SlideShare a Scribd company logo
1
Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu
Pemilu Gubernur Kaltim 2013 : Mengapa dan Bagaimana Memilih?
e-disko Long Anai, 12 Juni 2013
Memasuki perempat tahun 2013, masyarakat
disibukkan dengan berita tentang verifikasi parpol
peserta pemilu serta pendaftaran calon anggota
legislative dari partai-partai yang lolos menjadi
peserta pemilu 2014.
Minat menjadi anggota legislative sepertinya tidak
menurun atau bahkan cenderung naik. Berbagai kasus
maupun persoalan yang menimpa anggota legislative
baik di tingkat daerah maupun nasional ternyata tidak
membuat keinginan untuk menjadi anggota legislative
menjadi berkurang. Animo dari anggota masyarakat
maupun partai untuk mendaftar menjadi calon
legislative tetap masih tinggi dan bahkan lebih
semarak dari pemilu-pemilu sebelumnya.
Pada sisi lain berkaca dari pemilihan kepala daerah
(Pemilu Bupati/Walikota/Gubernur) ada semacam
kecenderungan partisipasi masyarakat sebagai
pemilih semakin berkurang. Minat masyrakat untuk
memilih semakin menurun. Mengapa masyarakat
semakin apatis dan tidak peduli terhadap pemilihan
umum?. Patut diduga bahwa semua ini terkait dengan
kepercayaan masyarakat terhadap pejabat publik
yang kian hari kian menipis. Pangkal persoalannya
adalah banyak kasus yang menyeret para pejabat
publik ke depan peradilan. Kasus yang terbanyak
adalah korupsi, kolusi dan nepotisme, rendahnya
integritas dan sikap serta sifat kenegarawanan yang
kian langka.
Kebanyakan masyarakat berpikir bahwa memilih A, B
atau C sebagai kepala daerah tidak ada pengaruhnya
sama sekali untuk kehidupan mereka. Jadi entah A, B
atau C yang jadi, semua akan sama saja. Kondisi
semacam ini memprihatinkan karena kebanyakan
pemenang dalam pemilu bupati/walikota/gubernur
ternyata perolehan suara yang membuatnya keluar
sebagai pemenang masih lebih kecil dibanding dengan
jumlah suara yang tidak dipakai oleh masyarakat
(golput).
Tentu saja setiap calon yang akan bertarung dalam
pemilu akan bekerja keras untuk mendorong
partisipasi sebesarnya-besarnya dari masyarakat
dalam pemilu. Namun kepentingannya bukan pada
soal mendrong kesadaran dan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan demokrasi melainkan untuk
meraih simpati dan mendulang suara. Dan cara-cara
yang dilakukan bahkan banyak yang menciderai
demokrasi itu sendiri. Proses untuk meraih simpati
dan mendulang suara banyak diwarnai oleh ‘vote
buying’ baik yang sangat jelas maupun tersamar.
Rendahnya minat atau semangat masyarakat untuk
memilih merupakan refleksi dari buruknya kinerja
parpol sebagai lembaga politik yang wajib melakukan
pendidikan dan penyadaran politik pada masyarakat.
Hubungan antara parpol dan masyarakat selama ini
lebih bernuansa transaksional. Masyarakat
memberikan suara dan parpol (juga calon yang
diusungnya) membalas dengan apa.
2
Sebagai contoh, dalam sebuah acara publik yang
dilaksanakan di GOR Segiri, tanggal 22 Juni 2013,
seorang politisi yang dikenal sebagai anggota Dewan
Perwakilan Daerah secara ekplisit mengatakan kepada
para pengunjung atau hadirin untuk memilih “Saudara
Sendiri” alias “Orang Kita”. Disebutkan olehnya bahwa
tak perlu perdulikan apa partainya, yang penting
orang itu adalah saudara kita (sesuku, senenek
moyang).
Himbauan semacam itu terus bergema dalam ruang
publik manakala ada perhelatan demokrasi bertajuk
pemilu bupati/walikota/gubernur dan legislative juga
presiden. Himbauan yang mendorong pemilih untuk
memilih sosok tertentu tanpa semangat kritis untuk
mengenali visi, misi, program dan track records calon
tertentu. Semua hal itu tak diperhitungkan karena
satu-satunya hitungan untuk memilih adalah calon itu
orang kita atau bukan. Kalau bukan maka sebaik
apapun tidak perlu dipilih. Namun sebaliknya jika sang
calon itu adalah ‘orang kita’ maka siapapun dia,
bagaimanapun kelakuan dan kemampuannya maka
wajib dipilih.
Apatisme pemilih dan pendidikan politik yang ‘tidak
baik dan tidak benar’ dari para pelaku politik
merupakan tantangan pada penyelenggaraan pemilu
termasuk pemilu kepala daerah yang sejak tahun 2005
dilakukan lewat pemilihan langsung. Sebagaimana
diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 disebutkan bahwa
“Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam
satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil”. Pasangan calon yang akan
berkompetisi dalam pemilu kepala daerah adalah
pasangan calon yang diajukan oleh partai politik atau
gabungan partai politik. Dengan disahkannya UU
Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum maka pemilihan kepala daerah
masuk dan menjadi bagian dari rezim Pemilu. Maka
pemilihan kepala daerah disebut sebagai Pemilu
Kepala Daerah, Pemilu Gubernur untuk provinsi dan
Pemilu Bupati/Walikota untuk Kabupaten/Kota.
Pada tahun 2008, tepatnya sesudah disahkannya UU
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah, pasangan calon yang dapat mengajukan diri
untuk berkompetisi dalam pemilu kepala daerah tidak
hanya yang didukung oleh partai atau gabungan
partai, melainkan juga dari calon perseorangan atau
biasa disebut dengan calon independen.
Pilgub Kaltim 2013 dan Ancaman Golput
e-disko Long Anai, 12 Juni 2013
Dalam pemilu gubernur kaltim tahun 2008 pada
putaran kedua, angka pemilih yang tidak mengunakan
hak pilihnya mencapai 48%. Fenomena golput dalam
kajian perilaku pemilih adalah satu pilihan dari dua
pilihan yang tersedia yaitu perilaku memilih (voting
behaviour) dan perilaku tidak memilih (non voting
behaviour).
Di Indonesia, istilah Golput menjadi populer sejak
tahun 1971, yang diprakarsai oleh Arief Budiman,
Julius Usman dan Imam Malujo Sumali. Pilihan mereka
didasari atas kenyataan bahwa dalam pemilu yang
diselenggarakan oleh regim orde baru, aturan
demokrasi cenderung diinjak-injak, tidak ditegakkan.
Mantan presiden (Alm.) Abdulrahman Wahid pernah
mengatakan “Kalau nggak ada yang bisa dipercaya,
ngapain repot-repot ke kotak suara?. Daripada
kecewa”.
Golput selalu merupakan pilihan sadar, bukan
ketidakhadiran diluar kontrol. Seorang yang
menyatakan diri Golput bisa jadi tetap datang ke
kotak suara namun memberikan suara dengan cara
yang salah sehingga kartu suara rusak atau tidak sah.
Dengan demikian kaum golput adalah orang yang
secara sengaja dengan suatu maksud atau tujuan
tertentu menolak untuk memberikan suara. Maka
mereka yang tak datang ke TPS karena alasan teknis,
jarak yang jauh, tidak terdaftar, tiba-tiba sakit dan lain
sebagainya tidak bisa dikategorikan sebagai golput.
Memang tidak ada keterangan atau penelitian lebih
lanjut soal angka pemilih yang tidak menggunakan
suara dalam pemilu gubernur Kaltim 2008 pada
putaran kedua. Meski demikian secara garis besar,
pemilih yang tidak datang ke TPS untuk memberikan
suara terdiri atas :
 Berhalangan karena alasan teknis tertentu,
misalnya karena ada musibah yang tiba-tiba,
tertidur, harus bekerja di tempat lain dan lain
sebagainya sehingga tidak bisa datang ke TPS.
3
 Berhalangan hadir karena alasan tidak
terdaftar entah karena kesalahan dirinya
sendiri maupun yang mendaftar.
 Berhalangan karena tidak ada pilihan politis,
merasa bahwa yang mencalonkan diri tidak
ada yang sesuai dengan pilihannya, tidak
dipercaya dan dianggap tak akan membawa
perubahan apapun.
 Berhalangan karena kepercayaan tertentu
yang tidak mempercayai mekanisme
demokrasi. Mereka merasa mengikuti
pemilihan dengan mekanisme pemilu
melanggar atau bertentangan dengan ajaran
tertentu.
 Berhalangan hadir karena malas, tidak mau
pergi ke TPS tanpa maksud dan tujuan yang
jelas.
Sebuah kajian lain tentang fenomena menurunnya
minat masyarakat untuk datang ke TPS dilakukan
oleh Tauchid Dwiyanto yang melakukan studi atas
fenomena golput di Kota Semarang dalam periode
2008-2013. Hasil kajiannya menyatakan bahwa
fenomena golput terkait dengan :
1. Lemahnya sosialisasi tentang pilgub.
Pemerintah Propinsi Jateng dan Pemerintah
Kota Semarang serta KPU dinyatakan kecil
sekali peranannya dalam dalam
mensosialisasikan pengetahuan tentang
Pilgub jateng.
2. Masyarakat lebih mementingkan kebutuhan
ekonomi.
Masyarakat memilih untuk bekerja
ketimbang datang ke TPS, mereka merasa
kalau datang ke TPS akan kehilangan
penghasilan sementara tuntutan ekonomi
keluarga semakin menguat.
3. Sikap apatisme terhadap pemilu gubernur.
Pelaksanaan pilgub dipandang tidak akan
membawa perubahan apapun baik bagi
daerah maupun masyarakat. Pilgub hanya
dianggap sebagai rutinitas tanpa menjanjikan
perubahan yang berarti.
Dengan demikian ada dua faktor yang menyebabkan
seseorang tidak datang ke TPS yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal lebih merujuk
pada alasan teknis dan pekerjaan, sementara faktor
eksternal adalah administratif, sosialisasi dan politis.
Kesadaran akan tingginya ancaman pemilih yang tidak
datang ke TPS untuk memberikan suara sudah
menjadi kesadaran pelaksana pemilihan umum di
Kalimantan Timur. Berbagai upaya terus dilakukan,
seperti pemasangan spanduk atau baliho terkait
pemilu di berbagai tempat strategis. Di Kutai
Kartanegara misalnya pada gedung-gedung
pemerintahan tingkat desa (kelurahan) telah
terpasang spanduk yang mengingatkan masyarakat
akan pemilu gubernur plus tanggal pelaksanaannya.
Meski begitu selalu masih terbuka ruang dalam waktu
yang tersisa untuk terus memimalisir jumlah pemilih
yang tidak datang memberikan suara ke TPS.
Tingginya angka partisipasi pemilih merupakan tolok
ukur atas besar tidak legitimasi terhadap mereka yang
terpilih atau keluar sebagai pemenang dalam pemilu.
Tingginya partisipasi masyarakat adalah cermin
tingkat kepercayaan masyarakat pada yang terpilih.
Mengapa dan Bagaimana Memilih
e-disko Mangkupalas, 13 Juni 2013
Faktor utama yang mendorong orang memilih adalah
landasan kesadaran dan pengetahuan tentang sistem
demokrasi sebagai perwujudan kedaulatan rakyat.
Salah satu adagium yang terkenal dalam demokrasi
adalah Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat.
Rakyat atau masyarakat adalah pemegang kedaulatan
utama dalam mengatur dan menjalankan roda
pemerintahan.
Besarnya jumlah rakyat atau warga masayrakat tidak
memungkinkan untuk semua terlibat secara langsung
oleh karena itu perlu ada sistem perwakilan, sistem
pemberian mandat pada pemimpin tertentu untuk
menjalankan kedaulatan rakyat dan sistem itu
dinamakan dengan pemilu. Melalui pemilu
masayrakat menentukan pilihan kepada siapa
mandat dan kepercayaan untuk mengatur dan
menjalankan roda pemerintahan diberikan.
Dalam sistem demokrasi, memilih adalah hak, bukan
kewajiban. Hak yang bisa digunakan maupun tidak
tergantung kepada kesadaran diri masing-masing.
Namun hak untuk memberikan suara adalah hak yang
sangat berharga, hanya diberikan sekali setiap lima
tahun sehingga sayang kalau tidak dimanfaatkan. Hak
suara itu akan menentukan bagaimana jalannya
pemerintahan dalam lima tahun ke depan.
Penggunaan hak suara yang dilandasi dengan
4
pemahaman dan pengetahuan menyangkut visi, misi,
program, profil dan kompetensi calon akan
menghasilkan pilihan pemimpin yang terbaik.
e-disko Mangkupalas, 13 Juni 2013
Dengan turut memberikan suara dalam pemilihan
umum, masyarakat juga akan mempunyai hak untuk
kemudian mengawal pemimpin yang dihasilkan
melalui pemilu. Dalam rentang waktu tertentu pemilih
bisa melakukan gerakan untuk menagih janji,
mempertanyakan kinerja pemimpin terpilih sesuai
dengan visi, misi dan program yang ditawarkan
selama kampanye.
Pada pemilu gubernur Kalimantan Timur 2013, yang
rencananya akan dilaksanakan lewat pemunggutan
suara pada tanggal 10 September 2013 cara yang
akan dipakai adalah dengan mencoblos. Pemilih yang
datang ke TPS akan diberikan kertas suara untuk
dicoblos satu kali. Satu kali entah pada gambar calon,
nomor urut atau nama pasangan.
Tata cara pemilihan dengan mencoblos tentu saja
tidak sulit untuk dipelajari sehingga kertas suara sah
atau tidak rusak. Meski kelihatan sepele namun tetap
saja pemilih harus belajar agar terhindar dari
kesalahan dan suara tidak hilang sia-sia.
Pelaksana pemilu yaitu KPUD Propinsi Kaltim sudah
mulai mengumumkan calon pasangan yang lolos
untuk bertarung dalam pemilu gubernur Kaltim 2013.
Masih ada waktu lebih dari 2 bulan bagi masyarakat
untuk mengenali dan mempelajari visi, misi, program
dan profil para calon. Dan kemudian menilai serta
mengambil pilihan sehingga nanti ketika tiba saatnya
untuk memberi suara di TPS, calon yang menjadi
pilihan telah diputuskan.
Diterbitkan oleh Program Pendidikan Pemilih, Pokja 30
Jl. Danau Maninjau No. 12 Rt. 14 Samarinda, 75117

More Related Content

What's hot

Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanDavid Rosidi
 
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILUPENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILUAN ASYUF
 
TUgas Design Majalah Antik
TUgas Design Majalah AntikTUgas Design Majalah Antik
TUgas Design Majalah Antik
Sigit Sarwoko
 
Factsheet 3 "Perempuan: Politik dan Pilgub Kaltim 2013"
Factsheet 3 "Perempuan: Politik dan Pilgub Kaltim 2013"Factsheet 3 "Perempuan: Politik dan Pilgub Kaltim 2013"
Factsheet 3 "Perempuan: Politik dan Pilgub Kaltim 2013"Pokja 30
 
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
David Adi Nugroho
 
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan TerbelahPublik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
Reza Yunanto
 
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuanPemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuanReedha Williams
 
Pemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasiPemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasiMuktar Eneste
 
PEMILIH PEMULA
PEMILIH PEMULAPEMILIH PEMULA
PEMILIH PEMULAAN ASYUF
 
Menakar Pemilukada (tidak) Langsung
Menakar Pemilukada (tidak) LangsungMenakar Pemilukada (tidak) Langsung
Menakar Pemilukada (tidak) LangsungMuhammad Yunus
 
Rilismediapemilu2014.pdf
Rilismediapemilu2014.pdfRilismediapemilu2014.pdf
Rilismediapemilu2014.pdfpothink
 
Persfektif dan orientasi pemilih pemula pemilu 2014
Persfektif dan orientasi pemilih pemula pemilu 2014Persfektif dan orientasi pemilih pemula pemilu 2014
Persfektif dan orientasi pemilih pemula pemilu 2014Muktar Eneste
 
Proposal penelitian politik uang
Proposal penelitian politik uangProposal penelitian politik uang
Proposal penelitian politik uang
desta aunika
 
PRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADAPRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADA
HISHNUL180695
 
Makalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di IndonesiaMakalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di IndonesiaRiyanto Kasnuri
 

What's hot (20)

Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
Outline penelitian
Outline penelitianOutline penelitian
Outline penelitian
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Fenomena pilkada
Fenomena pilkadaFenomena pilkada
Fenomena pilkada
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILUPENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
 
TUgas Design Majalah Antik
TUgas Design Majalah AntikTUgas Design Majalah Antik
TUgas Design Majalah Antik
 
Factsheet 3 "Perempuan: Politik dan Pilgub Kaltim 2013"
Factsheet 3 "Perempuan: Politik dan Pilgub Kaltim 2013"Factsheet 3 "Perempuan: Politik dan Pilgub Kaltim 2013"
Factsheet 3 "Perempuan: Politik dan Pilgub Kaltim 2013"
 
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
 
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan TerbelahPublik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
 
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuanPemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
Pemilu sebagai sarana pendidikan politik guna mewujudkan persatuan
 
Pemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasiPemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasi
 
PEMILIH PEMULA
PEMILIH PEMULAPEMILIH PEMULA
PEMILIH PEMULA
 
Menakar Pemilukada (tidak) Langsung
Menakar Pemilukada (tidak) LangsungMenakar Pemilukada (tidak) Langsung
Menakar Pemilukada (tidak) Langsung
 
Rilismediapemilu2014.pdf
Rilismediapemilu2014.pdfRilismediapemilu2014.pdf
Rilismediapemilu2014.pdf
 
Persfektif dan orientasi pemilih pemula pemilu 2014
Persfektif dan orientasi pemilih pemula pemilu 2014Persfektif dan orientasi pemilih pemula pemilu 2014
Persfektif dan orientasi pemilih pemula pemilu 2014
 
Politik uang
Politik uangPolitik uang
Politik uang
 
Proposal penelitian politik uang
Proposal penelitian politik uangProposal penelitian politik uang
Proposal penelitian politik uang
 
PRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADAPRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADA
 
Makalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di IndonesiaMakalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di Indonesia
 

Similar to Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"

Kertas suara pilkada diberi kolom abstain
Kertas suara pilkada diberi kolom abstainKertas suara pilkada diberi kolom abstain
Kertas suara pilkada diberi kolom abstain
Nasrullah Idris
 
Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01Ahmad Sulton
 
Mendagri partisipasi pilpres 70 persen sudah luar biasa
Mendagri partisipasi pilpres 70 persen sudah luar biasaMendagri partisipasi pilpres 70 persen sudah luar biasa
Mendagri partisipasi pilpres 70 persen sudah luar biasa
Sweet Angel Weismann
 
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala DaerahSistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
sangdamar
 
PPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptx
PPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptxPPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptx
PPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptx
IndraWan53
 
Final Competition Public Relations 2014
Final Competition Public Relations 2014Final Competition Public Relations 2014
Final Competition Public Relations 2014
Novri
 
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012 Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
musniumar
 
Sosialisasi_pengawasan_partisipatif_Bawa (1).pptx
Sosialisasi_pengawasan_partisipatif_Bawa (1).pptxSosialisasi_pengawasan_partisipatif_Bawa (1).pptx
Sosialisasi_pengawasan_partisipatif_Bawa (1).pptx
AljunaidBakari1
 
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdfTiti Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
fadil529224
 
pemilu masa sekarang.pptx
pemilu masa sekarang.pptxpemilu masa sekarang.pptx
pemilu masa sekarang.pptx
beladinakonveksi
 
Musni Umar: Pentingnya Peran Masyarakat Dalam Menciptakan Pemilu Aman dan Dam...
Musni Umar: Pentingnya Peran Masyarakat Dalam Menciptakan Pemilu Aman dan Dam...Musni Umar: Pentingnya Peran Masyarakat Dalam Menciptakan Pemilu Aman dan Dam...
Musni Umar: Pentingnya Peran Masyarakat Dalam Menciptakan Pemilu Aman dan Dam...musniumar
 
001
001001
Demokrasi-PPKN kls XI
Demokrasi-PPKN kls XIDemokrasi-PPKN kls XI
Demokrasi-PPKN kls XI
Leviana Belianti
 
Laporan tahap 1 pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
Laporan tahap 1 pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemulaLaporan tahap 1 pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
Laporan tahap 1 pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemulaNurul Hidayah
 
Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemulaLaporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemulaNurul Hidayah
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
Warnet Raha
 
Otda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
Otda, Pilkada dan Pembangunan DemokrasiOtda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
Otda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
Tri Widodo W. UTOMO
 

Similar to Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu" (20)

Kertas suara pilkada diberi kolom abstain
Kertas suara pilkada diberi kolom abstainKertas suara pilkada diberi kolom abstain
Kertas suara pilkada diberi kolom abstain
 
Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01
 
Mendagri partisipasi pilpres 70 persen sudah luar biasa
Mendagri partisipasi pilpres 70 persen sudah luar biasaMendagri partisipasi pilpres 70 persen sudah luar biasa
Mendagri partisipasi pilpres 70 persen sudah luar biasa
 
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala DaerahSistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
 
PPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptx
PPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptxPPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptx
PPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptx
 
Final Competition Public Relations 2014
Final Competition Public Relations 2014Final Competition Public Relations 2014
Final Competition Public Relations 2014
 
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012 Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
 
Sosialisasi_pengawasan_partisipatif_Bawa (1).pptx
Sosialisasi_pengawasan_partisipatif_Bawa (1).pptxSosialisasi_pengawasan_partisipatif_Bawa (1).pptx
Sosialisasi_pengawasan_partisipatif_Bawa (1).pptx
 
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdfTiti Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
 
pemilu masa sekarang.pptx
pemilu masa sekarang.pptxpemilu masa sekarang.pptx
pemilu masa sekarang.pptx
 
ARTIKEL KPU
ARTIKEL KPUARTIKEL KPU
ARTIKEL KPU
 
Musni Umar: Pentingnya Peran Masyarakat Dalam Menciptakan Pemilu Aman dan Dam...
Musni Umar: Pentingnya Peran Masyarakat Dalam Menciptakan Pemilu Aman dan Dam...Musni Umar: Pentingnya Peran Masyarakat Dalam Menciptakan Pemilu Aman dan Dam...
Musni Umar: Pentingnya Peran Masyarakat Dalam Menciptakan Pemilu Aman dan Dam...
 
Dinamika pemilu
Dinamika pemiluDinamika pemilu
Dinamika pemilu
 
001
001001
001
 
Demokrasi-PPKN kls XI
Demokrasi-PPKN kls XIDemokrasi-PPKN kls XI
Demokrasi-PPKN kls XI
 
Laporan tahap 1 pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
Laporan tahap 1 pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemulaLaporan tahap 1 pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
Laporan tahap 1 pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
 
Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemulaLaporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Otda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
Otda, Pilkada dan Pembangunan DemokrasiOtda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
Otda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
 

Factsheet 2 "Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu"

  • 1. 1 Benarkah Masyarakat Apatis Pada Pemilu Pemilu Gubernur Kaltim 2013 : Mengapa dan Bagaimana Memilih? e-disko Long Anai, 12 Juni 2013 Memasuki perempat tahun 2013, masyarakat disibukkan dengan berita tentang verifikasi parpol peserta pemilu serta pendaftaran calon anggota legislative dari partai-partai yang lolos menjadi peserta pemilu 2014. Minat menjadi anggota legislative sepertinya tidak menurun atau bahkan cenderung naik. Berbagai kasus maupun persoalan yang menimpa anggota legislative baik di tingkat daerah maupun nasional ternyata tidak membuat keinginan untuk menjadi anggota legislative menjadi berkurang. Animo dari anggota masyarakat maupun partai untuk mendaftar menjadi calon legislative tetap masih tinggi dan bahkan lebih semarak dari pemilu-pemilu sebelumnya. Pada sisi lain berkaca dari pemilihan kepala daerah (Pemilu Bupati/Walikota/Gubernur) ada semacam kecenderungan partisipasi masyarakat sebagai pemilih semakin berkurang. Minat masyrakat untuk memilih semakin menurun. Mengapa masyarakat semakin apatis dan tidak peduli terhadap pemilihan umum?. Patut diduga bahwa semua ini terkait dengan kepercayaan masyarakat terhadap pejabat publik yang kian hari kian menipis. Pangkal persoalannya adalah banyak kasus yang menyeret para pejabat publik ke depan peradilan. Kasus yang terbanyak adalah korupsi, kolusi dan nepotisme, rendahnya integritas dan sikap serta sifat kenegarawanan yang kian langka. Kebanyakan masyarakat berpikir bahwa memilih A, B atau C sebagai kepala daerah tidak ada pengaruhnya sama sekali untuk kehidupan mereka. Jadi entah A, B atau C yang jadi, semua akan sama saja. Kondisi semacam ini memprihatinkan karena kebanyakan pemenang dalam pemilu bupati/walikota/gubernur ternyata perolehan suara yang membuatnya keluar sebagai pemenang masih lebih kecil dibanding dengan jumlah suara yang tidak dipakai oleh masyarakat (golput). Tentu saja setiap calon yang akan bertarung dalam pemilu akan bekerja keras untuk mendorong partisipasi sebesarnya-besarnya dari masyarakat dalam pemilu. Namun kepentingannya bukan pada soal mendrong kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan demokrasi melainkan untuk meraih simpati dan mendulang suara. Dan cara-cara yang dilakukan bahkan banyak yang menciderai demokrasi itu sendiri. Proses untuk meraih simpati dan mendulang suara banyak diwarnai oleh ‘vote buying’ baik yang sangat jelas maupun tersamar. Rendahnya minat atau semangat masyarakat untuk memilih merupakan refleksi dari buruknya kinerja parpol sebagai lembaga politik yang wajib melakukan pendidikan dan penyadaran politik pada masyarakat. Hubungan antara parpol dan masyarakat selama ini lebih bernuansa transaksional. Masyarakat memberikan suara dan parpol (juga calon yang diusungnya) membalas dengan apa.
  • 2. 2 Sebagai contoh, dalam sebuah acara publik yang dilaksanakan di GOR Segiri, tanggal 22 Juni 2013, seorang politisi yang dikenal sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah secara ekplisit mengatakan kepada para pengunjung atau hadirin untuk memilih “Saudara Sendiri” alias “Orang Kita”. Disebutkan olehnya bahwa tak perlu perdulikan apa partainya, yang penting orang itu adalah saudara kita (sesuku, senenek moyang). Himbauan semacam itu terus bergema dalam ruang publik manakala ada perhelatan demokrasi bertajuk pemilu bupati/walikota/gubernur dan legislative juga presiden. Himbauan yang mendorong pemilih untuk memilih sosok tertentu tanpa semangat kritis untuk mengenali visi, misi, program dan track records calon tertentu. Semua hal itu tak diperhitungkan karena satu-satunya hitungan untuk memilih adalah calon itu orang kita atau bukan. Kalau bukan maka sebaik apapun tidak perlu dipilih. Namun sebaliknya jika sang calon itu adalah ‘orang kita’ maka siapapun dia, bagaimanapun kelakuan dan kemampuannya maka wajib dipilih. Apatisme pemilih dan pendidikan politik yang ‘tidak baik dan tidak benar’ dari para pelaku politik merupakan tantangan pada penyelenggaraan pemilu termasuk pemilu kepala daerah yang sejak tahun 2005 dilakukan lewat pemilihan langsung. Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 disebutkan bahwa “Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”. Pasangan calon yang akan berkompetisi dalam pemilu kepala daerah adalah pasangan calon yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Dengan disahkannya UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum maka pemilihan kepala daerah masuk dan menjadi bagian dari rezim Pemilu. Maka pemilihan kepala daerah disebut sebagai Pemilu Kepala Daerah, Pemilu Gubernur untuk provinsi dan Pemilu Bupati/Walikota untuk Kabupaten/Kota. Pada tahun 2008, tepatnya sesudah disahkannya UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pasangan calon yang dapat mengajukan diri untuk berkompetisi dalam pemilu kepala daerah tidak hanya yang didukung oleh partai atau gabungan partai, melainkan juga dari calon perseorangan atau biasa disebut dengan calon independen. Pilgub Kaltim 2013 dan Ancaman Golput e-disko Long Anai, 12 Juni 2013 Dalam pemilu gubernur kaltim tahun 2008 pada putaran kedua, angka pemilih yang tidak mengunakan hak pilihnya mencapai 48%. Fenomena golput dalam kajian perilaku pemilih adalah satu pilihan dari dua pilihan yang tersedia yaitu perilaku memilih (voting behaviour) dan perilaku tidak memilih (non voting behaviour). Di Indonesia, istilah Golput menjadi populer sejak tahun 1971, yang diprakarsai oleh Arief Budiman, Julius Usman dan Imam Malujo Sumali. Pilihan mereka didasari atas kenyataan bahwa dalam pemilu yang diselenggarakan oleh regim orde baru, aturan demokrasi cenderung diinjak-injak, tidak ditegakkan. Mantan presiden (Alm.) Abdulrahman Wahid pernah mengatakan “Kalau nggak ada yang bisa dipercaya, ngapain repot-repot ke kotak suara?. Daripada kecewa”. Golput selalu merupakan pilihan sadar, bukan ketidakhadiran diluar kontrol. Seorang yang menyatakan diri Golput bisa jadi tetap datang ke kotak suara namun memberikan suara dengan cara yang salah sehingga kartu suara rusak atau tidak sah. Dengan demikian kaum golput adalah orang yang secara sengaja dengan suatu maksud atau tujuan tertentu menolak untuk memberikan suara. Maka mereka yang tak datang ke TPS karena alasan teknis, jarak yang jauh, tidak terdaftar, tiba-tiba sakit dan lain sebagainya tidak bisa dikategorikan sebagai golput. Memang tidak ada keterangan atau penelitian lebih lanjut soal angka pemilih yang tidak menggunakan suara dalam pemilu gubernur Kaltim 2008 pada putaran kedua. Meski demikian secara garis besar, pemilih yang tidak datang ke TPS untuk memberikan suara terdiri atas :  Berhalangan karena alasan teknis tertentu, misalnya karena ada musibah yang tiba-tiba, tertidur, harus bekerja di tempat lain dan lain sebagainya sehingga tidak bisa datang ke TPS.
  • 3. 3  Berhalangan hadir karena alasan tidak terdaftar entah karena kesalahan dirinya sendiri maupun yang mendaftar.  Berhalangan karena tidak ada pilihan politis, merasa bahwa yang mencalonkan diri tidak ada yang sesuai dengan pilihannya, tidak dipercaya dan dianggap tak akan membawa perubahan apapun.  Berhalangan karena kepercayaan tertentu yang tidak mempercayai mekanisme demokrasi. Mereka merasa mengikuti pemilihan dengan mekanisme pemilu melanggar atau bertentangan dengan ajaran tertentu.  Berhalangan hadir karena malas, tidak mau pergi ke TPS tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Sebuah kajian lain tentang fenomena menurunnya minat masyarakat untuk datang ke TPS dilakukan oleh Tauchid Dwiyanto yang melakukan studi atas fenomena golput di Kota Semarang dalam periode 2008-2013. Hasil kajiannya menyatakan bahwa fenomena golput terkait dengan : 1. Lemahnya sosialisasi tentang pilgub. Pemerintah Propinsi Jateng dan Pemerintah Kota Semarang serta KPU dinyatakan kecil sekali peranannya dalam dalam mensosialisasikan pengetahuan tentang Pilgub jateng. 2. Masyarakat lebih mementingkan kebutuhan ekonomi. Masyarakat memilih untuk bekerja ketimbang datang ke TPS, mereka merasa kalau datang ke TPS akan kehilangan penghasilan sementara tuntutan ekonomi keluarga semakin menguat. 3. Sikap apatisme terhadap pemilu gubernur. Pelaksanaan pilgub dipandang tidak akan membawa perubahan apapun baik bagi daerah maupun masyarakat. Pilgub hanya dianggap sebagai rutinitas tanpa menjanjikan perubahan yang berarti. Dengan demikian ada dua faktor yang menyebabkan seseorang tidak datang ke TPS yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal lebih merujuk pada alasan teknis dan pekerjaan, sementara faktor eksternal adalah administratif, sosialisasi dan politis. Kesadaran akan tingginya ancaman pemilih yang tidak datang ke TPS untuk memberikan suara sudah menjadi kesadaran pelaksana pemilihan umum di Kalimantan Timur. Berbagai upaya terus dilakukan, seperti pemasangan spanduk atau baliho terkait pemilu di berbagai tempat strategis. Di Kutai Kartanegara misalnya pada gedung-gedung pemerintahan tingkat desa (kelurahan) telah terpasang spanduk yang mengingatkan masyarakat akan pemilu gubernur plus tanggal pelaksanaannya. Meski begitu selalu masih terbuka ruang dalam waktu yang tersisa untuk terus memimalisir jumlah pemilih yang tidak datang memberikan suara ke TPS. Tingginya angka partisipasi pemilih merupakan tolok ukur atas besar tidak legitimasi terhadap mereka yang terpilih atau keluar sebagai pemenang dalam pemilu. Tingginya partisipasi masyarakat adalah cermin tingkat kepercayaan masyarakat pada yang terpilih. Mengapa dan Bagaimana Memilih e-disko Mangkupalas, 13 Juni 2013 Faktor utama yang mendorong orang memilih adalah landasan kesadaran dan pengetahuan tentang sistem demokrasi sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Salah satu adagium yang terkenal dalam demokrasi adalah Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat. Rakyat atau masyarakat adalah pemegang kedaulatan utama dalam mengatur dan menjalankan roda pemerintahan. Besarnya jumlah rakyat atau warga masayrakat tidak memungkinkan untuk semua terlibat secara langsung oleh karena itu perlu ada sistem perwakilan, sistem pemberian mandat pada pemimpin tertentu untuk menjalankan kedaulatan rakyat dan sistem itu dinamakan dengan pemilu. Melalui pemilu masayrakat menentukan pilihan kepada siapa mandat dan kepercayaan untuk mengatur dan menjalankan roda pemerintahan diberikan. Dalam sistem demokrasi, memilih adalah hak, bukan kewajiban. Hak yang bisa digunakan maupun tidak tergantung kepada kesadaran diri masing-masing. Namun hak untuk memberikan suara adalah hak yang sangat berharga, hanya diberikan sekali setiap lima tahun sehingga sayang kalau tidak dimanfaatkan. Hak suara itu akan menentukan bagaimana jalannya pemerintahan dalam lima tahun ke depan. Penggunaan hak suara yang dilandasi dengan
  • 4. 4 pemahaman dan pengetahuan menyangkut visi, misi, program, profil dan kompetensi calon akan menghasilkan pilihan pemimpin yang terbaik. e-disko Mangkupalas, 13 Juni 2013 Dengan turut memberikan suara dalam pemilihan umum, masyarakat juga akan mempunyai hak untuk kemudian mengawal pemimpin yang dihasilkan melalui pemilu. Dalam rentang waktu tertentu pemilih bisa melakukan gerakan untuk menagih janji, mempertanyakan kinerja pemimpin terpilih sesuai dengan visi, misi dan program yang ditawarkan selama kampanye. Pada pemilu gubernur Kalimantan Timur 2013, yang rencananya akan dilaksanakan lewat pemunggutan suara pada tanggal 10 September 2013 cara yang akan dipakai adalah dengan mencoblos. Pemilih yang datang ke TPS akan diberikan kertas suara untuk dicoblos satu kali. Satu kali entah pada gambar calon, nomor urut atau nama pasangan. Tata cara pemilihan dengan mencoblos tentu saja tidak sulit untuk dipelajari sehingga kertas suara sah atau tidak rusak. Meski kelihatan sepele namun tetap saja pemilih harus belajar agar terhindar dari kesalahan dan suara tidak hilang sia-sia. Pelaksana pemilu yaitu KPUD Propinsi Kaltim sudah mulai mengumumkan calon pasangan yang lolos untuk bertarung dalam pemilu gubernur Kaltim 2013. Masih ada waktu lebih dari 2 bulan bagi masyarakat untuk mengenali dan mempelajari visi, misi, program dan profil para calon. Dan kemudian menilai serta mengambil pilihan sehingga nanti ketika tiba saatnya untuk memberi suara di TPS, calon yang menjadi pilihan telah diputuskan. Diterbitkan oleh Program Pendidikan Pemilih, Pokja 30 Jl. Danau Maninjau No. 12 Rt. 14 Samarinda, 75117