Di dalam sistem perundangan Islam di Malaysia perkataan faraq/istilah faraq digunakan bagi merujuk kepada sesuatu pembubaran perkahwinan bukan melalui talak. Pada sudut istilah faraq yang digunakan di dalam kitab-kitab fiqh membawa maksud pemisahan atau pembubaran bagi perkahwinan samada melalui talak atau selainnya
Pemakaian Prinsip Ekuiti dalam Sistem Torrens di MalaysiaIrfan Shafie
UNDANG-UNDANG TANAH DI MALAYSIA MENGGUNAPAKAI SISTEM TORRENS BAGI MENGIKTIRAF HAK MILIK TANAH. NAMUN BEGITU, PRINSIP EKUITI AKAN DIGUNAKAN JIKA TERDAPAT LAKUNA DALAM SISTEM PERUNDANGAN NEGARA.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar sadd al-dzar'i yang mencakup pengertian, pembagian, jenis, syarat, argumen, dan sumber pengambilan hukum dari sadd al-dzar'i. Dokumen tersebut juga menjelaskan penerapan sadd al-dzar'i terhadap isu-isu kontemporer.
The document discusses four cases related to temporary occupation licenses (TOL) under Malaysian land law:
1) Mohamed v Kunji Mohidin - A holder of a TOL to pluck coconuts was awarded damages after another licensee cut down trees on the land.
2) Julaika Bivi v Mydin - A TOL holder can bring an ejectment action against a trespasser occupying part of a house on the licensed land.
3) Hee Cheng v Krishnan - An attempted sale of rights under a TOL was deemed unlawful under the Contracts Ordinance.
4) Paruvathy d/o Murugiah v Krishnan - The principle
Pemakaian Prinsip Ekuiti dalam Sistem Torrens di MalaysiaIrfan Shafie
UNDANG-UNDANG TANAH DI MALAYSIA MENGGUNAPAKAI SISTEM TORRENS BAGI MENGIKTIRAF HAK MILIK TANAH. NAMUN BEGITU, PRINSIP EKUITI AKAN DIGUNAKAN JIKA TERDAPAT LAKUNA DALAM SISTEM PERUNDANGAN NEGARA.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar sadd al-dzar'i yang mencakup pengertian, pembagian, jenis, syarat, argumen, dan sumber pengambilan hukum dari sadd al-dzar'i. Dokumen tersebut juga menjelaskan penerapan sadd al-dzar'i terhadap isu-isu kontemporer.
The document discusses four cases related to temporary occupation licenses (TOL) under Malaysian land law:
1) Mohamed v Kunji Mohidin - A holder of a TOL to pluck coconuts was awarded damages after another licensee cut down trees on the land.
2) Julaika Bivi v Mydin - A TOL holder can bring an ejectment action against a trespasser occupying part of a house on the licensed land.
3) Hee Cheng v Krishnan - An attempted sale of rights under a TOL was deemed unlawful under the Contracts Ordinance.
4) Paruvathy d/o Murugiah v Krishnan - The principle
Dokumen ini membahas tentang konsep saham fardhu dalam hukum Islam, termasuk perbandingannya dengan asal masalah, konsep 'aul dan rad, serta contoh-contoh masalahnya. Dibahas pula tentang proses pengiraan tashih untuk menghindari pecahan saham.
Dokumen tersebut membahas mengenai ilmu qadhi, qiyafah, dan qur'ah dalam hukum Islam. Ilmu qadhi adalah pengetahuan hakim yang diperoleh dalam peradilan, sedangkan qiyafah adalah kemampuan menentukan hubungan kekerabatan berdasarkan kesamaan ciri fisik. Qur'ah merupakan undian untuk menentukan hak antara pihak-pihak yang setara. Dokumen tersebut juga membahas pand
Pliding utk proses penguatkuasaan perintahmusa_awang
Dokumen tersebut membahas tentang penyediaan pliding untuk proses penguatkuasaan perintah di mahkamah syariah. Ia menjelaskan jenis-jenis penguatkuasaan dan pelaksanaan perintah, dokumen yang diperlukan dalam permohonan pelaksanaan, serta prosedur untuk mendapatkan perintah penyitaan, pemilikan, penghantarserahan, dan pengkomitan.
Dokumen tersebut membahas mengenai pengertian dan bidang studi Ulum al-Quran, yang meliputi pembelajaran tentang sejarah penurunan, kompilasi, bacaan, dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan al-Quran. Ia juga menjelaskan perkembangan Ulum al-Quran sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga abad-abad berikutnya.
The document summarizes key points about maintenance of a spouse under Malaysian family law:
1) Section 77 of the Law Reform (Marriage and Divorce) Act provides the court the power to order maintenance for a spouse in three situations: during matrimonial proceedings, when granting or after granting a divorce or judicial separation decree, or if a spouse is found alive after being presumed dead.
2) The court determines maintenance amounts based primarily on the means and needs of the parties, regardless of income proportions, but considers the responsibility of each party for the marriage breakdown.
3) The right to receive court-ordered maintenance ends if the recipient remarries or lives in adultery with another person.
LAND LAW - LPS Lesen Pendudukan SementaraAmirulAfiq30
Dokumen tersebut membahas mengenai lesen pendudukan sementara (LPS) yang dikeluarkan oleh pihak berkuasa untuk menduduki tanah sementara. LPS memberikan hak penggunaan tanah untuk aktivitas tertentu seperti membina rumah atau bercucuk tanam, namun tidak memberikan hak kepemilikan. Dokumen menjelaskan aspek-aspek LPS seperti syarat, hak dan tanggungjawab pemegang LPS, serta keputusan-keput
The document discusses Jual Janji, a Malay customary security transaction. It begins by outlining the objectives and introduction. It then explores the origins and literal meaning of Jual Janji, describing it as a contract where a borrower transfers land to a lender in exchange for a loan. The document outlines the characteristics and rationale of Jual Janji transactions. It examines judicial views, including recognizing Jual Janji as a security transaction or applying equitable mortgage principles. The document concludes by discussing Jual Janji in the context of the National Land Code and differing views on its application.
This document discusses the parol evidence rule in contract law in Malaysia. It provides definitions of key concepts like contracts and the parol evidence rule. The main points are:
1) Sections 91 and 92 of Malaysia's Evidence Act 1950 govern the parol evidence rule - oral evidence cannot contradict a written contract except in specific exceptions.
2) There have been different interpretations by courts on when oral evidence can be admitted, with some cases taking a stricter view to protect the written terms.
3) Collateral contracts, being separate oral promises existing alongside the written contract, are one way oral evidence can be admitted without violating the parol evidence rule.
This document provides an introduction to the topic of nuisance in tort law. It defines nuisance as a branch of law that protects landowners from unreasonable interference with the use of their land. There are two types of nuisance: public nuisance, which affects the rights of the general public, and private nuisance, which disturbs a private individual's use and enjoyment of their property.
The document outlines the elements that must be proven for a private nuisance claim, including that the interference was substantial and unreasonable. It examines factors like the location of the properties and whether the defendant's actions provide a public benefit. Case examples are provided to illustrate how courts have interpreted and applied the legal principles of nuisance.
Prosedur perbicaraan dijelaskan dalam empat tahap: (1) pemeriksaan utama oleh plaintif dengan soal jawab saksi, (2) pemeriksaan balas oleh pihak lawan, (3) pemeriksaan semula oleh plaintif, dan (4) penyediaan hujahan oleh kedua-dua pihak berdasarkan bukti yang dikemukakan. Proses ini memastikan perbicaraan berjalan lancar dan keputusan mahkamah berasask
Dokumen ini membahas tentang konsep saham fardhu dalam hukum Islam, termasuk perbandingannya dengan asal masalah, konsep 'aul dan rad, serta contoh-contoh masalahnya. Dibahas pula tentang proses pengiraan tashih untuk menghindari pecahan saham.
Dokumen tersebut membahas mengenai ilmu qadhi, qiyafah, dan qur'ah dalam hukum Islam. Ilmu qadhi adalah pengetahuan hakim yang diperoleh dalam peradilan, sedangkan qiyafah adalah kemampuan menentukan hubungan kekerabatan berdasarkan kesamaan ciri fisik. Qur'ah merupakan undian untuk menentukan hak antara pihak-pihak yang setara. Dokumen tersebut juga membahas pand
Pliding utk proses penguatkuasaan perintahmusa_awang
Dokumen tersebut membahas tentang penyediaan pliding untuk proses penguatkuasaan perintah di mahkamah syariah. Ia menjelaskan jenis-jenis penguatkuasaan dan pelaksanaan perintah, dokumen yang diperlukan dalam permohonan pelaksanaan, serta prosedur untuk mendapatkan perintah penyitaan, pemilikan, penghantarserahan, dan pengkomitan.
Dokumen tersebut membahas mengenai pengertian dan bidang studi Ulum al-Quran, yang meliputi pembelajaran tentang sejarah penurunan, kompilasi, bacaan, dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan al-Quran. Ia juga menjelaskan perkembangan Ulum al-Quran sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga abad-abad berikutnya.
The document summarizes key points about maintenance of a spouse under Malaysian family law:
1) Section 77 of the Law Reform (Marriage and Divorce) Act provides the court the power to order maintenance for a spouse in three situations: during matrimonial proceedings, when granting or after granting a divorce or judicial separation decree, or if a spouse is found alive after being presumed dead.
2) The court determines maintenance amounts based primarily on the means and needs of the parties, regardless of income proportions, but considers the responsibility of each party for the marriage breakdown.
3) The right to receive court-ordered maintenance ends if the recipient remarries or lives in adultery with another person.
LAND LAW - LPS Lesen Pendudukan SementaraAmirulAfiq30
Dokumen tersebut membahas mengenai lesen pendudukan sementara (LPS) yang dikeluarkan oleh pihak berkuasa untuk menduduki tanah sementara. LPS memberikan hak penggunaan tanah untuk aktivitas tertentu seperti membina rumah atau bercucuk tanam, namun tidak memberikan hak kepemilikan. Dokumen menjelaskan aspek-aspek LPS seperti syarat, hak dan tanggungjawab pemegang LPS, serta keputusan-keput
The document discusses Jual Janji, a Malay customary security transaction. It begins by outlining the objectives and introduction. It then explores the origins and literal meaning of Jual Janji, describing it as a contract where a borrower transfers land to a lender in exchange for a loan. The document outlines the characteristics and rationale of Jual Janji transactions. It examines judicial views, including recognizing Jual Janji as a security transaction or applying equitable mortgage principles. The document concludes by discussing Jual Janji in the context of the National Land Code and differing views on its application.
This document discusses the parol evidence rule in contract law in Malaysia. It provides definitions of key concepts like contracts and the parol evidence rule. The main points are:
1) Sections 91 and 92 of Malaysia's Evidence Act 1950 govern the parol evidence rule - oral evidence cannot contradict a written contract except in specific exceptions.
2) There have been different interpretations by courts on when oral evidence can be admitted, with some cases taking a stricter view to protect the written terms.
3) Collateral contracts, being separate oral promises existing alongside the written contract, are one way oral evidence can be admitted without violating the parol evidence rule.
This document provides an introduction to the topic of nuisance in tort law. It defines nuisance as a branch of law that protects landowners from unreasonable interference with the use of their land. There are two types of nuisance: public nuisance, which affects the rights of the general public, and private nuisance, which disturbs a private individual's use and enjoyment of their property.
The document outlines the elements that must be proven for a private nuisance claim, including that the interference was substantial and unreasonable. It examines factors like the location of the properties and whether the defendant's actions provide a public benefit. Case examples are provided to illustrate how courts have interpreted and applied the legal principles of nuisance.
Prosedur perbicaraan dijelaskan dalam empat tahap: (1) pemeriksaan utama oleh plaintif dengan soal jawab saksi, (2) pemeriksaan balas oleh pihak lawan, (3) pemeriksaan semula oleh plaintif, dan (4) penyediaan hujahan oleh kedua-dua pihak berdasarkan bukti yang dikemukakan. Proses ini memastikan perbicaraan berjalan lancar dan keputusan mahkamah berasask
BORANG PENGESAHAN TIDAK BEKERJA PENJAGA
Ringkasan:
1. Borang ini digunakan untuk mengesahkan bahawa penjaga pelajar tidak bekerja
2. Borang ini perlu ditandatangani oleh penjaga dan disahkan oleh pegawai berkuasa
3. Borang ini diserahkan kepada Perbadanan Tabung Pendidikan Tinggi Nasional
Tarian tradisional Malaysia yang dihargai warisan budayanya meliputi Tarian Kuda Kepang, Ngajat, Kipas, Joget dan Sumazau. Kelima tarian ini mewakili berbagai budaya daerah di Malaysia.
Borang permohonan rumah sesebuah dari Syarikat Perumahan Negara Berhad (SPNB) untuk program Rumah Mesra Rakyat. Borang ini meminta maklumat peribadi pemohon dan keluarga serta dokumen pengesahan. Syarat kelayakan termasuk warganegara Malaysia berumur 18-60 tahun, pendapatan seisi rumah RM750-RM3,000 sebulan, dan tidak memiliki rumah.
Dokumen ini adalah surat sumpah yang menyatakan bahawa semua maklumat yang diberikan dalam borang permohonan perumahan kerajaan di Putrajaya adalah benar, dan jika ditemui maklumat palsu, permohonan akan dibatalkan. Penandatangan mengesahkan pekerjaan, pendapatan, dan ketidakadaan sumber pendapatan, serta mengesahkan bahawa segala maklumat dalam borang adalah benar mengikut Akta Akuan Berkanun 1960
Tarian tradisional Melayu merepresentasikan adat dan budaya masyarakat Melayu, dan berbeza di setiap negeri. Beberapa tarian tradisional yang dijelaskan termasuk Kuda Kepang dari Johor yang menggambarkan perjuangan Islam, Inang dari zaman Melaka dengan pengaruh Cina, Zapin berunsur Arab, Mak Yong dari Patani untuk hiburan diraja wanita, Joget bergaya Portugis, dan Gamelan klasik dari Riau-Lingga yang dip
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang berbagai jenis tarian tradisional yang ada di Malaysia. Tarian-tarian tersebut mencerminkan keragaman budaya dan etnis di Malaysia, seperti tarian Melayu, Cina, India, serta suku-suku penduduk asli seperti Iban dan Kadazan. Tarian-tarian tersebut dipengaruhi oleh budaya asing namun telah menjadi warisan budaya Malaysia.
1. FARAQ DALAM PERKAHWINAN
1.0 PENGERTIAN FARAQ:
Dari Segi Bahasa:
Faraq berasal daripada perkataan faraqa dan masdarnya ialah tafriq yang
bermaksud perkahwinan yang dipisahkan/dibubarkan.
Dari Segi Istilah:
Pada sudut istilah faraq yang digunakan di dalam kitab-kitab fiqh membawa maksud
pemisahan atau pembubaran bagi perkahwinan samada melalui talak atau selainnya. Namun
di dalam sistem perundangan Islam di Malaysia perkataan faraq/istilah faraq digunakan bagi
merujuk kepada sesuatu pembubaran perkahwinan bukan melalui talak.
2.0 ASAS AMBILAN HUKUM
Faraq banyak disebut dalam kitab fiqh selalunya ia dikaitkan dengan kesan
daripada perkahwinan yang tidak sah. Faraq dibezakan dari talak raj’ie yang
biasa melihat kepada pembubaran perkahwinan melalui talak adalah disebabkan
oleh kerana tidak ada persefahaman dan sebagainya sedangkan faraq
disebabkan oleh rukun perkahwinan itu sendiri yang tidak sah. Dalam hal faraq
hanya mahkamah yang boleh menentukan kesahihan suatu perkahwinan.
Justeru perintah faraq juga hanya boleh dikeluarkan oleh mahkamah apabila
terbukti sesuatu perkahwinan itu tidak sah. Apa yang dimaksudkan dengan
akad nikah yang tidak sah ialah nikah yang tiada/hilang salah satu syarat atau
tiada kebanyakan daripada syarat sah nikah.
3.0 HUKUM-HUKUM PERKAHWINAN
Sebelum dibincang lanjut mengenai faraq perlu difahami terlebih dahulu hukum-hukum
bagi suatu perkahwinan yang terbit daripada akad nikah yang lazim dan tak lazim. Secara
umumnya hukum bagi perkahwinan boleh dikategorikan
kepada dua iaitu samada perkahwinan yang sah atau tidak sah. Walaupun begitu terdapat
sesetengah ulamak seperi Ulamak Hanafi yang membezakan diantara perkahwinan yang
bathil dan yang fasid. Namun di dalam kertas ini hanya membincangkan secara umum sahaja
iaitu perkahwinan yang sah dan tidak sah.
3.1 Perkahwinan Yang Sah
Perkahwinan yang sah adalah perkahwinan yang memenuhi segala rukun
dan syarat perkahwinan. Bagi perkahwinan yang sah ia mempunyai kesan bagi semua
perkara yang berkaitan dengan suami isteri seperti mas kahwin (mahar), nafkah untuk
isteri, nasb terhadap anak yang dilahirkan juga mempunyai kesan terhadap
pengharaman persemendaan (pengharaman berkahwin disebabkan wujud kaitan
perkahwinan).
2. 3.2 Perkahwinan Yang Tidak Sah/Fasid (Perkahwinan Yang Bathil Pada
Pandangan Abu Hanifah)
3.2.1 Bagi perkahwinan fasid ini Imam Abu Hanifah, Imam Abu Yusuf
dan Imam Muhammad mengatakan bahawa perkahwinan yang bathil
tidak mempunyai kesan undang-undang sebagaimana yang berlaku ke
atas perkahwinan yang sah. Oleh itu tidak halal bagi suami melakukan
persetubuhan dengan perempuan yang dikahwininya. Dari segi yang lain
pula perempuan yang dikahwini tidak berhak mendapat nafkah dan
mahar juga tidak diwajibkan bereddah. Selain itu isteri tersebut juga tidak
terlibat dengan pegharaman musoharah (pengharaman berkahwin
disebabkan wujud kaitan perkahwinan) dengan mana-mana lelaki dari
kalangan keluarga suami. Sekiranya persetubuhan telah berlaku, qadi
hendaklah memfaraqkan mereka secara paksa. Perpisahan yang berlaku
bagi perkahwinan yang bathil tidak dikenakan eddah menurut Imam Abu
Hanifah.
3.2.2 Bagi Ulamak Maliki perkahwinan yang perlu difaraqkan adalah
tidak kira perkahwinan itu bathil atau fasid kerana Ulamak Maliki tidak
membezakan di antara perkahwinan yang fasid dengan yang batil.
Ulamak Maliki menyatakan beberapa hukum yang terbit daripada
perkahwinan yang fasid atau bathil antaranya ialah:
i. Haram dan diwajibkan faraq dengan serta merta. Tujuan faraq di
sini adalah untuk menghalang daripada berlanjutannya maksiat
yang mereka lakukan. Kedudukan faraq sebelum persetubuhan di
sini adalah berbeza dengan talak biasa sebelum persetubuhan yang
mana faraq sebelum berlaku persetubuhan adalah terlepas daripada
bayaran mahar.
ii. Diwajibkan membayar mahar dengan berlakunya persetubuhan.
iii. Sekiranya akad itu dipertikaikan atau disepakati tentang fasadnya
maka anak yang dilahir hasil daripada aqad tersebut tetap
dinasabkan kepada bapanya. Persebuhan yang berlaku antara
mereka berdua tidak dianggap zina dengan syarat pihak suami
tidak menyedari bahawa persetubuhan itu adalah haram.
Sebaliknya jika suami menyedari tentang haramnya persetubuhan
tersebutmaka perbuatannya dianggap zina dan dikenakan
hukuman had. Anak yang dilahirkan hasil daripada persetubuhan
itu juga tidak dinasabkan kepada suami tersebut.
iv. Bagi aqad fasid yang dipertikaikan ia masih memberi kesan
undang-undang yang berkaitan dengan hak warisan antara suami
isteri. Sekiranya salah seorang daripada mereka meninggal dunia
sebelum difaraqkan maka pasangan yang masih hidup berhak
mewarisi harta pasangannya tanpa mengambilkira persetubuhan
telah berlaku ataupun belum. Walau bagaimanapun bagi
perkahwinan yang telah disepakati fasidnya hak warisan tidak
wujud sama sekali.
3. v. Sabit pengharaman persemendaan bila berlaku persetubuhan atau
muqaddimah persetubuhan tanpa mengira perkahwinan itu
disepakati fasid atau dipertikaikan.
vi. Perempuan yang difaraqkan dan telah disetubuhi oleh suaminya
diwajibkan bereddah sekiranya ingin berkahwin dengan lelaki lain
tetapi tidak jika dengan lelaki yang sama.
4.0 PERUNTUKAN UNDANG-UNDANG
Melalui peruntukan seksyen 10 Enakmen Undang-undang Pentadbiran Keluarga
Islam Negeri Terengganu 1985 memperuntukkan bahawa sesuatu perkahwinan
adalah tidak sah melainkan jika cukup semua syarat yang perlu mengikut hukum
syarak untuk menjadikannya sah.
Sekiranya sesuatu pernikahan itu ternyata fasid atau batal seperti tersilap
wali, tidak menepati rukun nikah atau sebagainya maka sesuatu perkahwinan
itu boleh dimohon untuk dibubarkan dan pasangan suami isteri tersebut
difaraqkan.
Permohonan untuk memfaraqkan sesuatu perkahwinan yang tidak sah
boleh dibuat oleh pasangan tersebut iaitu sama ada isteri atau suami, ibu bapa
atau penjaga atau juga pejabat agama yang menyedari kesilapan atau kekhilafan
yang berlaku. Beberapa perkara yang perlu disertakan semasa permohonan
faraq sesuatu perkahwinan di Mahkamah Syariah ialah:
I. Permohonan
II. Afidavit sokongan
III. Salinan kad pengenalan
IV. Sijil nikah
V. Surat pengesahan perkahwinan
5.0 KES-KES FARAQ
Kebiasaannya pembubaran perkahwinan secara faraq yang berlaku di
Malaysia adalah disebabkan oleh keraguan pada wali atau saksi.
Kebanyakan kes faraq nikah juga adalah disebabkan oleh perkahwinan
tanpa kebenaran wali/perkahwinan luar negara atau lebih tepat lagi
perkahwinan sindiket.
4. 5.1 Contoh Kes Pertama
Satu kes faraq nikah yang berlaku di Terengganu, Kes Hashim Bin
Mohamad menentang Syed Yusof Bin Syed Mohamad dan Suryani Binti Hashim
yang mana seorang bapa telah memohon daripada mahkamah untuk memfaraqkan
perkahwinan anak perempuannya yang dijalankan di Thailand. Hakim yang
membicarakan kes tersebut telah memutuskan beberapa perkara iaitu:
i. Sabit akad nikah perkahwinan antara lelaki dan perempuan sebagai
akad nikah bagi perkahwinan yang fasid kerana wali yang digunakan
dalam perkahwinan adalah wali am dan bukannya seseorang yang
diistikhlafkan sebagai wali hakim.
ii. Mahkamah tidak dapat memberikan pengiktirafan undang-undang
terhadap akad nikah pasangan tersebut.
iii. Sabit persetubuhan yang telah berlaku sebelum ini sebagai
persetubuhan syubhat.
Oleh kerana pernikahan itu adalah fasid maka mahkamah mengarahkan
kedua-dua pasangan suami dan isteri itu difaraqkan.
5.2 Contoh Kes Kedua
Kes yang berlaku di Johor baru-baru ini adalah satu kes yang jarang-jarang
berlaku di Malaysia. Dalam kes tersebut sepasang suami isteri,
Muhammad Nazirul Azman Nasaruddin dan Zanariah Abdullah telah
diarahkan berpisah setelah pejabat agama mengesahkan pernikahn
mereka tidak sah.
Perkahwinan kedua-duanya tidak sah kerana pernikahan yang dilangsungkan
menggunakan wali hakim, sedangkan adik lelaki Zanariah, Mohd Shafiq yang ketika
itu berusia 19 tahun layak menjadi wali. Permohonan faraq nikah pasangan tersebut
yang dibuat oleh jabatan agama seterusnya diterima oleh mahkamah apabila
mahkamah memutuskan pasangan berpisah secara faraq dan boleh bernikah semula
pada bila-bila masa.