Dokumen tersebut membahas tentang ikhtilaf atau perbedaan pendapat dalam Islam, landasan yang memicu terjadinya perbedaan pendapat, bahaya permusuhan, dan langkah-langkah untuk menjaga persatuan umat Islam. Beberapa poin penting yang diangkat adalah bahwa perbedaan pendapat tidak dapat dihindari karena sifat agama, bahasa, dan manusia. Persatuan harus dijaga karena memiliki manfaat yang besar bagi umat. Langk
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
Fiqih i khtilaf
1.
2. Topik Pembahasan
1. Prolog soal wajar dan tidak wajar
2. Apa Landasan ikhtilaf/ Perbedaan ?
3. Apa Pemicu terjadinya perselisihan ?
4. Apa bahaya Permusuhan ?
5. Mengapa Persatuan harus dijaga ?
6. Apa yang Mesti dilakukan agar Persatuan tetap
terjaga ?
7. Adakah Contoh Sikap sahabat yang perlu diambil
pelajaran dalam kasus Iktilaf/perbedaan ?
3. Prolog : Soal wajar dan tidak wajar
Wajar jika Islam menghadapi musuh dari luar, sesuai
sunnatut tadaafu‘(sunnah pertarungan) antara ynag haq
dan yang bathil. Sebagaimana Firman Allah yang artinya,
“Demikianlah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh
dari orang-orang yang berdosa.“ ( QS Al- Furqon :31)
Yang tidak wajar dan perlu dikhawatirkan adalah jika
musuh itu datang dari dalam tubuh Islam sendiri, gerakan
Islam yang satu dengan gerakan Islam lainnya. Perbedaan
yang terlalu dibesarkan dan dipermasalahkan dan
menimbulkan perpecahan. Oleh sebab itu kita sangat
memerlukan kesadaran yang mendalam mengenai apa yang
disebut Fiqhul Ikhtilaf.
4. Apa landasan ikhtilaf ?
Perbedaan merupakan suatu kemestian dan tidak dapat dihindari
antara lain dapat disebabkan karena:
a. tabi’at agama, adanya ayat-ayat mutasyabihat yang memang
menuntut kita untuk berijtihad.
b. tabi’at bahasa, adanya pemahaman yang berbeda dari makna yang
terkandung.
c. tabi’at manusia, yang diciptakan berbeda-beda dan
memilikikepribadian, tabi’at, pemikiran sendiri-sendiri. Hal ini
merupakan perbedaan macam atau variasi dan bukan merupakan
perbedaan yang mengarah ke pertentangan
d. tabi’at alam dan kehidupan; alam diciptakan bervariasi dan berbeda-
beda.Perselisihan yang ditolerir: ketika seseorang melakukan
amalperbuatan yang didasarkan pada hujjah atau pengetahuan
orang sebagaidasar untuk melakukannya tanpa disertai permusuhan
dan celaan kepada orang yang berbeda dengannya.
5. Apa yang memicu terjadinya Perselisihan ?
A. Faktor Akhlaq, Antara lain disebabkan oleh:
1. gemar membangga-banggakan diri dan kagum terhadap pendapat sendiri
2. buruk sangka dan mudah menuduh orang tanpa bukti
3. egoisme dan mengikuti hawa nafsu
4. fanatik kepada pendapat orang tertentu, mazhab atau golongan
5. fanatik kepada negeri, daerah, partai, jama’ah atau pemimpinKesemuanya
ini adalah akhlaq yang tercela dan hal yang mencelakakan. Kita wajib
menghindari sifat-sifat tersebut.
B. Faktor Ilmu, Antara lain disebabkan oleh :
1. Kurangnya ilmu yang dimiliki , ini akan melahirkan fanatisme sempit.
Karena fanatisme sempit itu disebabkan semangat keberagamaan yang
tinggi tatapi tidak dibarengi dengan ilmu yang cukup.
2. Perbedaan sudut pandang
3. Sikap tekstualisme dan Kontekstualisme
6. Apa bahaya Permusuhan ?
1. sejarah telah mencatat bahwa orang-orang sebelum kita telah
berpecah-belah dan berselisih dalam masalah agama, kemudian
mereka binasa, walaupun mereka telah mendapatkan penjelasan
dan pengetahuan dari Allah sebelumnya.
2. Al-Qur’an sangat mengecam perpecahan (QS Al-An’am, 6: 65, dan
ayat 159, QS Asy-Syura, 42: 13) Dalam As-Sunnah juga banyak
sekali menyinggung masalah ini.
3. As -Sunnah mencela permusuhan dan perselisihan.
"Penyakit umat sebelum kamu telah menjangkit kepada kalian;
kedengkian dan permusuhan. Permusuhan adalah pencukur, Aku
tidak mengatakan mencukurrambut tetapi pencukur agama. Demi
Dzat yang diriku berada di Tangan-Nya,kalian tidak akan masuk
surga sampai kalian beriman dan kalian tidak berimansampai
kalian saling mencintai." (HR at-Tirmidzi dari Zubair bin ‘Awwam)
7. Mengapa persatuan harus dijaga ?
. Manfaat dan pengaruh positifnya sangat
banyak, antara lain:
1. memperkuat orang-orang yang lemah dan
menambah kekuatan bagi yang sudah kuat.
2. merupakan benteng pertahanan dari
ancaman kehancuran.
3. Perpecahan Umat Bukan Suatu Kelaziman
8. Apa yang Mesti dilakukan agar Persatuan akan tetap terjalin ?
1. Mengikuti Manhaj Pertengahan dan Meninggalkan Sikap Berlebihan Dalam
Agama
Mengikuti manhaj pertengahan yang mencerminkan tawazun atau keseimbangan
dan keadilan, jauh dari sikap berlebihan atau mengurangiajaran.Hadits Rasulullah
s.a.w.:"
Jauhilah sikap berlebihan, karena telah binasalah orang-orang yang bersikap
berlebihan“. (HR Ahmad dari Abdullah bin Abbas)Orang-orang yang berlebihan ini
menurut Imam an-Nawawi adalahorang yang ucapan dan perbuatan mereka
terlalu dalam dan melampaui batas.Ciri lainnya adalah selalu memperbanyak
pertanyaan yang hanyaakan menghasilkan kesusahan dan kesempitan. Prinsip
umum dari shahabiyah r.a. adalah tashîl/memudahkan dan musâmahah/toleransi.
2. Mengutamakan Muhkamat Bukan Mutasyabihat
Berdasarkan QS Âli ‘Imrân, 3: 7, “apabila ayat-ayat muhkamat ditinggalkan maka
terbukalah pintu perdebatan dan perbantahan”.Rasulullah s.a.w. mengecam
tindakan mempertentangkan satu ayat alQur’an dan ayat lainnya dan tidak
mengembalikan ayat mutasyabihatkepada ayat-ayat muhkamat.Tindakan
mempertentangkan satu ayat dengan ayat yang lainbiasanya terjadi karena
mengikuti ayat-ayat mutasyabihat yang beragampenunjukkannya dan nampak
secara lahiriah saling bertentangan. Jikadikembalikan kepada ayat-ayat muhkamat
niscaya pertentangan akan sirna.
9. Lanjutan
3. Para ulama menegaskan tidak boleh ada penolakan dariseseorang
kepada orang lain dalam masalah ijtihadiyah.
Seringkali orang menyalahkan orang lain padahal itu wilayah
ijtihadiyah
4. Menela’ah Perbedaan Pendapat Para Ulama
Agar kita mengetahui beragamnya mazhab dan bervariasinya
sumberpengambilan, juga sudut pandang dan dalil-dalil yang
mendasarinya. Halini membantu lahirnya sikap toleransi dan
tenggang rasa.Yang penting diingat adalah tidak mengagumi
pendapat sendiri dantidak mencela pendapat orang lain.
6. Membatasi Pengertian dan Istilah
Kita harus membatasi beberapa pemahaman yang menjadi
sebabterjadinya perselisihan itu. Seringkali suatu istilah
dipertentangan dengan sengit. Harus dibatasi, diluruskan, dijelaskan
pemahamannya agar tidakdisalah pahami oleh orang-orang yang
dapat mengakibatkan vonis sesat dan menyesatkan
10. Lanjutan
7. Menggarap Masalah Besar Yang Dihadapi Umat
• Umat memiliki permasalahan yang lebih besar dibandingkan harus
mempermasalahkan perbedaan yang ada. Apabila kita sepaham mengenai
masalah besar yang kita hadapai dan menjadikan cita-cita bersama dan
tujuan kita bersama, niscaya perbedaan yang ada tidak akan
diperbesarkan dan dipersilisihkan.Sebaiknya energi dan pikiran kita
dipusatkan ke situ, antara lain: IPTEK, Sosial ekonomi, Politik, Ghazwul fikri,
Zionisme, Perpecahan dan sengketa di Dunia Arab dan Islam, Dekadensi
moral
8. Bekerjasama Dalam Masalah Yang Disepakati
• Masalah khilafiyah hendaknya tidak dibesar-besarkan sehingga
menghabiskan dan menguras waktu dan tenaga. Persoalan kaum muslimin
bukanlah terletak pada perbedaan masalah-masalah khilafiah yang
didasarkan pada ijtihad, akan tetapi terletak pada tidak difungsikannya
akal, pembekuan fikiran, pembisuan kehendak, pemasungan
kebebasan,perampasan hak asasi, pengabaian kewajiban, tersebarnya
egoisme,pengabaian sunnah-sunnah Allah tentang alam dan
masyarakat,kesewenangan atas kebenaran dan sebagainya.Masalah-
masalah umat yang bisa kita sepakati sangat banyak,sebaiknya kita
bekerjasama menyelesaikannya.
11. Lanjutan
9. Saling Toleransi Dalam Masalah Yang Diperselisihkan
Toleransi dalam masalah yang diperselisihkan dapat dilakukan jikakita tidak
fanatik terhadap satu pendapat yang bertentangan denganpendapat yang
lain.Prinsipnya:a. menghormati pendapat orang lainb. menyadari
kemungkinan beragamnya kebenaranc. kesadaran dan kenyataan bahwa
berbagai perselisihan yang kitasaksikan bukan tentang hukum syar’i
10. Menahan Diri/ tidak menuduh kafir Orang Yang Mengucapkan ”Lâ Ilâha
Illallâh“
Tindakan yang paling berbahaya yang dapat menghancurkan persatuan
umat ialah takfîr (pengkafiran) sesama muslim.Rasulullah s.a.w mengecam
takfîr (tuduhan kafir) ini dalam berbagai haditsnya, salah satu yang
diriwayatkan Ibnu Umar,
"Apabila seseorang berkata kepada saudaranya, wahai si kafir, maka
panggilan itu kembali kepada salah satu jika ia seperti apa yang dikatakan.
Tetapi jika tidak, maka panggilan itu akan kembali kepada yang
mengucapkan.“ (HR Muslim)Dalam hadits lain,“Barangsiapa menuduh kafir
seorang mukmin maka ia seperti membunuhnya.“(HR Ath-Thabrani dari
Hisyam bin ‘Amir)