izin Usaha.......................................................................................................21
Gambar 14. Stuktur Organisasi Galangan Kapal CV. Priadi Sabena............................................27
Gambar 15. Proses PembangunanKapal Baru............................................................................28
Gambar 16. Tahapan Pembangunan Kapal Baru Di Galangan Kapal CV. Priadi Sabena............29
Gambar 17. Tahapan Perawatan dan Perbaikkan Kapal Di Galangan Kapal CV. Priadi Sabena.31
Gambar 18. Pengawasan pekerjaan di lapangan........................................................................32
Gambar 19. Pembangunan Kapal di galangan............................................................................33
Gambar 20. Pembagian ruangan kapal tampak atas..................................................................35
Gambar 21. Pembagian ruangan kapal tampak atas dan samping............................................36
Gambar 22. Konstruksi lunas kapal.............................................................................................38
Gambar 23. Konstruksi linggi haluan kapal.................................................................................39
Gambar 24. Konstruksi linggi haluan dan linggi propeller..........................................................39
Gambar 25. Konstruksi gading-gading (Casco) depan................................................................40
Gambar 26. Konstruksi gading-gading (casco) midship..............................................................40
Gambar 27. Konstruksi Wrang buritan / gading-gading belakang.............................................40
Gambar 28. Bentuk pemasangan papan lampung kapal............................................................41
Gambar 29. Konstruksi balok dek dan karlin kapal.....................................................................43
Gambar 30. Papan dek kapal......................................................................................................44
Gambar 31. Bentuk bangunan di atas dek kapal tampak depan................................................44
Gambar 32. Bentuk bangunan Diatas dek kapal tampak samping.............................................45
Gambar 33. Konstruksi kedudukan mesin (pondasi)kapal.........................................................46
Gambar 34. Konstruksi Kemudi Kapal.........................................................................................48
Gambar 35. Pemakalan kapal.....................................................................................................49
Gambar 36. Proses pengecatan kapal........................................................................................50
Gambar 37. Perawatan pada bagian lambung kapal..................................................................55
Gambar 38. Perbaikan total kapal umur 20 tahun.....................................................................56
Gambar 39. Berbagai aktivitas di galangan kapal.......................................................................60
Gambar 40. Kayu Rasak untuk membuat lunas dan linggi kapal................................................61
Gambar 41. Pembangunan gading-gading dan kulit/lambung kapal.........................................62
Gambar 42. Tahapan Pembangunan Kapal Di Docking. CV. Priadi Sabena................................63
vi
9. vii
Gambar 43. Kayu Rasak..............................................................................................................65
Gambar 44. Kayu Haloban..........................................................................................................66
Gambar 45. Kayu Kapur..............................................................................................................67
Gambar 46. Kayu Meranti Merah dan Kayu Meranti Putih........................................................67
Gambar 47. Tahap Pembangunan Kapal....................................................................................72
Gambar 48. Tahap Pembuatan Gading- Gading Kapal...............................................................73
Gambar 49. Gading- Gading Kapal berbentuk U........................................................................74
vii
10. BAB 1. PENGENALAN KAPAL
Gambar 1. Kapal Perikanan di Bungus (Hutauruk, 2016)
1.1Klasifikasi Kapal Secara Umum
Sebelum masuk ke dalam inti buku ini yang membahas galangan kapal
tradisional terutama di beberapa wilayah di Sumatera, terlebih dahulu akan diulas
jenis-jenis kapal yang diklasifikasikan menurut besar kecilnya kapal, fungsinya,
material pembuatnya dan lain sebagainya. Sebagian besar sumber pengklasifikasian
kapal ini diambil dari buku Jenis-jenis kapal itu sangat banyak. Namun secara umum
pengelompokan semua jenis kapal dapat dilakukan menurut bentuk lambung dan
gaya apungnya (physical support) (Rengi & Hutauruk, 2014). Menurut
pengelompokan ini, kapal dibagi menjadi 4 bagian. Yang pertama adalah kapal
yang lambungnya bergerak di atas permukaan air (aerostatic support). Yang kedua
adalah kapal yang lambungnya sebagian kecil terendam air (tercelup di dalam air
atau hydrodynamic support). Yang ketiga adalan kapal yang bergerak di air
(hydrostatic support). Dan yang terakhir adalah kapal dengan multi lambung.
Pengelompokan ini menjadikan garis air sebagai dasar pengelompokan atau bentuk
bagian bawah kapal yang masuk ke dalam air. Karena lingkungan kerja jenis kapal
tersebut berbeda maka karakteristik bentuk lambung ketiga jenis kapal tersebut juga
berbeda (FTK ITS, 2003). Pengelompokan kapal berdasarkan bentuk lambung dan
pendukung fisik dapat dilihat dalam Gambar 2.
1
11. Gambar 2 Pengelompokan Jenis Kapal (Lewis, 1988)
1.1.1 Kapal Aerostatic
Kapal Aerostatic mengapung akibat adanya gaya dorong udara di bawah
lambungnya. Kapal ini memiliki sirkulasi udara angkat (kipas udara) yang mengatur
tekanan udara di bawah badan kapal (aerostatic support). Aliran udara ini harus
cukup besar untuk bisa mengangkat badan kapal keluar dari air. Kapal jenis ini
mempunyai berat yang ringa. Karena tahanan udara jauh lebih rendah dari tahanan
air dan tidak bersinggungan dengan gelombang air membuat kapal ini mempunyai
kecepatan yang tinggi. Tipe pertama kapal jenis ini memiliki “sarung” yang
mengelilingi kapal dan membendung tekanan udara di bawah kapal agar tidak keluar
sehingga kapal secara keseluruhan mampu terangkat dari air. Kapal ini disebut
sebagai hovercraft atau air cushion vehicle-ACV (kapal berbantal udara). Karena
kemampuannya mengambang dan bantal udara yang flexible kapal ini juga dapat
bergerak di darat (amfibi) (FTK ITS, 2003). Hovercraft memiliki kipas udara di
bawah badan kapal untuk mendapatkan gaya angkat.
Tipe lain dari kapal berbantal udara adalah jenis yang memiliki dinding
selubung baja tipis yang berada di bawah air untuk mengurangi kebutuhan jumlah
aliran udara di bawah badan kapal yang diperlukan untuk mengangkatnya. Tipe ini
disebut captured air bubble vehicle-CAB (kapal gelembung udara). Kapal ini
memerlukan kipas udara tidak sebanyak yang diperlukan hovercraft, lebih kokoh dan
stabil, dan dapat menggunakan mesin pendorong jet air ataupun baling-baling
supercavitating. Tetapi kapal ini tidak tergolong amphibi dan meskipun tidak
sepopuler hovercraft namun sangat baik digunakan sebagai kapal feri untuk
penumpang dan mengangkut mobil juga dipakai sebagai kapal pendaratan
helikopter. Daerah operasi kapal ini cocok untuk laut yang tidak berombak seperti
terusan, selat, dan daerah kutub (FTK ITS, 2003). Kapal CAB (Capture Air Buble)
beroperasi pada air yang relatif tenang.
2
12. 1.1.2 Kapal Hydrodynamic
Kapal ini bergantung pada kecepatan yang mengangkat sebagian
lambungnya keluar dari air (hydrodynamic support). Dengan kecilnya badan kapal
yang bersentuhan dengan air maka kecil juga jumlah tahanan/hambatan air yang
diderita. Bentuk badan kapal dirancang mengikuti hukum hidrodinamika di mana
setiap benda yang bergerak yang dapat menciptakan aliran non-simetris
menimbulkan gaya angkat yang tegak lurus dengan arah gerak. Seperti sayap
pesawat terbang yang bergerak di udara akan memberi gaya angkat. Salah satu
kapal jenis ini menggunakan hidrofoil yang diletakkan di bawah lambung kapal dan
memberikan gaya angkat ketika kapal bergerak, sehingga lambung kapal keluar dari
air. Jenis lain adalah kapal dengan lambung berbentuk V (planning hull), khususnya
pada bagian depan. Ketika kapal bergerak body kapal menerima gaya angkat,
sehingga bagian depan kapal keluar dari air sedangkan bagian belakang tetap
terendam. Umumnya kapal model ini berukuran kecil dan punya kecepatan tinggi,
beroperasi pada air yang relatif tenang, meski ada juga kapal planning dengan
bentuk V yang tajam dan beroperasi pada air yang bergelombang (FTK ITS, 2003).
Pada kapal planing hull, bagian depan kapal terangkat ketika melaju pada kecepatan
tinggi.
1.1.3 Kapal Hydrostatic
Kapal hidrostatik adalah kapal dengan displasemen yang besar dan sebagian
besar lambungnya tercelup air. Tipe ini adalah tipe paling kuno dan paling umum dari
segala jenis kapal, berkecepatan relatif rendah karena harus mengatasi tahanan air
yang besar. Kemampuannya mengapung didasarkan pada hukum arcimedes di
mana gaya apung yang di dapat sebanding dengan berat air yang dipindahkanya
(hydrostatic support). Umumnya kapal ini disebut sebagai kapal dengan lambung
displacement (displacement = berat air yang dipindahkannya).
Kapal displacement bisa berukuran sangat besar, punya daya angkut yang
baik seperti kapal kargo, tangker, penumpang, kapal induk, dan kapal ikan. Karena
daya angkut yang besar kapal ini punya kemampuan pelayaran sangat jauh
dibandingkan dengan dua kategori sebelumnya yang beroperasi pada jarak dekat.
Kapal displacement adalah kapal segala musim, dengan kemampuan daerah
pelayaran dari air tenang sampai berombak.
1.1.4 Kapal Multi Lambung
Kapal multi lambung adalah kapal yang terdiri dari lebih dari satu lambung.
Misalnya bila 2 lambung disebut dengan nama catamaran (lambung ganda) (Gambar
3), tiga lambung disebut dengan trimaran (lambung tiga), dan kapal empat lambung
atau pentamaran. Tipe ini tidak termasuk pada tiga kategori di atas tetapi memiliki
semua gaya support yang hydrostatic dan hydrodynamic. Kapal ini mempunyai
lambung yang besar, mempunyai kecepatan beragam, dari kapal kecepatan tinggi
hingga rendah. Baik untuk keperluan penelitian biota laut karena lambung gandanya
memudahkan penurunan peralatan ke laut lepas.
3
13. 1.1.5 Nomenclature
Aerostatic : daya angkat tekanan udara
Displacement : Volume air yang dipindahkan oleh badan kapal.
Hydrofoil : Benda yang mirip bentuk sayap pesawat terbang yang
diletakan di bawah lambung kapal untuk memperoleh
daya angkat ketika kapal bergerak.
Hydrodynamic : Daya angkat karena perbedaan tekanan yang
dihasilkan oleh suatu benda yang bergerak.
Hydrostatic : Daya angkat yang diperoleh dari tekanan air yang
dipindahkan.
Parallel middle body : Bentuk badan kapal di bagian tengah yang memiliki
ukuran yang sama.
Planing Hull : Lambung berbentuk V yang dapat memberikan gaya
hydrodynamic.
Supercavitating : Penurunan tekanan yang drastis di bawah air
sehingga menimbulkan gelumbung gas.
Gambar 3. Kapal Catamaran (Lewis, 1988).
1.2 Kapal Perikanan
Kapal Perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang digunakan
untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan
penelitian/ eksplorasi perikanan.
Penjelasan yang diberikan SOLAS tentang kapal perikanan masih secara
umum. Kemudian, berdasarkan Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan
(KEP.MEN, 2008), penjelasan tentang kapal perikanan dan yang berhubungan
dengan kapal perikanan didetailkan lagi menjadi:
a. Kapal Penangkapan Ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan
untuk menangkap ikan, termasuk penampung, menyimpan, mendinginkan,
4
14. dan/atau mengawetkan.
b. Kapal Pengangkut ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan
untuk mengangkut ikan, termasuk memuat, menampung, menyimpan,
mendinginkan, dan/atau mengawetkan.
c. Satuan armada penangkapan ikan adalah Kelompok kapal perikanan yang
dipergunakan untuk menangkap ikan yang dioperasikan dalam satu
kesatuan sistem operasi penangkapan, yang terdiri dari kapal penangkap
ikan, kapal pengangkut ikan, dengan atau tanpa kapal lampu, dan secara
teknis dirancang beroperasi optimal apabila dalam satu kesatuan sistem
operasi penangkapan.
d. Alat Penangkap Ikan adalah Sarana dan perlengkapan atau benda-benda
lainya yang dipergunakan untuk menangkap ikan.
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan (PERMEN, 2010) juga
diberikan defenisi yang sama tentang kapal perikanan, namun ditambah dengan
penjelasan lain tentang laik laut kapal perikanan, misalnya:
1. Surat laik operasi kapal perikanan, yang selanjutnya disebut SLO, adalah surat
keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah memenuhi
persyaratan administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan kegiatan
perikanan.
2. Surat izin usaha perikanan, yang selanjutnya disebut SIUP adalah izin tertulis
yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan
dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut.
3. Surat izin penangkapan ikan, yang selanjutnya disebut SIPI, adalah izin tertulis
yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP.
4. Surat izin kapal pengangkut ikan, yang selanjutnya disebut SIKPI, adalah izin
tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan
pengangkutan ikan.
5. Surat keterangan aktivasi transmitter, yang selanjutnya disebut SKAT, adalah
surat keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah terpantau oleh
sistem pemantauan kapal perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
6. Hasil pemeriksaan kapal, yang selanjutnya disebut HPK, adalah formulir yang
memuat hasil pemeriksaan kapal perikanan yang dibuat oleh Pengawas
Perikanan sebagai dasar penerbitan SLO dan berlaku sebagai berita acara.
7. Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan
untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan
perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan.
8. Pengawas Perikanan adalah pegawai negeri sipil, baik yang berstatus Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Perikanan maupun non-Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Perikanan, yang diangkat dan ditunjuk oleh Menteri Kelautan dan Perikanan
atau pejabat yang ditunjuk, untuk melakukan kegiatan pengawasan perikanan.
9. Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.
10. Pelabuhan pangkalan adalah pelabuhan perikanan atau pelabuhan umum di
Indonesia yang ditunjuk sebagai tempat kapal perikanan berpangkalan untuk
5
15. melakukan pendaratan hasil tangkapan, mengisi perbekalan, atau keperluan
operasional lainnya, dan/atau memuat ikan untuk kapal pengangkut ikan yang
tercantum dalam SIPI atau SIKPI.
11. Nakhoda kapal perikanan adalah salah seorang dari awak kapal perikanan
yang menjadi pimpinan tertinggi di kapal perikanan yang mempunyai
wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dari penjelasan yang diberikan melalui badan dunia dan pemerintahan
tersebut, defenisi tentang kapal mengacu secara umum terhadap bangunan yang
mengapung untuk mengangkut benda dan orang. Sangat jelas tersirat bahwa kapal
yang didefenisikan menggunakan mesin penggerak,atau dengan tenaga lainnya
untuk beroperasi.
Seperti dijelaskan sebelumnya dan juga dalam Undang-Undang RI No. 31
tahun 2004 tentang kapal perikanan, didefenisikan bahwa kapal perikanan adalah
kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan
penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau
eksplorasi perikanan. Beberapa pendapat yang sama juga diberikan para pakar
untuk menjelaskan defenisi kapal perikanan, misalnya:
a. Sname menyatakan bahwa kapal perikanan adalah suatu bangunan (sarana)
apung yang berfungsi untuk mengangkut barang dari satu pelabuhan ke
pelabuhan lainnya dan sebagai tempat bekerja (working area) orang-orang
yang ada di dalam kapal tersebut. Kapal ikan termasuk ke dalam definisi ini
karena kapal ikan mengangkut hasil tangkapan dari fishing ground ke
pelabuhan atau sekaligus sebagai tempat bekerja dari nelayan.
b. Kapal merupakan sarana untuk menunjang operasi penangkapan ikan agar
dapat lebih efesien dan efektif dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
tangkapan yang maksimal (P4TKP, 2010)
c. Nomura dan Yamazaki (1977) menyatakan bahwa kapal perikanan adalah
kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup penggunaan
atau aktivitas penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya perairan,
pengelolaan usaha budidaya sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam
beberapa aktivitas seperti riset, training dan inspeksi sumberdaya perairan.
d. Boxton (1987) mendefenisikan kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan
untuk usaha-usaha menangkap ikan dan mengumpul sumberdaya perairan
atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penelitian, kontrol, survey
dan lain sebagainya.
1.3 Klasifikasi Kapal Perikanan
1.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap
Indonesia
Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap Indonesia (DKP, 2006), kategori
dan ukuran perahu/kapal perikanan untuk setiap jenis alat tangkap dibedakan
berdasarkan 2 (dua) kategori, yaitu: 1) perahu tanpa motor (non-powered boat) dan
perahu/ kapal (powered boat), disajikan pada Tabel 1.
.
6
16. Tabel 1. Klasifikasi Kapal Perikanan berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap
Indonesia.
Kategori Jenis Ukuran
Kapal Tanpa Motor
(Non-Powered Boat)
Jukung -
Perahu Papan
(Plank Built Boat)
Kecil
Sedang
Besar
Perahu/Kapal
(Powered Boat)
Motor Tempel
Kapal Motor < 5 GT
10 – 20 GT
20 – 30 GT
30 – 50 GT
50 – 100 GT
100 – 200 GT
200 – 300 GT
300 – 500 GT
500 – 1000 GT
≥ 1000 GT
1.3.2 Klasifikasi Berdasarkan FAO (Food and Agriculture
Organization)
Sesuai dengan Standar International Klasifikasi Statistik Kapal Perikanan
(International Standard Statistical Classification of Fishing Vessels, ISSCFV – FAO
1985), kapal perikanan terbagi atas 2 (dua) jenis kapal perikanan, yakni:
• Jenis kapal penangkap ikan
• Jenis kapal bukan penangkap ikan (kapal perikanan lainnya).
Jenis kapal penangkap ikan terbagi atas 11 (sebelas) tipe kapal dan kapal
perikanan lainnya terbagi atas 7 (tujuh) tipe kapal. Klasifikasi kapal dengan
menggunakan “singkatan standar” dan ”kode ISSCFV” sesuai dengan Standar
Internasional Klasifikasi Statistik Kapal Perikanan, disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Kapal Perikanan berdasarkan ISSCFV
No. Klasifikasi Kapal Perikanan Singkatan Kode ISSCFV
1. Kapal Penangkap Ikan
a) Kapal Pukat Tarik TO 01.0.0
1. Kapal Pukat Tarik Samping TS 01.1.0
a. Perikanan Basah TSW 01.1.1
b. Pembekuan Ikan TSF 01.1.02
2. Kapal Pukat Tarik Buritan TT 01.2.0
a. Perikanan Basah TTW 01.2.1
b. Pembekuan Ikan TTF 01.2.2
Pabrikan TTP 01.2.3
3. Kapal Pukat Tarik TU 01.3.0
4. Kapal Pukat Tarik tdt*) TOX 01.9.0
b) Kapal Pukat SO 02.0.0
1. Kapal Pukat Cincin SP 02.1.0
7
17. a. Tipe Amerika Utara SPA 02.1.1
b. Tipe Eropa SPE 02.1.2
2. Kapal Pukat Cincin Tuna SPT 02.1.3
3. Kapal Pukat Kantong SN 02.2.0
4. Kapal Pukat tdt*) SOX 02.9.0
c) Kapal Penggaruk DO 03.0.0
1. Menggunakan Penggaruk
Perahu
DB 03.1.0
2. Menggunakan Penggaruk
Mekanis
DM 03.2.0
3. Kapal Penggaruk tdt*) DOX 03.9.0
d) Kapal Jaring Angkat NO 04.0.0
1. Menggunakan Perahu untuk
Pengoperasian Jaring
NB 04.1.0
2. Kapal Jaring Angkat tdt*) NOX 04.9.0
e) Kapal Jaring Insang GO 05.0.0
f) Kapal Pemasang Perangkap WO 06.0.0
1. Kapal Pemasang Perangkap WOP 06.1.0
2. Kapal Pemasang Perangkap
tdt*)
WOX 06.9.0
g) Kapal Tali Pancing LO 07.0.0
1. Kapal Pancing Tangan LH 07.1.0
2. Kapal Rawai LL 07.2.0
3. Kapal Rawai Tuna LLT 07.2.1
4. Kapal Pancing Joran (huhate) LP 07.3.0
a. Tipe Jepang LPJ 07.3.1
b. Tipe Amerika LPA 07.3.2
5. Kapal Pancing Tunda LT 07.4.0
6. Kapal Tali Pancing tdt*) LOX 07.9.0
h) Kapal Menggunakan Pompa
untuk Penangkapan
PO 08.0.0
i) Kapal Seba Guna/Aneka Guna MO 09.0.0
1. Kapal Pukat Pancing Tangan MSN 09.1.0
2. Kapal Pukat Tarik-Pukat Cincin MTS 09.2.0
3. Kapal Pukat Tarik-Jaring Hanyut MTG 09.3.0
4. Kapal Seba Guna tdt*) MOX 09.9.0
j) Kapal Penangkapan untuk
Rekreasi
RO 10.0.0
*)tidak terdeteksi
Menurut Fyson (Fyson, 1985), metode utama pengoperasian kapal perikanan
dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Pengoperasian dilingkarkan (Encircling Gear)
Contoh: purse seiner, gilnet yang dilingkarkan, payang, dogol
2. Pengoperasiannya ditarik (Towed/Dragged Gear).
Contoh: dredging, cantrang, pukat ikan, bottom trawling, lampara, tonda
3. Pengoperasiannya bersifat diam/pasif (static gear) atau diam.
Contoh: Gillneter, jaring rampus, jaring klitik, lift net, set gilnet.
8
18. 1.4. Jenis Kapal Menurut Bahan atau Materialnya
Ada berbagai bahan atau material untuk membangun kapal, misalnya
fiberglass, kayu, baja, aluminium, ferrocement, dll. Pemilihan bahan kapal tersebut
tergantung maksud dan tujuan kapal tersebut di bangun. Selain itu faktor ekonomis
juga menjadi pertimbangan pemilihan jenis bahan pembuat kapal. utama. Jenis kapal
menurut bahan atau materialnya adalah:
1.4.1 Kapal kayu
Sesuai dengan namanya, kapal kayu adalah kapal yang seluruh konstruksi
badan kapal tersebut dibuat dari kayu. Kapal dengan jenis ini ukurannya biasanya
terbatas misalnya hanya sampai pada kapal berukuran sedang dan kecil. Kapal kayu
banyak digunakan oleh nelayan tradisional sebagai kapal penangkap ikan. Selain
itu , banyak juga kapal kayu yang digunakan sebagai kapal pengangkut barang, atau
ternak. Kayu yang dipakai harus memenuhi standar kelas awet dan kekuatanya yang
telah diatur oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Demikian juga proses pembuatan
kapal kayu dan perawatan harus memenuhi standar dari BKI. Syarat kayu untuk
konstruksi sebuah kapal adalah:
a. Kayu harus memiliki kualitas yang baik.
b. Kayu diusahakan tidak memiliki celah, atau pecah-pecah.
c. Kayu tidak berlubang pada lingkaran tahun.
d. Kayu harus tahan terhadap air, cuaca, jamur, serangga.
e. Kayu tidak mudah lengkung.
Beberapa literatur membagi kapal ikan sesuai dengan Gambar 4.
9
19. Gambar 4. Klasifikasi Kapal Perikanan (Dinariyana, 2011).
Kayu merupakan salah satu bahan yang paling mudah dimanfaatkan untuk
membangun kapal oleh mereka yang masih amatiran maupun yang sudah
profesional, disamping meningkatnya penggunaan bahan sintetis sekarang ini
(Steward, 1994). Menurut Van Vlack (1992), kayu adalah komposit polimerik
alamiah. Molekul polimerik utama selulosa. Kayu terdiri dari komposisi selulosa 50 %
dan lignin 10 – 35 %, Kayu memiliki beberapa sifat yaitu bersifat higrokopis jumlah
cairan yang diserap tergantung pada kelembaban udara disekitarnya.Oleh karena
itu, kebanyakan jenis kayu bertambah berat jenisnya dalam keadaan basah
sedangkan anisotropi yaitu perubahan dimensi kayu yang mengiringi perubahan
suhu, kelembaban dan pembebanan mekanis.
Kapal terdiri dari komponen-komponen kontruksi yang letaknya arah
melintang dan memanjang, sistem kontruksi melintang merupakan kontruksi dimana
beban yang bekerja pada kontruksi diterima oleh pelat kulit dan diuraikan pada
hubungan-hubungan kaku atau balok-balok memanjang dari kapal dengan
pertolongan balok-balok yang melintangi kapal. Sebagai tumpuan kaku untuk balok-
balok melintang dasar (wrang, floor) ialah lambung kapal, dinding-dinding sekat
memanjang, dan penumpu tengah (centre girder). Kontruksi lambung kapal sebagai
bagian dari sistem rangka kontruksi kapal secara keseluruhan, disamping berfungsi
sebagai dinding sisi kapal yang menahan tahanan air dari samping, juga berfungsi
sebagai penerus gaya-gaya yang diterima geladak untuk disalurkan ke kontruksi
kerangka dasar terutama pada sistem rangka kontruksi melintang (Daniel
mohammad rosyid & Dony setyawan, 2000).
Menurut BKI (1996) untuk bagian kontruksi kapal yang penting harus
dipergunakan kayu dengan mutu minimum kelas kuat III dan kelas awet III, kayu
dengan kelas kuat III harus memenuhi beberapa syarat diantaranya yaitu berat jenis
kering kayu 0,60 - 0,40%, dengan kukuh lentur mutlak bernilai 725 - 500 kg/cm2
dan
kukuh tekanan mutlak bernilai 425 – 300 kg/cm2
, sedangkan kayu dengan kelas awet
III harus memenuhi beberapa syarat salah satunya yaitu hanya terbuka terhadap
10
Vessels which tow
net or dredges
Vessels which use surround
method of catching
Vessels which use static
means of fishing
20. angin dan iklim tetapi dilindungi terhadap pemasukan air dan kelemasan masa pakai
kayu 10 tahun. Kelas kuat yaitu tingkat kekuatan kayu yang didasarkan
pada kemampuan kayu untuk menahan beban dari luar sedangkan kelas awet
adalah tingkat keawetan kayu terhadap organisme perusak kayu (SNI, 2006).
Berdasarkan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia (1996) dalam buku
Peraturan Biro Klasifikasi dan Konstruksi Kapal Laut, penentuan dimensi bagian
konstruksi didasarkan atas jenis kayu sebagai berikut:
a. Untuk lunas, linggi haluan dan buritan, wrang, gading, balok buritan, tutup isi
geladak :kayu dengan berat jenis minimum 700 kg/cm3. Untuk gading yang
berlapis (laminasi), lapisan tengah boleh dibuat dari kayu yang lebih ringan
(minimum 450 kg/cm3
), dengan ketentuan tebal seluruhnya dari lapisan tengah
tidak boleh melebihi 30% tebal gading-gading.
b. Untuk papan kulit luar, balok geladak, galar balok, lutut balok, penumpu
geladak, dudukan mesin, kayu mati: kayu dengan berat jenis minimum 560
kg/cm3
.
c. Untuk geladak dan galar bilga: kayu dengan berat jenis minimum 450 kg/cm3
.
d. Berat kayu tersebut diatas (butir a, b, c dan d) berlaku untuk kayu dengan
kelembaban sebesar 15%.
e. Kayu yang dipergunakan untuk bagian konstruksi harus baik, sehat dan tidak
ada celah serta tidak ada cacat yang dapat membahayakan dan memiliki sifat
yang mudah dikerjakan.
f. Bagian konstruksi diatas garis air, umpamanya papan samping (dari kulit),
geladak, bangunan atas, ambang palka dan lain-lain, dan juga bagian
konstruksi di dalam badan kapal harus dibuat dari kayu yang telah kering udara.
Selanjutnya bagian konstruksi di bawah garis air boleh digunakan kayu yang
tidak begitu kering. Geladak, ruang ikan harus dibuat dari kayu yang agak besar
kelembabannya.
1.4.2 Kapal fiberglass
Kapal fiberglass adalah kapal yang seluruh kontruksi badan kapal dibuat dari
fiberglass,. Ukuran kapal fiber jenis biasanya tidak terlalu besar, bahkan tergolong
kapal kecil. Kapal fiber biasanya diterapkan pada kapal penangkap ikan, keperluan
olah raga, speed boat, kapal pengawas pantai dan lain-lain. Pembuatan kapal
fiberglass lebih mudah, konstruksi sederhana, kapal dapat dibuat secara seri dan
lebih ringan dari kayu, kapal fiberglass perawatan juga lebih lebih sederhana karena
tahan terhadap korosi, tidak ada sambungan, tidak ada penyusutan dan tidak ada
binatang laut yang menempel.
1.4.3 Kapal ferrocement
Kapal ferrocement adalah kapal yang dibuat dari bahan semen yang
diperkuat dengan besi beton/baja sebagai tulang-tulangnya. Karena membutuhkan
teknologi yang tinggi kapal jenis ini masih sangat terbatas.
1.4.4 Kapal baja
Kapal baja adalah kapal yang seluruh konstruksi badan kapal dibuat dari baja.
Kapal jenis ini paling banyak kita jumpai dilapangan, baik berukuran kecil sampai
kapal-kapal besar.
11
21. Gambar 5. Kapal yang sedang dibangan di Bagansiapi-api
Gambar 6. Pembangunan Kapal 3 GT di Bagansiapi-api
12
22. BAB 2. MANAJAMEN GALANGAN
KAPAL
Gambar 7. Galangan Kapal Tradisional;
2.1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri dari atas perencanaan
pengorganisasasian, pergerakan dan pengawasn yang dilakukan untuk menentukan
dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan
sumber daya lainnya. Selanjutnya dikatakan manajemen digunakan sejak masa
perencanaan (planning), pengoprasian(organization), pelaksanaan (actuating),
sampai dengan pengendalian (controlling), dan berakhirnya suatu kegiatan. Didalam
ilmu manajemen hal ini dikenal dengan siklus manajemen (manajemen circle) dan di
ikuti tindakan-tindakan pelaksanaan (organization, coordination), dan (direction) dan
di ikuti lagi dengan tindakan-tindakan pengendalian (controlling). Dari hasil evaluasi
tahap pengendalian diperoleh umpan balik (feed back) berupa data perbaikan untuk
keperluan perencanaan selanjutnya (Terry dalam Akhmad 2004).
Terry mengemukakan (dalam Herujito, 2001) fungsi-fungsi pokok Manajemen
yang membentuk manajemen sebagai salah satu proses sebagai berikut:
• Planning
Kegiatan yang menentukan berbagai tujuan dan penyebab tindakan-tindakan
selanjutnya.
13
23. • Organizing
Kegiatan membagi pekerjaan diantara anggota kelompok dan membuat ketentuan
dalam hubungan-hubungan yang diperlukan.
• Actuating
Kegiatan menggerakan anggota-anggota kelompok untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan tugas masing-masing.
• Controlling
Kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana- rencana
yang telah ditentukan.
2.2. Fasilitas Galangan
Dalam sebuah galangan, fasilitas galangan mutlak diperlukan untuk
menunjang kegiatan produksi suatu galangan. Fasilitas galangan yang baik dan
efesien akan memudahkan kegiatan produksi galangan.
Pembangunan kapal perikanan tradisional dengan bahan baku kayu di
Indonesia cukup bervariasi, baik dari segi tahapan pembangunan ,teknik
penyambungan tiap bagian-bagian konstruksi yang dilakukan maupun tingkat
teknologi pembangunannya (Iskandar dan Novita, 2000).
Sesuai dengan geografisnya, galangan kapal di Indonesia dipengaruhi oleh
beberapa faktor terutama ditinjau dari aspek posisi dimana letak galangan kapal itu
dibangun, dalam hal ini dikenal dua tipe galangan kapal perikanan, yaitu: 1).
Galangan kapal daerah terbuka ialah suatu galangan kapal yang dibangun langsung
menghadap perairan. 2). Galangan kapal daerah tertutup ialah suatu galangan yang
dibangun di tepi kanal atau sungai dan mempunyai daerah yang terbatas, biasanya
galangan ini digunakan untuk membangun atau mereparasi kapal-kapal yang
berukuran kecil dan sedang (Badriyah, 2006).
2.2.1 Dok/Galangan Kapal
Dok kapal adalah landasan di tepi laut atau perairan yang digunakan untuk
membangun atau merakit kapal. Umumnya landasan tersebut miring kearah
permukaan air dan memanjang sampai kebawah permukaan air yang dimaksudkan
untuk meluncurkan kapal ke air setelah selesai dibuat, dapat dilihat pada Gambar 8.
14
24. Gambar 8. Dok Galangan Kapal Tradisional
Pada umumnya galangan kapal terdiri dari galagan kapal tradisional dan
modern. Galangan kapal tradisional adalah galangan kapal yang membangun kapal
tanpa melibatkan teknologi konsep perencanaan yang melibatkan perhitungan-
perhitungan.
Kemudian galangan ini juga menggunakan Rel Dok (Slip Way) atau disebut Burdong
yang merupakan sebutan untuk alat yang digunakan ketika menaikan dan
menurunkan kapal pada saat pengedokan kapal cara kerja burdong yaitu
medudukan kapal diatas kereta (trolley) kemudian kapal ditarik dari permukaan air
dengan mesin derek dan tali baja melalui suatu rel yang menjorok masuk ke dalam
perairan dengan kecondongan tertentu sampai ketepi perairan yang tidak terganggu
oleh pasang surut dari air laut. Sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 9.
.
15
26. 2.2.2 Gudang Material
Gudang material merupakan salah satu fasilitas yang sangat diperlukan untuk
menunjang proses produksi kapal, khususnya sebagai tempat penyimpanan
sementara material atau komponen yang dibutuhkan dalam suatu galangan kapal. Di
galangan kapal ini terdapat gudang yang dianggap penting dalam proses produksi
kapal yang luas gudang hanya sekitar 3x3 meter, Gudang material terlihat pada .
Gambar 10. Gudang Material
2.2.3 Tempat Parkir
Tempat parkir yang terdapat digalangan kapal ini hanya terdapat satu tempat
parkir dimana lokasinya tidak begitu jauh dari galangan kondisinya pun tidak begitu
besar, tempat parkir pada galangan kapal diberikan pada Gambar 11..
Gambar 11. Lokasi Parkir
2.2.4 Tempat Pengolahan Kayu
Pengolahan bahan kayu untuk bangunan kapal relatif lebih sulit daripada
mengolah beberapa jenis bahan kapal lainnya. Pengolahan kayu ini meliputi
berbagai aktivitas di antaranya yaitu melakukan penegetaman pada kayu yang
dugunakan untuk lambung kapal kemudian membentuk lekukan atau lengkungan
17
27. pada gading-gading kapal sehingga dibutuhkan pengetahuan, keterampilan dan
teknik tertentu. Tempat pengetaman kayu yang terdapat digalangan kapal ini yaitu
hanya terdapat satu tempat pengetaman. Tempat pengetaman terlihat pada Gambar
12..
Gambar 12. Tempat Pengolahan Kayu
2.3. Produktivitas Galangan Kapal
2.3.1 Produktivitas Pembangunan Kapal Baru
Dengan menggunakan konsep yang dikemukakan oleh (Sukirno dan Sadono,
2002) bahwa faktor produksi berkenaan dengan benda-benda yang disediakan oleh
alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa.
Untuk pembangunan kapal baru sendiri galangan ini bisa untuk
memproduksinya, tetapi karena galangan ini memiliki masalah mengenai kebutuhan
material kayu sehingga untuk 4 tahun terakhir galangan kapal ini hanya melayani
perwatan dan perbaikkan kapal saja. Sebelumnya galangan ini memproduksi jenis
kapal mini purseine dan kapal gillnet dengan ukuran yang berbeda-beda pula yang
biasnya sitem pemasarannya berupa pesanan dari orang yang telah memesan kapal
tersebut selain itu bangunan kapal baru di buat ketika ada proyek dari dinas
pemerintahan tertentu. Namun sebelum 4 tahun terakhir produktivitas galangan
kapal ini mencapai 22 unit/tahun. Adapun data pembuatan kapal di CV. Priadi
Sabena terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produktivitas pembangunan kapal baru CV.Priadi Sabena Dari Tahun 2012
-2016
No Ukuran Kapal
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 5 GT - - - - 1
2 25 GT 2 - - - -
4 75 GT 1 - - - -
18
28. Sumber : Data primer
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa pembangunan kapal baru di
galangan CV. Priadi Sabena kapal sifatnya tidak menentu, sehingga produktivitas di
galangan ini bersifat tidak tetap tiap tahunnya.
2.3.2 Produktivitas Perawatan dan Perbaikan Kapal
Galangan kapal (dock) adalah tempat dimana segala kegiatan yang
menyangkut reparasi kapal yang rusak, perawatan kapal dan proses pembangunan
kapal dilaksanakan. Sedangkan galangan kapal kayu maksudnya adalah usaha
galangan yang kegiatannya membuat, memperbaiki dan merawat (service) kapal
yang bahan kapal umumnya terbuat dari kayu (Ahmad 2004). Adapun data
perawatan dan perbaikan kapal di CV. Priadi Sabena terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produktivitas Perawatan dan Perbaikkan Kapal di Galangan Kapal CV.Priadi
Sabena Dari Tahun 2014 – 2016
No Ukuran Kapal
Tahun
2014 2015 2016
1 30 GT 10 7 1
2 45 GT 15 9 1
3 58 GT 13 6 2
4 75 GT 9 8 -
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa perawatan dan perbaikan kapal di
galangan CV. Priadi Sabena kapal yang diperbaiki dan melakukan proses perawatan
tidak menentu, sehingga produktivitas di galangan ini bersifat tidak tetap tiap
tahunnya.
Pelayanan perawatan dan perbaikan kapal di galangan kapal ini yaitu berupa
pengecatan kapal, memperbaiki bagian kapal yang rusak, sedangkan galangan ini
tidak melayani untuk perbaikan atau servis pada mesin kapal disebabkan tidak
adanya tenaga ahli dibidang permesinan digalangan ini, sehingga apabila pemilik
kapal ingin memperbaiki dan servis mesin kapal harus mencari montir sendiri dan
membawanya ke galangan kapal ini. Kapal yang melakukan reparasi yaitu kapal
perikanan seperti purse seine, dan juga kapal barang. Berdasarkan tingkat
produktivitas pembutan serta perbaikan dan perawatan kapal digalangan kapal CV.
Priadi Sabena dapat disimpulkan tingkat produktifitasnya secara umum sudah begitu
baik.
2.4 Legalitas Galangan
Legalitas usaha galangan kapal tradisional kapal perikanan sangat penting
dimiliki oleh setiap galangan untuk menjalankan aktivitasnya. Setiap aktivitas yang
dilakukan memiliki izin tertentu. Usaha galangan kapal tradisional ini bersakala
usaha menegah. Galangan kapal perikanan merupakan usaha yang harus memiliki
surat izin untuk terus menjalankan usahanya. Adapun surat izin yang dimiliki oleh
galangan kapal CV. Priadi Sabena terlihat pada Tabel 5.
19
29. Tabel 5. Izin Usaha yang dimiliki CV. Priadi Sabena
No Nama galangan kapal Surat izin tempat usaha Tanda daftar industri
1 CV. Priadi Sabena Pemerintah Kota Disprindag dan UKM
Sumber : Data primer
20
30. Dalam hal perizinan galangan kapal perikanan CV. Priadi sabena ini sudah
memiliki Surat Izin Usaha (SIU) dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan
UKM kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Surat Izin Usaha (SIU) galangan terlihat
pada Gambar 13.
Gambar 13. Surat Izin Usaha
2.5 Manajemen Galangan Kapal
Pada galangan kapal CV. Priadi Sabena ini melayani beberapa aktivitas di
antaranya yaitu bangunan kapal baru, perbaikan dan perawatan kapal, oleh karena
itu manajemen di galangan kapal ini terdiri dari manajemen pembuatan (produksi)
kapal perikanan dan juga manajemen perbaikan dan perawatan kapal perikanan
maupun kapal barang Tabel 6.
Berjalannya fungsi manajemen tergantung kepada kualitas sumberdaya
manusianya. Semakin baik kualitas sumberdaya manusiannya maka fungsi
manajemennya akan berjalan dengan baik karena dikelola oleh orang yang
berkualitas. Selain itu manajemen keuangan sangat memegang peranan penting
dalam sebuah usaha yang didirikan begitu pula pada usaha galangan kapal.
Semakin bagus perusahaan dalam memanajemen perusahaan termasuk
manajemen sumberdaya manusia dan keuangan, maka perusahaan tersebut akan
semakin establish dalam keberlangsungan perusahaan. Pembagian manajemen
tersebut diberikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Keadaan Manajemen Pengelolaan Galangan Kapal CV. Priadi Sabena
Manajemen Kriteria Ya Tidak
Perencanaan
(planning)
1.Galangan melakukan pengembangan
karyawan
dengan belajar ke luar daerah
X
2. Galangan melakukan sosialisasi
tentang keberadaan Galangan
√
21
31. 3.Galangan membuat kebijakan
asuransi untuk karyawan
X
Pengorganisasian
(organizing)
1.Galangan memiliki manager √
2.Galangan memiliki bendahara X
3.Galangan memiliki badan hukum √
Pelaksanaan
(aktuating)
1.Galangan memberi upah bonus
pekerjaan
X
2.Galangan melakukan penambahan
fasilitas tiap tahunnya
X
3.Galangan memberi gaji sama rata X
Pengawasan
(controling)
1.Pengawasan dilakukan oleh pemilik
galangan
√
2.Pengawasan dilakukan setiap kapal
naik ke docking
√
3.Pihak pemerintah ikut
melakukan pengawasan
√
Sumber : Data primer
2.6. Manajemen Sumberdaya Manusia
Manajemen sumberdaya manusia sangat penting untuk kelangsungan
galangan kapal perikanan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Sumberdaya
manusia yang dipakai harus berkualitas sehingga akan memperlancar aktivitas yang
berlangsung. Kondisi pekerja dari setiap galangan memang jumlahnya sangat
sedikit, diatur berdasarkan bidangnya masing-masing. Untuk keadaan sumberdaya
manusia di CV. Priadi Sabena sendiri dapat dilihat pada Tabel 7..
Tabel 7. Keadaan Sumberdaya Manusia Di Galangan Kapal CV. Priadi Sabena
No Jabatan
Pendidikan
Terakhir
Jumlah
(Orang)
Status
Pengalaman
Bekerja
1. Pemilik Dock STPS 1 Orang Pekerja Tetap 40 Tahun
2. Manager SMP 1 Orang Pekerja Tetap 36 Tahun
3. Tukang SMP 1 Orang Pekerja Tetap 46 Tahun
4. Pekerja SD 3 Orang Pekerja Tetap 39 Tahun
5. Pekerja SMP 2 Orang Pekerja Tetap 40 Tahun
6. Pekerja SMA 1 Orang Pekerja Tetap 35 Tahun
Sumber : Data primer
22
32. Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa sumberdaya manusia yang ada di
galangan kapal CV. Priadi Sabena memiliki pendidikan yang masih baik. Rata-rata
karyawan yang terdapat di galangan tersebut riwayat pendidikan berbeda-beda mulai
dari SD, SLTP dan SLTA, akan tetapi hal ini tidak berpengaruh pada usaha galangan
kapal ini karena lebih bersifat kebiasaan dan keahlian. Untuk pengalaman kerja
sudah tidak diragukan lagi karena mereka sudah berpuluh-puluh tahun lamanya
bekerja sebagai karyawan pembuat serta perawatan dan perbaikan kapal.
Sedangkan pemilik galangan memiliki tamatan sekolah tinggi perikanan di
Kota Sibolga sehingga pengelolaannya sudah begitu baik. Jumlah tenaga kerja yang
ada di galangan kapal CV. Priadi Sabena sebanyak 9 orang, dengan tenaga kerja
tetap sebanyak 6 orang dan sisanya 3 orang adalah tenaga kerja tidak tetap. Di
galangan kapal ini tidak ada pembagian kerja secara khusus dan jumlah tenaga kerja
yang ada juga masih terbatas.
2.7. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan
suatu usaha, perputaran modal yang digunakan untuk memperoleh untung sebesar-
besarnya merupakan prinsip yang harus dipegang sebuah perusahaan. Dalam
kegiatan finansial tujuan galangan kapal perikanan adalah dengan menggunakan
modal yang ada memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya. Sumber modal yang dipergunakan Galangan kapal
CV. Priadi Sabena sebagai investasi awal sebesar Rp 200.000.000,-. Dalam hal ini
pihak pengelola hanyalah melengkapi peralatan galangan dan menjalankannya.
Manajemen keuangan galangan kapal perikanan CV. Priadi Sabena dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Manajemen keuangan Galangan CV. Priadi Sabena
No Sumber CV.Priadi Sabena
1. Sumber modal Modal sendiri
2. Pendapatan Pembuatan dan perbaikan serta perawatan kapal
3. Pengeluaran Gaji karyawan dan Pajak
4. Modal kerja -Rel dock
-Mesin genset
-Peralatan kerja elektronik dan nonelektronik
Sumber : Data primer
2.8. Manajemen Perencanaan ( planning )
Perencanaan bila ditinjau dari segi waktu dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
perencanaan jangka panjang ( long range planning ) biasanya untuk ≥ 5 – 25
tahun,perencanaan jangka menengah ( intermediate range planning ) untuk 1 – 5
tahun dan perencanaan jangka pendek ( short range planning ) untuk ≤ 1 tahun
(Herujito,2001). Untuk perencanaan di galangan kapal CV. Priadi Sabena dibagim
menjadi dua diantaranya yaitu :
23
33. a. Perencanaan untuk tenaga kerja
Adapun perncanaan untuk tenaga kerja yaitu mengenai system upah para
pekerja,untuk galangan kapal ini pada proses pembuatan kapal sistem upah untuk
para pekerja yaitu UMR, yang dimaksud UMR adalah sistem borong yaitu bangunan
kapal baru telah selesai pembuatannya nantinya hasil penjualan kapal tersebut
dibagi rata, namun setiap pemilik kapal yang memesan kapal harus membayar 30 %
sebagai uang muka untuk bangunan kapal baru, sedangkan pada perawatan dan
perbaikan kapal pemilik kapal tidak perlu membayar 30% sebagai uang muka,
melainkan membayar uangnya setelah proses perawatan dan perbaikan kapal
selesai. Adapun pembagian upah digalangan kapal CV. Priadi Sabena dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Sistem Upah Pekerja Di Galangan Kapal CV. Priadi Sabena
No
Nama galangan
Kapal
Jabatan pekerjaan
Latar belakang
pendidikan
Gaji/upah (Rp.)
Manajer SMP Rp. 2.500.000,00
1 CV.Priadi Sabena Tukang SMP dan SMA Rp. 1.500.000,00
Karyawan SD,SMP, SMA Rp. 1.000.000,00
Sumber : Data primer
Dari Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa sistem upah untuk bangunan kapal
baru serta perawatan dan perbaikan kapal di galangan kapal CV. Priadi Sabena
sesuai dengan jabatan di galangan tersebut dengan rentang Rp1.000.000,-.
Rp2.500.000,-. Setiap satu kapal yang di docking. Namun upah tersebut masih
dinyatakan kurang oleh para pekerja mengingat biaya hidup yang tinggi di kota
Sibolga.
b. Perencanaan Bahan
Bahan baku untuk pembuatan kapal adalah hal yang sangat penting dalam
bangunan kapal yang baru maupun perbaikan dan perawatan kapal. Bahan baku itu
adalah kayu, kayu yang diperoleh galangan ini diperoleh dari pabrik kayu skala kecil
yang biasa disebut toko Pang Long dan sebagian lagi diperoleh dari masyarakat
sekitar yang langsung menjual bahan kayu kepada pemilik galangan kapal. Jenis
bahan kayu yang digunakan di galangan kapal CV. Priadi Sabena berbeda-beda
tergantung letak bagian konstruksinya, dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jenis Kayu Untuk Pembangunan Kapal Baru Di Galangan Kapal
CV. Priadi Sabena.
No Jenis Kayu Bagian Kontruksi
1. Kayu Resak(Vatica wallichii) Pisang-pisang
2. Kayu Haloban(Vitex pinnata l.) Gading-gading
3. Kayu Kapur(Dryobalanops aromatica) Lambung atau badan kapal
4. Kayu Meranti (Shorea spp.) Lambung atau badan kapal,dan
Pisang-pisang
24
34. 5. Kayu Damar(Agathis dammara) Lunas
Sumber : Data primer
Selain bahan untuk bangunan kapal yang baru, galangan kapal ini juga
memiliki perencanaan untuk bahan perawatan dan perbaikan kapal perikanan
galangan ini menyerahkan kepada pemilik kapal untuk membeli bahan dan alat
perawatan kapal sendiri. Adapun Bahan dan alat yang digunakan terlihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Bahan dan Alat Yang Digunakan Dalam Perawatan dan Perbaikan Kapal
Pada Galangan Kapal CV. Priadi Sabena.
No Jenis Bahan Bagian Kontruksi
1 Cat Seluruh bagian kapal
2 Paku Memperkuat kontruksi yang rusak
3 Damar Melapisi bagian tali pakal
4 Tali Pakal Menutupi celah-celah kapal
5 Plat Alumunium Pada linggi dan lambung kapal yang rusak
6 Jenis Kayu Bagian konstruksi yang rusak
Sumber : Data primer
c. Perencanaan Belanja Kebutuhan Galangan
Sistem dari belanja berupa bahan dan alat yang sering dibelanjakan oleh
galangan yaitu yang berhubungan dengan kebutuhan galangan untuk bangunan
kapal baru maupun perbaikan dan perawatan kapal perikanan semuanya
dikendalikan oleh manajer dan tukang, sedangkan pemilik usaha galangan hanya
mengawasi yang hasil akhirnya nanti berupa laporan keuangan yang dikeluarkan
setelah pekerjaan selesai dilaksanankan. Pada bangunan kapal baru dibutuhkan
bahan baku berupa kayu. Untuk harga kayu sendiri memiliki harga yang berbeda-
beda tergantung jenis kayunya, sebagaimana terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kebutuhan Bahan (Material Kayu) dan Alat Untuk Pembangunan Kapal
Baru di Galangan CV. Priadi Sabena
No Jenis kayu Jumlah Harga
1 Kayu Rasak 25 m3
Rp. 6.500.000,00 / m3
2 Kayu Haloban 25 m3
-
3 Kayu Kapur 15 m3
Rp. 4.500.000,00 / m3
4 Kayu Meranti 30 m3
Rp. 3.500.000,00 / m3
5 Kayu Damar - -
6 Cat 30-40 kg Rp. 6.500.000,00
7 Paku 10 kg Rp. 270.000,00
8 Damar 500 kg Rp. 3.000.000,00
9 Tali Pakal 5-50 kg Rp. 2.300.000,00
Sumber : Data primer
Selain perencanaan belanja untuk pembangunan kapal baru galangan ini juga
merencanakan belanja galangan untuk perawatan dan perbaikkan. Adapun. Jenis-
jenis bahan dan alat untuk perawatan dan perbaikkan tersebut dapat dilihat pada
25
35. Tabel 13.
Tabel 13. Kebutuhan Bahan (Material Kayu) dan Alat Untuk Perbaikkan dan
Perawatan Kapal di Galangan CV. Priadi Sabena
No Jenis bahan Jumlah Harga
1 Cat 30-40 kg Rp. 6.500.000,00
2 Paku 10 kg Rp. 270.000,00
3 Damar 500 kg Rp. 3.000.000,00
4 Tali Pakal 5-50 kg Rp. 2.300.000,00
5 Plat Alumunium 5 m Rp. 725.000,00
6 Kayu Meranti 30 m3 Rp. 3.500.000,00 / m3
Sumber : Data primer
d. Waktu Penyelesaian
Dalam menentukan waktu penyelesaian pemilik galangan memberikan hak
kepada kepala tukang untuk menentukan waktu penyelesaian kapal tersebut dengan
catatan kepala tukang harus menemukan kata sepakat terlebih dahulu kepada
pemilik kapal, biasanya untuk mengerjakan kapal yang berukuran 5 GT tukang dapat
menyelesaian kapal tersebut dalam waktu 1,5 bulan. Dengan catatan bahan kayu
yang diperlukan ada dan cukup serta para pekerja terdiri dari 5 orang untuk
mempercepat proses pembuatan maupu perbaikan kapal tersebut. Sedangkan untuk
perwatan kapal penentuan waktunya tidak bias ditentukan dikarenakan tergantung
dari kerusakan yang dialami oleh kapal tersebut, semakin parah kerusakan dan yang
mau diperbaiki maka waktu pengerjaannya pun semakin lama waktu minimal yaitu 3
hari sedangkan maksimal untuk perawatannya 3 minggu. Waktu pengerjaan satu unit
kapal ditentukan oleh ukuran kapal dan jumlah pekerja yang mengerjakan. Jumlah
pekerja dan lama waktu pengerjaan kapal berdasarkan ukuran kapal dapat dilihat
pada Tabel 14 dan Tabel 15.
Tabel 14. Jumlah pekerja dan lama waktu bangunan kapal baru berdasarkan ukuran
kapal
No Ukuran Kapal (GT)
Jumlah Pekerja
(Orang)
Waktu Pengerjaan
(Bulan)
1 5 GT 9 Orang 1,5 Bulan
2 25 GT 9 Orang 3 Bulan
3 75 GT 9 Orang 5 Bulan
Sumber : Data primer
Tabel 15. Jumlah pekerja dan lama waktu perawatan dan perbaikan kapal
berdasarkan ukuran kapal dari tahun 2014-2016.
No Ukuran Kapal (GT) Jumlah Pekerja (Orang)
Waktu Pengerjaan
(Minggu)
1 30 GT 9 Orang 1 Minggu
2 45 GT 9 Orang 1 Minggu
3 58 GT 9 Orang 1,5 Minggu
4 75 GT 9 Orang 2 Minggu
26
36. Sumber : Data primer
Lama pengerjaan per unit kapal meskipun ukuran kapalnya berbeda-beda
tetapi jumlah pekerjanya tetap 9 orang yang melakukan perawatan kapal tersebut.
Berdasarkan Tabel 14 dan 15 dapat disimpulkan bahwa baik pada pembuatan serta
perawatan dan perbaikkan kapal meskipun ukuran kapal yang besar tetapi untuk
proses pekerjaannya tidak membutuhkan jumlah pekerja yang banyak tetapi hanya
berpengaruh terhadap waktu pengerjaan yang lebih lama. Semakin besar ukuran
kapal dan semakin parah kerusakannya maka waktu yang dibutuhkan untuk
perawatannya semakin lama begitu pula sebaliknya. Perawatan kapal tidak saja
berasal dari lokal melainkan luar daerah Kota Sibolga seperti dari daerah Nias,
Padang, dan Aceh.
2.9. Manajemen Organisasi (Organizing)
a. Stuktur Organisasi
Struktur Organisasi suatu perusahaan menggambarkan kelebihan maupun
kekurangan serta potensi yang dimiliki. Struktur organisasi ini merupakan kekuatan
internal perusahaan yang bersangkutan. Galangan kapal CV. Priadi Sabena adalah
perusahaan yang bentuk organisasinya berkepemimpinan puncak tunggal yang
artinya hak penuh dan keputusan dipegang oleh pemilik galangan.Sejak berdirinya
galangan CV. Priadi Sabena struktur galangan kapal ini tidak pernah berubah,
struktur organisasi dari galangan kapal CV. Priadi Sabena terlihat pada Gambar 14.
Pemilik Perusahan Dock CV.Priadi Sabena
Manager Dock CV.Priadi Sabena
Kepala Tukang
Tenaga Kerja
Gambar 14. Stuktur Organisasi Galangan Kapal CV. Priadi Sabena
b. Budaya Perusahaan atau Organisasi
Budaya perusahaan merupakan kumpulan nilai, harapan serta kebiasaan
masing-masing orang yang ada diperusahaan tersebut, yang pada umumnya tetap
dipertahankan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Cameron dan
Quinn, dapat disimpulkan budaya galangan kapal CV. Priadi Sabena yaitu bersifat
clan culture yang artinya adalah budaya perusahaan yang memiliki karakter
kekeluargaan, dimana terdapat lingkungan yang mengatur perusahaan dengan baik
melalui teamwork, pengembangan SDM, serta memperlakukan konsumen sebagai
rekanan. Tugas utama dari manajemen adalah mengendalikan dan membina
karyawan sehingga memudahkan mereka untuk berpatisipasi.
27
37. 2.10. Manajemen Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan sangat erat hubungannya dengan manajamen, dimana fungsi
lain tidak akan berhasil tanpa pelaksanaan yang baik, cermat, dan kontinu. Tetapi
sebaliknya jika pelaksanaan dilakukan dengan baik maka manajemen suatu usaha
akan berjalan dengan benar sesuai dengan tujuan dari organisasi yang telah
ditetapkan ( Handoko dalam Asrial, 2000 ). Adapun dalam pelaksanaannya galangan
kapal ini memiliki beberapa aturan kerja yaitu para pekerja masuk pukul 08.00
sampai pukul 17.00 dan waktu istirahat para pekerja yaitu 2 kali makan siang dan
jam 15.00, kemudian setiap pekerja memiliki posisi kerja masing-masing dimana
posisi kerja ini ditentukan dari skill yang dimiliki dari masing-masing pekerja.
Untuk mencapai manajemen pelaksanaan yang baik dalam pelaksanaannya
suatu galangan kapal harus memiliki tahapan-tahapan perencanaan yang pasti
dalam kegiatan perbaikkan serta perawatan kapal maupun dalam kegiatan
pembangunan kapal baru, begitu juga halnya di galangan CV. Priadi Sabena
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahapan pembangunan kapal baru
Tahapan pembangunan kapal perikanan di galangan kapal CV. Priadi Sabena
dimulai dengan pesanan kapal yang akan dibuat berdasarkan pengalaman dan
keahlian pekerja selain itu ada juga pemesanan berdasarkan sketsa atau desain dari
pihak pemesan kapal tersebut tergantung ukuran kapal dan jenisnya. Jika dari pihak
pemesan disertai dengan rancangan gambar kapal maka pemilik galangan membuat
kapal berdasarkan gambar detail tersebut. Tetapi jika tidak disertai dengan gambar
detail, maka pemilik galangan yang akan menentukan dimensi dan sketsanya
berdasarkan ukuran yang telah dipesan sebelumnya. Setelah itu dilakukan pemilihan
material atau balok-balok kayu berkualitas sesuai dengan bagian-bagian kapal yang
akan dibangun,terlihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Proses PembangunanKapal Baru
Pembangunan kapal dimulai dengan peletakan lunas dan pemasangan linggi.
Setelah itu, dilanjutkan lagi dengan pemasangan kulit kapal pada bagian lambung
kapal hingga ke bagian yang sulit dikerjakan. Tahap akhir dari proses pembangunan
28
38. kapal adalah proses pemakalan,pendempulan dan akhirnya pengecatan. Secara
berurutan tahapan pembangunan kapal di galangan kapal CV. Priadi Sabena pada
umumnya tahapan pembangunan kapal di Kota Sibolga sama dengan pembangunan
kapal daerah lain di Indonesia. Tahapan-tahapan pembuatan bangunan kapal baru
digalangan CV. Priadi Sabena dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Tahapan Pembangunan Kapal Baru Di Galangan Kapal CV. Priadi Sabena
29
Pemasangan kulit kapal pada lambung kapal
Pemasangan kulit kapal seluruhnya
Peletakan lunas
Pemasangan linggi haluan
Pemasangan lantai dek
Pemasangan linggi buritan
Pembuatan palka
Pemakalan dan pendempulan
Pengecatan
Mulai pembuatan
Pemasangan gading-gading
selesai
39. b. Tahapan perawatan dan perbaikan kapal
Tahapan perbaikan kapal meliputi persiapan, proses naik galangan (dock),
kemudian setelah kapal naik dock dilihat terlebih dahulu apa saja yang mengalami
kerusakan dan bagian apa saja yang harus mendapat perawatan kapal yang lebih
banyak dibandingkan dengan bagian kapal yang lain sehingga dapat dilakukan
pekerjaan seoptimal mungkin dan teratur sesuai dengan jadwal yang sistematis dan
sampai proses yang terakhir yaitu proses penurunan kapal.
Untuk tahap pekerjaan perawatan dan perbaikan yang dilakukan pada kapal
perikanan meliputi tahap pembersihan badan kapal, perbaikan bagian lambung kapal
yang mengalami kerusakan, pemakalan, pengecatan dengan tujuan perlindungan
terhadap rayap dan binatang laut pada kapal, selanjutnya penggantian propeller dan
penggantian as propeller pemilik kapal ingin melakukan penggantian propeller, dan
penggantian as propeller,maupun pembokaran mesin pemilik kapal harus memanggil
montir mesin untuk datang ke galangan ini.
Galangan kapal ini bukan saja melayani perawatan dan perbaikan kapal
perikanan tetapi juga berupa kapal barang. Adapun tahap pekerjaan perawatan dan
perbaikkan yang dilakukan pada kapal barang yaitu meliputi tahap pembersihan
badan kapal, perbaikan bagian lambung kapal yang mengalami kerusakan,
pemakalan pada bagian lambung kapal dan bagian kapal yang lain, melapisi
lambung, lunas dan bagian kapal yang dianggap perlu dilapisi dengan menggunakan
alumunium. Setelah kapal dilapisi dengan alumunium kemudian dilakukan proses
pengecatan dengan tujuan perlindungan terhadap rayap dan binatang laut pada
kapal, selanjutnya apabila pemilik kapal ingin melakukan penggantian pada bagian
propeller dan penggantian as propeller maupun pembokaran mesin pemilik kapal
harus memanggil montir mesin untuk datang ke galangan ini. Tahapan perawatan
serta perbaikan kapal digalangan CV.Priadi Sabena terlihat pada Gambar 17..
30
Kapal naik ke galangan
Pemakalan pada bagian kapal yang perlu
Pengecatan
Penurunan kapal
Selesai
Pembersihan badan kapal dari tritip dan rayap
Pemasangan alumunium pada lambung kapal (kapal barang)
40. Gambar 17. Tahapan Perawatan dan Perbaikkan Kapal Di Galangan Kapal CV. Priadi Sabena
2.11. Manajemen Pengawasan atau Pengendalian
Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa telah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan. Fungsi
pengawasan pada dasarnya mencakup 4 unsur yaitu:Penetapan standar
pelaksanaan, penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan
nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan dan
pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan apabila pelaksanaan menyimpang
dari standar.
Adapun yang bertindak sebagai pengawas digalangan kapal CV. Priadi
Sabena adalah pemilik galangan yaitu bapak Supriadi. Selain pemilik galangan
aparat pemerintahan juga ikut serta dalam pengawasan terhadap galangan baik itu
pada proses pembanguanan kapal yang baru maupun proses perawatan dan
perbaikkan kapal perikanan dan kapal kargo, pada bangunan kapal yang baru pihak
syahbandar Kota Sibolga ikut andil dalam pengawasan pembuatan kapal tetapi
hanya pada awal peletakkan lunas kapal pada saat pembuatan kapal kemudian
pihak syahbandar mencatat panjang lunasnya, tetapi pada perawatan dan
perbaikkan kapal pihak syahbandar Kota Sibolga ikut andil dalam pengawasan
dimana pihak syahbandar memastikan bahwa kapal tersebut telah di dock di
galangan tersebut karena dalam peraturan tentang keselamatan pelayaran setiap
kapal wajib naik dock secara berkala, kemudian nantinya pihak syahbandar juga lah
yang akan memeriksa serta mencoba kapal tersebut,untuk memastikan kapal
tersebut layak atau tidak untuk berlayar lagi.
31
42. BAB 3. PROSES PEMBANGUNAN KAPAL
Gambar 19. Pembangunan Kapal di galangan
3.1. Pendahuluan
Kapal adalah suatu bentuk bangunan yang dapat terapung dan berfungsi
sebagai wadah atau tempat untuk melakukan aktivitas dan merupakan sarana
transportasi.
Di bidang perikanan banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
produksi perikanan salah satunya adalah menghasilkan kapal perikanan yang tepat
sesuai dengan tujuan tangkapannya, itulah yang menjadi fungsi dari galangan kapal
perikanan.
Dalam perencanaan pembuatan kapal perikanan di usahakan agar tujuan
utama dari fungsi kapal perikanan sebagai sarana produksi dapat dipenuhi
semaksimal mungkin, baik dari segi konstruksi kapal perikanan, maupun pada
peraturan yang berlaku. Secara umum bentuk kapal perikanan disesuaikan dengan
jenis data dan skala usaha perikanan. Sedangkan bahan yang digunakan dan cara
pembuatan kapal di sesuaikan menurut kebiasaan setempat.
Menurut Fyson (1985), terdapat lima jenis material yang sesuai untuk kapal
perikanan yaitu kayu, besi, fiberglass, ferrocement, dan alumunium. Jenis material
tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing karena
material yang digunakan dalam bangunan sebuah kapal akan mempengaruhi
kekuatan seluruh bagian kapal.
Pembuatan sebuah kapal perikanan, harus senantiasa memilih jenis-jenis
kayu, yang memenuhi persayaratan teknis seperti : kuat, liat, tidak mudah retak atau
33
43. patah dan tahan dari serangan binatang laut, terutama bahan kayu yang digunakan
pada bagian lunas kapal perikanan. Dengan demikian kajian tentang bahan baik
mengenai keunggulan maupun menemukan bahan baru dan cara pengawetannya
adalah hal yang amat penting karena permasalahan dalam perancangan struktur
kapal jenis bahan, jarak gading, ukuran gading dan penegar, dan sebagainya.
Secara gabungan sebagai konfigurasi geometrik memungkinkan kapal berfungsi
secara efesien selama masa operasinya (Rasyid dan Setyawan 2000). Dilihat dari
segi pengerjaannya, pembangunan kapal dari bahan kayu lebih mudah dibandingkan
dengan bahan lain dan tidak membutuhkan teknologi yang tinggi dalam operasi
penangkapan ikan. Hal inilah yang menjadikan kayu lebih unggul dalam pemilihan
material dibandingkan dengan bahan lain untuk pembangunan kapal perikanan
(Pasaribu, 1985).
Meskipun memiliki kelebihan sebagai material kapal perikanan, kayu juga
memiliki kelemahan diantaranya adalah kurangnya kekuatan kapal yang disebabkan
banyaknya sambungan, yang dapat menyebabkan adanya lubang baut yang
mengurangi luas penampang dan konstruksinya berat. Selain itu, sifat fisik kayu akan
memuai jika terkena panas dan menyusut apabila didinginkan. Namun demikian,
perubahan ukuran pada kayu karena perubahan temperatur tidaklah berpengaruh
besar. Perubahan besar akan terjadi apabila kayu kehilangan air sehingga
mengalami penyusutan dan mengembang apabila kayu menyerap air (BPPI, 1988).
3.2. Bahan bangunan Kapal
Dalam pembuatan kapal kayu bahan utama yang dipergunakan adalah kayu,
maka kayu yang akan digunakan harus diperhatikan kekuatan dan keawetan sebuah
kayu. Maka untuk bagian konstruksi yang penting harus dipergunakan kayu dengan
mutu minimum kelas kuat II dan kelas awet III. Kayu yang digunakan berasal dari PT.
Pesona Belantara Persada yang beralamat di Pematang Ramah kabupaten Muara
Jambi. Adapun rincian kelas kayu yang digunakan pada konstruksi kapal yang
diproduksi galangan kapal diberikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Jenis Kayu, Kegunaan Bahan, Kelas Awet dan Kelas Kuat Bahan Kapal
Kayu Di Nipah Panjang
NO. Jenis Kayu Bagian Konstruksi Kelas Awet Kelas Kuat
1.
Meranti (Shorea spec Div)
Dinding, geladak, balok
geladak dan tenda
III-IV I-II
2.
Leban(Vitex pubescens
Vahl)
Gading-gading dan Pondasi
mesin
I I
3.
Kempas ( Koompassia
malaccesis Maing )
Lunas, linggi, tiang, As dan
Pondasi mesin
III-IV I-II
4.
Bungur ( Lagerstroemia
speciosa) Gading-gading
I-II I-II
5.
Malas ( Parastemon
urophyllum ).
Lunas, Linggi dan Sendok
atau tiang Buritan
I-II I
Sumber: Biro Klasifiasi Indonesia (1996)
Biro Klasifikasi Indonesia (1996) menjelaskan bahwa pemilihan jenis kayu
untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan pada sifat-sifatnya.
34
44. Umumnya, sifat-sifat yang diperhatikan adalah keawetan, kekuatan, massa jenis,
dan kelembapan kayu. Meskipun demikian kelas awet dan kelas kuat bahan yang
digunakan dipengaruhi juga oleh kondisi lingkungan dimana bahan itu dugunakan.
Untuk itu BKI mengelompokkan kelas awet kayu berdasarkan letak digunkannya
pada suatu kapal serta jangka waktu awetnya dalam tahun atau lama
ketahanannya. Kelas awet juga ditentukan oleh ketahanan terhadap serangan
serangga, rayap, atau cacing laut dan kapang. Selain itu, perlu juga
dipertimbangkan juga cacat-cacat yang ada serta mudah atau tidaknya jenis kayu
tersebut dikerjakan dan dibentuk.
3.3. Pembagian ruangan Kapal
Adapun pembagian ruangan kapal yang ada di galangan kapal kayu milik
Bapak H. Iwan ini biasanya ditentukan atau sesuai dengan keinginan dari orang
yang memesan kapal, dengan memberikan gambaram umum suatu kapal.
Ahmad (dalam Kusmiran, 2003) mengemukakan bahwa sehubungan
dengan keleluasaan dan kenyamanan awak kapal dalam mengoperasikan alat
tangkap, maka perlu di lakukan pengaturan ruangan yang tepat dan benar agar
alat tangkap dapat dioperasikan dengan semaksimal mungkin. Sehingga
diperlukan pengaturan letak sesuai dengan urutan kerja, begitu juga dengan letak
alat bantu (auxiliary aquipment) juga harus tepat.
Pembagian ruangan kapal yang dibuat untuk memperlihatkan bagian atau
tata ruang kapal secara umum. Kapal ini terdiri dari dua bagian, yaitu ruangan di
atas dek dan di bawah dek kapal, Pembagian ruangan kapal terlihat pada
Gambar 20 dan Gambar 21.
Gambar 20. Pembagian ruangan kapal tampak atas
35
45. Keterangan :
1. Ruang palka es
2. Tempat alat tangkap
3. Tempat alat bantu atau instrumentasi
4. Ruang untuk hasil tangkapan
Gambar 21. Pembagian ruangan kapal tampak atas dan samping
Keterangan :
1. Ruang / kamar mesin
2. Ruang / kamar peralatan dan istirahat ABK
3. Ruang dan kemudi
4. Tempat persediaan bahan bakar dan air tawar
Secara umum Pembagian ruang kapal ini adalah sama untuk semua kapal
yang ada di Nipah Panjang ini, hal ini dapat dilihat dari daerah penangkapan
yangsama (fishing groud), dan topografi perairan yang sama, selain itu, cara
pembangunan kapal ini yang seolah-olah sudah menjadi tradisi atau kebiasaan
turun-temurun. Pembagian ruangan pada kapal ini sudah cukup baik, karena
pembagian ruangannya sudah mulai lengkap baik di bawah dek maupun di atas dek.
36
46. 3.4. Konstruksi Kapal
Kekuatan konstruksi sebuah kapal sangat dipengaruhi oleh cara
mengkronstruksi setiap bagian kerangka kapal. Konstruksi sebuah kapal terdiri dari :
cara pemotongan, penyusunan, pemasangan setiap bagian kapal, metode
penyambungan materal (bahan baku yang digunakan untuk setiap bagian kapal) dan
prosedur sebuah bangunan kapal.
Adapun Bentuk-bentuk konstruksi kapal yang diamati adalah: pembuatan
mulai dari peletakan lunas dan pemasangan linggi haluan dan linggi buritan
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kerangka utama atau gading-gading lalu
pemasangan kulit kapal hingga setengah linggi terlebih dahulu, pemasangan galar
(geladak), pembuatan pondasi mesin, di lanjutkan lagi dengan pemasangan kulit
kapal keseluruhan hingga ke sheer. Pemasangan lantai dek, pemasangan tiang
layar, pembuatan palka, Tahap akhir adalah pendempulan dan pengecatan.
3.4.1. Kontruksi Lunas
Lunas adalah balok memanjang yang terletak ditengah dasar kapal yang
memanjang antara linggi haluan dan linggi buritan. Lunas kapal merupakan tulang
punggung dari lambung kapal atau kerangka kapal, sehingga merupakan bagian
konstruksi yang penting. Konstruksi yang mengikat pada lunas bersama-sama
menyalurkan beban secara merata keseluruh bagian kapal.
Lunas pada kapal kayu yang diamati terbuat dari balok tunggal tanpa
sambungan. Pada pemotongan lunas perlu diperhatikan agar serat kayu searah
dengan pemotongan kayu yaitu membujur. Panunggal et al (dalam kusmiran), 2003)
mengatakan lunas kapal dibuat dari linggi buritan hingga haluan, kapal kayu memiliki
satu lunas tanpa sambungan. Bahan kayu yang digunakan untuk pembuatan lunas
adalah kayu kempas (Koompassia malaccesis Maing). Panjang lunas yang
digunakan adalah 14 meter, dengan penampang 20 x 20 (cm) pada bagian ujung
depan lunas dan 20 x 20 (cm) pada bagian ujung belakang lunas Untuk pemasangan
lunas biasanya diletakkan secara mendatar dengan membuat landasan dibawah
lunas gunanya untuk mempermudah kapal turun ke perairan. jika kapal sudah
selesai dibuat serta untuk mempermudah dalam pemasangan gading-gading
pemasangan siki-siku untuk memperkuat penghubung dengan linggi depan
sementara bagian belakang dibuat lubang dengan ukuran 7 x 15 (cm) sebagai
tempat peletakan linggi poros propeller. Kontruksi Lunas terlihat pada Gambar 16.
37
47. Gambar 22. Konstruksi lunas kapal
Keterangan :
1. Lunas
2. Langgam (tempat peletakan linggi propeller/Tiang As)
3.4.2. Linggi Haluan dan Buritan
Dalam pembangunan kapal mempunyai dua buah linggi yaitu : linggi haluan
dan buritan, konstruksi pada badan kapal dilengkapi di depan dengan linggi haluan
(stem) dan dibelakang dengan linggi buritan (post) yang merupakan ujung-ujung
yang kokoh untuk suatu kapal. linggi ini dibuat dari kayu leban (Vitex pubscens vahl)
bentuk linggi bagian haluan yang dipasang condong agak kedepan.
Pengikat linggi haluan ke lunas menggunakan Baut 6 inci dengan siku-siku
penguat (Stream Knee) dengan cara terlebih dahulu melalukan pemboran pada
linggi sampai menembus siku-siku penguat kemudian dilakukan pemasangan baut.
Adapun bahan yang di gunakan untuk balok siku adalah kayu leban (Vitex
pubscens vahl) yang diikat dengan empat baut yang telah dipasang moor. Bagian
Linggi Haluan dan Buritan terlihat pada Gambar 23
38
48. Gambar 23. Konstruksi linggi haluan kapal
Keterangan :
1. Linggi haluan (A)
2. Lunas (B)
3. Dinding / Badan kapal (C)
Linggi haluan (tangkup) ini berukuran kayu 20 x 20 (cm) dengan panjang 4
meter. pada bag.ian sisi kiri kanan linggi dibuat sponeng yang berbentuk seperti
celah dengan ukuran lebarnya 5 (cm)
dan panjang celahnya 350 (cm) yang fungsinya sebagai tempat peletakan dinding
lambung (kulit) kapal.
Sementara untuk linggi buritan poros baling-baling (bos) memiliki ukuran
penampang kayu 20 x 20 (cm) dengan panjang 150 (cm). Kemudian pada sisi kiri
dan kanan linggi baling-baling terdapat dua buah sponeng sebagai tempat melekat
papan dinding bawah yang berukuran panjang 50 (cm) lebarnya 5 (cm). Konstruksi
linggi haluan dan linggi propeller terlihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Konstruksi linggi haluan dan linggi propeller
Keterangan :
1. Sponeng pada bagian linggi haluan (tempat melekatnya papan lambung) (A)
2. Sponeng pada bagian linggi haluan (tempat melekatnya papan lambung) (B)
Tiang As kapal baling-baling melekat langsung dengan lunas yang diperkuat
dengan balok wrang bagian belakang yang penampangnya berukuran 20 x 20 (cm),
serta diikat dengan baut ukuran 5 inchi.
3.4.3. Konstruksi Gading-gading pada Wrang (khong)
Gading-gading dan wrang merupakan bagian yang paling susah dikerjakan
karena bagian ini yang menentukan profil dari badan kapal, bahannya terbuat dari
kayu bungur (Lagerstroemia speciosa). Wrang pada masyarakat setempat disebut
juga dengan kata khong. Sebelum diletakkan ke balok lunas terlebih dahulu dibentuk
sesuai dengan kedudukannya pada kapal. Dibagian khong diantara lunas terdapat
39
1 2
49. lubang dengan ukuran 3 x 3 (cm) berfungsi untuk mengalirkan air dilambung kapal.
Ukuran konstruksi kayu wrang pada bagian kedudukan mesin atau balok mesin
adalah 15 x 20 (cm). Sedangkan pada bagian lainnya berukuran 15 x 18 (cm).
Bagian buritan wrang yang digunakan adalah berbentuk “V. Bahan yang
digunakan berasal dari kayu yang bentuknya alami tanpa dibentuk menggunakan
ketam kayu atau kapak. Wrang pada bagian buritan mempunyai mamfaat sebagai
penyangga atau penopang poros baling-baling.
Gading-gading juga terbuat dari kayu yang berbentuk lengkungan alami.
Ukuran konstruksi gading-gading ini memiliki ukuran penampang 15 x 20 (cm) yang
dihubungkan langsung dengan wrang dan diikat dengan baut berukuran 8 (inci).
Gambar 25. Konstruksi gading-gading (Casco) depan
Gambar 26. Konstruksi gading-gading (casco) midship
Gambar 27. Konstruksi Wrang buritan / gading-gading belakang
Panjang gading-gading adalah 2 (m) yang mana jarak antar gading-gading
adalah 43 (cm) untuk memenuhi panjang gading-gading yang diinginkan maka
dilakukan penyambungan untuk dapat lengkungan gading-gading yang diteliti
dengan cara penyambungan, adapun penyambungan gading-gading dapat dilihat
pada Gambar 25, Gambar 26 dan Gambar 27. Pemasangan gading-gading
dilakukan setelah pemasangan linggi haluan dan linggi buritan. Dan papan yang
pertama kali dipasang adalah papan tengah dan diikuti papan pada bagian atas, ini
40
50. berguna untuk meletakkan kedudukan gading-gading yang sebenarnya.
3.4.4. Konstruksi Transom
Transom adalah susunan papan pada badan kapal bagian belakang. Papan
transom diletakkan pada kedua sisi gading-gading kiri dan kanan serta pada tiang
penyangga. Adapun jenis kayu yang digunakan adalah meranti (shorea spec. Div).
Ukuran papan transom adalah 8 x 40 (cm) yang dipakai lebih kurang 9 keping,
sedangkan panjang dari masing-masing papan disesuaikan dengan gading-gading
balok transom dan lebar kapal.
Untuk pemasangan baut sama seperti kita memasang baut pada bagian lunas
atau gading-gading yaitu bagian-bagian transom yang ingin diberi baut terlebih
dahulu dilakukan pengeboran menembus linggi butitan.
Setiap keping papan transom dilekatkan dengan menggunakan paku galvanis
atau paku berukuran 5 in, selain itu bagian tengah papan transom juga dipakukan
pada balok transom yang berukuran 16 x 40 (cm) yang diperkuat dengan siku-siku
yang dihubungkan dengan linggi buritan dengan menggunakan baut berukuran 6 hun
(18 mm).
Transom berfungsi untuk menambah kekuatan melintang kapal pada bagian
belakang serta untuk menahan air laut agar tidak masuk dari buritan akibat pukulan
ombak. Untuk memperkuat papan transom maka dibuatlah penyokong atau
penyangga dengan balok vertikal sebanyak 3 batang, selain itu juga dipergunakan
untuk meletakkan papan transom, balok dek, kemudian untuk konstruksi papan
transom pada kapal kayu yang diamati sudah sangat baik, karena memiliki ketebalan
papan dan kerangka tempat peletakan papan yang cukup kokoh.
3.4.5. Konstruksi Papan Lambung (kulit)
Pemasangan kulit pada sisi gading kanan haruslah bersamaan dan seimbang
dengan sisi gading sebelah kiri sampai pengerjaan selesai terlihat pada Gambar 28,
bila pemasangan kulit tidak seimbang dan tidak bersamaaan maka akan
berpengaruh terhadap bentuk dan kestabilan dari papan tersebut. Adapun pemasang
kulit papan kapal dimulai dari bagian bawah yang menempel pada lunas.
Gambar 28. Bentuk pemasangan papan lampung kapal
Papan dipasang setelah gading-gading utama terpasang, yakni gading-
41
51. gading pada linggi as propeller, papan ini dipasang dari linggi baling-baling sampai
ke linggi haluan. Kemudian dilanjutkan papan kulit, yaitu dipasang dari linngi haluan
sampai ke linngi buritan. Adapun jenis kayu yang digunakan adalah kayu meranti
(Shorea spec. Div).
Penentuan ukuran papan lambung sangat bergantung pada tempat peletakan
papan lambung itu sendiri. Pada bagian kapal yang melengkung, maka ukuran
papan lambung disesuaikan dengan sudut lengkungan badan kapal. Papan lambung
pada haluan dan buritan yang terbentuk lengkung dan berpilin, maka pemasangan
dilakukan dengan cara menekan dengan menggunakan bais (penjepin horizontal)
dan rantai balok. Dan diusakan papan yang dipilih adalah selembar dan sepanjang
mungkin agar tidak terjadi penyambungan pada pada papapn lambung. Adapun
jumlah papan lambung yang digunakan tergantung berapa panjang gading-gading
yang terpasang kemudian dibagi dengan lebar papan lambung yang akan dipasang.
Pada dasarnya setiap papan lambung kapal tidak langsung dibentuk berdasarkan
penentuan lebarnya, akan tetapi dilakukan pengukuran pengukuran papan yang
telah dipasang, sebab jarak antara gading-gading lebar dari papan lambung jelas
pasti berbeda-beda.
Sisi papan lambung yang menempel pada linggi baling-baling / tiang as
dipasang tetap pada alur (sponeng). Untuk mengikat papan pada gading-gading
digunakan paku galvanis dengan ukuran 5 in, setiap pemakauan papan lambung
pada gading-gading dilakukan sebanyak 2 batang paku dengan masing-masing jarak
10 cm dengan posisi berselang-seling. Pemakuan pada papan ini dilakukan setelah
pemboran setengan bagian papan, hal ini dilakukan agar papan lambung tidak
pecah. Pemakuan papan lambung dibantu dengan alat penekan agar kepala paku
benar-benar terbenam kedalam. Konstruksi papan lambung dari kapal kayu sangat
baik karena semua papan lambung sebelum dipasang terlebih dahulu diketam
tepinya (sisis-sisinya) sehingga permukaannya licin dan rata. Sehingga
mempermudah dalam pemakalan dan pendempulan.
3.4.6. Kontruksi galar dek dan pisang-pisang
Pemasangan galar dek dilakukan secara membujur disisi bagian dalam dari
gading-gading mulai dari haluan sampai ke buritan kapal. Galar dek merupakan
tumpuan dri balok-balok dek sehingga dalam pemasangannya dibuat rapat pada
setiap sisi bawah balok-balok dek. Galar dek diikat pada gading-gading menembus
papan lambung dengan menggunakan baut berdiameter 10 mm dan bagian yang
tidak dibuat baut diikat dengan paku galvanis yang panjangnya 4-6 in. Bahan yang
digunakan adalah kayu meranti (Shorea spec. Div). Yang memiliki penampang 5 x
20 (cm).
Pisang-pisang terbuat dari kayu meranti (Shorea spec. Div). Yang ukuran
penampangnya 7 x 20 (cm), pisang-pisang terdiri dari dua bagian yaitu pisang-
pisang bawah terletak dibagian tengah kapal berfungsi sebagai pembagi bagian
bawah dan bagian atas kapal serta memperkuat kekuatan memanjang dari kapal itu
sendiri, yang kedua adalah pisang-pisang atas yang terletak dibagian atas
berdekatan dengan papan penutup kepala gading-gading (Oatik). Diikat ke gading-
gading dengan baut atau skrup berkepala tebal. Digunakan penyambungan ujung
berpasanga miring selanjutnya galar dan pisang-pisang merupakan bagian yang
membeujur dan berguna untuk menambah kekuatan dan ketegangan membujur
serta mencegah terjadinya pergeseran sisi kapal.
Pisang-pisang dipasang pemasangan pisang-pisang ini dibagian dilakukan
sisi luar gading-gading setelah gading-gading sisi dimana utama. Ukurang pisang-
pisang 7 x 20 (cm), yang diikat ke gading-gading dengan baut berdiameter 10 mm
dan balok dek dengan paku galvanis ukuran 4-6 in.
42
52. 3.4.7. Konstruksi Balok Dek dan Karlin
Pemasangan balok dek terletak disisi depan gading-gading, yang mana balok
dek dipasang dimulai dari balok dek utama pada ruang mesin terlihat pada Gambar
23, kemudian diatur posisi pemasangannya sesuai dengan bentuk palka. Balok dek
yang diletakkan ke gading-gading sisi dan pada pisang-pisang menggunakan baut
berdiameter 10 mm yang mana baut tersebut dililit dengan tali goni dan untuk yang
tidak dibaut diikat dengan paku galvanis 5 in. Adapun fungsi dari balok dek adalah
sebagai tumpuan papan-papan dek, dan juga balok-balok dek berfungsi untuk
menambah kekuatan melintang dari sebuah kapal.
Adapun jenis kayu yang digunakan untuk bagian karlin dan balok dek adalah
kayu laban (Vitex pushenceus Vahl). Adapun ukuran balok dek pada haluan dan
buritan kapal adalah 7 x 25 (cm). Sementara untuk bagian midship berukuran 9 x 27
(cm), dan papan dek bentuknya dibuat melengkung agar air dapat mengalir kearah
tepi kapal. Untuk pemasangan balok dek dan karlin langsung diikat dengan baut
berdiameter 15 (mm) ke gading-gading atas dan langsung bertumpu pada galar dek.
Gambar 29. Konstruksi balok dek dan karlin kapal
Keterangan :
1. Karlin
2. Galar dek
3. Gading-gading
Balok dek dipasang paada sisi depan gading-gading bagian atas. Dan balok
dek yang pertama dipasang adalah pada bagian midship. Balok dek yang dipasang
yang berdekatan dengan gading-gading diiikat dengan baut berdiameter 15 mm.
Adapun fungsi dari karlin adalah sebagai tempat tumpuan papan dek dan dipasang
pada sisis ruang palka (pintu palka) dan kamar mesin yang letaknya antara balok
dek. Selanjutnya untuk pengikatnya pada gading-gading menggunakan baut
berdiameter 15 mm.
3.4.8. Konstruksi Papan Dek
Papan dek dipasang setelah balok dek semuanya sudah terpasang terlihat
pada Gambar 30. Seperti halnya papan lambung, diusahakan papan dek dibuat
sepanjang mungkin. Papan dek dipasang dimulai pada tiap-tiap tepi dek supaya
43
1 2
3
53. menutupi ruangan antara gading-gading dan pertemuan gading-gading dengan balok
dek, sehingga nantinya untuk pemasangan papan dek selanjutnya akan lebih
mudah. Berikutnya papan dek dapat dipasang dimulai pada bagian atas karlin
menuju papan tepi.
Gambar 30. Papan dek kapal
Keterangan : 1. Papan dek kapal
Adapun papan yang digunakan diusahakan sepanjang mungkin agar tidak
ada penyambungan, dan apabila terjadi penyambungan maka diusahakan dilakukan
penyambungan dengan tepat pada balok dek dan karlin. Adapun kayu yang
digunakn adalah kayu meranti (Shorea spec).
Gambar 31. Bentuk bangunan di atas dek kapal tampak depan
44
1
54. Pemakuan papan dek sama seperti ketika pemakuan dinding lambung,
dan terlebih dahulu dilakukan pengeboran agar papan tidak pecah, dan selanjutnya
dilakukan pemakuan dengan alat bantu agar paku sepenuhnya terbenam. Dan posisi
pemakuan dilakukan selang seling dengan menggunakan paku berdiameter 3 in.
Setelah itu baru dilakukan pengetaman ulang supaya permukaan papan dek benar-
benar rata dan licin.
Papan lambuung (kulit) dan papan dek yang telah dipasang seharusnya
dilakukan pemakalan, pendempulan dan pengetaman sisi luar lantai dek, supaya
lebih terlihat rata dan rapi. Sedangkan untuk pendempulan dan pemakalan sangat
penting karena dapat menahan air agar tidak masuk ke dalam geladak, geladak yang
rapat dan kedap air dapat menambah kekuatan dan daya tahan lantai dek kapal
tersebut.
3.4.9. Konstruksi Bangunan
Bangunan atas kapal terdiri atas dua macam tiang, yaitu tiang utama dan
tiang pembantu.Tiang utama yang dipasang sebelah dalam sebanyak 4 buah dan
tiang pembantu 16 buah, dengan penampangnya berukuran 8 x 10 (cm). untuk
papan rumah kapal mengguknakan kayu meranti (Shorea spec).
Gambar 32. Bentuk bangunan Diatas dek kapal tampak samping
Pada kapal ini, bangunan kapal berada diatas kamar atau ruang mesin,
bangunan tersebut terdiri dari ruangan navigasi, ruangan ABK dan tempat mesin
yang terlihat pada (Gambar 25 dan 26). Bangunan diatas dek dapat diberi rangka
dan papan dari berbagai cara dan ukuran sesuai dengan keinginan pemesan. Untuk
dimensi bangunan atas kapal adalah 4 (m) dan untuk tinggi tiangnya 1,70 (m). Dan
sebelum melakukan pemasangan papan untuk rumahan dilakukan pemakalan dan
pendempulan. Sementara untuk ukuran papan rumahan sama dengan papan lantai.
Dan tiap rumah kapal diikat dengan baut ukuran 10 mm ke karlin, balok dek dan
gading-gading.
45
55. 3.4.10. Konstruksi Dudukan Mesin (Pondasi Mesin)
Pondasi mesin merupakan salah satu bagian pekerjaan dalam teknik
pemasangan mesin kapal. Adapun fungsi pondasi mesin adalah sebagai tempat
dudukan mesin yang akan digunakan. Selain itu juga berfungsi sebagai rangkaian
tambahan untuk kekuatan lambung kapal. Maka dari pada itu pemilihan kayu harus
memiliki ketentuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya oleh sipembuat kapal.
Gambar 33. Konstruksi kedudukan mesin (pondasi)kapal
Keterangan
1. Pondasi (Bantalan mesin)
2. Gading-gading
Adapun bahan yang digunakan untuk pondasi mesin kapal adalah kayu
Leban (Vitex pubescens Vahl) (Gambar 33). Menurut penjelasan dari kepala tukang
kapal, pemilihan kayu untuk pondasi mesin hendaknya terdiri dari kayu yang kuat,
keras dan ukuran yang besar karena pondasi mesin fungsinya adalah untuk
menahan getaran mesin saat dihindupkan dan tentu akan mempengaruhi ketahanan
dan kekuatan kapal. Setelah dudukan pada gading-gading sudah terpasang, dan
rumah kapal sudah siap. Namun pemasangan baut untuk penguat digunakan baut
diameter 17 inchi.
Ukuran panjang serta letak baut mengacu pada tebal, tinggi dan panjang
pondasi mesinyang dipasang. Setelah lubang baut dibor dengan menggunkan mata
bor 1” x panjang mata 50 cm dilakukan penyambungan karena panjang.
Pengeboran lubang tepat diatas khong dan dibor dimulai dari bantalan pondasi
mesin hingga menembus badan kapal. Dilanjutkan dengan memasang baut kedalam
46
2
1