Paragraf 1-2 menjelaskan pengertian zina dan penggolongannya menjadi zina muhsan dan bukan muhsan. Paragraf 3 membahas hukuman bagi pelaku zina, yaitu rejam untuk zina muhsan dan 100 kali sebat beserta pengasingan untuk zina bukan muhsan. Paragraf 4 membahas pembebasan hukuman bagi perempuan yang diperkosa.
Perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan zinaSekar Kim
[PLEASE READ THE DESCRIPTION]
Hello.
I'm used another font (I downloaded from many website, and i forgot it lol),
that not exist on Microsoft PowerPoint.
So i'm sorry for the text fall apart on that.
Don't forget to like if you used this Presentation
I'm glad if you get helped from this ppt.
Thank you!
[and sorry for my bad eng lol]
There are some Background Sound [Cropped Surah] and a Video
SMA [Pendidikan Agama dan Budi Pekerti]
Kurikulum 2013
Sekar H
Ancaman keras bagi pelaku zina menurut pandangan islam adalah karena zina merupakan perbuatan tercela yang dapat menurunkan derajat dan harkat kemanusiaan secara umum
islam telah mengatur bagaimana seharusnya melakukan pernikahan antara laki-laki dan wanita. peraturan inilah yang seharusnya dipatuhi agar keharmonisan dan kebahagiaan dalam rumah tangga dapat terwujudkan sesuai dengan cita-cita pernikahan itu sendiri agar sakinah, mawadah dan warohmah
oleh wahyu dwi pranata
kunjungi www.berpikirtentangmu.blogspot.com
twitter : @PranataWahyu
Perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan zinaSekar Kim
[PLEASE READ THE DESCRIPTION]
Hello.
I'm used another font (I downloaded from many website, and i forgot it lol),
that not exist on Microsoft PowerPoint.
So i'm sorry for the text fall apart on that.
Don't forget to like if you used this Presentation
I'm glad if you get helped from this ppt.
Thank you!
[and sorry for my bad eng lol]
There are some Background Sound [Cropped Surah] and a Video
SMA [Pendidikan Agama dan Budi Pekerti]
Kurikulum 2013
Sekar H
Ancaman keras bagi pelaku zina menurut pandangan islam adalah karena zina merupakan perbuatan tercela yang dapat menurunkan derajat dan harkat kemanusiaan secara umum
islam telah mengatur bagaimana seharusnya melakukan pernikahan antara laki-laki dan wanita. peraturan inilah yang seharusnya dipatuhi agar keharmonisan dan kebahagiaan dalam rumah tangga dapat terwujudkan sesuai dengan cita-cita pernikahan itu sendiri agar sakinah, mawadah dan warohmah
oleh wahyu dwi pranata
kunjungi www.berpikirtentangmu.blogspot.com
twitter : @PranataWahyu
2. 2. “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akherat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman”.(QS. An-Nur : 2)
3. “Laki-laki yang berzina tidak menikahi melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dinikahi melainkan oleh
laki-laki yang berzina, atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas
orang-orang yang mu’min” .(QS. An-Nur : 3)
4. “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang-orang saksi, maka deralah mereka (yang
menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka
buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-Nur : 4)
5. “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang
lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi
mereka azab yang besar”(QS. AN-Nur : 23)
6. “Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki
yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang di tuduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (yaitu surga)” .
(QS. An-Nur : 26)
7. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.(QS. Al-Isra : 32)
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Zina (الزنا ) adalah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang lelaki dengan seorang perempuan tanpa nikah yang sah mengikut hukum syarak (bukan pasangan suami isteri) dan kedua-
duanya orang yang mukallaf, dan persetubuhan itu tidak termasuk dalam takrif (persetubuhan yang meragukan). Jika seorang lelaki melakukan persetubuhan dengan seorang perempuan,
dan lelaki itu menyangka bahawa perempuan yang disetubuhinya itu ialah isterinya, sedangkan perempuan itu bukan isterinya atau lelaki tadi menyangka bahawa perkahwinannya dengan
perempuan yang disetubuhinya itu sah mengikut hukum syarak, sedangkan sebenarnya perkahwinan mereka itu tidak sah, maka dalam kasus ini kedua-dua orang itu tidak boleh didakwa
dibawah kes zina dan tidak boleh dikenakan hukuman hudud, kerana persetubuhan mereka itu adalah termasuk dalam wati’ subhah iaitu persetubuhan yang meragukan.
Mengikut peruntukan hukuman syarak yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadith yang dikuatkuasakan dalam undang-undang Qanun Jinayah Syar’iyyah bahawa orang yang
melakukan perzinaan itu apabila sabit kesalahan di dalam mahkamah wajib dikenakan hukuman hudud, iaitu disebat sebanyak 100 kali sebat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang bermaksud:
“ Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah kamu sebat tiap-tiap seorang dari kedua-duanya 100 kali sebat, dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan belas
kasihan terhadap keduanya dalam menjalankan hukum Agama Allah, jika benar kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat, dan hendaklah disaksikan hukuman siksa yang dikenakan
kepada mereka itu oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman”. (Surah An- Nur ayat 2)
B. PENGGOLONGAN
ZINA TERBAGI MENJADI DUA :
1. ZINA MUHSAN
Yaitu lelaki atau perempuan yang telah pernah melakukan persetubuhan
yang halal (sudah pernah menikah) .
Perzinaan yang boleh dituduh dan didakwa dibawah kesalahan Zina Muhsan
ialah lelaki atau perempuan yang telah baligh, berakal, merdeka dan telah
pernah berkahwin, iaitu telah merasai kenikmatan persetubuhan secara
halal.
2. ZINA BUKAN MUHSAN
Yaitu lelaki atau perempuan yang belum pernah melakukan persetubuhan
yang halal (belum pernah menikah).
Penzinaan yang tidak cukup syarat-syarat yang disebutkan bagi perkara diatas
tidak boleh dituduh dan didakwa dibawah kesalahan zina muhsan, tetapi
mereka itu boleh dituduh dan didakwa dibawah kesalahan zina bukan
muhsan mengikut syarat-syarat yang dikehendaki oleh hukum syarak.
C. HUKUMAN BAGI ORANG YANG MELAKUKAN ZINA
1. Seseorang yang melakukan zina Muhsan, sama ada lelaki atau perempuan wajib dikenakan keatas mereka hukuman had (rejam) Yaitu dibaling dengan batu yang sederhana besarnya
hingga mati. Sebagaimana yang dinyatakan di dalam kitab I’anah Al- Thalibin juzuk 2 muka surat 146 yang bermaksud :
“”Lelaki atau perempuan yang melakukan zina muhsan wajib dikenakan keatas mereka had (rejam), iaitu dibaling dengan batu yang sederhana besarnya sehingga mati ””.
2. Seseorang yang melakukan zina bukan muhsan sama ada lelaki atau perempuan wajib dikenakan ke atas mereka hukuman sebat 100 kali sebat/cambuk dan di buang keluar
negeri/diasingkan selama setahun sebagaimana terdapat di dalam kitab Kifayatul Ahyar juzuk 2 muka surat 178 yang bermaksud :
“”Lelaki atau perempuan yang melakukan zina bukan muhsin wajib dikenakan keatas mereka sebat 100 kali sebat dan buang negeri selama setahun””.
3. Perempuan-perempuan yang dirogol atau diperkosa oleh lelaki yang melakukan perzinaan dan telah dukung dengan bukti –bukti yang diperlukan oleh hakim dan tidak menimbulkan
sebarang keraguan dipihak hakim bahawa perempuan itu dirogol dan diperkosa, maka dalam kasus ini perempuan itu tidak boleh dijatuhkan dan dikenakan hukuman hudud,dan ia tidak
berdosa dengan sebab perzinaan itu.
4. Lelaki yang merogol atau memperkosa perempuan melakukan perzinaan dan telah ditetapkan kesalahannya dengan bukti – bukti dan keterangan yang dikehendaki oleh hakim tanpa
menimbulkan keraguan dipihak hakim, maka hakim hendaklah menjatuhkan hukuman hudud keatas lelaki yang merogol perempuan itu, iaitu wajib dijatuhkan dan dikenakan ke atas lelaki
itu hukuman rejam dan sebat.
5. Perempuan-perempuan yang telah disebutkan oleh hakim bahawa ia adalah dirogol dan diperkosa oleh lelaki melakukan perzinaan, maka hakim hendaklah membebaskan perempuan itu
dari hukuman hudud (tidak boleh direjam dan disebat) dan Allah mengampunkan dosa perempuan itu di atas perzinaan secara paksa itu.
D. PERMASALAHAN ZINA DI SEKITAR KITA
Media elektronik seperti televisi, internet, CD player, komputer dan sebagainya termasuk menjadi sebab utama krisis moral bangsa ini. Teknologi telah disalah gunakan. Pornografi dan
pornoaksi sangat mudah diakses di internet. Tontonan film dan sinetron yang tidak syar’i dan tidak mendidik menghiasi chanel televisi kita. VCD/DVD porno beredar dimana-mana.
Menjamurnya buku dan bacaan cabul sangat efektif menghancurkan moral pembacanya, baik novel, komik, maupun majalah yang mengandung pornografi dan pornoaksi. Semua sarana ini
menjurus terjadinya zina.
Pergaulan bebas di sepanjang jalan protokol ibu kota negeri syariat dengan dalih makan burger ikut mewarnai maksiat malam di lingkungan kita. Kafe-kafe yang menjamur tanpa ada
pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan yang non muhrim. Sementara Pemerintah hanya diam saja menjadi penonton budiman tanpa ada tindakan tegas, seakan
“mengamini” kondisi maksiat ini.
Tidak peduli, baik pelaku zina itu berstatus suami atau istri, mahasiswa, pejabat, dan sebagainya. Perbuatan zina nekad dilakukan hanya untuk memuaskan nafsu birahi sesaat. Anehnya,
pelaku maksiat ini masih berkeliaran di sekitar kita dengan tenang tanpa ada sanksi yang tegas terhadap mereka. Dengan dalih suka sama suka, merekapun terbebas dari jeratan hukum
KUHP yang merupakan produk hukum kolonial Belanda.