Gerak Melingkar Beraturan (GMB) merupakan gerak benda yang lintasannya berupa lingkaran, kelajuan benda tetap dan arah kecepatannya berubah –ubah dengan teratur.
Dasar Teori
Pegas atau per adalah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan
energi mekanis. Pegas biasanya terbuat dari baja. Ada beberapa rancangan pegas.
dalam pemakaian sehari-hari, istilah ini mengacu pada coil springs.
Pegas merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam industri
seperti pada otomotif, transportasi dan industri lainnya. Pegas digunakan untuk
sistem suspensi, peralatan, perabot dan sebagainya. Sekarang ini dunia otomotif
berkembang pesat. Berdasarkan Studi Ipsos Busines Consulting yang dirilis tahun
2016 lalu, menunjukan pasar otomotif nasional masih tergolong aktraktif. Masyarkat
Indonesia mempunyai karakteristik menjadikan kendaraan dengan segmen mobil
penumpang dan low cost green car (LCGC) sebagai kendaraan favorit. Pertumbuhan
pasar otomotif nasional hingga 2020 mendatang diprediksi mencapai angka 6,8%.
Merujuk pada data gabungan industri kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo),
kuartal pertama 2017 pejualan mobil di Indonesia akan meningkat sebesar 6 %.
Kondisi ini menunjukan bahwa pasar domestis masih mempunyai potensi pasar yang
baik. Industri otomotif sangat berkembang pesat saat ini, sehingga mempunyai
kebutuhan pegas yang banyak. Hal ini berimbas pada peningkatan jumlah produksi
Elastis adalah kemampuan benda untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya
yang bekerja padanya dihilangkan. Ketika pegas ditarik yang berarti ada gaya luar
yang bekerja maka ia akan molor atau memannjang. Ketika gaya luar itu dihilangkan
ia akan kembali ke bentuk semula (Hatimah, 2013).
Hukum Hooke menyatakan bahwa besar gaya berbanding lurus dengan
pertambahanpanjang. Semakin besar gaya yang bekerja pada pegas, semakin besar
pertambahan panjang pegas. Perbandingan antara besar gaya terhadap
pertambahan panjang pegas bernilai koonstan. Hukum Hooke berlaku ketika gaya
tidak melampaui batas elastisitas. Pada saat pegas ditarik atau ditekan (pada pegs
bekerja gaya F) pegas bertambah panjang atau mungkin bertambah pendek. Pegas
tersebut juga memeberikan gaya perlawanan terhadap gaya yang bekerja pada pegas
yang dinamakan gaya lenting pulih (Fp). Besarnya gaya lenting pulih sama dengan
gaya.
penyebab benda bergetar adalah karena adanya gaya pemulih yang bekerja
pada benda tersebut. Ketika gaya pemulih berbanding lurus dengan perpindahan dari
titik kesetimbangan, getaran yang terjadi disebut gerak harmonik sederhana. Tidak
semua getaran periodik merupakan gerak harmonik sederhana. Secara umum, gaya
pemulih bergantung pada perpindahan dalam cara yang lebih rumit. Akan tetapi,
dalam kebanyakan sistem, gaya pemulih kira-kira sebanding dengan perpindahan jika
perpindahannya cukup kecil. Artinya, jika amplitudonya cukup kecil, getaran sistem
yang demikian akan mendekati gerak harmonic sederhana
9
Suatu sistem yang menunjukkan gejala gerak harmonik sederhana adalah sebuah
benda yang terikat ke sebuah pegas, di mana gaya pulihnya dinyatakan oleh Hukum
Hook
Kelompok 1 (Moeslem Generation)
1. Muhammad Ananta Buana
2. Muhammad Naufal Saranani
3. Muhammad Riyadh Ma'arif
4. Hamriyana Hamzah
5. Meilinda Sari
6. Aslan Nur
Gerak Melingkar Beraturan (GMB) merupakan gerak benda yang lintasannya berupa lingkaran, kelajuan benda tetap dan arah kecepatannya berubah –ubah dengan teratur.
Dasar Teori
Pegas atau per adalah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan
energi mekanis. Pegas biasanya terbuat dari baja. Ada beberapa rancangan pegas.
dalam pemakaian sehari-hari, istilah ini mengacu pada coil springs.
Pegas merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam industri
seperti pada otomotif, transportasi dan industri lainnya. Pegas digunakan untuk
sistem suspensi, peralatan, perabot dan sebagainya. Sekarang ini dunia otomotif
berkembang pesat. Berdasarkan Studi Ipsos Busines Consulting yang dirilis tahun
2016 lalu, menunjukan pasar otomotif nasional masih tergolong aktraktif. Masyarkat
Indonesia mempunyai karakteristik menjadikan kendaraan dengan segmen mobil
penumpang dan low cost green car (LCGC) sebagai kendaraan favorit. Pertumbuhan
pasar otomotif nasional hingga 2020 mendatang diprediksi mencapai angka 6,8%.
Merujuk pada data gabungan industri kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo),
kuartal pertama 2017 pejualan mobil di Indonesia akan meningkat sebesar 6 %.
Kondisi ini menunjukan bahwa pasar domestis masih mempunyai potensi pasar yang
baik. Industri otomotif sangat berkembang pesat saat ini, sehingga mempunyai
kebutuhan pegas yang banyak. Hal ini berimbas pada peningkatan jumlah produksi
Elastis adalah kemampuan benda untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya
yang bekerja padanya dihilangkan. Ketika pegas ditarik yang berarti ada gaya luar
yang bekerja maka ia akan molor atau memannjang. Ketika gaya luar itu dihilangkan
ia akan kembali ke bentuk semula (Hatimah, 2013).
Hukum Hooke menyatakan bahwa besar gaya berbanding lurus dengan
pertambahanpanjang. Semakin besar gaya yang bekerja pada pegas, semakin besar
pertambahan panjang pegas. Perbandingan antara besar gaya terhadap
pertambahan panjang pegas bernilai koonstan. Hukum Hooke berlaku ketika gaya
tidak melampaui batas elastisitas. Pada saat pegas ditarik atau ditekan (pada pegs
bekerja gaya F) pegas bertambah panjang atau mungkin bertambah pendek. Pegas
tersebut juga memeberikan gaya perlawanan terhadap gaya yang bekerja pada pegas
yang dinamakan gaya lenting pulih (Fp). Besarnya gaya lenting pulih sama dengan
gaya.
penyebab benda bergetar adalah karena adanya gaya pemulih yang bekerja
pada benda tersebut. Ketika gaya pemulih berbanding lurus dengan perpindahan dari
titik kesetimbangan, getaran yang terjadi disebut gerak harmonik sederhana. Tidak
semua getaran periodik merupakan gerak harmonik sederhana. Secara umum, gaya
pemulih bergantung pada perpindahan dalam cara yang lebih rumit. Akan tetapi,
dalam kebanyakan sistem, gaya pemulih kira-kira sebanding dengan perpindahan jika
perpindahannya cukup kecil. Artinya, jika amplitudonya cukup kecil, getaran sistem
yang demikian akan mendekati gerak harmonic sederhana
9
Suatu sistem yang menunjukkan gejala gerak harmonik sederhana adalah sebuah
benda yang terikat ke sebuah pegas, di mana gaya pulihnya dinyatakan oleh Hukum
Hook
Kelompok 1 (Moeslem Generation)
1. Muhammad Ananta Buana
2. Muhammad Naufal Saranani
3. Muhammad Riyadh Ma'arif
4. Hamriyana Hamzah
5. Meilinda Sari
6. Aslan Nur
2. PENUNTUN FISIKA
UPT LABORATORIUM DASAR
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu,
Kendari, 93131
Buku penuntun praktikum ini dimaksudkan
untuk membantu mahasiswa Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) Universitas Halu Oleo dalam
melaksanakan praktikum Fisika Dasar/Fisika
Dasar 1/Fisika Dasar 2. Praktikum ini merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang terpadu dengan
materi teori Fisika Dasar.
3. Masukan dari Lokakarya Revisi Penuntun
1. Penyesuaian judul praktikum dengan lab lanjut dijurusan masing-masing agar tidak
tumpang tindih
2. Pengurangan judul besar praktikum
3. Penyederhanaan tujuan dan item praktikum
4. Pengenalan virtual lab
5. Penyederhanaan format laporan praktikum
4. FISIKA DASAR
EKSPERIME
N HUKUM
HOOKE
4
3
2
VISKOSITAS
ZAT CAIR
MOMENT
UM
SUDUT
DAN
BENDA
TEGAR
1
PENGUKUR
AN DASAR
EKSPERIMEN
MELDE
6
KOEFISIEN
MUAI
PANJANG
5
7
EKSPERIME
N HUKUM
OHM
8
TRANSFORMAT
OR
PRINSIP
KERJA
LENSA
9 10
EKSPERIMEN
DAYA
DISPERSI
5. PENGUKURAN DASAR
Tujuan
1. Mengenal alat-alat ukur dasar beserta
ketelitiannya.
2. Mengenal besaran fisis panjang dan massa,
kemudian menggunakannya untuk menghitung
besaran-besaran fisis yang lain.
3. Mengetahui konsep dasar penentuan kesalahan
relatif dari hasil pengukuran
6. PENGUKURAN DASAR
Prosedur Percobaan
1. Melakukan Pengukuran panjang, lebar dan tebal
benda menggunakan mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup
2. Melakukan Penimbangan massa benda dengan
neraca digital
7. MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR N
F
m.g cos
m.g
m.g sin
Tujuan
1. Memahami analogi antara gerak translasi dan gerak rotasi
benda tegar
2. Menyelediki hubungan antara percepatan benda dengan
momen inersia pada gerak rotasi.
3. Menghitung besarnya torka, momen inersia dan percepatan
anguler benda yang berotasi.
4. Menentukan besarnya kecepatan anguler dan kecepatan linier
5. Membuktikan bahwa energi mekanik total pada benda tegar
yang berotasi adalah tetap.
8. MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR N
F
m.g cos
m.g
m.g sin
Prosedur Percobaan
Bidang Miring
1. Ukurlah jarak S antara dua garis pada bidang miring
2. Aturlah sudut pada bidang miring menggunakan busur derajat
sebesar 200
3. Letakan benda I tepat di garis atas, di tahan dengan balok kayu
kecil. Ukurlah waktu untuk benda sampai pada garis bawah.
Usahakanlah agar benda langsung mulai bergerak ke bawah.
Seandainya di sorong atau bergerak ke atas sedikit maka
hasilnya tidak bisa baik. Lakukan pengukuran waktu sampai
beberapa kali.
4. Ubalah sudut θ sebesar 300, ulangi langkah 3 dan 4 di atas.
5. Catatlah bentuk geometris dari benda I dan II dan ukurlah
diameternya (untuk pipa diameter dalam dan luar)
6. Dengan memakai benda II ulangi langkah 3 – 5
9. MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR
Prosedur Percobaan
Rotasi
1. Ukur diameter poros roda, dan tanyakan pada asisten massa
roda.
2. Pasang dan lilitkan salah satu ujung tali pada roda.
3. Gantungkan beban pada ujung tali yang lain.
4. Ukur panjang tali dari roda ke beban yang tergantung.
5. Dengan posisi tali yang digantungkan beban terlilit pada roda
secara teratur, lepaskan secara tiba-tiba, amati yang
menyebabkan roda berputar lebih cepat.
6. Catat waktu yang diperlukan beban bergerak sampai
mencapai jarak maksimum (panjang tali).
7. Ulangi langkah 6 dan 7 sebanyak mungkin
8. Ulangi percobaan ini dengan beban yang lain.
10. VISKOSITAS ZAT CAIR
Tuhuan
1. Memahami konsep dasar tentang viskositas.
2. Memahami gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak
dalam zat cair.
3. Menentukan besarnya kecepatan terminal bola yang bergerak
dalam fluida.
4. Menentukan koefisien viskositas zat cair
W
Fv FA
11. VISKOSITAS ZAT CAIR
Prosedur Percobaan
1. Gunakan 3 buah bola dengan ukuran yang berbeda-beda (besar,
sedang dan kecil). Ukurlah diameter masing-masing bola 5 kali
pada tempat yang berbeda-beda. Gunakan mikrometer sekrup
untuk pengukuran ini (perhatikan skala terkecil alat).
2. Timbanglah massa masing-masing bola dengan neraca analitis.
3. Siapkan tabung gelas berisi gliserin/oli. Tempatkan dua karet
gelang pada tabung dengan cara melingkarkannya. Dengan jarak
20 cm
4. Pastikan saringan pengambilan bola sudah tersedia di dasar
tabung. Lepaskan bola pertama dari permukaan zat cair. Ukurlah
dengan stopwatch waktu tempuh bola dalam melintasi jarak d1.
Lakukan percoban ini secara berulang. (Pada waktu melepaskan
bola, pastikan bahwa dalam zat cair tidak terdapat gelembung
udara).
5. Ulangi langkah 5 untuk bola yang lain
6. Ubahlah jarak antara kedua karet gelang menjadi 30 cm. Untuk
mengubahnya geser karet gelang yang ada di bawah dan jangan
mengubah kedudukan karet gelang yang ada di atas).
7. ulangi langkah 5 dan 6 untuk masing-masing jarak ini
W
Fv FA
12. EKSPERIMEN HUKUM HOOKE
Tujuan
1. Memahami Hukum Hooke
2. Menetukan Konstanta Pegas
X0
W
Gambar 1. Posisi pegas sebelum dan
sesudah diberi beban
X
X1
Pegas
Seri
Pegas
paralel
Gambar 2. Susunan seri dan paralel pada
pegas
13. EKSPERIMEN HUKUM HOOKE
Prosedur Percobaan
Menentukan konstannta pegas tunggal
1. Tempatkan sebuah pegas pada tempatnya seperti
Gambar 1. Ukurlah panjang pegas tesebut x0.
2. Kemudian ditambahkan beban dengan massa 10 g,
sehingga pegas bertambah panjang menjadi x1.
Diperoleh pertambahan panjang .
3. Ulangi Pengukuran pertambahan panjang pegas
dengan massa 20 g, 30 g, 40 g, 50 g, dan 60 g.
4. Ulangi langkah 1 sampai 3 dengan pegas yang lain.
Prosedur Percobaan
Menetukan Konstanta pegas yang disusun seri dan
paralel
1. Tempatkan pegas pada tempatnya dan susunlah
secara seri dan paralel seperti gambar 2.
2. Kemudian lakukan seperti percobaan A no.2.
Sehingga diperoleh pertambahan panjang pegas
yang disusun seri maupun paralel .
3. Untuk pegas yang disusun seri digunakan beban
dengan massa 10 g, 20 g, 30 g, 40 g, 50 g, dan 60
g.
4. Sedang untuk pegas paralel digunakan beban
dengan massa 15 g, 30 g, 45g, 60 g, 75 g, dan 90 g.
14. EKSPERIMEN MELDE
Prosedur Percobaan
1. Buatlah rangkailah peralatan yang akan digunakan seperti pada
gambar disamping:
2. Gantungkan beban kecil pada ujung tali melalui katrol sehingga
tali nampak tegang.
3. Periksalah bahwa katrol berputar dengan bebas.
4. Gunakkan catudaya 3 volt 50 Hz, getarkan vibrator sehingga
terjadi gelombang pada tali
5. Ubahlah panjang tali dengan menggeser vibrator dengan
perlahan-lahan sehingga mendapat gelombang stasioner dengan
amplitudo maksimum
6. Catat beban m dan posisi simpul l
7. Ulangi langkah 3 dan 4 hingga beberapa kali
8. Variasikan massa beban
9. Ulangi poin 3 hingga 7 dengan tali yang lain.
Medium Mb (Kg) Ln (m) n
Tasi
Benang
Kawat
L= (3/2)
4
3
2
1
Ket: 1. Vibrator 2. Katrol
3. Beban 4. Meja
15. KOEFISIEN MUAI PANJANG
TUJUAN
1. Memahami prinsip dan konsep dasar ekspansi termal
2. Memahami pengaruh kenaikan temperatur terhadap sifat bahan
3. Menentukan koefisien muai panjang tembaga dan aluminium berbentuk
batang silinder pejal
16. KOEFISIEN MUAI PANJANG
Prosedur Percobaan
1. Pasang peralatan muai panjang diatas meja seperti pada gambar.
Periksa skala perubahan panjang, apakah dalam keadaan normal.
Pastikan bahwa jarum penunjuk menunjuk pada titik nol.
2. Ambil salah satu pipa logam, ukur panjangnya dengan teliti (Lo)
kemudian masukkan pada peralatan muai panjang. Salah satu
ujung pipa logam menyentuh tungkai skala perubahan panjang.
3. Jarum pada skala perubahan panjang diberi simpangan sedikit
supaya dapat dipastikan bahwa batang telah menyentuh skala.
4. Nyalakan kompor listrik. Hubungkan salah satu ujung pipa dengan
sumber uap panas melalui pipa penghubung. Perhatikan
penunjukkan skala dan temperatur bahan setiap 30 detik
3
2
3
1
4
5
6
7
8
Gambar 1. Rangkaian Percobaan
Ket: 1. Batangan logam, 2. Alat ukur perubahan
panjang, 3. Tiang penyangga, 4. Pipa saluran uap
panas, 5. Termometer, 6. Bejana berisi air, 7.
Kompor listrik, 8. Meja praktikum
No T1 (OC) T=(T1- TO)OC L1 (m) L =(L1x0,01mm)
1
2
3
4
5
17. EKSPERIMEN HUKUM OHM
Tujuan
1. Menentukan hambatan lampu pijar
2. Menentukan besarnya daya yang terpakai
3. Menganalisa grafik hubungan hambatan logam (konduktor)
sebagai fungsi kuat arus.
18. EKSPERIMEN HUKUM OHM
Prosedur Percobaan
1. Rangkailah alat-alat seperti pada gambar
2. Ukurlah kuat arus (I) yang dimulai dari tegangan rendah (0 - 12)
volt, amati arus dan tegangan pada saat lampu mulai menyala
3. Gantilah lampu dengan karbon dan ulangi pengukuran untuk kuat
arus (I) dan tegangan (V).
Untuk kawat email
1. Ukurlah besarnya hambatan kawat email untuk 5m, 10m, 15 m,
dan 20 m.
2. Ukur pula diameter kawat email tersebut.
3. Ukurlah hambatan lampu pijar dengan ohmmeter
No Vs (Volt) I (A) V (volt) Keterangan
1
2
3
4
5
6
No L (m) R (Ω) d (m)
1
2
3
4
19. TRANSFORMATOR
Prosedur Percobaan
1. Susunlah transformator seperti pada Gambar 1 berikut ini, dengan memghubungkan
kumparan primer pada terminal catu daya 4 V.AC dalam posisi OFF.
2. Untuk membedakan tegangan primer ukurlah GGL yang diparalelkan dengan lilitan
sekunder yang berbeda.
3. Catu daya dibuat ON, ukurlah tegangan AC (VS) dan arus AC (IS) dengan menggunakan pada
lilitan sekunder 1000 dan lilitan primer 500 liiltan.
4. Ukurlah tegangan primer dan sekunder dari rangkaian
5. Ulangi prosedur 1 sampai 4 dengan mengganti mengganti lilitan sekunder 500 dan lilitan
primer 1000
Np Ns V
Vs
Vs
PRIMARY SECONDARY
POWER
SUPPLY
LAMINATED CORE
MAGNETIC FLUX LINKAGE
Gambar 1
NO Vp (Volt) Np (lilitan) Ns (lilitan) Vs (Volt)
1
2
3
4
20. PRINSIP KERJA LENSA
Prosedur Percobaan
Lensa Tunggal
1. Hubungkan lampu ke PLN, ukurlah tinggi benda (panjang anak panah).
2. Susunlah sistem optik berurutan sebagai berikut : benda (dengan lampu di
belakangnya), lensa positif lemah dan layar.
3. Ambillah jarak L benda ke layar, ukur dan cacat jarak layar ke benda itu.
4. Atur kedudukan lensa hingga diperoleh bayangan tegas pada layar, dan atur lagi
jarak lensa ini sehingga diperoleh bayangan tegas yang lain (tanpa mengubah
jarak benda L). Catat kedudukan lensa dan ukur tinggi bayangannya.
5. Ulangilah prosedur 3 4, sebanyak tiga kali dan gunakan harga L yang
berlainan (tanyakan pada Asisten).
6. Pada salah satu kedudukan dimana pada layar terdapat bayangan tegas, ukurlah
tinggi bayangan ini.
7. Letakan lensa negatif diantara layar dan lensa positif. Jangan mengubah letak
lensa dan layar. Ukurlah jarak layar ke lensa positif dan jarak layar ke lensa
negatif.
8. Aturlah kedudukan layar sehingga terdapat bayangan tegas pada layar. Ukurlah
jarak layar le lensa negatif, dan ukurlah tinggi bayangan yang terjadi.
9. Ulangilah prosedur 6 8, sebanyak 3 kali.
10. Ulangi prosedur 2 5 untuk lensa (++).
11. Ulangi prosedur 2 5 untuk gabungan lensa (+) dan (++), perhatikan jarak ke
dua lensa tersebut.
S1*
S1
Benda Lensa + Layar
F*
L
No Lensa L (m) S (m) S’ (m)
Keteran
gan
1
I
2
3
4
II
5
6
21. PRINSIP KERJA LENSA
Prosedur Percobaan
Lensa Gabungan
1. Ambil jarak L(benda ke layar), ukur dan catat jarak tersebut
2. Letakkan lensa positif lemah dan lensa positif kuat diantara benda dan layar
3. Aturlah kedudukan kedua lensa tersebut sehingga diperoleh bayangan yang
tegas pada layar
4. Ukurlah jarak benda dan bayangan untuk lensa positif lemah dan lensa positif
kuat
Benda
Lensa +
Bayangan
Akhir
P
Q
Lensa -
No L (m) S1 (m) S1’ (m) S2 (m) S2’ (m) Keterangan
1
2
3
22. EKSPERIMEN DAYA DISPERSI
Prosedur Percobaan
1. Hubungkan sumber cahaya dengan power supply, tanpa prisma di meja prisma, tempatkan layar kira-kira 50 cm
100 cm dari sumber cahaya.
2. Pilihlah slide tunggal, tempatkan di depan sumber cahaya. Aturlah posisinya hingga cahaya tajam berbentuk garis
berwarna putih muncul pada layar.
3. Tempatkan prisma dimeja prisma sehingga cahaya yang keluar dari slide terpotong oleh prisma. Aturlah posisi
prisma dan kotak sumber cahaya sehingga bayangan dari spektrum muncul pada layar.
4. Putarlah prisma perlahan-lahan searah jarum jam sehingga sudut minimum diperoleh untuk masing-masing cahaya
biru, kuning dan merah.
5. Lakukan pengukuran a dan b sehingga diperoleh besar sudut deviasi minimum indeks bias prisma untuk tiap warna
biru, kuning dan merah.
6. Ulangi metode diatas dengan mengubah jarak layar, prisma dan kotak sumber cahaya.
LAYAR
a
b
Y
A
R
PRISMA
LIGHT BOX
Gambar 1a
Warna Biru Warna Merah Warna Kuning
a b Ф a b Ф a b Ф
23. FISIKA DASAR II
EKSPERIME
N HUKUM
OHM
4
3
2
RANGKAIA
N LISTRIK
DC
PENGUKUR
AN
TEGANGAN
LISTRIK
DENGAN
OSILOSKOP
1
PENGENALA
N ALAT
UKUR
LISTRIK DAN
KOMPONEN
LISTRIK
JEMBATAN
WHITESTONE
6
MEDAN
MAGNET
INDUKSI DAN
MOTOR LISTRIK
5
7
TRANSFORMAT
OR
8
PRINSIP
KERJA
LENSA
EKSPERIME
N DAYA
DISPERSI
9
LASER
5
24. PENGENALAN ALAT UKUR DAN KOMPONEN LISTIK
Tujuan
1. Mengetahui cara penggunaan multimeter digital dan analog
2. Dapat memahami konfigurasi Multimeter dan kontrol indikator
yang terdapat pada sebuah Multimeter
3. Memahami sifat dan karakteristik resistor
4. Mengetahui cara menentukan atau menghitung besarnya nilai
dan toleransi dari resistor.
5. Mengetahui perbandingan nilai resistansi resistor berdasarkan
gelang warna dan pembacaan multimeter.
25. PENGENALAN ALAT UKUR DAN KOMPONEN LISTIK
Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan tiga buah resistor dan catat kode warna resistor
tersebut
2. Ukur besar hambatan ketiga resistor dengan ohmmeter
3. Hubungan salah satu resistor dengan power supply pada papan
rangkaian
4. Ukur besarnya arus dan tegangan pada resistor dengan
multimeter
5. Ulangi langkah 3 dan 4 untuk resistor kedua dan ketiga
No. Warna
Gelang 1 Gelang 2 Gelang 3 Gelang 4
1
2
3
4
5
No. R (Ω)
1
2
3
4
5
No. I (A) V (Volt)
1
2
3
4
5
26. PENGUKURAN TEGANGAN LISTRIK DENGAN OSILOSKOP
TUJUAN
1. Mampu menggunakan osiloskop untuk mengukur bentuk
fungsi, frekuensi, amplitudO, dan beda fasa dari sinyal
tegangan.
2. Memahami pengukuran tegangan atau arus AC, DC
menggunakan alat ukur yang tepat
Diagram blok osiloskop Ilustrasi cuplikan sinyal
27. PENGUKURAN TEGANGAN LISTRIK DENGAN OSILOSKOP
Prosedur Percobaan
Mengukur tegangan pada arus searah (DC)
1. Dalam eksperimen ini kita akan mengukur tegangan dari perangkat
baterai. Tersedia: baterai berhubungan seri dan baterai berhubungan
parallel.
2. Siapkan osiloskop anda sehingga siap untuk pengukuran tegangan DC.
3. Ukurlah baterai-baterai yang telah disediakan dengan multimeter
4. Catat nilai tegangan yang terbaca pada multimeter
5. Sambungkan probe osiloskop ke baterai atur vertical scale knob
sehingga dapat terlihat bentuk fungsi tegangan dengan jelas
6. Catat bentuk gelombang yang teramati pada layar osiloskop
7. Catat pula nilai tegangan Vrms yang ditampilkan osiloskop.
Rangkaian
sumber DC
Multimeter Osiloskop
Vrms (volt) Vrms (volt)
Baterai A
Baterai B
Seri
Paralel
28. PENGUKURAN TEGANGAN LISTRIK DENGAN OSILOSKOP
Prosedur Percobaan
Mengukur tegangan pada arus bolak-balik
1. Gambar bentuk gelombang keluaran yang teramati pada layar osiloskop.
2. Catat Vrms, Vpp, Vmaks dan periodanya.
3. Gunakan juga multimeter untuk mencatat tegangan keluarannya.
4. Ulangi langkah 3-5 dengan memvariasi tegangan dan frekuensi keluaran
signal generator sebanyak 4 kali.
Variasi sumber
AC
Multimeter Osiloskop
Vrms (volt) Vrms (volt) Vpp (volt) Vmaks (volt)
1
2
3
4
29. RANGKAIAN LISTRIK DC
Tujuan
1. Menyusun rangkaian resistor seri, parallel, dan kombinasi seri
paralel.
2. Menentukan besarnya arus listrik yang mengalir pada setiap
resistor.
3. Menentukan besarnya tegangan pada setiap resistor
V V V
R1 R2 R3 Rek
V V
R1
R2
R3
Rek
V
30. RANGKAIAN LISTRIK DC
Prosedur Percobaan
Rangkaian Seri Tiga Buah Resistor
1. Ukurlah besarnya tegangan sumber (baterai) yang disediakan
2. Buatlah rangkaian seri 3 buah resistor dan rangkaian seri 3 buah
bola lampu seperti pada Gambar .
3. Ukurlah besarnya arus listrik yang mengalir pada masing-masing
resistor
4. Ukurlah besarnya tegangan pada masing-masing resistor.
5. Apa yang akan terjadi jika salah satu bola lampu pada rangkaian 1
di off-kan?
V V V
R1 R2 R3 Rek
NO Vs (Volt)
V (Volt)
I (A)
V1 V2 V3
1 3
2 6
3 9
4 12
31. RANGKAIAN LISTRIK DC
Rangkaian Paralel Tiga Buah Resistor
1. Ukurlah besarnya tegangan sumber (baterai) yang disediakan
2. Buatlah rangkaian paralel 3 buah resistor dan rangkaian paralel 3
buah bola lampu seperti pada Gambar
3. Ukurlah besarnya arus listrik yang mengalir pada masing-masing
resistor
4. Ukurlah besarnya tegangan pada masing-masing resistor.
5. Apa yang akan terjadi jika salah satu bola lampu pada rangkaian 1
di off-kan?
V V
R1
R2
R3
Rek
V
NO Vs (Volt)
I (A)
V (Volt)
I1 I2 I3
1 3
2 6
3 9
4 12
32. EKSPERIMEN HUKUM OHM
Tujuan
1. Menentukan hambatan lampu pijar
2. Menentukan besarnya daya yang terpakai
3. Menganalisa grafik hubungan hambatan logam (konduktor)
sebagai fungsi kuat arus.
33. EKSPERIMEN HUKUM OHM
Prosedur Percobaan
1. Rangkailah alat-alat seperti pada gambar
2. Ukurlah kuat arus (I) yang dimulai dari tegangan rendah (0 - 12)
volt, amati arus dan tegangan pada saat lampu mulai menyala
3. Gantilah lampu dengan karbon dan ulangi pengukuran untuk kuat
arus (I) dan tegangan (V).
Untuk kawat email
1. Ukurlah besarnya hambatan kawat email untuk 5m, 10m, 15 m,
dan 20 m.
2. Ukur pula diameter kawat email tersebut.
3. Ukurlah hambatan lampu pijar dengan ohmmeter
No Vs (Volt) I (A) V (volt) Keterangan
1
2
3
4
5
6
No L (m) R (Ω) d (m)
1
2
3
4
34. JEMBAYAN WHEATSTONE
TUJUAN
1. Menentukan besarnya hambatan listrik dengan menggunakan
metoda jembatan Wheatstone.
2. Menguji kebenaran rumus untuk hubungan seri dan paralel dari
hambatan-hambatan listrik.
R1 R2
Rb Rx
G
E
Gambar 1. Rangkaian jembatan
Wheatstone
Rb Rx
G
E
K
S
Rs
A
C
B
L1 L2
Gambar 2 Rangkaian percobaan jembatan
Wheatstone
35. JEMBAYAN WHEATSTONE
PERCOBAAN YANG DILAKUKAN
1. Susunlah rangkaian untuk percoban seperti pada Gambar 2 dengan Rxl sebagai hambatan yang belum
diketahui nilainya. Perhatikan supaya saklar Smula-mula dalam keadaan terbuka (off).
2. Aturlah hambatan geser Rspada posisi maksimum. Atur tegangan catu daya sebesar 12 volt, kemudian saklar
Sdipindah ke posisi On.
3. Atur hambatan bangku Rb, atau geserkan kontak gescr Cpada kawat AB sampai galvanometer menunjukkan
nilai nol. Anda dapat mengecilkan nilai hambatan seri Rsuntuk meningkatkansensitivitas galvanometer. Bila
galvanometer telah menunjukkan nilai nol, balikkan arah arus di dalam rangkaian dengan membalikkan saklar
komutator untuk memastikan bahwa galvanometer tetap menunjukkan nilai nol.
4. Setelah setimbang, catat nilai Rb,, L1 dan L2lengkap dengan ketelitiannya.
5. Matikan catu daya atau pindahkan saklar ke posisi Off.
6. Ganti hambatan Rx1dengan Rx2, dan ulangi langkah 3 s/d 7 di atas..
7. Ganti Rx2dengan rangkaian seri Rx1dan Rx2, dan ulangi langkah 3 s/d 7 di atas.
8. Ganti rangkaian seri Rx1dan Rx2dengan rangkaian paralel Rx1danRx2, dan ulangi langkah 3 s/d 7 di atas.
36. MEDAN MAGNET INDUKSI DAN MOTOR LISTRIK
TUJUAN
1. Menentukan medan magnet diantara dua buah magnet cakram
yang dengan kutub yang berbeda jenis saling berhadapan.
2. Menentukan hubungan antara torsi magnetic dengan gaya
magnetik pada suatu loop kawat yang dialiri arus listrik dan
ditempatkan dalam medan magnetic.
3. Memahami hubungan antara gejala kelistrikan dan kemagnetan
melalui fenomena induksi magnetic.
4. Menentukan nilai kecepatan sudut maksimum suatu loop kawat
dengan jumlah lilitan tertentu dan luasan loop tertentu.
5. Menentukan efisiensi motor listrik dan menyelidiki hubungannya
dengan arus input.
37. MEDAN MAGNET INDUKSI DAN MOTOR LISTRIK
Prosedur Percobaan
Medan magnet disekitar dua kutub pada dua magnet
cakram yang terpisah.
1. Untuk mengetahui arah kutub magnet, gantungkan
salah satu magnet menggunakan tali nilon.
Perhatikan bahwa kutub utara magnet akan
mengarah ke kutub utara medan magnet bumi,
begitu pula sebaliknya.
2. Letakkan dua magnet cakram diatas meja pada
jarak sekitar 10 cm, dengan kutub yang berbeda
saling berhadapan.
3. Ukur dan catat nilai medan magnet di antara dua
kutub magnet cakram.
Posisi xy B (mT)
0,0
0,2
0,-2
2,0
-2,0
38. MEDAN MAGNET INDUKSI DAN MOTOR LISTRIK
Prosedur Percobaan
Torsi Magnetik
1. Catat: Jumlah lilitan kawat adalah 20 lilitan.
2. Ukur panjang dan lebar kumparan. Catat pada table pengamatan dalam satuan meter.
3. Susun rangkaian alat motor listrik tanpa magnet. Hubungkan dengan amperemeter, voltmeter,
catu daya, rheostat seperti gambar
4. Atur sedemikian rupa agar arus listrik yang mengalir sebesar 0,5 A. Jika sudah, matikan catudaya.
5. Pasang magnet dengan kutub berlawanan saling berhadapan, dengan jarak antar magnet 10 cm
(jarak terdekat).
6. Pastikan sensor gerbang cahaya terhubung dengan piranti antarmuka dan computer. Tekan
tombol start (hijau) pada computer, lalu nyalakan catu daya. Pada keadaan ini seharusnya
kumparan mulai berputar. Jika tidak, beri sedikit dorongan lembut pada kumparan hingga mulai
berputar.
7. Amati nilai arus yang terbaca pada saat kumparan sedang berputar, catat pada table hasil
pengamatan (Iaktual).
8. Ulangi percobaan untuk beberapa nilai arus in – out sesuai pada table hasil pengamatan.
9. Lengakapi nilai Wt dan ∆t berdasarkan grafik hasil pengamatan.
39. TRANSFORMATOR
Prosedur Percobaan
1. Susunlah transformator seperti pada Gambar 1 berikut ini, dengan memghubungkan
kumparan primer pada terminal catu daya 4 V.AC dalam posisi OFF.
2. Untuk membedakan tegangan primer ukurlah GGL yang diparalelkan dengan lilitan
sekunder yang berbeda.
3. Catu daya dibuat ON, ukurlah tegangan AC (VS) dan arus AC (IS) dengan menggunakan pada
lilitan sekunder 1000 dan lilitan primer 500 liiltan.
4. Ukurlah tegangan primer dan sekunder dari rangkaian
5. Ulangi prosedur 1 sampai 4 dengan mengganti mengganti lilitan sekunder 500 dan lilitan
primer 1000
Np Ns V
Vs
Vs
PRIMARY SECONDARY
POWER
SUPPLY
LAMINATED CORE
MAGNETIC FLUX LINKAGE
Gambar 1
NO Vp (Volt) Np (lilitan) Ns (lilitan) Vs (Volt)
1
2
3
4
40. PRINSIP KERJA LENSA
Prosedur Percobaan
Lensa Tunggal
1. Hubungkan lampu ke PLN, ukurlah tinggi benda (panjang anak panah).
2. Susunlah sistem optik berurutan sebagai berikut : benda (dengan lampu di
belakangnya), lensa positif lemah dan layar.
3. Ambillah jarak L benda ke layar, ukur dan cacat jarak layar ke benda itu.
4. Atur kedudukan lensa hingga diperoleh bayangan tegas pada layar, dan atur lagi
jarak lensa ini sehingga diperoleh bayangan tegas yang lain (tanpa mengubah
jarak benda L). Catat kedudukan lensa dan ukur tinggi bayangannya.
5. Ulangilah prosedur 3 4, sebanyak tiga kali dan gunakan harga L yang
berlainan (tanyakan pada Asisten).
6. Pada salah satu kedudukan dimana pada layar terdapat bayangan tegas, ukurlah
tinggi bayangan ini.
7. Letakan lensa negatif diantara layar dan lensa positif. Jangan mengubah letak
lensa dan layar. Ukurlah jarak layar ke lensa positif dan jarak layar ke lensa
negatif.
8. Aturlah kedudukan layar sehingga terdapat bayangan tegas pada layar. Ukurlah
jarak layar le lensa negatif, dan ukurlah tinggi bayangan yang terjadi.
9. Ulangilah prosedur 6 8, sebanyak 3 kali.
10. Ulangi prosedur 2 5 untuk lensa (++).
11. Ulangi prosedur 2 5 untuk gabungan lensa (+) dan (++), perhatikan jarak ke
dua lensa tersebut.
S1*
S1
Benda Lensa + Layar
F*
L
No Lensa L (m) S (m) S’ (m)
Keteran
gan
1
I
2
3
4
II
5
6
41. PRINSIP KERJA LENSA
Prosedur Percobaan
Lensa Gabungan
1. Ambil jarak L(benda ke layar), ukur dan catat jarak tersebut
2. Letakkan lensa positif lemah dan lensa positif kuat diantara benda dan layar
3. Aturlah kedudukan kedua lensa tersebut sehingga diperoleh bayangan yang
tegas pada layar
4. Ukurlah jarak benda dan bayangan untuk lensa positif lemah dan lensa positif
kuat
Benda
Lensa +
Bayangan
Akhir
P
Q
Lensa -
No L (m) S1 (m) S1’ (m) S2 (m) S2’ (m) Keterangan
1
2
3
42. EKSPERIMEN DAYA DISPERSI
Prosedur Percobaan
1. Hubungkan sumber cahaya dengan power supply, tanpa prisma di meja prisma, tempatkan layar kira-kira 50 cm
100 cm dari sumber cahaya.
2. Pilihlah slide tunggal, tempatkan di depan sumber cahaya. Aturlah posisinya hingga cahaya tajam berbentuk garis
berwarna putih muncul pada layar.
3. Tempatkan prisma dimeja prisma sehingga cahaya yang keluar dari slide terpotong oleh prisma. Aturlah posisi
prisma dan kotak sumber cahaya sehingga bayangan dari spektrum muncul pada layar.
4. Putarlah prisma perlahan-lahan searah jarum jam sehingga sudut minimum diperoleh untuk masing-masing cahaya
biru, kuning dan merah.
5. Lakukan pengukuran a dan b sehingga diperoleh besar sudut deviasi minimum indeks bias prisma untuk tiap warna
biru, kuning dan merah.
6. Ulangi metode diatas dengan mengubah jarak layar, prisma dan kotak sumber cahaya.
LAYAR
a
b
Y
A
R
PRISMA
LIGHT BOX
Gambar 1a
Warna Biru Warna Merah Warna Kuning
a b Ф a b Ф a b Ф
43. LASER
TUJUAN
1. Mengetahui perbedaan laser dari cahaya biasa
2. Mengetahui peristiwa-peristiwa fisis yang dapat terjadi pada
hamburan pada laser
20,66 eV
18,70 eV
2p55s1
2p53p1
2p53s1
2p6
638,8 nm
20,61
eV
0 0
He Ne
Tumbukan
44. LASER
Prosedur Percobaan
Percobaan 1. Hamburan cahaya
1. Hamburan cahaya diamati dengan menggunakan debu kapur dan
tepung sebagai partikel penghambur.Lakukanlah langkah-langkah
berikut:
2. Taburkan debu kapur (sisa kapur dari penghapus papan tul’s) di depan
laser, amati apa yang terjadi.
3. Lewatkan laser melalui bak tembus cahaya yang berisi air jernih dan
tangkap cahaya yang keluar dari sisi lain dengan layar (layar).
Dapatkah anda melihat jalannya cahaya dalam air tersebut?
4. Taburkan sedikit tepung ke dalam bak air tersebut; amati apa yang
terjadi.
5. Amati cahaya yang berhambur elativ tegak lurus jalannya sinar pada
sinar elati melalui elativ elative. Putarlah arah polaripasi elativ.
Jelaskan hasil pengamatan anda.
Percobaan 2. Penyebaran berkas laser
1. Gunakan layar di depan sumber laser untuk menangkap sinar laser
dan ukurlah diameternya pada jarak 5m, 10m dan 20 m. Hitunglah
sudut penyebaran laser, yaitu diameter / jarak
. L (m) d (m)
1
2
3
4
5
20,66 eV
18,70 eV
2p55s1
2p53p1
2p53s1
2p6
638,8 nm
20,61
eV
0 0
He Ne
Tumbukan
45.
46. m2
T
m1
X
DINAMIKA PARTIKEL
TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami hukum-hukum Newton tentang gerak
2. Memahami konsep teorema Kerja-Energi.
3. Dapat menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah
benda.
47. DINAMIKA PARTIKEL
Prosedur Percobaan
1. Susunlah sistem (peralatan ) diatas meja kaca seperti gambar
disamping
2. Ukur panjang lintasan yang akan ditempuh oleh benda m1
(jarak ditentukkan oleh Asisten)
3. Tambahkan massa lain pada m2 sedikit demi sedikit sehingga
sistem bergerak
4. Ukur waktu yang diperlukan m1 untuk menempuh jarak yang
telah ditentukan
5. Ulangi point 4 sebanyak-banyaknya
6. Ulangi point 3 s/d 5 untuk tambahan massa yang lain
m
2
T
m
1
X