SlideShare a Scribd company logo
LAS LISTRIK
(SMAW)
PERLENGKAPAN LAS LISTRIK
• Power Suplply
• Mesin Las Listrik
• Hubungan paralel mesin las
• Kabel
POWER SUPLPLY
• Daya listrik dari suatu mesin las diperlukan untuk
memulai dan menjaga operasi pengelasan busur
listrik. Daya listrik dihasilkan dari suatu mesin las yang
mengalirkan arus dan beda potensial tertentu diantaa
dua elektroda.
• Tegangan las bervariasi mulai dari 10 hingga 60 volt
dan besar arus las dari 3 hingga 700 ampere. Kadang –
kadang terjadi tegangan atau arus yang lebih besar
atau lebih kecil dari harga – harga itu.
• Power supply yang dipergunakan dalam pengelasan
busur listrik dibagi 2 yaitu mesin las berkarakteristik
static dan mesin las berkarakteristik dinamik.
Keterangan :
CC = Curent Constant = arus konstan
CV = Constant Voltage = Daya konstan
Transformer Generator Transformer Rectifier
DC DC AC AC AC/DC
DC
CC CV CC CC CC
CC CC/CV CV CC CC/CV CV
Mesin Las
Statik
Dinamik
• Dalam mempelajari mesin las dikenal istilah
lain yang tidak kalah penting yaitu DUTY CYCLE
yang merupakan perbandingan antara waktu
pembusuran dan waktu total sebesar 10
menit.
• Contoh, jika waktu pembusuran 5 menit maka
duty cycle sebesar 50% dan jika lama
pembusuran 10 menit maka duty cycle 100%.
• Adanya formulasi dan spesifikasi seperti duty
cycle pada mesin las oleh karena fakta bahwa
pengelasan tidak pernah dilakukan secara
kontinu apalagi untuk proses SMAW.
Ada formulasi lainnya yang menghubungkan
duty cycle dengan kebutuhan arus las.
Formulasi ini dapat digunakan untuk
menghitung kebutuhan arus las jika diinginkan
besar duty cycle tertentu.
Formulasi itu adalah :
Duty cycle yg diperlukan = arus las yg diberikan²
Duty cycle yg diberikan arus las g diperlukan²
Contoh :
Suatu mesin las akan digunakan dengan arus 300
ampere pada duty cycle 60%. Las itu akan dimekanisasi
sehingga duty cycle menjadi 100% maka berapa besar
arus las yang mungkin diperlukan?
Jawab :
Arus las yg diperlukan² = arus las yg diberikan² x duty cycle yg diberikan
duty cycle g diperlukan
arus las yg diperlukan² = 300² x 0,60 = 90.000 x 0,60 = 232 ampere
1,00
Jadi arus las yang diperlukan pada duty cycle 100% adalah 232 ampere.
Kurva Karakteristik Mesin Las
Pada proses SMAW,seringkali ada waktu sela proses
pembusuran yang diakibatkan oleh kebutuhan teknik
mengelas. Oleh karena itu,mesin las dengan duty cycle
100% terlampau besar dan mungkin tidak pernah
tercapai.
Spesifikasi Mesin Las
Spesifikasi Mesin Las I Mesin Las II
Tegangan Utama +/- 10% 3ph
380V/400V/415V ~
50Hz
3ph
380V/400V/415V ~
50Hz
Sekering 25A
20A
20A
32A
32A
25A
Daya pada 100% duty cycle
8,5 kVA 17,2 kVA
Cos ø 0,98 (150 A)
0,99 (330 A)
0,98 (150 A)
0,99 (450 A)
Efisiensi 88% 90%
Selang Arus Las 3 – 330 A 3 – 450 A
Selang Arus Las pada 50% dc
Selang Arus Las pada 60% dc
Selang Arus Las pada 100%
330 A
300 A
210 A
450 A
360 A
Tegangan Las MIG/MAG
MMAW
TIG
10 – 40 V
0 – 55 V
0 – 55 V
10 – 40 V
0 – 55 V
0 – 55 V
Tegangan tanpa beban 50 V 50 V
Sistem Pendingn AF AF
MESIN LAS LISTRIK
• Sumber tenaga mesin las
dapat diperoleh dari motor
bensin atau diesel atau ardu
induk Tegangan listrik
tegangan tinggi dialihkan ke
bengkel las melalui beberapa
transformator.
• Tegangan yang diperlukan
oleh mesin las biasanya 110
Volt, 220 Volt atau 380 Volt
Sirkulasi Arus pada
Generator Las Listrik
Tegangan listrik
tegangan tinggi
dialihkan ke bengkel las
melalui beberapa
transformator.
Tegangan yang
diperlukan oleh mesin
las biasa Antara
jaringan dengan mesin
las bengkel terdapat
saklar pemutus.
Hubungan paralel mesin las
Menghubungkan secara parallel dua atau lebih
mesin las dapat dilakukan dengan syarat mesin
las-mesin las tersebut sama jenisnya. Dengan
menghubungkan dua mesin las tersebut maka
arus las yang dihasilkan bisa lebih besar.
Kabel
• Pada mesin las ada kabel primer dan
sekunder.
• Kabel primer ialah kabel yang
menghubungkan sumber tenaga
dengan mesin las.
• Kabel sekunder ialah kabel elektroda
dan kabel masa. Jumlah kawat inti
pada kabel primer disesuikan dengan
jumlah phasa mesin las ditambah
satu kawat.
• Kawat yang ditambah dipakai untuk
hubungan masa tanah dari mesin.
Istilah – istilah
Pengelasan Busur Listrik
• No-load voltage : terjadi ketika mesin las sudah ON tetapi
tidak ada busur listrik dan tidak ada operasi pengelasan. Arus
listrik tidak mengalir tetapi tegangan paling besar. Dengan
tegangan yang besar ini akan memudahkan inisiasi busur
listrik. Untuk alasan keamanan,tegangan tanpa beban yang
keluar dari mesin las diatur serendah mungkin.
• Short circuit voltage : terjadi ketika ujung elektroda
menyentuh permukaan benda kerja. Pada kondisi ini tegangan
sangat rendah dan arus meningkat sangat besar.
• Operating voltage : terjadi pada saat operasi pengelasan
dimana ada busur listrik antara ujung elektroda dan
permukaan benda kerja. Tegangan yang terjadi tergantung.
ELEKTODE
• Elektroda yang digunakan dalam proses SMAW
memiliki banyak perbedaan baik komposisi kawat las
maupun jenis fluks. Diameter standar elektroda
(diameter kawat las) bervariasi mulai dari l,5 mm
hingga 8 mm, sedangkan panjangnya mulai dari 200
mm hingga 450 mm.
• Elektroda las tidak hanya merupakan kawat logam
tetapi juga dilindungi atau diselimuti oleh fluks. Pada
saat pengelasan fluks ini ikut mencair dan bercampur
dengan cairan logam yang berasal dari logam induk
dan kawat las.
Fluks yang dibuat menyelimuti kawat las memiliki
beberapa fungsi, diantaranya :
1. Penghasil gas (CO2) yang berasal dari pembakaran fluks yang berfungsi
melindungi busur listrik dan kubangan logam las dari lingkungan atmosfir.
2. Deoxidizer (mengikat gas O2 yang ikut terlarut dalam cairan logam)
Pembentuk terak/salg, yang melindungi logam las beku dari oksidasi dan
membantu membentuk manik las.
3. Unsur-unsur paduan, yang memberikan logam las beku dari oksidasi dan
membantu membentuk manik las.
4. Unsur-unsur paduan, yang memberikan perbaikan sifat tertentu pada
logam las.
5. Unsur-unsur pembentuk ion-ion, yang membuat busur listrik lebih stabil
dan mampu beroperasi dengan penggunaan arus AC.
6. Meningkatkan produktivitas pengelasan (misalnya pada fluks yang
mengandung serbuk besi)
Ukuran Elektrode (Kawat Las)
• Pemilihan ukuran diameter elektrode tergantung dari
desain,ukuran lasan,posisi las,input panas,dan
ketrampilan juru las (welder).
• Berarti untuk setiap jenis elektrode memiliki ukuran
diameter dan besar ampere yang berbeda.
• Contoh :
– Untuk jenis elektrode :E 6011 dengan diameter ø
1/8”,arus listrik = 100 – 200 A untuk ukuran las
1/8” dengan welding speed 8 – 10 ipm (inch per
minute)(flat) dan 10 – 12 ipm (down hill).
UKURAN ELEKTRODE
BERDASARKAN AMPERE
Macam – macam Kawat Las
Pada umumnya ditinjau dari logam yang di las,kawatdibagi
mejadi 5 group :
– Mld Steel (Baja Lunak)
– High Carbon Steel
– Alloy Steel
– Cast Iron
– Non Ferrous
Secara spesifik dalam aplikasi las proses SMAW,elektrode
digolongkan menurut sifat – sifatnya sebagai berikut :
1) Fast-Fill Electrodes
2) Fast-Freeze Electrodes
3) Fill-Freeze Electrodes
4) Low Hydrogen Electrodes
PENYIMPANAN ELEKTRODE
Elektrode
Klasifikasi AWS
Kondisi Penyimpanan
Pemanas ulang
Kondisi ruangan Peti pemanas
E 6010,E 6011 27ºC + 11ºC
Kelembaban relatif 20 –
60%
Untuk kondisi peyimpanan
dan pemanasan ulang harus
dikonsultasikan kepada
pemasok
E 6012,E 6013
E 6020,E 6027
E 7014,E 7024
27ºC + 11 ºC
Kelembaban relatif
maksimum 50%
11ºC - 22 ºC diatas suhu
ruangan
135 ºC + 14 ºC
selama satu jam
E 7018,E 7028 27ºC + 11 ºC
Kelembaban relatif
maksimum 50%
27ºC - 138 ºC diatas suhu
ruangan
343 ºC + 28 ºC
selama satu jam
E 7015,E 7016 27ºC + 11 ºC
Kelembaban relatif
maksimum 50%
27ºC - 138 ºC diatas suhu
ruangan
288 ºC + 28 ºC
selama satu jam
PERALATAN PENYIMPAN
ELEKTRODE
Busur Listrik Pada Pengelasan
SMAW
Karakteristik Busur DC
Dalam listrik DC, karena terdapat kutub positi
dan negatii maka terdapat dua pengangkutan
(polaritas), yaitu:
1. Polaritas lurus (straight polarity), dimana
elektroda dihubungkan ke kutub negatif dan
logam induk dihubungkan ke kutub positif.
2. Polaritas balik (reserve polarity) dimana
elektroda dihubungkan ke kutub positif dan
logam induk dihubungkan ke kutub negatif
• Pada jenis ini, polaritas berubah menurut perubahan
kutub positif dan negatif. Polaritas berubah secara
kontinu pada frekuensi tertentu (pada bentuk
gelombang sinusidal). Arus bergelombang sinus
memerlukan tegangan tinggi (frekuensi tinggi). Ketika
inisiasi busur atau re-inisiasi busur.
Karakteristik Busur AC
SIFAT BUSUR LISTRIK
• Busur listrik akan padam jika tegangan yang timbul
antara elektroda dan benda benda mencapai 0 (nol)
volt. Akan tetapi, jika perubahan polaritas
berlangsung dalam waktu sangat singkat maka busur
tidak akan padam. Ketika tegangan mencapai angka
nol (melewati sumbu nol).
• Terdapar 4 macam sifat Busur Listrik :
1. Busur Spray Arc
2. Busur globular Tranfer
3. Busur Short Circuit
4. Busur Pulsed Arc Transfer
Busur Jenis Spray Arc
(percikan) – membutuhkan input panas yang
tinggi
– Penetrasi yang terjadi maksimum
– Laju pengisian (deposit) logam tinggi
– Cocok untuk las dengan kecepatan
tinggi (fast welding)
– Mudah untuk latihan
– Terak yang timbul sedikit
– Banyak digunakan untuk pengelasan
alumunium
Busur jenis globular Tranfer
(gumpalan)
– Membutuhkau arus listrik yang
rendah.
– Untuk pengelasan dibawah tangan
atau posisi datar
– Diameter elektroda besar.
Busur jenis Short Circuit
(hubungan singkat)
– Cocok untuk pengelasan pelat
tipis
– Cocok untuk las dengan
kecepatan tinggi (fast welding)
– Cocok untuk pengelasan akar.
– Mudak untuk latihan
– Terak yang timbul sedikit
– Dapat digunakan untuk semua
posisi pengelasan.
Busur jenis Pulsed Arc Transfer
– Diameter elektroda besar
– Dapat digunakan untuk semua
posisi.
– Distorsi yang terjadi kecil.
Parameter Pengelasan
Tegangan Busur Las
Tegangan busur las dibutuhkan pada pengelasan
tergantung dari jenis elektrode yang dipakai. Besar
kecilnya tegangan busur ini berbanding lurus dengan
panjangnya busur sendiri.
E = I R
E = tegangan busur (volt)
I = arus pengelasan (ampere)
R = Tahanan, yang berbanding lurus dengan
panjangnya jarak elektrode ke logam induk (Ohm)
• Pemakaian busur yang panjang tidak dikehendaki,
karena stbilitasnya mudah terganggu, sehingga hasil
pengelasan tidak rata. Panjang busur tidak
mempengaruhi pencairan logam, tetapi busur yang
panjang akan menambah energi listrik.
H = E I
H = I2 R
Dimana, H = Panas masukan (joule)
R = Tahanan
• Sehingga makin besar R semakin besar tagangannya,
akan membuang energi percuma.
Stabilitas dan
Ukuran Panjang Busur
• Panjang busur yang baik lebih kurang sama dengan diameter
elektroda yang dipakai. Besarnya tegangan yang dipakai untuk
setiap posisi penelasan tidak sama. Dengan menggunakan
elektrode 3 mm-6 mm, kira-kira 20-30 volt pada posisi datar
dan tegangan ini dapat berkurang antara 2-5 volt pada posisi
diatas kepala (overhead)
• Kesetabilan tegangan ini sangat menentukan mutu
pengelasan dan kestabilitan ini dapat terdengar suaranya
mesin las pada saat pengelaan.
• Menjaga kestailan panjang busur inilah salah satu kesulitan
yang dialami dalam pelaksanaan pengelasan yang
menggunakan las busur listrik manual.
Arus listrik
• Besarnya arus listrik pada pengelasan tergantung ukuran dari
bahan lasn, geometri sambungan , posisi pengelasan, jenis
elektroda dan diameter inti elektrode.
• Untuk pengelasan suatu daerah las yang mempunyai daya
serap panas kapasitas tinggi diperlukan arus listrik yang besar
dan mungkin diperlukan pemanasan tambahan.
• Dalam pengelasan logam paduan, untuk menghindari
terbakarnya unsur-unsur paduan, sebaiknya dipergunakan
arus yang sekecil mungkin. Demikian juga pada pengelasan
yang kemungkinan dapat terjadi retak panas, misalnya pada
pengelasan panas diusahakan sekecil mungkin, arus las cukup
kecil saja.
Kecepatan Pengelasan
• Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk
(benda kerja), jenis elektrode, diameter elaektrode,
geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain-
lain. Sehingga jika ingin mengelas lebih cepat
diperlukan arus yang leih tinggi
• Kecepatan pengelasan ini dapat ditinjau dari 3 segi
yaitu :
1. Menurut panjang deposit tenpa mempertimbangkan luas
maupun tebal deposit
2. Menurut luas deposit tanpa mempertimbangkan tebal
deposit
3. Menurut jumlah (isi) deposit yang diperoleh.
Polaritas Listrik
• Sifat busur listrik pada arus searah lebih (DC) stabil
dari pada busur pada arus bolak-balik (AC). Untuk
arus DC ada 2 jenis polaritas yaitu polaritas lurus
Direct Current Straight Polarity (DCSP) dan polaritas
balik Direct Current Reverse Polarity (DCRP).
• Pada DCSP benda kerja adalah positif dan elektrode
adalah negatif sedankan pada DCRP sebaliknya.
Jenis Sambungan Las
Dasar –dasar yang dipakai dalam merancang
suatu desain sambungan las adalah :
1. Persyaratan umum atau spesifikasi mutu (kekuatan)
yang dinginkan.
2. Bentuk dan ukuran konstruksi las.
3. Tegangan – tegangan yang timbul akibat pengelasan
(residual stressess) maupun tegangan – tegangan
yang diperhitungkan akan timbul akibat pemanasan
(pembekuan ).
4. Jenis proses las yang boleh dipakai.
Jenis Sambungan Las
Teknik Pengelasan SMAW
• Arus pengelasan ditentukan oleh diameter elektroda,
tabel bahan, jenis elekiroda dan posisi pengelasan.
• Perkiraan arus berdasarkan tipe Elekrode
Diameter Eelektroda Tipe Elektrode
mm in E-6010 E-6014 E-7018 E-7024 E-7027 E-7028
2,5 3/32 80-125 70-100 130-145
3,2 1/8 80-120 110-160 115-165 140 -190 125-185 140-190
4 5/32 120-160 150 - 220 150 - 220 180-250 160-240 180-250
5 3/16 150-200 200 - 275 200-275 230 - 305 210300- 230-305
5,5 7/32 260- 340 260 - 340 275 - 265 250-350 275-365
6,3 1/4 330-415 315-400 335-430 300-420 335-430
8 5/16 390-500 375 - 470
Mengatur Tegangan
• Pada mesin modern, tegangan pengelasan dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan Mesin las umumnya
mempunyai tegangan 60-80 Volt sebelum terjadi
busur nyala. Tengangan ini disebut tegangan terbuka
atau tegangan pembakar.
• Jika busur nyala telah menjadi (sedang mengelas)
maka tegangan turun menjadi 20-40 volt. Ini
dinamakan tegangan kerja.
• Tegangan kerja disesuaikan dengan diameter
lektroda. Untuk elektroda: 1,5 - 5,5 mm tegangan
kerja 20-30 volt. Untuk elektroda 4,5 - 6,4 mm
tegangan kerja 30-40 volt
Menyalakan Busur Nyala
Menyalakan busur nyala adalah langkah pertama yang
dilakukan sewaktu mulai mengelas. Cara menyalakan
busur nyala ini ada 2 cara yaitu Cara sentakan dan Cara
Goresan
Penyambungan Rigi-Rigi Las
Dalam proses pengelasan sering terjadi elektroda putus sebelum
pengelasan selesai untuk itu kita harus menyambungnya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada penyambungan:
1. Bersihkan ujung rigi-rigi las
2. Penyalaan pertama dilakukan ± 10 mm dari ujung rigi-rigi.
Mematikan Busur Las
Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendapatkan
ujung dari rigi-rigi las baik. Perhatikan gerakan-gerakan
pemutus pengelasan.
Gerakan Elektroda
• Gerakan zigzag, gerakan ini digunakan uGerakan elektroda ini
bertujuan untuk mendapatkan rigi-ngi serta penetrasian yang
baik. Gerakan elektroda yang sering digunakan ada 3 cara
yaitu:
• Gerakan zigzag, gerakan ini digunakan untuk mengeias plat-
plat yang tipis
• Gerakan melingkar, gerakan ini digunakan untuk plat-plat yang
tidak terlampaui tebal.
• Gerakan segitiga, gerakan ini digunakan untuk mengelas plat-
plat tebal
Posisi Mengelas
Posisi mengelas adalah
pengatur gerakan dan arah
dari eleklroda sewaktu
mengelas. Posisi pengelasan
ada 4 macam yaitu :
1. Posisi bawah tangan
2. Posisi Horisontal
3. Posisi vertikal
4. Posisi overhead
Uji Kompetensi Las
Terminologi Hasil Las
• Dengan melihat hasil-hasil rigi-
rigi las dapat diketahui
kesalahan-kesalahan pengelasan.
• Pada gbr.a, besar arus, kecepatan
gerak eiektioda dan jarak busur
nyala normal.
• Pada gbr. .b , besar arus, kecepatan
gerak elektroda normal, tetapi jarak
busur terlalu besar, sehingga terjadi
sedikit percikan di sekitar rigi-rigi.
Selain itu penembusan dangkal.
• Pada gbr.c, jarak busur nyala
dan kecepatan elektroda
nonnal, tetapi arus terlalu besar
sehingg banyak terjadi percikan
di sepanjang rigi-iigf. Garis-garis
rigi-rigi meruncing.
• Pada gbr.d, kecepatan gerak
elektroda normal tetapi arus
terlalu rendah sehingga rigi-rigi
menjadi tinggi dan penembusan
dangkal, penyalaan elektroda
elektroda sukar.
Hasil Las SMAW
Profil (kampuh) las
Dalam mempersiapkan profil (kampuh) las dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain
dengan menggunakan:
1. Brander pemotong (Oxy Acetylene Cutting
2. Gojing (Gouging)
3. Plasma cutting
4. Gergaji bulat (circular saw) / Gerinda potong
fdokumen.com_las-listrik-smaw.ppt

More Related Content

Similar to fdokumen.com_las-listrik-smaw.ppt

Elektromagnet by Ramoz17 salinan.pptx
Elektromagnet by Ramoz17 salinan.pptxElektromagnet by Ramoz17 salinan.pptx
Elektromagnet by Ramoz17 salinan.pptx
BilalRahmat1
 
Teknik tenaga listrik transformator
Teknik tenaga listrik transformatorTeknik tenaga listrik transformator
Teknik tenaga listrik transformator
yusupade
 
Unit9
Unit9Unit9
Unit9
mechestud
 
Teori pengelasan dan fabrikasi
Teori pengelasan dan fabrikasiTeori pengelasan dan fabrikasi
Teori pengelasan dan fabrikasi
Amal Mulia
 
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01Oktavian Kusumawardhana
 
Las listrik
Las listrikLas listrik
Las listrik
Ahmad Faozi
 
Media pembelajaran fisika
Media pembelajaran fisika Media pembelajaran fisika
Media pembelajaran fisika Resa Firmansyah
 
SMAW.pptx
SMAW.pptxSMAW.pptx
SMAW.pptx
YosaPratama1
 
9.1. KEMAGNETAN Up.pptx
9.1. KEMAGNETAN Up.pptx9.1. KEMAGNETAN Up.pptx
9.1. KEMAGNETAN Up.pptx
ShobySS
 
PRINSIP TEKNOLOGI ELEKTRIK_GROUP 4: KOMPONEN ASAS DALAM LITAR ELEKTRIK(PERINT...
PRINSIP TEKNOLOGI ELEKTRIK_GROUP 4: KOMPONEN ASAS DALAM LITAR ELEKTRIK(PERINT...PRINSIP TEKNOLOGI ELEKTRIK_GROUP 4: KOMPONEN ASAS DALAM LITAR ELEKTRIK(PERINT...
PRINSIP TEKNOLOGI ELEKTRIK_GROUP 4: KOMPONEN ASAS DALAM LITAR ELEKTRIK(PERINT...
HarisalBinAnto
 
4 nur subeki (2)
4 nur subeki (2)4 nur subeki (2)
4 nur subeki (2)Alen Pepa
 
Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2Alen Pepa
 
Transformator
TransformatorTransformator
Transformator
lukman_sn
 
Tig welding
Tig weldingTig welding
Ttl transformator b nugroho y 1310502005
Ttl transformator b nugroho y 1310502005Ttl transformator b nugroho y 1310502005
Ttl transformator b nugroho y 1310502005
bernadus123
 
Tugas teknik tenaga listrik transformator hendi kurniawan
Tugas teknik tenaga listrik transformator hendi kurniawanTugas teknik tenaga listrik transformator hendi kurniawan
Tugas teknik tenaga listrik transformator hendi kurniawan
KurniawanHendi
 
Mengelas listrik dasar bu hettyk
Mengelas listrik dasar bu hettykMengelas listrik dasar bu hettyk
Mengelas listrik dasar bu hettykHettyk Sari
 
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURANTEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIKPEMBANGKITAN DAN PENGUKURANTEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
LISTRIK ARUS SEARAH (DC)
LISTRIK ARUS SEARAH (DC)LISTRIK ARUS SEARAH (DC)
LISTRIK ARUS SEARAH (DC)
materipptgc
 
Arif w ttl (transformator)
Arif w ttl (transformator)Arif w ttl (transformator)
Arif w ttl (transformator)
arifw77
 

Similar to fdokumen.com_las-listrik-smaw.ppt (20)

Elektromagnet by Ramoz17 salinan.pptx
Elektromagnet by Ramoz17 salinan.pptxElektromagnet by Ramoz17 salinan.pptx
Elektromagnet by Ramoz17 salinan.pptx
 
Teknik tenaga listrik transformator
Teknik tenaga listrik transformatorTeknik tenaga listrik transformator
Teknik tenaga listrik transformator
 
Unit9
Unit9Unit9
Unit9
 
Teori pengelasan dan fabrikasi
Teori pengelasan dan fabrikasiTeori pengelasan dan fabrikasi
Teori pengelasan dan fabrikasi
 
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
 
Las listrik
Las listrikLas listrik
Las listrik
 
Media pembelajaran fisika
Media pembelajaran fisika Media pembelajaran fisika
Media pembelajaran fisika
 
SMAW.pptx
SMAW.pptxSMAW.pptx
SMAW.pptx
 
9.1. KEMAGNETAN Up.pptx
9.1. KEMAGNETAN Up.pptx9.1. KEMAGNETAN Up.pptx
9.1. KEMAGNETAN Up.pptx
 
PRINSIP TEKNOLOGI ELEKTRIK_GROUP 4: KOMPONEN ASAS DALAM LITAR ELEKTRIK(PERINT...
PRINSIP TEKNOLOGI ELEKTRIK_GROUP 4: KOMPONEN ASAS DALAM LITAR ELEKTRIK(PERINT...PRINSIP TEKNOLOGI ELEKTRIK_GROUP 4: KOMPONEN ASAS DALAM LITAR ELEKTRIK(PERINT...
PRINSIP TEKNOLOGI ELEKTRIK_GROUP 4: KOMPONEN ASAS DALAM LITAR ELEKTRIK(PERINT...
 
4 nur subeki (2)
4 nur subeki (2)4 nur subeki (2)
4 nur subeki (2)
 
Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2Jurnal Tentang Mesin 2
Jurnal Tentang Mesin 2
 
Transformator
TransformatorTransformator
Transformator
 
Tig welding
Tig weldingTig welding
Tig welding
 
Ttl transformator b nugroho y 1310502005
Ttl transformator b nugroho y 1310502005Ttl transformator b nugroho y 1310502005
Ttl transformator b nugroho y 1310502005
 
Tugas teknik tenaga listrik transformator hendi kurniawan
Tugas teknik tenaga listrik transformator hendi kurniawanTugas teknik tenaga listrik transformator hendi kurniawan
Tugas teknik tenaga listrik transformator hendi kurniawan
 
Mengelas listrik dasar bu hettyk
Mengelas listrik dasar bu hettykMengelas listrik dasar bu hettyk
Mengelas listrik dasar bu hettyk
 
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURANTEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIKPEMBANGKITAN DAN PENGUKURANTEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
 
LISTRIK ARUS SEARAH (DC)
LISTRIK ARUS SEARAH (DC)LISTRIK ARUS SEARAH (DC)
LISTRIK ARUS SEARAH (DC)
 
Arif w ttl (transformator)
Arif w ttl (transformator)Arif w ttl (transformator)
Arif w ttl (transformator)
 

More from ssuser0bb0d21

PPT Modul 1 KB2.pptx
PPT Modul 1 KB2.pptxPPT Modul 1 KB2.pptx
PPT Modul 1 KB2.pptx
ssuser0bb0d21
 
BANNER PELATIHAN.docx
BANNER PELATIHAN.docxBANNER PELATIHAN.docx
BANNER PELATIHAN.docx
ssuser0bb0d21
 
sistem_stater_pada_mobil.ppt
sistem_stater_pada_mobil.pptsistem_stater_pada_mobil.ppt
sistem_stater_pada_mobil.ppt
ssuser0bb0d21
 
Manajemen pemasaran.pptx
Manajemen pemasaran.pptxManajemen pemasaran.pptx
Manajemen pemasaran.pptx
ssuser0bb0d21
 
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.pptUrgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
ssuser0bb0d21
 
materi-transmisi-manualppt.pptx
materi-transmisi-manualppt.pptxmateri-transmisi-manualppt.pptx
materi-transmisi-manualppt.pptx
ssuser0bb0d21
 
Paparan-PAK KPK.pptx
Paparan-PAK KPK.pptxPaparan-PAK KPK.pptx
Paparan-PAK KPK.pptx
ssuser0bb0d21
 
ELEMEN 1.pdf
ELEMEN 1.pdfELEMEN 1.pdf
ELEMEN 1.pdf
ssuser0bb0d21
 
sistem_stater_pada_mobil.ppt
sistem_stater_pada_mobil.pptsistem_stater_pada_mobil.ppt
sistem_stater_pada_mobil.ppt
ssuser0bb0d21
 
PPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptxPPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptx
ssuser0bb0d21
 
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptxPRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
ssuser0bb0d21
 
PPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptxPPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptx
ssuser0bb0d21
 

More from ssuser0bb0d21 (12)

PPT Modul 1 KB2.pptx
PPT Modul 1 KB2.pptxPPT Modul 1 KB2.pptx
PPT Modul 1 KB2.pptx
 
BANNER PELATIHAN.docx
BANNER PELATIHAN.docxBANNER PELATIHAN.docx
BANNER PELATIHAN.docx
 
sistem_stater_pada_mobil.ppt
sistem_stater_pada_mobil.pptsistem_stater_pada_mobil.ppt
sistem_stater_pada_mobil.ppt
 
Manajemen pemasaran.pptx
Manajemen pemasaran.pptxManajemen pemasaran.pptx
Manajemen pemasaran.pptx
 
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.pptUrgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
 
materi-transmisi-manualppt.pptx
materi-transmisi-manualppt.pptxmateri-transmisi-manualppt.pptx
materi-transmisi-manualppt.pptx
 
Paparan-PAK KPK.pptx
Paparan-PAK KPK.pptxPaparan-PAK KPK.pptx
Paparan-PAK KPK.pptx
 
ELEMEN 1.pdf
ELEMEN 1.pdfELEMEN 1.pdf
ELEMEN 1.pdf
 
sistem_stater_pada_mobil.ppt
sistem_stater_pada_mobil.pptsistem_stater_pada_mobil.ppt
sistem_stater_pada_mobil.ppt
 
PPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptxPPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptx
 
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptxPRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
 
PPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptxPPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptx
 

Recently uploaded

TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
ssuser2537c0
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
AdityaWahyuDewangga1
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
nadiafebianti2
 

Recently uploaded (11)

TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
 

fdokumen.com_las-listrik-smaw.ppt

  • 2. PERLENGKAPAN LAS LISTRIK • Power Suplply • Mesin Las Listrik • Hubungan paralel mesin las • Kabel
  • 3. POWER SUPLPLY • Daya listrik dari suatu mesin las diperlukan untuk memulai dan menjaga operasi pengelasan busur listrik. Daya listrik dihasilkan dari suatu mesin las yang mengalirkan arus dan beda potensial tertentu diantaa dua elektroda. • Tegangan las bervariasi mulai dari 10 hingga 60 volt dan besar arus las dari 3 hingga 700 ampere. Kadang – kadang terjadi tegangan atau arus yang lebih besar atau lebih kecil dari harga – harga itu. • Power supply yang dipergunakan dalam pengelasan busur listrik dibagi 2 yaitu mesin las berkarakteristik static dan mesin las berkarakteristik dinamik.
  • 4. Keterangan : CC = Curent Constant = arus konstan CV = Constant Voltage = Daya konstan Transformer Generator Transformer Rectifier DC DC AC AC AC/DC DC CC CV CC CC CC CC CC/CV CV CC CC/CV CV Mesin Las Statik Dinamik
  • 5. • Dalam mempelajari mesin las dikenal istilah lain yang tidak kalah penting yaitu DUTY CYCLE yang merupakan perbandingan antara waktu pembusuran dan waktu total sebesar 10 menit. • Contoh, jika waktu pembusuran 5 menit maka duty cycle sebesar 50% dan jika lama pembusuran 10 menit maka duty cycle 100%. • Adanya formulasi dan spesifikasi seperti duty cycle pada mesin las oleh karena fakta bahwa pengelasan tidak pernah dilakukan secara kontinu apalagi untuk proses SMAW.
  • 6. Ada formulasi lainnya yang menghubungkan duty cycle dengan kebutuhan arus las. Formulasi ini dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan arus las jika diinginkan besar duty cycle tertentu. Formulasi itu adalah : Duty cycle yg diperlukan = arus las yg diberikan² Duty cycle yg diberikan arus las g diperlukan²
  • 7. Contoh : Suatu mesin las akan digunakan dengan arus 300 ampere pada duty cycle 60%. Las itu akan dimekanisasi sehingga duty cycle menjadi 100% maka berapa besar arus las yang mungkin diperlukan? Jawab : Arus las yg diperlukan² = arus las yg diberikan² x duty cycle yg diberikan duty cycle g diperlukan arus las yg diperlukan² = 300² x 0,60 = 90.000 x 0,60 = 232 ampere 1,00 Jadi arus las yang diperlukan pada duty cycle 100% adalah 232 ampere.
  • 8. Kurva Karakteristik Mesin Las Pada proses SMAW,seringkali ada waktu sela proses pembusuran yang diakibatkan oleh kebutuhan teknik mengelas. Oleh karena itu,mesin las dengan duty cycle 100% terlampau besar dan mungkin tidak pernah tercapai.
  • 9. Spesifikasi Mesin Las Spesifikasi Mesin Las I Mesin Las II Tegangan Utama +/- 10% 3ph 380V/400V/415V ~ 50Hz 3ph 380V/400V/415V ~ 50Hz Sekering 25A 20A 20A 32A 32A 25A Daya pada 100% duty cycle 8,5 kVA 17,2 kVA Cos ø 0,98 (150 A) 0,99 (330 A) 0,98 (150 A) 0,99 (450 A) Efisiensi 88% 90% Selang Arus Las 3 – 330 A 3 – 450 A Selang Arus Las pada 50% dc Selang Arus Las pada 60% dc Selang Arus Las pada 100% 330 A 300 A 210 A 450 A 360 A Tegangan Las MIG/MAG MMAW TIG 10 – 40 V 0 – 55 V 0 – 55 V 10 – 40 V 0 – 55 V 0 – 55 V Tegangan tanpa beban 50 V 50 V Sistem Pendingn AF AF
  • 10. MESIN LAS LISTRIK • Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari motor bensin atau diesel atau ardu induk Tegangan listrik tegangan tinggi dialihkan ke bengkel las melalui beberapa transformator. • Tegangan yang diperlukan oleh mesin las biasanya 110 Volt, 220 Volt atau 380 Volt
  • 11. Sirkulasi Arus pada Generator Las Listrik Tegangan listrik tegangan tinggi dialihkan ke bengkel las melalui beberapa transformator. Tegangan yang diperlukan oleh mesin las biasa Antara jaringan dengan mesin las bengkel terdapat saklar pemutus.
  • 12. Hubungan paralel mesin las Menghubungkan secara parallel dua atau lebih mesin las dapat dilakukan dengan syarat mesin las-mesin las tersebut sama jenisnya. Dengan menghubungkan dua mesin las tersebut maka arus las yang dihasilkan bisa lebih besar.
  • 13. Kabel • Pada mesin las ada kabel primer dan sekunder. • Kabel primer ialah kabel yang menghubungkan sumber tenaga dengan mesin las. • Kabel sekunder ialah kabel elektroda dan kabel masa. Jumlah kawat inti pada kabel primer disesuikan dengan jumlah phasa mesin las ditambah satu kawat. • Kawat yang ditambah dipakai untuk hubungan masa tanah dari mesin.
  • 14. Istilah – istilah Pengelasan Busur Listrik • No-load voltage : terjadi ketika mesin las sudah ON tetapi tidak ada busur listrik dan tidak ada operasi pengelasan. Arus listrik tidak mengalir tetapi tegangan paling besar. Dengan tegangan yang besar ini akan memudahkan inisiasi busur listrik. Untuk alasan keamanan,tegangan tanpa beban yang keluar dari mesin las diatur serendah mungkin. • Short circuit voltage : terjadi ketika ujung elektroda menyentuh permukaan benda kerja. Pada kondisi ini tegangan sangat rendah dan arus meningkat sangat besar. • Operating voltage : terjadi pada saat operasi pengelasan dimana ada busur listrik antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja. Tegangan yang terjadi tergantung.
  • 15. ELEKTODE • Elektroda yang digunakan dalam proses SMAW memiliki banyak perbedaan baik komposisi kawat las maupun jenis fluks. Diameter standar elektroda (diameter kawat las) bervariasi mulai dari l,5 mm hingga 8 mm, sedangkan panjangnya mulai dari 200 mm hingga 450 mm. • Elektroda las tidak hanya merupakan kawat logam tetapi juga dilindungi atau diselimuti oleh fluks. Pada saat pengelasan fluks ini ikut mencair dan bercampur dengan cairan logam yang berasal dari logam induk dan kawat las.
  • 16. Fluks yang dibuat menyelimuti kawat las memiliki beberapa fungsi, diantaranya : 1. Penghasil gas (CO2) yang berasal dari pembakaran fluks yang berfungsi melindungi busur listrik dan kubangan logam las dari lingkungan atmosfir. 2. Deoxidizer (mengikat gas O2 yang ikut terlarut dalam cairan logam) Pembentuk terak/salg, yang melindungi logam las beku dari oksidasi dan membantu membentuk manik las. 3. Unsur-unsur paduan, yang memberikan logam las beku dari oksidasi dan membantu membentuk manik las. 4. Unsur-unsur paduan, yang memberikan perbaikan sifat tertentu pada logam las. 5. Unsur-unsur pembentuk ion-ion, yang membuat busur listrik lebih stabil dan mampu beroperasi dengan penggunaan arus AC. 6. Meningkatkan produktivitas pengelasan (misalnya pada fluks yang mengandung serbuk besi)
  • 17.
  • 18. Ukuran Elektrode (Kawat Las) • Pemilihan ukuran diameter elektrode tergantung dari desain,ukuran lasan,posisi las,input panas,dan ketrampilan juru las (welder). • Berarti untuk setiap jenis elektrode memiliki ukuran diameter dan besar ampere yang berbeda. • Contoh : – Untuk jenis elektrode :E 6011 dengan diameter ø 1/8”,arus listrik = 100 – 200 A untuk ukuran las 1/8” dengan welding speed 8 – 10 ipm (inch per minute)(flat) dan 10 – 12 ipm (down hill).
  • 20. Macam – macam Kawat Las Pada umumnya ditinjau dari logam yang di las,kawatdibagi mejadi 5 group : – Mld Steel (Baja Lunak) – High Carbon Steel – Alloy Steel – Cast Iron – Non Ferrous Secara spesifik dalam aplikasi las proses SMAW,elektrode digolongkan menurut sifat – sifatnya sebagai berikut : 1) Fast-Fill Electrodes 2) Fast-Freeze Electrodes 3) Fill-Freeze Electrodes 4) Low Hydrogen Electrodes
  • 21. PENYIMPANAN ELEKTRODE Elektrode Klasifikasi AWS Kondisi Penyimpanan Pemanas ulang Kondisi ruangan Peti pemanas E 6010,E 6011 27ºC + 11ºC Kelembaban relatif 20 – 60% Untuk kondisi peyimpanan dan pemanasan ulang harus dikonsultasikan kepada pemasok E 6012,E 6013 E 6020,E 6027 E 7014,E 7024 27ºC + 11 ºC Kelembaban relatif maksimum 50% 11ºC - 22 ºC diatas suhu ruangan 135 ºC + 14 ºC selama satu jam E 7018,E 7028 27ºC + 11 ºC Kelembaban relatif maksimum 50% 27ºC - 138 ºC diatas suhu ruangan 343 ºC + 28 ºC selama satu jam E 7015,E 7016 27ºC + 11 ºC Kelembaban relatif maksimum 50% 27ºC - 138 ºC diatas suhu ruangan 288 ºC + 28 ºC selama satu jam
  • 23. Busur Listrik Pada Pengelasan SMAW
  • 24. Karakteristik Busur DC Dalam listrik DC, karena terdapat kutub positi dan negatii maka terdapat dua pengangkutan (polaritas), yaitu: 1. Polaritas lurus (straight polarity), dimana elektroda dihubungkan ke kutub negatif dan logam induk dihubungkan ke kutub positif. 2. Polaritas balik (reserve polarity) dimana elektroda dihubungkan ke kutub positif dan logam induk dihubungkan ke kutub negatif
  • 25. • Pada jenis ini, polaritas berubah menurut perubahan kutub positif dan negatif. Polaritas berubah secara kontinu pada frekuensi tertentu (pada bentuk gelombang sinusidal). Arus bergelombang sinus memerlukan tegangan tinggi (frekuensi tinggi). Ketika inisiasi busur atau re-inisiasi busur. Karakteristik Busur AC
  • 26. SIFAT BUSUR LISTRIK • Busur listrik akan padam jika tegangan yang timbul antara elektroda dan benda benda mencapai 0 (nol) volt. Akan tetapi, jika perubahan polaritas berlangsung dalam waktu sangat singkat maka busur tidak akan padam. Ketika tegangan mencapai angka nol (melewati sumbu nol). • Terdapar 4 macam sifat Busur Listrik : 1. Busur Spray Arc 2. Busur globular Tranfer 3. Busur Short Circuit 4. Busur Pulsed Arc Transfer
  • 27. Busur Jenis Spray Arc (percikan) – membutuhkan input panas yang tinggi – Penetrasi yang terjadi maksimum – Laju pengisian (deposit) logam tinggi – Cocok untuk las dengan kecepatan tinggi (fast welding) – Mudah untuk latihan – Terak yang timbul sedikit – Banyak digunakan untuk pengelasan alumunium
  • 28. Busur jenis globular Tranfer (gumpalan) – Membutuhkau arus listrik yang rendah. – Untuk pengelasan dibawah tangan atau posisi datar – Diameter elektroda besar.
  • 29. Busur jenis Short Circuit (hubungan singkat) – Cocok untuk pengelasan pelat tipis – Cocok untuk las dengan kecepatan tinggi (fast welding) – Cocok untuk pengelasan akar. – Mudak untuk latihan – Terak yang timbul sedikit – Dapat digunakan untuk semua posisi pengelasan.
  • 30. Busur jenis Pulsed Arc Transfer – Diameter elektroda besar – Dapat digunakan untuk semua posisi. – Distorsi yang terjadi kecil.
  • 31. Parameter Pengelasan Tegangan Busur Las Tegangan busur las dibutuhkan pada pengelasan tergantung dari jenis elektrode yang dipakai. Besar kecilnya tegangan busur ini berbanding lurus dengan panjangnya busur sendiri. E = I R E = tegangan busur (volt) I = arus pengelasan (ampere) R = Tahanan, yang berbanding lurus dengan panjangnya jarak elektrode ke logam induk (Ohm)
  • 32. • Pemakaian busur yang panjang tidak dikehendaki, karena stbilitasnya mudah terganggu, sehingga hasil pengelasan tidak rata. Panjang busur tidak mempengaruhi pencairan logam, tetapi busur yang panjang akan menambah energi listrik. H = E I H = I2 R Dimana, H = Panas masukan (joule) R = Tahanan • Sehingga makin besar R semakin besar tagangannya, akan membuang energi percuma.
  • 33. Stabilitas dan Ukuran Panjang Busur • Panjang busur yang baik lebih kurang sama dengan diameter elektroda yang dipakai. Besarnya tegangan yang dipakai untuk setiap posisi penelasan tidak sama. Dengan menggunakan elektrode 3 mm-6 mm, kira-kira 20-30 volt pada posisi datar dan tegangan ini dapat berkurang antara 2-5 volt pada posisi diatas kepala (overhead) • Kesetabilan tegangan ini sangat menentukan mutu pengelasan dan kestabilitan ini dapat terdengar suaranya mesin las pada saat pengelaan. • Menjaga kestailan panjang busur inilah salah satu kesulitan yang dialami dalam pelaksanaan pengelasan yang menggunakan las busur listrik manual.
  • 34. Arus listrik • Besarnya arus listrik pada pengelasan tergantung ukuran dari bahan lasn, geometri sambungan , posisi pengelasan, jenis elektroda dan diameter inti elektrode. • Untuk pengelasan suatu daerah las yang mempunyai daya serap panas kapasitas tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin diperlukan pemanasan tambahan. • Dalam pengelasan logam paduan, untuk menghindari terbakarnya unsur-unsur paduan, sebaiknya dipergunakan arus yang sekecil mungkin. Demikian juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas, misalnya pada pengelasan panas diusahakan sekecil mungkin, arus las cukup kecil saja.
  • 35. Kecepatan Pengelasan • Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk (benda kerja), jenis elektrode, diameter elaektrode, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain- lain. Sehingga jika ingin mengelas lebih cepat diperlukan arus yang leih tinggi • Kecepatan pengelasan ini dapat ditinjau dari 3 segi yaitu : 1. Menurut panjang deposit tenpa mempertimbangkan luas maupun tebal deposit 2. Menurut luas deposit tanpa mempertimbangkan tebal deposit 3. Menurut jumlah (isi) deposit yang diperoleh.
  • 36. Polaritas Listrik • Sifat busur listrik pada arus searah lebih (DC) stabil dari pada busur pada arus bolak-balik (AC). Untuk arus DC ada 2 jenis polaritas yaitu polaritas lurus Direct Current Straight Polarity (DCSP) dan polaritas balik Direct Current Reverse Polarity (DCRP). • Pada DCSP benda kerja adalah positif dan elektrode adalah negatif sedankan pada DCRP sebaliknya.
  • 37. Jenis Sambungan Las Dasar –dasar yang dipakai dalam merancang suatu desain sambungan las adalah : 1. Persyaratan umum atau spesifikasi mutu (kekuatan) yang dinginkan. 2. Bentuk dan ukuran konstruksi las. 3. Tegangan – tegangan yang timbul akibat pengelasan (residual stressess) maupun tegangan – tegangan yang diperhitungkan akan timbul akibat pemanasan (pembekuan ). 4. Jenis proses las yang boleh dipakai.
  • 39. Teknik Pengelasan SMAW • Arus pengelasan ditentukan oleh diameter elektroda, tabel bahan, jenis elekiroda dan posisi pengelasan. • Perkiraan arus berdasarkan tipe Elekrode Diameter Eelektroda Tipe Elektrode mm in E-6010 E-6014 E-7018 E-7024 E-7027 E-7028 2,5 3/32 80-125 70-100 130-145 3,2 1/8 80-120 110-160 115-165 140 -190 125-185 140-190 4 5/32 120-160 150 - 220 150 - 220 180-250 160-240 180-250 5 3/16 150-200 200 - 275 200-275 230 - 305 210300- 230-305 5,5 7/32 260- 340 260 - 340 275 - 265 250-350 275-365 6,3 1/4 330-415 315-400 335-430 300-420 335-430 8 5/16 390-500 375 - 470
  • 40. Mengatur Tegangan • Pada mesin modern, tegangan pengelasan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Mesin las umumnya mempunyai tegangan 60-80 Volt sebelum terjadi busur nyala. Tengangan ini disebut tegangan terbuka atau tegangan pembakar. • Jika busur nyala telah menjadi (sedang mengelas) maka tegangan turun menjadi 20-40 volt. Ini dinamakan tegangan kerja. • Tegangan kerja disesuaikan dengan diameter lektroda. Untuk elektroda: 1,5 - 5,5 mm tegangan kerja 20-30 volt. Untuk elektroda 4,5 - 6,4 mm tegangan kerja 30-40 volt
  • 41. Menyalakan Busur Nyala Menyalakan busur nyala adalah langkah pertama yang dilakukan sewaktu mulai mengelas. Cara menyalakan busur nyala ini ada 2 cara yaitu Cara sentakan dan Cara Goresan
  • 42. Penyambungan Rigi-Rigi Las Dalam proses pengelasan sering terjadi elektroda putus sebelum pengelasan selesai untuk itu kita harus menyambungnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penyambungan: 1. Bersihkan ujung rigi-rigi las 2. Penyalaan pertama dilakukan ± 10 mm dari ujung rigi-rigi.
  • 43. Mematikan Busur Las Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendapatkan ujung dari rigi-rigi las baik. Perhatikan gerakan-gerakan pemutus pengelasan.
  • 44. Gerakan Elektroda • Gerakan zigzag, gerakan ini digunakan uGerakan elektroda ini bertujuan untuk mendapatkan rigi-ngi serta penetrasian yang baik. Gerakan elektroda yang sering digunakan ada 3 cara yaitu: • Gerakan zigzag, gerakan ini digunakan untuk mengeias plat- plat yang tipis • Gerakan melingkar, gerakan ini digunakan untuk plat-plat yang tidak terlampaui tebal. • Gerakan segitiga, gerakan ini digunakan untuk mengelas plat- plat tebal
  • 45. Posisi Mengelas Posisi mengelas adalah pengatur gerakan dan arah dari eleklroda sewaktu mengelas. Posisi pengelasan ada 4 macam yaitu : 1. Posisi bawah tangan 2. Posisi Horisontal 3. Posisi vertikal 4. Posisi overhead
  • 46.
  • 48. Terminologi Hasil Las • Dengan melihat hasil-hasil rigi- rigi las dapat diketahui kesalahan-kesalahan pengelasan. • Pada gbr.a, besar arus, kecepatan gerak eiektioda dan jarak busur nyala normal. • Pada gbr. .b , besar arus, kecepatan gerak elektroda normal, tetapi jarak busur terlalu besar, sehingga terjadi sedikit percikan di sekitar rigi-rigi. Selain itu penembusan dangkal.
  • 49. • Pada gbr.c, jarak busur nyala dan kecepatan elektroda nonnal, tetapi arus terlalu besar sehingg banyak terjadi percikan di sepanjang rigi-iigf. Garis-garis rigi-rigi meruncing. • Pada gbr.d, kecepatan gerak elektroda normal tetapi arus terlalu rendah sehingga rigi-rigi menjadi tinggi dan penembusan dangkal, penyalaan elektroda elektroda sukar.
  • 51. Profil (kampuh) las Dalam mempersiapkan profil (kampuh) las dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan menggunakan: 1. Brander pemotong (Oxy Acetylene Cutting 2. Gojing (Gouging) 3. Plasma cutting 4. Gergaji bulat (circular saw) / Gerinda potong