Dokumen tersebut membahas pelaksanaan konsep strategi dan teknis dalam pengelolaan kualitas lingkungan di Indonesia. Dokumen menjelaskan bahwa pelaksanaan kedua konsep tersebut belum maksimal karena kurangnya pengawasan dan kepentingan untuk mendapatkan keuntungan semata. Dokumen juga membandingkan konsep end-of-pipe treatment dan produksi bersih serta kebijakan pemerintah terkait produksi bersih untuk mengelola lingkungan
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Joy Irman
Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Joy Irman
Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Mata kuliah ini berisi tentang pembangunan industri dan lingkungannya, manajemen ekonomi dan ekonomi lingkungan, teknologi pengolahan limbah, analisis dampak lingkungan, standarisasi lingkungan, produksi bersih dan pembangunan berkelanjutan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit PengolahanJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Khusus untuk Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) tersedia dalam beberapa sub-modul, mulai dari Perencanaan Teknis, Pelaksanaan Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan, dan Pemantauan & Evaluasi.
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakartajoihot
Pekerjaan “Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta 2012
-2032” dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
khususnya Dinas Kebersihan DKI Jakarta untuk melanjutkan pelaksanaan pengelolaan
persampahan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Mata kuliah ini berisi tentang pembangunan industri dan lingkungannya, manajemen ekonomi dan ekonomi lingkungan, teknologi pengolahan limbah, analisis dampak lingkungan, standarisasi lingkungan, produksi bersih dan pembangunan berkelanjutan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit PengolahanJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Khusus untuk Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) tersedia dalam beberapa sub-modul, mulai dari Perencanaan Teknis, Pelaksanaan Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan, dan Pemantauan & Evaluasi.
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakartajoihot
Pekerjaan “Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta 2012
-2032” dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
khususnya Dinas Kebersihan DKI Jakarta untuk melanjutkan pelaksanaan pengelolaan
persampahan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
Green growth and sustainability become very hot issues in the upcoming "Paris Agreement implementation" era.
Every stakeholders, particularly the industry sector, need to integrate the sustainability and green growth concepts in their way of implementation. Not only for the emission reduction, but these concepts will guarantee that their works will give positive impacts to the surrounding environment.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) mendefinisikan produksi bersih sebagai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang preventive dan diterapkan secara terus menerus pada proses produksi, daur hidup produk dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
1. PELAKSANAAN KONSEP STRATEGI DAN TEKNIS DALAM PENGELOLAAN
KUALITAS LINGKUNGAN DI INDONESIA
Menurut saya pelaksanaan dari kedua konsep tersebut dalam pengelolaan lingkungan di
Indonesia masih belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak pihak pihak yang
hanya mau mengambil untung tanpa memikirkan kelanjutan dari apa yang mereka
lakukan, ditambah dengan kurangnya pengawasan dari pihak pihak yang berwenang
dalam melakukan kontroling kepada pihak pihak yang memanfaatkan Sumber Daya Alam
di Indonesia secara langsung, jadi mereka dengan leluasa melakukan eksplorasi Sumber
Daya Alam tanpa memperdulikan lagi kondisi lingkungan di sekitar. Jika ditinjau dari
aspek strategi, pemerintah sebenarnya sudah mempunyai beberapa strategi yang sudah
sangat bagus dalam pengelolaan lingkungan namun kembali lagi ke pelaksanaan di
lapangan yang kurang memperhatikan aspek tersebut. Di bawah ini adalah suatu contoh
kecil mengenai pengelolaan kualitas lingkungan di Indonesia.
“Idealnya setiap kegiatan industri berusaha untuk mencegah pencemaran sebelum
pencemaran itu terjadi. Oleh sebab itu strategi end-of-pipe treatment sudah tidak tepat
lagi dan harus beralih pada strategi Pollution Prevention.
Pengolahan limbah memerlukan biaya tambahan yang cukup besar, sehingga faktor biaya
tersebut merupakan kendala bagi industri dalam melakukan pengelolaan limbah,
khususnya bagi industri-industri skala kecil dan mencegah. Permasalahan inilah yang
menyebabkan terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan yang kondisinya akan
semakin parah bila dibarengi dengan lemahnya penegakan hukum.
Bila kita melakukan kebijakan lingkungan hanya sebatas pada pendekatan daya dukung
lingkungan dan pengolahan akhir pipa, maka kondisi lingkungan kita akan semakin parah
sehingga memungkinkan timbulnya bencana alam yang dapat mengancam keselamatan
dan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Oleh karena pencemaran dan perusakan lingkungan saat ini telah mengancam kesehatan
dan keselamatan manusia, maka masalah ini merupakan masalah global yang harus
menjadi tanggung jawab bersama. Setiap negara dituntut untuk melakukan minimisasi
2. dan mencegah pencemaran/perusakan lingkungan. Bahkan fenomena ini menjadikan
faktor lingkungan sebagai barriers to trade dalam sistem perdagangan international.
Lingkungan sebagai barriers to trade dilaksanakan dengan cara menerapkan berbagai
macam standar, baik itu standar international (ISO, Ekolabel) maupun persyaratan
pembeli (buyer requirement). Pemberlakuan standar lingkungan pada suatu produk/jasa
mengakibatkan pasar yang ketat sehingga menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh
para pelaku industri.
Oleh karena itu kita harus dapat menempatkan aspek lingkungan hidup menjadi bagian
integral dari suatu kegiatan industri, sehingga masalah lingkungan bukan lagi menjadi
bagian terpisah dari kegiatan industri yang memerlukan biaya tambahan.
Konsep end-of-pipe treatment
Konsep end-of-pipe treatment menitik beratkan pada pengolahan dan pembuangan
limbah. Konsep ini pada kenyataannya tidak dapat sepenuhnya memecahkan
permasalahan lingkungan yang ada, sehingga pencemaran dan perusakan masih terus
berlangsung. Hal ini disebabkan karena dalam prakteknya pelaksanaan konsep ini
menimbulkan banyak kendala. Masalah utama yang dihadapi adalah peraturan
perundangan, masih rendahnya compliance atau pentaatan dan penegakan hukum,
masalah pembiayaan serta masih rendahnya tingkat kesadaran.
Kendala lain yang dihadapi oleh pendekatan end-of-pipe treatment adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan ini bersifat reaktif, yaitu bereaksi setelah limbah terbentuk.
2. Tidak efektif dalam memecahkan permasalahan lingkungan, karena pengolahan limbah
cair, padat atau gas memiliki resiko pindahnya polutan dari satu media ke media
lingkungan lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah lingkungan yang sama
gawatnya, atau berakhir sebagai sumber pencemar secara tidak langsung pada media yang
sama.
3. 3. Biaya investasi dan operasi tinggi, karena pengolahan limbah memerlukan biaya
tambahan pada proses produksi, sehingga biaya persatuan produk naik. Hal ini
menyebabkan para pengusaha enggan mengoperasikan peralatan pengolahan limbah yang
telah dimilikinya.
4. Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan,
selain menuntut tersedianya biaya dan sumber daya manusia yang handal dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan pemantauan, pengawasan dan penegakkan hukum.
Lemahnya kontrol sosial, terbatasnya sarana dan prasarana serta kurangnya jumlah dan
kemampuan tenaga pengawas menyebabkan hukum tidak bisa ditegakkan.
Oleh karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam menerapkan konsep ini sehingga
konsep ini bukan cara yang efektif dalam mengelola lingkungan, maka strategi
pengelolaan lingkungan telah dirubah ke arah pencegahan pencemaran yang mengurangi
terbentuknya limbah dan memfasilitasi semua pihak untuk mengelola lingkungan secara
hemat biaya serta memberikan keuntungan baik finansial maupun non finansial.
Konsep Produksi Bersih
Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif,
terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk, dan jasa untuk
meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan.
Produksi Bersih (cleaner production) bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan
terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan diseluruh tahapan proses produksi.
Disamping itu, produksi bersih juga melibatkan upaya-upaya untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang dan energi diseluruh tahapan
produksi. Dengan menerapkan konsep produksi bersih, diharapkan sumber daya alam
dapat lebih dilindungi dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Secara singkat, produksi
bersih memberikan dua keuntungan, pertama meminimisasi terbentuknya limbah,
sehingga dapat melindungi kelestarian lingkungan hidup dan kedua adalah efisiensi
dalam proses produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi.
4. Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi dan meminimisasi penggunaan bahan baku, air dan pemakaian bahan baku
beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga
mencegah dan atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan
lingkungan serta resikonya terhadap manusia.
2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi, berlaku balk pada proses maupun
produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.
3. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan
dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik pemerintah,
masyarakat maupun kalangan dunia usaha. Selain itu pula perlu diterapkan pola
manajemen di kalangan industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan
aspek lingkungan.
4. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar operasi
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak selalu
membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkali waktu yang
diperlukan untuk pengembalian modal investasi relatif singkat.
5. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan diri sendiri
(self regulation) dari pada pengaturan secara command and control. Jadi pelaksanaan
program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi
lebih didasarkan kesadaran utuk merubah sikap dan tingkah laku.
Prinsip-prinsip dalam produksi bersih diaplikasikan dalam bentuk kegiatan yang dikenal
sebagai 4R, meliputi:
· Reuse, atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu
limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakukan fisika/kimia/biologi.
· Reduction, atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang dapat
mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran di awal produksi misalnya substitusi
bahan baku yang ber B3 dengan B9 segregasi tiada.
5. · Recovery, adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan atau energi dari suatu limbah
untuk kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan
fisika/kimia/biologi.
· Recycling, atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah
dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan
fisika/kimia/biologi.
Prinsip 4R yang saat ini telah dikembangkan, aplikasikasinya akan lebih efektif apabila
didahului dengan prinsip Rethink. Prinsip ini adalah suatu konsep pemikiran yang harus
dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi.
Kebijakan Produksi Bersih
Dalam kaitannya dengan penerapan produksi bersih, guna mendorong terwujudnya
pembangunan berkelanjutan, pemerintah mempunyai kebijakan antara lain:
1. Mempromosikan program produksi bersih agar semua pihak terkait mempunyai
persepsi yang sama, sehingga dapat dicapai suatu konsensus yang dinyatakan dalam
Komitmen Nasional dalam penerapan strategi produksi bersih di Indonesia.
2. Menganjurkan pelaksanaan produksi bersih termasuk berbagai perangkat manajemen
lingkungan, seperti audit lingkungan, sistem manajemen lingkungan (ISO 14001),
evaluasi kinerja lingkungan, ekolabel dan produktivitas ramah lingkungan (green
productivity) di Indonesia.
3. Mengkaji kembali kebijakan dan program nasional dalam pengelolaan lingkungan
untuk mengantisipasi diberlakukannya kebijaksanaan lingkungan yang bersifat global.
4. Mengantisipasi diberlakukannya standar-standar internasional di bidang lingkungan
dengan ikut aktif dalam keanggotaan ISO/ TC 207 agar Indonesia dapat melakukan
negosiasi dengan negara-negara maju yang ingin memberlakukan standar-standar
lingkungan seperti Sistem Manajemen Lingkungan (SML), Ekolabel maupun ketentuan
lainya di bidang lingkungan secara internasional.
6. 5. Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi aktif semua pihak dalam implementasi
produksi bersih dan semua perangkat manajemen lingkungan yang diperlukan
berdasarkan prinsip kemitraan.
6. Melaksanakan pembinaan teknis dengan cara memberikan bantuan tenaga ahli,
melaksanakan proyek-proyek percontohan serta menyebarluaskan informasi mengenai
teknologi bersih melalui seminar, penyuluhan, website, pendidikan dan latihan.
Upaya-upaya yang dilaksanakan pemerintah adalah dengan mengembangkan
kebijaksanaan yang kondusif bagi penerapan produksi bersih disamping selalu
melakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai konsep produksi bersih,
misalnya melalui jalur pendidikan dan pelatihan, melaksanakan proyek-proyek
percontohan (demonstration project) serta penyebarluasan informasi melalui seminar,
penyuluhan dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan produksi bersih.
Partisipasi masyarakat sebagai konsumen misalnya dapat dilakukan dengan cara hanya
membeli barang atau produk yang akrab lingkungan (environmentally products)
disamping mendorong dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan program efisiensi, daur
ulang, dll.
Peranan LSM dan lembaga-lembaga penelitian di berbagai instansi dan perguruan tinggi
menjadi sangat penting di dalam menyebarluaskan informasi mengenai produk akrab
lingkungan. Di sisi lain partisipasi masyarakat akan mendorong dunia usaha untuk terus
berinovasi dalam menghasilkan produk yang akrab lingkungan.
Saat ini para pelaku usaha sudah mulai menerapkan strategi produksi bersih di dalam
pengembangan bisnisnya karena dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
· Meningkatkan daya saing dan kegiatan usahanya juga dapat berkelanjutan, mengingat
semakin besarnya peranan lingkungan hidup dalam kebijakan perdagangan internasional.
· Dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dalam setiap kegiatan proses produksi
secara berkesinambungan maka perusahaan memperoleh keuntungan ekonomis dengan
adanya peningkatan efektifitas dan efisiensi di segala aspek.
7. · Dengan menjalankan strategi produksi bersih perusahaan dapat menurunkan biaya
produksi dan biaya pengolahan limbah serta sekaligus mengurangi terjadinya kerusakan
dan pencemaran lingkungan.
Strategi produksi bersih merupakan metode kunci untuk mengharmonisasikan
kepentingan ekonomi dan pemeliharaan lingkungan. “