Bahan komposit terdiri dari dua komponen utama yaitu penguat dan matriks. Dokumen ini menjelaskan sejarah, klasifikasi, jenis-jenis penguat dan matriks, serta proses pembuatan bahan komposit. Bahan komposit telah digunakan sejak zaman dahulu hingga saat ini dengan berbagai keunggulan seperti kuat, ringan, dan tahan suhu tinggi.
Bahan komposit terdiri dari dua komponen utama yaitu penguat dan matriks. Dokumen ini menjelaskan sejarah, klasifikasi, jenis-jenis penguat dan matriks, serta proses pembuatan bahan komposit. Bahan komposit telah digunakan sejak zaman dahulu hingga saat ini dengan berbagai keunggulan seperti kuat, ringan, dan tahan suhu tinggi.
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...Mirmanto
Studi ini menguji pengaruh fraksi volume partikel sekam padi (0%, 10%, 20%, 30%) terhadap sifat mekanik komposit serat bambu-resin polyester tak jenuh. Hasil uji tarik menunjukkan kekuatan tarik konstan sampai 20% fraksi sekam kemudian menurun. Uji bending menunjukkan kekuatan naik sampai 20% fraksi sekam lalu menurun, sedangkan modulus bending tidak dipengaruhi. Kekuatan impak juga tidak dipengaruhi fra
[Ringkasan]
1. Penelitian ini bertujuan memperoleh bahan implant gigi Ti6Al4V dengan sifat antibakteri yang optimal melalui modifikasi permukaan dengan pelapisan TiO2 nanotube menggunakan teknik anodisasi dengan variasi tegangan dan waktu.
2. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa peningkatan tegangan anodisasi meningkatkan diameter nanotube dan persentase kristalinitas anatase pada bahan, sedangkan perbedaan waktu anodisasi tidak
1. Dokumen ini membahas produksi pelet keramik MgAl2O4 dengan metode sol gel dan komposisi yang berbeda sebagai dosimeter radiasi UV.
2. Pelet keramik MgAl2O4 dengan komposisi 51% MgO dan 49% Al2O3 memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap radiasi UV dibandingkan komposisi lainnya.
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...Repository Ipb
Analisis struktur nanopartikel selulosa kulit rotan menggunakan difraksi sinar-X dan analisis ukuran partikel menunjukkan bahwa partikel selulosa kulit rotan memiliki struktur kristal monoklinik dengan ukuran partikel terkecil 146,3 nm yang dihasilkan dari waktu ultrasonikasi selama 3 jam. Nanopartikel selulosa kulit rotan kemudian digunakan sebagai filler dalam bionanokomposit polipropilena yang memiliki s
Dokumen tersebut merangkum prosedur pengujian metalografi untuk mengetahui struktur mikro material dan hasil pengelasan, mencakup tahapan persiapan sampel, pengamatan makro/mikro, dan kriteria kelulusan. Tujuannya adalah mengidentifikasi struktur material, lebar daerah terpengaruh panas, dan kemungkinan cacat hasil pengelasan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas pembuatan keramik MgAl2O4 dengan metode sol gel untuk digunakan sebagai dosimeter radiasi UV, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa keramik dengan komposisi 51% MgO dan 49% Al2O3 memiliki sensitivitas terhadap radiasi UV yang lebih tinggi dibandingkan komposisi lainnya.
Paduan logam Co-Cr-Mo (ASTM F75) digunakan sebagai implan tulang. Penelitian ini menguji pengaruh perlakuan pemanasan lanjutan terhadap struktur mikro dan kekerasan paduan dengan variasi nitrogen. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar nitrogen dan temperatur pemanasan, semakin banyak presipitat yang terbentuk dan larut. Kekerasan tertinggi dicapai pada temperatur 1073K selama 24 jam.
Dokumen tersebut membahas tentang nanomaterial, termasuk definisi, karakteristik, jenis, dan metode preparasi nanomaterial seperti nanopartikel logam dan semikonduktor.
Dokumen tersebut merangkum penjelasan tentang Scanning Electron Microscope (SEM), yang memberikan informasi mengenai definisi, fungsi, cara kerja, prinsip dasar, kelebihan dan kekurangan SEM. Dokumen tersebut juga menampilkan hasil penelitian menggunakan SEM untuk menganalisis struktur mikro dan komposisi unsur kimia dari paduan zirkonium sebelum dan sesudah proses oksidasi.
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang pengaruh jumlah lapisan terhadap sifat optik, listrik, dan mekanik dari lapisan tipis silver nanowires (AgNWs) yang dibuat menggunakan teknik Mayer-Rod coating. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transmitansi, resistansi, morfologi, dan fleksibilitas lapisan AgNWs dengan variasi jumlah lapisan 1-3 lapis yang dianalisis menggunakan spektroskopi UV-Vis, four point probe
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...Mirmanto
Studi ini menguji pengaruh fraksi volume partikel sekam padi (0%, 10%, 20%, 30%) terhadap sifat mekanik komposit serat bambu-resin polyester tak jenuh. Hasil uji tarik menunjukkan kekuatan tarik konstan sampai 20% fraksi sekam kemudian menurun. Uji bending menunjukkan kekuatan naik sampai 20% fraksi sekam lalu menurun, sedangkan modulus bending tidak dipengaruhi. Kekuatan impak juga tidak dipengaruhi fra
[Ringkasan]
1. Penelitian ini bertujuan memperoleh bahan implant gigi Ti6Al4V dengan sifat antibakteri yang optimal melalui modifikasi permukaan dengan pelapisan TiO2 nanotube menggunakan teknik anodisasi dengan variasi tegangan dan waktu.
2. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa peningkatan tegangan anodisasi meningkatkan diameter nanotube dan persentase kristalinitas anatase pada bahan, sedangkan perbedaan waktu anodisasi tidak
1. Dokumen ini membahas produksi pelet keramik MgAl2O4 dengan metode sol gel dan komposisi yang berbeda sebagai dosimeter radiasi UV.
2. Pelet keramik MgAl2O4 dengan komposisi 51% MgO dan 49% Al2O3 memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap radiasi UV dibandingkan komposisi lainnya.
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...Repository Ipb
Analisis struktur nanopartikel selulosa kulit rotan menggunakan difraksi sinar-X dan analisis ukuran partikel menunjukkan bahwa partikel selulosa kulit rotan memiliki struktur kristal monoklinik dengan ukuran partikel terkecil 146,3 nm yang dihasilkan dari waktu ultrasonikasi selama 3 jam. Nanopartikel selulosa kulit rotan kemudian digunakan sebagai filler dalam bionanokomposit polipropilena yang memiliki s
Dokumen tersebut merangkum prosedur pengujian metalografi untuk mengetahui struktur mikro material dan hasil pengelasan, mencakup tahapan persiapan sampel, pengamatan makro/mikro, dan kriteria kelulusan. Tujuannya adalah mengidentifikasi struktur material, lebar daerah terpengaruh panas, dan kemungkinan cacat hasil pengelasan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas pembuatan keramik MgAl2O4 dengan metode sol gel untuk digunakan sebagai dosimeter radiasi UV, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa keramik dengan komposisi 51% MgO dan 49% Al2O3 memiliki sensitivitas terhadap radiasi UV yang lebih tinggi dibandingkan komposisi lainnya.
Paduan logam Co-Cr-Mo (ASTM F75) digunakan sebagai implan tulang. Penelitian ini menguji pengaruh perlakuan pemanasan lanjutan terhadap struktur mikro dan kekerasan paduan dengan variasi nitrogen. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar nitrogen dan temperatur pemanasan, semakin banyak presipitat yang terbentuk dan larut. Kekerasan tertinggi dicapai pada temperatur 1073K selama 24 jam.
Dokumen tersebut membahas tentang nanomaterial, termasuk definisi, karakteristik, jenis, dan metode preparasi nanomaterial seperti nanopartikel logam dan semikonduktor.
Dokumen tersebut merangkum penjelasan tentang Scanning Electron Microscope (SEM), yang memberikan informasi mengenai definisi, fungsi, cara kerja, prinsip dasar, kelebihan dan kekurangan SEM. Dokumen tersebut juga menampilkan hasil penelitian menggunakan SEM untuk menganalisis struktur mikro dan komposisi unsur kimia dari paduan zirkonium sebelum dan sesudah proses oksidasi.
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang pengaruh jumlah lapisan terhadap sifat optik, listrik, dan mekanik dari lapisan tipis silver nanowires (AgNWs) yang dibuat menggunakan teknik Mayer-Rod coating. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transmitansi, resistansi, morfologi, dan fleksibilitas lapisan AgNWs dengan variasi jumlah lapisan 1-3 lapis yang dianalisis menggunakan spektroskopi UV-Vis, four point probe
Penelitian ini membuat geopolimer ringan berbasis cenosphere abu layang dengan variasi ukuran partikel cenosphere untuk memperoleh penataan partikel yang lebih mampat sehingga meningkatkan kuat tekan geopolimer tetapi masih memiliki densitas rendah yang memenuhi standar beton ringan. Hasilnya menunjukkan kuat tekan tertinggi 19,42 MPa dan densitas tertinggi 0,34 g/cm3.
Dokumen tersebut membahas tentang karakterisasi zat padat, teknik-teknik karakterisasi seperti difraksi sinar-X, dan contoh hasil analisis difraksi sinar-X. Dibahas pula manfaat karakterisasi zat padat untuk mengetahui jenis zat, kemurnian, struktur, dan sifat-sifatnya. Empat kategori teknik karakterisasi yang disebutkan adalah difraksi, mikroskopi, spektrosk
Transmisi elektron mikroskopi (TEM) digunakan untuk mempelajari perilaku oksidasi nanopartikel kobalt secara in situ. Partikel kobalt dioksidasi menjadi oksida kobalt monokristalin dan trioksida kobalt dengan menambahkan oksigen. Terbentuknya rongga selama prosesi karena efek Kirkendall. Penelitian menunjukkan difusi atom kobalt dalam lapisan oksida mengendalikan oksidasi dan pembentukan str
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
1. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
SINTESIS DAN KARAKTERISASI BARIUM M-HEKSAFERIT
DENGAN DOPING ION Mn DAN TEMPERATUR SINTERING
Silviana Simbolon1)
, Anggito P Tetuko2)
, Perdamean Sebayang2)
, Kerista Sebayang1)
,Herli Ginting1)
silvia4809@yahoo.co.id
1
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan, 20155
2
Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Kompleks Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, 15314
ABSTRAK
Telah diakukan pembuatan magnet permanen Barium M-Heksaferit yang didoping ion Mn dengan variasi x = 0,1-1,5 (%mol)
menggunakan metoda mechanical alloying. Proses preparasi bahan dasar Barium Karbonat (BaCO3), Hematit (Fe2O3) dan
Mangan Oksida (MnO) dicampur dengan cara wet milling (ball mill) dengan media aquades selama 20 jam. Selanjutnya
dikeringkan pada temperatur 1000
C selama 24 jam, dikalsinasi pada temperatur 10000
C selama 2 jam, dan dianalisa dengan
XRD. Dari hasil analisa XRD menunjukkan bahwa telah terbentuk struktur kristal Barium M-Heksaferit (BaFe12-xMnxO19)
dengan parameter kisi a = b =5,865Å , c = 23,099 Å dan V = 794,25 Å3
. Serbuk yang telah dikalsinasi kemudian digerus dan
diayak hingga lolos ukuran partikel 400 mesh, dicampur bahan perekat Celuna WE-518 sebanyak 3%wt dan dicetak dengan
tekanan 1,3tonf /cm2
sehingga membentuk pellet dengan diameter 20 dan tebal 10 mm. Sampel yang telah dicetak kemudian
disinter menggunakan tungku listrik Thermolyne dengan heating rate 30
C/menit dan variasi temperatur sintering 11000
C,
11500
C, dan 12000
C, masing – masing pada suhu tersebut ditahan selama 2 jam. Karakterisasi yang dilakukan meliputi sifat
fisis yaitu densitas dan porositas dengan metode Archimedes, penyusutan dengan menggunakan dilatometer, morfologi dan
analisa mikrostruktur dengan menggunakan SEM/EDX dan XRD. Dari hasil pengukuran densitas dan porositas magnet
BaFe12-xMnxO19 menunjukkan bahwa nilai densitas cenderung menurun dan porositas meningkat sebanding dengan jumlah
doping ion Mn. Kondisi optimum dicapai pada suhu sintering 1100 0
C dengan nilai x = 0,1,menghasilkan densitas = 4,77
g/cm3
dan porositas = 15,4%. Dari hasil foto SEM/EDX terlihat adanya cacat berupa retakan berbentuk garis dengan lebar
2,05 µm dan berpori yang memiliki diameter sebesar 2,88 µm. Dari hasil analisis unsur menunjukkan bahwa kandungan Fe
=53,11%, Ba = 11,94%, O = 28,97%, A l=3,38dan C =2,6% (wt%).
Kata Kunci: Magnet permanen, Barium M-Heksaferit, MnO, sintering, densitas, porositas, mikrostruktur
ABSTRACT
Barium M-Hexaferitte permanent magnet doped by Mn ions have been made with the variation of x = 0.1 - 1.5 (mol%) by
using mechanical alloying method. The preparation raw material process of Barium Carbonate (BaCO3), Hematite (Fe2O3)
and Manganese Oxide (MnO) were done by wet milling mixing for 20 hours using distilled water. Then it is dried at a
temperature of 100 o
C for 24 hours, calcined at a temperature of 1000 ° C for 2 hours, and analyzed by using XRD. The
results of XRD analysis showed that the crystal structure of Barium M-Heksaferit (BaFe12-xMnxO19)has been formed with the
lattice parameters of a = b = 5.865, c = 23.099 Å and V = 794,25 Å3
. The calcined powders were then crushed and sieved to
pass the size of 400 mesh, mixed with 3% wt adhesive Celuna WE-518 and compacted with a pressure of 1.3 tonf/cm2
to form
a pellet with a diameter of 20 and a thickness of 10 mm. The samples that have been pressed, then sintered using a
Thermolyne electric furnace with a heating rate of 30C/minutes and the variation of temperature sintering are 1100 o
C, 1150
o
C, and 1200 o
C and hold for 2 hours. The characterizations was conducted on the physical properties, such as density and
porosity by using Archimedes method, shrinkage using a dilatometer, morphology and microstructure analysis using
SEM/EDX and XRD. Based on the density and porosity measurement, it can be concluded that BaFe12-xMnxO19magnet have a
density values that tend to decrease and the porosity values increase as the increasing of doping Mn ions. The optimum
condition is achieved at 1100 0
C with a value of x = 0.1, where the density value = 4.77 g/cm3
and the porosity =15.4%.
Based on the photos of SEM/EDX, it is obtained a line crack defect with a width of 20.96 µm and pores with a diameter of 42
µm. The elemental analysis shows that the compound of Fe =53,11%, Ba = 11,94%, O = 28,97%, A l=3,38dan C =2,6%
(wt%).
Keywords: Permanentmagnet, Barium M-Heksaferit, MnO, sintering, density, porosity, microstructure
2. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
I. PENDAHULUAN
Material magnet oksida BaO(6Fe2O3) merupakan jenis keramik yang banyak dijumpai disamping material magnet
lain, seperti SrO.6(Fe2O3) dan PbO.6(Fe2O3). Pengembangan material BaFe12O19 (M-type feritte hexagonal) sebagai bahan
magnetik sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang aplikasi, karena memiliki karakteristik : temperatur Curie yang relative
tinggi, nilai koersifitas, saturasi magnetik dan anisotropi magnetik tinggi pula serta stabilitas kimia yang sangat baik [1-
5].Salah satu aplikasi material magnet permanen barium heksaferit yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagai alat
penyerap gelombang mikro (RAM). Hal ini karena sifat istrik dan magnetik dari material ferrimagnetik ini sangat mendukung
dalam aplikasi tersebut, yaitu memiliki permeabilitas dan resistivitas yang tinggi [6].
Material oksida magnet tersebut memiliki sifat mekanik yang sangat kuat dan tidak mudah terkorosi. Namun material
tersebut sangat rentan terhadap proses perlakuan panas sehingga mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dan memiliki
dampak negatif terhadap sifat kemagnetan, tetapi proses ini tidak dapat dihindarkan dalam proses metallurgi serbuk untuk
membuat magnet menjadi kuat dan dapat dimanfaatkan dalam teknologi [7]. Pada penelitian ini akan membahas tentang
pengaruh doping Mn dan temperatur sintering terhadap karakteristik fisis dalam mensistesis hard magnet menjadi soft magnet.
Melalui metoda solid state doping sifat magnetik barium ferit, (BaFe12O19) dapat dioptimalkan untuk aplikasi RAM. Reaksi
biasanya mengunakan bahan Al, Co, Zr, Mn, Zn, Sm dan Sn untuk pembuatan barium berbasis hexaferit, sebagai pengganti ion
Fe [9-12]. Namun dalam peneitian ini hanya menggunakan ion Mn sebagai doping ion Fe.
Ghasemi et.al, (2006) menganalisis dan mengkarakterisasi sifat elektromagnetik barium heksaferit yang diberikan
bahan doping sebagai penyerap gelombang mikro. Hasil yang didapat menunnjukkan bahwa ukuran butir ferit hampir
tergantung pada komposisi kimia. Sampel tersebut memiliki suseptibility dan permeabilitas yang lebih tinggi dan dapat
diaplikasikan sebagai penyerap gelombang mikro pada frekuensi 15GHz. Kemampuan material tersebut untuk menyerap
gelombang mikro (reflection loss) yang tinggi pada ketebalan 1.8 mm dengan mensubsitusikan ion Mn, Cu danTi pada barium
ferit [13].
III. METODOLOGI
Preparasi sampel bahan magnet barium heksaferit yang di doping dengan ion Mn menggunakan bahan baku serbuk BaCO3,
Fe2O3 dan MnO, dicampur dengan metoda mechanical alloying secara basah (wet milling). Mixing dilakukan dengan
menggunakan ballmill dengan media aquades selama 20 jam. Setelah itu serbuk dikeringkan pada suhu 100 o
Cselama 24
jam,dan dikalsinasi pada suhu 1000 o
C. Serbuk yang telah dikalsinasi tersebut kemudian digerus dan diayak hingga lolos 400
mesh (38 µm), dicampur dengan perekat polimer Celuna WE – 518 sebanyak 3% (berat), dan dicetak dengan tekanan1,3
tonf/cm2
. Proses selanjutnya adalah sintering pada suhu 1100, 1150 dan 1200 o
C (ditahan selama 2 jam). Uji karakterisasi yang
dilakukan meliputi : uji XRD, uji densitas dan porositas, uji susut dengan dilatometer dan analisa morfologi dan unsur
menggunakan SEM/EDX. Diagram alir proses pembuatan Barium M-Heksaferit dan analisanya diperlihatkan pada gambar 1.
3. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
Gambar1.Diagram alir proses pembuatan Barium M-Heksaferit dan analisanya
`IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil XRD pada Gambar 2 menunjukkan bahwa telah terbentuk fasa tunggal kristalin dari barium heksaferit yang
telah dikalsinasi pada suhu 1000 o
C dengan penahanan (holding time) selama 2 jam. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
BaFe12-x MnxO19 memiiki struktur hexagonal – closed packed dengan parameter kisi a = b = 5,865Å, c = 23,099Å dan volume
sel = 794,25 Å3
. Ternyata dari hasil yang diperoleh terdapat perubahan yang cukup signifikan dilihat dari nilai konvensialnya
(a=b= 5,8573 Ådan c= 23,258Å) [14]. Penurunan parameter kisi ini disebabkan karena adanya perbedaan ukuran atom antara
Fe dengan atom Mn [6].
Campur
dan Wet
Milling
selama 20
jam
Pengeringan
(100
o
C
selama 12
jam)
Penggilinga
n
Kalsinasi
berdasarka
n hasil dari
kurva DTA
(1000
o
C)
Sintering
(1100, 1150,
1200 )
o
C
Kompaksi
( Pencetakan )
Penggiling
an hingga
400 mesh
Karaktersasi
fisik
- Densitas
- Porositas
- SEM/EDX
Analisis DTA
Analisis XRD
Serbuk
Fe2
O3
Serbuk
BaCO3
Timban
g
Serbuk
MnO
4. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
Gambar2.Hasil XRD magnet barium heksaferit yang
disubstitusi dengan bahan mangan oksida (MnO)
Dari Gambar 3, memunjukkan perubahan nilai densitas sebagai fungsi komposisi doping ion Mn. Dari hasil tersebut
terlihat adanya korelasi berbanding terbalik antara penambahan ion Mn dengan nilai densitas.Variasi suhu sintering juga
memiiki pola yang sama, artinya semakin tinggi suhu sintering nilai densitas semakin menurun. Kondisi optimum dicapai pada
suhu sintering 1100 o
C dengan menghasilkan densitas 4,77 g/cm3
pada komposisi x = 0,1 (mol %).Hal tersebut terjadi karena
pada suhu ini terjadi proses densifikasi maksimum. Sedangkan pada suhu 1150 o
C dan 1200 o
C terjadi penurunan densitas. Hal
tersebut disebabkan terjadinya perbesaran butir pada saat proses sintering. Perbesaran tersebut memicu terjadinya cacat berupa
retakan (craking ) dan bertambahnya ukuran pori pada sampel.
Hasil penelitian Didieket.al, (2012) menyatakan selama proses reaksi dan densifikasi dapat terjadi proses sintering
reaktif yang biasanya menghasilkan porositas tambahan. Berbagai reaksi yang mungkin terjadi pada saat sintering reaktif
seperti reaksi oksidasi - reduksi dan tahap transisi. Dengan cara ini reaksi yang disebabkan oleh kotoran, aditif atau produk
lainnya terbentuk selama proses sintering [15].
Berdasarkan hasil penelitian Agus Sukarto (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi suhu penahanan, kecepatan
penyusutan juga semakin tinggi. kecepatan penyusutan dimungkinkan mempengaruhi karakteristik fisik dari produk hasil
sintering, dimana distribusi suhu sinter yang kurang merata dapat menimbulkan tegangan residu yang menjadi sumber
keretakan[16].
Gambar3.Grafik densitas barium heksaferit yang
Disubstitusi dengan bahan mangan oksida (MnO) dan variasi suhu sintering (1100,1150dan1200) o
C.
Pengukuran densitas dan porositas merupakan salah satu karakteristik fisis yang diperlukan terutama untuk mendukung
data spesifikasi teknis benda jadi bahan padatan hasil proses maupun green body sebelum diproses.
Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai porositas berbanding terbalik dengan komposisi doping ion Mn. Nilai porositas
tertinggi pada pembuatan barium heksaferit (BaFe12-x MnxO19) adalahterdapat pada penambahan doping ion Mn yang paling
banyak (1,5% mol). Suhu 1200 o
C merupakan suhu tertinggi pembentukan porositas terbesar pada sampel, karena adanya efek
coarsening dan pelepasan atau terjadinya perubahan fasa.
5. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
Gambar4.Hubungan porositas barium heksaferit (BaFe12-x MnxO19) terhadap komposisi doping ion Mn
Hasil pengujian SEM/EDX diperlihatkan seperti pada Gambar 5a Dari gambar tersebut menunjukkan terdapatnya
crack (kerusakan/retakan) berbentuk garis dengan lebar 2,05µm pada morfologi permukaan sampel. Sedangkan Gambar 6b
pada permukaan sampel menunjukkan terdapatnya distribusi dan ukuran pori berdiameter 2,88 µm
s
(a) (b)
Gambar 5.a) Gambar retakan pada morfologi permukaan sampel BaFe12-xMnxO19( perbesaran 1000x ). b) distribusi dan ukuran
pori pada permukaan sampel ( perbesaran 3000x).
Dari pengujian SEM/EDX juga didapatkan hasil komposisi unsur yang dapat dilihat pada Gambar 7 dari hasil tersebut
ternyata dalam pembentukan magnet barium heksaferit terdapat unsur Fe = 53,11%, Ba = 11,94%, O = 28,97%, A l=3,38 dan
C =2,6% (wt%). Munculnya unsur Al pada sampel bersumber dari bola-bola keramik alumina pada saat proses ballmill sebagai
pengotor, dan unsur C berasal dari sisa - sisa hasil pembakaran.
Cho et al., (2000) dan Sone et al., (2001) melakukan penyelidikan dan menunjukkan bahwa bahan pengotor dalam
homogeneities alumina juga akan menghasilkan pertumbuhan butir tidak normal. Jadi, untuk mendapatkan sifat material yang
diinginkan maka struktur mikro harus dapat dikontrol dengan baik. Hal ini karena perubahan mikrostruktur adalah masalah
utama di bidang teknik material. [18-19].
6. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
Gambar 7. Komposisi unsur pada BaFe12-xMnxO19
V. KESIMPULAN
Barium heksaferit (BaFe12-xMnxO19) dengan subsitusi ion Mn dengan metoda mechanical alloying telah berhasil
dibuat. Telah diperoleh fasa tunggal BaFe12-x MnxO19 yang memiiki struktur hexagonal – closed packed dengan parameter kisi
a = b = 5,865Å, c = 23,099Å dan volume sel = 794,25 Å3
. Suhu sintering optimum 1100 0
C dengan nilai x = 0,1(mo%)
menghasilkan nilai densitas 4,77 gr/cm3
dan porositas 15,4%. Penambahan ion Mn dan suhu sintering menyebabkan
penurunan nilai densitas dan memicu terjadinya cracking dan pori pada permukaan sampel.
VI. DAFTAR PUSTAKA
[1] V.N. Dhage, M.L. Mane, A.P. Keche, C.T. Birajdar, K.M. Jadhav, Phys. B: Condens. Matter 406 (2011) 789.
[2] A.S. Dehlinger, M. Le Berre, B. Canut, J.P. Chatelon, D. Albertini, S. Perrot, D. Givord, J.J. Rousseau, J. Magn.
Magn.Mater.322 (2010) 3293.
[3] U. Topal, H.I. Bakan, J. Eur. Ceram. Soc. 30 (2010) 3167.
[4] H. Xu, W. Zhang, B. Peng, W. Zhang, Appl. Surf. Sci. 257 (2011) 2689.
[5] B. Birs ¨ oz, A. Baykal, H. S¨ ozeri, M.S. Toprak, J. Alloys Compd. 493 (2010) 481.
[6] Priyono. Karakteristik Magnetik dan Absorbsi Gelombang Mikro Material Magnet Berbahan Dasar Barium Hexaferrite.
(2010).Universitas Indonesia: Jakarta.
[7] Priyono, Arianto,Wibowo. dan Nur. Preparasi Serbuk Barium Ferrite Untuk Menghasilkan Medan Koersive Tinggi :
Tinjauan pada Proses Sintering.ISSN : 1410 – 9662 Vol. 4, No.2, (2001) Hal 45 – 48.
[9] Y. Liu, M.G.B. Drew, J. Wang, M. Zhang, Y. Liu, J. Magn. Magn.Mater. 322 (2010) 366.
[10] Y. Liu, M.G.B. Drew, J. Wang, M. Zhang, Y. Liu, J. Alloys Compd. 322 (2010) 814.
[11] J. Xu, H. Zou, H. Li, G. Li, S. Gan, G. Hong, J. Alloys Compd. 490 (2010) 552.
[12] L. Wang, J. Song, Q. Zhang, X. Huang, N. Xu, J. Alloys Compd. 481 (2009) 863.
[13]A.Ghasemi,X.Liu,EI.Morisako,J.Magn.Magn.Mater.316(2007)e105.
[14]PriyonoK,Musni Ahyani, prosiding pertemuan ilmiah XXIV HFI Jateng,(2010 ) 1-4.
[15]R. Didiek,Sukarsono.Prosiding Nasional ke –13 Teknologi dan Keseamtan PTN serta fasilitas Nukir. (2007) ISSN: 0854-
2910
[16] Agus,Sukarto. Pengembangan Dilatometer Untuk Analisa Karakteristik Sintering Magnet Basis Ferrite.(2013).Pusat
Penelitian Fisika - LIPI : Jakarta.
[17] Asyer,Paulus.(2007).Pengaruh Tekanan Kompaksi dan Waktu Penahanan Temperatur Sintering Terhadap Sifat Magnetik
dan Pada Pembuatan Iron Soft Magnetic dari Serbuk Besi.Institusi Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya.
[18] Cho, S.-J., Kim, K.H., Kim, D.J and Yoon, K.J. Abnormal Grain Growth at the Interface Centrifugally Cast Alumina
Bilayer during Sintering, J. Am. Ceram. Soc., (2000). No. 83, pp. 1773-1776.
[19] Sone, T.-W,Han, J.-H., Hong, S.-H and Kim, D.-Y .(2001). Effect of Surface Impurities on the Microstructure
Development during Sintering of Alumina. J. Am. Ceram. Soc., (2001). Vol. 84, pp. 1386-1388.