1. Gerald O. Collins , SJ
Diri masuk
Keheningan
Tatapan
[bertemu]
Berbicara [ aktif dialogue]
Pendalaman
[ deepens
experience]
Masuknya
Kepala ke Hati
Deliberation
Tujuan : Menolong kita berkanjang [bertekun] dalam doa
2. • Menanggung
ketidaknyamanan
demi pengalaman
indah / kerinduan
(bird watching,
komunikasi dan
keindahan yang
menjelma)
• Membiarkan diri
dibawa dalam
kehadiran Allah
Keheningan
sebagai
pengalaman
akan Allah
• Suami Istri yang
saling mengisi.
• Hadirnya bagi
yang lain, begitu
sebaliknya
Berangkat
dari Model
• Allah ingin
mengkomunikasik
an hidupNya
untuk setiap
orang
• Kedamaian dari
Allah yang
menjadi indikator
• Waktu tidak lagi
menjadi tolok
ukur
Cinta itu
Komunikasi
Mewujud
3. Sykur atas rahmat kerinduan yang menggerakkan untuk mengenali modal itu.
Didasari dengan gambaran-gambaran tentang Allah lewat teladan, kerapuhan dan
Kebenaran, kerinduan mengenal Allah dirakan perlu. Tradisi doa kristiani dalam
lingkup keluarga tidak dimiliki, hanya bermodal bertapa dengan ayah di lokasi
pertapaan kejawen (Putri Cempa, Sendang Tujuh Rasa, Matesih – Raden
Sambernyawa, Mangkunegara I dan Parang Njegegek, Parang Tritis). Orangtua
memperlihatkan kekuatan batin akan Sang Murbeng Dumadi sebagai bhakti dan
bukan sebagai jasa. Dan ini sama sekali tidak nyaman, bahkan menakutkan.
Latihan keras itu diawali doktrin , “Menungsa = Menus-menus marai dosa”,
manusia itu dosa, bahkan mesin dosa.
Satra Bima Suci dalam Pewayangan dan Bhagawadgita , Praktek kultus Semedi
diatas adalah awal kerinduan yang perlu diwujudkan secara faktual. Setelah di
dapat kedamaian, ternyata saya bertemu dengan sebuah kenyataan bahwa
keheningan itu adalah keramaian yang teratur dan sempurna, tidak tinggal diam.
Keheningan yang menusukku sangat dalam adalah saat pengalaman merawat kaki
tunawisma di Pasar Gedhe. Kejadian itu seperti menampar saya sangat keras.
Allah yang mengkomunikasikan itu membongkar diriNya dengan orang miskin,
kampungan, penyakitan dan busuk sehingga dijauhi orang. Saya mendekati
kedamaian itu tapi ia menjauh. Ia menantangku utk mengungkapkan diriku dalam
pergumulan panjang mengenal Allah sampai tidak ada gambaran melayang
tentang Allah. Sehingga aku berkesimpulan : Allah itu damai dan memerintah
dengan KasihSetia. Ia hadir bagiku, lalu aku menyerah.
4. • Inkarnasi : Allah
berinisiatif mendatangi
manusia dalam berbagai
kelemahan manusiawi
dengan tujuan
menyelamatkan
kefanaan menuju
keabadian , Allah sendiri
(Bdk. Yoh 1:14)
• Pada perjalanan
panjang, Menemukan
siapa aku di hadapan
Allah dan Siapa Dia di
hadapanku dan
telanjang (Bdk. Yoh
20:28) Memandang Muka
dari gambaran-
gambaran
• Pengalaman
Thomas akan
Kebangkitan
orang mati
• Pengalaman
keindahan
memandang
hidup refleksi
harian,
pengalaman
akan alam
• Kembali ke
Kitab Suci
Berangkat
dari Model
• memandangNya
melalui Kitab suci
• Ketidak
layakan/layak
dihapus karena
cinta Anak
Manusia yang
sengsara, wafat
dan bangkit
• Keputusan-
keputusan vital
karena CIntaNya
yang menangkap
kita
Mewujudkan keberanian
mendekati dengan iman
dengan bhakti kontinyu
5. Aku meninggalkan pandangan teologi dan filsafat . Doa itu merupakan praktek
kesalehan saja , karena dengan doa , masalahku semakin banyak. Diskriminasi dan
ketidak adilan tidak berhenti, membiarkan diri ditindas tanpa alasan jelas, jalan
buntu kemarahan yang mesti diredam karena supremasi sistem masyarakat cuek,
membuatku membuang gambaran-gambaran Allah dari kaum agama, lalu beralih
ke science dan problem soving secara frontal
Self defense adalah doa setiap hari dalam masa tersebut. Resiko terkecil dengan
aksi melawan adalah kontemplasinya. Kerinduan keadilan dan kesetaraan, orang
miskin yang diangkat dan teladan orang lain membatasi gerak buta mewujudkan
damai. Dari para Jesuit, nilai-nilai science dan linguisti mengendalikan
kebutaanku. Dari permasalahan harian : ekonomi, studi , bergaul dan karier
ditemukan bahwa Allah itu hanya duduk di atas dan dalam “kaos kaki” para kaum
agama
Sebelumpertobatanku 2012, kedamaian itu bukan rasa, tetapi perjuangan.
Menatap Allah adalah protes kepadaNya dengan menggantikanNya dengan uang
dan survival. Lalu, penemuan-penemuan dalam kosmologi semesta
menelanjangiku melalui penerapan studi dan konstruktivisme bersama orang-
orang miskin dan keluarga. Allah menggunakan science dan linguistik untuk
mengambalikan aku ke trek yang benar. Kemuadian, aku baru berani menatapNya
secara baru.
6. • Berbicara denganNya
secara meledak ledak
seperti Mazmur, Praktek
doa Yesus
• Selalu berangkat dari
apa yang dimiliki subyek
doa (aku dan Engkau;
bukan aku dan kamu)
• Lalu menyadarkan
keprihatinan dengan
meratap kepadaNya,
berbicara denganNya,
meminta kehadiranNya
yang telah terbukti
menyelamatkan dari
aspek historis
Belajar dari
sejarah
• Berbicara
adalah saling
membuka
rahasia hati dari
dua subyek
• Pengalaman
ketenangan
batin hanya
berasal dari
Allah
• Siapa yang
dicintai, itulah
yang berbicara
Berangkat
dari Model • Menelanjangi diri
di hadapan Allah
dan keprihatinan
• Siapakah yang
kucinta ?
• Mendengarkan
dan berbicara
denganNya
Dengan ekspresi dan
tanggapan melibatkan
campur tangan Allah
7. Aku bertanya mengapa aku dibiarkan selama ini dalam penderitaanku. Apakah
benar dalam studi-studi science bahwa Allah sudah mati (Nietzsche), Yesus hanya
teladan hidup yang baik dan tidak mengubah keadaan dan manusia meskipun
saleh ia tetap mati (Pelagius), menghancurkan gereja dengan sekularisme adalah
langkah untuk menemukan hidup abadi (Hoyle) ? Lalu apa waktu itu ? Kemana
kita pergi sesudahnya? [fisika] dan apa arti kehadiran setan dan kegelapan ,
kerusakan dunia dan nafsu ? [linguistik]. Apakah manusia itu selalu takluk oleh
ruang dan waktu, lalu apa maksud suhu minimum semesta tidak lebih dari 3
Kelvin, dan bukan 0 Kelvin?
Allah menjawab dengan penderitaan yang kualami. Science dan linguistik
membuatku tabah dalam kebingungan dan bullying. Dari pengalaman bersama
scientists dan linguists, orang miskin dan perlawanan ketidak adilan dengan
pendidikan konstruktivisme, science terapan dan bisnis karier, Aku menemukan
bahwa waktu bukanlah kuantitas semesta, ia mendidik seluaruh ciptaan menuju
infinity. Aku mulai berdoa, berbicara denganNya, menanyakan, “Apa yang harus
kubuat, Tuan? “. Ia menjawab dengan pola-pola yang telah ada padaku : scientific,
diskusi dengan orang lain dan risk taking.
8. • Tidak fokusnya pikiran
di kepala ke dalam
ranah persona
membuat cemas berdoa
• Tidak fokusnya peikiran
karena kebencian dan
kemarahan sehingga
perjumpaan dengan
Allah macet
• Boleh memiliki
kebencian tetapi tidak
menguasai diri. Karena
kebencian lebih kecil
dari pribadi manusia.
Konsep / gagasan/
mental yang macet
• Mencegah/
mengantisipasi
dengan sifat
Allah
• Menyebut
nama kudus
bisa membantu
menghalau
kebencian
dalam batin
• Keajaiban
kehadiranNya
saat menyerah
Berangkat
dari Model • Menguji diri yang
sedang dikuasai
kebencian
• Menyerahkan
gagasan-gagasan,
kebencian,
kemarahan
kepada Tuhan
yang hadir di hati
• Mendengarkan
dan berbicara
denganNyaMemohon kepada
Tuhan untuk
mengajarkan tekniknya
9. Kebencian terhadap para pribadi yang membenciku, menyakitiku, membully aku
sangat menusuk tajam hingga ke dalam pribadiku. Aku tidak mengerti sebab dan
alasan mengapa mereka berbuat itu. Ketika aku menyelami luka-lukaku sendiri,
aku melihat mereka tertawa dan bergembira dari menempatkan segala perbuatan
mereka. Kebencian datang kepadaku dan mengubahku menjadi seorang
pembelajar cepat dalam gerakan frontal, mengambil resiko terkecil dan
mengabaikan doa. Karena mengalah adalah sifat pengecut dan banci. Suara yang
berkata, “cacingpun di injak juga klogetan” .
Dalam upaya kebencian dan dendam, aku terbuntu dalam sebuah pertanyaan ,
“Apa bedanya engkau dengan mereka, Edwin” . Cukup makan waktu lama , aku
memperhitungkan kepalaku dan hati yang dikuasai dendam untuk memohon
berkat kepada kegelapan. Di sinilah aku mulai berdoa seluruhnya. Aku menyadari
alam relativitas di bawah ruang dan waktu ini berjalan dualisme yang berirama.
Jika salah satu unsur menyerah, maka unsur yang lain akan muncul. Unsur yang
lain itu ku sebut knowledge. Knowledge ini berdoa kepada Allah. Aku diliputi
ketenangan batin, dan latihan menggubah nafsu kemarahan menjadi pedang baru
yang diberikan Tuhan berupa tidak diam terhadap ketidak adilan, knowledge,
cinta dan kebebasan. Doa adalah pertarungan dengan Allah di kegelapan.
Memang, Allah menang, tetapi aku diangkatNya karena meminta berkat dari
kegelapanNya dalam kekalahanku.
10. • Gambaran adalah wujud
makna. Inilah yang
membebaskan
• Doa sebagai sarana
kebahagiaan dan
kesusahan membentuk
sisi aktual
• Keaktualan inilah yag
membawa kebada
kebenaran, veritas.
Membedakan antara
gambaran palsu dan
yang nyata (Bdk. Luk
18:9-14)
Penyerahan diri
• Berdoanya
orang farisi dan
pemungut cukai
di hadapan
Allah, bukan di
hadapan
manusia
• Kebahagian dan
kesusahan
bukanlah yang
utama tetapi
kebenaran.
Berangkat
dari Model • Menguji
gambaran-
gambaran
• Menguji
kebahagiaan-
kebahagiaan
• Mendengarkan
dan ditemukan
oleh Kebenaran
• Menerima Allah
Ditemukan oleh
Kebenaran dan
menerima Allah
11. Naiknya karier logging dan science, bertambahnya harta, melemahnya musuh-
musuh lama dan menguatnya diriku dan gerakanku adalah sarana
menggambarkan diri yang tidak memerlukan Allah. Aku tidak memerlukan Allah,
karena semua telah kucukupi. Aku juga tidak perlu lagi membaca sabdaNya. Untuk
apa ? Toh aku ingin membalaskan diriku yang tersembunyi dengan ledakan-
ledakan pembalasan
Allah menyapa kesombonganku itu dengan memberikan keluargaku. Ibuku sakit
vertigo dan sering tensi 120-200 , Kakakku yang menderita sinusitis akut, ayahku
yang mulai ompong dan tidak kuat lagi kerja, adikku yang belum lulus sekolah,
rumah kami yang hampir roboh termakan usia, dan perlawananku dengan Br.Stef
atas kasus homoseksualku. Aku melemah , kesombonganku dan perlawananku
dirubah dengan science terapan, teknik management keuangan , studi medis dan
hukum melalui orang-orang yang dikirim Allah kepadaku. Ini mengubah
perpektifku dan seluruh inti hidupku. Kebahagiaanku adalah hidup dan
selamatnya mereka yang kucinta. Aku teringat wajah-wajah orang-orang yang
kucinta, wanita tuna susila di kampungku yang merestuiku, orang-orang
kampung/ sahabat-sahabatku menjadi doaku. Wajah mereka lebih besar daripada
gambaran Allah dari kaum agama dan teolog. 2012, adalah kematian manusia
lamaku. Aku lahir kembali dan kini, pikiran menjadi doaku, aplikasi menjadi
kontemplasiku
12. • Mengalami Allah yang
mengenali diri,
berangkat dari apa yang
dimiliki
• Allah memeperkenalkan
dirinya juga dalam-
dalam kepada
pasanganNya, kita
• Memurnikan dan
menhujamkan pribadi
kita ke dalam, sehingga
mewujudlah “Manusia
batin tersembunyi”
sekaligus manusia fana
Mengenali diri ,
mengenali Allah
• Seperti mencari
sumber air
dengan
menembus
melalui lapisan-
lapisan berat,
kotor dan
mencapai
sumber artesis
• Kedalaman itu
mengalir
tenang, deras,
tajam tak
terhalag ruang
dan waktu
Berangkat
dari Model
• Allah memberikan
rahmatNya
• Menolong kita
menyelami
kedalaman diri
dan misteri
kehidupan hingga
Cinta Allah (Bdk.
St. Agustinus
“semoga aku
mengenali diriku,
semoga aku
mengenaliMu,
Tuhan”)
Ditemukan oleh
Kebenaran dan
menerima Allah
13. Sebuah kejutan demi kejutan setelah berkat dari kegelapan kuterima dari Allah.
Aku menyebutnya kegelapan terberkati. Aku tidak tahu lagi harus membalas
dengan apa kepadaNya. Setelah menemukan bahwa perjalanan hidup dari
kelahiran hari ini tidak sia-sia. Aku menyelami diriku dipersiapkan Allah untuk
karyaNya di era digital dan Industry, sekular dan fluidy society
MendengarkanNya adalah modal utama. Penemuan-penemuan science, linguistik
dan gagasan ditambahkan Allah ke dalam diriku. Aku mengalami percepatan dari
Nya. Ia tidak membuang apa yang telah kudapat, atau mengubah kerinduan-
kerinduanku untuk orang-orang yang kucinta, untuk kebebasan dan Knowledge,
untuk keprihatian. Aku tidak takut lagi dengan apa yang di depanku. Allah
menghujamkan kemampuan baru dengan :
thinking is praying,
syntesis is words and meaning
there is only yes for Thine Design”
Aku bersyukur hingga saat ini dengan rahmat ini. Aku memang bukan orang-orang
dalam kitab suci, bukan juga para rasul/ murid-murid seperti Paulus, Barnabas,
bukan pula Santo-santa dari promulgasi Paus atau bahkan oblat yang suci. Namun,
Allah mempercayakan kepadaku karyaNya, dan begitu pula aku percaya
kepadaNya. “Seeing is believing, trusting is beloving, courage is wisdom”