Dokumen tersebut membahas tentang sistem pengklasifikasian penyakit INA-CBGs yang digunakan di Indonesia. INA-CBGs mengelompokkan penyakit berdasarkan karakteristik klinis dan sumber daya yang dibutuhkan, sehingga penyakit dengan karakteristik serupa akan memiliki biaya perawatan yang serupa pula. Dokumen tersebut juga menjelaskan proses koding diagnosa dan prosedur menggunakan kode ICD-10 dan ICD-9
Pokja Koding Tim Tarif INA-CBG Kemenkes RI
Dokumen ini membahas tentang definisi casemix, proses koding di rumah sakit, koding ICD-10 dan ICD-9 CM, struktur INA-CBG, dan aturan-aturan koding lainnya. Dokumen ini memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam melakukan koding diagnosis dan prosedur pasien sesuai sistem INA-CBG.
Dokumen tersebut membahas tentang pengkodean diagnoses menggunakan sistem klasifikasi penyakit internasional ICD-10 WHO. Secara singkat, dokumen menjelaskan struktur dan cara penulisan kode ICD-10, contoh kode untuk diagnoses influenza dan demensia, serta daftar tabulasi morbiditas dan mortalitas yang digunakan untuk pelaporan data kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengkodean diagnosis menggunakan sistem klasifikasi penyakit internasional ICD-10 oleh WHO. ICD-10 digunakan untuk memudahkan penyimpanan, pengambilan, dan analisis data diagnosis dan prosedur medis. Dokumen ini menjelaskan struktur dan aturan penulisan kode ICD-10 secara rinci, termasuk contoh kasus seperti influenza dan demensia. Hal penting lainnya adalah daftar tabulasi morbid
6. dr. Nina - BAB III KAIDAH KODING DONA NEW2.pptxmaria541273
Dokumen tersebut memberikan pedoman koding diagnosis dan prosedur untuk klaim jaminan kesehatan berdasarkan INA-CBG. Terdapat penjelasan tentang aturan koding diagnosis utama dan sekunder, kondisi komorbiditas, serta contoh-contoh kasus koding."
Teknis Koding ICD 10 & Diagnosis_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Kanaidi ken
Dokumen tersebut membahas tentang teknik koding diagnosa menggunakan sistem ICD-10, termasuk definisi kaidah koding, tujuan dan manfaat kode ICD-10, cara penggunaan ICD-10, dan langkah-langkah menentukan kode diagnosa.
(4) lead term & tata cara koding icd 10Imelda Wijaya
Koding ICD-10 melibatkan proses translasi diagnosis, prosedur, dan pelayanan ke dalam kode numerik dan alfanumerik untuk pelaporan statistik dan pembayaran klaim asuransi. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang terminologi medis dan bahasa Inggris yang memadai. Proses koding melibatkan analisis dokumen medis, mengidentifikasi diagnosis utama, dan menggunakan Volume 1 dan 3 ICD-10 untuk menentukan kode yang tepat. Pedoman koding m
(1) problematika implementasi koding ina cbgsImelda Wijaya
Dokumen tersebut membahas tentang implementasi koding INA-CBGs di rumah sakit, mencakup aturan koding morbiditas, penentuan diagnosis utama dan sekunder, tugas dan tanggung jawab dokter dan koder, serta proses verifikasi klaim INA-CBGs. Dibahas pula beberapa masalah yang mungkin muncul dalam implementasinya seperti komunikasi antar pihak, kompetensi personel terkait, dan kelengkapan data rekam medis pasien.
Pokja Koding Tim Tarif INA-CBG Kemenkes RI
Dokumen ini membahas tentang definisi casemix, proses koding di rumah sakit, koding ICD-10 dan ICD-9 CM, struktur INA-CBG, dan aturan-aturan koding lainnya. Dokumen ini memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam melakukan koding diagnosis dan prosedur pasien sesuai sistem INA-CBG.
Dokumen tersebut membahas tentang pengkodean diagnoses menggunakan sistem klasifikasi penyakit internasional ICD-10 WHO. Secara singkat, dokumen menjelaskan struktur dan cara penulisan kode ICD-10, contoh kode untuk diagnoses influenza dan demensia, serta daftar tabulasi morbiditas dan mortalitas yang digunakan untuk pelaporan data kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengkodean diagnosis menggunakan sistem klasifikasi penyakit internasional ICD-10 oleh WHO. ICD-10 digunakan untuk memudahkan penyimpanan, pengambilan, dan analisis data diagnosis dan prosedur medis. Dokumen ini menjelaskan struktur dan aturan penulisan kode ICD-10 secara rinci, termasuk contoh kasus seperti influenza dan demensia. Hal penting lainnya adalah daftar tabulasi morbid
6. dr. Nina - BAB III KAIDAH KODING DONA NEW2.pptxmaria541273
Dokumen tersebut memberikan pedoman koding diagnosis dan prosedur untuk klaim jaminan kesehatan berdasarkan INA-CBG. Terdapat penjelasan tentang aturan koding diagnosis utama dan sekunder, kondisi komorbiditas, serta contoh-contoh kasus koding."
Teknis Koding ICD 10 & Diagnosis_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Kanaidi ken
Dokumen tersebut membahas tentang teknik koding diagnosa menggunakan sistem ICD-10, termasuk definisi kaidah koding, tujuan dan manfaat kode ICD-10, cara penggunaan ICD-10, dan langkah-langkah menentukan kode diagnosa.
(4) lead term & tata cara koding icd 10Imelda Wijaya
Koding ICD-10 melibatkan proses translasi diagnosis, prosedur, dan pelayanan ke dalam kode numerik dan alfanumerik untuk pelaporan statistik dan pembayaran klaim asuransi. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang terminologi medis dan bahasa Inggris yang memadai. Proses koding melibatkan analisis dokumen medis, mengidentifikasi diagnosis utama, dan menggunakan Volume 1 dan 3 ICD-10 untuk menentukan kode yang tepat. Pedoman koding m
(1) problematika implementasi koding ina cbgsImelda Wijaya
Dokumen tersebut membahas tentang implementasi koding INA-CBGs di rumah sakit, mencakup aturan koding morbiditas, penentuan diagnosis utama dan sekunder, tugas dan tanggung jawab dokter dan koder, serta proses verifikasi klaim INA-CBGs. Dibahas pula beberapa masalah yang mungkin muncul dalam implementasinya seperti komunikasi antar pihak, kompetensi personel terkait, dan kelengkapan data rekam medis pasien.
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Kanaidi ken
Teknik koding ICD-9-CM membahas prosedur klasifikasi dan penentuan kode prosedur/tindakan medis menggunakan ICD-9-CM. Koding prosedur medis penting untuk klaim asuransi kesehatan dan penentuan biaya, namun sering tidak akurat karena ketidaklengkapan rekam medis atau kompetensi koder. Langkah penentuan kode meliputi identifikasi prosedur, pencarian kata kunci, dan konfirmasi kode di da
Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Sistem pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM untuk pengelompokan kasus INA-CBG
2. Penjelasan singkat tentang INA-CBG (Indonesian Case Based Groups) sebagai sistem pembayaran berdasarkan pengelompokan diagnosis dan prosedur
3. Beberapa peraturan terkait sistem pembayaran JKN di Indonesia
ICD-10 adalah klasifikasi internasional untuk mendiagnosa dan mengkodekan penyakit dan kondisi kesehatan yang terdiri dari kode alfanumerik untuk mengklasifikasikan diagnosis medis dan digunakan untuk statistik kesehatan.
Dokumen tersebut berisi panduan manual verifikasi klaim INA-CBG edisi pertama yang mencakup bab manual koding, administrasi, dan kasus medis. Pada bab manual koding dijelaskan kaidah pengkodean untuk berbagai penyakit infeksi dan parasit tertentu seperti typhoid fever, tuberculosis, dan diare berdasarkan klasifikasi ICD-10.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem indeks rekam medis, termasuk jenis-jenis indeks yang digunakan seperti indeks pasien, diagnosis, operasi, dokter, dan kematian. Indeks digunakan untuk memudahkan pencarian informasi identitas pasien, diagnosis, dan tindakan medis serta mengelola data pasien dan rumah sakit.
Yuslely teknik melatih pengkodean morbiditas dan mortalitas 99putriutamifst
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pelatihan pengkodean morbiditas dan mortalitas. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang pentingnya mempersiapkan diri sebagai pelatih dengan mempelajari materi secara mendalam, merencanakan presentasi dengan baik, serta berlatih untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan materi secara efektif.
Dokumen tersebut membahas tentang audit informasi klinis untuk memeriksa akurasi koding diagnosis pasien rawat inap dengan fokus pada ICD-10 dan penetapan kode CBGs. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan koding klinis, hasil audit, dan penggunaan physician query.
Dokumen tersebut membahas tentang INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) yang merupakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan diagnosis dan prosedur untuk menentukan biaya perawatan. INA-DRG terdiri atas kode-kode yang mencakup diagnosis, prosedur, dan tingkat keparahan untuk menentukan tarif rawat inap dan rawat jalan. Dokumen ini juga menjelaskan proses pengkodean diagnosis dan prosedur untuk menentukan kode INA-DRG
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan kode mortalitas berdasarkan Formulir Keterangan Penyebab Kematian (FKPK). Beberapa poin pentingnya adalah:
1. FKPK merupakan sumber utama data kematian dan pengisian kode penyebab kematiannya berdasarkan format WHO
2. Penentuan penyebab dasar kematian didasarkan pada urutan penyakit yang menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung
3. Ada beberapa
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Kanaidi ken
Teknik koding ICD-9-CM membahas prosedur klasifikasi dan penentuan kode prosedur/tindakan medis menggunakan ICD-9-CM. Koding prosedur medis penting untuk klaim asuransi kesehatan dan penentuan biaya, namun sering tidak akurat karena ketidaklengkapan rekam medis atau kompetensi koder. Langkah penentuan kode meliputi identifikasi prosedur, pencarian kata kunci, dan konfirmasi kode di da
Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Sistem pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM untuk pengelompokan kasus INA-CBG
2. Penjelasan singkat tentang INA-CBG (Indonesian Case Based Groups) sebagai sistem pembayaran berdasarkan pengelompokan diagnosis dan prosedur
3. Beberapa peraturan terkait sistem pembayaran JKN di Indonesia
ICD-10 adalah klasifikasi internasional untuk mendiagnosa dan mengkodekan penyakit dan kondisi kesehatan yang terdiri dari kode alfanumerik untuk mengklasifikasikan diagnosis medis dan digunakan untuk statistik kesehatan.
Dokumen tersebut berisi panduan manual verifikasi klaim INA-CBG edisi pertama yang mencakup bab manual koding, administrasi, dan kasus medis. Pada bab manual koding dijelaskan kaidah pengkodean untuk berbagai penyakit infeksi dan parasit tertentu seperti typhoid fever, tuberculosis, dan diare berdasarkan klasifikasi ICD-10.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem indeks rekam medis, termasuk jenis-jenis indeks yang digunakan seperti indeks pasien, diagnosis, operasi, dokter, dan kematian. Indeks digunakan untuk memudahkan pencarian informasi identitas pasien, diagnosis, dan tindakan medis serta mengelola data pasien dan rumah sakit.
Yuslely teknik melatih pengkodean morbiditas dan mortalitas 99putriutamifst
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pelatihan pengkodean morbiditas dan mortalitas. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang pentingnya mempersiapkan diri sebagai pelatih dengan mempelajari materi secara mendalam, merencanakan presentasi dengan baik, serta berlatih untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan materi secara efektif.
Dokumen tersebut membahas tentang audit informasi klinis untuk memeriksa akurasi koding diagnosis pasien rawat inap dengan fokus pada ICD-10 dan penetapan kode CBGs. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan koding klinis, hasil audit, dan penggunaan physician query.
Dokumen tersebut membahas tentang INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) yang merupakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan diagnosis dan prosedur untuk menentukan biaya perawatan. INA-DRG terdiri atas kode-kode yang mencakup diagnosis, prosedur, dan tingkat keparahan untuk menentukan tarif rawat inap dan rawat jalan. Dokumen ini juga menjelaskan proses pengkodean diagnosis dan prosedur untuk menentukan kode INA-DRG
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan kode mortalitas berdasarkan Formulir Keterangan Penyebab Kematian (FKPK). Beberapa poin pentingnya adalah:
1. FKPK merupakan sumber utama data kematian dan pengisian kode penyebab kematiannya berdasarkan format WHO
2. Penentuan penyebab dasar kematian didasarkan pada urutan penyakit yang menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung
3. Ada beberapa
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
2. • Suatu sistem pengklasifikasian penyakit yang
mengkombinasikan antara sekelompok penyakit
dengan karakteristik klinis serupa dengan biaya
perawatan disuatu rumah sakit
• Penyakit dengan karakteristik klinik serupa
biasanya membutuhkan sumber daya yang hampir
sama sehingga biaya perawatan juga sama
CASEMIX/INACBGs
4. • Dasar Pengelompokan dengan
menggunakan :
ICD – 10 Untuk Diagnosa (14.500 kode)
ICD – 9 CM Untuk Prosedur/Tindakan
(8.500 kode)
• Untuk mengkombinasikan kode diagnosa
dan prosedur tidak mungkin dilakukan
secara manual, maka diperlukan yang
namanya “ Grouper “
7. 3. TUJUAN KODING
1.Memudahkan pencatatan, pengumpulan dan
pengambilan kembali informasi sesuai
diagnose ataupun tindakan medis-operasi
yang diperlukan ( uniformitas sebutan
istilah (medical terms))
2.Memudahkan entry data ke database
komputer yang tersedia (satu code bisa
mewakili beberapa terminologi yang
digunakan para dokter)
8. 3. Menyediakan data yang diperlukan oleh
sistem pembayaran/penagihan biaya yang
dijalankan/diaplikasi.
Contoh:
Di USA, Australia, Singapore dll. ada DRGs
(Diagnosis Related Group System)
Di Indonesia saat ini juga ada INA-CBG
4. Memaparkan indikasi alasan mengapa pasien
memperoleh asuhan/perawatan/pelayanan
(justifikasi runtunan kejadian)
9. 5. Menyediakan informasi diagnoses dan
tindakan (medis/operasi) bagi:
- riset,
- edukasi dan
- kajian asesment kualitas
keluaran/outcome
(legal dan otentik)
12. Data demografi pasien
Resume medis
Laporan operasi
Hasil pemeriksaan penunjang (P.A,
Patklin,Radiologi)
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
13. • Harus akurat dan lengkap
• Mencerminkan episode perawatan pasien
• Penulisan diagnosis & Prosedur tidak boleh
disingkat (Resume Medis & IC)
• Harus jelas dan rinci
• Catatan harus dapat dibaca dan tidak boleh
dihapus
14.
15.
16. STRUKTUR & SISTEM KLASIFIKASI
ICD-10
Terdiri dari 3 buku (volume)
# Volume 1 :
Terdiri dr 21 BAB rincian 4 atau 5 karakter
Kode M >>> kode rangkap dr Neoplasma
# Volume 2 :
Petunjuk penggunaan ICD-10
# Volume 3 :
Indeks alpabet
Bagian I : Indeks diagnosis & cedera
Bagian II : Indeks penyebab luar cedera
Bagian III : Indeks obat-obatan dan bahan kimia
17. STRUKTUR & SISTEM KLASIFIKASI
ICD-10
Bab I : A00-B99 Infeksi
Bab II : C00-C99 Neoplasma ganas
: D00-D48 Neoplasma insitu & Jinak
Bab III : D50-D89 Darah dan alat pembuat darah
Bab IV : E00-E90 Endokrin, nutrisi dan metabolik
Bab V : F00-F99 Gangguan jiwa dan perilaku
Bab VI : G00-G99 Susunan syaraf
Bab VII: H00-H59 Mata dan Adnexa
Bab VIII: H60-H95 Telinga dan proses mastoid
Bab IX : I00-I99 Pembuluh darah
Bab X : J00-J99 Saluran nafas
18. STRUKTUR & SISTEM KLASIFIKASI
ICD-10
Bab XI : K00-K93 Saluran cerna
Bab XII: L00-L99 Kulit dan jaringan bawah kulit
Bab XIII: M00-M99 Otot dan jaringan ikat
Bab XIV: N00-N99 Sistem kemih kelamin
Bab XV: O00-O99 Kehamilan, persalinan dan nifas
Bab XVI: P00-P96 Kondisi tertentu masa perinatal
Bab XVII: Q00-Q59 Malformasi bawaan
Bab XVIII: R00-R99 gejala,tanda
Bab XIX: S00-T98 Cedera, keracunan, faktor external
Bab XX: V01-Y98 Penyakit/kematian faktor external
Bab XXI: Z00-Z99 Faktor yg berpengaruh status
kesehatan & kontak dg fasilitas
pelayanan kesehatan
20. Langkah-langkah untuk mengkoding:
1. Tentukan jenis pernyataan (Leadterm) yang akan dikode dan
rujuk ke Section yang sesuai pada Indeks Alfabet
2. Tentukan lokasi ‘lead term,’. Untuk penyakit dan cedera
3. Baca dan pedomani semua catatan yang terdapat di bawah
‘lead term’
4. Baca semua term yang dikurung oleh parentheses setelah
‘lead term’
5. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang ‘see’ dan ‘see
also’ di dalam Indeks
6. Rujuk daftar tabulasi (Volume I) untuk memastikan nomor kode
yang dipilih
7. Pedomani setiap term inklusi dan eksklusi di bawah kode yang
dipilih, atau di bawah judul bab, blok, atau kategori.
8. Tentukan kode
21. Diagnosis
Utama adalah suatu diagnosis/kondisi kesehatan
yang menyebabkan pasien memperoleh
perawatan atau pemeriksaan, yang ditegakkan
pada akhir episode pelayanan dan bertanggung
jawab atas kebutuhan sumber daya
pengobatannya
Sekunder adalah diagnosis yang menyertai
diagnosis utama pada saat pasien masuk atau
yang terjadi selama episode pelayanan.
22. Lanjutan . . .
• Komorbiditas adalah penyakit yang menyertai
diagnosis utama atau kondisi pasien saat
masuk dan membutuhkan pelayanan/asuhan
khusus setelah masuk dan selama rawat.
• Komplikasi adalah penyakit yang timbul
dalam masa pengobatan dan memerlukan
pelayanan tambahan sewaktu episode
pelayanan, baik yang disebabkan oleh
kondisi yang ada atau muncul akibat dari
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
23. GOLDEN CODING RULES
1. Volume 1 dan 3 harus digunakan bersama-
sama untuk menemukan kode yang benar dari
setiap kasus.
24. 2. Kategori penyakit khusus memperoleh prioritas di atas
kategori sistem tubuh.
Contoh: Neoplasma Paru-Paru akan diklasifikasikan dalam Bab
II Neoplasma bukan dalam Bab X Penyakit Sistem pernafasan
3. Prinsip dasar ICD , kode dagger adalah kode diagnosis utama .
Kode asterik tidak boleh digunakan sendiri.
4. Tabular List (volume 1) menggunakan ejaan Inggris namun
dalam Index (volume 3) menggunakan ejaan Amerika, tetapi
dalam Index, konvensi ejaan Amerika digunakan.
25. 25
Pedoman pemberian kode Kondisi
utama & kondisi lain
• Kode kategori kombinasi
Kategori kombinasi digunakan apabila diagnosis utama
dan sekunder yg berkaitan dapat digambarkan dalam satu
kode
Kondisi utama : Renal failure
Kondisi lain : Hypertensive renal disease
Diberi kode hypertensive renal disease with renal failure (I12.0)
Kondisi utama : Intestinal obstruction
Kondisi lain : Hernia inguinalis kiri
Diberi kode Unilateral or unspecified inguinal hernia, with obstruction, without
gangren (K40.3)
Kondisi utama : IDDM dengan Nephropathy, Gangrene & Cataract
Kondisi lain : -
Diberi kode IDDM with mutiple complication (E10.7). Kode E10.2† N08.3* ,
E10.5 dan E10.3 † H28.0*
26. 26
Pedoman pemberian kode Kondisi
utama & kondisi lain
• Kode sequelae pada kondisi tertentu
“Sequelae of …”(B90-B94, E64-E68, G09, I69, O97, T90-T98,
Y85-Y89) digunakan untuk kondisi yg sudah tdk ada lagi
saat ini (telah diobati/diperiksa).
kode utamanya adalah sifat dasar sequelae itu sendiri,
kode “sequelae of ..” (old; no longer present) sbg kode
sekunder opsional.
contoh :
Kondisi utama : Dysphasia dari old cerebral infarction
Diberi kode Dysphasia (R47.0) sbg kode utama. Kode untuk sequelae cerebral
infarction (I69.3) sbg kode sekunder.
Kondisi utama : Late effect dari poliomyelitis
Kondisi lain : -
Diberi kode Sequelae poliomyelitis (B91) sbg kode utama krn tdk ada informasi
lain.
27. 27
Pedoman pemberian kode Kondisi
utama & kondisi lain
• Kode kondisi Akut & Kronis
Kondisi utama akut & kronis dijumpai kategori yg terpisah,
tetapi bg kombinasi kode kondisi akut digunakan sbg
kondisi utama yg harus dipilih.
contoh :
Kondisi utama : Cholecystitis akut & kronis
kondisi lain : -
Diberi kode acute cholecystitis (K81.0) sbg kode utama dan chronic
cholecystitis (K81.1) digunakan sbg kode sekunder
Kondisi utama : Acute exacerbation of chronic bronchitis
Kondisi lain : -
Diberi kode Chronic obstructive pulmonary disease with acute exacerbation
(J44.1) sbg kode utama krn ICD memberikan kode yg tepat utk kombinasi
28. 28
Pedoman pemberian kode Kondisi
utama & kondisi lain
• Kode kondisi & komplikasi post prosedur
Bab XIX (T80-T88) utk komplikasi yg berhubungan dng
pembedahan & tindakan lain.
mis : Infeksi luka, komplikasi mekanis dr implant, shock dll.
contoh :
Kondisi utama : Hypothyroidism karena thyroidektomi satu tahun lalu
kondisi lain : -
Diberi kode postsurgical hypothyroidism (E89.0) sbg kode utama
Kondisi utama : Haemorrhage hebat setelah cabut gigi
Kondisi lain : Nyeri
Spesilaisasi : Gimul
Diberi kode Haemorrhage resulting from a procedure (T81.0) sbg kode utama
29. Kondisi Multipel
• Fraktur multipel, diagnosis utama dan sekundernya?
– Fraktur multiple kembali kepada resources terbanyak,
diikuti dengan fraktur-fraktur lainnya dimasukkan sebagai
kode diagnosis sekunder, kalau tidak jelas baru
menggunakan kode multipel .7
• Penyakit HIV dengan Pneumocytis cariini pneumonia,
Burkitt’s lymphoma dan Kandidiasis mulut.
Diberi kode HIV multiple disease (B22.7), B20.6 , B21.1 dan
B20.4 digunakan sebagai kode tambahan
30. 30
Peraturan reseleksi diagnosis
utama salah dicatat
Pada keadaan adanya informasi yg dpt
menunjukan bahwa dokter salah tidak mengikuti
prosedur ICD yg benar :
• Klarifikasi (minta penjelasan) dr dokter yg
merawat.
• Jika tidak mungkin gunakan peraturan
reseleksi pada ICD volume 2 (MB1 s/d MB5)
31. Rule MB1.
Kondisi minor tercatat sebagai ‘kondisi utama’,
sedangkan kondisi yang lebih berarti dicatat sebagai
‘kondisi lain’
Ketika kondisi minor atau yang telah berlangsung lama,
atau masalah insidental ( Kondisi Kejadian ), tercatat
sebagai ‘kondisi utama’,
Sedangkan kondisi yang lebih berarti, yang sebenarnya
(relevan) dengan pengobatan yang diberikan dan/atau
spesialisasi perawatan, tercatat sebagai ‘kondisi lain’,
maka yang terakhir inilah yang dipilih kembali sebagai
‘kondisi utama’.
32. CONTOH RULE MB 1
• Kondisi utama: Sinusitis akut.
• Kondisi lain : Karsinoma endoserviks
Hipertensi
Pasien di rumah sakit selama
tiga minggu
• Prosedur : Histerektomi total
• Spesialisasi : Ginekologi
• Kode : Karsinoma endoserviks (C53.0)
33. Rule MB2.
Beberapa kondisi dicatat sebagai
kondisi utama.
• Kalau beberapa kondisi yang tidak bisa dikode
bersamaan tercatat sebagai ‘KU’, dan
catatannya menunjukkan bahwa satu di
antaranya adalah kondisi utama pada
perawatan pasien, pilihlah kondisi tersebut.
Kalau tidak, pilih kondisi yang pertama kali
disebutkan
34. CONTOH RULE MB 2
• Kondisi utama: Katarak
Meningitis stafilokokus
Penyakit jantung iskemik.
• Kondisi lain : -
Pasien di rumah sakit selama
lima minggu
• Spesialisasi : Neurologi
• Kode : Meningitis stafilokokus (G00.3)
35. Rule MB3.
Kondisi yang dicatat sebagai ‘kondisi utama’
ternyata merupakan gejala dari kondisi yang telah
didiagnosis dan diobati.
Kalau suatu gejala atau tanda (biasanya bisa
diklasifikasikan pada Bab XVIII), atau suatu
masalah yang bisa diklasifikasikan pada Bab XXI,
dicatat sebagai ‘KU’, dan ini jelas merupakan
tanda, gejala atau masalah dari kondisi yang telah
didiagnosis di tempat lain dan telah dirawat,
pilihlah kondisi yang didiagnosis tersebut sebagai
‘KU’
36. CONTOH RULE MB 3
• Kondisi utama: Hematuria
• Kondisi lain : Varises vena tungkai
Papilomata dinding belakang
bladder
• Pengobatan : Eksisi diatermi papillomata
• Spesialisasi : Urologi
• Kode : Papilomata dinding belakang
bladder (D41.4)
37. Rule MB4. SPESIFISITAS
Kalau diagnosis yang tercatat sebagai ‘kondisi
utama’ menguraikan suatu kondisi secara
umum,
sedangkan suatu istilah yang bisa memberikan
informasi yang lebih tepat mengenai tempat
atau bentuk kondisi tersebut tercatat di
tempat lain, pilihlah yang terakhir ini sebagai
‘KU’.
38. CONTOH RULE MB 4
Kondisi utama: Cerebrovascular accident
Kondisi lain : Diabetes mellitus
Hipertensi
Perdarahan otak
Kode : Perdarahan otak (I61.9).
39. Rule MB5.
Diagnosis allternatif.
Kalau suatu gejala atau tanda dicatat sebagai
‘kondisi utama’ dengan suatu petunjuk bahwa
mereka bisa disebabkan oleh suatu kondisi
atau kondisi lain, pilihlah gejala tersebut
sebagai ‘kondisi utama’.
Kalau dua kondisi atau lebih tercatat sebagai
pilihan diagnostik untuk kondisi utama,
pilihlah kondisi pertama yang tercatat
40. CONTOH RULE MB 5 (1)
Kondisi utama: Sakit kepala karena
stress atau tegangan otot atau
sinusitis akut
Kondisi lain : -
Kode : Sakit kepala (R51).
41. CONTOH RULE MB 5 (2)
Kondisi utama : Kholesistitis akut
atau pankreatitis
akut
Kondisi lain : -
Kode : Kholesistitis akut
(K81.0)
42. Menuliskan dengan akurat dan lengkap :
diagnosis Utama
diagnosis Sekunder (Komorbiditi &
Komplikasi)
Prosedur/Tindakan utama yang dikerjakan
Prosedur sekunder/lain-lain
diagnosis : Spesifik dan rinci
Tidak menggunakan singkatan
43.
44. • DOKTER
menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan diagnosis sekunder
apabila ada sesuai dengan ICD 10 serta menulis seluruh prosedur/tindakan
yang telah dilaksanakan dan membuat resume medis pasien secara
lengkap dan jelas selama pasien dirawat di rumah sakit.
• KODER
melakukan kodifikasi dari diagnosis dan prosedur/tindakan yang diisi oleh
dokter yang merawat pasien sesuai dengan ICD 10 untuk diagnosis dan
ICD 9 CM untuk prosedur/tindakan
45. Pencatatan Informasi Diagnosis
• Dokter hrs memilih kondisi utama utk dicatat
• Diagnosis hrs mempunyai nilai informatif sesuai
kategori ICD yg spesifik :
Acute appendicitis with perforation
Diabetic cataract, insulin-dependent
Meningococcal pericarditis
Antenatal care for pregnancy-induced
hypertension
Third-degree burn of palm of hand.
46. 46
PERAN PENULISAN
DIAGNOSIS DAN KODE INA-DRG
• Penulisan diagnosis
tdk lengkap
• Pengkodean tidak
tepat
Tarif
rumah sakit
salah
Kode
INA-CBG
Tidak
tepat
Dokter dan Koder
Berperan penting dalam
penerapan sistem kode INA-CBG
48. 48
•Diagnosis/tindakan tidak ditulis
•Diagnosis/tindakan tidak spesifik
•Diagnosis/tindakan tidak lengkap
•Tulisan dokter tidak terbaca
•Singkatan tidak standar
•Prosedur tidak dilakukan ttp di koding
•Prosedur dilakukan ttp tidak di koding
•Salah Koding
PROBLEM KODING
ICD-10 & ICD-9CM
49. ICD- 9 CM
ICD – 9 CM adalah singkatan dari International Classification
of Diseases, 9th Revision, Clinical Modification.
Klasifikasi Prosedur ICD-9-CM
1.Diterbitkan berisi daftar yang tersusun dalam tabel dan
Index Alfabetis
2.Prosedur bedah dikelompokkan pada bagian 01-86
3.Prosedur bukan bedah dibatasi pada bagian 87-99
4.Struktur klasifikasi berdasarkan anatomi
5. Kode angka
6.Berdasarkan struktur 2-digit dengan 2 digit desimal
diperlukan
50. BAB CODE PROCEDURE
0 00 Procedures and intervention, not elsewhere clasified
1 01 – 05 Operations on the nervous system
2 06 – 07 Operations on the endocrine system
3 08 – 16 Operations on the eye
4 18 – 20 Operations on the ear
5 21 – 29 Operations on the nose, mouth, and pharynx
6 30 – 34 Operations on the respiratory system
7 35 – 39 Operations on the cardiovascular system
8 40 – 41 Operations on the hemic dan lymphatic system
9 42 – 54 Operations on the digestive system
10 55 – 59 Operations on the urinary system
11 60 – 64 Operations on the male genital organs
12 65 – 71 Operations on the female genital organs
13 72 – 75 Obstetrical procedures
14 76 – 84 Operation on the musculoskeletal system
15 85 – 86 Operations on the integumentary system
16 87 – 99 Miscellaneous diagnostic and therapeutic procedures
16 CHAPTER CODE ICD-9-CM
51. Prosedur Utama (Principal Procedure)
Prosedur utama adalah prosedur tindakan yang paling
banyak menghabiskan sumber daya atau hari rawatan
paling lama dan biasanya berhubungan erat dengan
diagnosa utama.
Prosedur Sekunder
Seluruh signifikan prosedur tindakan yang dijalankan
pada pasien rawat inap atau rawat jalan,
membutuhkan peralatan special atau dikerjakan oleh
staf terlatih dan berpengalaman .
PROSEDUR UTAMA DAN PROSEDUR
SEKUNDER
53. LANGKAH-LANGKAH GROUPING
INACBGs
DATA PASIEN
CMG
INACBGs
1
31 CMGs
o22 Acute Care CMGs
o2 Ambulatory CMGs
o1 Subacute CMGs
o1 Chronic CMGs
o4 Special CMGs
o1 Error CMGs
Case Type
2
1. Prosedure Rawat Inap
2. Prosedur Besar Rawat Jalan
3. Prosedur Signifikan Rawat Jalan
4. Rawat Inap Bukan Prosedur
5. Rawat Jalan Bukan Prosedu
6. Rawat Inap Kebidanan
7. Rawat Jalan kebidanan
8. Rawat Inap Neonatal
9. Rawat Jalan Neonatal
X. Error
Sev. Level
3
4
TINGKAT KEPARAHAN
0 = Rawat Jalan
I = Ringan
II = Sedang
III = Berat
CMG
Tipe Kasus (1-10)
Spesifik CBGs
Severity Level
54. 54
CBGs Decision Tree
PRINCIPLE DIAGNOSIS (PDx)
CBG/DRG
CASEMIX MAIN GROUPS (CMG)
COMPLICATIONS, CO MORBIDITY
OR AGE SPLIT
MEDICAL SEPARATION
SURGICAL PROCEDURE
SURGICAL SEPARATION
Principle Diagnosis,
Neoplasm, Specific condition,
Symptomps,other
Type of Surgery
Mayor, Minor,
Other unrelated Dx
Yes
No
Severity level
31 CMG
55. CASE-MIX MAIN GROUPS
(CMGs)
CMGs adalah klasifikasi tahap pertama
Dilabelkan dengan huruf Alphabet (A to Z) mewakili kode yang
ada di ICD-10
Berhubungan dengan system organ tubuh
Terdapat 31 CMGs dalam UNU Grouper
o 22 Acute Care CMGs
o 2 Ambulatory CMGs
o 1 Subacute CMGs
o 1 Chronic CMGs
o 4 Special CMGs
o 1 Error CMGs
o Total DRGs (CBGs) = 1,220
56. NO. Case-Mix Main Groups (CMG)
CMG
Codes
1 Central nervous system Groups G
2 Eye and Adnexa Groups H
3 Ear, nose, mouth & throat Groups U
4 Respiratory system Groups J
5 Cardiovascular system Groups I
6 Digestive system Groups K
7 Hepatobiliary & pancreatic system Groups B
8 Musculoskeletal system & connective tissue Groups M
9 Skin, subcutaneous tissue & breast Groups L
10 Endocrine system, nutrition & metabolism Groups E
11 Nephro-urinary System Groups N
12 Male reproductive System Groups V
13 Female reproductive system Groups W
14 Deleiveries Groups O
15 Newborns & Neonates Groups P
16 Haemopoeitic & immune system Groups D
57. NO. Case-Mix Main Groups (CMG)
CMG
Codes
17 Myeloproliferative system & neoplasms Groups C
18 Infectious & parasitic diseases Groups A
19 Mental Health and Behavioral Groups F
20 Substance abuse & dependence Groups T
21 Injuries, poisonings & toxic effects of drugs Groups S
22
Factors influencing health status & other contacts with
health services Groups Z
23 Ambulatory Groups-Episodic Q
24 Ambulatory Groups-Package QP
25 Sub-Acute Groups SA
26 Special Procedures YY
27 Special Drugs DD
28 Special Investigations I II
29 Special Investigations II IJ
30 Special Prosthesis RR
31 Chronic Groups CD
58. Case-Based Groups (CBG) Untuk Pasien Akut
dan Rawat Jalan
Klasifikasi tahap kedua
Dibagi kedalam 4 sub-groups
Sub-group pertama menunjukkan CMG
Sub-group kedua menunjukkan tipe kasus (1-9)
Sub-group ketiga menunjukkan spesifik CBG
Sub-group keempat menunjukkan resource
intensity level (0-III)
Terdiri dari bukan prosedur/Tindakan
59. Case-Based Groups (CBGs)
Klasifikasi tahap kedua
Dibagi kedalam 4 sub-groups
Sub-group ke-1 menunjukkan CMGs
60. Sub-group ke-2 menunjukkan tipe kasus (1-9 )
1. Prosedure Rawat Inap Group-1
2. Prosedur Besar Rawat Jalan Group-2
3. Prosedur Signifikan Rawat Jalan Group-3
4. Rawat Inap Bukan Prosedur Group-4
5. Rawat Jalan Bukan Prosedur Group-5
6. Rawat Inap Kebidanan Group-6
7. Rawat Jalan kebidanan Group-7
8. Rawat Inap Neonatal Group-8
9. Rawat Jalan Neonatal Group-9
X. Error Group-10
61. • Sub-group ke-3 menunjukkan spesifik CBGs (kode
CBGs)
• Sub-group ke-4 menunjukkan severity level (0-III)
62. Group Error INA-CBGs
GROUP DESKRIPSI
X-0-01-X ERROR: KODE diagnosis TIDAK BISA DIGUNAKAN SEBAGAI diagnosis UTAMA
X-0-02-X ERROR: KODE diagnosis TIDAK VALID UNTUK DIAGNOSIS UTAMA
X-0-03-X ERROR: diagnosis UTAMA TIDAK ADA
X-0-04-X ERROR: UMUR TIDAK BETUL
X-0-05-X ERROR: JENIS KELAMIN SALAH
X-0-06-X ERROR: STATUS PULANG TIDAK BETUL
X-0-07-X ERROR: BERAT LAHIR TIDAK BETUL
X-0-08-X ERROR: LAMA RAWT (LOS) TIDAK BETUL
X-0-09-X ERROR: RAWAT JALAN DENGAN PROSEDUR RAWAT ANAP
X-0-10-X ERROR: RAWAT JALAN DENGAN BERAT LAHIR RENDAH
X-0-13-X ERROR: diagnosis UTAMA TIDAK BETUL SEBAGAI diagnosis FINAL UNTUK
CMG-O (PERSALINAN/DELIVERY)
X-0-15-X ERROR: diagnosis TIDAK BETUL UNTUK NEONATAL
X-0-17-X ERROR: TIDAK ADA TANGGAL MASUK
X-0-18-X ERROR: JENIS PASIEN KETIKA PULANG TIDAK BETUL
X-0-19-X ERROR: TIDAK ADA TANGGAL KELUAR
X-0-20-X ERROR: TIDAK ADA TANGGAL LAHIR
X-0-21-X ERROR: PASIEN SUB-AKUT
X-0-22-X ERROR: PASIEN KRONIS