EWS digunakan untuk menilai 7 parameter fisiologis pasien agar dapat mendeteksi kondisi kritis lebih dini. Parameter tersebut adalah pernapasan, saturasi oksigen, tekanan darah, nadi, kesadaran dan suhu. EWS dilakukan untuk pasien akut maupun kronis agar mendapat respon klinis yang tepat waktu. BLS meliputi tindakan CPR 30:2 dan bantuan napas 10 kali/menit apabila pasien tidak bernapas
Bantua hidup dasar adalah upaya atau tindakan resusitasi kardiopulmonal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau orang awam yang terlatih dan terampil untuk membantu dan memberikan pertolongan cepat dan tepat pada pasien yang sedang terancam kematian akibat henti jantung atau henti nafas sambil menunggu bantuan.
Bantua hidup dasar adalah upaya atau tindakan resusitasi kardiopulmonal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau orang awam yang terlatih dan terampil untuk membantu dan memberikan pertolongan cepat dan tepat pada pasien yang sedang terancam kematian akibat henti jantung atau henti nafas sambil menunggu bantuan.
mempelajari sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT), defenisinya, prisip dari SPGDT, time saving is life and limb saving, SPGDT sehari hari, bencana dan TRIAGE,
mempelajari sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT), defenisinya, prisip dari SPGDT, time saving is life and limb saving, SPGDT sehari hari, bencana dan TRIAGE,
2. EWS (Early Warning System)
EWS adalah salah satu alat yang digunakan dalam menilai parameter fisiologis dasar
untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit yang berpotensi kritis atau sudah dalam
kondisi kritis (Patterson C. at al, 2011).
7 Parameter fisiologis dasar terdiri dari: Pernapasan, Saturasi, Oksigen, Tekanan darah
sistolik, Nadi, Tingkat kesadaran, Suhu.
Tujuan EWS:
1. Menilai pasien dengan kondisi akut
2. Mendeteksi lebih dini penurunan kondisi klinis pasien selama dalam perawatan di RS
3. Memulai respon klinik yang tepat waktu secara kompeten
EWS dilakukan terhadap semua pasien pada asesmen awal dengan kondisi penyakit
akut dan pematauan secara berkala pada semua pasien yang mempunyai resiko tinggi
berkembang menjadi sakit kritis selama berada di RS.
3. Pasien-pasien yang dihitung nilai EWS:
1. Pasien yg keadaan umumnya dinilai tdk nyaman
2. Pasien yg datang ke UGD
3. Pasien yg keadaan hemodinamik tdk stabil
4. Pasien yg baru dipindahkan dari ruang rawat intensif ke ruang ranap
5. Pasien yg dipindahkan dari ruang rawat ke ruang rawat lainnya
6. Pasien pasca operasi dlm 24 jam pertama sesuai dg ketentuan penatalaksanaan pasien pasca
operasi
7. Pasien dg penyakit kronis
8. Pasien yg perkembangan penyakitnya tdk menunjukan perbaikan
9. Pemantauan rutin pada semua pasien, minimal 1 kali dlm 1 shift dinas perawat
10. Pasien di unit dialysis dan rajal yg akan dirawat inap untuk menentukan ruang perawatan
11. Pasien yg akan dipindahkan dari RS ke RS lainnya
6. BLS (Basic Life Support)
CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) adalah tindakan pertolongan pertama pada
orang yg mengalami henti napas dan henti jantung karena sebab-sebab tertentu.
7 Hight Quality CPR:
1. Kecepatan kompresi 100-120x/mnt
2. Kedalaman kompresi pada orang dewasa: 2 inchi (5 cm)
3. Pengembangan dada (Chest recoil)
4. Minimal interupsi, yaitu <10 detik
5. Cegah Hiperventilasi
6. Berganti tiap 2 mnt
7. Feed back device
7. BLS pada Dewasa
1. Pastikan 3 A (Aman pasien, Aman penolong, Aman lingkungan), cek respon
korban, panggil bantuan
a. Tepuk pundak korban dan panggil korban
b. Jika korban berespon tanyakan apakah membutuhkan bantuan
c. Jika korban tdk berespon maka penolong memanggil bantuan
2. Cek nadi dan pernapasan bersamaan dlm waktu 10 detik
a. Lihat pergerakan dada
b. Jika korban bernapas normal, ada nadi: pantau korban sampai datang bantuan
c. Jika korban bernapas abnormal, ada nadi: berikan bantuan napas (rescue breathing) dalam
2 menit dg target 10x dlm 1 menit tiap 6 detik
3. Mulai CPR dg siklus 30:2
8. Langkah-langkah kompresi dada:
1. Posisikan penolong pada sisi korban
2. Pastikan korban berbaring di atas alas yg cukup keras & datar
3. Jika dicurigai terdapat cedera leher atau kepala, usahakan menjaga kepala, leher & badan dlm satu garis
lurus ketika menggulingkan badan korban
4. Letakan bagian tumit tangan di atas tulang dada korban yaitu setengah bagian bawah dari sternum
5. Letakan tumit tangan yg lain di atas tangan yg pertama
6. Luruskan lengan & posisikan bahu tepat di atas posisi tangan
7. Tekan sedikitnya 2 inchi (5 cm) pd tiap kompresi dg keceptan 100-120 x/mnt
8. Pada akhir tiap kompresi, pastikan dada kembali naik sempurna
9. Minimalkan iterupsi
Catatan: jangan memindahkan korban selama CPR sdg berlangsung kecuali pd lingkungan yg berbahaya
seperti dlm gedung terbakar atau penolong tdk yakin dapat memberikan CPR dg efektif pd posisi atau lokasi
korban saat itu.
9. Langkah-langkah bantuan napas:
1. Buka jalan napas: Head Tilt-Chin Lift dan Jaw Thrust
2. Berikan bantuan napas:
a. Pocket mask
b. Bag mask, gunakan teknik E-C clamp
10. ACLS (Advanced Cardiovaskuler Life Support)
Pengkajian Primer
1. Airway
a. Jaga kepatenan jalan napas: Head tilt-Chin lift atau jaw thrust, penggunaan OPA atau NPA
b. Kebutuhan pemasangan alat bantu napas lanjut: LMA dan ETT
2. Breathing
a. Suctioning
b. Berikan oksigen tambahan
11. 3. Circulation
a. Monitor kualitas CPR
b. Irama jantung normal/abnormal
c. Kebutuhan defribilasi atau kardioversi
d. Akses IV/IO
e. ROSC (Return of Spontaneous Circulation)
4. Disability: AVPU (Alert, Voice, Painful, Unresponsive)
5. Exposure: buka pakaian pasien & lakukan pemeriksaan fisik, temukan adanya
tanda2 trauma, perdarahan, luka bakar.
12. Pengkajian Sekunder: SAMPLE
S : Sign & Symptons
A : Allergies
M : Medications
P : Past Medical history
L : Last Mela Consumed
E : Events