2. Hadits tentang niat
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
ََمَ ٍئ ِ
رَْامُِلكِلََوِةَّيِالنِبَُلاَمْعَ ْ
اَاْلَمَّنِإ
َ
َلِإَُهُتَرْجِهَ ْتَنَاكَْنَمَفَىَوَنَا
َِ َّ
ىََّللا
َ
َنَاكَْنَمََوِهِلوُسَرََوِ َّ
ىََّللاَلِإَُهُتَرْجِهَفَِهِلوُسَرَو
ََْامِوَأَاَهُبي ِ
صُيَاَيْنُدَلُهُتَرْجِهَ ْت
َاَهُجَّوَزَتَيٍَةَأَر
َِهْيَلِإََرَجاَهَاَمَىَلِإَُهُتَرْجِهَف
(
رواهَمتفقَعليه
)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan
seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah
dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang
hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu
sesuai ke mana ia hijrah.” (HR Muttafaqun Alaih)
Penjelasan :
• Pertama, hadits “innamal a’malu binniyat” (Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat).
• Kedua, Barangsiapa yang tujuan untuk Allah maka dia akan mendapat kebaikan dan ridho dari Allah
• Ketiga, Barangsiapa yang tujuannya untuk dunia ataupun hal hal yang berkaitan dengan dunia maka dia akan mendapatkan apa
yang diniatkan
Oleh karenanya mari meluruskan niat kita, barangkali tujuan tujuan kita selama ini kita tujukan untuk dunia akhirnya kita
lupa sebenar benarnya tujuan kita yanitu Allah SWT.
3. Hadits tentang menuntut ilmu
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
َ
ْيِبَسَىِفََوُهَفَِمْلِعْلَاِبَلَطَيِفََجَرَخَْنَم
َََ ِجْرَيَىَّتَََِهللاَِل
(
رواهَالترمي
ذي
)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “"Siapa yang keluar dalam rangka
mencari ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali.".” (HR Muttafaqun
Alaih)
Makna hadis: Sesungguhnya orang yang keluar dari rumahnya atau negerinya demi menuntut ilmu
agama, maka ia dianggap sebagai orang yang keluar untuk berjihad di jalan Allah -Ta'ālā- sampai ia
kembali ke keluarganya, karena ia laksana mujahid dalam menghidupkan agama, menghinakan setan,
dan mengorbankan dirinya.
1. Menuntut ilmu adalah jihad fi sabilillah.
2. Penuntut ilmu mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berjihad di medan tempur karena
masing-masing mereka sedang memperkuat agama Allah serta menghalau apa yang bukan dari
agama-Nya
3. Di dalam hadis ini ada pelajaran bahwa orang yang keluar menuntut ilmu mendapatkan pahala
berjalan pergi dan pulang hingga dia kembali ke keluarganya.
4. Hadits tentang 3 Amal Jariyah
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
َ
َثَْنَِمَّالِإَُهُلَمَعَََ َطَقْنِاََمَدَآَنْبَاَاتَمَاَذِإ
ٍٍَََال
:
َِعَ ْوَأَ،ٍةَي ِ
ارَجٍَةَقَدَص
ٍَمْل
ََُ َفَتْنُي
َُهَلَ ُْوعْدَيٍَحِلاَصٍَدَلََو ْوَأَ،ِهِب
(
رواهَمسلم
)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Apabila anak cucu adam telah
meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara : sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan doa anak sholeh yang mendoakan kedua orangtuanya” (HR
Muttafaqun Alaih)
Makna hadis:
Sedekah Jariyah (shadaqah jariyah); yaitu sesuatu yang diberikan dalam bentuk apapun yang memberi manfaat yang panjang
tiada putus bagi orang lain. Contohnya adalah wakaf tanah, biaya (infaq) pembangunan masjid, wakaf buku untuk perpustakaan,
pembangunan lembaga pendidikan, menggali sumur untuk umum, mencetak buku yang bermanfa’at bagi orang banyak, dan lain-
lain.
Ilmu yang bermanfaat lmu yang bermanfaat ini adalah ilmu yang berguna bagi orang lain dalam hal kebaikan. Selama ilmu yang
diajarkan tersebut masih digunakan dan dimanfaatkan oleh orang lain setelahnya maka selama itu pula pahalanya tiada henti
mengalir kepadanya meski telah meninggal dunia.
Anak shaleh yang mau mendoakannya Anak yang shaleh adalah anak yang dididik dengan sangat baik oleh orangtuanya
sehingga anak tersebut menjadi anak yang taat kepada Allâh SWT mampu dan mau mendoakan kedua orangtuanya, taat dan
bermanfaat bagi orang tuanya, agama, nusa, dan bangsa.
5. Hadits tentang menunjukkan kebaikan
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
َ
ِلِعاَفَ ٍ
رْجَأَُلْثَِمُهَلَفَ ٍ
رْيَخَىَلَعََّلَدَْنَم
َِه
(
رواهَمسلم
)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menunjukkan
kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakannya” (HR. Muslim)
Makna hadis:
1. Keutamaan dakwah di jalan Allah dan menunjukkan kebaikan kepada orang lain, baik kebaikan dunia atau akhirat.
2. Orang yang menunjukkan kebaikan maka akan mendapatkan pahala karena telah menunjukkan kebaikan serta pahala orang
yang mengikutinya.
3. Amal yang bisa dirasakan oleh orang lain lebih besar manfaatnya dibandingkan amal yang manfaatnya terbatas untuk diri
sendiri.
4. Hadits ini mencakup orang yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain dengan perbuatannya, meskipun tidak dengan
lisannya. Seperti orang yang menyebarkan buku-buku yang bermanfaat, berakhlak mulia dan berpegang teguh dengan syariat
Islam agar manusia juga bisa meneladaninya.
5. Keutamaan mengajarkan ilmu dan besarnya pahala seorang pengajar yang mengharapkan pahala di akhirat
6. Dianjurkan seseorang untuk meminta kepada Allah agar menjadi teladan dalam kebaikan.
6. Hadits larangan menyembunyikan Ilmu
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
«
َْوَيََم ِجْلُأَ،ُهَمَتَكَفٍَمْلِعََْنعََلِئُسَْنَم
ٍَ
رَاَنْنَِمٍامَجِلِبَِةَماَيِقْلَاَم
»
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa ditanya tentang suatu ilmu
kemudian ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat ia akan dipasangkan kendali
dari neraka.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Makna hadis:
Hadis ini mengandung peringatan keras tentang menyembunyikan ilmu dan bahwasanya orang yang
ditanya tentang suatu ilmu yang dibutuhkan oleh penanya dalam urusan agamanya sedangkan yang
ditanya harus menjawabnya; lalu dia tidak menerangkan ilmu tersebut dengan tidak memberi jawaban
maka Allah -Ta'ālā- menghukumnya pada hari kiamat dengan cara memasukkan tali kendali dari
neraka di mulutnya sebagai balasan baginya karena dia mengekang dirinya untuk diam, dan tentunya
balasan ini sesuai jenis amal yang dilakukan. Oleh Sebab itu jangan pernah menyembunyikan ilmu
hanya karena kedengkian, ketidaksukaan, karena semua akan diminta pertanggung jawabannya disisi
Allah Swt.
7. Hadits Tentang Ikhlas
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
«
َََوْمُكِلاَوْمَأََوْمُك ِ
رَوُصَىَلِإَُرُظْنَيََالََ َّ
ََّللاَّنِإ
ََمْعَأََوْمُكِبوُلُقَىَلِإَُرُظْنَيَْنِكَل
َْمُكِلا
»
.
)
َرواه
مسلم
(
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat
fisik dan harta kalian tetapi Ia melihat hati dan amal kalian”. HR. Muslim.
Makna hadits :
Hadits ini mengandung pengertian bahwa sesungguhnya kekuatan amal itu ada pada poros hati, karena hati
tidak ada yang mampu memandang kecuali Allah, bersihnya amal dari keburukan tergantung bagaimana hati
memposisikan tujuan amal itu untuk Allah SWT.
Dikarenakan Allah SWT hanya melihat para hambaNya pada hati dan amalan, maka seyogyanya kita harus
selalu berusaha untuk menjaga hati dan amalan agar bersih dan terhindar dari kerusakan. Menjauhkan diri dari
berbagai sifat tercela, menjaga lisan dari segala kerusakan, serta menjaga akidah agar senantiasa istiqomah di
jalanNya adalah langkah-langkah untuk menjaga hati dan amalan.
8. Hadits Islam dibina atas 5 perkara
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
«
َ ٍ
سْمَخَىَلَعَُمََالْسِإلْاََيِنُب
:
َ
َالَْنَأَُةَداَهَش
ََّمَحُمََّنَأََوُهللاََّالِإََهَلِإَ
َُل ْوُسََرًاد
َِتْيَبْلَاُّجََََوِةَاكََّالزُءاَتْيِإََوِةََالَّصَالُماَقِإََوِهللا
ََانَََمََرُم ْوَصََو
[ .
َرواهَالترمذيَومسلم
]
»
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara;
Bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa
Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim)
Makna hadits :
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak di atas tiang-
tiang yang kuat. Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaan-Nya, membenarkan kenabian Muhammad
shallallahu`alaihi wa sallam merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.
1. Persaksian diri bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah
2. Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya dan
sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji
dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
3. Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang sudah terpenuhi syarat-syarat zakat lalu memberikannya
kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan.
4. Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.
9. Hadits Mukmin Yang Sempurna
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
«
َ
َأَاًناَميِإََينِنِمْؤُمْلَاِلَمْكَأَْنَِمَّنِإ
َ
َفَطْلَأَاَوًقُلُخَْمُهَنَسَْ
َِهِلْهََِبَْمُه
.
[
َرواهَالترمذيَومسلم
]
»
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Orang mukmin yang paling
sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dan yang paling
lemah lembut dengan istrinya.“ (HR. Tirmidzi dan Muslim)
Makna hadits :
“Hadits di atas menunjukkan bahwa iman seseorang itu bertingkat–tingkat. Barangsiapa
yang akhlaknya indah berarti imannya mantap, sebaliknya barangsiapa yang akhlaknya
kurang berarti imannya juga kurang. Kesempurnaan iman seseorang, dapat dilihat bagaimana ia
bersikap kepada sesamanya dan kepada keluarganya.”
10. Hadits Berbakti Kepada Orang Tua
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
«
َِنْيَدِلاَوْلَاَاَض ِ
يَرِفَِ َّ َ
اََّللاَض ِ
ر
,
َ
َسَو
َ
ِلاَوْلَاَِطَخَسَيِفَِ َّ َ
ََّللاُطَخ
َِنْيَد
[
َرواه
الترمذي
]
»
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "“Keridhaan Allah tergantung pada ridha
orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR. Tirmidzi)
Makna hadits :
1. Hadits ini menunjukkan keutamaan berbakti kepada orang tua dan mencari ridha keduanya, dan
membuat mereka senang (bahagia). Karena ridha dan kecintaan Allah itu datang karena keridhaan
orang tua, murka Allah itu datang karena murka orang tua. Siapa yang berbuat baik pada orang tua,
maka ia telah menaati Allah. Siapa yang berbuat jelek pada orang tua, berarti ia telah membuat Allah
murka.
2. Hadits ini jadi dalil wajibnya berbakti pada orang tua dan diharamkan durhaka kepada mereka
3. Ridha orang tua didapat dengan bakti, berbuat baik, dan bersikap lemah lembut.
4. Bentuk berbuat baik pada orang tua adalah tidak mencela dan menghardik mereka ketika mereka
sudah berada di usia senja.
5. Di antara bentuk bakti adalah menuruti apa yang orang tua inginkan selama bukan maksiat
•.
11. Larangan Tidak Bertegur Sapa
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
«
ََاَو ْوََُغاَبَتََالَاَو ْوُرَبَادَتََالَاَو ْوُعَطاَقَتَال
ََْإخِهللاَداَبِعَواُن ُْوكَُواَودَساَحَتَال
َاًناَو
ٍٍَََالَثََق ْوَفَُهاَخَأََرُجْهَيَْنَأٍَمِلْسُمِلَُّل ِحَيَالَو
[
رواهَالت
رمذي
]
»
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "“Janganlah kalian saling memutuskan hubungan; dan
jangan saling bertolak belakang; dan jangan saling membenci; serta jangan pula saling mendengki! Dan,
jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara! Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya
lebih dari tiga hari. (Diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi)
Keterangan Hadits :
1. Larangan saling membenci
2. Larangan saling mendengki
3. Tidak halal (haram) bagi seorang muslim tidak menyapa saudaranya Lebih 3 hari
•.
12. Larangan bercanda tapi berbohong
َ
َلاَق
َِهللاَل ْوُسَر
ﷺ
«
ََُْيِلَُبَِذكُيَفٍَُِدَحُيَْيِذَّلِلٌَلْيَو
َ
َلٌَلْيََوُهَلٌَلْيََوَم ْوَقْلَاِهِبََك ِح
َُه
[
َرواه
أبوداود
]
»
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakah orang yang berbicara sedangkan ia
berbohong supaya segolongan orang tertawa karenanya! Celakalah ia! Celakalah ia! . (Diriwayatkan oleh
Abu Daud)
Keterangan Hadits :
Islam tidak melarang kita bercanda, bahkan Ibnu Umar berkata "sesungguhnya aku juga bercanda,
namun aku tidak berkata kecuali perkataan yang benar."
Islam mengatur segalanya, termasuk dalam candaan. Ada kaedah umum dalam segala sesuatu yang
mubah:
- jangan berlebihan, jangan dicampurkan dengan kebathilan. Oleh sebab itu ingatlah selalu BAHWA;
1. Bohong pangkal dosa
2. Lebih berhati hati dalam berbicara
3. Tidak ada kebaikan bagi para pembohong