SlideShare a Scribd company logo
ESSAY TEKNOLOGI BIOREFINERY
disusun oleh:
Muhamad Imam Khairy | 1141820029 | Teknik Kimia
Institut Teknologi Indonesia
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan dituntut untuk selalu berkembang seiring berjalannya waktu.
Penemuan-penemuan teknologi yang berasal dari ilmu pengetahuan itu sendiri memicu
berkembangnya ilmu pengetahuan lain yang akan mendukung keberhasilan dalam
aplikasinya pada teknologi yang digunakan. Oil refinery selama ini memegang peran utama
dalam menyediakan bahan baku atau utilitas penunjang pada kebanyakan industri
makanan, energi, bahan kimia dan material lain. Karena itu, pengembangan ilmu-ilmu teknik
kimia kebanyakan bersumber pada pengalaman dalam oil refinery.
Kekayaan keanekaragaman hayati sebagai biomassa berperan panting dalam
kehidupan manusia, baik dari sisi ekonomi, kebudayaan dan ekologi. Manfaat biomassa di
dunia secara berkelanjutan bagi kelangsungan dan sebagai penunjang penting kehidupan
manusia tergantung bagaimana manusia dapat mengelola kekayaan tersebut secara
optimal.
Berangkat dari oil refinery,
perkembangan ilmu teknik kimia
yang menekankan sebuah proses
dipadukan dengan ilmu biologi dan
bioteknologi memumculkan istilah
bioproses yang kemudian
melahirkan kegiatan refinery
berbasis bio yaitu biorefinery.
Biorefinery diharapkan dapat
menjadi salah satu sarana untuk menyediakan materi dan energi yang selama ini dipenuhi
oleh oil refinery. Selain didorong oleh kebutuhan akan produk, perkembangan biorefinery di
berbagai belahan dunia didorong juga oleh ketersediaan bahan baku maupun teknologi.
Potensi pengembangan sistem biorefinery sangat besar mengingat banyaknya jenis
biomassa. Namun demikian panduan yang sistematis untuk sintesis biorefinery yang
sustainable belum tersedia.
Istilah biorefinery dapat ditemukan dalam paper-paper sejak permulaan tahun 1990-
an. Ada berbagai definisi biorefinery dalam literatur, dan yang paling komprehensif diberikan
oleh International Energy Agency (IEA), Bioenergy Task 42. Menurut IEA Bioenergy Task
42, biorefinery didefinisikan sebagai ‘the sustainable processing of biomass into a spectrum
of marketable products and energy’. Definisi ini mencakup kata-kata kunci sebagai berikut:
a. biorefinery: konsep, fasilitas, proses, kelompok industri,
b. sustainable: memaksimalkan nilai ekonomi, meminimalkan aspek lingkungan,
penggantian bahan bakar berbasis fosil, mempertimbangkan aspek sosio-ekonomi,
c. processing: proses hulu, transformasi, fraksionasi, konversi termokimia dan/atau
biokimia, ekstraksi, pemisahan, proses hilir,
d. biomass: hasil pertanian, residu organik, residu pertanian, residu kehutanan, kayu,
biomassa air,
e. spectrum: lebih dari satu,
f. marketable: pasar tersedia/diharapkan segera tersedia dengan volume dan harga yang
diterima
g. products: produk antara maupun produk akhir, sebagai contoh makanan, pakan ternak,
bahan kimia dan material; dan
h. energy: bahan bakar, daya, panas.
Penelitian mengenai biorefinery menjadi hal yang menarik seiring dengan
berkurangnya cadangan minyak bumi sebagai sumber bahan bakar dan senyawa kimia,
serta meningkatnya efek rumah kaca akibat penggunaan minyak bumi sebagai sumber
bahan bakar. Selain itu, bahan plastik yang diproduksi dari minyak bumi merupakan
ancaman serius kerusakan lingkungan, sebab tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme di
alam.
TEKNOLOGI
Pengembangan teknologi biorefinery pertama muncul berdasarkan klasifikasi
biorefinery itu sendiri. Sebagai contoh, biorefinery biasa dikategorisasikan menurut bahan
bakunya dan/atau fleksibilitas dari prosesnya. Berdasarkan bahan bakunya, sering
digunakan istilah biorefinery generasi pertama, kedua, dan ketiga.
a. Biorefinery Generasi Pertama: memanfaatkan crops seperti hasil pertanian yang kaya
akan gula, pati dan minyak
b. Biorefinery Generasi Kedua: memanfaatkan bahan-bahan berbasis lignoselulosa
c. Biorefinery Generasi Ketiga: memanfaatkan limbah
d. Biorefinery Generasi Keempat: memanfaatkan bahan baku campuran, misalnya whole
crops dan limbah pertanian
Biorefinery generasi pertama dan kedua juga dikenal sebagai biorefinery
konvensional dan advanced.Tetapi, teknologi berkembang sangat cepat. Penggolongan
semacam ini tidak akan valid dalam jangka panjang.
Metode proses sintesis yang sistematik yang ada sekarang dirintis di awal tahun 70-
an. Metode itu adalah systematic generation, evolutionary modification dan superstructure
optimisation. Telah banyak heuristik diturunkan untuk membantu insinyur-insinyur untuk
mendesain dan mengoperasikan proses-proses, terutama dalam oil refineries, dan belum
tentu heuristik yang ada dapat langsung diterapkan pada sintesis biorefinery.
Sintesis biorefinery untuk saat ini lebih mungkin dilakukan dengan kombinasi metode
evolutionary modification dan superstructure optimisation. Pada saat ini belum banyak
tersedia data yang berkaitan dengan karakter biomassa dan proses-proses teruji. Modifikasi
dan optimasi proses-proses yang ada bersamaan dengan pengidentifikasian heuristik yang
relevan diharapkan bisa dilakukan. Di masa depan, diharapkan juga mungkin dilakukan
biorefinery systematic generation atau barangkali akan terbukti visi metode gabungan
generate-evolve-optimise-critique.
Ada empat pertimbangan teknologi dalam sintesis biorefinery bila diasosiasikan
dengan tahap-tahap systematic generation yaitu reaction path, material allocation, task
identification, task integration, utility dan equipment designyang mencangkup pemilihan
bahan baku, pemilihan produk, integrasi proses dan pemilihan alat. Penanganan bahan di
sisi hulu perlu mendapatkan perhatian lebih karena perbedaan karakter bahan baku yang
berarti. Semua hal tersebut menjadi alasan utama mengapa teknologi birefinery perlu terus
dikembangkan demi tercapainya semua aspek dengan efektivitas dan efisiensi maksimum.
ENGINEERING
Definisi biorefinery oleh IEA Bioenergy Task 42 yaitu ‘the sustainable processing of
biomass into a spectrum of marketable products and energy’ jelas mencakup karakteristik
dari input dan output proses, tipe proses yang terlibat, dan kinerja dari keseluruhan proses.
Prosesnya mencakup konversi di samping pemurnian. Keseluruhan proses harus
sustainable, yaitu mempertimbangkan aspek ekonomi, social, dan lingkungan, yang bisa
dicapai dengan memproduksi lebih dari satu material dan/atau energi.
Karenanya, semua proses dengan fasa satu tidak memenuhi syarat untuk disebut
biorefinery. Semua proses berfasa satu tersebut perlu dimodifikasi untuk menjadi proses-
proses bercabang atau paralel. Contohnya adalah proses produksi biodiesel, di mana
gliserin yang dihasilkan dikonversi menjadi berbagai produk lain, seperti asam suksinik atau
plastik terbaharukan dan sebagainya. Proses utama dari biorefinery adalah:
1. Biomass Pre-Treatment (contohnya drying, size reduction)
2. Primary refining (contohnya pressing, hydrolysis, torrefaction, pyrolysis, hydro-thermal
processing, digestion)
3. Secondary Refining (contohnya fermentation, gasification)
4. Energy Production (contohnya digestion/combustion and chp production from process
residues)
5. Intermediate and Final Product (Catalytic)
6. Upgrading (contohnya catalytic syngas conversion, catalytic synthesis from platform
chemicals)
7. Product Separation
Tahap upgrading dari biorefinery bisa jadi adalah semua operasi yang menggunakan
prekursor, termasuk proses pemurnian produk, dan mungkin akan ditemukan
kecenderungan tertentu dalam hal transformasi kandungan karbon, hidrogen atau oksigen.
Ada kemiripan dalam hal fungsi produk yang ditargetkan. Produk-produk dalam tahap ini
diharapkan menjadi building blocks/platform chemicals, bahan bakar atau material yang
potensial.
Secara ringkas, integrasi operasi-operasi yang terlibat dalam biorefinery perlu
diperhatikan untuk menjaga struktur alami komponen-komponen berharga yang mungkin
sensitif. Meskipun demikian, penjagaan struktur alami biomassa ini menjadi tidak perlu
ketika biomassa ditargetkan menjadi sumber elemen karbon dan hidrogen (sumber energi).
Sebagai contoh adalah proses-proses dalam thermo-chemical biorefinery dari Energy
Research Centre (ECN) di Belanda. Perlakuan fisika dengan suhu tinggi, atau proses
kimiawi dan fisikokimiawi suhu tinggi bisa dioperasikan di awal keseluruhan proses.
MANAJEMEN
Pemetaan biomass dapat disederhanakan dengan metode grouping/lumping. Dalam
peta tersebut data komposisi biomassa dan kandungan energi tiap komponen perlu
ditampilkan. Nilai komponen biomassa bisa diukur dengan parameter semacam Carbon
Value dan Energy Value. Parameter-parameter ini analog dengan Chemical and Fuel
Values. Carbon Value adalah harga bahan baku per unit masa karbon, sedangkan energy
value adalah harga per unit energi. Parameter lain bisa pula ditetapkan sesuai dengan
komponen utama dari biomassa, seperti Starch Value, Oil Value, dan Protein Value.
Parameter-parameter ini bisa digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pemilihan
bahan baku yang paling murah di antara alternatif bahan baku dengan komponen utama
yang sama. Selain itu, informasi keberadaan bahan baku juga diperlukan.
Beberapa technology platforms dari konsep biorefinery yang telah ada dapat
digunakan untuk merintis pemetaan potensial proses dan produk. Biorefinery harus
memproduksi lebih dari satu produk, dan proses pemilihan dapat dibantu dengan
menggunakan parameter potensi profit, seperti Chemical Value dan Fuel Value. Chemical
Value adalah harga produk per unit massa, sedangkan Fuel Value adalah Chemical Value
per unit energi produk. Urutan operasi, dan perlu tidaknya pemisahan atau pemurnian
material dalam biorefinery perlu diperhatikan. Urutan operasi dalam biorefinery akan
mempengaruhi komposisi keluaran, yang di dalam biorefinery umumnya tidak reversible.
Biaya produksi pada industri biorefinery merupakan salah satu aspek hasil
implementasi dari biobased economy. Jadi dalam biaya produksi harus berkesinambungan
dengan biobased economy itu sendiri dari segi bahan baku, proses, produk, fungsi, dan
lainnya. Menurut Strategi Bioekonomi Uni Eropa yang diperbarui pada tahun 2018,
bioekonomi mencakup semua sektor dan sistem yang bergantung pada sumber daya hayati
(hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan biomassa turunan, termasuk sampah organik),
fungsi dan prinsipnya. Ini mencakup semua produksi primer dan sektor ekonomi dan industri
yang berbasis pada penggunaan, produksi atau pengolahan sumber daya hayati dari
pertanian, kehutanan, perikanan dan budidaya.
Dalam perumusan biobased economy, perlu adanya pendekatan sistem yang
terintegrasi melalui ilmu tekno-ekonomi. Tekno-ekonomi merupakan bidang keahlian yang
memanfaatkan pendekatan teknik industri sebagai upaya peningkatan daya saing sistem
integral yang terdiri atas tenaga kerja, bahan baku, energi, informasi, teknologi, dan
infrastruktur yang berinteraksi dengan komunitas bisnis, masyarakat, dan pemerintah. Jadi
secara garis besar tekno-ekonomi adalah salah satu cara untuk menganalisis biobased
economy yang dimaksimalkan dalam aplikasinya. Berikut cara menganalisa tekno-ekonomi
pada industri biorefinery:
1. Pemodelan Skala Besar
Metodologi dan perencanaan sistem, analisis dan sistem pemodelan, proses keputusan,
dan penilaian pada industri biorefinery.
2. Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri
Analisis struktur sistem industri, analisis daya saing industri, penilaian kebutuhan sumber
daya industri, strategi perencanaan dan kebijakan industri pada industri biorefinery.
3. Sistem Rantai Nilai
Sistem sumber, sistem distribusi, rantai nilai sistem infrastruktur, strategi dan kebijakan
pada industri biorefinery.
4. Sistem Sosio-Tekno-Ekonomi
Analisis sosio-tekno-ekonomi, perencanaan dan evaluasi sistem pelayanan public pada
industri biorefinery.
KEBIJAKAN
International Energy Agency (IEA) adalah sebuah badan otonomi beranggotakan 25
negara OECD yang didirikan di tahun 1974 untuk mengimplementasikan program energi
internasional sebagai respon atas krisis minyak. Aktivitasnya diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan kebijakan energi kolektif dari anggota-anggotanya dalam hal energy security,
pengembangan ekonomi dan sosial, dan perlindungan lingkungan, yang ditetapkan dalam
berbagai Implementing Agreements. Terdapat empat puluh Implementing Agreements yang
aktif, di antaranya adalah IEA Bioenergy, yang dibentuk di tahun 1978.
IEA Bioenergy beranggotakan Komisi Eropa dan 21 negara (Australia, Austria,
Belgia, Brazil, Kanada, Kroasia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Irlandia, Italia,
Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Afrika Selatan, Swedia, Swiss, Inggris, and
Amerika). IEA Bioenergy bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan pertukaran
informasi antar negara yang mempunyai program nasional dalam penelitian, pengembangan
dan penerapan bioenergi. IEA Bioenergy mempunyai 13 tugas, termasuk Task Number 42
yang bertajuk Biorefineries (co-production of fuels, chemicals, power and materials from
biomass). Tugas pertamanya adalah melaksanakan proyek tiga tahun (2007-2009) dipimpin
Belanda dengan tujuan utama untuk memeriksa posisi dan potensi dari konsep biorefinery di
dunia dan untuk mengumpulkan pandangan-pandangan baru dalam biorefinery yang terus
berkembang. Ia juga bertanggung jawab untuk menyiapkan definisi umum dari biorefinery
dan menyiapkan sistem klasifikasi biorefinery yang jelas dan diterima secara luas.
TARGET
1. Pengembangan legitimasi industri dan lapangan permainan yang setara untuk
penggunaan biomassa yang berkelanjutan
2. Keterlibatan pemangku kepentingan multi-sektoral dalam pengembangan dan
implementasi rantai nilai yang berkelanjutan
3. Pengembangan teknologi dan peningkatan biorefinery menggunakan praktik terbaik
4. Buka keahlian yang tersedia di sektor energi/bahan bakar, pertanian pangan, material
dan manufaktur kimia
5. Untuk mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan dengan melatih siswa
dan pemangku kepentingan lainnya untuk menjadi ahli biorefinery hari ini dan masa
depan
AKTIVITAS (2013-2015)
1. Penilaian potensi penyebaran pasar dari biorefineries terintegrasi
2. Dukungan pemangku kepentingan industri/UKM menemukan posisi mereka di masa
depan BioEconomy
3. Analisis valorisasi biomassa berkelanjutan yang optimal menggunakan pendekatan
perspektif tarikan pasar
4. Persiapan saran bagi pembuat kebijakan tentang status saat ini, potensi masa depan dan
kebutuhan prioritas
5. Diseminasi pengetahuan biorefinery
6. Pelaksanaan kegiatan pelatihan biorefinery
KEBIJAKAN YANG TELAH DIAMBIL (2007-2012)
1. Definisi biorefining yang diterima secara internasional, yaitu pemrosesan biomassa yang
berkelanjutan menjadi spektrum produk berbasis bio dan bioenergi yang dapat
dipasarkan
2. Sistem yang jelas dan mudah dipahami untuk mengklasifikasikan berbagai jenis
biorefineries
3. Laporan negara memberikan status biorefinery di negara-negara yang berpartisipasi
4. Laporan yang berbeda (bahan kimia berbasis bio – produk bernilai tambah dari kilang
bor, kilang bio yang digerakkan oleh biofuel, blok bangunan hijau untuk plastik berbasis
bio)
5. Beberapa sekolah pelatihan Eropa tentang biorefining (Amsterdam, Paris, Wageningen).
Kebijakan lengkap dapat diunduh melalui:
https://www.ieabioenergy.com/wp-content/uploads/2014/09/IEA-Bioenergy-Task42-
Biorefining-Brochure-SEP2014_LR.pdf
DAFTAR PUSTAKA
IEA Bioenergy. 2009. "What is IEA Bioenergy?" diunduh pada 12 Februari 2009 dari
http://www.ieabioenergy.com
Kamm, B., Kamm, M., Gruber, P.R., Kromus, S., 2006. Biorefinery Systems - An Overview.
In: Kamm, B., Gruber, P.R., Kamm, M. (Eds.), Biorefineries - Industrial Processes
and Products. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA
Nila. 2014. Pemanfaatan Biomassa sebagai Sumber Energi Masa Depan. diakses pada 8
Agustus 2021 dari https://www.bsn.go.id/main/berita/berita_det/5502
Pertiwi, D.S. et al. 2010. Conceiving Process Synthesis Methods for Biorefineries. 13th Asia
Pacific Confederation of Chemical Engineering, Taipei, Taiwan, 5-8 Oktober.
Pertiwi, Setyo Dyah. 2010. Sekilas tentang Biorefinery. Bandung: Jurusan Teknik Kimia
ITENAS
Pertiwi, Setyo Dyah. 2013. Konsep dan Tantangan Pengembangan Biorefinery. Bandung:
Jurusan Teknik Kimia ITENAS
Siirola, J.J., Rudd, D.F. 1971. “Computer-Aided Synthesis of Chemical Process Designs –
From Reaction Path Data to Process Task Network”. Industrial & Engineering
Chemistry Fundamentals
Tong, G.E., Cannell, R.P. 1983. The Economics of Organic Chemicals from Biomass. In:
Wise, D.L. (Ed.), Organic Chemicals from Biomass. Massachusetts: The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.
Van Ree, R., Annevelink, B. 2007. Status Report Biorefinery 2007, Report 847.
Wageningen: Agrotechnology and Food Sciences Group

More Related Content

What's hot

SNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara Jar
SNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara JarSNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara Jar
SNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara Jar
Muhamad Imam Khairy
 
Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)
Mega Putri Arisanda
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Joy Irman
 
Volumetri
VolumetriVolumetri
Volumetri
jundizg
 
Teknik pengambilan sampel bod
Teknik pengambilan sampel bodTeknik pengambilan sampel bod
Teknik pengambilan sampel bod
Fahrul Islam islam
 
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
Muhamad Imam Khairy
 
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasPP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
Muhamad Imam Khairy
 
Pergub jatim 52 2014 jo 72 2013 baku mutu air limbah industri
Pergub jatim 52 2014  jo 72 2013 baku mutu air limbah industriPergub jatim 52 2014  jo 72 2013 baku mutu air limbah industri
Pergub jatim 52 2014 jo 72 2013 baku mutu air limbah industri
Dewi Hadiwinoto
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
U Lhia Estrada
 
titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri
Afif Randika
 
Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14
Muhammad Luthfan
 
Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofometri Serapan Atom (SSA)
Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofometri Serapan Atom (SSA)Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofometri Serapan Atom (SSA)
Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofometri Serapan Atom (SSA)
infosanitasi
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
infosanitasi
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Joy Irman
 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaSistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Joy Irman
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Joy Irman
 
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Joy Irman
 

What's hot (20)

SNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara Jar
SNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara JarSNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara Jar
SNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara Jar
 
Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Volumetri
VolumetriVolumetri
Volumetri
 
Teknik pengambilan sampel bod
Teknik pengambilan sampel bodTeknik pengambilan sampel bod
Teknik pengambilan sampel bod
 
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
SNI 19-7119.2-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 2: Cara Uji Kadar Nitrogen D...
 
Cod dan bod
Cod dan bodCod dan bod
Cod dan bod
 
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasPP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
 
Pergub jatim 52 2014 jo 72 2013 baku mutu air limbah industri
Pergub jatim 52 2014  jo 72 2013 baku mutu air limbah industriPergub jatim 52 2014  jo 72 2013 baku mutu air limbah industri
Pergub jatim 52 2014 jo 72 2013 baku mutu air limbah industri
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
 
titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri
 
Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14
 
Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofometri Serapan Atom (SSA)
Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofometri Serapan Atom (SSA)Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofometri Serapan Atom (SSA)
Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofometri Serapan Atom (SSA)
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
 
Adsorpsi
AdsorpsiAdsorpsi
Adsorpsi
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaSistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
 
Batch Reactor
Batch ReactorBatch Reactor
Batch Reactor
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
 
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
 

Similar to Essay: Teknologi Biorefinery dari Berbagai Sisi

0. t851808016 taufiq makalah biogas
0. t851808016 taufiq makalah biogas0. t851808016 taufiq makalah biogas
0. t851808016 taufiq makalah biogas
Taufiq_AH
 
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
IAARD/Bogor, Indonesia
 
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGANPENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
Alorka 114114
 
Pertemuan 14 Biomassa & Biogas - Copy.pptx
Pertemuan 14 Biomassa & Biogas - Copy.pptxPertemuan 14 Biomassa & Biogas - Copy.pptx
Pertemuan 14 Biomassa & Biogas - Copy.pptx
ssuser23e26a
 
Ringkasan lca semen holsim
Ringkasan lca semen holsimRingkasan lca semen holsim
Ringkasan lca semen holsim
Wildan Wafiyudin
 
Energi biomassa
Energi biomassaEnergi biomassa
Energi biomassa
G.D Septano
 
Bab i prose industri kimia
Bab i prose industri kimiaBab i prose industri kimia
Bab i prose industri kimia
Zarra Auliya
 
Green-Chemistry-An-Introduction.pptx
Green-Chemistry-An-Introduction.pptxGreen-Chemistry-An-Introduction.pptx
Green-Chemistry-An-Introduction.pptx
SyarifHidayat454768
 
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkunganPelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
Ashar Asham
 
garuda1195212.pdf
garuda1195212.pdfgaruda1195212.pdf
garuda1195212.pdf
PancaNababan1
 
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternativeLimbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternativesuparman unkhair
 
Geografi - kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Geografi - kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alamGeografi - kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Geografi - kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Farah Della
 
MAKALAH OPTIMASI JADI
MAKALAH OPTIMASI JADIMAKALAH OPTIMASI JADI
MAKALAH OPTIMASI JADIzuhal istiadi
 
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-pada-kilang-minyak
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-pada-kilang-minyakKeselamatan dan-kesehatan-kerja-pada-kilang-minyak
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-pada-kilang-minyak
Deni Darma
 
Fix!!♥♥♥ edit
Fix!!♥♥♥ editFix!!♥♥♥ edit
Fix!!♥♥♥ edit
Henny Heriani
 
Life cycle assessment pabrik semen holcim
Life cycle assessment pabrik semen holcimLife cycle assessment pabrik semen holcim
Life cycle assessment pabrik semen holcim
Haelis Muslimah
 

Similar to Essay: Teknologi Biorefinery dari Berbagai Sisi (20)

0. t851808016 taufiq makalah biogas
0. t851808016 taufiq makalah biogas0. t851808016 taufiq makalah biogas
0. t851808016 taufiq makalah biogas
 
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
 
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGANPENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
 
Pertemuan 14 Biomassa & Biogas - Copy.pptx
Pertemuan 14 Biomassa & Biogas - Copy.pptxPertemuan 14 Biomassa & Biogas - Copy.pptx
Pertemuan 14 Biomassa & Biogas - Copy.pptx
 
Ringkasan lca semen holsim
Ringkasan lca semen holsimRingkasan lca semen holsim
Ringkasan lca semen holsim
 
839 1799-1-sm
839 1799-1-sm839 1799-1-sm
839 1799-1-sm
 
Energi biomassa
Energi biomassaEnergi biomassa
Energi biomassa
 
Bab i prose industri kimia
Bab i prose industri kimiaBab i prose industri kimia
Bab i prose industri kimia
 
Resume bab 11
Resume bab 11Resume bab 11
Resume bab 11
 
Green-Chemistry-An-Introduction.pptx
Green-Chemistry-An-Introduction.pptxGreen-Chemistry-An-Introduction.pptx
Green-Chemistry-An-Introduction.pptx
 
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkunganPelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
 
garuda1195212.pdf
garuda1195212.pdfgaruda1195212.pdf
garuda1195212.pdf
 
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternativeLimbah kotoran manusia sebagai energi alternative
Limbah kotoran manusia sebagai energi alternative
 
Geografi - kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Geografi - kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alamGeografi - kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Geografi - kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
 
MAKALAH OPTIMASI JADI
MAKALAH OPTIMASI JADIMAKALAH OPTIMASI JADI
MAKALAH OPTIMASI JADI
 
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-pada-kilang-minyak
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-pada-kilang-minyakKeselamatan dan-kesehatan-kerja-pada-kilang-minyak
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-pada-kilang-minyak
 
Fix!!♥♥♥ edit
Fix!!♥♥♥ editFix!!♥♥♥ edit
Fix!!♥♥♥ edit
 
Kemiri sunan
Kemiri sunanKemiri sunan
Kemiri sunan
 
Life cycle assessment pabrik semen holcim
Life cycle assessment pabrik semen holcimLife cycle assessment pabrik semen holcim
Life cycle assessment pabrik semen holcim
 
Bionergi
BionergiBionergi
Bionergi
 

More from Muhamad Imam Khairy

Product Polishing by Muhamad Imam Khairy
Product Polishing by Muhamad Imam KhairyProduct Polishing by Muhamad Imam Khairy
Product Polishing by Muhamad Imam Khairy
Muhamad Imam Khairy
 
Penisilin Essay by Muhamad Imam Khairy
Penisilin Essay by Muhamad Imam KhairyPenisilin Essay by Muhamad Imam Khairy
Penisilin Essay by Muhamad Imam Khairy
Muhamad Imam Khairy
 
Pengaruh Medan dan Tegangan Listrik pada Elektroforesis dalam Proses PCR (Pol...
Pengaruh Medan dan Tegangan Listrik pada Elektroforesis dalam Proses PCR (Pol...Pengaruh Medan dan Tegangan Listrik pada Elektroforesis dalam Proses PCR (Pol...
Pengaruh Medan dan Tegangan Listrik pada Elektroforesis dalam Proses PCR (Pol...
Muhamad Imam Khairy
 
Biomagnifikasi Essay by Muhamad Imam Khairy
Biomagnifikasi Essay by Muhamad Imam KhairyBiomagnifikasi Essay by Muhamad Imam Khairy
Biomagnifikasi Essay by Muhamad Imam Khairy
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat KerjaSNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 19-7119.4-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb...
SNI 19-7119.4-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb...SNI 19-7119.4-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb...
SNI 19-7119.4-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 19-7119.1-2005 tentang Udara Amben - Bagian 1: Cara Uji Kadar Amoniak (NH...
SNI 19-7119.1-2005 tentang Udara Amben - Bagian 1: Cara Uji Kadar Amoniak (NH...SNI 19-7119.1-2005 tentang Udara Amben - Bagian 1: Cara Uji Kadar Amoniak (NH...
SNI 19-7119.1-2005 tentang Udara Amben - Bagian 1: Cara Uji Kadar Amoniak (NH...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
Muhamad Imam Khairy
 
SNI 09-7118.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 2: Cara...
SNI 09-7118.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 2: Cara...SNI 09-7118.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 2: Cara...
SNI 09-7118.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 2: Cara...
Muhamad Imam Khairy
 

More from Muhamad Imam Khairy (20)

Product Polishing by Muhamad Imam Khairy
Product Polishing by Muhamad Imam KhairyProduct Polishing by Muhamad Imam Khairy
Product Polishing by Muhamad Imam Khairy
 
Penisilin Essay by Muhamad Imam Khairy
Penisilin Essay by Muhamad Imam KhairyPenisilin Essay by Muhamad Imam Khairy
Penisilin Essay by Muhamad Imam Khairy
 
Pengaruh Medan dan Tegangan Listrik pada Elektroforesis dalam Proses PCR (Pol...
Pengaruh Medan dan Tegangan Listrik pada Elektroforesis dalam Proses PCR (Pol...Pengaruh Medan dan Tegangan Listrik pada Elektroforesis dalam Proses PCR (Pol...
Pengaruh Medan dan Tegangan Listrik pada Elektroforesis dalam Proses PCR (Pol...
 
Biomagnifikasi Essay by Muhamad Imam Khairy
Biomagnifikasi Essay by Muhamad Imam KhairyBiomagnifikasi Essay by Muhamad Imam Khairy
Biomagnifikasi Essay by Muhamad Imam Khairy
 
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
 
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat KerjaSNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
 
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
 
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
 
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
 
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
 
SNI 19-7119.4-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb...
SNI 19-7119.4-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb...SNI 19-7119.4-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb...
SNI 19-7119.4-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb...
 
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
 
SNI 19-7119.1-2005 tentang Udara Amben - Bagian 1: Cara Uji Kadar Amoniak (NH...
SNI 19-7119.1-2005 tentang Udara Amben - Bagian 1: Cara Uji Kadar Amoniak (NH...SNI 19-7119.1-2005 tentang Udara Amben - Bagian 1: Cara Uji Kadar Amoniak (NH...
SNI 19-7119.1-2005 tentang Udara Amben - Bagian 1: Cara Uji Kadar Amoniak (NH...
 
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
 
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
 
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
 
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
 
SNI 09-7118.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 2: Cara...
SNI 09-7118.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 2: Cara...SNI 09-7118.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 2: Cara...
SNI 09-7118.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 2: Cara...
 

Recently uploaded

LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 

Essay: Teknologi Biorefinery dari Berbagai Sisi

  • 1. ESSAY TEKNOLOGI BIOREFINERY disusun oleh: Muhamad Imam Khairy | 1141820029 | Teknik Kimia Institut Teknologi Indonesia ILMU PENGETAHUAN Ilmu pengetahuan dituntut untuk selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Penemuan-penemuan teknologi yang berasal dari ilmu pengetahuan itu sendiri memicu berkembangnya ilmu pengetahuan lain yang akan mendukung keberhasilan dalam aplikasinya pada teknologi yang digunakan. Oil refinery selama ini memegang peran utama dalam menyediakan bahan baku atau utilitas penunjang pada kebanyakan industri makanan, energi, bahan kimia dan material lain. Karena itu, pengembangan ilmu-ilmu teknik kimia kebanyakan bersumber pada pengalaman dalam oil refinery. Kekayaan keanekaragaman hayati sebagai biomassa berperan panting dalam kehidupan manusia, baik dari sisi ekonomi, kebudayaan dan ekologi. Manfaat biomassa di dunia secara berkelanjutan bagi kelangsungan dan sebagai penunjang penting kehidupan manusia tergantung bagaimana manusia dapat mengelola kekayaan tersebut secara optimal. Berangkat dari oil refinery, perkembangan ilmu teknik kimia yang menekankan sebuah proses dipadukan dengan ilmu biologi dan bioteknologi memumculkan istilah bioproses yang kemudian melahirkan kegiatan refinery berbasis bio yaitu biorefinery. Biorefinery diharapkan dapat menjadi salah satu sarana untuk menyediakan materi dan energi yang selama ini dipenuhi oleh oil refinery. Selain didorong oleh kebutuhan akan produk, perkembangan biorefinery di berbagai belahan dunia didorong juga oleh ketersediaan bahan baku maupun teknologi. Potensi pengembangan sistem biorefinery sangat besar mengingat banyaknya jenis biomassa. Namun demikian panduan yang sistematis untuk sintesis biorefinery yang sustainable belum tersedia. Istilah biorefinery dapat ditemukan dalam paper-paper sejak permulaan tahun 1990- an. Ada berbagai definisi biorefinery dalam literatur, dan yang paling komprehensif diberikan oleh International Energy Agency (IEA), Bioenergy Task 42. Menurut IEA Bioenergy Task 42, biorefinery didefinisikan sebagai ‘the sustainable processing of biomass into a spectrum of marketable products and energy’. Definisi ini mencakup kata-kata kunci sebagai berikut: a. biorefinery: konsep, fasilitas, proses, kelompok industri, b. sustainable: memaksimalkan nilai ekonomi, meminimalkan aspek lingkungan, penggantian bahan bakar berbasis fosil, mempertimbangkan aspek sosio-ekonomi, c. processing: proses hulu, transformasi, fraksionasi, konversi termokimia dan/atau biokimia, ekstraksi, pemisahan, proses hilir, d. biomass: hasil pertanian, residu organik, residu pertanian, residu kehutanan, kayu, biomassa air, e. spectrum: lebih dari satu,
  • 2. f. marketable: pasar tersedia/diharapkan segera tersedia dengan volume dan harga yang diterima g. products: produk antara maupun produk akhir, sebagai contoh makanan, pakan ternak, bahan kimia dan material; dan h. energy: bahan bakar, daya, panas. Penelitian mengenai biorefinery menjadi hal yang menarik seiring dengan berkurangnya cadangan minyak bumi sebagai sumber bahan bakar dan senyawa kimia, serta meningkatnya efek rumah kaca akibat penggunaan minyak bumi sebagai sumber bahan bakar. Selain itu, bahan plastik yang diproduksi dari minyak bumi merupakan ancaman serius kerusakan lingkungan, sebab tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme di alam. TEKNOLOGI Pengembangan teknologi biorefinery pertama muncul berdasarkan klasifikasi biorefinery itu sendiri. Sebagai contoh, biorefinery biasa dikategorisasikan menurut bahan bakunya dan/atau fleksibilitas dari prosesnya. Berdasarkan bahan bakunya, sering digunakan istilah biorefinery generasi pertama, kedua, dan ketiga. a. Biorefinery Generasi Pertama: memanfaatkan crops seperti hasil pertanian yang kaya akan gula, pati dan minyak b. Biorefinery Generasi Kedua: memanfaatkan bahan-bahan berbasis lignoselulosa c. Biorefinery Generasi Ketiga: memanfaatkan limbah d. Biorefinery Generasi Keempat: memanfaatkan bahan baku campuran, misalnya whole crops dan limbah pertanian Biorefinery generasi pertama dan kedua juga dikenal sebagai biorefinery konvensional dan advanced.Tetapi, teknologi berkembang sangat cepat. Penggolongan semacam ini tidak akan valid dalam jangka panjang. Metode proses sintesis yang sistematik yang ada sekarang dirintis di awal tahun 70- an. Metode itu adalah systematic generation, evolutionary modification dan superstructure optimisation. Telah banyak heuristik diturunkan untuk membantu insinyur-insinyur untuk
  • 3. mendesain dan mengoperasikan proses-proses, terutama dalam oil refineries, dan belum tentu heuristik yang ada dapat langsung diterapkan pada sintesis biorefinery. Sintesis biorefinery untuk saat ini lebih mungkin dilakukan dengan kombinasi metode evolutionary modification dan superstructure optimisation. Pada saat ini belum banyak tersedia data yang berkaitan dengan karakter biomassa dan proses-proses teruji. Modifikasi dan optimasi proses-proses yang ada bersamaan dengan pengidentifikasian heuristik yang relevan diharapkan bisa dilakukan. Di masa depan, diharapkan juga mungkin dilakukan biorefinery systematic generation atau barangkali akan terbukti visi metode gabungan generate-evolve-optimise-critique. Ada empat pertimbangan teknologi dalam sintesis biorefinery bila diasosiasikan dengan tahap-tahap systematic generation yaitu reaction path, material allocation, task identification, task integration, utility dan equipment designyang mencangkup pemilihan bahan baku, pemilihan produk, integrasi proses dan pemilihan alat. Penanganan bahan di sisi hulu perlu mendapatkan perhatian lebih karena perbedaan karakter bahan baku yang berarti. Semua hal tersebut menjadi alasan utama mengapa teknologi birefinery perlu terus dikembangkan demi tercapainya semua aspek dengan efektivitas dan efisiensi maksimum. ENGINEERING Definisi biorefinery oleh IEA Bioenergy Task 42 yaitu ‘the sustainable processing of biomass into a spectrum of marketable products and energy’ jelas mencakup karakteristik dari input dan output proses, tipe proses yang terlibat, dan kinerja dari keseluruhan proses. Prosesnya mencakup konversi di samping pemurnian. Keseluruhan proses harus sustainable, yaitu mempertimbangkan aspek ekonomi, social, dan lingkungan, yang bisa dicapai dengan memproduksi lebih dari satu material dan/atau energi. Karenanya, semua proses dengan fasa satu tidak memenuhi syarat untuk disebut biorefinery. Semua proses berfasa satu tersebut perlu dimodifikasi untuk menjadi proses- proses bercabang atau paralel. Contohnya adalah proses produksi biodiesel, di mana gliserin yang dihasilkan dikonversi menjadi berbagai produk lain, seperti asam suksinik atau plastik terbaharukan dan sebagainya. Proses utama dari biorefinery adalah: 1. Biomass Pre-Treatment (contohnya drying, size reduction)
  • 4. 2. Primary refining (contohnya pressing, hydrolysis, torrefaction, pyrolysis, hydro-thermal processing, digestion) 3. Secondary Refining (contohnya fermentation, gasification) 4. Energy Production (contohnya digestion/combustion and chp production from process residues) 5. Intermediate and Final Product (Catalytic) 6. Upgrading (contohnya catalytic syngas conversion, catalytic synthesis from platform chemicals) 7. Product Separation Tahap upgrading dari biorefinery bisa jadi adalah semua operasi yang menggunakan prekursor, termasuk proses pemurnian produk, dan mungkin akan ditemukan kecenderungan tertentu dalam hal transformasi kandungan karbon, hidrogen atau oksigen. Ada kemiripan dalam hal fungsi produk yang ditargetkan. Produk-produk dalam tahap ini diharapkan menjadi building blocks/platform chemicals, bahan bakar atau material yang potensial. Secara ringkas, integrasi operasi-operasi yang terlibat dalam biorefinery perlu diperhatikan untuk menjaga struktur alami komponen-komponen berharga yang mungkin sensitif. Meskipun demikian, penjagaan struktur alami biomassa ini menjadi tidak perlu ketika biomassa ditargetkan menjadi sumber elemen karbon dan hidrogen (sumber energi). Sebagai contoh adalah proses-proses dalam thermo-chemical biorefinery dari Energy Research Centre (ECN) di Belanda. Perlakuan fisika dengan suhu tinggi, atau proses kimiawi dan fisikokimiawi suhu tinggi bisa dioperasikan di awal keseluruhan proses.
  • 5. MANAJEMEN Pemetaan biomass dapat disederhanakan dengan metode grouping/lumping. Dalam peta tersebut data komposisi biomassa dan kandungan energi tiap komponen perlu ditampilkan. Nilai komponen biomassa bisa diukur dengan parameter semacam Carbon Value dan Energy Value. Parameter-parameter ini analog dengan Chemical and Fuel Values. Carbon Value adalah harga bahan baku per unit masa karbon, sedangkan energy value adalah harga per unit energi. Parameter lain bisa pula ditetapkan sesuai dengan
  • 6. komponen utama dari biomassa, seperti Starch Value, Oil Value, dan Protein Value. Parameter-parameter ini bisa digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pemilihan bahan baku yang paling murah di antara alternatif bahan baku dengan komponen utama yang sama. Selain itu, informasi keberadaan bahan baku juga diperlukan. Beberapa technology platforms dari konsep biorefinery yang telah ada dapat digunakan untuk merintis pemetaan potensial proses dan produk. Biorefinery harus memproduksi lebih dari satu produk, dan proses pemilihan dapat dibantu dengan menggunakan parameter potensi profit, seperti Chemical Value dan Fuel Value. Chemical Value adalah harga produk per unit massa, sedangkan Fuel Value adalah Chemical Value per unit energi produk. Urutan operasi, dan perlu tidaknya pemisahan atau pemurnian material dalam biorefinery perlu diperhatikan. Urutan operasi dalam biorefinery akan mempengaruhi komposisi keluaran, yang di dalam biorefinery umumnya tidak reversible. Biaya produksi pada industri biorefinery merupakan salah satu aspek hasil implementasi dari biobased economy. Jadi dalam biaya produksi harus berkesinambungan dengan biobased economy itu sendiri dari segi bahan baku, proses, produk, fungsi, dan lainnya. Menurut Strategi Bioekonomi Uni Eropa yang diperbarui pada tahun 2018, bioekonomi mencakup semua sektor dan sistem yang bergantung pada sumber daya hayati (hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan biomassa turunan, termasuk sampah organik), fungsi dan prinsipnya. Ini mencakup semua produksi primer dan sektor ekonomi dan industri yang berbasis pada penggunaan, produksi atau pengolahan sumber daya hayati dari pertanian, kehutanan, perikanan dan budidaya. Dalam perumusan biobased economy, perlu adanya pendekatan sistem yang terintegrasi melalui ilmu tekno-ekonomi. Tekno-ekonomi merupakan bidang keahlian yang memanfaatkan pendekatan teknik industri sebagai upaya peningkatan daya saing sistem integral yang terdiri atas tenaga kerja, bahan baku, energi, informasi, teknologi, dan infrastruktur yang berinteraksi dengan komunitas bisnis, masyarakat, dan pemerintah. Jadi secara garis besar tekno-ekonomi adalah salah satu cara untuk menganalisis biobased economy yang dimaksimalkan dalam aplikasinya. Berikut cara menganalisa tekno-ekonomi pada industri biorefinery: 1. Pemodelan Skala Besar Metodologi dan perencanaan sistem, analisis dan sistem pemodelan, proses keputusan, dan penilaian pada industri biorefinery. 2. Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri Analisis struktur sistem industri, analisis daya saing industri, penilaian kebutuhan sumber daya industri, strategi perencanaan dan kebijakan industri pada industri biorefinery. 3. Sistem Rantai Nilai Sistem sumber, sistem distribusi, rantai nilai sistem infrastruktur, strategi dan kebijakan pada industri biorefinery. 4. Sistem Sosio-Tekno-Ekonomi Analisis sosio-tekno-ekonomi, perencanaan dan evaluasi sistem pelayanan public pada industri biorefinery. KEBIJAKAN International Energy Agency (IEA) adalah sebuah badan otonomi beranggotakan 25 negara OECD yang didirikan di tahun 1974 untuk mengimplementasikan program energi internasional sebagai respon atas krisis minyak. Aktivitasnya diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan energi kolektif dari anggota-anggotanya dalam hal energy security,
  • 7. pengembangan ekonomi dan sosial, dan perlindungan lingkungan, yang ditetapkan dalam berbagai Implementing Agreements. Terdapat empat puluh Implementing Agreements yang aktif, di antaranya adalah IEA Bioenergy, yang dibentuk di tahun 1978. IEA Bioenergy beranggotakan Komisi Eropa dan 21 negara (Australia, Austria, Belgia, Brazil, Kanada, Kroasia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Irlandia, Italia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Afrika Selatan, Swedia, Swiss, Inggris, and Amerika). IEA Bioenergy bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan pertukaran informasi antar negara yang mempunyai program nasional dalam penelitian, pengembangan dan penerapan bioenergi. IEA Bioenergy mempunyai 13 tugas, termasuk Task Number 42 yang bertajuk Biorefineries (co-production of fuels, chemicals, power and materials from biomass). Tugas pertamanya adalah melaksanakan proyek tiga tahun (2007-2009) dipimpin Belanda dengan tujuan utama untuk memeriksa posisi dan potensi dari konsep biorefinery di dunia dan untuk mengumpulkan pandangan-pandangan baru dalam biorefinery yang terus berkembang. Ia juga bertanggung jawab untuk menyiapkan definisi umum dari biorefinery dan menyiapkan sistem klasifikasi biorefinery yang jelas dan diterima secara luas. TARGET 1. Pengembangan legitimasi industri dan lapangan permainan yang setara untuk penggunaan biomassa yang berkelanjutan 2. Keterlibatan pemangku kepentingan multi-sektoral dalam pengembangan dan implementasi rantai nilai yang berkelanjutan 3. Pengembangan teknologi dan peningkatan biorefinery menggunakan praktik terbaik 4. Buka keahlian yang tersedia di sektor energi/bahan bakar, pertanian pangan, material dan manufaktur kimia 5. Untuk mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan dengan melatih siswa dan pemangku kepentingan lainnya untuk menjadi ahli biorefinery hari ini dan masa depan AKTIVITAS (2013-2015) 1. Penilaian potensi penyebaran pasar dari biorefineries terintegrasi 2. Dukungan pemangku kepentingan industri/UKM menemukan posisi mereka di masa depan BioEconomy 3. Analisis valorisasi biomassa berkelanjutan yang optimal menggunakan pendekatan perspektif tarikan pasar 4. Persiapan saran bagi pembuat kebijakan tentang status saat ini, potensi masa depan dan kebutuhan prioritas 5. Diseminasi pengetahuan biorefinery 6. Pelaksanaan kegiatan pelatihan biorefinery KEBIJAKAN YANG TELAH DIAMBIL (2007-2012) 1. Definisi biorefining yang diterima secara internasional, yaitu pemrosesan biomassa yang berkelanjutan menjadi spektrum produk berbasis bio dan bioenergi yang dapat dipasarkan 2. Sistem yang jelas dan mudah dipahami untuk mengklasifikasikan berbagai jenis biorefineries 3. Laporan negara memberikan status biorefinery di negara-negara yang berpartisipasi
  • 8. 4. Laporan yang berbeda (bahan kimia berbasis bio – produk bernilai tambah dari kilang bor, kilang bio yang digerakkan oleh biofuel, blok bangunan hijau untuk plastik berbasis bio) 5. Beberapa sekolah pelatihan Eropa tentang biorefining (Amsterdam, Paris, Wageningen). Kebijakan lengkap dapat diunduh melalui: https://www.ieabioenergy.com/wp-content/uploads/2014/09/IEA-Bioenergy-Task42- Biorefining-Brochure-SEP2014_LR.pdf DAFTAR PUSTAKA IEA Bioenergy. 2009. "What is IEA Bioenergy?" diunduh pada 12 Februari 2009 dari http://www.ieabioenergy.com Kamm, B., Kamm, M., Gruber, P.R., Kromus, S., 2006. Biorefinery Systems - An Overview. In: Kamm, B., Gruber, P.R., Kamm, M. (Eds.), Biorefineries - Industrial Processes and Products. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA Nila. 2014. Pemanfaatan Biomassa sebagai Sumber Energi Masa Depan. diakses pada 8 Agustus 2021 dari https://www.bsn.go.id/main/berita/berita_det/5502 Pertiwi, D.S. et al. 2010. Conceiving Process Synthesis Methods for Biorefineries. 13th Asia Pacific Confederation of Chemical Engineering, Taipei, Taiwan, 5-8 Oktober. Pertiwi, Setyo Dyah. 2010. Sekilas tentang Biorefinery. Bandung: Jurusan Teknik Kimia ITENAS Pertiwi, Setyo Dyah. 2013. Konsep dan Tantangan Pengembangan Biorefinery. Bandung: Jurusan Teknik Kimia ITENAS Siirola, J.J., Rudd, D.F. 1971. “Computer-Aided Synthesis of Chemical Process Designs – From Reaction Path Data to Process Task Network”. Industrial & Engineering Chemistry Fundamentals Tong, G.E., Cannell, R.P. 1983. The Economics of Organic Chemicals from Biomass. In: Wise, D.L. (Ed.), Organic Chemicals from Biomass. Massachusetts: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. Van Ree, R., Annevelink, B. 2007. Status Report Biorefinery 2007, Report 847. Wageningen: Agrotechnology and Food Sciences Group