2. 1. Pengertian Ikhtilaf dan Hakikatnya
2. Ragam dan Contoh Ikhtilaf
3. Sebab-sebab Iftiroq Ikhtilaf Madzmum
(Perpecahan)
4. Sebab-sebab Ikhtilaf Mahmudz ( Ikhtilaf
Fiqh)
5. Adab dalam Berbeda Pendapat
3. Ikhtilaf adalah lawan dari ittifaq /
kesepakatan. Dalam kamus Lisanul Arab :
Ikhtalafa al-amr in lam yattafiqa – sesuatu
disebut ikhtilaf ketika belum bisa
bersatu/bersepakat. Setiap yang tidak sama
bisa juga disebut dengan ikhtilaf (perbedaan).
4. َو ًةَد ِاحَو ًةَّمُأ َ
اسَّنال َلَعَجَل َكُّبَر َءَاش ْوَلَو
َينِفِلَتْخُم َونُلاَزَي َ
َل
(
118
)
َّ
َلِإ
ْمُهَقَلَخ َكِلَذِلَو َكُّبَر َم ِحَر ْنَم
"Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia
menjadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih pendapat.
Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah
menciptakan mereka. (QS Huud 118-119)
Meskipun demikan, Sunnah Kauniyah yang
buruk, menurut Ijmak Ulama harus tetap
dihindari
7. Ikhtilaf disebut terpuji jika merupakan hasil
ijtihad yang berlandaskan niat mencari
kebenaran dan memenuhi syarat dan adabnya,
bahkan meskipun hasil ijtihad tersebut keliru.
Dari Amr bin Ash Rasulullah SAW bersabda : " Jika
seorang hakim menghukumi (suatu urusan)
kemudian dia berijtihad dan benar maka baginya
dua pahala, dan jika ia menghukumi lalu
berijtihadi kemudian salah, maka baginya satu
pahala " (HR Bukhori dan Muslim)
8. Pelaksanaan Ibadah Thowaf
Larangan Menjual Kulit Qurban
Pengeluaran Zakat Fitrah
9. ikhtilaf ini muncul dari hasil ijtihad dengan
metodologi yang salah atau tidak sempurna,
bahkan terkadang lebih didominasi
kepentingan dan hawa nafsu semata
dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda
: " dan sesungguhnya umatku akan terpecah
menjadi 72 golongan, semuanya di neraka
kecuali satu golongan saja yaitu al-jamaah " (
HR Ibnu Majah).
10. Perbedaan yang dimunculkan oleh Syiah
terhadap Ahli Sunnah :
Penilaian terhadap Sahabat,
Surat dan Ayat dalam Al-Quran,
Nikah Mut’ah dll
11. CONTOH 1
Baca Basmalah Jahr (dikeraskan)
Baca Basmalah Sir ( pelan )
Baca Basmalah dengan bahasa Indonesia
CONTOH 2
Umroh hukumnya Sunnah
Umroh hukumnya Wajib
Umroh sunnah tempatnya tidak harus di
Mekkah
12.
13. Ini adalah sebab paling banyak dari ikhtilaf
yang tercela, dimana sejarah islam banyak
mencatat perbedaan-perbedaan yang berasal
dari pembangkangan, dan pembelaan
kepentingannya. Seperti : Khowarij, Syiah
Rofidhoh dan seterusnya.
Contoh : Celaan syiah kepada dua sahabat
mulia abu Bakar dan Umar
14. Adalah merasa takjub dengan pendapatnya
sendiri, merasa sombong dan meremehkan
pendapat orang lain. Maka ia tetap pada
pendapatnya sendiri meskipun jelas keliru,
tanpa mau mendengarkan pendapat dan
pertimbangan dari pihak lain.
15. Yaitu melihat kepada yang lain dengan cara
pandang negatif, menuduh pemahaman
orang lain cacat, amal-amal orang lain salah,
tujuan-tujuan orang lain adalah buruk. Maka
mereka ini senantiasa menuduh dan
menjelek-jelekkan orang lain, baik dengan
perkataan dan juga dengan perbuatan.
16. Yang senantiasa menjadi sebab sifat ini
adalah dorongan hawa nafsu semata. Maka ia
berbeda pendapat hanya karena
menginginkan popularitas, pengakuan dan
penghargaan dari yang lainnya. Begitu pula
mereka berbeda pendapat karena memang
menyukai perdebatan panjang, pada hal-hal
yang semestinya tidak prioritas.
17. Ini ada sejak jaman dulu hingga kini. Bahkan
hingga mengorbankan nyawa atau darah
sekalipun. Ibnu Taimiyah mengatakan : "
Barang siapa yang bertaashob kepada salah
satu dari para imam madzhab tanpa yang
lainnya, maka ia bagaikan bertaashob pada
salah seorang sahabat tanpa yang lainnya".
Contoh dalam masalah ini seperti Syiah
dengan fanatisme terhadap para imamnya.
18. Para musuh-musuh Islam dari Yahudi dan
Nasrani sangat mengetahui persis bahwa
kekuatan umat Islam adalah pada persatuannya.
Maka langkah pertama yang ia ambil dalam
rangka menguasai negri muslim adalah dengan
memecah belah kaum muslimin di daerah
tersebut. Maka merekapun mempelajari hal-hal
dalam ajaran Islam yang bisa djadikan sebab
perpecahan, kemudian menambah-nambahi,
menghias, memperbesar dan memperuncing
perbedaan yang semestinya sederhana dan wajar.
19.
20. Contoh : Perbedaan antara Abu Bakar,
Rasulullah SW dan Umar dalam masalah
tebusan perang badar
ىَّتَح ىَرْسَأ ُهَل َُونكَي ْنَأ ٍيِبَنِل ََانك اَم
َُوندي ِ
رُت ِ
ضْرَ ْ
األ يِف َن ِخْثُي
َ
ضََرع
ِ
َزع ُ َّ
َّللاَو َةَر ِخ ْ
اآل ُدي ِ
رُي ُ َّ
َّللاَو اَيْنُّدال
ٌميِكَح ٌيز
(
األنفال
67
)
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai
tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan
musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki
harta benda duniawi sedangkan Allah
menghendaki (pahala) akhirat (untukmu).
21. Contoh 2 : Perbedaan antara Ibnu Umar dan
Ibnu Abbas dalam masalah menyentuh Hajar
Aswad
Ibnu Abbas suka berdesak-desakan, tapi Ibnu
Abbas justru memakruhkannya
Ibnu Umar mengatakan : “Ia menjawab, "Hati
saya tertuju padanya dan saya senang jika
hati saya bersama dengan mereka-mereka
yang berbondong-bondong mendekati Hajar
Aswad
22. Ibnu Taimiyah mengatakan : "sebab ini adalah
yang paling banyak menjadikan perbedaan
diantara para salaf, karena menguasai
seluruh hadits Nabi SAW itu tidak akan dapat
dilakukan oleh seorangpun dari umat ini "
Contoh 1: Masalah warisan bagi nenek yang
tidak diketahui oleh Abu Bakar
Contoh 2 : Masalah adab bertamu yang tidak
diketahui oleh Umar bin Khotob
23. Perbedaan dalam menilai kuat tidaknya suatu
hadits. Maka yang menganggap kuat akan
beramal dengannya, sementara yang
menganggap lemah akan beramal dengan
hadits lain yang berbeda maknanya.
Contoh : Permasalahan Hukum Sholat tasbih
24. Bisa karena Lafadz asing : munabadzah,
muhaqolah, urbun.
Bisa karena lafadz mempunyai banyak makna
Contoh lafadz “ Quru’
َث َّنِهِسُفْنَأِب َْنصَّبَرَتَي ُاتَقَّلَطُمْلاَو
ٍوءُرُق َةَث َ
ال
Bisa karena diartikan makna hakiki dan makna
majazy : contoh lafadz ‘Rukyah” dalam
penetepan Ramadhan dan Hari Raya, atau “Lams”
dalam masalah batalnya wudhu atau tidak
Dan banyak ragam dari jenis ini.
25. Dalam kajan Ushul Fiqh, kita mengenal bahwa
setiap imam mempunyai prioritas yang
berbeda-beda dalam menentukan urutan dalil
syar’inya. Setelah mereka bersepakat urutan
pertama dan kedua adalah Al-Quran dan
Sunnah, maka urutan berikutnya terdapat
banyak perbedaan. Bahkan ada sebuah dalil
bagi madzhab tertentu yang mungkin tidak
dianggap oleh ulama madzhab lainnya.
26.
27. PERTAMA : Menyadari bahwa perbedaan
dalam hal furu' adalah sesuatu yang pasti
ada. Sehingga penyatuan pendapat adalah
sesuatu yang cenderung tidak mungkin, dan
jika dipaksakan justru akan mengarah pada
perpecahan. Yang lebih diperlukan adalah
kesadaran akan perbedaan tersebut.
KEDUA :Mengikuti manhaj yang moderat /
pertengahan dan menghindari sikap
berlebih-lebihan dalam agama, karena
sesungguhnya “ urusan yang terbaik adalah
yang pertengahan” (kata2 hikmah)
28. KETIGA : Hendaknya kita fokus pada hal-hal
yang muhkamat atau jelas penafsirannya,
dan menghindari perdebatan seputar hal
yang mutasyabihat (masih rancu).
ِبَّتَيَف ٌغْيَز ْمِهِبوُلُق يِف َِينذَّلا اَّمَأَف
ا َءاَغِتْبا ُهْنِم َهَبَاشَت اَم َونُع
َءاَغِتْباَو ِةَنْتِفْل
ِهِليِوْأَت
KEEMPAT :Tidak mengingkari secara mutlak
atau final terhadap masalah-masalah
ijtihadiyah yang masih khilafiyah. Hal ini
sesuai kaidah :
مثله باجتهاد ينقض ال االجتهاد
“ijtihad tidak bisa dibatalkan dengan ijtihad
yang lain”.
29. KELIMA : Pentingnya membaca dan menelaah
perbedaan di antara ulama, sebab dan dalil-
dalinya. Hal ini untuk menguatkan toleransi dan
menghindari sikap reaktif dalam menanggapi
perbedaan.
KEENAM : Menyibukkan diri dengan agenda umat
yang lebih besar dan prioritas. Berdebat
Membahas dan menanggapi masalah khilafiyah
tidak akan pernah selesai, yang ada justru
melemahnya kesatuan umat.
“Aku akan menjamin sebuah rumah di surga bagi
orang yang meninggalkan perdebatan meskipun
dia berada dalam pihak yang benar.“
(Hadis Hasan Riwayat Abu Dawud)
30. KETUJUH :Saling bekerja sama dan membantu
dalam hal-hal yang disepakati, serta saling
bertoleransi dan memahami dalam hal-hal yang
masih berbeda dan belum bisa disepakati
KEDELAPAN :Tidak gegabah dan mudah dalam
mengkafirkan orang.
ِهْي ِخَألِ َلاَق ٍئ ِ
رْام اَمُّيَأ
:
َب ْدَقَف ،ُرِفاَك اَي
َلاَق اَمَك َانَك ْنِإ ،اَمُهُدَحَأ اَهِب َءا
َّالِإ َو
ِهْيَلَع ْتَعَجَر
.
ِةَيا َو ِ
ر يِف َو ِهْيَلَع ٌقَفَّتُم
ٍمِلْسُم
:
َخَأ ُلُجَّالر َرَّفَك اَذِإ
ُها
…
“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya :
wahai kafir, maka (dosa) pengkafiran ini akan
kembali kepada salah satu dari keduanya, jika dia
benar dalam berkata (maka tidak mengapa), tapi
jika tidak maka ucapan itu akan kembali
kepadanya”. (HR.Bukhori dan Muslim)
31. َشْفَتَف واُعََازنَت َ
ال َو ُهَلوُسَر َو َ َّ
َّللا واُعيِطَأ َو
ِإ واُرِبْصا َو ْمُكُحي ِ
ر َبَهْذَت َو واُل
َّن
َين ِ
رِباَّصال َعَم َ َّ
َّللا
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan
janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan
hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar (QS Al-Anfal 46)