SlideShare a Scribd company logo
Meraih Impian
Aku terduduk lemas, meringkuk di sudut kamarku, memegangi lutut tak berdosa ini, mencoba
merapikanhatiku,membayangkannyasemudahmerapikan rambut yang sedari tadi kubiarkan tergerai.
Tangisku tak lagi membara, tak seperti 2 jam yang lalu. Saat aku harus menerima kenyataan bahwa
nomor handphoneku resmi tak dihubungi oleh pihak sekolah tinggi itu. Aku menunggu sampai batas
waktu penantian yang telah ditentukan, pukul 00.00 bersama ayah dan bunda. Namun akhirnya saat
harapkukianmemuncakdi detik-detikterkahirpengumuman,jamtuausangdi samping lemari buku itu
berdentang12 kali.Ujungtombak harapan keduaku itu pergi bersama melodi denting waktu yang kian
meninggalkanku. Ayah mengelus kepalaku, hembusan nafas yang biasanya menenangkan itu justru
membuatkusemakintertunduk.Tanganlembutbundamulai merengkuhbahuku,merasakanhangatnya
justru semakin membuatku pilu. Titk air mulai berjatuhan dari pelupuk mataku, menggoreskan
semburat abu-abu di pipi dan jatuh dipangkuanku. “Oh Tuhan, kegagalan ini lagi. Aku sudah tahu
rasanya,mengapakau berikanlagi?”teriakkudalamhati.Akutertunduk,merasakansemuanya kembali
gelap. Ayah seperti tersenyum kepadaku kemudian memedar sukma yang biasanya membuatku lupa
akan kepedihansembari berkata,“Allahtelahmenentukansegalanya,Nak. Pena-Nya sudah digoreskan
dalamkertaskehidupan,tinta-Nyasudahdiangkat,sudahkering.Percayalah,adahal baik dibalik semua
ini.” Aku hanya mengangguk, tak berani menatap mata penuh perjuangan itu. Andai kau tahu wahai
ayahku, tuturmu saat ini justru membuatku semakin terjun, terjun dalam jurang sesal penuh tangis.
Rengkuhan bunda semakin erat, kemudian beliau berbisik kepadaku, “Istighfar, Nak. Tidak ada usaha
yang mengkhianati, jangan pernah sekali-kali kau berburuk sangka kepada Allah. Istighfar..” Mulutku
mulai bergerak, dan hatiku sepertinya sudah mulai terbiasa dengan hangat kekurangberuntungan
tengahmalamini.“Ndaa...”sapaayahsembari membelai rambutkulagi,“kautakditerima di STPDNpun,
ayah bangga padamu. Jangan kau pikir sekolah tinggi itu satu-satunya, jangan kau pikir tak berhasil
masuk sana adalah akhir dari segalanya. Masih banyak yang lain, yang lebih baik, yang lebih tepat
untukmui di hadapanAllah.”Lantunanmerdujangkrik,dansahut-sahutansuarakatakmenghiasi tengah
malam ini. Disaksikan oleh semburat bulan yang hampir digantikan fajar, dan gelap lazuardi yang kian
bersinar, ayah mengucapkan mantra ajaib lagi, “Nanda, kamu pasti bisa!”
Bukanmain rasanyapagi hari ini,saataku terbangundari ketidurankusemalam.Masihmeringkuk
bersama mata membengkak, dan pipi yang lengket terkena air mata. Aku mengusap sisa-sisa air, yang
mungkin saja bisa mengkristal karena dinginnya malam. Mencoba bangkit dari dudukku, semuanya
terasakaku, sakitsekali.Akumerintihpelan, berharaptakadayang bangun karena rintihanku ini. Sendi
lututkuseperti mengerak,takkuatmenahantubuhyanghatinyamasihremuk.Aku memaksa penopang
tubuhku untuk beranjak dari posisiku semalam. Menyebut nama Tuhanku, dan akhirnya aku bisa
beranjak. Berjalan tertatih keluar kamar, menuju kamar mandi yang biasanya ramai antrean saat pagi.
Kubasuh mukaku, menatapnya lekat-lekat di kaca. Kusut. Lantas aku bergegas mengambil air wudhu,
merapikan pakaian dan mencurahkan seluruh isi hatiku kepada Sang Pencipta, bersujud kepadanya..
Satu tahun yang lalu, saat aku kembali merasakan getirnya hidup. Saat aku baru saja lulus SMA,
dan memutuskanuntuktidakmenerimabeasiswakedokteranitu. Baru saja seminggu sebelumnya, aku
membuat tangis bahagia keluargaku pecah di aula sekolah. Menyaksikan sulung dari 5 bersaudara ini
naik keatas panggung, menjemput plakat bertuliskan “Siswa Lulusan Terbaik”. Kepala sekolahku
membacakan sederet prestasi yang kuraih saat aku duduk di bangku kelas sepeuluh, sebelas dan dua
belas,prestasi yangmembuatseluruhwargasekolahtahubahwaseoranganak dari keluarga sederhana
bisa menjadi kebangaan. Riuh tepuk tangan mengantarkanku menuju pangguung, keempat adikku
terlihatsangatheboh.Merekabersiul,menunjuk-nunjukkearahku,meneriakkan namaku, dan bersorak
sambil tertawa bahagia. Entah, mereka sebenarnya paham dengan ini semua atau tidak, namun aku
bahagiasekali melihatnya.Terlebihsaatdisampingmereka2sosokkokohberdiri,bergandengantangan,
menyaksikankudenganmata berlinang. Bunda menyandarkan kepalanya di bahu ayah,kemudian ayah
mengusapkepalabunda.Airmatakumenetes,menyaksikan rona bahagia yang tampak dari malaikatku
itu. Selesai dari wisuda yang penuh tawa, banyak tawaran beasiswa berdatangan. Satu beasiswa yang
sudah mejadi cita-citaku sejak dahulu, “Nanda, kelak kamu mau jadi apa?” tanya ayah saat umurku 12
tahun. “Dokter, ayah. Nanda ingin menjad dokter untuk teman-teman Nanda di Palestina, kasihan
merekaayah.TentarazionisIsrael takmemperlakukan mereka seprti manusia, Nanda ingin membantu
mereka,”ucapku saat itu. “Tidakkah kau takut dengan dentum suara bom, dan lucutan senjata yang
nantinya kan mewarnai harimu disana?” tanya beliau lagi. “Tidak ayah, untuk apa aku takut. Kata ayah
kita tak boleh takut dengan sesuatu yang baik, bukan?”sahutku lugu. Sedikit tertawa ayah
menjawabnya,”Kau benar, Nak. Ya, percayalah Nanda, kamu pasti bisa!”. Tawaran dari fakultas
kedokteranitukusampaiaknkepadaayahdanbunda,malamhari saat seluruhadikkusudah melanglang
buana di alammimpi.“Nanda,kautahu Tante Fanda saat ini sedangmembutuhkanpengobatanintensif
untuk jiwanya. Akhir-akhir ini ia berperilaku tak sewajarnya, kita harus segera melakukan tindakan
cepatuntuknya.Beruntunglah,omDanubersediamembawanyadanmembiayai seluruhperwatannyadi
rumah sakit. Dantugas ibusebagai sulungdari merekaadalahmerawatClara,karenahanyaituyang bisa
ibu lakukan,” ucap bunda menimpali yang kusampaikan. “Ndaa, Clara masih kecil kasihan sekali dia.
Perluini itu,tidakmungkinkankitamintauang Om Dani? Sudah terlalu banyak materi dan tenaga yang
ia keluarkan. Ndaa, ayah yakin kamu bisa mengerti. Mengerti dengan keadaan keluarga kita yang
memangseperti ini. Andai saja fakultas itu memberikan beasiswa penuh terhadap kuliahmu, dan juga
kehidupanmu sehari-hari, tentu tanpa kau utarakan niatmu itu ayah dan bunda pasti sangat
mendukungmu. Maafkan kami, Nda” sambung ayah sembari memelukku. Aku terpatung, memutar
segalanya, menangis di pelukan lelaki terhebat yang pernah ada. Bunda ikut menangis, dan isaknya
membuatku semakin perih. “Oh Tuhan, hanya Engkau yang tahu bahwa sesungguhnya tangisku ini
adalahsuatu kekecewaan.Akubelumbisamembahagiakanmereka,apayang bisa kulakukan selain ini?
Apa yang akan terjadi nanti? Tuhaaan..”rintihku dalm hati. “Ndaa.. maafkan kami.”ucap bunda disela
tangisnya.“Tidak bunda, aku yang minta maaf hanya bisa menyusahkanmu, meminta ini itu, menuruti
egoku,”batinkudalmhati.akutakkuasamenjawab semua kalimat dari ayah dan bunda, aku hanya bisa
menangis.
“Ndaa, bangun. Sarapan dulu, kamu tidur kok masih pakai mukena begini, ayo sudah ditunggu
adik-adik di meja makan,”bunda membangunkanku. Kutengok jam di atas tempat sholat, pukul 08.00.
Akutertidursetelahsholatsubuhtadi,danasyikkembali ke masa lalu, yang sama abu-abu dengan yang
kurasa saat ini. Empat adikku sudah berebut lauk di meja makan, Clara dipangku ayah yang sudah rapi
dengan kemejanya. “Selamat pagi, Nanda..”sapa ayah sambil tersenyum. “Pagi, yah..”suaraku serak
sekali.Efek menangissemalamn,batinku.Akuberharapmenusarapanpagi ini bukanlahapayangterjadi
semalam.Semalamsetelahakumenangisdi pelukanbunda,sebelumakumasukke kamardanmenangis
lagi,akusempatbersepakatpadadirikuuntukbisasebentarmenyibukkan diri dari kesedihanini dengan
membantu bunda menyelesaikan orderan bed covernya. 3 bulan yang lalu di salah satu supermarket
yang biasa ibu jajakan bed covernya, ia ditemui oleh seorang pengusaha properti terkemuka di
kabupaten. Lelaki itu meminta bunda menyediakan 100 bed cover berbagai macam warna dan motif
dalamwaktu6 bulan. Bundamenyanggupinya, karena bukan kali ini saja bunda mendapatkan pesanan
sebanyakitu,sebelumnya bunda berhasil menyelesaikan pesanan 150 bed cover dalam waktu 6 bulan
juga dan bunda berhasil menyelesaikannya dengan baik serta sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, saat disodori tawaran yang menggiurkan bunda langsung menyaguhinya.
Tuhan memang telah merencanakan semuanya, saat aku bingung akan melakukan apa di masa yang
sulit ini, tumpukan kain dengan motif yang bervariasi siap untuk diproses menjadi sesuatu yang lebih
bernilai “Ndaa.. Jangan hanya melamun nasimu bisa dingin kalau begitu,”ucap bunda membuyarkan
lamunanku. “Eh, iyaa bun,”sahutku sambil menyendok sesuap nasi yang masih mengepul. “Bed cover
bunda, sudah siap berapa bun?”tanyaku memulai percakapan pagi yang tak biasa ini. “Baru jadi
separuhnya,Ndaa.. cukuplah jika batas tanggalnya 3 bulan lagi,”ucap Bunda sambil mengambil alih
pangkuanClaradari ayah. “Nda akan bantubunda selesaikan pesanannya,”sahutku sambil mengunyah
tempe goreng yang rasanya sedap sekali di lidahku. “Sudah tidak nangis lagi, Nda?”gurau ayah sambil
sedikit menggelitiki perutku.”Ayaaaah, Nda lagii makan. Nanti tersedak yah,”ucapku berusaha
mengalihkan arah pembicaraan yang semalam resmi membuatku mematung dalam lautan tangis.
“Jangan menangis lagi, Nda. Cari peluang, diluar sana masih banyak yang lebih tepat bagimu,”ucap
beliaupenuhkeyakinan.OhTuha,beliaumengucapkannya lagi.Saatini gejolakdalam dadaku sudah tak
terlalu meledak seperti semalam. Aku lebih tenang dan hatiku mampu mengkondisikan supaya tetap
tenang . “Siap, yah. Nanda akan selalu semangat,”jawabku. “Ingat ya Nda, Kamu pasti bisa,” ucapnya
lagi. Lagi,lagi kalimat ajaib itu yang keluar dari bibir lelaki kebanggaanku.
Detik berganti, hari-hariku kini semakin dipenuhi kesibukan membantu bunda. menyelesaikan
pesanan100 bedcover yangtinggal sebulanlagi harus terbungkuscantik.Akupunkini mulai membantu
finansial keluargakudenganmenjadiguruprivatanak-anakSD, berjalan dari satu rumah ke rumah yang
lain. Setidaknya hasil dari jerih payahku selama beberapa bulan ini bisa menjadi uang muka untuk
mendaftar ke pendidikan jurusan bahasa inggris di salah satu universitas terbaik di kabupaten ini.
Akhirnya, setiap pagi aku berangkat untuk kuliah menunaikan kewajibanku sebagai mahasiswa, sore
harinyaaku menjadi gurulesprivat anak-anak orang kaya di perumahan yang mayoritas orang Cina itu.
Malamnyaaku membantubundamenyelesaikanpesanan.Adik-adikku juga sangat antusias membantu
bunda, walaupun hanya untuk dimintai tolong mengambil jarum, benang, kain atau hal-hal lain yang
seringmembuatbundaterharu.Seperti saatmalamminggu itu, “ Bunda, Dika ambilkan benangnya lagi
ya, Bun? Itu sudah hampir habis,”celoteh adik ke-2 itu. “Lala juga mau ambilkan kain Bundaa, yang
bunga atau yang binatang bun?”adik ke-3 ku tak mau kalah. Bunda hanya tersenyum, dan mereka
dengan lincah berlari, mengambil apa yang mereka inginkan. Kembali dan terkekeh-kekeh ceria. Aku
juga kerap memergoki bunda mengusap air matanya, terharu mungkin dengan kehangatan keluarga
kami. Hingga peluh yang menetes tak beliau hiraukan, peluhnya terusap semangat mengejar target.
Tuhan memang telah tentukan segalanya, satu minggu sebelum hari yang telah ditentukan wajah
pengusahayangsudahterikatkontrakdenganbunda,terpampangdi televisi. “Telah tertangkap penipu
yang sudah menjadi buronan selama akhir tahun ini, yang modus penipuannya berkedok sebagai
pengusaha,”kata reporter di salah satu TV nasional itu. hancur berkeping hati bunda, panas merajam
tubuhmungilnya,tangisnyatakdapatlagi terbendung.Namuncarabeliaumenangisberbedadenganku,
bunda hanya menghela nafas, mengeluarkan sdikit air mata, mengusapnya dan tersenyum. Terlihat
anggun sekali. Kami semua memeluknya, ayah berkata sembari memandang kami,”Allah tahu yang
terbaikbagi hamba-Nya,prcayalah.”Bundatersenyum, akumemeluk bunda erat sekali. Dalam hati aku
berkatapada dirikusendiri, apa yang bunda terima saat ini jauh lebih berat dari yang kurasa. Tapi lihat
beliautetaptegar,tersenyumdanjustruikutmenenangkanadik-adikkuyangentahmengapaikut-ikutan
menangis.Padahal akuyakinmerekatidakpahamdenganapayangsebenarnya terjadi.Bunda,mengapa
kau bisa berpura-pura seperti ini? Mengapa kau bisa menjadi baja penghalau ombak yang
menantangmu? Ataukah kau tak berpura-pura? Kau bisa menopang beban ini dengan kedua kakimu,
dihiasi senyumtulusyangmengembang? Oh, bundaaa.. Aku mengecupnya penuh kasih, lembut sekali
kemudianbundaberbalikmemelukku.“Kaupernahmeraskannya,Nak.Tapi tersenyumlah,semuaini tak
terjadi tiba-tiba,”ucapnya menenangkanku.
Sejak kejadian hari itu, aku mulai membenahi diri. Kucoba hilangkan sikap egois dalam diriku,
berusaha keras mencapai apa yang kuinginkan, dan tetap menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Aku
masihterusmenekuni rutinitasku,sebagaimahasiswa,gurulesprivat,dan membantu bunda serta ayah
memperbaiki kondisi finansial keluarga kami. Ayah keluar dari pekerjaannya sebagi PNS, dengan sisa
tabunganyang dimilikinyaayahdanbundamendirikan usaha konveksi bed cover. Ayah berusaha keras
membangunrelasi sana sini, peluhnya terkuras setiap detik, beruntunglah adik-adikku pun tak terlalu
terganggu saat ayahnya pergi pagi pulang pagi, atau saat bundanya sibuk mengejar target pesanan. Di
akhir semester enamku, Kak Ica saudara sepupuku mengajakku membuka toko pakaian di samping
warung milik bunda yang sekarang dijaga oleh seorang wanita muda. Tak kusangka, toko kami
berkembangpesat,merauphasil yanggemilang dan itu terjadi sebelum ayah sukses sebagai motivator
handal. Kini aku juga membuka usaha event organizer untuk membantu mengatur jadwal panggung
ayah.Akupun lulus dengan hasil yang memuaskan dalam waktu lebih cepat dari yang seharusnya. Kini
aku semakin percaya, bahwa kekuatan usaha serta kerja keras dan keajaiban do’a adalah kunci utama
menuju pintu kesuksesan.

More Related Content

What's hot

Cerpen Tak mampu memutar waktu
Cerpen Tak mampu memutar waktuCerpen Tak mampu memutar waktu
Cerpen Tak mampu memutar waktu
Fungkiandisatria
 
Dongeng bahasa inggris
Dongeng bahasa inggrisDongeng bahasa inggris
Dongeng bahasa inggris
Yadhi Muqsith
 
Naskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatanNaskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatan
Warnet Raha
 
cerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiricerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiri
Novi Indah
 
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatanSkrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
andry_dwi
 

What's hot (20)

Cerpen Tak mampu memutar waktu
Cerpen Tak mampu memutar waktuCerpen Tak mampu memutar waktu
Cerpen Tak mampu memutar waktu
 
Naskah drama 7 orang
Naskah drama 7 orangNaskah drama 7 orang
Naskah drama 7 orang
 
Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"
Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"
Cerpen Bahasa Jawa "Lutung kasarung"
 
Legenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteLegenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, mite
 
Cerita rakyat bahasa jawa, Keong Mas, Jaka Tarub, Rawa Pening
Cerita rakyat bahasa jawa, Keong Mas, Jaka Tarub, Rawa PeningCerita rakyat bahasa jawa, Keong Mas, Jaka Tarub, Rawa Pening
Cerita rakyat bahasa jawa, Keong Mas, Jaka Tarub, Rawa Pening
 
Contoh Geguritan Bahasa Jawa
Contoh Geguritan Bahasa JawaContoh Geguritan Bahasa Jawa
Contoh Geguritan Bahasa Jawa
 
Cerita dongeng Narrative Text Rapunzel dalam bahasa Inggris
Cerita dongeng Narrative Text Rapunzel dalam bahasa InggrisCerita dongeng Narrative Text Rapunzel dalam bahasa Inggris
Cerita dongeng Narrative Text Rapunzel dalam bahasa Inggris
 
Dongeng bahasa inggris
Dongeng bahasa inggrisDongeng bahasa inggris
Dongeng bahasa inggris
 
Cerita dongeng (sage)
Cerita dongeng (sage)Cerita dongeng (sage)
Cerita dongeng (sage)
 
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpen
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpenSemangat yang tak terkalahkan versi cerpen
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpen
 
Kasusastraan tembang bali
Kasusastraan tembang baliKasusastraan tembang bali
Kasusastraan tembang bali
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Tugas Biografi kartini
Tugas Biografi kartiniTugas Biografi kartini
Tugas Biografi kartini
 
Naskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatanNaskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatan
 
Drama malin kundang
Drama malin kundangDrama malin kundang
Drama malin kundang
 
cerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiricerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiri
 
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatanSkrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
 
KUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDA
KUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDAKUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDA
KUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDA
 
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 

Similar to Cerpen "Meraih Mimipi"

Berhijab Dalam Penantian.docx
Berhijab Dalam Penantian.docxBerhijab Dalam Penantian.docx
Berhijab Dalam Penantian.docx
abdus samad
 
Layu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembangLayu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembang
desmin
 
Sahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lainSahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lain
indaheja
 
Jangan Menangis, Mama
Jangan Menangis, MamaJangan Menangis, Mama
Jangan Menangis, Mama
Cynthia D
 
mama please dont cry
mama please dont crymama please dont cry
mama please dont cry
Cynthia D
 
Jangan Menangis, Mama...
Jangan Menangis, Mama...Jangan Menangis, Mama...
Jangan Menangis, Mama...
Cynthia D
 

Similar to Cerpen "Meraih Mimipi" (20)

Mentari mulai terbi1
Mentari mulai terbi1Mentari mulai terbi1
Mentari mulai terbi1
 
Mentari mulai terbi1
Mentari mulai terbi1Mentari mulai terbi1
Mentari mulai terbi1
 
Mentari mulai terbit
Mentari mulai terbitMentari mulai terbit
Mentari mulai terbit
 
Mentari mulai terbit
Mentari mulai terbitMentari mulai terbit
Mentari mulai terbit
 
Mentari mulai terbit
Mentari mulai terbitMentari mulai terbit
Mentari mulai terbit
 
Mentari mulai terbit
Mentari mulai terbitMentari mulai terbit
Mentari mulai terbit
 
Cerpen akhir sebuah penantian
Cerpen akhir sebuah penantianCerpen akhir sebuah penantian
Cerpen akhir sebuah penantian
 
Bi
BiBi
Bi
 
Teruntuk dikau
Teruntuk dikauTeruntuk dikau
Teruntuk dikau
 
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasicerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
 
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
 
Mutiara Air Mata.docx
Mutiara Air Mata.docxMutiara Air Mata.docx
Mutiara Air Mata.docx
 
Cerpen "Rahasia ayah"
 Cerpen "Rahasia ayah" Cerpen "Rahasia ayah"
Cerpen "Rahasia ayah"
 
Berhijab Dalam Penantian.docx
Berhijab Dalam Penantian.docxBerhijab Dalam Penantian.docx
Berhijab Dalam Penantian.docx
 
Layu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembangLayu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembang
 
Sahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lainSahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lain
 
Ghost Mother.docx
Ghost Mother.docxGhost Mother.docx
Ghost Mother.docx
 
Jangan Menangis, Mama
Jangan Menangis, MamaJangan Menangis, Mama
Jangan Menangis, Mama
 
mama please dont cry
mama please dont crymama please dont cry
mama please dont cry
 
Jangan Menangis, Mama...
Jangan Menangis, Mama...Jangan Menangis, Mama...
Jangan Menangis, Mama...
 

Recently uploaded

Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 

Recently uploaded (20)

Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 

Cerpen "Meraih Mimipi"

  • 1. Meraih Impian Aku terduduk lemas, meringkuk di sudut kamarku, memegangi lutut tak berdosa ini, mencoba merapikanhatiku,membayangkannyasemudahmerapikan rambut yang sedari tadi kubiarkan tergerai. Tangisku tak lagi membara, tak seperti 2 jam yang lalu. Saat aku harus menerima kenyataan bahwa nomor handphoneku resmi tak dihubungi oleh pihak sekolah tinggi itu. Aku menunggu sampai batas waktu penantian yang telah ditentukan, pukul 00.00 bersama ayah dan bunda. Namun akhirnya saat harapkukianmemuncakdi detik-detikterkahirpengumuman,jamtuausangdi samping lemari buku itu berdentang12 kali.Ujungtombak harapan keduaku itu pergi bersama melodi denting waktu yang kian meninggalkanku. Ayah mengelus kepalaku, hembusan nafas yang biasanya menenangkan itu justru membuatkusemakintertunduk.Tanganlembutbundamulai merengkuhbahuku,merasakanhangatnya justru semakin membuatku pilu. Titk air mulai berjatuhan dari pelupuk mataku, menggoreskan semburat abu-abu di pipi dan jatuh dipangkuanku. “Oh Tuhan, kegagalan ini lagi. Aku sudah tahu rasanya,mengapakau berikanlagi?”teriakkudalamhati.Akutertunduk,merasakansemuanya kembali gelap. Ayah seperti tersenyum kepadaku kemudian memedar sukma yang biasanya membuatku lupa akan kepedihansembari berkata,“Allahtelahmenentukansegalanya,Nak. Pena-Nya sudah digoreskan dalamkertaskehidupan,tinta-Nyasudahdiangkat,sudahkering.Percayalah,adahal baik dibalik semua ini.” Aku hanya mengangguk, tak berani menatap mata penuh perjuangan itu. Andai kau tahu wahai ayahku, tuturmu saat ini justru membuatku semakin terjun, terjun dalam jurang sesal penuh tangis. Rengkuhan bunda semakin erat, kemudian beliau berbisik kepadaku, “Istighfar, Nak. Tidak ada usaha yang mengkhianati, jangan pernah sekali-kali kau berburuk sangka kepada Allah. Istighfar..” Mulutku mulai bergerak, dan hatiku sepertinya sudah mulai terbiasa dengan hangat kekurangberuntungan tengahmalamini.“Ndaa...”sapaayahsembari membelai rambutkulagi,“kautakditerima di STPDNpun, ayah bangga padamu. Jangan kau pikir sekolah tinggi itu satu-satunya, jangan kau pikir tak berhasil masuk sana adalah akhir dari segalanya. Masih banyak yang lain, yang lebih baik, yang lebih tepat untukmui di hadapanAllah.”Lantunanmerdujangkrik,dansahut-sahutansuarakatakmenghiasi tengah malam ini. Disaksikan oleh semburat bulan yang hampir digantikan fajar, dan gelap lazuardi yang kian bersinar, ayah mengucapkan mantra ajaib lagi, “Nanda, kamu pasti bisa!” Bukanmain rasanyapagi hari ini,saataku terbangundari ketidurankusemalam.Masihmeringkuk bersama mata membengkak, dan pipi yang lengket terkena air mata. Aku mengusap sisa-sisa air, yang mungkin saja bisa mengkristal karena dinginnya malam. Mencoba bangkit dari dudukku, semuanya terasakaku, sakitsekali.Akumerintihpelan, berharaptakadayang bangun karena rintihanku ini. Sendi lututkuseperti mengerak,takkuatmenahantubuhyanghatinyamasihremuk.Aku memaksa penopang tubuhku untuk beranjak dari posisiku semalam. Menyebut nama Tuhanku, dan akhirnya aku bisa beranjak. Berjalan tertatih keluar kamar, menuju kamar mandi yang biasanya ramai antrean saat pagi. Kubasuh mukaku, menatapnya lekat-lekat di kaca. Kusut. Lantas aku bergegas mengambil air wudhu, merapikan pakaian dan mencurahkan seluruh isi hatiku kepada Sang Pencipta, bersujud kepadanya.. Satu tahun yang lalu, saat aku kembali merasakan getirnya hidup. Saat aku baru saja lulus SMA, dan memutuskanuntuktidakmenerimabeasiswakedokteranitu. Baru saja seminggu sebelumnya, aku membuat tangis bahagia keluargaku pecah di aula sekolah. Menyaksikan sulung dari 5 bersaudara ini naik keatas panggung, menjemput plakat bertuliskan “Siswa Lulusan Terbaik”. Kepala sekolahku membacakan sederet prestasi yang kuraih saat aku duduk di bangku kelas sepeuluh, sebelas dan dua belas,prestasi yangmembuatseluruhwargasekolahtahubahwaseoranganak dari keluarga sederhana bisa menjadi kebangaan. Riuh tepuk tangan mengantarkanku menuju pangguung, keempat adikku terlihatsangatheboh.Merekabersiul,menunjuk-nunjukkearahku,meneriakkan namaku, dan bersorak sambil tertawa bahagia. Entah, mereka sebenarnya paham dengan ini semua atau tidak, namun aku bahagiasekali melihatnya.Terlebihsaatdisampingmereka2sosokkokohberdiri,bergandengantangan, menyaksikankudenganmata berlinang. Bunda menyandarkan kepalanya di bahu ayah,kemudian ayah mengusapkepalabunda.Airmatakumenetes,menyaksikan rona bahagia yang tampak dari malaikatku itu. Selesai dari wisuda yang penuh tawa, banyak tawaran beasiswa berdatangan. Satu beasiswa yang sudah mejadi cita-citaku sejak dahulu, “Nanda, kelak kamu mau jadi apa?” tanya ayah saat umurku 12 tahun. “Dokter, ayah. Nanda ingin menjad dokter untuk teman-teman Nanda di Palestina, kasihan merekaayah.TentarazionisIsrael takmemperlakukan mereka seprti manusia, Nanda ingin membantu mereka,”ucapku saat itu. “Tidakkah kau takut dengan dentum suara bom, dan lucutan senjata yang nantinya kan mewarnai harimu disana?” tanya beliau lagi. “Tidak ayah, untuk apa aku takut. Kata ayah kita tak boleh takut dengan sesuatu yang baik, bukan?”sahutku lugu. Sedikit tertawa ayah
  • 2. menjawabnya,”Kau benar, Nak. Ya, percayalah Nanda, kamu pasti bisa!”. Tawaran dari fakultas kedokteranitukusampaiaknkepadaayahdanbunda,malamhari saat seluruhadikkusudah melanglang buana di alammimpi.“Nanda,kautahu Tante Fanda saat ini sedangmembutuhkanpengobatanintensif untuk jiwanya. Akhir-akhir ini ia berperilaku tak sewajarnya, kita harus segera melakukan tindakan cepatuntuknya.Beruntunglah,omDanubersediamembawanyadanmembiayai seluruhperwatannyadi rumah sakit. Dantugas ibusebagai sulungdari merekaadalahmerawatClara,karenahanyaituyang bisa ibu lakukan,” ucap bunda menimpali yang kusampaikan. “Ndaa, Clara masih kecil kasihan sekali dia. Perluini itu,tidakmungkinkankitamintauang Om Dani? Sudah terlalu banyak materi dan tenaga yang ia keluarkan. Ndaa, ayah yakin kamu bisa mengerti. Mengerti dengan keadaan keluarga kita yang memangseperti ini. Andai saja fakultas itu memberikan beasiswa penuh terhadap kuliahmu, dan juga kehidupanmu sehari-hari, tentu tanpa kau utarakan niatmu itu ayah dan bunda pasti sangat mendukungmu. Maafkan kami, Nda” sambung ayah sembari memelukku. Aku terpatung, memutar segalanya, menangis di pelukan lelaki terhebat yang pernah ada. Bunda ikut menangis, dan isaknya membuatku semakin perih. “Oh Tuhan, hanya Engkau yang tahu bahwa sesungguhnya tangisku ini adalahsuatu kekecewaan.Akubelumbisamembahagiakanmereka,apayang bisa kulakukan selain ini? Apa yang akan terjadi nanti? Tuhaaan..”rintihku dalm hati. “Ndaa.. maafkan kami.”ucap bunda disela tangisnya.“Tidak bunda, aku yang minta maaf hanya bisa menyusahkanmu, meminta ini itu, menuruti egoku,”batinkudalmhati.akutakkuasamenjawab semua kalimat dari ayah dan bunda, aku hanya bisa menangis. “Ndaa, bangun. Sarapan dulu, kamu tidur kok masih pakai mukena begini, ayo sudah ditunggu adik-adik di meja makan,”bunda membangunkanku. Kutengok jam di atas tempat sholat, pukul 08.00. Akutertidursetelahsholatsubuhtadi,danasyikkembali ke masa lalu, yang sama abu-abu dengan yang kurasa saat ini. Empat adikku sudah berebut lauk di meja makan, Clara dipangku ayah yang sudah rapi dengan kemejanya. “Selamat pagi, Nanda..”sapa ayah sambil tersenyum. “Pagi, yah..”suaraku serak sekali.Efek menangissemalamn,batinku.Akuberharapmenusarapanpagi ini bukanlahapayangterjadi semalam.Semalamsetelahakumenangisdi pelukanbunda,sebelumakumasukke kamardanmenangis lagi,akusempatbersepakatpadadirikuuntukbisasebentarmenyibukkan diri dari kesedihanini dengan membantu bunda menyelesaikan orderan bed covernya. 3 bulan yang lalu di salah satu supermarket yang biasa ibu jajakan bed covernya, ia ditemui oleh seorang pengusaha properti terkemuka di kabupaten. Lelaki itu meminta bunda menyediakan 100 bed cover berbagai macam warna dan motif dalamwaktu6 bulan. Bundamenyanggupinya, karena bukan kali ini saja bunda mendapatkan pesanan sebanyakitu,sebelumnya bunda berhasil menyelesaikan pesanan 150 bed cover dalam waktu 6 bulan juga dan bunda berhasil menyelesaikannya dengan baik serta sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, saat disodori tawaran yang menggiurkan bunda langsung menyaguhinya. Tuhan memang telah merencanakan semuanya, saat aku bingung akan melakukan apa di masa yang sulit ini, tumpukan kain dengan motif yang bervariasi siap untuk diproses menjadi sesuatu yang lebih bernilai “Ndaa.. Jangan hanya melamun nasimu bisa dingin kalau begitu,”ucap bunda membuyarkan lamunanku. “Eh, iyaa bun,”sahutku sambil menyendok sesuap nasi yang masih mengepul. “Bed cover bunda, sudah siap berapa bun?”tanyaku memulai percakapan pagi yang tak biasa ini. “Baru jadi separuhnya,Ndaa.. cukuplah jika batas tanggalnya 3 bulan lagi,”ucap Bunda sambil mengambil alih pangkuanClaradari ayah. “Nda akan bantubunda selesaikan pesanannya,”sahutku sambil mengunyah tempe goreng yang rasanya sedap sekali di lidahku. “Sudah tidak nangis lagi, Nda?”gurau ayah sambil sedikit menggelitiki perutku.”Ayaaaah, Nda lagii makan. Nanti tersedak yah,”ucapku berusaha mengalihkan arah pembicaraan yang semalam resmi membuatku mematung dalam lautan tangis. “Jangan menangis lagi, Nda. Cari peluang, diluar sana masih banyak yang lebih tepat bagimu,”ucap beliaupenuhkeyakinan.OhTuha,beliaumengucapkannya lagi.Saatini gejolakdalam dadaku sudah tak terlalu meledak seperti semalam. Aku lebih tenang dan hatiku mampu mengkondisikan supaya tetap tenang . “Siap, yah. Nanda akan selalu semangat,”jawabku. “Ingat ya Nda, Kamu pasti bisa,” ucapnya lagi. Lagi,lagi kalimat ajaib itu yang keluar dari bibir lelaki kebanggaanku. Detik berganti, hari-hariku kini semakin dipenuhi kesibukan membantu bunda. menyelesaikan pesanan100 bedcover yangtinggal sebulanlagi harus terbungkuscantik.Akupunkini mulai membantu finansial keluargakudenganmenjadiguruprivatanak-anakSD, berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain. Setidaknya hasil dari jerih payahku selama beberapa bulan ini bisa menjadi uang muka untuk mendaftar ke pendidikan jurusan bahasa inggris di salah satu universitas terbaik di kabupaten ini. Akhirnya, setiap pagi aku berangkat untuk kuliah menunaikan kewajibanku sebagai mahasiswa, sore harinyaaku menjadi gurulesprivat anak-anak orang kaya di perumahan yang mayoritas orang Cina itu.
  • 3. Malamnyaaku membantubundamenyelesaikanpesanan.Adik-adikku juga sangat antusias membantu bunda, walaupun hanya untuk dimintai tolong mengambil jarum, benang, kain atau hal-hal lain yang seringmembuatbundaterharu.Seperti saatmalamminggu itu, “ Bunda, Dika ambilkan benangnya lagi ya, Bun? Itu sudah hampir habis,”celoteh adik ke-2 itu. “Lala juga mau ambilkan kain Bundaa, yang bunga atau yang binatang bun?”adik ke-3 ku tak mau kalah. Bunda hanya tersenyum, dan mereka dengan lincah berlari, mengambil apa yang mereka inginkan. Kembali dan terkekeh-kekeh ceria. Aku juga kerap memergoki bunda mengusap air matanya, terharu mungkin dengan kehangatan keluarga kami. Hingga peluh yang menetes tak beliau hiraukan, peluhnya terusap semangat mengejar target. Tuhan memang telah tentukan segalanya, satu minggu sebelum hari yang telah ditentukan wajah pengusahayangsudahterikatkontrakdenganbunda,terpampangdi televisi. “Telah tertangkap penipu yang sudah menjadi buronan selama akhir tahun ini, yang modus penipuannya berkedok sebagai pengusaha,”kata reporter di salah satu TV nasional itu. hancur berkeping hati bunda, panas merajam tubuhmungilnya,tangisnyatakdapatlagi terbendung.Namuncarabeliaumenangisberbedadenganku, bunda hanya menghela nafas, mengeluarkan sdikit air mata, mengusapnya dan tersenyum. Terlihat anggun sekali. Kami semua memeluknya, ayah berkata sembari memandang kami,”Allah tahu yang terbaikbagi hamba-Nya,prcayalah.”Bundatersenyum, akumemeluk bunda erat sekali. Dalam hati aku berkatapada dirikusendiri, apa yang bunda terima saat ini jauh lebih berat dari yang kurasa. Tapi lihat beliautetaptegar,tersenyumdanjustruikutmenenangkanadik-adikkuyangentahmengapaikut-ikutan menangis.Padahal akuyakinmerekatidakpahamdenganapayangsebenarnya terjadi.Bunda,mengapa kau bisa berpura-pura seperti ini? Mengapa kau bisa menjadi baja penghalau ombak yang menantangmu? Ataukah kau tak berpura-pura? Kau bisa menopang beban ini dengan kedua kakimu, dihiasi senyumtulusyangmengembang? Oh, bundaaa.. Aku mengecupnya penuh kasih, lembut sekali kemudianbundaberbalikmemelukku.“Kaupernahmeraskannya,Nak.Tapi tersenyumlah,semuaini tak terjadi tiba-tiba,”ucapnya menenangkanku. Sejak kejadian hari itu, aku mulai membenahi diri. Kucoba hilangkan sikap egois dalam diriku, berusaha keras mencapai apa yang kuinginkan, dan tetap menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Aku masihterusmenekuni rutinitasku,sebagaimahasiswa,gurulesprivat,dan membantu bunda serta ayah memperbaiki kondisi finansial keluarga kami. Ayah keluar dari pekerjaannya sebagi PNS, dengan sisa tabunganyang dimilikinyaayahdanbundamendirikan usaha konveksi bed cover. Ayah berusaha keras membangunrelasi sana sini, peluhnya terkuras setiap detik, beruntunglah adik-adikku pun tak terlalu terganggu saat ayahnya pergi pagi pulang pagi, atau saat bundanya sibuk mengejar target pesanan. Di akhir semester enamku, Kak Ica saudara sepupuku mengajakku membuka toko pakaian di samping warung milik bunda yang sekarang dijaga oleh seorang wanita muda. Tak kusangka, toko kami berkembangpesat,merauphasil yanggemilang dan itu terjadi sebelum ayah sukses sebagai motivator handal. Kini aku juga membuka usaha event organizer untuk membantu mengatur jadwal panggung ayah.Akupun lulus dengan hasil yang memuaskan dalam waktu lebih cepat dari yang seharusnya. Kini aku semakin percaya, bahwa kekuatan usaha serta kerja keras dan keajaiban do’a adalah kunci utama menuju pintu kesuksesan.