SlideShare a Scribd company logo
Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
SINTESIS DAN KARAKTERISASI BARIUM M-HEKSAFERIT
DENGAN DOPING ION Mn DAN TEMPERATUR SINTERING
Silviana Simbolon1)
, Anggito P Tetuko2)
, Perdamean Sebayang2)
, Kerista Sebayang1)
,Herli Ginting1)
silvia4809@yahoo.co.id
1
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan, 20155
2
Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Kompleks Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, 15314
ABSTRAK
Telah diakukan pembuatan magnet permanen Barium M-Heksaferit yang didoping ion Mn dengan variasi x = 0,1-1,5 (%mol)
menggunakan metoda mechanical alloying. Proses preparasi bahan dasar Barium Karbonat (BaCO3), Hematit (Fe2O3) dan
Mangan Oksida (MnO) dicampur dengan cara wet milling (ball mill) dengan media aquades selama 20 jam. Selanjutnya
dikeringkan pada temperatur 1000
C selama 24 jam, dikalsinasi pada temperatur 10000
C selama 2 jam, dan dianalisa dengan
XRD. Dari hasil analisa XRD menunjukkan bahwa telah terbentuk struktur kristal Barium M-Heksaferit (BaFe12-xMnxO19)
dengan parameter kisi a = b =5,865Å , c = 23,099 Å dan V = 794,25 Å3
. Serbuk yang telah dikalsinasi kemudian digerus dan
diayak hingga lolos ukuran partikel 400 mesh, dicampur bahan perekat Celuna WE-518 sebanyak 3%wt dan dicetak dengan
tekanan 1,3tonf /cm2
sehingga membentuk pellet dengan diameter 20 dan tebal 10 mm. Sampel yang telah dicetak kemudian
disinter menggunakan tungku listrik Thermolyne dengan heating rate 30
C/menit dan variasi temperatur sintering 11000
C,
11500
C, dan 12000
C, masing – masing pada suhu tersebut ditahan selama 2 jam. Karakterisasi yang dilakukan meliputi sifat
fisis yaitu densitas dan porositas dengan metode Archimedes, penyusutan dengan menggunakan dilatometer, morfologi dan
analisa mikrostruktur dengan menggunakan SEM/EDX dan XRD. Dari hasil pengukuran densitas dan porositas magnet
BaFe12-xMnxO19 menunjukkan bahwa nilai densitas cenderung menurun dan porositas meningkat sebanding dengan jumlah
doping ion Mn. Kondisi optimum dicapai pada suhu sintering 1100 0
C dengan nilai x = 0,1,menghasilkan densitas = 4,77
g/cm3
dan porositas = 15,4%. Dari hasil foto SEM/EDX terlihat adanya cacat berupa retakan berbentuk garis dengan lebar
2,05 µm dan berpori yang memiliki diameter sebesar 2,88 µm. Dari hasil analisis unsur menunjukkan bahwa kandungan Fe
=53,11%, Ba = 11,94%, O = 28,97%, A l=3,38dan C =2,6% (wt%).
Kata Kunci: Magnet permanen, Barium M-Heksaferit, MnO, sintering, densitas, porositas, mikrostruktur
ABSTRACT
Barium M-Hexaferitte permanent magnet doped by Mn ions have been made with the variation of x = 0.1 - 1.5 (mol%) by
using mechanical alloying method. The preparation raw material process of Barium Carbonate (BaCO3), Hematite (Fe2O3)
and Manganese Oxide (MnO) were done by wet milling mixing for 20 hours using distilled water. Then it is dried at a
temperature of 100 o
C for 24 hours, calcined at a temperature of 1000 ° C for 2 hours, and analyzed by using XRD. The
results of XRD analysis showed that the crystal structure of Barium M-Heksaferit (BaFe12-xMnxO19)has been formed with the
lattice parameters of a = b = 5.865, c = 23.099 Å and V = 794,25 Å3
. The calcined powders were then crushed and sieved to
pass the size of 400 mesh, mixed with 3% wt adhesive Celuna WE-518 and compacted with a pressure of 1.3 tonf/cm2
to form
a pellet with a diameter of 20 and a thickness of 10 mm. The samples that have been pressed, then sintered using a
Thermolyne electric furnace with a heating rate of 30C/minutes and the variation of temperature sintering are 1100 o
C, 1150
o
C, and 1200 o
C and hold for 2 hours. The characterizations was conducted on the physical properties, such as density and
porosity by using Archimedes method, shrinkage using a dilatometer, morphology and microstructure analysis using
SEM/EDX and XRD. Based on the density and porosity measurement, it can be concluded that BaFe12-xMnxO19magnet have a
density values that tend to decrease and the porosity values increase as the increasing of doping Mn ions. The optimum
condition is achieved at 1100 0
C with a value of x = 0.1, where the density value = 4.77 g/cm3
and the porosity =15.4%.
Based on the photos of SEM/EDX, it is obtained a line crack defect with a width of 20.96 µm and pores with a diameter of 42
µm. The elemental analysis shows that the compound of Fe =53,11%, Ba = 11,94%, O = 28,97%, A l=3,38dan C =2,6%
(wt%).
Keywords: Permanentmagnet, Barium M-Heksaferit, MnO, sintering, density, porosity, microstructure
Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
I. PENDAHULUAN
Material magnet oksida BaO(6Fe2O3) merupakan jenis keramik yang banyak dijumpai disamping material magnet
lain, seperti SrO.6(Fe2O3) dan PbO.6(Fe2O3). Pengembangan material BaFe12O19 (M-type feritte hexagonal) sebagai bahan
magnetik sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang aplikasi, karena memiliki karakteristik : temperatur Curie yang relative
tinggi, nilai koersifitas, saturasi magnetik dan anisotropi magnetik tinggi pula serta stabilitas kimia yang sangat baik [1-
5].Salah satu aplikasi material magnet permanen barium heksaferit yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagai alat
penyerap gelombang mikro (RAM). Hal ini karena sifat istrik dan magnetik dari material ferrimagnetik ini sangat mendukung
dalam aplikasi tersebut, yaitu memiliki permeabilitas dan resistivitas yang tinggi [6].
Material oksida magnet tersebut memiliki sifat mekanik yang sangat kuat dan tidak mudah terkorosi. Namun material
tersebut sangat rentan terhadap proses perlakuan panas sehingga mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dan memiliki
dampak negatif terhadap sifat kemagnetan, tetapi proses ini tidak dapat dihindarkan dalam proses metallurgi serbuk untuk
membuat magnet menjadi kuat dan dapat dimanfaatkan dalam teknologi [7]. Pada penelitian ini akan membahas tentang
pengaruh doping Mn dan temperatur sintering terhadap karakteristik fisis dalam mensistesis hard magnet menjadi soft magnet.
Melalui metoda solid state doping sifat magnetik barium ferit, (BaFe12O19) dapat dioptimalkan untuk aplikasi RAM. Reaksi
biasanya mengunakan bahan Al, Co, Zr, Mn, Zn, Sm dan Sn untuk pembuatan barium berbasis hexaferit, sebagai pengganti ion
Fe [9-12]. Namun dalam peneitian ini hanya menggunakan ion Mn sebagai doping ion Fe.
Ghasemi et.al, (2006) menganalisis dan mengkarakterisasi sifat elektromagnetik barium heksaferit yang diberikan
bahan doping sebagai penyerap gelombang mikro. Hasil yang didapat menunnjukkan bahwa ukuran butir ferit hampir
tergantung pada komposisi kimia. Sampel tersebut memiliki suseptibility dan permeabilitas yang lebih tinggi dan dapat
diaplikasikan sebagai penyerap gelombang mikro pada frekuensi 15GHz. Kemampuan material tersebut untuk menyerap
gelombang mikro (reflection loss) yang tinggi pada ketebalan 1.8 mm dengan mensubsitusikan ion Mn, Cu danTi pada barium
ferit [13].
III. METODOLOGI
Preparasi sampel bahan magnet barium heksaferit yang di doping dengan ion Mn menggunakan bahan baku serbuk BaCO3,
Fe2O3 dan MnO, dicampur dengan metoda mechanical alloying secara basah (wet milling). Mixing dilakukan dengan
menggunakan ballmill dengan media aquades selama 20 jam. Setelah itu serbuk dikeringkan pada suhu 100 o
Cselama 24
jam,dan dikalsinasi pada suhu 1000 o
C. Serbuk yang telah dikalsinasi tersebut kemudian digerus dan diayak hingga lolos 400
mesh (38 µm), dicampur dengan perekat polimer Celuna WE – 518 sebanyak 3% (berat), dan dicetak dengan tekanan1,3
tonf/cm2
. Proses selanjutnya adalah sintering pada suhu 1100, 1150 dan 1200 o
C (ditahan selama 2 jam). Uji karakterisasi yang
dilakukan meliputi : uji XRD, uji densitas dan porositas, uji susut dengan dilatometer dan analisa morfologi dan unsur
menggunakan SEM/EDX. Diagram alir proses pembuatan Barium M-Heksaferit dan analisanya diperlihatkan pada gambar 1.
Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
Gambar1.Diagram alir proses pembuatan Barium M-Heksaferit dan analisanya
`IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil XRD pada Gambar 2 menunjukkan bahwa telah terbentuk fasa tunggal kristalin dari barium heksaferit yang
telah dikalsinasi pada suhu 1000 o
C dengan penahanan (holding time) selama 2 jam. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
BaFe12-x MnxO19 memiiki struktur hexagonal – closed packed dengan parameter kisi a = b = 5,865Å, c = 23,099Å dan volume
sel = 794,25 Å3
. Ternyata dari hasil yang diperoleh terdapat perubahan yang cukup signifikan dilihat dari nilai konvensialnya
(a=b= 5,8573 Ådan c= 23,258Å) [14]. Penurunan parameter kisi ini disebabkan karena adanya perbedaan ukuran atom antara
Fe dengan atom Mn [6].
Campur
dan Wet
Milling
selama 20
jam
Pengeringan
(100
o
C
selama 12
jam)
Penggilinga
n
Kalsinasi
berdasarka
n hasil dari
kurva DTA
(1000
o
C)
Sintering
(1100, 1150,
1200 )
o
C
Kompaksi
( Pencetakan )
Penggiling
an hingga
400 mesh
Karaktersasi
fisik
- Densitas
- Porositas
- SEM/EDX
Analisis DTA
Analisis XRD
Serbuk
Fe2
O3
Serbuk
BaCO3
Timban
g
Serbuk
MnO
Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
Gambar2.Hasil XRD magnet barium heksaferit yang
disubstitusi dengan bahan mangan oksida (MnO)
Dari Gambar 3, memunjukkan perubahan nilai densitas sebagai fungsi komposisi doping ion Mn. Dari hasil tersebut
terlihat adanya korelasi berbanding terbalik antara penambahan ion Mn dengan nilai densitas.Variasi suhu sintering juga
memiiki pola yang sama, artinya semakin tinggi suhu sintering nilai densitas semakin menurun. Kondisi optimum dicapai pada
suhu sintering 1100 o
C dengan menghasilkan densitas 4,77 g/cm3
pada komposisi x = 0,1 (mol %).Hal tersebut terjadi karena
pada suhu ini terjadi proses densifikasi maksimum. Sedangkan pada suhu 1150 o
C dan 1200 o
C terjadi penurunan densitas. Hal
tersebut disebabkan terjadinya perbesaran butir pada saat proses sintering. Perbesaran tersebut memicu terjadinya cacat berupa
retakan (craking ) dan bertambahnya ukuran pori pada sampel.
Hasil penelitian Didieket.al, (2012) menyatakan selama proses reaksi dan densifikasi dapat terjadi proses sintering
reaktif yang biasanya menghasilkan porositas tambahan. Berbagai reaksi yang mungkin terjadi pada saat sintering reaktif
seperti reaksi oksidasi - reduksi dan tahap transisi. Dengan cara ini reaksi yang disebabkan oleh kotoran, aditif atau produk
lainnya terbentuk selama proses sintering [15].
Berdasarkan hasil penelitian Agus Sukarto (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi suhu penahanan, kecepatan
penyusutan juga semakin tinggi. kecepatan penyusutan dimungkinkan mempengaruhi karakteristik fisik dari produk hasil
sintering, dimana distribusi suhu sinter yang kurang merata dapat menimbulkan tegangan residu yang menjadi sumber
keretakan[16].
Gambar3.Grafik densitas barium heksaferit yang
Disubstitusi dengan bahan mangan oksida (MnO) dan variasi suhu sintering (1100,1150dan1200) o
C.
Pengukuran densitas dan porositas merupakan salah satu karakteristik fisis yang diperlukan terutama untuk mendukung
data spesifikasi teknis benda jadi bahan padatan hasil proses maupun green body sebelum diproses.
Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai porositas berbanding terbalik dengan komposisi doping ion Mn. Nilai porositas
tertinggi pada pembuatan barium heksaferit (BaFe12-x MnxO19) adalahterdapat pada penambahan doping ion Mn yang paling
banyak (1,5% mol). Suhu 1200 o
C merupakan suhu tertinggi pembentukan porositas terbesar pada sampel, karena adanya efek
coarsening dan pelepasan atau terjadinya perubahan fasa.
Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
Gambar4.Hubungan porositas barium heksaferit (BaFe12-x MnxO19) terhadap komposisi doping ion Mn
Hasil pengujian SEM/EDX diperlihatkan seperti pada Gambar 5a Dari gambar tersebut menunjukkan terdapatnya
crack (kerusakan/retakan) berbentuk garis dengan lebar 2,05µm pada morfologi permukaan sampel. Sedangkan Gambar 6b
pada permukaan sampel menunjukkan terdapatnya distribusi dan ukuran pori berdiameter 2,88 µm
s
(a) (b)
Gambar 5.a) Gambar retakan pada morfologi permukaan sampel BaFe12-xMnxO19( perbesaran 1000x ). b) distribusi dan ukuran
pori pada permukaan sampel ( perbesaran 3000x).
Dari pengujian SEM/EDX juga didapatkan hasil komposisi unsur yang dapat dilihat pada Gambar 7 dari hasil tersebut
ternyata dalam pembentukan magnet barium heksaferit terdapat unsur Fe = 53,11%, Ba = 11,94%, O = 28,97%, A l=3,38 dan
C =2,6% (wt%). Munculnya unsur Al pada sampel bersumber dari bola-bola keramik alumina pada saat proses ballmill sebagai
pengotor, dan unsur C berasal dari sisa - sisa hasil pembakaran.
Cho et al., (2000) dan Sone et al., (2001) melakukan penyelidikan dan menunjukkan bahwa bahan pengotor dalam
homogeneities alumina juga akan menghasilkan pertumbuhan butir tidak normal. Jadi, untuk mendapatkan sifat material yang
diinginkan maka struktur mikro harus dapat dikontrol dengan baik. Hal ini karena perubahan mikrostruktur adalah masalah
utama di bidang teknik material. [18-19].
Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya,
Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013
Gambar 7. Komposisi unsur pada BaFe12-xMnxO19
V. KESIMPULAN
Barium heksaferit (BaFe12-xMnxO19) dengan subsitusi ion Mn dengan metoda mechanical alloying telah berhasil
dibuat. Telah diperoleh fasa tunggal BaFe12-x MnxO19 yang memiiki struktur hexagonal – closed packed dengan parameter kisi
a = b = 5,865Å, c = 23,099Å dan volume sel = 794,25 Å3
. Suhu sintering optimum 1100 0
C dengan nilai x = 0,1(mo%)
menghasilkan nilai densitas 4,77 gr/cm3
dan porositas 15,4%. Penambahan ion Mn dan suhu sintering menyebabkan
penurunan nilai densitas dan memicu terjadinya cracking dan pori pada permukaan sampel.
VI. DAFTAR PUSTAKA
[1] V.N. Dhage, M.L. Mane, A.P. Keche, C.T. Birajdar, K.M. Jadhav, Phys. B: Condens. Matter 406 (2011) 789.
[2] A.S. Dehlinger, M. Le Berre, B. Canut, J.P. Chatelon, D. Albertini, S. Perrot, D. Givord, J.J. Rousseau, J. Magn.
Magn.Mater.322 (2010) 3293.
[3] U. Topal, H.I. Bakan, J. Eur. Ceram. Soc. 30 (2010) 3167.
[4] H. Xu, W. Zhang, B. Peng, W. Zhang, Appl. Surf. Sci. 257 (2011) 2689.
[5] B. Birs ¨ oz, A. Baykal, H. S¨ ozeri, M.S. Toprak, J. Alloys Compd. 493 (2010) 481.
[6] Priyono. Karakteristik Magnetik dan Absorbsi Gelombang Mikro Material Magnet Berbahan Dasar Barium Hexaferrite.
(2010).Universitas Indonesia: Jakarta.
[7] Priyono, Arianto,Wibowo. dan Nur. Preparasi Serbuk Barium Ferrite Untuk Menghasilkan Medan Koersive Tinggi :
Tinjauan pada Proses Sintering.ISSN : 1410 – 9662 Vol. 4, No.2, (2001) Hal 45 – 48.
[9] Y. Liu, M.G.B. Drew, J. Wang, M. Zhang, Y. Liu, J. Magn. Magn.Mater. 322 (2010) 366.
[10] Y. Liu, M.G.B. Drew, J. Wang, M. Zhang, Y. Liu, J. Alloys Compd. 322 (2010) 814.
[11] J. Xu, H. Zou, H. Li, G. Li, S. Gan, G. Hong, J. Alloys Compd. 490 (2010) 552.
[12] L. Wang, J. Song, Q. Zhang, X. Huang, N. Xu, J. Alloys Compd. 481 (2009) 863.
[13]A.Ghasemi,X.Liu,EI.Morisako,J.Magn.Magn.Mater.316(2007)e105.
[14]PriyonoK,Musni Ahyani, prosiding pertemuan ilmiah XXIV HFI Jateng,(2010 ) 1-4.
[15]R. Didiek,Sukarsono.Prosiding Nasional ke –13 Teknologi dan Keseamtan PTN serta fasilitas Nukir. (2007) ISSN: 0854-
2910
[16] Agus,Sukarto. Pengembangan Dilatometer Untuk Analisa Karakteristik Sintering Magnet Basis Ferrite.(2013).Pusat
Penelitian Fisika - LIPI : Jakarta.
[17] Asyer,Paulus.(2007).Pengaruh Tekanan Kompaksi dan Waktu Penahanan Temperatur Sintering Terhadap Sifat Magnetik
dan Pada Pembuatan Iron Soft Magnetic dari Serbuk Besi.Institusi Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya.
[18] Cho, S.-J., Kim, K.H., Kim, D.J and Yoon, K.J. Abnormal Grain Growth at the Interface Centrifugally Cast Alumina
Bilayer during Sintering, J. Am. Ceram. Soc., (2000). No. 83, pp. 1773-1776.
[19] Sone, T.-W,Han, J.-H., Hong, S.-H and Kim, D.-Y .(2001). Effect of Surface Impurities on the Microstructure
Development during Sintering of Alumina. J. Am. Ceram. Soc., (2001). Vol. 84, pp. 1386-1388.

More Related Content

What's hot

Tugas3 petrologi m zaidan i 10070116106
Tugas3 petrologi m zaidan i 10070116106Tugas3 petrologi m zaidan i 10070116106
Tugas3 petrologi m zaidan i 10070116106
MohamadZaidanIdris
 
047022010
047022010047022010
047022010cusey
 
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
Mirmanto
 
71014827 metalografi
71014827 metalografi71014827 metalografi
71014827 metalografi
yyudi21
 
Makalah - SNTKI V - Slamet
Makalah - SNTKI V - SlametMakalah - SNTKI V - Slamet
Makalah - SNTKI V - Slamet
Eka Hertanto
 
Pp semnas hety UPI BATAN
Pp semnas hety UPI BATANPp semnas hety UPI BATAN
Pp semnas hety UPI BATAN
Hety Puspitasari
 
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclayReologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Bambang Afrinaldi
 
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
Repository Ipb
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Abrianto Akuan
 
Uji metalorgrafi
Uji metalorgrafiUji metalorgrafi
Uji metalorgrafi
andikaarmy
 
2015 apron jfn zae
2015 apron  jfn zae2015 apron  jfn zae
2015 apron jfn zae
Pak Zaenal
 

What's hot (11)

Tugas3 petrologi m zaidan i 10070116106
Tugas3 petrologi m zaidan i 10070116106Tugas3 petrologi m zaidan i 10070116106
Tugas3 petrologi m zaidan i 10070116106
 
047022010
047022010047022010
047022010
 
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
 
71014827 metalografi
71014827 metalografi71014827 metalografi
71014827 metalografi
 
Makalah - SNTKI V - Slamet
Makalah - SNTKI V - SlametMakalah - SNTKI V - Slamet
Makalah - SNTKI V - Slamet
 
Pp semnas hety UPI BATAN
Pp semnas hety UPI BATANPp semnas hety UPI BATAN
Pp semnas hety UPI BATAN
 
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclayReologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
 
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
 
Uji metalorgrafi
Uji metalorgrafiUji metalorgrafi
Uji metalorgrafi
 
2015 apron jfn zae
2015 apron  jfn zae2015 apron  jfn zae
2015 apron jfn zae
 

Similar to Bahan pofi 2

09 s 305-m-01_hety puspitasari_300-304
09 s 305-m-01_hety puspitasari_300-30409 s 305-m-01_hety puspitasari_300-304
09 s 305-m-01_hety puspitasari_300-304
Hety Puspitasari
 
PPT Laporan Kemajuan Angra.pptx
PPT Laporan Kemajuan Angra.pptxPPT Laporan Kemajuan Angra.pptx
PPT Laporan Kemajuan Angra.pptx
FUTRIYULIANA
 
Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]
Noviardi Doang
 
Nanomaterial.pptx
Nanomaterial.pptxNanomaterial.pptx
Nanomaterial.pptx
WatiUsman1
 
02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi
Alfina Haqoh
 
SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)
SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)
SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
 
Presentasi kelompok 4 (ssa) 2013
Presentasi kelompok 4 (ssa) 2013Presentasi kelompok 4 (ssa) 2013
Presentasi kelompok 4 (ssa) 2013Edi Mikrianto
 
proposal fixx.pptx [Autosaved].pptx
proposal fixx.pptx [Autosaved].pptxproposal fixx.pptx [Autosaved].pptx
proposal fixx.pptx [Autosaved].pptx
news27
 
694 685-1-pb
694 685-1-pb694 685-1-pb
694 685-1-pbAlen Pepa
 
Pkm ai050409
Pkm ai050409Pkm ai050409
Pkm ai050409
Galih Putro
 
BUAH NIKEL.pdf
BUAH NIKEL.pdfBUAH NIKEL.pdf
BUAH NIKEL.pdf
SUPERHERO40
 
94794245 dental-material
94794245 dental-material94794245 dental-material
94794245 dental-material
040693
 
Ilovepdf merged (4)
Ilovepdf merged (4)Ilovepdf merged (4)
Ilovepdf merged (4)
AnjasPriandani
 
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikKlasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Putra Perdana
 
e8a87507-6ac1-490c-b3bb-1fb9ec3b02e7.pptx
e8a87507-6ac1-490c-b3bb-1fb9ec3b02e7.pptxe8a87507-6ac1-490c-b3bb-1fb9ec3b02e7.pptx
e8a87507-6ac1-490c-b3bb-1fb9ec3b02e7.pptx
zizi81
 
Transmission electron microscopy
Transmission electron microscopyTransmission electron microscopy
Transmission electron microscopy
farid hasannudin
 
Magnetik & elektrikal sparator (tugas pbg)
Magnetik & elektrikal sparator (tugas pbg)Magnetik & elektrikal sparator (tugas pbg)
Magnetik & elektrikal sparator (tugas pbg)
rezatambang
 

Similar to Bahan pofi 2 (20)

145
145145
145
 
09 s 305-m-01_hety puspitasari_300-304
09 s 305-m-01_hety puspitasari_300-30409 s 305-m-01_hety puspitasari_300-304
09 s 305-m-01_hety puspitasari_300-304
 
PPT Laporan Kemajuan Angra.pptx
PPT Laporan Kemajuan Angra.pptxPPT Laporan Kemajuan Angra.pptx
PPT Laporan Kemajuan Angra.pptx
 
Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]
 
Nanomaterial.pptx
Nanomaterial.pptxNanomaterial.pptx
Nanomaterial.pptx
 
02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi02. naskahpublikaasi
02. naskahpublikaasi
 
7.2.8.09.02
7.2.8.09.027.2.8.09.02
7.2.8.09.02
 
SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)
SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)
SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)
 
Presentasi kelompok 4 (ssa) 2013
Presentasi kelompok 4 (ssa) 2013Presentasi kelompok 4 (ssa) 2013
Presentasi kelompok 4 (ssa) 2013
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
proposal fixx.pptx [Autosaved].pptx
proposal fixx.pptx [Autosaved].pptxproposal fixx.pptx [Autosaved].pptx
proposal fixx.pptx [Autosaved].pptx
 
694 685-1-pb
694 685-1-pb694 685-1-pb
694 685-1-pb
 
Pkm ai050409
Pkm ai050409Pkm ai050409
Pkm ai050409
 
BUAH NIKEL.pdf
BUAH NIKEL.pdfBUAH NIKEL.pdf
BUAH NIKEL.pdf
 
94794245 dental-material
94794245 dental-material94794245 dental-material
94794245 dental-material
 
Ilovepdf merged (4)
Ilovepdf merged (4)Ilovepdf merged (4)
Ilovepdf merged (4)
 
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikKlasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
 
e8a87507-6ac1-490c-b3bb-1fb9ec3b02e7.pptx
e8a87507-6ac1-490c-b3bb-1fb9ec3b02e7.pptxe8a87507-6ac1-490c-b3bb-1fb9ec3b02e7.pptx
e8a87507-6ac1-490c-b3bb-1fb9ec3b02e7.pptx
 
Transmission electron microscopy
Transmission electron microscopyTransmission electron microscopy
Transmission electron microscopy
 
Magnetik & elektrikal sparator (tugas pbg)
Magnetik & elektrikal sparator (tugas pbg)Magnetik & elektrikal sparator (tugas pbg)
Magnetik & elektrikal sparator (tugas pbg)
 

Recently uploaded

Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
HengkiRisman
 
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdfMakalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Andre664723
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 

Recently uploaded (20)

Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
 
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdfMakalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 

Bahan pofi 2

  • 1. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya, Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013 SINTESIS DAN KARAKTERISASI BARIUM M-HEKSAFERIT DENGAN DOPING ION Mn DAN TEMPERATUR SINTERING Silviana Simbolon1) , Anggito P Tetuko2) , Perdamean Sebayang2) , Kerista Sebayang1) ,Herli Ginting1) silvia4809@yahoo.co.id 1 Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan, 20155 2 Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kompleks Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, 15314 ABSTRAK Telah diakukan pembuatan magnet permanen Barium M-Heksaferit yang didoping ion Mn dengan variasi x = 0,1-1,5 (%mol) menggunakan metoda mechanical alloying. Proses preparasi bahan dasar Barium Karbonat (BaCO3), Hematit (Fe2O3) dan Mangan Oksida (MnO) dicampur dengan cara wet milling (ball mill) dengan media aquades selama 20 jam. Selanjutnya dikeringkan pada temperatur 1000 C selama 24 jam, dikalsinasi pada temperatur 10000 C selama 2 jam, dan dianalisa dengan XRD. Dari hasil analisa XRD menunjukkan bahwa telah terbentuk struktur kristal Barium M-Heksaferit (BaFe12-xMnxO19) dengan parameter kisi a = b =5,865Å , c = 23,099 Å dan V = 794,25 Å3 . Serbuk yang telah dikalsinasi kemudian digerus dan diayak hingga lolos ukuran partikel 400 mesh, dicampur bahan perekat Celuna WE-518 sebanyak 3%wt dan dicetak dengan tekanan 1,3tonf /cm2 sehingga membentuk pellet dengan diameter 20 dan tebal 10 mm. Sampel yang telah dicetak kemudian disinter menggunakan tungku listrik Thermolyne dengan heating rate 30 C/menit dan variasi temperatur sintering 11000 C, 11500 C, dan 12000 C, masing – masing pada suhu tersebut ditahan selama 2 jam. Karakterisasi yang dilakukan meliputi sifat fisis yaitu densitas dan porositas dengan metode Archimedes, penyusutan dengan menggunakan dilatometer, morfologi dan analisa mikrostruktur dengan menggunakan SEM/EDX dan XRD. Dari hasil pengukuran densitas dan porositas magnet BaFe12-xMnxO19 menunjukkan bahwa nilai densitas cenderung menurun dan porositas meningkat sebanding dengan jumlah doping ion Mn. Kondisi optimum dicapai pada suhu sintering 1100 0 C dengan nilai x = 0,1,menghasilkan densitas = 4,77 g/cm3 dan porositas = 15,4%. Dari hasil foto SEM/EDX terlihat adanya cacat berupa retakan berbentuk garis dengan lebar 2,05 µm dan berpori yang memiliki diameter sebesar 2,88 µm. Dari hasil analisis unsur menunjukkan bahwa kandungan Fe =53,11%, Ba = 11,94%, O = 28,97%, A l=3,38dan C =2,6% (wt%). Kata Kunci: Magnet permanen, Barium M-Heksaferit, MnO, sintering, densitas, porositas, mikrostruktur ABSTRACT Barium M-Hexaferitte permanent magnet doped by Mn ions have been made with the variation of x = 0.1 - 1.5 (mol%) by using mechanical alloying method. The preparation raw material process of Barium Carbonate (BaCO3), Hematite (Fe2O3) and Manganese Oxide (MnO) were done by wet milling mixing for 20 hours using distilled water. Then it is dried at a temperature of 100 o C for 24 hours, calcined at a temperature of 1000 ° C for 2 hours, and analyzed by using XRD. The results of XRD analysis showed that the crystal structure of Barium M-Heksaferit (BaFe12-xMnxO19)has been formed with the lattice parameters of a = b = 5.865, c = 23.099 Å and V = 794,25 Å3 . The calcined powders were then crushed and sieved to pass the size of 400 mesh, mixed with 3% wt adhesive Celuna WE-518 and compacted with a pressure of 1.3 tonf/cm2 to form a pellet with a diameter of 20 and a thickness of 10 mm. The samples that have been pressed, then sintered using a Thermolyne electric furnace with a heating rate of 30C/minutes and the variation of temperature sintering are 1100 o C, 1150 o C, and 1200 o C and hold for 2 hours. The characterizations was conducted on the physical properties, such as density and porosity by using Archimedes method, shrinkage using a dilatometer, morphology and microstructure analysis using SEM/EDX and XRD. Based on the density and porosity measurement, it can be concluded that BaFe12-xMnxO19magnet have a density values that tend to decrease and the porosity values increase as the increasing of doping Mn ions. The optimum condition is achieved at 1100 0 C with a value of x = 0.1, where the density value = 4.77 g/cm3 and the porosity =15.4%. Based on the photos of SEM/EDX, it is obtained a line crack defect with a width of 20.96 µm and pores with a diameter of 42 µm. The elemental analysis shows that the compound of Fe =53,11%, Ba = 11,94%, O = 28,97%, A l=3,38dan C =2,6% (wt%). Keywords: Permanentmagnet, Barium M-Heksaferit, MnO, sintering, density, porosity, microstructure
  • 2. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya, Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013 I. PENDAHULUAN Material magnet oksida BaO(6Fe2O3) merupakan jenis keramik yang banyak dijumpai disamping material magnet lain, seperti SrO.6(Fe2O3) dan PbO.6(Fe2O3). Pengembangan material BaFe12O19 (M-type feritte hexagonal) sebagai bahan magnetik sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang aplikasi, karena memiliki karakteristik : temperatur Curie yang relative tinggi, nilai koersifitas, saturasi magnetik dan anisotropi magnetik tinggi pula serta stabilitas kimia yang sangat baik [1- 5].Salah satu aplikasi material magnet permanen barium heksaferit yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagai alat penyerap gelombang mikro (RAM). Hal ini karena sifat istrik dan magnetik dari material ferrimagnetik ini sangat mendukung dalam aplikasi tersebut, yaitu memiliki permeabilitas dan resistivitas yang tinggi [6]. Material oksida magnet tersebut memiliki sifat mekanik yang sangat kuat dan tidak mudah terkorosi. Namun material tersebut sangat rentan terhadap proses perlakuan panas sehingga mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dan memiliki dampak negatif terhadap sifat kemagnetan, tetapi proses ini tidak dapat dihindarkan dalam proses metallurgi serbuk untuk membuat magnet menjadi kuat dan dapat dimanfaatkan dalam teknologi [7]. Pada penelitian ini akan membahas tentang pengaruh doping Mn dan temperatur sintering terhadap karakteristik fisis dalam mensistesis hard magnet menjadi soft magnet. Melalui metoda solid state doping sifat magnetik barium ferit, (BaFe12O19) dapat dioptimalkan untuk aplikasi RAM. Reaksi biasanya mengunakan bahan Al, Co, Zr, Mn, Zn, Sm dan Sn untuk pembuatan barium berbasis hexaferit, sebagai pengganti ion Fe [9-12]. Namun dalam peneitian ini hanya menggunakan ion Mn sebagai doping ion Fe. Ghasemi et.al, (2006) menganalisis dan mengkarakterisasi sifat elektromagnetik barium heksaferit yang diberikan bahan doping sebagai penyerap gelombang mikro. Hasil yang didapat menunnjukkan bahwa ukuran butir ferit hampir tergantung pada komposisi kimia. Sampel tersebut memiliki suseptibility dan permeabilitas yang lebih tinggi dan dapat diaplikasikan sebagai penyerap gelombang mikro pada frekuensi 15GHz. Kemampuan material tersebut untuk menyerap gelombang mikro (reflection loss) yang tinggi pada ketebalan 1.8 mm dengan mensubsitusikan ion Mn, Cu danTi pada barium ferit [13]. III. METODOLOGI Preparasi sampel bahan magnet barium heksaferit yang di doping dengan ion Mn menggunakan bahan baku serbuk BaCO3, Fe2O3 dan MnO, dicampur dengan metoda mechanical alloying secara basah (wet milling). Mixing dilakukan dengan menggunakan ballmill dengan media aquades selama 20 jam. Setelah itu serbuk dikeringkan pada suhu 100 o Cselama 24 jam,dan dikalsinasi pada suhu 1000 o C. Serbuk yang telah dikalsinasi tersebut kemudian digerus dan diayak hingga lolos 400 mesh (38 µm), dicampur dengan perekat polimer Celuna WE – 518 sebanyak 3% (berat), dan dicetak dengan tekanan1,3 tonf/cm2 . Proses selanjutnya adalah sintering pada suhu 1100, 1150 dan 1200 o C (ditahan selama 2 jam). Uji karakterisasi yang dilakukan meliputi : uji XRD, uji densitas dan porositas, uji susut dengan dilatometer dan analisa morfologi dan unsur menggunakan SEM/EDX. Diagram alir proses pembuatan Barium M-Heksaferit dan analisanya diperlihatkan pada gambar 1.
  • 3. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya, Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013 Gambar1.Diagram alir proses pembuatan Barium M-Heksaferit dan analisanya `IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil XRD pada Gambar 2 menunjukkan bahwa telah terbentuk fasa tunggal kristalin dari barium heksaferit yang telah dikalsinasi pada suhu 1000 o C dengan penahanan (holding time) selama 2 jam. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa BaFe12-x MnxO19 memiiki struktur hexagonal – closed packed dengan parameter kisi a = b = 5,865Å, c = 23,099Å dan volume sel = 794,25 Å3 . Ternyata dari hasil yang diperoleh terdapat perubahan yang cukup signifikan dilihat dari nilai konvensialnya (a=b= 5,8573 Ådan c= 23,258Å) [14]. Penurunan parameter kisi ini disebabkan karena adanya perbedaan ukuran atom antara Fe dengan atom Mn [6]. Campur dan Wet Milling selama 20 jam Pengeringan (100 o C selama 12 jam) Penggilinga n Kalsinasi berdasarka n hasil dari kurva DTA (1000 o C) Sintering (1100, 1150, 1200 ) o C Kompaksi ( Pencetakan ) Penggiling an hingga 400 mesh Karaktersasi fisik - Densitas - Porositas - SEM/EDX Analisis DTA Analisis XRD Serbuk Fe2 O3 Serbuk BaCO3 Timban g Serbuk MnO
  • 4. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya, Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013 Gambar2.Hasil XRD magnet barium heksaferit yang disubstitusi dengan bahan mangan oksida (MnO) Dari Gambar 3, memunjukkan perubahan nilai densitas sebagai fungsi komposisi doping ion Mn. Dari hasil tersebut terlihat adanya korelasi berbanding terbalik antara penambahan ion Mn dengan nilai densitas.Variasi suhu sintering juga memiiki pola yang sama, artinya semakin tinggi suhu sintering nilai densitas semakin menurun. Kondisi optimum dicapai pada suhu sintering 1100 o C dengan menghasilkan densitas 4,77 g/cm3 pada komposisi x = 0,1 (mol %).Hal tersebut terjadi karena pada suhu ini terjadi proses densifikasi maksimum. Sedangkan pada suhu 1150 o C dan 1200 o C terjadi penurunan densitas. Hal tersebut disebabkan terjadinya perbesaran butir pada saat proses sintering. Perbesaran tersebut memicu terjadinya cacat berupa retakan (craking ) dan bertambahnya ukuran pori pada sampel. Hasil penelitian Didieket.al, (2012) menyatakan selama proses reaksi dan densifikasi dapat terjadi proses sintering reaktif yang biasanya menghasilkan porositas tambahan. Berbagai reaksi yang mungkin terjadi pada saat sintering reaktif seperti reaksi oksidasi - reduksi dan tahap transisi. Dengan cara ini reaksi yang disebabkan oleh kotoran, aditif atau produk lainnya terbentuk selama proses sintering [15]. Berdasarkan hasil penelitian Agus Sukarto (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi suhu penahanan, kecepatan penyusutan juga semakin tinggi. kecepatan penyusutan dimungkinkan mempengaruhi karakteristik fisik dari produk hasil sintering, dimana distribusi suhu sinter yang kurang merata dapat menimbulkan tegangan residu yang menjadi sumber keretakan[16]. Gambar3.Grafik densitas barium heksaferit yang Disubstitusi dengan bahan mangan oksida (MnO) dan variasi suhu sintering (1100,1150dan1200) o C. Pengukuran densitas dan porositas merupakan salah satu karakteristik fisis yang diperlukan terutama untuk mendukung data spesifikasi teknis benda jadi bahan padatan hasil proses maupun green body sebelum diproses. Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai porositas berbanding terbalik dengan komposisi doping ion Mn. Nilai porositas tertinggi pada pembuatan barium heksaferit (BaFe12-x MnxO19) adalahterdapat pada penambahan doping ion Mn yang paling banyak (1,5% mol). Suhu 1200 o C merupakan suhu tertinggi pembentukan porositas terbesar pada sampel, karena adanya efek coarsening dan pelepasan atau terjadinya perubahan fasa.
  • 5. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya, Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013 Gambar4.Hubungan porositas barium heksaferit (BaFe12-x MnxO19) terhadap komposisi doping ion Mn Hasil pengujian SEM/EDX diperlihatkan seperti pada Gambar 5a Dari gambar tersebut menunjukkan terdapatnya crack (kerusakan/retakan) berbentuk garis dengan lebar 2,05µm pada morfologi permukaan sampel. Sedangkan Gambar 6b pada permukaan sampel menunjukkan terdapatnya distribusi dan ukuran pori berdiameter 2,88 µm s (a) (b) Gambar 5.a) Gambar retakan pada morfologi permukaan sampel BaFe12-xMnxO19( perbesaran 1000x ). b) distribusi dan ukuran pori pada permukaan sampel ( perbesaran 3000x). Dari pengujian SEM/EDX juga didapatkan hasil komposisi unsur yang dapat dilihat pada Gambar 7 dari hasil tersebut ternyata dalam pembentukan magnet barium heksaferit terdapat unsur Fe = 53,11%, Ba = 11,94%, O = 28,97%, A l=3,38 dan C =2,6% (wt%). Munculnya unsur Al pada sampel bersumber dari bola-bola keramik alumina pada saat proses ballmill sebagai pengotor, dan unsur C berasal dari sisa - sisa hasil pembakaran. Cho et al., (2000) dan Sone et al., (2001) melakukan penyelidikan dan menunjukkan bahwa bahan pengotor dalam homogeneities alumina juga akan menghasilkan pertumbuhan butir tidak normal. Jadi, untuk mendapatkan sifat material yang diinginkan maka struktur mikro harus dapat dikontrol dengan baik. Hal ini karena perubahan mikrostruktur adalah masalah utama di bidang teknik material. [18-19].
  • 6. Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Material Maju : Magnet dan Aplikasinya, Hotel Orange, Solo 25-27 Juni 2013 Gambar 7. Komposisi unsur pada BaFe12-xMnxO19 V. KESIMPULAN Barium heksaferit (BaFe12-xMnxO19) dengan subsitusi ion Mn dengan metoda mechanical alloying telah berhasil dibuat. Telah diperoleh fasa tunggal BaFe12-x MnxO19 yang memiiki struktur hexagonal – closed packed dengan parameter kisi a = b = 5,865Å, c = 23,099Å dan volume sel = 794,25 Å3 . Suhu sintering optimum 1100 0 C dengan nilai x = 0,1(mo%) menghasilkan nilai densitas 4,77 gr/cm3 dan porositas 15,4%. Penambahan ion Mn dan suhu sintering menyebabkan penurunan nilai densitas dan memicu terjadinya cracking dan pori pada permukaan sampel. VI. DAFTAR PUSTAKA [1] V.N. Dhage, M.L. Mane, A.P. Keche, C.T. Birajdar, K.M. Jadhav, Phys. B: Condens. Matter 406 (2011) 789. [2] A.S. Dehlinger, M. Le Berre, B. Canut, J.P. Chatelon, D. Albertini, S. Perrot, D. Givord, J.J. Rousseau, J. Magn. Magn.Mater.322 (2010) 3293. [3] U. Topal, H.I. Bakan, J. Eur. Ceram. Soc. 30 (2010) 3167. [4] H. Xu, W. Zhang, B. Peng, W. Zhang, Appl. Surf. Sci. 257 (2011) 2689. [5] B. Birs ¨ oz, A. Baykal, H. S¨ ozeri, M.S. Toprak, J. Alloys Compd. 493 (2010) 481. [6] Priyono. Karakteristik Magnetik dan Absorbsi Gelombang Mikro Material Magnet Berbahan Dasar Barium Hexaferrite. (2010).Universitas Indonesia: Jakarta. [7] Priyono, Arianto,Wibowo. dan Nur. Preparasi Serbuk Barium Ferrite Untuk Menghasilkan Medan Koersive Tinggi : Tinjauan pada Proses Sintering.ISSN : 1410 – 9662 Vol. 4, No.2, (2001) Hal 45 – 48. [9] Y. Liu, M.G.B. Drew, J. Wang, M. Zhang, Y. Liu, J. Magn. Magn.Mater. 322 (2010) 366. [10] Y. Liu, M.G.B. Drew, J. Wang, M. Zhang, Y. Liu, J. Alloys Compd. 322 (2010) 814. [11] J. Xu, H. Zou, H. Li, G. Li, S. Gan, G. Hong, J. Alloys Compd. 490 (2010) 552. [12] L. Wang, J. Song, Q. Zhang, X. Huang, N. Xu, J. Alloys Compd. 481 (2009) 863. [13]A.Ghasemi,X.Liu,EI.Morisako,J.Magn.Magn.Mater.316(2007)e105. [14]PriyonoK,Musni Ahyani, prosiding pertemuan ilmiah XXIV HFI Jateng,(2010 ) 1-4. [15]R. Didiek,Sukarsono.Prosiding Nasional ke –13 Teknologi dan Keseamtan PTN serta fasilitas Nukir. (2007) ISSN: 0854- 2910 [16] Agus,Sukarto. Pengembangan Dilatometer Untuk Analisa Karakteristik Sintering Magnet Basis Ferrite.(2013).Pusat Penelitian Fisika - LIPI : Jakarta. [17] Asyer,Paulus.(2007).Pengaruh Tekanan Kompaksi dan Waktu Penahanan Temperatur Sintering Terhadap Sifat Magnetik dan Pada Pembuatan Iron Soft Magnetic dari Serbuk Besi.Institusi Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya. [18] Cho, S.-J., Kim, K.H., Kim, D.J and Yoon, K.J. Abnormal Grain Growth at the Interface Centrifugally Cast Alumina Bilayer during Sintering, J. Am. Ceram. Soc., (2000). No. 83, pp. 1773-1776. [19] Sone, T.-W,Han, J.-H., Hong, S.-H and Kim, D.-Y .(2001). Effect of Surface Impurities on the Microstructure Development during Sintering of Alumina. J. Am. Ceram. Soc., (2001). Vol. 84, pp. 1386-1388.