SlideShare a Scribd company logo
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae)
dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di
Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta,
Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village
Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah
Manajemen Akuakultur Laut
OLEH :
ARIF SABARNO
I1A2 13 087
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae)
dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di
Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta,
Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village
Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah
Manajemen Akuakultur Laut
OLEH :
ARIF SABARNO
I1A2 13 087
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae)
dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di
Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta,
Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village
Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah
Manajemen Akuakultur Laut
OLEH :
ARIF SABARNO
I1A2 13 087
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
(Rhodophyta, Solieriaceae) dengan Metode Longline
Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa
Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe
Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Laporan Lengkap Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah
Manajemen Akuakultur Laut
Nama Arif Sabarno
Stambuk I1A2 13 087
Kelompok VII (Tujuh)
Jurusan Budidaya Perairan
Laporan Lengkap ini,
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh:
Mengetahui,
Dosen Koordinator Mata Kuliah
Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc
NIP. 19661210 199403 1 005
Kendari, Juli 2017
Tanggal Pengesahan
:
:
:
:
:
:
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Labuan, Kecamatan Wakorumba Utara,
Kabupaten Buton Utara, provinsi Sulawesi Tenggara pada
tanggal 18 Januari 1995. Penulis adalah anak kedua dari
pasangan Bapak Bakri S.Pd dan Ibu Zamaria. Pada Tahun
2007, penulis menamatkan pendidikan dasar pada SDN 2 Wakorumba Utara,
Kabupaten Buton Utara, selanjutnya pada tahun 2010 menamatkan pendidikan
menengah pertama pada SMPN 1 Wakorumba Utara, Kabupaten Buton Utara dan
pada Tahun 2013 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada SMAN
1 Wakorumba Utara, Kabupaten Buton Utara. Pada tahun 2013 penulis diterima
sebagai mahasiswa Budidaya Perairan (BDP), Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan (FPIK), Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari melalui jalur Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada tahun 2014-2015
penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan lolos dalam bidang
PKM-Kewirausahaan. Penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Jurusan Budidaya Perairan (HMJ BDP) pada Tahun 2014–2015.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktek Kerja Lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut “Budidaya Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan
Metode Longline di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Sulawesi
Tenggara”.
Laporan PKL ini disusun sebagai pelengkap praktek kerja lapang yang
telah dilaksanakan kurang lebih 3 bulan di perairan Desa Bungin Permai dan CV.
Sinar Laut tempat pengepul hasil laut yang ada di Kendari Sulawesi Tenggara.
Dengan selesainya laporan PKL ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc selaku Koodinator Mata Kuliah
sekaligus telah membimbing dengan sepenuh hati dalam pembuatan blog dan
pemostingan laporan PKL dan Kakak Armin, S.Pi sebagai Asisten Pembimbing
dan kepada teman-teman yang telah membantu kelengkapan laporan PKL ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Kendari, Juli 2017
Penulis
v
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae)
dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di
Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten
Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Abstrak
Kebutuhan dunia terhadap rumput laut yang meningkat mendorong meningkatnya
kegiatan budidaya, karena panen alami kurang dapat menjamin kepastian produksi
yang diperlukan. Rumput laut (K. alvarezii) merupakan salah satu jenis rumput
laut merah (Rhodophyceae). Tujuan PKL ini adalah untuk mengetahui cara dan
metode budidaya rumput laut. Kegiatan PKL yang dilakukan adalah budidaya
rumput laut menggunakan bibit hasil kultur jaringan. PKL dilakukan dalam
beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap penanaman , tahap pemeliharaan,
tahap pemanenan, dan tahap pasca panen. Budidaya rumput laut yang dilakukan
dalam kegiatan PKL menggunakan berat bibit 10 g dengan jarak tanam 10 cm.
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) yang diperoleh selama kegiatan budidaya yaitu
3,92%/hari. Epifit seperti lumut dan Sargassum polychystum dan Hypnea
musciformis. Parameter kualitas air yaitu Suhu berkisar 28-310
C dan salinitas
berkisar 31-33 ppt.
Kata Kunci : Rumput laut (Kappaphycus alvarezii), Kultur jaringan, LPS
3.92/hari.
vi
Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta,
Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village
Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi
Abstract
The increased world demand for seaweed encourages cultivation, as natural crops
lack the necessary production assurance. K. alvarezii is one type of red seaweed
(Rhodophyceae). The purpose of field work practice was to know the way and
method of seaweed cultivation. Field work practices to cultivate the seaweed
using tissue-cultured seedlings. Field work practice was carried out in several
stages of preparation stages, planting stages, maintenance stages, harversting
stages, and postharvest stages. Seaweed cultivation conducted in field work
practices using 10 g seed in wet weight with spacing of 10 cm, The average
specific growth rate (SGR) obtained during cultivation actifities was 3.9%/day.
Ephypites such as Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Water
quality parameters such as temperature ranges 28-310
C and salinity ranges 31-33
ppt.
Keywords : Seaweed Kappaphycus alvarezii, Tissue-Cultured, SGR.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP................................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 3
C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 4
II. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat..................................................................... 5
B. Alat dan Bahan........................................................................... 5
C. Prosedur Kerja............................................................................ 6
D. Parameter yang Diamati.............................................................. 12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan ...................................................................... 14
B. Pembahasan ............................................................................... 15
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................... 21
B. Saran........................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Alat dan bahan yang digunakan dalam PKL............................... 5
2 Parameter kualitas air .................................................................. 13
3 Laju pertumbuhan spesifik rumput laut (K. alvarezii)................. 14
4 Hasil parameter kualitas air.......................................................... 14
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Alat dan bahan yang digunakan ................................................ 6
2 Pengikatan tali PE berdiameter 1,5 mm..................................... 7
3 alat pemintal tali rumput laut ..................................................... 7
4 Penimbangan bibit rumput laut.................................................. 8
5 Pemasangan bibit rumput laut.................................................... 8
6 Pengangkutan bibit rtumput laut................................................ 9
7 Penanaman rumput laut ............................................................. 9
8 Kegiatan Monitoring ................................................................. 10
9 Pemanenan ............................................................................... 11
10 Pasca panen ............................................................................... 11
11 Tumbuhan Penempel (epifit) ..................................................... 17
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumput laut merupakan makroalga yang cukup potensial dan bernilai
ekonomis. Salah satu dari jenis rumput laut yang saat ini banyak dibudidayakan
oleh masyarakat adalah Kappaphycus alvarezii di wilayah perairan pantai.
Rumput laut K. alvarezii banyak dibudidayakan oleh masyarakat pesisir karena
pelaksanaan budidayanya mudah dan tidak memerlukan modal investasi yang
tinggi serta memiliki nilai ekonomis penting yang mana sebagai komoditas hasil
perikanan yang sumber utama penghasil karaginan yang banyak dimanfaatkan
dalam industri makanan, kosmetik, farmasi dan industri lainnya seperti industri
kertas, tekstil, fotografi, pasta dan pengalengan ikan. Saat ini permintaan pasar
akan rumput laut semakin meningkat (Utojo dkk., 2007).
Sulawesi Tenggara (Sultra) yang memiliki luas perairan ±110.000 km2
dengan panjang garis pantai 1.740 km menyimpan potensi kekayaan sumberdaya
alam laut yang cukup besar baik yang diketahui maupun yang belum diketahui
keberadaannya. Rumput laut K. alvarezii merupakan sumberdaya alam yang
sudah di ketahui keberadaanya dan telah diupayakan untuk budidaya (Departemen
Kelautan dan Perikanan/DKP, 2007). Sultra menempati posisi ke empat dengan
jumlah produksi rumput laut terbesar di Indonesia dengan total produksi 347,726
ton atau sebesar 8,93%. Kegiatan budidaya rumput laut merupakan aktivitas yang
telah berkembang pada setiap kabupaten/kota se- Sulawesi Tenggara (Aslan et al.,
2015). Sahrir et al., (2014) menyatakan bahwa, sampai saat ini Sultra
memproduksi rumput laut utamanya jenis K. alvarezii dan Eucheuma
2
denticulatum yang menyuplai sebagian besar kebutuhan pasar global sebagai
bahan baku.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktek kerja lapang
(PKL) mengenai budidaya rumput laut hasil kultur jaringan dengan metode
longline di perairan Desa Bungin Permai. Metode longline merupakan metode
yang sangat baik digunakan untuk budidaya rumput laut. Albasri et al., (2010),
budidaya rumput laut di Muna dan Kendari sebagian besar menggunakan sistem
budidaya rumput laut dengan metode longline. Anggadiredja dkk., (2006), metode
longline banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang digunakan
lebih tahan lama, dan mudah ditemukan. Metode longline disamping fleksibel
dalam pemilihan lokasi dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah juga
menjanjikan keuntungan yang lebih baik dan dapat diterapkan di perairan yang
relatif dalam maupun perairan dangkal yang mempunyai keunggulan-keunggulan
tertentu dibandingkan dengan metode lainnya. Akan tetapi metode ini
memerlukan lahan yang cukup luas karena hanya memanfaatkan luas permukaan
air.
B. Rumusan Masalah
Peningkatan produksi rumput laut K. alvarezii memerlukan kesediaan bibit
secara berkesinambungan. Pada saat ini pengadaan bibit rumput laut mengalami
banyak kendala, diantaranya iklim di laut yang fluktuatif, kondisi perairan yang
tidak cocok untuk pertumbuhan rumput laut sehingga semuanya mati atau tumbuh
tidak optimal, sehingga pada musim tanam berikutnya kesediaan bibit sangat
sedikit bahkan tidak ada. Umumnya pembudidaya K. alvarezii di Indonesia
3
menggunakan sebagian dari hasil panen rumput laut untuk dijadikan bibit kembali
dengan cara perbanyakan vegetatif melalui stek. Perbanyakan vegetatif secara
berulang ini dapat menyebabkan penurunan keragaman genetika yang berakibat
menrunya kecepatan tumbuh, rendemen karaginan dan kekuatan gel menurun.
Salah satu solusi untuk mengatasi mengenai permasalahan di atas yaitu
dengan menggunakan bibit rumput laut hasil kultur jaringan yang berkelanjutan
juga menghasilkan kualitas yang baik. Rumput laut hasil kultur jaringan
menjanjikan perbanyakan bibit secara berkesinambungan dan berkualitas tinggi.
Bibit kultur jaringan jenis K. alvarezii didapatkan dengan cara mengambil
beberapa bagian thallus kemudian dipelihara pada media dan dipilih bagian
thallus yang memiliki pertumbuhan paling cepat lalu dikembangkan dalam skala
besar. Bibit rumput laut hasil kultur jaringan tidak mudah patah, menghasilkan
pertumbuhan yang cepat dan tahan serangan penyakit pada saat budidaya.
(Badraeni dan Rapi, 2000). Yong et al. (2014) menyatakan bahwa, bibit hasil
kultur jaringan memiliki laju petumbuhan spesifik (LPS) yang lebih tinggi
dibandingkan menggunakan bibit yang berasal dari alam. Hermawan (2015) Laju
pertumbuhan spesifik rumput laut K. alvarezii hasil kultur jaringan pada
pemeliharaan hari ke-35 mencapai 2,18%/hari.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumput laut yang digunakan
sebagai obyek pengamatan menggunakan K. alvarezii hasil kultur jaringan,
dimana parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan spesifik (LPS),
parameter kualitas air dan epifit pada tali ris maupun rumput laut.
4
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari PKL ini yaitu untuk mengetahui cara budidaya rumput laut
jenis K. alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline
dan untuk mengetahui LPS rumput laut yang dibudidayakan di perairan Desa
Bungin Permai.
Kegunaan dari PKL ini yaitu agar mahasiswa mengetahui dan memahami
cara membudidayakan K. alvarezii bibit hasil kultur jaringan mulai dari tahap
persiapan (mengikat tali, mengikat bibit rumput laut, penanaman) monitoring
rumput laut selama masa pemeliharaan, dan penanganan pasca panen serta
pemasaran.
5
II. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
PKL ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April – Juni 2017 di
perairan Desa Bungin, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara. Penjualan rumput laut hasil budidaya dilaksanakan di CV.
Sinar Laut, Kelurahan Lapulu, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam PKLdapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam PKL.
No Alat dan Bahan Kegunaan
1.
2.
Alat
- Tali PE diameter 4 mm
- Tali PE diameter 1,5 mm
- Lilin
- Alat pintar
- Pisau / Cutter
- Penggaris / meteran
- Map plastik
- spidol permanent
- Timbangan digital
- Baskom
- Pelampung botol aqua
- Talenan
- Perahu ketinting
- Sampan
- Karung plastik
Bahan
- Bibit rumput laut (K.
alvarezii) hasil kultur
jaringan
Tali longline (media tanam) rumput laut
Tempat mengikat rumput laut
Membakar ujung tali agar tidak mudah lepas
Memudahkan pembuatan tali longline
Memotong tali dan thallus rumput laut
Mengukur jarak
Label nama
Menulis nama pada label
Menimbang bibit rumput laut
Wadah / tempat menyimpan bibit rumput laut
Membantu rumput laut agar tetap mengapung
Wadah untuk menimbang rumput laut
Media transportasi
Mempermudah pembersihan rumput laut
Menampung rumput laut
Objek budidaya
6
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam pelaksanaan PKL mengenai budidaya rumput laut
(K. alvarezii) bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline adalah sebagai
berikut:
1. Tahapan persiapan diawali dengan kegiatan asistensi yang dilaksanakan di
ruang gedung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas
Halu Oleo, Kendari. Dalam kegiatan asistensi dijelaskan metode budidaya
rumput laut dan cara penggunaan alat pemintal tali rumput laut (Pintar)
(Gambar 1).
Gambar 1. Alat pemintal tali rumput laut (Pintar). A) Tampak samping; B)
Tampak atas. Alat ini telah didaftarkan di Ditjen HAKI,
Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta dengan no. pendaftaran
paten : S00201607984 (Aslan, dkk., 2016).
2. Pembagian tali Poli Etilen (PE) yang berdiameter 4 mm sepanjang 50 m dan
tali PE berdiameter 1,5 mm pada masing-masing kelompok.
3. Memotong tali PE berdiameter 1,5 dan mengikat ujungnya lalu membakar
kedua ujung tali menggunakan lilin kemudian memasukkan tali PE
berdiameter 1,5 pada tali PE berdiameter 4 mm dengan bantuan alat pintar
(Gambar 2).
A B
7
Gambar 2. Pengikatan tali Longline.
4. Jarak antara tali rumpun satu sama lain adalah 10 cm dengan berat awal 10 g
(Aslan, dkk., 2016) (Gambar 3). Jarak tanam penting untuk diperhatikan karena
jarak yang terlalu dekat akan menghambat pertumbuhan rumput laut
disebabkan terjadinya persaingan dalam memperoleh ruang dan nutrisi.
Gambar 3. Jarak tanam antar tali rumpun rumput laut (Aslan dkk., 2016).
5. Membagi tali ris menjadi 8 bagian kemudian memberi label nama pada setiap
bagian untuk memudahkan pada saat melakukan monitoring.
8
6. Menyiapkan bibit rumput laut yang diperoleh dari hasil budidaya masyarakat
setempat. Bibit rumput laut yang digunakan merupakan bibit hasil kultur
jaringan (Gambar 4).
Gambar 4. Bibit rumput laut hasil kultur jaringan
7. Bibit rumput laut yang akan ditanam terlebih dahulu ditimbang menggunakan
timbangan digital dengan bobot ± 10 g. Bibit rumput laut yang bobotnya
melebihi 10 g dipotong menggunakan pisau atau cutter agar jaringan
thallusnya tidak rusak (Gambar 5).
Gambar 5. Penimbang bibit rumput laut
8. Bibit rumput laut yang telah ditimbang dengan bobot 10 gram kemudian
disimpul pada tali gantung PE berdiameter 1,5 mm. Pada saat proses
9
pengikatan bibit rumput laut sebaiknya tetap dalam keadaan basah dan
terhindar dari pancaran sinar matahari secara langsung agar bibit rumput laut
tidak mengalami stres dan mati (Gambar 6)
Gambar 6. Pemasangan bibit rumput laut
9. Rumput laut yang telah diikat pada tali ris kemudian diangkut kelokasi
penanaman menggunakan kapal ketinting dan bibit rumput laut disimpan
dalam wadah baskom dan diberi air laut agar bibit rumput laut tidak
mengalami stres selama proses pengangkutan menuju lokasi budidaya
(Gambar 7).
Gambar 7. Pengangkutan bibit rumput laut.
10
10. Rumput laut yang telah sampai dilokasi budidaya kemudian ditanam dengan
mengikat ujung tali ris pada tali utama yang telah diberi jangkar dan
pelampung utama agar posisi wadah budidaya tidak berpindah karena terpaan
ombak/arus (Gambar 8).
Gambar 8. Penanaman rumput laut.
11. Setelah rumput laut ditanam kemudian dilakukan monitoring. Monitoring
dilakukan setiap dua kali dalam seminggu selama 35 hari masa
pemeliharaan agar rumput laut tetap terkontrol dengan baik. Dalam kegiatan
monitoring dilakukan proses pembersihan pada thallus rumput laut dan tali
ris (Gambar 9a) dari sampah dan tumbuhan epifit (Gambar 9b) yang dapat
menghambat pertumbuhan rumput laut. Rumput laut yang telah dibersihkan
kemudian didokumentasi (Gambar 9c).
11
Gambar 9. Kegiatan monitoring. A. Rumput laut K. alvarezii yang belum
dibersihkan; B. Tumbuhan penempel (epifit); C. Pembersihan
lumut pada rumput laut.
12. Pemanenan K. alvarezii dilakukan pada saat rumput laut berumur 35 hari.
Dimana tali ris di lepas dari tali utama kemudian diangkut menggunakan
perahu dan di bawah ke rumah warga (Gambar 10a). Setelah itu rumput laut
ditimbang untuk mengetahui berat akhir (Gambar 10b). Rumput laut yang
telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam karung (Gambar 10c)
kemudian diangkut ke mobil (Gambar 10d)
A
C
B
A BA
12
Gambar 10. Pemanenan K. alvarezii. A. Hasil panen K. alvarezii; B.
Memasukkan K. alvarezii kedalam karung; C. Penimbangan K.
alvarezii; D. Pengangkutan K. alvarezii.
13. Rumput laut yang telah dipanen terlebih dahulu dikeringkan dengan caara
digantung agar rumput laut dapat kering sempurna dengan kualitas yang baik
(Gambar 11a) Setelah rumput laut kering sempurna kemudian dilepas dari tali
ris (Gambar 11b). Rumput laut yang telah dilepas dari tali ris kemudian
dimasukkan ke dalam karung (Gambar 11c) lalu ditimbang untuk mengetahui
berat keringnya (gambar 11d).
Gambar 11. Penangannan paska panen. A. Penjemuran rumput laut; (B)
Pelepasan rumput laut kering dari tali ris; C. Rumput laut yang
telah kering; D. Penimbangan rumput laut kering.
A B
C D
C D
13
D. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam PKL Manajemen Akuakultur Laut
mengenai budidaya K. alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan adalah
sebagai berikut :
1. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
LPS dihitung dengan rumus berdasarkan (Yong et al. 2013) sebagai
berikut:
Wt 1
LPS = t
- 1 X 100%
Wo
Dimana:
LPS = Laju Petumbuhan Spesifik
Wt = Bobot rumputlaut pada waktu t (g)
Wo = Bobot rata-rata bibit pada waktu awal (g)
t = Periode pengamatan (hari)
2. Parameter Kualitas Air
Sebagai data penunjang dilakukan pengukuran beberapa parameter
kualitas air yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter kualitas air yang diukur selama PKL
No. Parameter Alat Pengukuran
1 Suhu Thermometer 1 kali dalam Seminggu
2 Salinitas Handrefraktometer 1 kali dalam seminggu
14
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
LPS K. alvarezii yang dipelihara selama 35 hari dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. LPS rumput laut hasil budidaya.
Rumpun
W0
(berat awal)
Wt
(berat basah)
Wt
(Berat kering)
LPS
1 2 3 4
1 10 36.70 7.6 3.78
2 10 44.60 11.0 4.36
3 10 33.70 6.0 3.53
4 10 34.70 6.8 3.62
5 10 37.30 7.6 3.83
6 10 37.80 7.7 3.87
7 10 36.40 7.5 3.76
8 10 35.60 7.4 3.69
9 10 43.10 8.6 4.26
10 10 46.20 10.6 4.47
Rata-rata 38.61 8.08 3.92
Rata-rata LPS yang diperoleh yaitu 3,92%/hari dan rasio berat kering dan
berat basah yaitu 1 : 4.
2. Parameter Kualitas Air
Data parameter kualitas air yang diambil selama PKL dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Hasil Parameter kualitas air
No. Hari/Tanggal Suhu (ºC) Salinitas (ppt)
1. 22/ 04/ 2017 31 33
2. 29/ 04/ 2017 30 31
3. 06/ 05/ 2017 32 32
4. 13/ 05/ 2017 28 31
5. 20/ 05/ 2017 28 32
15
Parameter kualitas air selama pemeliharaan rumput laut di lokasi
penanaman yaitu suhu berkisar 28-31 ºC dan salinitas berkisar 31-33 ppt.
3. Hasil Pasca Panen
Kualitas rumput laut yang telah dikeringkan dapat dibandingkan sesuai
dengan hasil pengeringan rumput laut yang baik dan rumput laut yang buruk
(Gambar 12).
Gambar 12. Perbandingan kualitas rumput laut ; A. Kualitas rumput laut yang
proses pengeringannya tidak sempurna; B) Kualitas rumput laut
yang baik.
Kualitas rumput laut yang baik ditandai dengan warna merah kehitaman dan
rumput laut benar–benar kering (Gambar 12b). Sedangkan rumput laut yang proses
pengeringan tidak sempurna dicirikan dengan warna kuning pucat. Hal ini disebabkan
karena rumput laut hasil panen tidak langsung dijemur dan dibiarkan tidak
dijemur/tanpa digantung selama 3 (tiga) hari (Gambar 12a).
A B
16
B. Pembahasan
1. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
Kegiatan PKL yang dilakukan diperairan bungin permai, kecamatan
tinanggea, mengunakan metode longline dan bibit rumput laut K. alvarezii yang
digunakan yaitu bibit hasil kultur jaringan dengan berat awal 10 g dimana sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Aslan et al. (2014). Rumput laut K.
alvarezii yang dibudidayakan di desa Bungin Permai pertumbuhannya kurang
optimal dimana rata-rata LPS yang peroleh selama waktu budidaya hanya
mencapai 3,92%/hari dengan rasio berat kering : basah adalah 1: 4. LPS yang
diperoleh selama PKL ini memang tergolong masih normal. LPS ini memang
lebih rendah dibanding LPS dari K. alvarezii yang juga dipelihara selama 35 hari
seperti: 4,74%/hari (Yusliansyah, 2017), 4.6%/hari (Hatima, 2017), 5.29%/hari
(Iyen, 2017), 5.29%/hari (Esriyanti, 2017), 5,53%/hari (Sahira, 2017), dan
4.6%/hari (Rama, 2017). Rahman dan Sarita (2011) mengatakan bahwa, laju
pertumbuhan Eucheuma spinosum, Eucheuma striatum, lebih dari 3% per hari
sudah menguntungkan karena pada bulan Agustus–September pertumbuhan
rumput laut hanya berkisar 2.21 – 2.70%. LPS ini masih tergolong rendah karena
kemungkinan lokasi budidaya di Desa Bungin sudah tercemar limbah proyek
tambang Nikel (Ni) yang berada di lokasi dekat budidaya tersebut. Salah satu
parameter keberhasilan budidaya rumput laut adalah pertumbuhan, sehingga
pertumbuhan merupakan salah satu aspek biologi yang harus diperhatikan
(Mamang, 2008). Dari penelitian sebelumnya yang didapatkan oleh Patadjai
(2006) yang menyatakan bahwa, LPS K. alvarezii yang tertinggi sebesar
17
9.1%/hari dan 6.31%/hari. Selain itu, Aslan et al. (2014) menyatakan bahwa, LPS
yang tertinggi K. alvarezii sebesar 5.94–6.56%/hari.
LPS K. alvarezii yang dibudidayakan di perairan Desa Bungin Permai
pada kegiatan PKL masih dapat meningkat apabila umur panen mencapai 45 hari.
Namun, rumput laut dipanen lebih cepat yaitu pada umur 35 hari dimana rumput
laut masih dapat tumbuh dan berkembang pada umur tersebut (Parenrengi, dkk,
2010). Rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan di Desa Bungin Permai
dengan metode Longline pertumbuhannya kurang baik hal ini di duga disebabkan
oleh adanya epifit pada tali dan thallus rumput laut seperti tumbuhnya lumut
(Gambar 13a), Sargassum polychystum (Gambar 13b) dan Hypnea musciformes
(Gambar 13c)
Gambar 13. Tumbuhan penempel (epifit ) . A. Sargassum polychystum; B.
Lumut yang melekat pada thallus rumput laut; C. Hypnea
musciformes.
2. Parameter Kualitas Air
Selama PKL kualitas air yang diukur ialah suhu dan salinitas (Tabel 4).
Parameter kualitas air seperti suhu dan salinitas yang didapatkan selama
pemeliharaan masih berkisar dalam kisaran optimum yaitu 28-320
C. Hal ini sesuai
dengan pendapat Aslan (2011), suhu merupakan salah satu indikator yang penting
A B C
18
untuk menunjukkan perubahan kondisi lingkungan, terutama situasi suhu yang
nyata, baik vertikal maupun horizontal dalam kolom air. Suhu perairan sangat
penting dalam proses fotosintesis rumput laut. Suhu yang optimal untuk
pertumbuhan K. alvarezii adalah berkisar 25 0
C-30 0
C.
Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh salinitas atau kadar
garam. Ada dua golongan rumput laut berdasarkan kisaran salinitas stenohalin,
hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang sempit, euryhalin
hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang lebar (Indriani dan
Sumiarsih, 2003).
Salinitas perairan untuk organisme laut merupakan faktor lingkungan
yang penting. Setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap
salinitas untuk kehidupannya. Salinitas yang diperoleh selama PKL berkisar
antara 31-33 ppt dan masih dalam normal untuk pertumbuhan optimum rumput
laut. Hal ini sesuai dengan pendapat DKP (2007), rumput laut tumbuh pada
salinitas yang tinggi. Penurunan salinitas akibat air tawar yang masuk akan
menyebabkan pertumbuhan rumput laut menjadi tidak normal. Salinitas yang
dianjurkan untuk budidaya rumput laut sebaiknya jauh dari mulut muara sungai.
Salinitas yang dianjurkan untuk budidaya rumput laut adalah 28-35 ppt.
2. Pasca Panen dan Pemasaran
Rumput laut K. alvarezii setelah panen yang dilakukan selanjutnya adalah
proses pengeringan/penjemuran. Pengeringan/ penjemuran dilakukan dengan cara
menggantung rumput laut K. alvarezii (Gambar 10a), hal ini dilakukan karena
untuk mendapatkan kualitas rumput laut yang bagus. Hal ini sesuai dengan
19
pendapat Ling et al., (2015), metode penjemuran dengan cara digantung lebih
baik dibandingkan dengan menggunakan metode penjemuran matahari secara
langsung. Rumput laut yang diperoleh oleh kelompok kami pada kegiatan PKL
termasuk dalam kategori kualitas rendah karena setelah panen rumput laut tidak
langsung dijemur melainkan didiamkan beberapa hari. Sehingga rumput laut
berwarna kuning pucat. Aslan (2011) menyatakan panen rumput laut dilakukan
kurang dari 45 hari, kadar air yang masih tinggi, mencampur produk rumput laut
kering dengan jenis rumput laut lain atau proses pengeringan dan penyimpanan
pasca pengeringan yang belum memenuhi standar.
Rumput laut K. alvarezii yang sudah kering selanjutnya dipasarkan di
pengepul rumput laut CV. Sinar Laut. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui
berat dari rumput laut kering (Gambar 10d). Hasil rumput laut kering yang
dihasilkan kelompok 7 yaitu 2 kg . Harga pasar rumput laut kering yaitu 9.000/kg.
Harga rumput laut kering ini menurun. Aslan (2011) menyatakan Harga
K.alvarezii merangkak naik dari Rp 5.000/kg (Oktober 2007) menjadi Rp
15.000/kg pada Mei 2008 dan bahkan di beberapa daerah mencapai Rp 28.000/kg
pada Agustus 2008. Namun, harga K. alvarezii menjadi anjlok hingga mencapai
Rp 8.000-10.000 per kg hingga Maret 2009. Oleh karena itu, fluktuasi harga
rumput laut kering diduga dapat dipengaruhi oleh musim penjualan.
20
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil PKL maka dapat disimpulkan LPS K. alvarezii yang
dibudidayakan yaitu 3.92%/hari dan penyusutan rumput laut dari berat basah ke
berat kering yaitu 4.78%. Epifit rumput laut yaitu Sargassum polychystum dan
Hypnea musciformes. Parameter kualitas air yaitu suhu berkisar 28-320
C dan
salinitas berkisar 31-33 ppt.
B. Saran
PKL manajemen akuakultur laut ke depannya diharapkan masa
pemeliharaan dapat mencapai 45 hari, serta perlu adanya penelitian terhadap
karakteristik biofisik suatu perairan untuk mendapatkan data yang lebih akurat
terhadap budidaya rumput laut hasil kultur jaringan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Albasri, H., Iba, W., Aslan, L.O.M., Geoley, G., Silva, D.S. 2010. Mapping of
Existing Mariculture Activitiesin South-East Sulawesi “Potential, Current
and Future Status”. Indonesian Aquaculture Journal. 5 : 173-185.
Anggadiredja, T.J., Achmad, E., Purwanto, H. dan Sri, I. 2006. Rumput Laut
Pembudidayaan, Pengelolaan dan Pemasaran Komoditas Perikanan.
Penebar Swadaya. Jakarta. 174 hal.
Aslan, L.O.M., 2011. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di
Indonesia. Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar dalam Bidang
Budidaya Perairan. disampaikan Pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa
Universitas Haluoleo Tanggal 22 Januari 2011. 50 Hal
Aslan, L.O.M., Sulistiani, E., Legit, D., Yusnaeni. 2014a. Growth Carageenan
Yield of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) from Tissue
Culture Seedlings using Different Planting Distances. Poster Session.
AOAIS 3rd Asian Ocenia Algae Innovation Summit.17 – 20 November
14. Daejeon, Korea.
Aslan, L.O.M., Sulistiani, E., Samuria, S.S., Hamzah, M. 2014b. Effects of
Different Initial Wet Weight on Growth and Carrageenan Yield of
Kappaphycus alvarezii Cultivated using Tissue-Cultured Seedlings using
Different Planting Distances. Poster Session. AOAIS 3rd Asian Ocenia
Algae Innovation Summit. 17 – 20 November 14. Daejeon, Korea.
Aslan, L.O.M., Iba, W., Bolu, L.R., Ingram, B.A., Gooley, G.J., Silva, S.S.D.
2015. Mariculture in SE Sulawesi Indonesia: Culture Practices and The
Sosioeconomic Aspects of The Major Commodities. Ocean & Coastal
Management: 116 : 44 – 57.
Aslan, L.O.M., Ruslaini, Iba W., Armin, Sitti. 2016. Cara Budidaya Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan.
Panduan Praktis Budidaya Rumput Laut No. 1. FPIK-UHO. Kendari.
Badraeni. 2000. Penangkaran Rumput Laut Dengan Sistem Pengkayaan Nutrisi
Untuk Memproduksi Bibit Skala Masal. FIKP. Makassar. 63 hal.
Badraeni dan Rapi S. 2000. Kultur Jaringan Rumput Laut K. alvarezii Skala
Laboratorium Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Hasanuddin. Makassar. 87 hal.
DKP, 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Laut Rumput Laut Eucheuma spp.
Direktorat Produksi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.
Esriyanti. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan
Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara.
http://esriyanti10071995. blogspot. co. id/2017/08/ laporan–lengkap-
sebagai-salah-satu.html. Diakses Tanggal 05 Agustus 2017. 31 hal.
22
Hatima, W.O.S. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara. FPIK-UHO. Kendari. https://
sitiperikanan. wordpress. com /2017/07/15 budidaya-rumput-laut-
Kappaphycus-alvarezii. Diakses Tanggal 29 Juli 2017. 33 hal.
Hermawan, D. 2015. Pengaruh Perbedaan Strain Rumput Laut Kappaphycus
alvarezii terhadap Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS). Jurnal Perikanan
dan Ilmu Kelautan. 5 (1): 71-78.
Indriani, H dan Suminarsih, E. 2003. Budidaya, Pengelohan dan Pemasaran
Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. 87 Hal.
Iyen, H. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit
Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Provinsi Sulawesi Tenggara. http://iyen hartina
budidaya perairan. blogspot. co. id/2017/08/ budidaya-rumput-laut-
kappaphycus.html. Diakses Tanggal 03 Agustus 2017. 32 hal.
Ling, A.L.M., Yasir, S., Matanjum, P., bakr, M.F.A. 2015 Effect of Different
Driying Techniques on The Phytochemical Content and Antioxidant
Activity of Kappaphycus alvarezii. J Appl Phycol 27:1717-1723. DOI
10.1007/S10811-014-0467-3
Mamang, N. 2008. Pertumbuhan Bibit Rumput Laut Eucheuma cottoni dengan
Perlakuan Asal Thallus Terhadap Bobot Bibit di Perairan Desa Lakeba,
Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB Bogor.121 hal.
Parenrengi, A.E., Suryati dan Rahmansyah. 2010. Budidaya Laut Penghasil
Karaginan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Badan Penelitian
dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan
Perikanan. Republik Indonesia. 54 hal
Patadjai, R.S., 2006. Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty pada Berbagai Habitat Budidaya
yang Berbeda. Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Makassar. Makassar. 307 hal.
Rahman, A. dan Sarita, A.H. 2011. Studi Pertumbuhan Varietas Rumput Laut
yang dibudidayakan secara Vertikultur. Laporan Penelitian Hibah
Kompetensi, Universitas Halu Oleo. Kendari. Hal 28-29.
Rama. 2017. Budidaya Rumput Laut Kapphapycus alvarezii Menggunakan Bibit
Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara.
http://ramabdpuho.blogspot.co.id/2017/08/budidaya-rumput-laut
Kappaphycus.html. Diakses pada Tanggal 05 Agustus 2017. 36 hal.
Sahira. 2017. Budidaya Rumput Laut K. alvarezii Bibit Hasil Kultur Dengan
Metode Longline di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan
Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
http://sahira.blogspot.co.id/2017/08/ budidaya rumput laut Kappaphycus
html. Diakses Tanggal 03 Agustus 2017. 27 hal.
23
Sahrir, W.I., Aslan, L.O.M., Bolu, L.O.R., Gooley, G.J., Ingram, B.A., Silva,
S.S.D. 2014. Recent Trends in Mariculture in S.E. Sulawesi, Indonesia.
General Considerations. Aquac. Asia 19 (1) : 14-19.Utojo, Mansyur, A.,
Pantjara, B., Pirzan, A.M., dan Hasnawati. 2007. Kondisi Lingkungan
Perairan Teluk mallasora yang Layak Untuk lokasi Pengembangan
Budidaya Rumput Laut (Euchema sp.). J. Ris. Akua. Vol. 2:243-255.
Utojo, Mansyur, A., Pantjara, B., Pirzan, A.M., dan Hasnawati. 2007. Kondisi
Lingkungan Perairan Teluk mallasora yang Layak Untuk lokasi
Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Euchema sp.). J. Ris. Akua.
Vol. 2:243-255.
Yong, W.T.L., Yong, W.T.L., Thien, V.Y., Ng, S.N., Anton. 2013. Analysis of
Formulae For Determination of Seaweed Growth Rate. J Appl Phycol
25:1831-1824. DOI 10. 1007/s 10811-014-0289-3. DOI 10.1007/s 1081-
013-0022-7.
Yong, W. T. L., Chin, J. Y. Y., Yasir, S. 2014. Evaluation of Growth Rate and
Semi-refined Carrageenan Properties of Tissue-cultured Kappaphycus
alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales). Phycological Research: 62 : 316-
321.

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Manajemen Akuakultur Laut 2019
Laporan Praktikum Manajemen Akuakultur Laut 2019Laporan Praktikum Manajemen Akuakultur Laut 2019
Laporan Praktikum Manajemen Akuakultur Laut 2019
Nova Ainayah Prity
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Hartina Iyen
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Muhammad Arif
 
Laporan mal 2018
Laporan mal 2018Laporan mal 2018
Laporan mal 2018
Saniati Goa
 
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Azlan Azlan
 
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan dengan Metode LonglineRumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline
Universitas Halu Oleo
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
sadaria bdp
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
kumala11
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Ariskanti
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Sabarudin saba
 
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018
sukmawati024
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
rama bdpuho
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Sahira dila
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Citra Utami
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Iriani
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUTLAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
SalbiaBia
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2019
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2019LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2019
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2019
Rahmawati
 
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
Herry Rachmat Safi'i
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Putri Didyawati
 

What's hot (19)

Laporan Praktikum Manajemen Akuakultur Laut 2019
Laporan Praktikum Manajemen Akuakultur Laut 2019Laporan Praktikum Manajemen Akuakultur Laut 2019
Laporan Praktikum Manajemen Akuakultur Laut 2019
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
 
Laporan mal 2018
Laporan mal 2018Laporan mal 2018
Laporan mal 2018
 
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
 
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan dengan Metode LonglineRumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
 
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUTLAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2019
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2019LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2019
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT 2019
 
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
 

Similar to Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi

Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Sahira dila
 
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
rama BDP
 
Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit (Rhodophyt...
Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit (Rhodophyt...Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit (Rhodophyt...
Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit (Rhodophyt...
Dewi yanti mochtar
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
aryati97
 
Laporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputraLaporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputra
Andi Asfian
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
BdpWinarti
 
Laporan Manajemen Akuakultur laut 2019
Laporan Manajemen Akuakultur laut 2019Laporan Manajemen Akuakultur laut 2019
Laporan Manajemen Akuakultur laut 2019
Ariskanti
 
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Andinursaban
 
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
AzukaYuukanna1
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Ahmad Alwhy
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
hasni
 
Nova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNova indriana laporan mal
Nova indriana laporan mal
NovaIndriana
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
lala arf
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
restii_sulaida
 
Laporan Manajemen Aquakulture 2019
Laporan Manajemen Aquakulture 2019Laporan Manajemen Aquakulture 2019
Laporan Manajemen Aquakulture 2019
Hasriani Anastasya
 

Similar to Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi (15)

Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017
 
Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit (Rhodophyt...
Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit (Rhodophyt...Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit (Rhodophyt...
Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit (Rhodophyt...
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
 
Laporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputraLaporan pkl ari saputra
Laporan pkl ari saputra
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
 
Laporan Manajemen Akuakultur laut 2019
Laporan Manajemen Akuakultur laut 2019Laporan Manajemen Akuakultur laut 2019
Laporan Manajemen Akuakultur laut 2019
 
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
 
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kul...
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
 
Nova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNova indriana laporan mal
Nova indriana laporan mal
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
 
Laporan Manajemen Aquakulture 2019
Laporan Manajemen Aquakulture 2019Laporan Manajemen Aquakulture 2019
Laporan Manajemen Aquakulture 2019
 

Recently uploaded

MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 

Recently uploaded (8)

MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 

Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi

  • 1. i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Manajemen Akuakultur Laut OLEH : ARIF SABARNO I1A2 13 087 JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Manajemen Akuakultur Laut OLEH : ARIF SABARNO I1A2 13 087 JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Manajemen Akuakultur Laut OLEH : ARIF SABARNO I1A2 13 087 JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
  • 2. ii HALAMAN PENGESAHAN Judul Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan Lengkap Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Manajemen Akuakultur Laut Nama Arif Sabarno Stambuk I1A2 13 087 Kelompok VII (Tujuh) Jurusan Budidaya Perairan Laporan Lengkap ini, Telah Diperiksa dan Disetujui oleh: Mengetahui, Dosen Koordinator Mata Kuliah Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc NIP. 19661210 199403 1 005 Kendari, Juli 2017 Tanggal Pengesahan : : : : : :
  • 3. iii RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Labuan, Kecamatan Wakorumba Utara, Kabupaten Buton Utara, provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 18 Januari 1995. Penulis adalah anak kedua dari pasangan Bapak Bakri S.Pd dan Ibu Zamaria. Pada Tahun 2007, penulis menamatkan pendidikan dasar pada SDN 2 Wakorumba Utara, Kabupaten Buton Utara, selanjutnya pada tahun 2010 menamatkan pendidikan menengah pertama pada SMPN 1 Wakorumba Utara, Kabupaten Buton Utara dan pada Tahun 2013 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada SMAN 1 Wakorumba Utara, Kabupaten Buton Utara. Pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa Budidaya Perairan (BDP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada tahun 2014-2015 penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan lolos dalam bidang PKM-Kewirausahaan. Penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan (HMJ BDP) pada Tahun 2014–2015.
  • 4. iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut “Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Sulawesi Tenggara”. Laporan PKL ini disusun sebagai pelengkap praktek kerja lapang yang telah dilaksanakan kurang lebih 3 bulan di perairan Desa Bungin Permai dan CV. Sinar Laut tempat pengepul hasil laut yang ada di Kendari Sulawesi Tenggara. Dengan selesainya laporan PKL ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc selaku Koodinator Mata Kuliah sekaligus telah membimbing dengan sepenuh hati dalam pembuatan blog dan pemostingan laporan PKL dan Kakak Armin, S.Pi sebagai Asisten Pembimbing dan kepada teman-teman yang telah membantu kelengkapan laporan PKL ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Kendari, Juli 2017 Penulis
  • 5. v Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Abstrak Kebutuhan dunia terhadap rumput laut yang meningkat mendorong meningkatnya kegiatan budidaya, karena panen alami kurang dapat menjamin kepastian produksi yang diperlukan. Rumput laut (K. alvarezii) merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae). Tujuan PKL ini adalah untuk mengetahui cara dan metode budidaya rumput laut. Kegiatan PKL yang dilakukan adalah budidaya rumput laut menggunakan bibit hasil kultur jaringan. PKL dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap penanaman , tahap pemeliharaan, tahap pemanenan, dan tahap pasca panen. Budidaya rumput laut yang dilakukan dalam kegiatan PKL menggunakan berat bibit 10 g dengan jarak tanam 10 cm. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) yang diperoleh selama kegiatan budidaya yaitu 3,92%/hari. Epifit seperti lumut dan Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Parameter kualitas air yaitu Suhu berkisar 28-310 C dan salinitas berkisar 31-33 ppt. Kata Kunci : Rumput laut (Kappaphycus alvarezii), Kultur jaringan, LPS 3.92/hari.
  • 6. vi Cultivation of Micropropagated Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Using Longline Method in Bungin Permai Village Tinanggea Subdistrict, South East (SE) Sulawesi Abstract The increased world demand for seaweed encourages cultivation, as natural crops lack the necessary production assurance. K. alvarezii is one type of red seaweed (Rhodophyceae). The purpose of field work practice was to know the way and method of seaweed cultivation. Field work practices to cultivate the seaweed using tissue-cultured seedlings. Field work practice was carried out in several stages of preparation stages, planting stages, maintenance stages, harversting stages, and postharvest stages. Seaweed cultivation conducted in field work practices using 10 g seed in wet weight with spacing of 10 cm, The average specific growth rate (SGR) obtained during cultivation actifities was 3.9%/day. Ephypites such as Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Water quality parameters such as temperature ranges 28-310 C and salinity ranges 31-33 ppt. Keywords : Seaweed Kappaphycus alvarezii, Tissue-Cultured, SGR.
  • 7. vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii RIWAYAT HIDUP................................................................................. iii KATA PENGANTAR............................................................................. iv ABSTRAK ............................................................................................... v ABSTRACT ............................................................................................ vi DAFTAR ISI............................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR............................................................................... ix I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah...................................................................... 3 C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 4 II. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat..................................................................... 5 B. Alat dan Bahan........................................................................... 5 C. Prosedur Kerja............................................................................ 6 D. Parameter yang Diamati.............................................................. 12 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan ...................................................................... 14 B. Pembahasan ............................................................................... 15 IV. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................... 21 B. Saran........................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA
  • 8. viii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam PKL............................... 5 2 Parameter kualitas air .................................................................. 13 3 Laju pertumbuhan spesifik rumput laut (K. alvarezii)................. 14 4 Hasil parameter kualitas air.......................................................... 14
  • 9. ix DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Alat dan bahan yang digunakan ................................................ 6 2 Pengikatan tali PE berdiameter 1,5 mm..................................... 7 3 alat pemintal tali rumput laut ..................................................... 7 4 Penimbangan bibit rumput laut.................................................. 8 5 Pemasangan bibit rumput laut.................................................... 8 6 Pengangkutan bibit rtumput laut................................................ 9 7 Penanaman rumput laut ............................................................. 9 8 Kegiatan Monitoring ................................................................. 10 9 Pemanenan ............................................................................... 11 10 Pasca panen ............................................................................... 11 11 Tumbuhan Penempel (epifit) ..................................................... 17
  • 10. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumput laut merupakan makroalga yang cukup potensial dan bernilai ekonomis. Salah satu dari jenis rumput laut yang saat ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah Kappaphycus alvarezii di wilayah perairan pantai. Rumput laut K. alvarezii banyak dibudidayakan oleh masyarakat pesisir karena pelaksanaan budidayanya mudah dan tidak memerlukan modal investasi yang tinggi serta memiliki nilai ekonomis penting yang mana sebagai komoditas hasil perikanan yang sumber utama penghasil karaginan yang banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi dan industri lainnya seperti industri kertas, tekstil, fotografi, pasta dan pengalengan ikan. Saat ini permintaan pasar akan rumput laut semakin meningkat (Utojo dkk., 2007). Sulawesi Tenggara (Sultra) yang memiliki luas perairan ±110.000 km2 dengan panjang garis pantai 1.740 km menyimpan potensi kekayaan sumberdaya alam laut yang cukup besar baik yang diketahui maupun yang belum diketahui keberadaannya. Rumput laut K. alvarezii merupakan sumberdaya alam yang sudah di ketahui keberadaanya dan telah diupayakan untuk budidaya (Departemen Kelautan dan Perikanan/DKP, 2007). Sultra menempati posisi ke empat dengan jumlah produksi rumput laut terbesar di Indonesia dengan total produksi 347,726 ton atau sebesar 8,93%. Kegiatan budidaya rumput laut merupakan aktivitas yang telah berkembang pada setiap kabupaten/kota se- Sulawesi Tenggara (Aslan et al., 2015). Sahrir et al., (2014) menyatakan bahwa, sampai saat ini Sultra memproduksi rumput laut utamanya jenis K. alvarezii dan Eucheuma
  • 11. 2 denticulatum yang menyuplai sebagian besar kebutuhan pasar global sebagai bahan baku. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktek kerja lapang (PKL) mengenai budidaya rumput laut hasil kultur jaringan dengan metode longline di perairan Desa Bungin Permai. Metode longline merupakan metode yang sangat baik digunakan untuk budidaya rumput laut. Albasri et al., (2010), budidaya rumput laut di Muna dan Kendari sebagian besar menggunakan sistem budidaya rumput laut dengan metode longline. Anggadiredja dkk., (2006), metode longline banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang digunakan lebih tahan lama, dan mudah ditemukan. Metode longline disamping fleksibel dalam pemilihan lokasi dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah juga menjanjikan keuntungan yang lebih baik dan dapat diterapkan di perairan yang relatif dalam maupun perairan dangkal yang mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu dibandingkan dengan metode lainnya. Akan tetapi metode ini memerlukan lahan yang cukup luas karena hanya memanfaatkan luas permukaan air. B. Rumusan Masalah Peningkatan produksi rumput laut K. alvarezii memerlukan kesediaan bibit secara berkesinambungan. Pada saat ini pengadaan bibit rumput laut mengalami banyak kendala, diantaranya iklim di laut yang fluktuatif, kondisi perairan yang tidak cocok untuk pertumbuhan rumput laut sehingga semuanya mati atau tumbuh tidak optimal, sehingga pada musim tanam berikutnya kesediaan bibit sangat sedikit bahkan tidak ada. Umumnya pembudidaya K. alvarezii di Indonesia
  • 12. 3 menggunakan sebagian dari hasil panen rumput laut untuk dijadikan bibit kembali dengan cara perbanyakan vegetatif melalui stek. Perbanyakan vegetatif secara berulang ini dapat menyebabkan penurunan keragaman genetika yang berakibat menrunya kecepatan tumbuh, rendemen karaginan dan kekuatan gel menurun. Salah satu solusi untuk mengatasi mengenai permasalahan di atas yaitu dengan menggunakan bibit rumput laut hasil kultur jaringan yang berkelanjutan juga menghasilkan kualitas yang baik. Rumput laut hasil kultur jaringan menjanjikan perbanyakan bibit secara berkesinambungan dan berkualitas tinggi. Bibit kultur jaringan jenis K. alvarezii didapatkan dengan cara mengambil beberapa bagian thallus kemudian dipelihara pada media dan dipilih bagian thallus yang memiliki pertumbuhan paling cepat lalu dikembangkan dalam skala besar. Bibit rumput laut hasil kultur jaringan tidak mudah patah, menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan tahan serangan penyakit pada saat budidaya. (Badraeni dan Rapi, 2000). Yong et al. (2014) menyatakan bahwa, bibit hasil kultur jaringan memiliki laju petumbuhan spesifik (LPS) yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan bibit yang berasal dari alam. Hermawan (2015) Laju pertumbuhan spesifik rumput laut K. alvarezii hasil kultur jaringan pada pemeliharaan hari ke-35 mencapai 2,18%/hari. Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumput laut yang digunakan sebagai obyek pengamatan menggunakan K. alvarezii hasil kultur jaringan, dimana parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan spesifik (LPS), parameter kualitas air dan epifit pada tali ris maupun rumput laut.
  • 13. 4 C. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari PKL ini yaitu untuk mengetahui cara budidaya rumput laut jenis K. alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline dan untuk mengetahui LPS rumput laut yang dibudidayakan di perairan Desa Bungin Permai. Kegunaan dari PKL ini yaitu agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara membudidayakan K. alvarezii bibit hasil kultur jaringan mulai dari tahap persiapan (mengikat tali, mengikat bibit rumput laut, penanaman) monitoring rumput laut selama masa pemeliharaan, dan penanganan pasca panen serta pemasaran.
  • 14. 5 II. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat PKL ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April – Juni 2017 di perairan Desa Bungin, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Penjualan rumput laut hasil budidaya dilaksanakan di CV. Sinar Laut, Kelurahan Lapulu, Kendari. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam PKLdapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam PKL. No Alat dan Bahan Kegunaan 1. 2. Alat - Tali PE diameter 4 mm - Tali PE diameter 1,5 mm - Lilin - Alat pintar - Pisau / Cutter - Penggaris / meteran - Map plastik - spidol permanent - Timbangan digital - Baskom - Pelampung botol aqua - Talenan - Perahu ketinting - Sampan - Karung plastik Bahan - Bibit rumput laut (K. alvarezii) hasil kultur jaringan Tali longline (media tanam) rumput laut Tempat mengikat rumput laut Membakar ujung tali agar tidak mudah lepas Memudahkan pembuatan tali longline Memotong tali dan thallus rumput laut Mengukur jarak Label nama Menulis nama pada label Menimbang bibit rumput laut Wadah / tempat menyimpan bibit rumput laut Membantu rumput laut agar tetap mengapung Wadah untuk menimbang rumput laut Media transportasi Mempermudah pembersihan rumput laut Menampung rumput laut Objek budidaya
  • 15. 6 C. Prosedur Kerja Prosedur kerja dalam pelaksanaan PKL mengenai budidaya rumput laut (K. alvarezii) bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline adalah sebagai berikut: 1. Tahapan persiapan diawali dengan kegiatan asistensi yang dilaksanakan di ruang gedung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Halu Oleo, Kendari. Dalam kegiatan asistensi dijelaskan metode budidaya rumput laut dan cara penggunaan alat pemintal tali rumput laut (Pintar) (Gambar 1). Gambar 1. Alat pemintal tali rumput laut (Pintar). A) Tampak samping; B) Tampak atas. Alat ini telah didaftarkan di Ditjen HAKI, Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta dengan no. pendaftaran paten : S00201607984 (Aslan, dkk., 2016). 2. Pembagian tali Poli Etilen (PE) yang berdiameter 4 mm sepanjang 50 m dan tali PE berdiameter 1,5 mm pada masing-masing kelompok. 3. Memotong tali PE berdiameter 1,5 dan mengikat ujungnya lalu membakar kedua ujung tali menggunakan lilin kemudian memasukkan tali PE berdiameter 1,5 pada tali PE berdiameter 4 mm dengan bantuan alat pintar (Gambar 2). A B
  • 16. 7 Gambar 2. Pengikatan tali Longline. 4. Jarak antara tali rumpun satu sama lain adalah 10 cm dengan berat awal 10 g (Aslan, dkk., 2016) (Gambar 3). Jarak tanam penting untuk diperhatikan karena jarak yang terlalu dekat akan menghambat pertumbuhan rumput laut disebabkan terjadinya persaingan dalam memperoleh ruang dan nutrisi. Gambar 3. Jarak tanam antar tali rumpun rumput laut (Aslan dkk., 2016). 5. Membagi tali ris menjadi 8 bagian kemudian memberi label nama pada setiap bagian untuk memudahkan pada saat melakukan monitoring.
  • 17. 8 6. Menyiapkan bibit rumput laut yang diperoleh dari hasil budidaya masyarakat setempat. Bibit rumput laut yang digunakan merupakan bibit hasil kultur jaringan (Gambar 4). Gambar 4. Bibit rumput laut hasil kultur jaringan 7. Bibit rumput laut yang akan ditanam terlebih dahulu ditimbang menggunakan timbangan digital dengan bobot ± 10 g. Bibit rumput laut yang bobotnya melebihi 10 g dipotong menggunakan pisau atau cutter agar jaringan thallusnya tidak rusak (Gambar 5). Gambar 5. Penimbang bibit rumput laut 8. Bibit rumput laut yang telah ditimbang dengan bobot 10 gram kemudian disimpul pada tali gantung PE berdiameter 1,5 mm. Pada saat proses
  • 18. 9 pengikatan bibit rumput laut sebaiknya tetap dalam keadaan basah dan terhindar dari pancaran sinar matahari secara langsung agar bibit rumput laut tidak mengalami stres dan mati (Gambar 6) Gambar 6. Pemasangan bibit rumput laut 9. Rumput laut yang telah diikat pada tali ris kemudian diangkut kelokasi penanaman menggunakan kapal ketinting dan bibit rumput laut disimpan dalam wadah baskom dan diberi air laut agar bibit rumput laut tidak mengalami stres selama proses pengangkutan menuju lokasi budidaya (Gambar 7). Gambar 7. Pengangkutan bibit rumput laut.
  • 19. 10 10. Rumput laut yang telah sampai dilokasi budidaya kemudian ditanam dengan mengikat ujung tali ris pada tali utama yang telah diberi jangkar dan pelampung utama agar posisi wadah budidaya tidak berpindah karena terpaan ombak/arus (Gambar 8). Gambar 8. Penanaman rumput laut. 11. Setelah rumput laut ditanam kemudian dilakukan monitoring. Monitoring dilakukan setiap dua kali dalam seminggu selama 35 hari masa pemeliharaan agar rumput laut tetap terkontrol dengan baik. Dalam kegiatan monitoring dilakukan proses pembersihan pada thallus rumput laut dan tali ris (Gambar 9a) dari sampah dan tumbuhan epifit (Gambar 9b) yang dapat menghambat pertumbuhan rumput laut. Rumput laut yang telah dibersihkan kemudian didokumentasi (Gambar 9c).
  • 20. 11 Gambar 9. Kegiatan monitoring. A. Rumput laut K. alvarezii yang belum dibersihkan; B. Tumbuhan penempel (epifit); C. Pembersihan lumut pada rumput laut. 12. Pemanenan K. alvarezii dilakukan pada saat rumput laut berumur 35 hari. Dimana tali ris di lepas dari tali utama kemudian diangkut menggunakan perahu dan di bawah ke rumah warga (Gambar 10a). Setelah itu rumput laut ditimbang untuk mengetahui berat akhir (Gambar 10b). Rumput laut yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam karung (Gambar 10c) kemudian diangkut ke mobil (Gambar 10d) A C B A BA
  • 21. 12 Gambar 10. Pemanenan K. alvarezii. A. Hasil panen K. alvarezii; B. Memasukkan K. alvarezii kedalam karung; C. Penimbangan K. alvarezii; D. Pengangkutan K. alvarezii. 13. Rumput laut yang telah dipanen terlebih dahulu dikeringkan dengan caara digantung agar rumput laut dapat kering sempurna dengan kualitas yang baik (Gambar 11a) Setelah rumput laut kering sempurna kemudian dilepas dari tali ris (Gambar 11b). Rumput laut yang telah dilepas dari tali ris kemudian dimasukkan ke dalam karung (Gambar 11c) lalu ditimbang untuk mengetahui berat keringnya (gambar 11d). Gambar 11. Penangannan paska panen. A. Penjemuran rumput laut; (B) Pelepasan rumput laut kering dari tali ris; C. Rumput laut yang telah kering; D. Penimbangan rumput laut kering. A B C D C D
  • 22. 13 D. Parameter yang Diamati Parameter yang diamati dalam PKL Manajemen Akuakultur Laut mengenai budidaya K. alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan adalah sebagai berikut : 1. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) LPS dihitung dengan rumus berdasarkan (Yong et al. 2013) sebagai berikut: Wt 1 LPS = t - 1 X 100% Wo Dimana: LPS = Laju Petumbuhan Spesifik Wt = Bobot rumputlaut pada waktu t (g) Wo = Bobot rata-rata bibit pada waktu awal (g) t = Periode pengamatan (hari) 2. Parameter Kualitas Air Sebagai data penunjang dilakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter kualitas air yang diukur selama PKL No. Parameter Alat Pengukuran 1 Suhu Thermometer 1 kali dalam Seminggu 2 Salinitas Handrefraktometer 1 kali dalam seminggu
  • 23. 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) LPS K. alvarezii yang dipelihara selama 35 hari dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. LPS rumput laut hasil budidaya. Rumpun W0 (berat awal) Wt (berat basah) Wt (Berat kering) LPS 1 2 3 4 1 10 36.70 7.6 3.78 2 10 44.60 11.0 4.36 3 10 33.70 6.0 3.53 4 10 34.70 6.8 3.62 5 10 37.30 7.6 3.83 6 10 37.80 7.7 3.87 7 10 36.40 7.5 3.76 8 10 35.60 7.4 3.69 9 10 43.10 8.6 4.26 10 10 46.20 10.6 4.47 Rata-rata 38.61 8.08 3.92 Rata-rata LPS yang diperoleh yaitu 3,92%/hari dan rasio berat kering dan berat basah yaitu 1 : 4. 2. Parameter Kualitas Air Data parameter kualitas air yang diambil selama PKL dapat dilihat pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Hasil Parameter kualitas air No. Hari/Tanggal Suhu (ºC) Salinitas (ppt) 1. 22/ 04/ 2017 31 33 2. 29/ 04/ 2017 30 31 3. 06/ 05/ 2017 32 32 4. 13/ 05/ 2017 28 31 5. 20/ 05/ 2017 28 32
  • 24. 15 Parameter kualitas air selama pemeliharaan rumput laut di lokasi penanaman yaitu suhu berkisar 28-31 ºC dan salinitas berkisar 31-33 ppt. 3. Hasil Pasca Panen Kualitas rumput laut yang telah dikeringkan dapat dibandingkan sesuai dengan hasil pengeringan rumput laut yang baik dan rumput laut yang buruk (Gambar 12). Gambar 12. Perbandingan kualitas rumput laut ; A. Kualitas rumput laut yang proses pengeringannya tidak sempurna; B) Kualitas rumput laut yang baik. Kualitas rumput laut yang baik ditandai dengan warna merah kehitaman dan rumput laut benar–benar kering (Gambar 12b). Sedangkan rumput laut yang proses pengeringan tidak sempurna dicirikan dengan warna kuning pucat. Hal ini disebabkan karena rumput laut hasil panen tidak langsung dijemur dan dibiarkan tidak dijemur/tanpa digantung selama 3 (tiga) hari (Gambar 12a). A B
  • 25. 16 B. Pembahasan 1. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) Kegiatan PKL yang dilakukan diperairan bungin permai, kecamatan tinanggea, mengunakan metode longline dan bibit rumput laut K. alvarezii yang digunakan yaitu bibit hasil kultur jaringan dengan berat awal 10 g dimana sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Aslan et al. (2014). Rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan di desa Bungin Permai pertumbuhannya kurang optimal dimana rata-rata LPS yang peroleh selama waktu budidaya hanya mencapai 3,92%/hari dengan rasio berat kering : basah adalah 1: 4. LPS yang diperoleh selama PKL ini memang tergolong masih normal. LPS ini memang lebih rendah dibanding LPS dari K. alvarezii yang juga dipelihara selama 35 hari seperti: 4,74%/hari (Yusliansyah, 2017), 4.6%/hari (Hatima, 2017), 5.29%/hari (Iyen, 2017), 5.29%/hari (Esriyanti, 2017), 5,53%/hari (Sahira, 2017), dan 4.6%/hari (Rama, 2017). Rahman dan Sarita (2011) mengatakan bahwa, laju pertumbuhan Eucheuma spinosum, Eucheuma striatum, lebih dari 3% per hari sudah menguntungkan karena pada bulan Agustus–September pertumbuhan rumput laut hanya berkisar 2.21 – 2.70%. LPS ini masih tergolong rendah karena kemungkinan lokasi budidaya di Desa Bungin sudah tercemar limbah proyek tambang Nikel (Ni) yang berada di lokasi dekat budidaya tersebut. Salah satu parameter keberhasilan budidaya rumput laut adalah pertumbuhan, sehingga pertumbuhan merupakan salah satu aspek biologi yang harus diperhatikan (Mamang, 2008). Dari penelitian sebelumnya yang didapatkan oleh Patadjai (2006) yang menyatakan bahwa, LPS K. alvarezii yang tertinggi sebesar
  • 26. 17 9.1%/hari dan 6.31%/hari. Selain itu, Aslan et al. (2014) menyatakan bahwa, LPS yang tertinggi K. alvarezii sebesar 5.94–6.56%/hari. LPS K. alvarezii yang dibudidayakan di perairan Desa Bungin Permai pada kegiatan PKL masih dapat meningkat apabila umur panen mencapai 45 hari. Namun, rumput laut dipanen lebih cepat yaitu pada umur 35 hari dimana rumput laut masih dapat tumbuh dan berkembang pada umur tersebut (Parenrengi, dkk, 2010). Rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan di Desa Bungin Permai dengan metode Longline pertumbuhannya kurang baik hal ini di duga disebabkan oleh adanya epifit pada tali dan thallus rumput laut seperti tumbuhnya lumut (Gambar 13a), Sargassum polychystum (Gambar 13b) dan Hypnea musciformes (Gambar 13c) Gambar 13. Tumbuhan penempel (epifit ) . A. Sargassum polychystum; B. Lumut yang melekat pada thallus rumput laut; C. Hypnea musciformes. 2. Parameter Kualitas Air Selama PKL kualitas air yang diukur ialah suhu dan salinitas (Tabel 4). Parameter kualitas air seperti suhu dan salinitas yang didapatkan selama pemeliharaan masih berkisar dalam kisaran optimum yaitu 28-320 C. Hal ini sesuai dengan pendapat Aslan (2011), suhu merupakan salah satu indikator yang penting A B C
  • 27. 18 untuk menunjukkan perubahan kondisi lingkungan, terutama situasi suhu yang nyata, baik vertikal maupun horizontal dalam kolom air. Suhu perairan sangat penting dalam proses fotosintesis rumput laut. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan K. alvarezii adalah berkisar 25 0 C-30 0 C. Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam. Ada dua golongan rumput laut berdasarkan kisaran salinitas stenohalin, hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang sempit, euryhalin hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang lebar (Indriani dan Sumiarsih, 2003). Salinitas perairan untuk organisme laut merupakan faktor lingkungan yang penting. Setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap salinitas untuk kehidupannya. Salinitas yang diperoleh selama PKL berkisar antara 31-33 ppt dan masih dalam normal untuk pertumbuhan optimum rumput laut. Hal ini sesuai dengan pendapat DKP (2007), rumput laut tumbuh pada salinitas yang tinggi. Penurunan salinitas akibat air tawar yang masuk akan menyebabkan pertumbuhan rumput laut menjadi tidak normal. Salinitas yang dianjurkan untuk budidaya rumput laut sebaiknya jauh dari mulut muara sungai. Salinitas yang dianjurkan untuk budidaya rumput laut adalah 28-35 ppt. 2. Pasca Panen dan Pemasaran Rumput laut K. alvarezii setelah panen yang dilakukan selanjutnya adalah proses pengeringan/penjemuran. Pengeringan/ penjemuran dilakukan dengan cara menggantung rumput laut K. alvarezii (Gambar 10a), hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan kualitas rumput laut yang bagus. Hal ini sesuai dengan
  • 28. 19 pendapat Ling et al., (2015), metode penjemuran dengan cara digantung lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode penjemuran matahari secara langsung. Rumput laut yang diperoleh oleh kelompok kami pada kegiatan PKL termasuk dalam kategori kualitas rendah karena setelah panen rumput laut tidak langsung dijemur melainkan didiamkan beberapa hari. Sehingga rumput laut berwarna kuning pucat. Aslan (2011) menyatakan panen rumput laut dilakukan kurang dari 45 hari, kadar air yang masih tinggi, mencampur produk rumput laut kering dengan jenis rumput laut lain atau proses pengeringan dan penyimpanan pasca pengeringan yang belum memenuhi standar. Rumput laut K. alvarezii yang sudah kering selanjutnya dipasarkan di pengepul rumput laut CV. Sinar Laut. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat dari rumput laut kering (Gambar 10d). Hasil rumput laut kering yang dihasilkan kelompok 7 yaitu 2 kg . Harga pasar rumput laut kering yaitu 9.000/kg. Harga rumput laut kering ini menurun. Aslan (2011) menyatakan Harga K.alvarezii merangkak naik dari Rp 5.000/kg (Oktober 2007) menjadi Rp 15.000/kg pada Mei 2008 dan bahkan di beberapa daerah mencapai Rp 28.000/kg pada Agustus 2008. Namun, harga K. alvarezii menjadi anjlok hingga mencapai Rp 8.000-10.000 per kg hingga Maret 2009. Oleh karena itu, fluktuasi harga rumput laut kering diduga dapat dipengaruhi oleh musim penjualan.
  • 29. 20 IV. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil PKL maka dapat disimpulkan LPS K. alvarezii yang dibudidayakan yaitu 3.92%/hari dan penyusutan rumput laut dari berat basah ke berat kering yaitu 4.78%. Epifit rumput laut yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformes. Parameter kualitas air yaitu suhu berkisar 28-320 C dan salinitas berkisar 31-33 ppt. B. Saran PKL manajemen akuakultur laut ke depannya diharapkan masa pemeliharaan dapat mencapai 45 hari, serta perlu adanya penelitian terhadap karakteristik biofisik suatu perairan untuk mendapatkan data yang lebih akurat terhadap budidaya rumput laut hasil kultur jaringan.
  • 30. 21 DAFTAR PUSTAKA Albasri, H., Iba, W., Aslan, L.O.M., Geoley, G., Silva, D.S. 2010. Mapping of Existing Mariculture Activitiesin South-East Sulawesi “Potential, Current and Future Status”. Indonesian Aquaculture Journal. 5 : 173-185. Anggadiredja, T.J., Achmad, E., Purwanto, H. dan Sri, I. 2006. Rumput Laut Pembudidayaan, Pengelolaan dan Pemasaran Komoditas Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. 174 hal. Aslan, L.O.M., 2011. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Indonesia. Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar dalam Bidang Budidaya Perairan. disampaikan Pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Universitas Haluoleo Tanggal 22 Januari 2011. 50 Hal Aslan, L.O.M., Sulistiani, E., Legit, D., Yusnaeni. 2014a. Growth Carageenan Yield of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) from Tissue Culture Seedlings using Different Planting Distances. Poster Session. AOAIS 3rd Asian Ocenia Algae Innovation Summit.17 – 20 November 14. Daejeon, Korea. Aslan, L.O.M., Sulistiani, E., Samuria, S.S., Hamzah, M. 2014b. Effects of Different Initial Wet Weight on Growth and Carrageenan Yield of Kappaphycus alvarezii Cultivated using Tissue-Cultured Seedlings using Different Planting Distances. Poster Session. AOAIS 3rd Asian Ocenia Algae Innovation Summit. 17 – 20 November 14. Daejeon, Korea. Aslan, L.O.M., Iba, W., Bolu, L.R., Ingram, B.A., Gooley, G.J., Silva, S.S.D. 2015. Mariculture in SE Sulawesi Indonesia: Culture Practices and The Sosioeconomic Aspects of The Major Commodities. Ocean & Coastal Management: 116 : 44 – 57. Aslan, L.O.M., Ruslaini, Iba W., Armin, Sitti. 2016. Cara Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan. Panduan Praktis Budidaya Rumput Laut No. 1. FPIK-UHO. Kendari. Badraeni. 2000. Penangkaran Rumput Laut Dengan Sistem Pengkayaan Nutrisi Untuk Memproduksi Bibit Skala Masal. FIKP. Makassar. 63 hal. Badraeni dan Rapi S. 2000. Kultur Jaringan Rumput Laut K. alvarezii Skala Laboratorium Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 87 hal. DKP, 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Laut Rumput Laut Eucheuma spp. Direktorat Produksi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. Esriyanti. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. http://esriyanti10071995. blogspot. co. id/2017/08/ laporan–lengkap- sebagai-salah-satu.html. Diakses Tanggal 05 Agustus 2017. 31 hal.
  • 31. 22 Hatima, W.O.S. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara. FPIK-UHO. Kendari. https:// sitiperikanan. wordpress. com /2017/07/15 budidaya-rumput-laut- Kappaphycus-alvarezii. Diakses Tanggal 29 Juli 2017. 33 hal. Hermawan, D. 2015. Pengaruh Perbedaan Strain Rumput Laut Kappaphycus alvarezii terhadap Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS). Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. 5 (1): 71-78. Indriani, H dan Suminarsih, E. 2003. Budidaya, Pengelohan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. 87 Hal. Iyen, H. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Provinsi Sulawesi Tenggara. http://iyen hartina budidaya perairan. blogspot. co. id/2017/08/ budidaya-rumput-laut- kappaphycus.html. Diakses Tanggal 03 Agustus 2017. 32 hal. Ling, A.L.M., Yasir, S., Matanjum, P., bakr, M.F.A. 2015 Effect of Different Driying Techniques on The Phytochemical Content and Antioxidant Activity of Kappaphycus alvarezii. J Appl Phycol 27:1717-1723. DOI 10.1007/S10811-014-0467-3 Mamang, N. 2008. Pertumbuhan Bibit Rumput Laut Eucheuma cottoni dengan Perlakuan Asal Thallus Terhadap Bobot Bibit di Perairan Desa Lakeba, Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor.121 hal. Parenrengi, A.E., Suryati dan Rahmansyah. 2010. Budidaya Laut Penghasil Karaginan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan. Republik Indonesia. 54 hal Patadjai, R.S., 2006. Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty pada Berbagai Habitat Budidaya yang Berbeda. Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar. 307 hal. Rahman, A. dan Sarita, A.H. 2011. Studi Pertumbuhan Varietas Rumput Laut yang dibudidayakan secara Vertikultur. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi, Universitas Halu Oleo. Kendari. Hal 28-29. Rama. 2017. Budidaya Rumput Laut Kapphapycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. http://ramabdpuho.blogspot.co.id/2017/08/budidaya-rumput-laut Kappaphycus.html. Diakses pada Tanggal 05 Agustus 2017. 36 hal. Sahira. 2017. Budidaya Rumput Laut K. alvarezii Bibit Hasil Kultur Dengan Metode Longline di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. http://sahira.blogspot.co.id/2017/08/ budidaya rumput laut Kappaphycus html. Diakses Tanggal 03 Agustus 2017. 27 hal.
  • 32. 23 Sahrir, W.I., Aslan, L.O.M., Bolu, L.O.R., Gooley, G.J., Ingram, B.A., Silva, S.S.D. 2014. Recent Trends in Mariculture in S.E. Sulawesi, Indonesia. General Considerations. Aquac. Asia 19 (1) : 14-19.Utojo, Mansyur, A., Pantjara, B., Pirzan, A.M., dan Hasnawati. 2007. Kondisi Lingkungan Perairan Teluk mallasora yang Layak Untuk lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Euchema sp.). J. Ris. Akua. Vol. 2:243-255. Utojo, Mansyur, A., Pantjara, B., Pirzan, A.M., dan Hasnawati. 2007. Kondisi Lingkungan Perairan Teluk mallasora yang Layak Untuk lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Euchema sp.). J. Ris. Akua. Vol. 2:243-255. Yong, W.T.L., Yong, W.T.L., Thien, V.Y., Ng, S.N., Anton. 2013. Analysis of Formulae For Determination of Seaweed Growth Rate. J Appl Phycol 25:1831-1824. DOI 10. 1007/s 10811-014-0289-3. DOI 10.1007/s 1081- 013-0022-7. Yong, W. T. L., Chin, J. Y. Y., Yasir, S. 2014. Evaluation of Growth Rate and Semi-refined Carrageenan Properties of Tissue-cultured Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales). Phycological Research: 62 : 316- 321.