2. NAMA ANGGOTA
1. Eka zuni pratiwi
2. Prita zulvania I S
KELAS : XI MIA 4
SEKOLAH : SMAN 1 KEJAYAN
3. Keluarga Magelhaens adalah keluarga bangsawan, maka, menurut
kebiasaan setempat, Fernando telah direkrut sejak mudanya
sebagai ajudan di istana kerajaan. Di sini, selain mendapat
pendidikan, ia belajar secara langsung prestasi pria-pria seperti
Christopher Columbus, ang baru kembali dari Amerika setelah
mencari rute pelayaran laut di sebelah barat ke Kepulauan Rempah
(Indonesia) yang menjadi buah bibir. Beberapa waktu kemudian,
Fernando muda bercita-cita untuk merasakan sendiri desau kibaran
layar diterpa angin serta semburan air laut pada wajahnya di
samudera yang masih perawan.
Sungguh menyedihkan, tuan dari Fernando, Raja John, dibunuh
pada tahun 1495 dan Pangeran Manuel, yang lebih berminat akan
harta sebaliknya daripada penjelajahan, naik takhta. Karena alasan
tertentu, Manuel tidak menyukai Fernando yang kala itu berusia 15
tahun dan selama bertahun-tahun mengabaikan permintaannya
untuk melaut. Tetapi sewaktu Vasco da Gama kembali dari India
membawa muatan rempah-rempah, Manuel mengendus aroma
kekayaan yang berlimpah-limpah. Akhirnya, pada tahun 1505, ia
mengizinkan Magelhaens berangkat Afrika Timur dan India dalam
sebuah armada Portugal untuk membantu mengambil alih
perdagangan rempah dari para saudagar Arab. Setelah itu, ia
berlayar lebih jauh ke timur ke Malaka bersama ekspedisi militer
lainnya.
4. Selama suatu pertikaian di Maroko pada tahun 1513, Magelhaens
mengalami cedera yang serius di lutut. Akibatnya, ia menjadi
timpang seumur hidupnya. Ia meminta Manuel untuk menaikkan
pensiunnya. Tetapi kebencian Manuel tidak berkurang, tidak soal
seberapa besarnya penjelajahan, pengorbanan, dan keberanian
Magelhaens sehingga kemudian ia hidup dalam kemiskinan
meskipun masih menyandang gelar bangsawan.
Pada masa paling susah dalam kehidupan Magelhaens, ia
dikunjungi oleh seorang teman lama, navigator terkenal, Joāo de
Lisboa. Mereka berdua membahas cara mencapai Kepulauan
Rempah dengan pergi ke barat daya, melalui el paso—sebuah selat
yang menurut kabar angin adalah jalan pintas melewati Amerika
Selatan—dan kemudian menyeberangi samudera yang belum lama
itu ditemukan oleh Balboa sewaktu ia mengarungi tanah genting
Panama. Mereka yakin bahwa di sisi lain dari samudera ini terletak
Kepulauan Rempah.
Magelhaens kini sangat berhasrat untuk melakukan apa yang gagal
dilakukan Columbus—menemukan rute barat menuju Timur, yang ia
yakin lebih pendek daripada rute sebelah timur. Tetapi ia
membutuhkan dukungan finansial. Maka, karena masih merasa
jengkel atas kegusaran Manuel, ia melakukan apa yang Columbus
sendiri lakukan beberapa tahun sebelumnya—ia meminta dukungan
raja Spanyol.
5. Persiapan Pelayaran Menuju Maluku
Dengan peta terbuka lebar, Magelhaens menyajikan
pendapatnya kepada penguasa muda Spanyol,
Charles I, yang sangat berminat akan rute sebelah
barat ke Kepulauan Rempah yang diajukan
Magelhaens karena ini akan menutup jalur
perdagangan Portugal. Selain itu, Magelhaens
memberitahunya bahwa Kepulauan Rempah boleh
jadi sebenarnya berada di wilayah Spanyol, bukan
Portugal.
Charles diyakinkan. Ia memberi Magelhaens lima
kapal tua untuk diperbaiki dan dipersiapkan guna
ekspedisi tersebut, mengangkat dia menjadi kapten-
jenderal armada itu, dan menjanjikannya pembagian
laba dari rempah-rempah yang dibawa pulang.
Magelhaens segera mulai bekerja. Tetapi karena
upaya-upaya licik Raja Manuel untuk menyabot
proyek tersebut, dibutuhkan lebih dari satu tahun
hingga armada tersebut akhirnya siap untuk
pelayarannya yang bersejarah.
6. Keberangkatan
Pada tanggal 20 September 1519, San Antonio,
Concepción, Victoria, dan Santiago—yang terbesar
hingga yang terkecil—mengikuti kapal induk
Magelhaens, Trinidad, kapal terbesar kedua, seraya
mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal
13 Desember, mereka mencapai Brasil, dan sambil
menatap Pāo de Açúcar, atau Pegunungan Sugarloaf,
yang mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de
Janeiro yang indah untuk perbaikan dan mengisi
perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan ke selatan
ke tempat yang sekarang adalah Argentina, senantiasa
mencari-cari el paso, jalur yang sulit ditemukan yang
menuju ke samudera lain. Sementara itu, udara semakin
dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada
tanggal 31 Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk
melewatkan musim salju di pelabuhan San Julián yang
dingin.
7. Pelayaran tersebut kini telah memakan
waktu enam kali lebih lama daripada
pelayaran Columbus mengarungi
Samudra Atlantik yang pertama kali—dan
belum terlihat satu selat pun! Semangat
juang mereka mulai sedingin cuaca di San
Julián, dan pria-pria, termasuk beberapa
kapten serta perwira, merasa putus asa
dan ingin pulang saja. Tidaklah
mengherankan bila terjadi
pemberontakan. Namun, berkat tindakan
yang cepat dan tegas di pihak
Magelhaens, hal itu digagalkan dan dua
pemimpin pemberontak tersebut tewas.
8. Kehadiran kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian
penduduk lokal yang kuat dan berbadan besar. Merasa seperti
orang kerdil dibandingkan dengan raksasa-raksasa ini, para
pengunjung tersebut menyebut daratan itu Patagonia—dari kata
Spanyol yang berarti kaki besar. Mereka juga mengamati "serigala
laut sebesar anak lembu, serta angsa berwarna hitam dan putih
yang berenang di bawah air, makan ikan, dan memiliki paruh seperti
gagak", Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah anjing laut dan
pinguin.
Daerah lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas
secara tiba-tiba, dan sebelum musim dingin berakhir, armada itu
mengalami korban pertamnya—Santiago yang kecil. Namun,
untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang karam
itu. Setelah itu, keempat kapal yang masih bertahan, bagaikan
ngengat kecil bersayap yang terpukul di tengah arus laut yang
membeku dan tak kunjung reda, berjuang sekuat tenaga menuju ke
selatan ke perairan yang semakin dingin—hingga tanggal 21
Oktober. Berlayar di bawah guyuran air hujan yang membeku,
semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. Akhirnya,
mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal
sebagai Selat Magelhaens! Namun, San Antonio dengan sengaja
9. Ketiga kapal yang masih bertahan, diimpit
oleh teluk yang sempit di antara tebing-
tebing berselimut salju, dengan gigih
berlayar melewati selat yang berkelok-
kelok itu. Merek mengamati begitu
banyaknya api di sebelah selatan,
kemungkinan dari perkemahan orang
Indian, jadi mereka menyebut daratan itu
Tierra del Fuego, “Tanah Api”.
10. Pencobaan yang Hebat di Samudera Pasifik
Setelah melewati lima minggu, mereka berlayar menuju sebuah samudra
yang sedemikian tenangnya sehingga Magelhaens menamakannya Pasifik.
Pria-pria itu memanjatkan doa, menyanyikan himne, dan merayakan
penaklukan itu dengan menembakkan meriam. Tetapi kebahagiaan mereka
berumur pendek. Mereka dihadang bencana yang lebih hebat daripada
yang sudah-sudah, karena perairan ini ternyata bukan laut kecil yang
mereka bayangkan—laut ini seolah-olah tak berujung, dan mereka semakin
lapar, semakin lemah, dan semakin banyak yang sakit.
Antonio Pigafetta, seorang Italia yang tangguh, membuat semacam jurnal.
Ia menulis, "Hari Rabu, tanggal dua puluh delapan November 1520, kami . .
. memasuki Laut Pasifik, dan selama tiga bulan dua puluh hari kami belum
mengisi perbekalan . . .Kami hanya makan biskuit busuk yang telah menjadi
remah, dan penuh dengan belatung, dan berbau busuk akibat kotoran tikus
di atasnya . . . dan kami minum air yang berwarna kuning dan berbau
busuk. Kami juga makan kulit sapi . . . , serbuk gergaju, dan tikus-tikus yang
masing-masing berharga setengah keping emas, tetapi tidak banyak yang
dapat kami tangkap". Jadi, seraya angin segar terus menerpa layar mereka
dan air jernih menyelusup di bawah ujung geladak mereka, pria-pria ini
tergeletak sekarat akibat kudis. Sembilan belas orang meninggal pada saat
mereka mencapai Kepulauan Mariana, pada tanggal 6 Maret 1521.
Tetapi di sini, karena bentrok dengan penduduk pulau, mereka hanya
berhasil mendapat sedikit makanan segar sebelum berangkat. Kemudian,
pada tanggal 16 Maret, mereka melihat Filipina. Akhirnya, akhirnya semua
pria ini mendapat makanan yang baik, beristirahat, dan memulihkan
kesehatan dan kekuatan mereka.
11. Kematian
Sebagai pria yang sangat religius, Magelhaens mengajak banyak
penduduk lokal dan penguasa mereka pada agama Katolik.
Tetapi semangatnya juga menjadi kebinasaannya. Ia menjadi
terlibat dalam pertikaian antarsuku dan, dengan hanya 60 pria,
menyerang sekitar 1.500 penduduk pribumi, dengan keyakinan
bahwa senapan busur, senapan kuno, dan Allah akan menjamin
kemenangannya. Sebaliknya, ia dan sejumlah bawahannya
tewas. Magelhaens berusia sekitar 41 tahun. Pigafetta yang setia
meratap, 'Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur,
dan penuntun sejati kita'. Beberapa hari kemudian, sekitar 27
perwira yang hanya menyaksikan dari kapal mereka, dibunuh
oleh para kepala suku yang sebelumnya bersahabat.
Sewaktu Magelhaens tewas, ia berada di lingkungan yang tidak
asing. Sedikit ke arah selatan terletak Kepulauan Rempah dan
ke arah barat, Malaka, tempat ia pernah berjuang pada tahun
1511. Seandainya, sebagaimana diperkirakan oleh beberapa
sejarawan, ia berlayar ke Filipina setelah pertempuran di Malaka,
maka sesungguhnya ia telah mengelilingi bola bumi—meskipun,
tentu saja, tidak dalam sekali jalan. Ia telah mencapai Filipina
12. Pelayaran Pulang
Karena sekarang jumlah awak pelayaran itu tinggal sedikit, tidak
mungkin untuk berlayar dengan tiga kapal, jadi mereka
menenggelamkan Concepción dan berlayar dengan dua kapal yang
masih tinggal ke tujuan terakhir mereka, Kepulauan Rempah.
Kemudian, setelah mengisi muatan dengan rempah-rempah, kedua
kapal itu berpisah. Akan tetapi, awak kapal Trinidad ditangkap oleh
Portugal dan dipenjarakan.
Namun, Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan
Sebastián de Elcano, luput. Sambil menghindari semua pelabuhan
kecuali satu, mereka mengambil risiko melewati rute Portugal
mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti untuk
mengisi perbekalan merupakan strategi yang mahal. Sewaktu
mereka akhirnya mencapai Spanyol pada tanggal 6 September
1522—tiga tahun sejak keberangkatan mereka—hanya 18 pria yang
sakit dan tidak berdaya yang bertahan hidup. Meskipun demikian,
tidak dapat dibantah bahwa merekalah orang pertama yang berlayar
mengelilingi bumi. Juan Sebastián de Elcano pun menjadi
pahlawan. Sungguh suatu hal yang menakjubkan, muatan rempah
Victoria seberat 26 ton menutup ongkos seluruh ekspedisi!
13. Antonio Pigafetta, seorang Italia yang tangguh, membuat
semacam jurnal. Ia menulis, "Hari Rabu, tanggal dua puluh
delapan November 1520, kami . . . memasuki Laut Pasifik,
dan selama tiga bulan dua puluh hari kami belum mengisi
perbekalan . . .Kami hanya makan biskuit busuk yang telah
menjadi remah, dan penuh dengan belatung, dan berbau
busuk akibat kotoran tikus di atasnya . . . dan kami minum air
yang berwarna kuning dan berbau busuk. Kami juga makan
kulit sapi . . . , serbuk gergaju, dan tikus-tikus yang masing-
masing berharga setengah keping emas, tetapi tidak banyak
yang dapat kami tangkap". Jadi, seraya angin segar terus
menerpa layar mereka dan air jernih menyelusup di bawah
ujung geladak mereka, pria-pria ini tergeletak sekarat akibat
kudis. Sembilan belas orang meninggal pada saat mereka
mencapai Kepulauan Mariana, pada tanggal 6 Maret 1521.
Tetapi di sini, karena bentrok dengan penduduk pulau,
mereka hanya berhasil mendapat sedikit makanan segar
sebelum berangkat. Kemudian, pada tanggal 16 Maret,
mereka melihat Filipina. Akhirnya, akhirnya semua pria ini
mendapat makanan yang baik, beristirahat, dan memulihkan
kesehatan dan kekuatan mereka.