SlideShare a Scribd company logo
PENGARUH AKUNTABILITAS, PARTISIPASI MASYARAKAT DAN
PENGAWASAN INTERNAL TERHADAP KINERJA ORGANISASI
(Studi Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng)
OLEH:
GEDE POSE RAHARJA
NIM 1114081077
JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian
Organisasi sektor publik di Indonesia semakin berkembang seiring dengan
perkembangan jaman dan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Berbagai macam
pelayanan dilakukan oleh pemerintah baik dalam bidang keuangan, bidang
kesehatan, bidang pendidikan dan sebagainya yang penerapannya di lapangan
mencerminkan bentuk keseriusan pemerintah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan tersebut,
diperlukan keselarasan antara pemerintah daerah, legislatif, masyarakat serta
pihak-pihak yang terkait lainnya (Kurniawan, 2011).
Seiring berkembang pesatnya suatu perusahaan atau organisasi ke dalam
skala yang semakin besar, pemimpin organisasi tidak dapat secara langsung
mengawasi semua operasi dan aktivitas yang dijalankan organisasi tersebut. Maka
pemimpin manajemen organisasi perlu mendelegasikan wewenangnya kedalam
prosedur-prosedur pengendalian intern. Pengendalian intern juga berguna untuk
menjaga aset dari kegiatan yang merugikan organisasi seperti pencurian dan
manipulasi data organisasi dan juga untuk meminimalisir kesalahan dalam proses
akuntansi organisasi serta meningkatkan akurasi dari pencatatan yang dilakukan.
Pengendalian intern sangat diperlukan agar langkah-langkah yang diambil sesuai
dengan apa yang direncanakan dan menemukan hasil yang diharapkan. Ketelitian
manajemen dan kemampuan pegawai/karyawan sangat mempengaruhi bagaimana
pengendalian intern ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan organisasi.
Pengendalian internal bertujuan untuk melindungi kekayaan organisasi
dengan cara meminimalisasi penyimpangan dan pemborosan serta
memaksimalkan efisiensi dan efektifitas kinerja organisasi/instansi pemerintah
(Tresnawati, 2012). Pengendalian Intern berguna dalam berbagai bidang dalam
suatu unit organisasi. Khususnya dalam pengelolaan kas, pengendalian intern ini
sangat amat diperlukan keberadaannya mengingat kas merupakan aktiva
2
perusahaan yang paling likuid dan semua transaksi yang dilakukan pada akhirnya
berhubungan dengan kas. Penerimaan kas pada suatu entitas perusahaan sangat
mempengaruhi keberlangsungan dari entitas tersebut. Maka diperlukan suatu
pengendalian intern yang memadai untuk menjaga agar penerimaan kas dapat
berjalan stabil. Berbagai pengendalian intern dapat dilakukan suatu organisasi
khususnya dalam penelitian ini yaitu pengawasan internal.
Mewujudkan pemerintahan yang baik/amanah (good governance)
merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk memenuhi aspirasi
masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Sehubungan
dengan hal tersebut, telah dilakukan berbagai upaya yaitu dengan ditetapkannya
Tap. MPR RI No.XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; Undang-undang No.28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme. Good governance dapat diartikan sebagai pelayanan publik yang
efisien, sistem pengadilan yang dapat diandalkan, pemerintahan yang bertanggung
jawab (accountable) pada publiknya.
Dalam good governance, akuntabilitas publik merupakan elemen
terpenting dan merupakan tantangan utama yang dihadapi pemerintah dan
pegawai negeri (Manurung, 2012). Dalam penyelenggaraan pemerintahan,
akuntabilitas pemerintah tidak dapat diketahui tanpa pemerintah memberitahukan
kepada rakyat tentang informasi sehubungan dengan pengumpulan sumber daya
dan sumber dana masyarakat beserta penggunaannya. Salah satu akuntabilitas
publik adalah akuntabilitas financial (keuangan) dimana mengharuskan lembaga-
lembaga publik untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja
financial organisasi kepada pihak luar (Mahmudi, 2005).
Menurut Ratnayani (2013), Terselenggaranya good governance
merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam
mencapi tujuan dan cita-cita bangsa dan Negara. Dalam rangka hal tersebut,
diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
jelas dan nyata sehingga dalam penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung
secara berdaya guna, serta bebas KKN.
3
Kinerja sektor publik adalah kinerja birokrat atau pemerintah maupun
pengelolan BUMN/BUMD (yang mewakili negara) dalam menyediakan berbagai
kepentingan masyarakat serta menyediakan pelayanan umum kepada masyarakat
Sinambela (2012: 184). Salah satu instansi yang mencerminkan kinerja
pemerintah di dearah adalah SKPD. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
merupakan instrumen manajemen pembangunan daerah yang dipimpin oleh
seorang kepala SKPD. Aspek-aspek dalam manajemen pembangunan daerah
terwadahi dalam satu atau beberapa SKPD. Kinerja SKPD menentukan kinerja
pada tiap aspek manajemen pembangunan daerah, yang pada gilirannya,
menentukan kinerja daerah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah.
SKPD bisa meliputi Badan, Dinas, Kantor dan unit lainnya. Tujuan kinerja,
evaluasi kinerja, dan kualitas laporan keuangan menjadi perhatian pimpinan
masing–masing SKPD karena hasil penilaian kinerja dan laporan keuangan agar
sesuai dengan yang diharapkan. Setiap SKPD wajib melaksanakan akuntansi
terhadap transaksi ekonomi yang terjadi pada bagiannya, sehingga menghasilkan
laporan keuangan (Ratnayani, 2013).
Sistem dan pengendalian yang baik hendaknya sejalan dengan peningkatan
kinerja pemerintahan. Hal ini penting untuk dievaluasi untuk mengingat
banyaknya peraturan tertulis yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat sampai
pada kebijakan pemerintah daerah itu sendiri. Realisasi diharapkan mampu
menghapus pandangan negatif masyarakat mengenai kinerja pemerintah.
Kepengurusan SKPD harus didorong lebih transparan, profesional dan efisien
melalui pengambilan keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral
yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial.
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng merupakan salah satu satuan
kerja perangkat daerah yang melayani masyarakat di bidang pekerjaan umum.
Dinas ini memiliki uraian tugas dan fungsi yang sangat kompleks khususnya pada
bagian akuntansi. Selain itu dinas ini memiliki fungsi mengendalikan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
masyarakat yang menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik
(Good Governance).
4
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng pernah menjadi sorotan
publik karena sempat terjadi kasus yang mengarah pada kecurangan dilakukan
oleh manajemen organisasi atau dari pihak internal instansi itu sendiri.
Menurut TEMPO (2008), telah terjadi kasus dugaan korupsi pada Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng pada tahun 2004 lalu ketika Dinas PU
masih bernama Dinas Bina Marga, Pengairan, dan Pertambangan. Pimpinan di
instansi tersebut mengajukan permohonan pembelian alat berat wheel backhol
loader kepada Bupati Buleleng. Namun anggaran untuk pembelian alat berat itu
diduga digelembungkan (mark up). Alat berat yang sebenarnya seharga Rp
425.700.000 digelembungkan menjadi Rp 935.000.000, sehingga negara
dirugikan Rp 509.300.000
Kasus seperti itu terjadi dikarenakan lemahnya pengawasan internal dari
instansi/organisasi tersebut. Maka dari itu dibutuhkan tata kelola yang baik dari
manajemen suatu organisasi. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat maupun
dengan memperketat pengawas internal, suatu tindakan yang mengarah ke tindak
kecurangan atau tindakan yang dapat merugikan kelangsungan organisasi tersebut
dapat diminimalisir. Maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan menggali
informasi untuk mengetahui bagaimana akuntabilitas, partisipasi masyakarat dan
pengawasan internal terhadap kinerja organisasi khususnya pada Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Buleleng.
Beberapa penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Budi Mulyawan
(2009), mengenai Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap kinerja
organisasi. Hasil penelitiannya menunjukkan Terdapat pengaruh yang signifikan
antara pelaksanaan good governance terhadap kinerja organisasi sebesar 31,69%,
sehingga hipotesis menyatakan ada pengaruh antara pelaksanaan good
governance terhadap kinerja organisasi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
Juanita Fatmala & Baihaqi (2014) yang meneliti tentang Pengaruh penerapan
sistem akuntansi pemerintah daerah, pemahaman akuntansi, dan ketaatan pada
peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil
penelitian menunjukkan secara parsial, variabel akuntansi pemerintah daerah,
pemahaman akuntansi dan ketaatan pada peraturan perundangan masing-masing
berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. penelitian
5
Martha dan Widya (2014), meneliti tentang Pengaruh transparansi dan
akuntabilitas terhadap kinerja instansi pemerintah pada dinas di kota bandung
(Survey Diinstansi Pemerintah Kota Bandung). Penelitian ini menunjukkan hasil
Besar pengaruh transparansi dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja
instansi pemerintah sebesar 18,5%, sedangkan akuntabilitas dalam memberikan
kontribusi pengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah sebesar 16,3%. Jadi besar
pengaruh transaparansi dan akuntabilitas dalam mempengaruhi kinerja instansi
pemerintah sebesar 34,8% Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Sopamah dan
Isa Wahyudi (2004), penelitian ini berjudul Pengaruh Akuntabilitas Pubilik,
Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Pubilik Terhadap Antara
Pengetahuan Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Hasil
penelitiannya menunjukkan Pengetahuan anggaran berpengaruh terhadap
pengawasan keuangan daerah (APBD), Pengetahuan anggraan dengan
akuntabilitas public berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD,
Pengetahuan anggraan dengan partisipasi masyarakat tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengawasan APBD, Pengetahuan anggra
an dengan transparansi kebijakan public tidak berpengaruh tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap pengawasan APBD.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Akuntabilitas, Partisipasi masyarakat Dan Pengawasan
Internal Terhadap Kinerja Organisasi (Pada Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Buleleng)”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka yang menjadi
pokok permasalahan adalah:
1.2.1. Bagaimana pengaruh Akuntabilitas terhadap kinerja organisasi ?
1.2.2. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap kinerja organisasi ?
1.2.3. Bagaimana pengaruh pengawasan internal terhadap kinerja organisasi ?
1.2.4. Bagaimana pengaruh Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan
pengawasan internal secara bersama-sama terhadap kinerja organisasi ?
6
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.3.1. Untuk mengetahui pengaruh Akuntabilitas terhadap kinerja organisasi ?
1.3.2. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap kinerja
organisasi ?
1.3.3. Untuk Mengetahui pengaruh pengawasan internal terhadap kinerja
organisasi ?
1.3.4. Untuk mengetahui pengaruh Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan
pengawasan internal secara bersama-sama bersama-sama terhadap kinerja
organisasi ?
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pihak lain yang berkepentingan terhadap penelitian ini. Adapun manfaat dari
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis untuk memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh
Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan pengawasan internal terhadap
kinerja organisasi
2. Bagi pihak yang diteliti dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum di Kabupaten
Buleleng, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pihak manajemen dan karyawan pada Dinas Pekerjaan Umum di
Kabupaten Buleleng dalam pengambilan kebijakan.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kinerja Organisasi
Menurut Suyadi Prawirosentono (2008: 2) dalam Dewi (2012) menyatakan
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang
dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut
Muhammad Zainur (2010: 41) dalam Dewi (2012) mendefinisikan kinerja
merupakan keseluruhan proses bekerja dari individu yang hasilnya dapat
digunakan landasan untuk menentukan apakah pekerjaan individu tersebut baik
atau sebaliknya. Menurut Wirawan, (2009: 5) dalam Dewi (2012) Kinerja juga
merupakan keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator suatu
pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Menurut Sinambela (2012:
184) kinerja sektor publik adalah kinerja birokrat atau pemerintah maupun
pengelolan BUMN/BUMD (yang mewakili negara) dalam menyediakan berbagai
kepentingan masyarakat serta menyediakan pelayanan umum kepada masyarakat.
Penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan suatu proses yang
dilakukan secara sistematis terhadap kenerja pegawai berdasarkan pekerjaan yang
ditugaskan kepada mereka. Termasuk didalamnya mencakup penilaian terhadap
seluruh kegiatan program dan proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah
dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, oenilaian kinerja pada dasarnya
merupakan salah satu faktor penting guna mengembangkan organisasi secara
efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program penilaian prestasi kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa organisasi telah memanfaatka secara baik SDM yang
8
dimiliki (Amins, 2012: 91). Menurut Ivancevich (2007) dalam Amins (2012: 91)
penilaian kinerja merupakan aktivitas yang digunakan untuk menetukan pada
tingkat mana seorang pekerja (dalam hal ini aparatur pemerintah) menyelesaikan
pekerjaannya secara efektif.
Penilaian kinerja terhadap pekerjaan pegawai diperlukan agar perilaku
mereka dapat diarahkan guna melakukan pekerjaan dengan baik, sehingga
tercapailah tujuan organisasi. Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan kepegawaian, seperti untuk kenaikan pangkat,
pemindahan tugas, pendidikan dan pelatihan, atau pemberhentian kerja. Penilaian
kinerja juga merupakan alat ukur manajemen yang digunakan untuk menilai
tingkat pertanggungjawaban seseorang dalam melakukan pekerjaan. Selain itu,
hasil penilaian kinerja ini dapat juga memberikan umpan balik bagi pelaku kerja
sehingga yang bersangkutan mengerti bagaimana penilaian organisasi berhasil
kinerjanya. Suatu pemerintahan dapat dikatakan berhasil jika terdapat bukti –
bukti atau indikator atau ukuran pencapaian yang mengarah kepada pencapaian
visi, misi dan tujuan pemerintah daerah yang bersangkutan (Amins, 2012: 91).
Penilaian kinerja yang efektif berfokus pada serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang menjadi kewajiban
serta hasil yang diperolehnya dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Untuk
melakukan penilaian knerja dapat dilaksanakan oleh siapa saja yang paham benar
tentang perilaku karyawan atau pegawai secara individual. Untuk melakukan
penilaian kinerja seseorang sangan membutuhkan sumber informasi yang relevan
dengan tugas ang dikerjakannya. Sumber informasi yang sering digunakann untuk
mengukur kinerja yang aktual dapat dilakukan dengan cara observasi secara
personal, laporan statistik, laporan lisan, laporan tertulis dan data dasar (data
base) yang diakses melalui komputer (Amins, 2012: 94).
Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan keseluruhan proses bekerja dari individu yang dapat menggambarkan
hasil kerja yang dicapai oleh suatu organisasi dalam waktu tertentu.
2.2. Akuntabilitas
9
Menurut Mulyana (2006), Menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung arti
pertanggungjawaban, baik oleh orang-orang maupun badan-badan yang dipilih, atas
pilihan-pilihan dan tindakan-tindakannya.
Mardiasmo (2002) dalam Setiawan (2012) menjelaskan akuntabilitas
publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut
Pengertian akuntabilitas publik menurut Mardiasmo (2009:20) adalah:
”Kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktifitasnya
dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut”.
Mardiasmo (2009:21) mengatakan bahwa akuntabilitas publik terdiri atas
dua macam, yaitu:
1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability).
2. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja
(dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Sedangkan
akuntabilitas horisontal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
masyarakat secara luas.
Ellwood (1993) dalam Mardiasmo (2009) menjelaskan terdapat empat
dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu :
1) Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (accountability for probity and
legalty)
Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran merupakan Akuntabilitas lembaga-
lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan menaati ketentuan
hukum yang berlaku. Penggunaan dana publik harus dilakukan secara benar
10
dan telah mendapat otorisasi. Akuntabilitas hukum berkaitan dengan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam
menjalankan organisasi, sedangkan Akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan
penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), korupsi dan kolusi.
Akuntabilitas hukum menuntut penegak hukum (law enforcemen), sedangkan
Akuntabilitas kejujuran menuntut adanya praktik organisasi yang sehat
dengan tidak terjadinya malpraktik dan maladministrasi.
2) Akuntabilitas Manajerial atau Akuntabilitas Proses (managerial
accountability)
Akuntabilitas proses/manajerial adalah pertanggungjawabaan lembaga
publik untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.
Akuntabitilas manajerial dapat juga diartikan sebagai Akuntabilitas kinerja
(perfomance accountability). Inefisiensi organisasi publik adalah menjadi
tanggung jawab lembaga yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan
kepada klien atau customernya. Akuntabiltas manajerial juga berkaitan
dengan Akuntabilitas proses (process accountiability) yang berarti bahwa
proses organisasi harus dipertanggungjawabkan, dengan kata lain tidak terjadi
inefisiensi dan ketidakefektifan organisasi. Analisis terhadap Akuntabilitas
sektor publik akan banyak berfokus pada Akuntabilitas manajerial.
Akuntabilitas manajerial merupakan Akuntabilitas bawahan kepada atasan
dalam suatu organisasi. Akuntabilitas manajerial menjadi perhatian utama
manajer sektor publik dalam melaksanakan sistem manajer berbasis kinerja.
3) Akuntabilitas Program (program accountability);
Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal
dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksaan
program. Dengan kata lain, Akuntabilitas program berarti bahwa program-
program organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu yang
mendukung strategi dan pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.
11
4) Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability);
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga
publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga-lembaga publik
hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan
dengan mempertimbangkan dampak di masa depan. Dalam membuat suatu
kebijakan harus dipertimbangkan terlebih dahulu apa tujuan kebijakan
tersebut, mengapa kebijakan itu diambil, siapa sasarannya, pemangku
kepentingan (stakeholder) aman yang akan terpengaruh dan memperoleh
manfaat dan dampaknya atas kebijakan tersebut.
5) Akuntabilitas finansial
Akuntabilias finansial atau akuntabilitas keuangan adalah
pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan uang
publik (public money) secara ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada
pemborosna dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial sangat
penting karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi perhatian utama
masyarakat. Akuntabilitasi finansial mengharuskan lembaga-lembaga publik
untuk membuat laporan keuangan menggambarkan kinerja finansial
organisasi kepada pihak luar.
Menurut Mursyidi (2009) menjelaskan bahwa Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
Menurut beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
akuntabilitas adalah kewajiban dari suatu badan atau perorangan dalam
mempertanggungjawabkan tugas yang menjadi tanggungjawabnya baik secara
vertikal maupun horizontal
2.3. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Di dalam
hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan,
12
melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya.
Institusi kesehatan hanya sekadar memotivasi dan membimbingnya
(Notoatmodjo, 2007).
Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada
dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang
diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang
semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu
perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut. Ada enam jenis tafsiran
mengenai partisipasi masyarakat tersebut antara lain:
1. partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek atau
program pembangunan tanpa ikut serta dalam pengambil keputusan.
2. partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek-
proyek atau program-program pembangunan.
3. partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang
atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu.
4. partisipasi adalah penetapan dialog antara masyarakat setempat dengan
para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring
proyek/program agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan
dampak-dampak sosial.
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukan sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan dan lingkungan mereka.
Conyer dalam Soetomo (2006), mengemukakan partisipasi masyarakat
adalah keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan
13
dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima
cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu:
1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang
diperlukan.
2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melakukan tugasnya sebagai
agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan
dalam perencanaan.
3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang
yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.
5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community development)
Menurut Slamet (2003), berdasarkan pengertian partisipasi, maka
partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis :
1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input
tersebut dan ikut menikmati hasilnya.
2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya.
3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil
pembangunan secara langsung.
4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input.
5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menerima hasilnya.
Menurut Notoatmodjo (2007), di dalam partisipasi setiap anggota
masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan
hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat berbentuk daya (tenaga)
dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di dalam 4 M, yakni
manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu,
bambu, beras, batu, dan sebagainya), dan mind (ide atau gagasan).
14
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan partisipasi
masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijakan
organisasi
2.4. Pengawasan Intern
2.4.1. Pengertian Pengawasan Intern
Pengertian pengawasan internal dalam arti luas dapat dibagi dua yaitu
pengawasan administratif dan pengawasan akuntansi. Pengawasan administrasi
meliputi rencana organisasi dan semua cara serta prosedur-prosedur yang
berhubungan dengan efisiensi usaha dan ketaatan terhadap kebijakan pimpinan
perusahaan. Pengawasan akuntansi meliputi rencana organisasi dan semua cara
serta prosedur-prosedur yang berhubungan dengan pengamanan harta milik
perusahaan serta dapat dipercayanya laporan keuangan.
Menurut Mukthar (1999:40) menyatakan: “ Pengawasan adalah proses
pemberian pengaruh terhadap suatu aktivitas suatu objek, mahluk hidup atau
sistem. Pengawasan dapat membantu perusahaan dalam mengontrol kegiatan
perusahaan dan merupakan suatu tujuan dari sistem informasi akuntansi.
Akuntansi membantu mencapai tujuan dengan mendesain sistem pengawasan
yang efektif untuk meyakinkan tercapainya tujuan dengan efektif”.
Pengawasan internal sangat penting dalam perkembangan operasi
perusahaan, karena masalah-masalah yang timbul sangat kompleks. Dengan
demikian, diperlukan suatu pengawasan internal yang baik dan memadai. sesuai
dengan perkembangan zaman dan juga perkembangan dunia usaha, istilah
pengawasan internal pun mengalami perkembangan tidak hanya untuk
mengawasi kecermatan dari pembukuan, tetapi mempunyai arti luas yaitu
meliputi seluruh organisasi perusahaan.
Menurut Winardi (2000: 585) menyatakan: “Pengawasan adalah semua
aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa
hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan”. Pernyataan lain dari Basu
Swasta (1985) menyatakan: “pengawasan merupakan fungsi yang menjamin
bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”.
15
Menurut Boynton dkk (2003 : 373) Pengawasan adalah suatu proses yang
dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen dan personel lainnya dalam suatu
entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan
dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut :
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
c. Efektivitas dan efisiensi operasi
Pengawasan intern merupakan suatu proses, ini berarti alat untuk
mencapai suatu akhir, bukan akhir itu sendiri, pengawasan intern terdiri dari
serangkaian tindakan yang meresap dan terintegrasi dengan tidak ditambahkan
kedalam infrastruktur suatu entitas. Pengawasan intern dilaksanakan oleh orang
bukan hanya suatu dewan direksi, manajemen dan personel lainnya.
Pengawasan dapat diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang
memadai bukan keyakinan yang mutlak kepada manajemen dan dewan direksi
suatu entitas karena keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengawasan
intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan manfaat relatif dari
pengadaan pengawasan. Pengawasan intern diarahkan pada pencapaian tujuan
dalam kategori-kategori yang saling tumpang tindih dari pelaporan keuangan
kepatuhan dan operasi-operasi.
Menurut Nugroho Widjajanto (2001 : 18) Sistem Pengawasan Intern
adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta
semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan
untuk :
a. Mengamankan aktiva perusahaan
b. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi
c. Meningkatkan efisiensi
16
d. Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran
organisasi.
2.4.2. Tujuan Sistem Pengawasan Intern
Menurut Warren dkk (2005 : 236) Tujuan Pengendalian Intern :
Pengendalian intern memberikan jaminan yang wajar bahwa :
a. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha.
Pengendalian internal dapat dilindungi aktiva dari pencurian, pengelapan,
penyalahgunaan, atau penempatan aktiva pada lokasi yang tidak tepat. Salah satu
pelanggaran paling paling serius terhadap pengendalian internal adalah
penggelapan oleh karyawan.
b. Informasi bisnis akurat
Informasi bisnis yang akurat dperlukan demi keberhasilan usaha.
Penjagaan aktiva dan informasi yang akurat sering berjalan seiring. Sebabnya
adalah karena karyawan yang ingin menggelapkan aktiva juga perlu menutupi
penipuan tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansi.
c. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan
Perusahaan harus mematuhi perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku serta standar pelaporan keuangan.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa pengawasan intern adalah
suatu pengendalian lingkungan oleh manajemen agar tidak terjadi kecurangan
atas tujuan yang telah ditetapkan bertujuan untuk menjaga integritas informasi
akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan dan
pencurian yang dilakukan oleh pihak di dalam maupun diluar perusahaan, selain
itu pengawasan intern juga harus dapat memudahkan pelacakan kesalahan baik
yang disengaja ataupun tidak, demikian rupa sehingga memperlancar prosedur
audit.
2.5. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng
17
Dinas pekerjaan umum merupakan satuan perangkat kerja pemerintah
daerah yang bergerak pada sektor pekerjaan umum, badan ini bertugas
melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang pekerjaan umum. Untuk
menyelenggarakan tugas pokok, Dinas pekerjaan umum memiliki beberapa fungsi
seperti: Merumuskan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum berdasarkan
ketetapan Bupati; Pengendalian dan pengawasan rencana tata ruang kabupaten,
penyelenggaraan urusan pemerintah dibidang pekerjaan umum dan perumahan;
pengawasan, pemeliharaan dan pengendalian urusan energy dan sumber daya
mineral; penatausahaan dinas.
2.6. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang akan mengarahkan penelitian ini
yaitu:
NO. NAMA
PENELITI
JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN
18
1. Irene
Fransisca
Ponamon
(2014)
Pengaruh Pengawasan
Internal, Pemahaman
Sistem Akuntansi
Keuangan, Dan
Kapasitas Sumber Daya
Manusia Terhadap
Kualitas Informasi
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Pada
Skpd Pemerintah Kota
Manado
Secara parsial variabel Pengawasan
Internal (X1), memiliki pengaruh
terhadap Kualitas Informasi
Laporan Keuangan (Y).
Pemahaman Sistem Akuntansi
Keuangan (X2) berpengaruh
terhadap Kualitas Informasi
Laporan Keuangan. berbeda dengan
variabel pengawasan internal dan
pemahaman sistem akuntansi
keuangan yang memiliki pengaruh
terhadap kualitas informasi laporan
keuangan, untuk variabel Kapasitas
Sumber Daya Manusia (X3)
memiliki pengaruh negatif terhadap
Kualitas Informasi Laporan
Keuangan (Y).
Secara bersama-sama pengawasan
internal, pemahaman sistem
akuntansi keuangan, kapasitas
sumber daya manusia berpengaruh
dan searah/positif terhadap kualitas
informasi laporan keuangan dengan
kontribusi sebesar 29,7%.
2. Budi
Mulyawan
(2009)
Pengaruh Pelaksanaan
Good Governance
terhadap Kinerja
organisasi
Terdapat pengaruh yang signifikan
antara pelaksanaan good
governance terhadap kinerja
organisasi sebesar 31,69%,
sehingga hipotesis menyatakan ada
pengaruh antara pelaksanaan good
governance terhadap kinerja
organisasi
3. Juanita
Fatmala &
Baihaqi
(2014)
Pengaruh penerapan
sistem akuntansi
pemerintah daerah,
pemahaman akuntansi,
dan ketaatan pada
peraturan perundangan
terhadap akuntabilitas
1. Penerapan sistem akuntansi
pemerintah daerah berpengaruh
positif terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah.
2. Pemahaman akuntansi
berpengaruh positif terhadap
19
kinerja instansi
pemerintah
akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.
3. Ketaatan pada peraturan
perundangan berpengaruh
positif terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah.
4. Nababan,
Halasan
T.H
(2014)
Analisis pengaruh
pemahaman sistem
akuntansi keuangan
daerah terhadap kinerja
pegawai pada SKPD
pemerintah kota medan
Pemahaman Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah secara parsial
berpengaruh secara signifikan
terhadap Kinerja pegawai Pada
SKPD Pemerintah Kota Medan
5 Sopamah
dan Isa
Wahyudi
(2004)
Pengaruh Akuntabilitas
Pubilik, Partisipasi
Masyarakat dan
Transparansi Kebijakan
Pubilik Terhadap Antara
Pengetahuan Anggaran
Dengan Pengawasan
Keuangan Daerah
(APBD)
1. Pengetahuan anggaran
berpengaruh terhadap
pengawasan keuangan daerah
(APBD)
2. Pengetahuan anggraan dengan
akuntabilitas public berpengaruh
signifikan terhadap pengawasan
APBD
3. Pengetahuan anggraan dengan
partisipasi masyarakat tidak
berpengaruh signifikan terhadap
pengawasan APBD
4. Pengetahuan anggraan dengan
transparansi kebijakan public
tidak berpengaruh tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap pengawasan APBD
6 Martha,
Widya
(2014)
PENGARUH
TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS
TERHADAP KINERJA
INSTANSI
PEMERINTAH PADA
DINAS DI KOTA
BANDUNG (Survey
diInstansi Pemerintah
Kota Bandung)
Besar pengaruh transparansi dalam
memberikan kontribusi pengaruh
terhadap kinerja instansi pemerintah
sebesar 18,5%, sedangkan
akuntabilitas dalam memberikan
kontribusi pengaruh terhadap kinerja
instansi pemerintah sebesar 16,3%.
Jadi besar pengaruh transaparansi
dan akuntabilitas dalam
mempengaruhi kinerja instansi
pemerintah sebesar 34,8%
20
2.8. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu serta tujuan penelitian
mengenai Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat dan Pengawasan
Internal terhadap Kinerja Organisasi maka dapat disusun suatu kerangka
pemikiran seperti pada Gambar 1.1 Model Akuntabilitas Publik, Partisipasi
Masyarakat dan Pengawasan Internal terhadap Kinerja Organisasi berikut ini.
Gambar: 1.1
Kerangka pemikiran
Keterangan :
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
Pengaruh secara simultan
21
Partisipasi
Masyarakat (X2)
Kinerja
Organisasi
(Y)
Akuntabilitas (X1)
Pengawasan Internal
(X3)
Pengaruh secara parsial
2.9. Penetapan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, teori yang mendasari dan acuan
dari penelitian terdahulu dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
2.9.1. Pengaruh Akuntabilitas terhadap kinerja organisasi
Akuntabilias adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk
menggunakan uang publik (public money) secara ekonomi, efisien, dan efektif,
tidak ada pemborosna dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial
sangat penting karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi perhatian utama
masyarakat. Akuntabilitasi finansial mengharuskan lembaga-lembaga publik
untuk membuat laporan keuangan menggambarkan kinerja finansial organisasi
kepada pihak luar (Atmadja, 2013: 15). Jadi akuntabilitas sangat penting dalam
sebuah organisasi dalam mengelola keuangannya. Akuntabilitas tersebut
mengharuskan pegawai dalam organisasi pemerinahan untuk menggunakan uang
dengan sebaik-baiknya dan dapat dipertanggungjawabkan. Seperti penelitian
sebelumnya yaitu penelitian Martha dan Widya (2014), meneliti tentang
Pengaruh transparansi dan akuntabilitas terhadap kinerja instansi pemerintah pada
dinas di kota bandung (Survey Diinstansi Pemerintah Kota Bandung). Penelitian
ini menunjukkan hasil Besar pengaruh transparansi dalam memberikan kontribusi
pengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah sebesar 18,5%, sedangkan
akuntabilitas dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja instansi
pemerintah sebesar 16,3%. Jadi besar pengaruh transaparansi dan akuntabilitas dalam
mempengaruhi kinerja instansi pemerintah sebesar 34,8%. Disini Pegawai akan
memiliki rasa tanggungjawab terhadap pengelolaan keuangannnya sehingga
diharapkan kinerjanya akan semakin meningkat. Dengan akuntabilitas yang baik
pemerintah dapat menghasilkan laporan keuangan yang memenuhi ketentuan
hukum yang berlaku.
H1 : Akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja
Organisasi.
2.9.2. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Kinerja Organisasi.
22
Partisipasi dibutuhkan dalam memperkuat demokrasi, meningkatkan
kualitas dan efektivitas layanan publik. Partisipasi masyarakat merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari pembangunan itu sendiri, sehingga nantinya seluruh
lapisan masyarakat akan memperoleh hak dan kekuatan yang sama untuk
menuntut atau mendapatkan bagian yang adil dari manfaat pembangunan.
Penelitian tentang partisipasi masyarakat pernah dilakukan oleh Sopamah dan Isa
Wahyudi (2004), penelitian ini berjudul Pengaruh Akuntabilitas Pubilik,
Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Pubilik Terhadap Antara
Pengetahuan Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Hasil
penelitiannya menunjukkan Pengetahuan anggraan dengan partisipasi masyarakat
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD.
Dengan adanya partisipasi masyarakat yang akan menjadi pemantau bagi
kinerja pemerintahan, otomatis akan mempengaruhi pelayanan terhadap
masyarakat itu sendiri.
H2 : Partisipasi masyarakat berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja
Organisasi.
2.9.3. Pengaruh Pengawasan Internal terhadap kinerja organisasi
Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer
dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang
direncanakan (Winardi: 585) . penelitian mengenai pengawasan intern pernah
dilakukan oleh Irene Fransisca Ponamon (2014) penelitiannya berjudul Pengaruh
Pengawasan Internal, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan, Dan Kapasitas
Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Pada Skpd Pemerintah Kota Manado, hasil penelitian
menunjukkan Secara parsial variabel Pengawasan Internal, memiliki pengaruh
terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan.
Pengawasan intern bertujuan untuk menjaga integritas informasi
akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan dan
pencurian yang dilakukan oleh pihak di dalam maupun diluar perusahaan, selain
itu pengawasan intern juga harus dapat memudahkan pelacakan kesalahan baik
23
yang disengaja ataupun tidak, demikian rupa sehingga memperlancar prosedur
audit. Dalam hal ini pengawasan internal amat sangat diperlukan dalam suatu
organisasi untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang
mungkin terjadi selama proses operasional organisasi.
H3 : Pengawasan Internal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
organisasi
3. Pengaruh akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan Pengawasan Internal
secara bersama-sama terhadap kinerja organisasi.
Good governance sangat penting diterapkan Dengan adanya
akuntabilitas keuangan atau pertanggungjawaban publik, pengendalian
internal dan komitmen organisasi maka akan mempengaruhi kinerja
pegawai dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya.
Sehingga dengan kinerja pegawai yang disiplin serta komitmen dari
pegawai, keuangan pemerintah dapat dikelola dengan baik dan akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Jadi akuntabilitas ,
partisipasi masyarakat dan adanya pengawasan internal sangat penting
dalam organisasi pemerintah.
H4 : akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan Pengawasan Internal
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja organisasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan penelitian
Penelitian ini dilakukan pada instansi daerah Kabupaten Buleleng, kota
Singaraja. Sasaran pengamatan difokuskan untuk mengetahui Pengaruh
24
Akuntabilitas, Partisipasi masyarakat dan Pengawasan internal terhadap kinerja
organisasi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng. Dalam penelitian
ini menggunakan jenis dan bentuk penelitian kausal komperatif yang dilaksanakan
melalui pengamatan langsung dilapangan dan dipadukan dengan teori yang ada.
Metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi pada
instansi-instansi pemerintah daerah yang berfokus pada dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Buleleng dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
utama. Rancangan penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Rancangan penelitian digambarkan tabel 1.1
25
Pengaruh Akuntabilitas, Partisipasi dan Pengawasan Internal terhadap kinerja organisasi
Perumusan Masalah
Menetapkan Tujuan dan Masalah Penelitian
Menetapkan Konsep Variabel dalam penelitian
Menetapkan Kerangka Konseptual
Menetapkan Hipotesis
Menetapkan Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian Kuantitatif fan Jenis Data Primer serta di dukung oleh Data Sekunder
Kuesioner dan Studi Dokumentasi
Pengujian Instrumen:
Uji Validitas
Uji Reabilitas
Uji Asumsi Klasik:
Uji Normalitas Data
Uji Heterokedastisitas
Uji Multikolinearitas
Pengujian Hipotesis:
Uji Korelasi
Regresi Linier Berganda
Gambar 1.1 Rancangan Penelitian
3.2. Objek Penelitian
Sugiyono (2005: 32) menyatakan: “Objek penelitian merupakan suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”. Yang
menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Buleleng.
3.3. Jenis Penelitian dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.
Sugiyono (2010: 8) menyatakan,
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah menggunakan sumber data primer
dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak
lain atau yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti (Aswar,
1999:91) dalam (Mari Ani, 2014)
26
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan
Dalam penelitian ini sumber data primer berupa jawaban dari kuesioner
yang disebar langsung Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng dan sumber
data sekunder berupa informasi mengenai profil Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Buleleng yang didapat dari situs resmi Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Buleleng.
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Sugiyono (2008: 80) menyatakan populasi sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Jadi populasi merupakan sekumpulan objek yang memiliki karakteristik
tertentu yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan suatu kesimpulan.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng, mulai dari pimpinan sampai dengan
pegawai.
3.4.2. Sampel
Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis),
maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sugiyono (2008: 81)
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tehnik Proposive sampling. Proposive sampling merupakan tehnik pengambilan
sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini peneliti
menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Pimpinan yang memegang posisi sebagai kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Buleleng dan juga sekaligus sebagai pengguna anggaran (PA).
2. Pejabat yang memegang posisi sebagai sekretaris di Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Buleleng.
3. Pegawai pada sub bagian umum di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Buleleng
27
4. Pegawai pada sub bagian Perencanaan di Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Buleleng
5. Pegawai pada sub bagian keuangan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Buleleng
Tabel 4.1 Jumlah sampel Dinas Pekerjaan Umum menurut kriteria diatas
No. Unit Kerja Jumlah
1. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 1 orang
2. Sekretasis Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 1 orang
3. Sub Bagian Umum Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Buleleng
41 orang
4. Sub Bagian Perencanaan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Buleleng
5 orang
5. Sub Bagian Keuangan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Buleleng
21 orang
Total Sampel 69 orang
Jadi responden dalam penelitian ini berdasarkan kriteria diatas adalah
berjumlah 69 orang.
3.5. Definisi Operasional Variabel
Indroantoro dan Supomo (2009: 69) mendefinisikan operasional sebagai
penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Variabel
adalah bagaimana menemukan dan mengukur di lapangan dengan merumuskan
secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Jadi
operasional variabel dapat didefinisikan bagaimana menemukan dan mengukur
variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan
jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator
serta variaber-variabel yang terkait dengan penelitian, sehingga pengujian
hipotesis dengan menggunakan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.
Selain itu, operasionalisasi variabel juga dapat mempermudah mendapatkan data
yang diperlukan bagi penilaian masalah yang diteliti.
28
Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variable
tersebut antara lain:
3.5.1. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain (Indriantoro dan Supomo, 1999: 63). Variabel
independen dalam penelitian ini dalah akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat dan
Pengawasan Internal.
3.5.1.1. Akuntabilitas (X1)
Pengumpulan data mengenai variabel independen ini diperoleh dengan
menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan terstruktur) yang disebarkan pada
responden yang berhubungan dengan Akuntabilitas.
Skala pengumpulan variabel ini adalah skala ordinal dengan memberikan
nilai pada setiap jawaban. Bentuk ini disajikan dalam nilai variabel X berdasarkan
variabel, konsep variabel, indikator, skala pengukuran serta bobot nilainya.
Berikut ini disajikan variabel X1 berdasarkan variabel, konsep variabel, indikator,
serta skala pengukurannya.
3.5.1.2. Partisipasi Masyarakat (X2)
Skala pengumpulan variabel ini adalah skala ordinal dengan memberikan
nilai pada setiap jawaban. Bentuk ini disajikan dalam nilai variabel X berdasarkan
variabel, konsep variabel, indikator, skala pengukuran serta bobot nilainya.
Berikut ini disajikan variabel X2 berdasarkan variabel, konsep variabel, indikator,
serta skala pengukurannya.
3.5.1.3. Pengawasan Internal (X3)
Skala pengumpulan variabel ini adalah skala ordinal dengan memberikan
nilai pada setiap jawaban. Bentuk ini disajikan dalam nilai variabel X berdasarkan
variabel, konsep variabel, indikator, skala pengukuran serta bobot nilainya.
3.5.1.4. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 1999: 63). Variabel dependen
pada penelitian ini adalah Kinerja Organisasi. Pengumpulan data mengenai
29
variabel dependen ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner (daftar
pertanyaan terstruktur) yang disebarkan pada responden. Skala pengumpulan
variabel ini adalah skala ordinal dengan memberikan nilai pada setiap jawaban.
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Akuntabilitas
(X1)
kewajiban dari
suatu badan atau
perorangan dalam
mempertanggungjawabkan
tugas yang menjadi
tanggungjawabnya baik
secara vertikal maupun
horizontal
1. Pertanggungjawaban
kebijakan dari
pemerintah kepada
masyarakat
2. Anggaran yang
ditetapkan sesuai
dengan realisasi
3. Anggaran dirancang
dengan prinsip
efisiensi
4. Anggaran dirancang
dengan prinsip
efektivitas
5. Kebijakan
dilaksanakan sesuai
dengan prosedur yang
berlaku
6. Anggaran
mencerminkan visi,
misi, tujuan, sasaran
dan hasil yang
ditetapkan organisasi
Ordinal
Partisipasi
Masyarakat
(X2)
Partisipasi/keikutsertaan
masyarakat dalam
penentuan kebijakan
organisasi
1. Pengambilan
kebijakan Melibatkan
masyarakat
2. Peran masyarakat
dalam penyusunan
anggaran
3. Kritik dan saran
masyarakat dalam
dalam menentukan
strategi organisasi
Ordinal
Pengawasan
Internal (X3)
Pengendalian lingkungan
oleh manajemen agar tidak
terjadi penyelewengan atas
tujuan yang telah
ditetapkan
1. Pengawasan dari
pemimpin untuk
meningkatkan etos
kerja karyawan
2. Aturan yang memuat
instruksi pengendalian
3. Informasi yang
dihasilkan bersifat
kritis terhadap tujuan
Ordinal
30
organisasi
4. Penilaian terhadap
kualitas kinerja sistem
pengendalian intern
5. Pengawasan oleh
aparat internal secara
rutin
6. Pemisahan tugas untuk
menghindari
kecurangan
Kinerja
Organisasi
(Y)
keseluruhan proses bekerja
dari individu yang dapat
menggambarkan hasil
kerja yang dicapai oleh
suatu organisasi dalam
waktu tertentu.
1. Produktivitas
2. Kualitas Layanan
3. Responsivitas
4. Responsibilitas
5. Akuntabilitas
Ordinal
3.6. Metode Analisis Data
3.6.1. Uji Instrumen Penelitian
Uji Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
digunakan tepat mengukur apa yang ingin diukur atau tidak. Tinggi rendahnya
validitas suatu alat ukur dihitung dengan korelasi Product Moment yang
terdapat pada program komputer SPSS17.0 for Windows dengan rumus dasar
sebagai berikut:
rxy =
}Y)(–Y}{nX)(–X{n
Y)X)((–)XYN(
2222
ΣΣΣΣ
ΣΣ∑
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi
n : jumlah sampel
31
x : variabel bebas
y : variabel terikat
Kriteria keputusan valid tidaknya kuesioner dinyatakan apabila nilai r
yang diperoleh dari hasil perhitungan r hitung product moment > dari nilai r
tabel product moment dengan tarif signifikan 5% maka butir-butir pernyataan
kuesioner adalah valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah pengujian yang menunjukan sejauh mana
pengukuran itu dapat memberikan hasil relatif sama atau tidak berbeda apabila
dilakukan pengulangan pengukuran terhadap subjek yang sama. Pengujian
reliabilitas yang digunakan adalah metode Cronbach Alpha dan dianalisis
dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 17.0 for Windows.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
rii = 





1-k
k





 ∑
− 2
2
1
t
b
α
α
Keterangan:
rii : realibilitas instrumen
k : banyaknya butir pernyataan atau soal
2
bα = varian butir
2
tα = varian soal
Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya
bukan 1 dan 0. Kriteria keputusan reliabel tidaknya kuesioner dinyatakan apabila
nilai alpha cronbach’s>0.60 dengan tarif signifikan 5% maka butir-butir
32
pernyataan kuesioner adalah reliabel dan alpha cornbach’s<0.60 maka butir
pernyataan kuesioner tidak reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi
sederhana, terlebih dahulu data tersebut akan diuji dengan uji heteroskedastisitas,
uji autokorelasi, dan uji normalitas.
a. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode scatter plot,
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot. Dasar
pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2007:125-126):
1. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu
pola tertentu yang teratur, seperti pola bergelombang, melebar,
kemudian menyempit, maka telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak digunakan
berdasarkan masukan variabel X terhadap variabel Y.
b. Uji Autokorelasi
33
Menurut Gujarati (2003), uji autokorelasi ini dapat didefinisikan sebagai
korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu
(seperti dalam data time series) atau ruang (seperti dalam data cross section). Uji
ini dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan regresi layak digunakan
untuk memprediksi atau tidak, karena persamaan regresi yang baik adalah yang
tidak memiliki masalah autokorelasi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada
korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dan
kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2007:99-100).
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson
(DW Tes). Dimana nilai DW table ( dU dan dL) ditentukan pada tingkat
signifikansi atau α = 5 % dan derajat kebebasan df = k ( jumlah variabel
independen ), jumlah = n. Kriteria pengujian untuk pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi, adalah sebagai berikut :
1. Jika 0 < nilai dhit < dl, tidak ada autokorelasi positif, ditolak.
2. Jika dL ≤ nilai dhit ≤ du, tidak ada autokorelasi positif, tidak dapat
disimpulkan.
3. Jika 4 – dl < nilai dhit < 4, tidak ada korelasi negatif, ditolak.
4. Jika du < nilai dhit < 4 – du, tidak ada autokorelasi positif atau negatif,
tidak ditolak.
5. Jika 4 - du ≤ nilai dhit ≤ 4 – dl. Tidak ada autokorelasi negatif, tidak dapat
disimpulkan.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara
variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat
34
korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas, maka model regresi
tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinieritas. Jika antar variabel
independen X’s terjadi multikolinearitas sempurna, koefisien regresi variabel X
tidak dapat ditentukan dan nilai standard error menjadi tak tidak terhingga. Jika
multikolinearitas antar variabel X’s tidak sempurna tetapi tinggi, maka koefisien
regresi X dapat ditentukan, tetapi memiliki nilai standard error yang tinggi yang
berarti nilai koefisien regresi tidak dapat diestimasi dengan tepat (Ghozali, 2009).
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas atau korelasi yang
tinggi antar variabel independen dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jadi tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah tolerance lebih kecil dari 0,10 atau sama dengan
VIF lebih besar dari 10 (Ghozali, 2009).
d. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variable terikat
dengan variable bebas mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi dan normal atau mendekati normal.
Uji normalitas tersebut dapat dilakukan melalui 2 analisis dengan 3 cara uji,
antara lain : menggunakan uji nilai kurtosis dan skewness dari residual yang
merupakan analisis statistik non parametik, sedangkan grafik histogram, dan
kurva penyebaran P-Plot merupakan analisis grafik (Ghozali, 2007: 147-152).
Pada dasarnya uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau garis grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
35
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memnuhi asumsi normalitas.
Untuk uji nilai kurtosis dan skewness dari residual maka ketentuannya adalah
nilai skewness/standar eror adalah ratio skweness (RS), nilai kurtosis/standar eror
adalah ratio kurtosis (RC), apabila – 2 < RS <2 dan -2<RC<2 maka normalitas
terpenuhi.
3.7. Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai dalam menguji hipotesis penelitian ini
adalah dengan menggunakan Multiple Regression Analysis (analisis regresi
berganda). Analisis regresi berganda ini diolah dengan menggunakan program
SPSS for windows versi 17. Analisis regresi linear berganda yang dilakukan
dalam penelitian ini, dilakukan dengan memasukkan dua buah variabel
independen serta satu variabel dependen
e. Pengujian Hipotesis
Menurut Ghozali (2007:87-88) untuk pengujian hipotesis dapat
dilakukan baik secara parsial (uji t) maupun secara serentak (uji F) serta
koefisien determinasi ( R2
). Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah
terdapat pengaruh antara variabel independen yaitu akuntabilitas, partisipasi
masyarakat dan pengawasan internal terhadap variabel dependen yaitu
Kinerja organisasi. Dibawah ini merupakan cara yang dilakukan untuk
menguji hipotesis antara lain:
1. Uji Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Nurhayati, 2011:15). Apakah
variabel independen berpengaruh secara nyata atau tidak.
Hipotesis:
Ho = masing-masing variabel independen tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel dependen.
Ha = masing-masing variabel independen berpengaruh nyata
terhadap variabel dependen.
36
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat
probabilitasnya, yaitu :
Jika probabilitas > 0,05 maka model ditolak
Jika probabilitas < 0,05 maka model diterima
2. Uji Signifikan Simultan ( Uji Statistik F )
Menurut Nurhayati (2011:14) uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen/ terikat. Dengan membandingkan
probabilitas (pada tabel Anova tertulis Sig) dengan taraf nyatanya
(0,05 atau 0,01).
Jika probabilitas > 0,05 maka model ditolak
Jika probabilitas < 0,05 maka model diterima
3. Koefisien Determinasi ( R2
)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur goodness of fit dari
persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentasi variasi
total dalam variabel dependen, yang dijelaskan oleh variabel
independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2007: 87). Nilai koefisien
korelasi terletak diantara 0 dan 1. Nilai R2
= 1, berarti bahwa garis
regresi yang terjadi menjelaskan 100 % variasi dalam variabel
dependen, maka adjusted R2
= R2
= 1, jika R2
= 0 berarti bahwa model
yang terjadi tidak dapat menjelaskan sedikitpun garis regresi yang
terjadi, maka adjusted R2 = (1 – k)/(n-k). Jika k > 1, maka adjusted
R2
akan bernilai negatif. Tapi jika dalam uji empiris didapat nilai
adjusted R2
negatif , maka nilai adjusted R2
dianggap bernilai nol.
Koefisien Determinan ( R2
)Koefisien determinan (R2
) mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara 0 dan 1. Apabila
hanya terdapat satu variabel independen maka R2
yang dipakai, tetapi
apabilaterdapat dua atau lebih variabel independen maka gunakan
Adjusted R2
. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2
pasti
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
37
signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan nilai Adjusted R2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan
ke dalam model.
38

More Related Content

What's hot

Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
Heru Syah Putra
 
Peran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal PemerintahPeran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal Pemerintah
Sujatmiko Wibowo
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Operator Warnet Vast Raha
 
Tgas pkn good governance
Tgas pkn good governanceTgas pkn good governance
Tgas pkn good governanceUkhty Shèýza
 
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan NegaraAkuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Dadang Solihin
 
Makalah good governance
Makalah good governanceMakalah good governance
Makalah good governanceKhuzain Achmed
 
contoh upaya upaya pemberantasan korupsi
contoh upaya upaya pemberantasan korupsicontoh upaya upaya pemberantasan korupsi
contoh upaya upaya pemberantasan korupsi
MAHMUN SYARIF
 
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Tri Widodo W. UTOMO
 
Aktualitas Birokrasi Dalam Menjawab Tantangan Reformasi Birokarasi ( MUSKAMAL...
Aktualitas Birokrasi Dalam Menjawab Tantangan Reformasi Birokarasi ( MUSKAMAL...Aktualitas Birokrasi Dalam Menjawab Tantangan Reformasi Birokarasi ( MUSKAMAL...
Aktualitas Birokrasi Dalam Menjawab Tantangan Reformasi Birokarasi ( MUSKAMAL...Mus kamal
 
21947378 manajemen-strategi-sektor-publik-langkah-tepat-menuju-good-governance
21947378 manajemen-strategi-sektor-publik-langkah-tepat-menuju-good-governance21947378 manajemen-strategi-sektor-publik-langkah-tepat-menuju-good-governance
21947378 manajemen-strategi-sektor-publik-langkah-tepat-menuju-good-governanceAdimarsi
 
Analisis kinerja birokrasi pemerinta.doc
Analisis kinerja birokrasi pemerinta.docAnalisis kinerja birokrasi pemerinta.doc
Analisis kinerja birokrasi pemerinta.docmandala72
 
Paparan Menteri PAN dan RB: REFORMASI BIROKRASI Mewujudkan BIROKRASI BERSIH,...
Paparan Menteri PAN dan RB: REFORMASI BIROKRASI  Mewujudkan BIROKRASI BERSIH,...Paparan Menteri PAN dan RB: REFORMASI BIROKRASI  Mewujudkan BIROKRASI BERSIH,...
Paparan Menteri PAN dan RB: REFORMASI BIROKRASI Mewujudkan BIROKRASI BERSIH,...The Vision and Insight Corner
 
Good governance
Good governanceGood governance
Good governance
Rosim Nyerupa
 
Good government (kel 10)
Good government (kel 10)Good government (kel 10)
Good government (kel 10)
Rayvicky Asmarayandhie
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
Eka Yulianto
 

What's hot (18)

Makalah revormasi birokrasi STIP WUNA
Makalah revormasi birokrasi STIP WUNA Makalah revormasi birokrasi STIP WUNA
Makalah revormasi birokrasi STIP WUNA
 
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
 
Peran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal PemerintahPeran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal Pemerintah
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Tgas pkn good governance
Tgas pkn good governanceTgas pkn good governance
Tgas pkn good governance
 
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan NegaraAkuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
 
Makalah good governance
Makalah good governanceMakalah good governance
Makalah good governance
 
contoh upaya upaya pemberantasan korupsi
contoh upaya upaya pemberantasan korupsicontoh upaya upaya pemberantasan korupsi
contoh upaya upaya pemberantasan korupsi
 
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
 
Aktualitas Birokrasi Dalam Menjawab Tantangan Reformasi Birokarasi ( MUSKAMAL...
Aktualitas Birokrasi Dalam Menjawab Tantangan Reformasi Birokarasi ( MUSKAMAL...Aktualitas Birokrasi Dalam Menjawab Tantangan Reformasi Birokarasi ( MUSKAMAL...
Aktualitas Birokrasi Dalam Menjawab Tantangan Reformasi Birokarasi ( MUSKAMAL...
 
Akuntabilitas
AkuntabilitasAkuntabilitas
Akuntabilitas
 
21947378 manajemen-strategi-sektor-publik-langkah-tepat-menuju-good-governance
21947378 manajemen-strategi-sektor-publik-langkah-tepat-menuju-good-governance21947378 manajemen-strategi-sektor-publik-langkah-tepat-menuju-good-governance
21947378 manajemen-strategi-sektor-publik-langkah-tepat-menuju-good-governance
 
Pengantar asp
Pengantar aspPengantar asp
Pengantar asp
 
Analisis kinerja birokrasi pemerinta.doc
Analisis kinerja birokrasi pemerinta.docAnalisis kinerja birokrasi pemerinta.doc
Analisis kinerja birokrasi pemerinta.doc
 
Paparan Menteri PAN dan RB: REFORMASI BIROKRASI Mewujudkan BIROKRASI BERSIH,...
Paparan Menteri PAN dan RB: REFORMASI BIROKRASI  Mewujudkan BIROKRASI BERSIH,...Paparan Menteri PAN dan RB: REFORMASI BIROKRASI  Mewujudkan BIROKRASI BERSIH,...
Paparan Menteri PAN dan RB: REFORMASI BIROKRASI Mewujudkan BIROKRASI BERSIH,...
 
Good governance
Good governanceGood governance
Good governance
 
Good government (kel 10)
Good government (kel 10)Good government (kel 10)
Good government (kel 10)
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. sistim pengawasan intern...
 

Viewers also liked

Skrip
SkripSkrip
Bab ii
Bab iiBab ii
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...Kotjo Negoro
 
Analisis hubungan-perataan-laba
Analisis hubungan-perataan-labaAnalisis hubungan-perataan-laba
Analisis hubungan-perataan-labaMasnaul Fuadati
 
Pengaruh kinerja perusahaan jasa terhadap consumer behavior
Pengaruh kinerja perusahaan jasa terhadap consumer behaviorPengaruh kinerja perusahaan jasa terhadap consumer behavior
Pengaruh kinerja perusahaan jasa terhadap consumer behavior
Bintan Setyawan
 
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA JASA PARKIR ...
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA JASA PARKIR ...PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA JASA PARKIR ...
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA JASA PARKIR ...
yoan santoso
 

Viewers also liked (6)

Skrip
SkripSkrip
Skrip
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
 
Analisis hubungan-perataan-laba
Analisis hubungan-perataan-labaAnalisis hubungan-perataan-laba
Analisis hubungan-perataan-laba
 
Pengaruh kinerja perusahaan jasa terhadap consumer behavior
Pengaruh kinerja perusahaan jasa terhadap consumer behaviorPengaruh kinerja perusahaan jasa terhadap consumer behavior
Pengaruh kinerja perusahaan jasa terhadap consumer behavior
 
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA JASA PARKIR ...
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA JASA PARKIR ...PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA JASA PARKIR ...
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA JASA PARKIR ...
 

Similar to Fix

SLIDE AKUNTABILITAS PNS.pptx
SLIDE AKUNTABILITAS PNS.pptxSLIDE AKUNTABILITAS PNS.pptx
SLIDE AKUNTABILITAS PNS.pptx
IskandarFitrayogi
 
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Rahmatia Azzindani
 
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RIImplementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
AzhyqaRereanticaMart
 
Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan Daerah
Askam
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Operator Warnet Vast Raha
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...murianda
 
Rekonstruksi kultural birokrasi
Rekonstruksi kultural birokrasiRekonstruksi kultural birokrasi
Rekonstruksi kultural birokrasi
Bambang Wicaksono Triantoro
 
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIATRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
Universitas Sriwijaya
 
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJAHUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJAAbby Lee
 
5902 14320-1-sm
5902 14320-1-sm5902 14320-1-sm
5902 14320-1-sm
pandirambo900
 
Unud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-iiUnud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-iirhyatokotua
 
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Kurniawan Saputra
 
Artikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentArtikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentAstri Yulia
 
Efektivitas alat ukur badan usaha milik negara (2)
Efektivitas alat ukur  badan usaha milik negara (2)Efektivitas alat ukur  badan usaha milik negara (2)
Efektivitas alat ukur badan usaha milik negara (2)
Isdianto Isdianto
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Hanifmaruf19
 

Similar to Fix (20)

Reformasi birokrasi
Reformasi birokrasiReformasi birokrasi
Reformasi birokrasi
 
Good governance
Good governanceGood governance
Good governance
 
SLIDE AKUNTABILITAS PNS.pptx
SLIDE AKUNTABILITAS PNS.pptxSLIDE AKUNTABILITAS PNS.pptx
SLIDE AKUNTABILITAS PNS.pptx
 
Kepuasan wp
Kepuasan wpKepuasan wp
Kepuasan wp
 
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
 
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RIImplementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
 
Governance
GovernanceGovernance
Governance
 
Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan Daerah
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Rekonstruksi kultural birokrasi
Rekonstruksi kultural birokrasiRekonstruksi kultural birokrasi
Rekonstruksi kultural birokrasi
 
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIATRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
 
Sop
SopSop
Sop
 
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJAHUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
 
5902 14320-1-sm
5902 14320-1-sm5902 14320-1-sm
5902 14320-1-sm
 
Unud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-iiUnud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-ii
 
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
 
Artikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentArtikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing government
 
Efektivitas alat ukur badan usaha milik negara (2)
Efektivitas alat ukur  badan usaha milik negara (2)Efektivitas alat ukur  badan usaha milik negara (2)
Efektivitas alat ukur badan usaha milik negara (2)
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
 

Recently uploaded

Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 

Recently uploaded (20)

Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 

Fix

  • 1. PENGARUH AKUNTABILITAS, PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENGAWASAN INTERNAL TERHADAP KINERJA ORGANISASI (Studi Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng) OLEH: GEDE POSE RAHARJA NIM 1114081077 JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Organisasi sektor publik di Indonesia semakin berkembang seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Berbagai macam pelayanan dilakukan oleh pemerintah baik dalam bidang keuangan, bidang kesehatan, bidang pendidikan dan sebagainya yang penerapannya di lapangan mencerminkan bentuk keseriusan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan tersebut, diperlukan keselarasan antara pemerintah daerah, legislatif, masyarakat serta pihak-pihak yang terkait lainnya (Kurniawan, 2011). Seiring berkembang pesatnya suatu perusahaan atau organisasi ke dalam skala yang semakin besar, pemimpin organisasi tidak dapat secara langsung mengawasi semua operasi dan aktivitas yang dijalankan organisasi tersebut. Maka pemimpin manajemen organisasi perlu mendelegasikan wewenangnya kedalam prosedur-prosedur pengendalian intern. Pengendalian intern juga berguna untuk menjaga aset dari kegiatan yang merugikan organisasi seperti pencurian dan manipulasi data organisasi dan juga untuk meminimalisir kesalahan dalam proses akuntansi organisasi serta meningkatkan akurasi dari pencatatan yang dilakukan. Pengendalian intern sangat diperlukan agar langkah-langkah yang diambil sesuai dengan apa yang direncanakan dan menemukan hasil yang diharapkan. Ketelitian manajemen dan kemampuan pegawai/karyawan sangat mempengaruhi bagaimana pengendalian intern ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan organisasi. Pengendalian internal bertujuan untuk melindungi kekayaan organisasi dengan cara meminimalisasi penyimpangan dan pemborosan serta memaksimalkan efisiensi dan efektifitas kinerja organisasi/instansi pemerintah (Tresnawati, 2012). Pengendalian Intern berguna dalam berbagai bidang dalam suatu unit organisasi. Khususnya dalam pengelolaan kas, pengendalian intern ini sangat amat diperlukan keberadaannya mengingat kas merupakan aktiva 2
  • 3. perusahaan yang paling likuid dan semua transaksi yang dilakukan pada akhirnya berhubungan dengan kas. Penerimaan kas pada suatu entitas perusahaan sangat mempengaruhi keberlangsungan dari entitas tersebut. Maka diperlukan suatu pengendalian intern yang memadai untuk menjaga agar penerimaan kas dapat berjalan stabil. Berbagai pengendalian intern dapat dilakukan suatu organisasi khususnya dalam penelitian ini yaitu pengawasan internal. Mewujudkan pemerintahan yang baik/amanah (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk memenuhi aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Sehubungan dengan hal tersebut, telah dilakukan berbagai upaya yaitu dengan ditetapkannya Tap. MPR RI No.XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; Undang-undang No.28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Good governance dapat diartikan sebagai pelayanan publik yang efisien, sistem pengadilan yang dapat diandalkan, pemerintahan yang bertanggung jawab (accountable) pada publiknya. Dalam good governance, akuntabilitas publik merupakan elemen terpenting dan merupakan tantangan utama yang dihadapi pemerintah dan pegawai negeri (Manurung, 2012). Dalam penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas pemerintah tidak dapat diketahui tanpa pemerintah memberitahukan kepada rakyat tentang informasi sehubungan dengan pengumpulan sumber daya dan sumber dana masyarakat beserta penggunaannya. Salah satu akuntabilitas publik adalah akuntabilitas financial (keuangan) dimana mengharuskan lembaga- lembaga publik untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi kepada pihak luar (Mahmudi, 2005). Menurut Ratnayani (2013), Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapi tujuan dan cita-cita bangsa dan Negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga dalam penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya guna, serta bebas KKN. 3
  • 4. Kinerja sektor publik adalah kinerja birokrat atau pemerintah maupun pengelolan BUMN/BUMD (yang mewakili negara) dalam menyediakan berbagai kepentingan masyarakat serta menyediakan pelayanan umum kepada masyarakat Sinambela (2012: 184). Salah satu instansi yang mencerminkan kinerja pemerintah di dearah adalah SKPD. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan instrumen manajemen pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala SKPD. Aspek-aspek dalam manajemen pembangunan daerah terwadahi dalam satu atau beberapa SKPD. Kinerja SKPD menentukan kinerja pada tiap aspek manajemen pembangunan daerah, yang pada gilirannya, menentukan kinerja daerah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah. SKPD bisa meliputi Badan, Dinas, Kantor dan unit lainnya. Tujuan kinerja, evaluasi kinerja, dan kualitas laporan keuangan menjadi perhatian pimpinan masing–masing SKPD karena hasil penilaian kinerja dan laporan keuangan agar sesuai dengan yang diharapkan. Setiap SKPD wajib melaksanakan akuntansi terhadap transaksi ekonomi yang terjadi pada bagiannya, sehingga menghasilkan laporan keuangan (Ratnayani, 2013). Sistem dan pengendalian yang baik hendaknya sejalan dengan peningkatan kinerja pemerintahan. Hal ini penting untuk dievaluasi untuk mengingat banyaknya peraturan tertulis yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat sampai pada kebijakan pemerintah daerah itu sendiri. Realisasi diharapkan mampu menghapus pandangan negatif masyarakat mengenai kinerja pemerintah. Kepengurusan SKPD harus didorong lebih transparan, profesional dan efisien melalui pengambilan keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng merupakan salah satu satuan kerja perangkat daerah yang melayani masyarakat di bidang pekerjaan umum. Dinas ini memiliki uraian tugas dan fungsi yang sangat kompleks khususnya pada bagian akuntansi. Selain itu dinas ini memiliki fungsi mengendalikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan masyarakat yang menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). 4
  • 5. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng pernah menjadi sorotan publik karena sempat terjadi kasus yang mengarah pada kecurangan dilakukan oleh manajemen organisasi atau dari pihak internal instansi itu sendiri. Menurut TEMPO (2008), telah terjadi kasus dugaan korupsi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng pada tahun 2004 lalu ketika Dinas PU masih bernama Dinas Bina Marga, Pengairan, dan Pertambangan. Pimpinan di instansi tersebut mengajukan permohonan pembelian alat berat wheel backhol loader kepada Bupati Buleleng. Namun anggaran untuk pembelian alat berat itu diduga digelembungkan (mark up). Alat berat yang sebenarnya seharga Rp 425.700.000 digelembungkan menjadi Rp 935.000.000, sehingga negara dirugikan Rp 509.300.000 Kasus seperti itu terjadi dikarenakan lemahnya pengawasan internal dari instansi/organisasi tersebut. Maka dari itu dibutuhkan tata kelola yang baik dari manajemen suatu organisasi. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat maupun dengan memperketat pengawas internal, suatu tindakan yang mengarah ke tindak kecurangan atau tindakan yang dapat merugikan kelangsungan organisasi tersebut dapat diminimalisir. Maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan menggali informasi untuk mengetahui bagaimana akuntabilitas, partisipasi masyakarat dan pengawasan internal terhadap kinerja organisasi khususnya pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng. Beberapa penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Budi Mulyawan (2009), mengenai Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap kinerja organisasi. Hasil penelitiannya menunjukkan Terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan good governance terhadap kinerja organisasi sebesar 31,69%, sehingga hipotesis menyatakan ada pengaruh antara pelaksanaan good governance terhadap kinerja organisasi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Juanita Fatmala & Baihaqi (2014) yang meneliti tentang Pengaruh penerapan sistem akuntansi pemerintah daerah, pemahaman akuntansi, dan ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, variabel akuntansi pemerintah daerah, pemahaman akuntansi dan ketaatan pada peraturan perundangan masing-masing berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. penelitian 5
  • 6. Martha dan Widya (2014), meneliti tentang Pengaruh transparansi dan akuntabilitas terhadap kinerja instansi pemerintah pada dinas di kota bandung (Survey Diinstansi Pemerintah Kota Bandung). Penelitian ini menunjukkan hasil Besar pengaruh transparansi dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah sebesar 18,5%, sedangkan akuntabilitas dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah sebesar 16,3%. Jadi besar pengaruh transaparansi dan akuntabilitas dalam mempengaruhi kinerja instansi pemerintah sebesar 34,8% Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Sopamah dan Isa Wahyudi (2004), penelitian ini berjudul Pengaruh Akuntabilitas Pubilik, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Pubilik Terhadap Antara Pengetahuan Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Hasil penelitiannya menunjukkan Pengetahuan anggaran berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD), Pengetahuan anggraan dengan akuntabilitas public berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD, Pengetahuan anggraan dengan partisipasi masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD, Pengetahuan anggra an dengan transparansi kebijakan public tidak berpengaruh tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan APBD. Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Akuntabilitas, Partisipasi masyarakat Dan Pengawasan Internal Terhadap Kinerja Organisasi (Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng)”. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah: 1.2.1. Bagaimana pengaruh Akuntabilitas terhadap kinerja organisasi ? 1.2.2. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap kinerja organisasi ? 1.2.3. Bagaimana pengaruh pengawasan internal terhadap kinerja organisasi ? 1.2.4. Bagaimana pengaruh Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan pengawasan internal secara bersama-sama terhadap kinerja organisasi ? 6
  • 7. 1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1. Untuk mengetahui pengaruh Akuntabilitas terhadap kinerja organisasi ? 1.3.2. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap kinerja organisasi ? 1.3.3. Untuk Mengetahui pengaruh pengawasan internal terhadap kinerja organisasi ? 1.3.4. Untuk mengetahui pengaruh Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan pengawasan internal secara bersama-sama bersama-sama terhadap kinerja organisasi ? 1.4. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pihak lain yang berkepentingan terhadap penelitian ini. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis untuk memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan pengawasan internal terhadap kinerja organisasi 2. Bagi pihak yang diteliti dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum di Kabupaten Buleleng, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak manajemen dan karyawan pada Dinas Pekerjaan Umum di Kabupaten Buleleng dalam pengambilan kebijakan. 7
  • 8. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Organisasi Menurut Suyadi Prawirosentono (2008: 2) dalam Dewi (2012) menyatakan Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Muhammad Zainur (2010: 41) dalam Dewi (2012) mendefinisikan kinerja merupakan keseluruhan proses bekerja dari individu yang hasilnya dapat digunakan landasan untuk menentukan apakah pekerjaan individu tersebut baik atau sebaliknya. Menurut Wirawan, (2009: 5) dalam Dewi (2012) Kinerja juga merupakan keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Menurut Sinambela (2012: 184) kinerja sektor publik adalah kinerja birokrat atau pemerintah maupun pengelolan BUMN/BUMD (yang mewakili negara) dalam menyediakan berbagai kepentingan masyarakat serta menyediakan pelayanan umum kepada masyarakat. Penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan suatu proses yang dilakukan secara sistematis terhadap kenerja pegawai berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka. Termasuk didalamnya mencakup penilaian terhadap seluruh kegiatan program dan proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, oenilaian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor penting guna mengembangkan organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program penilaian prestasi kerja. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi telah memanfaatka secara baik SDM yang 8
  • 9. dimiliki (Amins, 2012: 91). Menurut Ivancevich (2007) dalam Amins (2012: 91) penilaian kinerja merupakan aktivitas yang digunakan untuk menetukan pada tingkat mana seorang pekerja (dalam hal ini aparatur pemerintah) menyelesaikan pekerjaannya secara efektif. Penilaian kinerja terhadap pekerjaan pegawai diperlukan agar perilaku mereka dapat diarahkan guna melakukan pekerjaan dengan baik, sehingga tercapailah tujuan organisasi. Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk pengambilan keputusan kepegawaian, seperti untuk kenaikan pangkat, pemindahan tugas, pendidikan dan pelatihan, atau pemberhentian kerja. Penilaian kinerja juga merupakan alat ukur manajemen yang digunakan untuk menilai tingkat pertanggungjawaban seseorang dalam melakukan pekerjaan. Selain itu, hasil penilaian kinerja ini dapat juga memberikan umpan balik bagi pelaku kerja sehingga yang bersangkutan mengerti bagaimana penilaian organisasi berhasil kinerjanya. Suatu pemerintahan dapat dikatakan berhasil jika terdapat bukti – bukti atau indikator atau ukuran pencapaian yang mengarah kepada pencapaian visi, misi dan tujuan pemerintah daerah yang bersangkutan (Amins, 2012: 91). Penilaian kinerja yang efektif berfokus pada serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang menjadi kewajiban serta hasil yang diperolehnya dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Untuk melakukan penilaian knerja dapat dilaksanakan oleh siapa saja yang paham benar tentang perilaku karyawan atau pegawai secara individual. Untuk melakukan penilaian kinerja seseorang sangan membutuhkan sumber informasi yang relevan dengan tugas ang dikerjakannya. Sumber informasi yang sering digunakann untuk mengukur kinerja yang aktual dapat dilakukan dengan cara observasi secara personal, laporan statistik, laporan lisan, laporan tertulis dan data dasar (data base) yang diakses melalui komputer (Amins, 2012: 94). Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan keseluruhan proses bekerja dari individu yang dapat menggambarkan hasil kerja yang dicapai oleh suatu organisasi dalam waktu tertentu. 2.2. Akuntabilitas 9
  • 10. Menurut Mulyana (2006), Menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung arti pertanggungjawaban, baik oleh orang-orang maupun badan-badan yang dipilih, atas pilihan-pilihan dan tindakan-tindakannya. Mardiasmo (2002) dalam Setiawan (2012) menjelaskan akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut Pengertian akuntabilitas publik menurut Mardiasmo (2009:20) adalah: ”Kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktifitasnya dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut”. Mardiasmo (2009:21) mengatakan bahwa akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: 1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability). 2. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Sedangkan akuntabilitas horisontal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada masyarakat secara luas. Ellwood (1993) dalam Mardiasmo (2009) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu : 1) Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (accountability for probity and legalty) Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran merupakan Akuntabilitas lembaga- lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan menaati ketentuan hukum yang berlaku. Penggunaan dana publik harus dilakukan secara benar 10
  • 11. dan telah mendapat otorisasi. Akuntabilitas hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam menjalankan organisasi, sedangkan Akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum menuntut penegak hukum (law enforcemen), sedangkan Akuntabilitas kejujuran menuntut adanya praktik organisasi yang sehat dengan tidak terjadinya malpraktik dan maladministrasi. 2) Akuntabilitas Manajerial atau Akuntabilitas Proses (managerial accountability) Akuntabilitas proses/manajerial adalah pertanggungjawabaan lembaga publik untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien. Akuntabitilas manajerial dapat juga diartikan sebagai Akuntabilitas kinerja (perfomance accountability). Inefisiensi organisasi publik adalah menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada klien atau customernya. Akuntabiltas manajerial juga berkaitan dengan Akuntabilitas proses (process accountiability) yang berarti bahwa proses organisasi harus dipertanggungjawabkan, dengan kata lain tidak terjadi inefisiensi dan ketidakefektifan organisasi. Analisis terhadap Akuntabilitas sektor publik akan banyak berfokus pada Akuntabilitas manajerial. Akuntabilitas manajerial merupakan Akuntabilitas bawahan kepada atasan dalam suatu organisasi. Akuntabilitas manajerial menjadi perhatian utama manajer sektor publik dalam melaksanakan sistem manajer berbasis kinerja. 3) Akuntabilitas Program (program accountability); Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksaan program. Dengan kata lain, Akuntabilitas program berarti bahwa program- program organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu yang mendukung strategi dan pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. 11
  • 12. 4) Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability); Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak di masa depan. Dalam membuat suatu kebijakan harus dipertimbangkan terlebih dahulu apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholder) aman yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampaknya atas kebijakan tersebut. 5) Akuntabilitas finansial Akuntabilias finansial atau akuntabilitas keuangan adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan uang publik (public money) secara ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada pemborosna dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial sangat penting karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi perhatian utama masyarakat. Akuntabilitasi finansial mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan keuangan menggambarkan kinerja finansial organisasi kepada pihak luar. Menurut Mursyidi (2009) menjelaskan bahwa Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Menurut beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntabilitas adalah kewajiban dari suatu badan atau perorangan dalam mempertanggungjawabkan tugas yang menjadi tanggungjawabnya baik secara vertikal maupun horizontal 2.3. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, 12
  • 13. melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekadar memotivasi dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007). Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut. Ada enam jenis tafsiran mengenai partisipasi masyarakat tersebut antara lain: 1. partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek atau program pembangunan tanpa ikut serta dalam pengambil keputusan. 2. partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek- proyek atau program-program pembangunan. 3. partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. 4. partisipasi adalah penetapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek/program agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial. 5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri. 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka. Conyer dalam Soetomo (2006), mengemukakan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan 13
  • 14. dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu: 1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. 2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melakukan tugasnya sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan. 3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi. 4. Perencanaan melalui pemerintah lokal. 5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community development) Menurut Slamet (2003), berdasarkan pengertian partisipasi, maka partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis : 1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya. 2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya. 3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung. 4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. 5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menerima hasilnya. Menurut Notoatmodjo (2007), di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat berbentuk daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di dalam 4 M, yakni manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras, batu, dan sebagainya), dan mind (ide atau gagasan). 14
  • 15. Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijakan organisasi 2.4. Pengawasan Intern 2.4.1. Pengertian Pengawasan Intern Pengertian pengawasan internal dalam arti luas dapat dibagi dua yaitu pengawasan administratif dan pengawasan akuntansi. Pengawasan administrasi meliputi rencana organisasi dan semua cara serta prosedur-prosedur yang berhubungan dengan efisiensi usaha dan ketaatan terhadap kebijakan pimpinan perusahaan. Pengawasan akuntansi meliputi rencana organisasi dan semua cara serta prosedur-prosedur yang berhubungan dengan pengamanan harta milik perusahaan serta dapat dipercayanya laporan keuangan. Menurut Mukthar (1999:40) menyatakan: “ Pengawasan adalah proses pemberian pengaruh terhadap suatu aktivitas suatu objek, mahluk hidup atau sistem. Pengawasan dapat membantu perusahaan dalam mengontrol kegiatan perusahaan dan merupakan suatu tujuan dari sistem informasi akuntansi. Akuntansi membantu mencapai tujuan dengan mendesain sistem pengawasan yang efektif untuk meyakinkan tercapainya tujuan dengan efektif”. Pengawasan internal sangat penting dalam perkembangan operasi perusahaan, karena masalah-masalah yang timbul sangat kompleks. Dengan demikian, diperlukan suatu pengawasan internal yang baik dan memadai. sesuai dengan perkembangan zaman dan juga perkembangan dunia usaha, istilah pengawasan internal pun mengalami perkembangan tidak hanya untuk mengawasi kecermatan dari pembukuan, tetapi mempunyai arti luas yaitu meliputi seluruh organisasi perusahaan. Menurut Winardi (2000: 585) menyatakan: “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan”. Pernyataan lain dari Basu Swasta (1985) menyatakan: “pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”. 15
  • 16. Menurut Boynton dkk (2003 : 373) Pengawasan adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut : a. Keandalan pelaporan keuangan b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku c. Efektivitas dan efisiensi operasi Pengawasan intern merupakan suatu proses, ini berarti alat untuk mencapai suatu akhir, bukan akhir itu sendiri, pengawasan intern terdiri dari serangkaian tindakan yang meresap dan terintegrasi dengan tidak ditambahkan kedalam infrastruktur suatu entitas. Pengawasan intern dilaksanakan oleh orang bukan hanya suatu dewan direksi, manajemen dan personel lainnya. Pengawasan dapat diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang memadai bukan keyakinan yang mutlak kepada manajemen dan dewan direksi suatu entitas karena keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengawasan intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan manfaat relatif dari pengadaan pengawasan. Pengawasan intern diarahkan pada pencapaian tujuan dalam kategori-kategori yang saling tumpang tindih dari pelaporan keuangan kepatuhan dan operasi-operasi. Menurut Nugroho Widjajanto (2001 : 18) Sistem Pengawasan Intern adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk : a. Mengamankan aktiva perusahaan b. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi c. Meningkatkan efisiensi 16
  • 17. d. Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi. 2.4.2. Tujuan Sistem Pengawasan Intern Menurut Warren dkk (2005 : 236) Tujuan Pengendalian Intern : Pengendalian intern memberikan jaminan yang wajar bahwa : a. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha. Pengendalian internal dapat dilindungi aktiva dari pencurian, pengelapan, penyalahgunaan, atau penempatan aktiva pada lokasi yang tidak tepat. Salah satu pelanggaran paling paling serius terhadap pengendalian internal adalah penggelapan oleh karyawan. b. Informasi bisnis akurat Informasi bisnis yang akurat dperlukan demi keberhasilan usaha. Penjagaan aktiva dan informasi yang akurat sering berjalan seiring. Sebabnya adalah karena karyawan yang ingin menggelapkan aktiva juga perlu menutupi penipuan tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansi. c. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan Perusahaan harus mematuhi perundang-undangan dan peraturan yang berlaku serta standar pelaporan keuangan. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa pengawasan intern adalah suatu pengendalian lingkungan oleh manajemen agar tidak terjadi kecurangan atas tujuan yang telah ditetapkan bertujuan untuk menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan dan pencurian yang dilakukan oleh pihak di dalam maupun diluar perusahaan, selain itu pengawasan intern juga harus dapat memudahkan pelacakan kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak, demikian rupa sehingga memperlancar prosedur audit. 2.5. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 17
  • 18. Dinas pekerjaan umum merupakan satuan perangkat kerja pemerintah daerah yang bergerak pada sektor pekerjaan umum, badan ini bertugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang pekerjaan umum. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Dinas pekerjaan umum memiliki beberapa fungsi seperti: Merumuskan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum berdasarkan ketetapan Bupati; Pengendalian dan pengawasan rencana tata ruang kabupaten, penyelenggaraan urusan pemerintah dibidang pekerjaan umum dan perumahan; pengawasan, pemeliharaan dan pengendalian urusan energy dan sumber daya mineral; penatausahaan dinas. 2.6. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang akan mengarahkan penelitian ini yaitu: NO. NAMA PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN 18
  • 19. 1. Irene Fransisca Ponamon (2014) Pengaruh Pengawasan Internal, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan, Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada Skpd Pemerintah Kota Manado Secara parsial variabel Pengawasan Internal (X1), memiliki pengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan (X2) berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan. berbeda dengan variabel pengawasan internal dan pemahaman sistem akuntansi keuangan yang memiliki pengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan, untuk variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) memiliki pengaruh negatif terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Secara bersama-sama pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan, kapasitas sumber daya manusia berpengaruh dan searah/positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan dengan kontribusi sebesar 29,7%. 2. Budi Mulyawan (2009) Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja organisasi Terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan good governance terhadap kinerja organisasi sebesar 31,69%, sehingga hipotesis menyatakan ada pengaruh antara pelaksanaan good governance terhadap kinerja organisasi 3. Juanita Fatmala & Baihaqi (2014) Pengaruh penerapan sistem akuntansi pemerintah daerah, pemahaman akuntansi, dan ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas 1. Penerapan sistem akuntansi pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. 2. Pemahaman akuntansi berpengaruh positif terhadap 19
  • 20. kinerja instansi pemerintah akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. 3. Ketaatan pada peraturan perundangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. 4. Nababan, Halasan T.H (2014) Analisis pengaruh pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja pegawai pada SKPD pemerintah kota medan Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja pegawai Pada SKPD Pemerintah Kota Medan 5 Sopamah dan Isa Wahyudi (2004) Pengaruh Akuntabilitas Pubilik, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Pubilik Terhadap Antara Pengetahuan Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) 1. Pengetahuan anggaran berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD) 2. Pengetahuan anggraan dengan akuntabilitas public berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD 3. Pengetahuan anggraan dengan partisipasi masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD 4. Pengetahuan anggraan dengan transparansi kebijakan public tidak berpengaruh tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan APBD 6 Martha, Widya (2014) PENGARUH TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA DINAS DI KOTA BANDUNG (Survey diInstansi Pemerintah Kota Bandung) Besar pengaruh transparansi dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah sebesar 18,5%, sedangkan akuntabilitas dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah sebesar 16,3%. Jadi besar pengaruh transaparansi dan akuntabilitas dalam mempengaruhi kinerja instansi pemerintah sebesar 34,8% 20
  • 21. 2.8. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu serta tujuan penelitian mengenai Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat dan Pengawasan Internal terhadap Kinerja Organisasi maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran seperti pada Gambar 1.1 Model Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat dan Pengawasan Internal terhadap Kinerja Organisasi berikut ini. Gambar: 1.1 Kerangka pemikiran Keterangan : X = variabel bebas Y = variabel terikat Pengaruh secara simultan 21 Partisipasi Masyarakat (X2) Kinerja Organisasi (Y) Akuntabilitas (X1) Pengawasan Internal (X3)
  • 22. Pengaruh secara parsial 2.9. Penetapan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah penelitian, teori yang mendasari dan acuan dari penelitian terdahulu dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 2.9.1. Pengaruh Akuntabilitas terhadap kinerja organisasi Akuntabilias adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan uang publik (public money) secara ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada pemborosna dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial sangat penting karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi perhatian utama masyarakat. Akuntabilitasi finansial mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan keuangan menggambarkan kinerja finansial organisasi kepada pihak luar (Atmadja, 2013: 15). Jadi akuntabilitas sangat penting dalam sebuah organisasi dalam mengelola keuangannya. Akuntabilitas tersebut mengharuskan pegawai dalam organisasi pemerinahan untuk menggunakan uang dengan sebaik-baiknya dan dapat dipertanggungjawabkan. Seperti penelitian sebelumnya yaitu penelitian Martha dan Widya (2014), meneliti tentang Pengaruh transparansi dan akuntabilitas terhadap kinerja instansi pemerintah pada dinas di kota bandung (Survey Diinstansi Pemerintah Kota Bandung). Penelitian ini menunjukkan hasil Besar pengaruh transparansi dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah sebesar 18,5%, sedangkan akuntabilitas dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah sebesar 16,3%. Jadi besar pengaruh transaparansi dan akuntabilitas dalam mempengaruhi kinerja instansi pemerintah sebesar 34,8%. Disini Pegawai akan memiliki rasa tanggungjawab terhadap pengelolaan keuangannnya sehingga diharapkan kinerjanya akan semakin meningkat. Dengan akuntabilitas yang baik pemerintah dapat menghasilkan laporan keuangan yang memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. H1 : Akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Organisasi. 2.9.2. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Kinerja Organisasi. 22
  • 23. Partisipasi dibutuhkan dalam memperkuat demokrasi, meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan publik. Partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan itu sendiri, sehingga nantinya seluruh lapisan masyarakat akan memperoleh hak dan kekuatan yang sama untuk menuntut atau mendapatkan bagian yang adil dari manfaat pembangunan. Penelitian tentang partisipasi masyarakat pernah dilakukan oleh Sopamah dan Isa Wahyudi (2004), penelitian ini berjudul Pengaruh Akuntabilitas Pubilik, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Pubilik Terhadap Antara Pengetahuan Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Hasil penelitiannya menunjukkan Pengetahuan anggraan dengan partisipasi masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD. Dengan adanya partisipasi masyarakat yang akan menjadi pemantau bagi kinerja pemerintahan, otomatis akan mempengaruhi pelayanan terhadap masyarakat itu sendiri. H2 : Partisipasi masyarakat berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Organisasi. 2.9.3. Pengaruh Pengawasan Internal terhadap kinerja organisasi Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan (Winardi: 585) . penelitian mengenai pengawasan intern pernah dilakukan oleh Irene Fransisca Ponamon (2014) penelitiannya berjudul Pengaruh Pengawasan Internal, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan, Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada Skpd Pemerintah Kota Manado, hasil penelitian menunjukkan Secara parsial variabel Pengawasan Internal, memiliki pengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan. Pengawasan intern bertujuan untuk menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan dan pencurian yang dilakukan oleh pihak di dalam maupun diluar perusahaan, selain itu pengawasan intern juga harus dapat memudahkan pelacakan kesalahan baik 23
  • 24. yang disengaja ataupun tidak, demikian rupa sehingga memperlancar prosedur audit. Dalam hal ini pengawasan internal amat sangat diperlukan dalam suatu organisasi untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi selama proses operasional organisasi. H3 : Pengawasan Internal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja organisasi 3. Pengaruh akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan Pengawasan Internal secara bersama-sama terhadap kinerja organisasi. Good governance sangat penting diterapkan Dengan adanya akuntabilitas keuangan atau pertanggungjawaban publik, pengendalian internal dan komitmen organisasi maka akan mempengaruhi kinerja pegawai dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya. Sehingga dengan kinerja pegawai yang disiplin serta komitmen dari pegawai, keuangan pemerintah dapat dikelola dengan baik dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Jadi akuntabilitas , partisipasi masyarakat dan adanya pengawasan internal sangat penting dalam organisasi pemerintah. H4 : akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan Pengawasan Internal secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja organisasi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan pada instansi daerah Kabupaten Buleleng, kota Singaraja. Sasaran pengamatan difokuskan untuk mengetahui Pengaruh 24
  • 25. Akuntabilitas, Partisipasi masyarakat dan Pengawasan internal terhadap kinerja organisasi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng. Dalam penelitian ini menggunakan jenis dan bentuk penelitian kausal komperatif yang dilaksanakan melalui pengamatan langsung dilapangan dan dipadukan dengan teori yang ada. Metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi pada instansi-instansi pemerintah daerah yang berfokus pada dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data utama. Rancangan penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Rancangan penelitian digambarkan tabel 1.1 25 Pengaruh Akuntabilitas, Partisipasi dan Pengawasan Internal terhadap kinerja organisasi Perumusan Masalah Menetapkan Tujuan dan Masalah Penelitian Menetapkan Konsep Variabel dalam penelitian Menetapkan Kerangka Konseptual Menetapkan Hipotesis Menetapkan Jenis dan Metode Pengumpulan Data Penelitian Kuantitatif fan Jenis Data Primer serta di dukung oleh Data Sekunder Kuesioner dan Studi Dokumentasi Pengujian Instrumen: Uji Validitas Uji Reabilitas Uji Asumsi Klasik: Uji Normalitas Data Uji Heterokedastisitas Uji Multikolinearitas Pengujian Hipotesis: Uji Korelasi Regresi Linier Berganda
  • 26. Gambar 1.1 Rancangan Penelitian 3.2. Objek Penelitian Sugiyono (2005: 32) menyatakan: “Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”. Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng. 3.3. Jenis Penelitian dan Sumber Data Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. Sugiyono (2010: 8) menyatakan, Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sumber data dalam penelitian ini adalah menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain atau yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti (Aswar, 1999:91) dalam (Mari Ani, 2014) 26 Hasil Penelitian dan Pembahasan Kesimpulan
  • 27. Dalam penelitian ini sumber data primer berupa jawaban dari kuesioner yang disebar langsung Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng dan sumber data sekunder berupa informasi mengenai profil Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng yang didapat dari situs resmi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng. 3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi Sugiyono (2008: 80) menyatakan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi merupakan sekumpulan objek yang memiliki karakteristik tertentu yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan suatu kesimpulan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng, mulai dari pimpinan sampai dengan pegawai. 3.4.2. Sampel Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis), maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sugiyono (2008: 81) Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik Proposive sampling. Proposive sampling merupakan tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini peneliti menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Pimpinan yang memegang posisi sebagai kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng dan juga sekaligus sebagai pengguna anggaran (PA). 2. Pejabat yang memegang posisi sebagai sekretaris di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng. 3. Pegawai pada sub bagian umum di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 27
  • 28. 4. Pegawai pada sub bagian Perencanaan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 5. Pegawai pada sub bagian keuangan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng Tabel 4.1 Jumlah sampel Dinas Pekerjaan Umum menurut kriteria diatas No. Unit Kerja Jumlah 1. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 1 orang 2. Sekretasis Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 1 orang 3. Sub Bagian Umum Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 41 orang 4. Sub Bagian Perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 5 orang 5. Sub Bagian Keuangan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng 21 orang Total Sampel 69 orang Jadi responden dalam penelitian ini berdasarkan kriteria diatas adalah berjumlah 69 orang. 3.5. Definisi Operasional Variabel Indroantoro dan Supomo (2009: 69) mendefinisikan operasional sebagai penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Jadi operasional variabel dapat didefinisikan bagaimana menemukan dan mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator serta variaber-variabel yang terkait dengan penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar. Selain itu, operasionalisasi variabel juga dapat mempermudah mendapatkan data yang diperlukan bagi penilaian masalah yang diteliti. 28
  • 29. Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variable tersebut antara lain: 3.5.1. Variabel Independen (X) Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Indriantoro dan Supomo, 1999: 63). Variabel independen dalam penelitian ini dalah akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat dan Pengawasan Internal. 3.5.1.1. Akuntabilitas (X1) Pengumpulan data mengenai variabel independen ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan terstruktur) yang disebarkan pada responden yang berhubungan dengan Akuntabilitas. Skala pengumpulan variabel ini adalah skala ordinal dengan memberikan nilai pada setiap jawaban. Bentuk ini disajikan dalam nilai variabel X berdasarkan variabel, konsep variabel, indikator, skala pengukuran serta bobot nilainya. Berikut ini disajikan variabel X1 berdasarkan variabel, konsep variabel, indikator, serta skala pengukurannya. 3.5.1.2. Partisipasi Masyarakat (X2) Skala pengumpulan variabel ini adalah skala ordinal dengan memberikan nilai pada setiap jawaban. Bentuk ini disajikan dalam nilai variabel X berdasarkan variabel, konsep variabel, indikator, skala pengukuran serta bobot nilainya. Berikut ini disajikan variabel X2 berdasarkan variabel, konsep variabel, indikator, serta skala pengukurannya. 3.5.1.3. Pengawasan Internal (X3) Skala pengumpulan variabel ini adalah skala ordinal dengan memberikan nilai pada setiap jawaban. Bentuk ini disajikan dalam nilai variabel X berdasarkan variabel, konsep variabel, indikator, skala pengukuran serta bobot nilainya. 3.5.1.4. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 1999: 63). Variabel dependen pada penelitian ini adalah Kinerja Organisasi. Pengumpulan data mengenai 29
  • 30. variabel dependen ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan terstruktur) yang disebarkan pada responden. Skala pengumpulan variabel ini adalah skala ordinal dengan memberikan nilai pada setiap jawaban. Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Akuntabilitas (X1) kewajiban dari suatu badan atau perorangan dalam mempertanggungjawabkan tugas yang menjadi tanggungjawabnya baik secara vertikal maupun horizontal 1. Pertanggungjawaban kebijakan dari pemerintah kepada masyarakat 2. Anggaran yang ditetapkan sesuai dengan realisasi 3. Anggaran dirancang dengan prinsip efisiensi 4. Anggaran dirancang dengan prinsip efektivitas 5. Kebijakan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku 6. Anggaran mencerminkan visi, misi, tujuan, sasaran dan hasil yang ditetapkan organisasi Ordinal Partisipasi Masyarakat (X2) Partisipasi/keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijakan organisasi 1. Pengambilan kebijakan Melibatkan masyarakat 2. Peran masyarakat dalam penyusunan anggaran 3. Kritik dan saran masyarakat dalam dalam menentukan strategi organisasi Ordinal Pengawasan Internal (X3) Pengendalian lingkungan oleh manajemen agar tidak terjadi penyelewengan atas tujuan yang telah ditetapkan 1. Pengawasan dari pemimpin untuk meningkatkan etos kerja karyawan 2. Aturan yang memuat instruksi pengendalian 3. Informasi yang dihasilkan bersifat kritis terhadap tujuan Ordinal 30
  • 31. organisasi 4. Penilaian terhadap kualitas kinerja sistem pengendalian intern 5. Pengawasan oleh aparat internal secara rutin 6. Pemisahan tugas untuk menghindari kecurangan Kinerja Organisasi (Y) keseluruhan proses bekerja dari individu yang dapat menggambarkan hasil kerja yang dicapai oleh suatu organisasi dalam waktu tertentu. 1. Produktivitas 2. Kualitas Layanan 3. Responsivitas 4. Responsibilitas 5. Akuntabilitas Ordinal 3.6. Metode Analisis Data 3.6.1. Uji Instrumen Penelitian Uji Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan tepat mengukur apa yang ingin diukur atau tidak. Tinggi rendahnya validitas suatu alat ukur dihitung dengan korelasi Product Moment yang terdapat pada program komputer SPSS17.0 for Windows dengan rumus dasar sebagai berikut: rxy = }Y)(–Y}{nX)(–X{n Y)X)((–)XYN( 2222 ΣΣΣΣ ΣΣ∑ Keterangan: rxy : koefisien korelasi n : jumlah sampel 31
  • 32. x : variabel bebas y : variabel terikat Kriteria keputusan valid tidaknya kuesioner dinyatakan apabila nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan r hitung product moment > dari nilai r tabel product moment dengan tarif signifikan 5% maka butir-butir pernyataan kuesioner adalah valid 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah pengujian yang menunjukan sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil relatif sama atau tidak berbeda apabila dilakukan pengulangan pengukuran terhadap subjek yang sama. Pengujian reliabilitas yang digunakan adalah metode Cronbach Alpha dan dianalisis dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 17.0 for Windows. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: rii =       1-k k       ∑ − 2 2 1 t b α α Keterangan: rii : realibilitas instrumen k : banyaknya butir pernyataan atau soal 2 bα = varian butir 2 tα = varian soal Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0. Kriteria keputusan reliabel tidaknya kuesioner dinyatakan apabila nilai alpha cronbach’s>0.60 dengan tarif signifikan 5% maka butir-butir 32
  • 33. pernyataan kuesioner adalah reliabel dan alpha cornbach’s<0.60 maka butir pernyataan kuesioner tidak reliabel. 3. Uji Asumsi Klasik Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi sederhana, terlebih dahulu data tersebut akan diuji dengan uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas. a. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode scatter plot, dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot. Dasar pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2007:125-126): 1. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur, seperti pola bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak digunakan berdasarkan masukan variabel X terhadap variabel Y. b. Uji Autokorelasi 33
  • 34. Menurut Gujarati (2003), uji autokorelasi ini dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data time series) atau ruang (seperti dalam data cross section). Uji ini dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan regresi layak digunakan untuk memprediksi atau tidak, karena persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2007:99-100). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (DW Tes). Dimana nilai DW table ( dU dan dL) ditentukan pada tingkat signifikansi atau α = 5 % dan derajat kebebasan df = k ( jumlah variabel independen ), jumlah = n. Kriteria pengujian untuk pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, adalah sebagai berikut : 1. Jika 0 < nilai dhit < dl, tidak ada autokorelasi positif, ditolak. 2. Jika dL ≤ nilai dhit ≤ du, tidak ada autokorelasi positif, tidak dapat disimpulkan. 3. Jika 4 – dl < nilai dhit < 4, tidak ada korelasi negatif, ditolak. 4. Jika du < nilai dhit < 4 – du, tidak ada autokorelasi positif atau negatif, tidak ditolak. 5. Jika 4 - du ≤ nilai dhit ≤ 4 – dl. Tidak ada autokorelasi negatif, tidak dapat disimpulkan. c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat 34
  • 35. korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas, maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinieritas. Jika antar variabel independen X’s terjadi multikolinearitas sempurna, koefisien regresi variabel X tidak dapat ditentukan dan nilai standard error menjadi tak tidak terhingga. Jika multikolinearitas antar variabel X’s tidak sempurna tetapi tinggi, maka koefisien regresi X dapat ditentukan, tetapi memiliki nilai standard error yang tinggi yang berarti nilai koefisien regresi tidak dapat diestimasi dengan tepat (Ghozali, 2009). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas atau korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance lebih kecil dari 0,10 atau sama dengan VIF lebih besar dari 10 (Ghozali, 2009). d. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variable terikat dengan variable bebas mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi dan normal atau mendekati normal. Uji normalitas tersebut dapat dilakukan melalui 2 analisis dengan 3 cara uji, antara lain : menggunakan uji nilai kurtosis dan skewness dari residual yang merupakan analisis statistik non parametik, sedangkan grafik histogram, dan kurva penyebaran P-Plot merupakan analisis grafik (Ghozali, 2007: 147-152). Pada dasarnya uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 35
  • 36. 2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memnuhi asumsi normalitas. Untuk uji nilai kurtosis dan skewness dari residual maka ketentuannya adalah nilai skewness/standar eror adalah ratio skweness (RS), nilai kurtosis/standar eror adalah ratio kurtosis (RC), apabila – 2 < RS <2 dan -2<RC<2 maka normalitas terpenuhi. 3.7. Analisis Data Teknik analisis data yang dipakai dalam menguji hipotesis penelitian ini adalah dengan menggunakan Multiple Regression Analysis (analisis regresi berganda). Analisis regresi berganda ini diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 17. Analisis regresi linear berganda yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan dengan memasukkan dua buah variabel independen serta satu variabel dependen e. Pengujian Hipotesis Menurut Ghozali (2007:87-88) untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan baik secara parsial (uji t) maupun secara serentak (uji F) serta koefisien determinasi ( R2 ). Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara variabel independen yaitu akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan pengawasan internal terhadap variabel dependen yaitu Kinerja organisasi. Dibawah ini merupakan cara yang dilakukan untuk menguji hipotesis antara lain: 1. Uji Parsial (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Nurhayati, 2011:15). Apakah variabel independen berpengaruh secara nyata atau tidak. Hipotesis: Ho = masing-masing variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha = masing-masing variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 36
  • 37. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat probabilitasnya, yaitu : Jika probabilitas > 0,05 maka model ditolak Jika probabilitas < 0,05 maka model diterima 2. Uji Signifikan Simultan ( Uji Statistik F ) Menurut Nurhayati (2011:14) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat. Dengan membandingkan probabilitas (pada tabel Anova tertulis Sig) dengan taraf nyatanya (0,05 atau 0,01). Jika probabilitas > 0,05 maka model ditolak Jika probabilitas < 0,05 maka model diterima 3. Koefisien Determinasi ( R2 ) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur goodness of fit dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentasi variasi total dalam variabel dependen, yang dijelaskan oleh variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2007: 87). Nilai koefisien korelasi terletak diantara 0 dan 1. Nilai R2 = 1, berarti bahwa garis regresi yang terjadi menjelaskan 100 % variasi dalam variabel dependen, maka adjusted R2 = R2 = 1, jika R2 = 0 berarti bahwa model yang terjadi tidak dapat menjelaskan sedikitpun garis regresi yang terjadi, maka adjusted R2 = (1 – k)/(n-k). Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif. Tapi jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif , maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Koefisien Determinan ( R2 )Koefisien determinan (R2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara 0 dan 1. Apabila hanya terdapat satu variabel independen maka R2 yang dipakai, tetapi apabilaterdapat dua atau lebih variabel independen maka gunakan Adjusted R2 . Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara 37
  • 38. signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. 38