SlideShare a Scribd company logo
11 
 
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Pembelajaran ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Djojo Suradiastra (1993:4) IPS merupakan program pendidikan
pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah yang kajiannya tentang manusia
dan dunia sekelilingnya. Dalam kajian tersebut Ilmu Pengetahuan Sosial bukan
hanya mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan
manusia saja, melainkan tindakan-tindakan empatik yang melahirkan
pengetahuan tersebut.
Menurut Barth dan Shermis (Djodjo Suradisastra, 1993:4) yang dikaji dalam
IPS yaitu: pengetahuan, pengolahan informasi, telaah nilai dan keyakinan dan
peran serta dalam kehidupan. Keempat butir bahan belajar tersebut menjadi jalan
bagi pencapaian tujuan IPS.
Menurut Fakih Salmawi dan Bunyamin Maftuh (1998:1) Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial ( khususnya ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi/ koperasi,
ilmu politik dan pemerintahan, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial)
sangat berperan dalam mendukung mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dengan memberikan sumbangan berupa konsep-konsep ilmu yang diubah
sebagai pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus
dipelajari oleh siswa.
12 
 
IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak jenjang
SD dan MI, rasional mempelajari IPS adalah :
(1) Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau
kemampuan yang telah dimilki tentang manusia dan lingkungannya
menjadi lebih bermakna.
(2) Agar siswa lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial
secara nasional dan bertanggung jawab
(3) Agar para siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di
lingkungan sendiri antar manusia
Bahan kajian IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan belaka, melainkan
mendorong daya nalar yang kreatif. Jadi yang dikehendaki bukan hanya fakta
tentang manusia dan dunia sekelilingnya, melainkan tentang konsep dan
generalisasi yang diambil dari analisis tentang manusia dan lingkungannya.
Keterampilan dasar yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPS
menurut Banks (Djodjo Suradisastra, 1993: 8) yaitu: keterampilan berpikir,
keterampilan akademik, keterampilan ilmiah, dan keterampilan sosial.
b. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran IPS
Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai
makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan
teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat dimanapun
mereka melalui handphone dan internet. Kemajuan iptek menyebabkan cepatnya
komunikasi antara orang yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian
13 
 
maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu
diyakini bahwa orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai
dunia.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007: 575), mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya,
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial,
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan,
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi beberapa aspek yaitu sebagai
berikut:
1) Manusia, tempat, dan lingkungan.
2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
3) Sistem sosial dan budaya.
4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi yang
diharapkan pada pengajaran IPS kelas IV yang diberikan pada semester 1 yaitu:
14 
 
memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Sedangkan kompetensi dasarnya yaitu:
1) Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, propinsi) dengan
menggunakan skala sederhana.
2) Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan
propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya.
3) Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta
pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat.
4) Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/
kota, propinsi)
5) Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat
(kabupaten/kota, propinsi)
6) Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di
lingkungannya.
Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPS SD merupakan pengajaran meliputi kajian tentang manusia dan
lingkungannya yang disampaikan di sekolah dasar berfungsi mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang
dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Melalui mata pelajaran IPS di
Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan
tentang ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap
masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan
memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Melalui mata pelajaran IPS
15 
 
diharapkan para siswa dapat terbina menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. (Fakih Samawi dan Benyamin Maftuh, 1998:1).
c. Daya tarik IPS bagi anak
IPS sebenarnya bukan merupakan bahan pelajaran yang membosankan.
Oleh karena itu yang penting menurut Welton dan Mallan (Djojo Suradiastra,
1993:65) adalah kita membedakan apakah bahan pelajaran tersebut disukai atau
dipedulikan. Tingkat kepedulian siswa terhadap mata pelajaran IPS rendah jika
dibandingkan dengan pelajaran berhitung, membaca ataupun menulis. Oleh
karena itu sebagai salah satu cara untuk membangkitkan semangat belajar dalam
IPS sebaiknya keterlibatan anak perlu diatur seefektif mungkin. Dengan
demikian semangat untuk belajar IPS datang dari siswa dan kemudian ditopang
oleh semangat guru. Apabila keduanya berjalan terpadu diharapkan pengajaran
IPS yang kurang populer akan dipedulikan juga oleh siswa.
d. Implikasi perkembangan anak terhadap IPS
Menurut Piaget (Djodjo Suradisastro, 1993:65-66) tingkat perkembangan
kognitif anak melalui empat tahap yaitu:
1) Stadium sensori motorik, umur 0 s/d 18 atau 24 bulan
2) Stadium pra operasional, umur 18/ 24 bulan s/d 7 tahun
3) Stadium operasional konkret, umur 7 tahun s/d 11 tahun
4) Stadium operasional formal, mulai umur 11 tahun ke atas
Berdasarkan pendapat Piaget tersebut, perkembangan kognisi pada anak usia
sekolah dasar berada dalam tahapan dua masa transisi dari tahap pra operasional
16 
 
ke masa operasional kongkrit dan masa transisi dari tahap operasional kongkrit
ke tahap operasional formal. Skema perkembangan kognitif pada tahap ini
berkaitan dengan ketrampilan berpikir dan pemecahan masalah seperti
mengklasifikasi, memahami keadaan sesuatu yang tetap, mengurutkan dan
seterusnya. Juga pada tahap anak usia sekolah dasar ini, perkembangan
kognisinya memperlihatkan kearah kemampuan atau kecakapan berpikir secara
simbolik, yakni berpikir yang lebih logis, abstrak dan imajinatif. Namun
demikian, karena berada dalam keadaan transisi perkembangan antara tahap
operasional kongkrit ke tahap operasional formal, anak usia sekolah dasar ini
masih memerlukan bantuan objek nyata untuk berpikir tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan
lingkungan belajar bagi anak adalah pengembangan pengajaran yang
menyediakan kesempatan anak untuk bereksplorasi, berpikir dan berinteraksi
secara langsung dengan lingkungan (benda kongkrit). Kemampuan guru dalam
memanipulasi objek fisik menjadi objek berpikir anak akan selalu dituntut dalam
pengembangan pengajarannya. Untuk itu seyogyanya menjadi dasar
pertimbangan seorang guru dalam merancang pengajaran IPS yang harus
memperhatikan:
a) Pemilihan isi bahan belajar mulai dari fakta, konsep, generalisasi dan teori
sampai pada kedalaman dan keluasan yang cocok untuk anak.
b) Tata urutan bahan belajar yang ditata berdasarkan perkembangan
kemampuan anak.
17 
 
c) Strategi pembelajaran.
e. Tingkat kesiapan belajar siswa dalam IPS
Karakteristik dan tingkat perkembangan anak akan bermuara pada
kesiapan belajar. Yang merupakan suatu gambaran keseluruhan secara utuh.
Artinya dalam kesiapan ini yang siap adalah siswa. Bukan hanya kesiapan
berpikir atau kesiapan afektif saja, akan tetapi merupakan kesiapan seutuhnya.
Menurut Connel dalam buku ( Djojo Suradisastro 1993:67) kesiapan belajar
dibagi atas kesiapan kognitif dan kesiapan afektif.
Kesiapan kognitif bertalian dengan hal-hal tentang pengetahuan,
berpikir, dan penalaran. Kesiapan kognitif dipengarui oleh beberapa hal.
Pertama, bergantung kepada kematangan intelektual. Selanjutnya ialah latar
belakang pengalaman dan tingkat pencapaian. Ketiga, struktur pengetahuan yang
telah dimiliki. Keempat, penyajian bahan belajar yang baru.
Connel dan kawan-kawan menyatakan bahwa banyak guru yang
menganggap anak yang mempunyai intelektual tinggi tetapi kurang berhasil
dalam belajar adalah karena kurang siap secara afektif. Mereka kurang
termotivasi untuk belajar. Motivasi untuk berprestasi pada mereka kurang tinggi.
Walaupun yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah tingkat kesiapan
ssecara keseluruhan namun yang sering ditonjolkan adalah kesiapan kognitif.
Oleh karena itu Bruner dalam buku (Djojo Suradisastro 1993:67-68)
beranggapan bahwa kesiapan sesuai dengan perkembangan intelektual anak.
Dapat juga diartikan sebagai cara bagaimana anak memendang dunia relitas.
18 
 
Bagi Bruner kesiapan merupakan peristiwa aktif yang mempengaruhi
lingkungan belajar. Dalam belajar siswa mengalami tiga representasi tentang
dunia realitas yaitu, enaktif, ikonik, dan simbolik. Perwujudan enaktif
merupakan pengalaman langsung, ikonik merupakan pengalaman yang
didasarkan pada media, visual dan pada imaginasi internal. Perwujudan simbolik
didasarkan pada yang abstrak, relatif dan fleksibel. Tingkat kesiapan merupakan
peristiwa yang timbul dari lingkungan belajar yang kaya dan bermakna
dihadapkan pada guru yang mendorong siswa dalam belajar sebagai peristiwa
yang menggugah.
2. Belajar dan Hasil Belajar
a. Belajar
Makna dan hakikat belajar diartikan bermacam-macam menurut para ahli,
menurut Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Teories of learning
(Ngalim Purwanto, 2007: 84), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-berulang, di dalam situasi itu di mana perubahan tingkah laku itu
tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat, dan sebagainya).
Sedangkan menurut Morgan dalam bukunya Introduction to Psycology
(Ngalim Purwanto, 2007:84) belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
19 
 
Menurut Gagne (Najib Sukhan, 2010:5) belajar adalah sebuah proses
perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia,
seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peringatan
kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Perubahan
tingkah laku tersebut dapat bertahan selama jangka waktu tertentu.
Menurut William Burton (Oemar Hamalik, 2001: 29) belajar yang efektif
adalah belajar dengan jalan mengalami. Pengalaman itu diperoleh berkat
interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu.
Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan-perubahan
tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsure subjektif dan unsur
motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah
unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut
mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat. Tingkah laku
manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap
perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah:
20 
 
1) Pengetahuan, 6) Emosional,
2) Pengertian, 7) Hubungan sosial
3) Kebiasaan, 8) Jasmani,
4) Ketrampilan, 9) Budi pekerti atau etis,
5) Apresiasi, 10) Sikap.
Proses belajar bisa berlangsung secara efektif apabila semua faktor
internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa)
diperhatiakan oleh guru. Seorang guru harus bisa mengetahui potensi,
kecerdasan, minat, motivasi, gaya belajar, sikap, dan latar belakangsosial
ekonomi dan budaya yang merupakan faktor internal pada diri pembelajar.
Begitu juga faktor eksternal sseperti tujuan, materi, strategi, metode, iklim sosial
dalam kelas, sistem sosial dalam kelas, sistem evaluasi, pandangan terhadap
siswa,lebih-lebih upaya guru untuk menanganikesulitan belajar siswa harus bisa
dipahami dan dilaksanakan.
b. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses, sebagai suatu proses tentu harus ada
yang diproses (input) dan hasil dari pemrosesan (output). Dalam suatu proses
belajar mengajar di sekolah yang dimaksud input adalah siswa sedangkan
outputnya adalah hasil belajar.
21 
 
Menurut Dimyati (2006:256) hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah koginif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan
dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran yang
selanjutnya digunakan untuk melakukan perbaikan broses belajar mengajar
maupun evaluasi.
Menurut Oemar Hamalik (2001:31) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan
ketrampilan. Hasil belajar diterima murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakn baginya. Hasil-hasil belajar dilengkapi
dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan
engan pertimbangan yang baik.
Berdasarkan teori taksonomi Bloom yang dikutip oleh Hamid Hasan dan
Asmawi Zainul (1991:23-27) membagi hasil belajar dalam tiga ranah yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan berpikir,
ranah afektif berhubungan dengan kemampuan perasaan, sikap, dan kepribadian,
sedangkan psikomotorik berhubungan dengan persoalan ketrampilan motorik
yang dikendalikan oleh kematangan psikologis.
22 
 
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Ada 6 jenjang dalam
ranah kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
2) Ranak Afektif
Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan,
proses, internalisasi, dan pembentukan karakteristik diri. Ada 5 jenjang dalam
ranah afektif yaitu penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian,
dan penjatidirian.
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang
bukan disebabkan oleh kematangan biologis. Kemampuan gerak atau manipulasi
tersebut dikendalikan oleh kematangan psikologis. Jadi kemampuan tersebuat
adalah kemampuan yang dapat dipelajari.
Hasil belajar menurut Nana Sudjana (1991: 22) dibagi menjadi tiga
macam yaitu: (a) ketrampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan dan
pengertian; (c) sikap dan cita-cita. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu:
1) Faktor Internal (dari dalam individu)
23 
 
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
pada faktor dari dalam individu yang belajar. Faktor tersebut berupa faktor
psikologis yang meliputi: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan, dan lain
sebagainya.
2) Faktor Eksternal (dari luar individu)
Pencapain tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan yang
kondusif. Hal ini berkaitan dengan faktor dari luar siswa yang meliputi:
penanaman konsep dan ketrampilan, dan pembentukan sikap. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang
kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui
kegiatan belajar.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan oleh individu. Perubahan ini mecakup tiga aspek yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Dalam hal ini
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
3. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
24 
 
a. Deskripsi Pembelajaran Kontekstual
Menurut Baharudin (2009:201) pembelajaran kontekstual adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan
nyata sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil atau prestasi belajar
peserta didik tidak hanya dilihat dari tampilan kuantitatif tetapi dilihat sisi
kualitas dan aplikasinya dalam kehidupan nyata. Dengan skema konseptual
seperti itu hasil pembelajaran bukan hanya wacana melangit akan tetapi
merupakan hal yang harus membumi dan bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran CTL berlangsung alamiah (natural) berupa kegiatan bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Menurut sumber lain di website www.sekolahdasar.net Nurhadi
mengartikan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah kosnsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam konteks terbatas sebagai bekal
memecahkan masalah dalam kehidupan di masyarakat.
Menurut Lili Nurlaili (Najib Sulhan, 2010:72) pembelajaran kontekstual
adalah pembelajaran yang menggabungkan materi pelajaran dengan pengalaman
langsung sehari-hari siswa, masyarakat, dan pekerjaan di lingkungannya.
25 
 
Pembelajaran kontekstual ini secara kongkret melibatkan kegiatan secara
langsung yang dialami siswa. Dalam pembelajaran kontekstual materi
disampaikan dalam konteks yang sesuai dengan lingkungannya dan bermakna
bagi siswa.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
(Depdiknas, 2004: 18)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual
(Contextual Teacing and Learning) adalah kosep belajar yang menghadirkan
dunia nyata untuk membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dengan demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan
dan pengalaman atau dunia nyata (real world learning), berpikir tingkat tinggi,
berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa
belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan (joyfull and
quantum learning) dan menggunakan berbagai sumber belajar. (Sumiati,
2009:14)
26 
 
b. Tujuan Pembelajaran Kontekstual
Tujuan pembelajaran kontekstual adalah membekali siswa dengan
pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke
permasalahan lain dari suatu konteks ke konteks lain. Diharapakan peserta didik
bukan hanya canggih menjawab permasalahan teoritis tapi juga canggih
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.
Sedangkan transfer belajar dalam CTL tidak sama seperti pada kelas
pembelajaran konvensional, karena memiliki karaktristik khusus antara lain:
1) Siswa belajar dengan mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang
lain
2) Pengetahuan dan ketrampilan itu diperluas sedikit demi sedikit dari
knteks yang terbatas atau sempit sehingga terjadi transfer embelajaran di
mana peserta didik diperkenalkan pada dunia riil
3) Penting bagi siswa mengetahui untuk apa dia belajar dan bagaimana dia
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu.
c. Komponen-komponen Pembelajaran Kontekstual
Sebagai sebuah sistem CTL terdiri dari tujuh (7) komponen yang saling
mendukung guna mencapai tujuan, menurut Suwarna (2005: 119-126) yaitu :
1) Konstruktivisme (constructivism)
27 
 
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya. Landasan berfikir konstruktivisme menekankan strategi memperoleh
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengigat pengetahuan.
Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) membuat
pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi
kesempatan pada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
(3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman
berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan
pengalaman baru. Menurut Piaget (Suwarna, 2005:121) manusia memiliki
struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing
berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa
orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan
dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-
kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan
dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi maksudnya, struktur pengetahuan baru dibuat atau
dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi
maksudnya, struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk
menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.
28 
 
2) Menemukan (inquiry)
Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Guru harus selalu
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi
yang diajarkannya. Siklus inkuiri terdiri dari: observasi, bertanya, mengajukan
dugaan , pengumpulan data dan penyimpulan. Kata kunci dari strategi inquiri
adalah ”siswa menemukan sendiri”.
3) Bertanya (questioning)
Pengetahuan seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya( questioning)
merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual.
Beranya dalam pembelajaran dipandang ssebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya. Hampir semua aktifitas belajar, questioning dapat diterapkan:
antara siswa dengan siswa, antara pengajar dengan siswa, antara siswa dengan
orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga
ditemukan ketika berdiskusi, bekerja dalam kelompo, ketika menemui kesulitan,
ketika mengamati, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini akan menumbuhkan
dorongan untuk bertanya.
29 
 
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain ( team
work). Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam
kelompok belajar secara formal maupun lingkungan yang terjadi secara alamiah.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam
masyarakat belajar, dua kelompok yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran
saling belajar satu sama lain. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak
ada pihak yang dominan dalam komunikasi, setiap pihak harus bahwa setiap
orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau ketrampilan yang berbeda
yang perlu dipelajari. Metode pembelajaran dengan teknik learning community
sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktek pembelajarannya
terwujud dalam: pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan
ahli ke kelas (olahragawan, dokter, dan sebagainya), bekerja dengan kelas
sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan
masyarakat.
5) Pemodelan (Modelling)
Maksud dari pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Model dapat
diperoleh dari guru, siswa, atau dari luar sekolah yang relevan dengan konteks
dan materi yang sedang menjadi topik bahasan. Pemodelan dalam konsep ini
adalah kegiatan mendemonstrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh,
30 
 
belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru
memberi model tentang how to learn(cara belajar) dan guru bukan satu-satunya
model.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu dan
merupakan respon terhadap kejadian serta aktivitas atau pengetahuan baru yang
diterima atau dilakukan. Melalui proses refleksi, pengalaman baru itu akan
dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi
bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Refleksi bertujuan untuk
mengidentifikasi hal sudah diketahuai dan hal yang belum diketahui agar dapat
dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Menurut Hanafiah dan Suhana
(2009:75) pada akhir pembelajaran guru menyisakan waktu agar siswa melakuka
refleksi yang diwujudkan antara lain dalam bentuk:
a. Pertanyaan langsung tentang yang diperoleh hari itu.
b. Jurnal belajar di buku pribadi siswa.
c. kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.
7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Assessment yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa
perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
31 
 
pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian
bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang
benar harus menekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari
(Learning How to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak
mmungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment
menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh
dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil. Penilaian
autentik menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa. Penilai
tidak hanya pengajar, tetapi juga teman lain atau orang lain. Karakteristik
penilaian autentik (Depdiknas, 2002: 20) adalah: (a) dilaksanakan selama dan
sesudah proses pembelajaran berlangsung, (b) bisa digunakan untuk formatif
maupun sumatif, (c) yang diukur adalah ketrampilan dan performance, bukan
mengingat fakta, (d) berkesinambungan, (e) terintegrasi, (f) dapat digunakan
sebagai feed back.
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran CTL
Menurut Kunandar (2007:304) untuk menerapkan pembelajaran
kontekstual, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini, yaitu:
1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran
perkembangan mental siswa
2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung
32 
 
3) Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri
(self regulated learning)
4) Mempertimbangkan keragaman siswa
5) Memperhatikan multi intelegensia siswa
6) Menggunakan teknik-teknik bertanya (Questioning) untuk
meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan
masalah dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi.
7) Menerapkan penilaian autentik
Guru harus memahami prinsip-prinsip tersebut di atas jika akan
menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran.
e. Kegiatan dan strategi pembelajaran kontekstual
Menurut Sumiati (2009: 17) kegiatan dan strategi pembelajaran
kontekstual dapat ditunjukkan berupa kombinasi dari kegiatan-kegiatan berikut:
1. Pembelajaran otentik (authentic instruction), yaitu pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar dalam konteks yang bermakna, sehingga
menguatkan ikatan pemikiran dan ketrampilan memecahkan masalah-
masalah penting dalam kehidupannya.
2. Pembelajaran berbasis inquiri (inquiry based learning), yaitu
memaknakan strategi pembelajaran dengan metode-metode sains,
sehingga diperoleh pembelajaran yang bermakna.
3. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah yang ada
di dunia nyata atau disekelilingnya sebagai konteks bagi siswa untuk
33 
 
belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, dan untuk
memperoleh konsep utama dari suatu mata pelajaran.
4. Pembelajaran layanan (serve learning), yaitu metode pembelajaran yang
menggabungkan layanan masyarakat dengan struktur sekolah untuk
merefleksikan layanan, menekankan hubungan antara layanan yang
dialami dan pembelajaran akademik di sekolah
5. Pembelajaran berbasis kerja (work based learning), yaitu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan konteks tempat kerja dan membahas
penerapan konsep mata pelajaran di lapangan.
4. Alasan Teoritis Pemilihan Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapanya dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Hasil atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya dilihat dari
tampilan kuantitatif tetapi dilihat sisi kualitas dan aplikasinya dalam kehidupan
nyata. Dengan skema konseptual seperti itu hasil pembelajaran bukan hanya
wacana melangit akan tetapi merupakan hal yang harus membumi dan bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah (natural) berupa
kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa
(Baharudin, 2009:201).
Saat observasi di dalam pembelajaran IPS kelas IV, peneliti menemukan
masalah yaitu selama ini pembelajaran IPS hanya dengan metode ceramah. Guru
34 
 
mengatakan bahwa siswa kurang tertarik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Setelah
mengidentifikasi masalah tersebut, peneliti mencari solusi untuk memecahkan
masalah tersebut. Peneliti berusaha membantu guru untuk mencari upaya
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari mereka. Pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujukh komponen
pembelajaran yaitu: konstruktivisme, inquiri, pemodelan, masyarakat belajar,
bertanya, refleksi dan penilaian sebenarnya.
Teori belajar yang mendasari dan menguatkan pembelajaran kontekstual
antara lain konstruktivisme, teori ini menjelaskan dimana siswa dapat menyusun
pengetahuan baru mereka berdasarkan pengalaman. Kemudian teori belajar
lainnya yang mendasari pendekatan pembelajaran kontekstual adalah inquiri
yaitu proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berpikir secara sistematis. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya
Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa pembelajaran IPS hanya
didominasi dengan metode ceramah, pendekatan pembelajaran kontekstual
cocok diterapkan saat pembelajarn IPS karena pembelajaran kontekstual
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
35 
 
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan nyata. Selain itu siswa
mampu menguasai suatu konsep yang abstrak melalui pengalaman belajar yang
kongkret.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan merupakan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelum
penelitian dilakukan oleh seseorang yang dijadikan pedoman atau sumber lain
untuk melengkapi data. Adanya suatu penelitian yang relevan menunjukkan
penelitian yang dilakukan bukan merupakan sesuatu yang baru, akan tetapi
merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang saya
lakukan ini bukan penelitian yang baru, melainkan pengembangan dari
penelitian yang relevan sebelumnya. Adapun penelitian yang mendukung
penelitian saya adalah sebagai berikut:
1. Anita Khoirunnisa (2010) dalam penelitiannya tentang Penerapan
Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Internasional Al-Abidin Surakarta
Tahun Ajaran 2009/2010 (skripsi) menemukan hasil penelitian bahwa
penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa. Hal ini terbukti dengan
adanya peningkatan persentase aktivitas positif siswa dalam proses
pembelajaran dan nilai rata-rata mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang diperoleh siswa di setiap akhir siklus mengalami peningkatan.
36 
 
2. Meiriana Wulandari (2009) dalam penelitiannya tentang Penerapan
Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bayat Kabupaten Klaten
(skripsi) menemukan hasil penelitian bahwa penerapan pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa.
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan persentase aktivitas positif
siswa dalam proses pembelajaran dan nilai rata-rata mata pelajaran IPS
yang diperoleh siswa di setiap akhir siklus mengalami peningkatan.
3. Penelitian Kuati Aprilia Astuti (2011) yang berjudul ”Peningkatan Hasil
Belajar IPS Materi Koperasi Melalui Pendekatan Contextual Teacing
Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IVA SD N Tahunan Yogyakarta”,
menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran CTL hasil belajar dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Koperasi meningkat.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas untuk memperjelas arah
yang dimaksud dari penelitian ini maka dapat disusun kerangka pemikiran
sebagai berikut. Selama ini masih banyak guru yang mendesain siswa untuk
menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru. Seakan-akan guru
sebagai sumber utama pembelajaran. Umumnya metode yang digunakan adalah
metode ceramah sehingga proses pembelajaran tidak mengaktifkan siswa. Hal
ini mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dan rendahnya hasil belajar
siswa.
37 
 
Untuk dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa, guru
harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa menemukan materi yang dipelajarinya dan dapat
menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga siswa dapat
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pendekatan pembelajaran
Kontekstual dipilih peneliti karena siswa dapat menghubungkan kemampuan
yang diharapkan pada suatu mata pelajaran dengan pekerjaan atau kehidupan
sehari-hari mereka sehingga mereka semakin akrab/ dekat dengan
lingkungannya. Selain itu siswa akan memiliki kemampuan untuk selalu
berusaha mencari dan menemukan sendiri serta membuktikannya. Manfaat yang
lain adalah siswa akan mampu untuk menguasai suatu konsep yang abstrak
melalui pengalaman belajar yang konkret.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan mentransfer ilmu pengetahuan dari guru ke
siswa. Siswa dapat menemukan pengetahuan dengan aktivitas yang bersifat
dunia nyata.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah kelompok yang bekerja
sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datang
dari menemukan diri sendiri bukan apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas
yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
38 
 
Pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajarn
kontekstual diharapkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPS akan
meningkat, sehingga akhirnya hasil belajar yang didapat siswa juga meningkat
seperti yang diharapakan dalam kegiatan pembelajaran.
Secara skematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1.
Alur Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
• Guru menggunakan metode ceramah sehingga proses
pembelajaran tidak mengaktifkan siswa
• Hasil belajar pada mata pelajaran IPS rendah (di bawah KKM yang
ditetapkan sekolah)
Pemberian tindakan menggunakan pembelajaran
kontekstual yang mengandung 7 komponen:
konstruktivisme, inquiri, pemodelan,
masyarakat belajar, bertanya, refleksi dan
penilaian sebenarnya.
Hasil yang diharapkan:
• Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat
• Hasil belajar IPS meningkat, dan 75 % dari seluruh siswa mendapat
nilai ≥65
39 
 
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dari kajian teori tersebut di atas, maka peneliti
mengajukan suatu hipotesis yaitu: Melalui penerapan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD
Negeri Margoagung pada mata pelajaran IPS.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam menafsirkan
beberapa istilah yang ada pada penelitian ini, maka definisi operasional
penelitian ini adalah:
1. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan
belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan ini mecakup tiga
aspek yaitu kognitif (pengetahuan,pemahaman,penerapan), afektif
(sikap) dan psikomotor (unjuk kerja). Dalam hal ini ranah, kognitiflah
yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
2. IPS adalah pengajaran meliputi kajian tentang manusia dan
lingkungannya yang disampaikan di sekolah dasar yang berfungsi
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat
kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pembelajaran CTL adalah kosep belajar yang menghadirkan dunia nyata
untuk membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

More Related Content

What's hot

Raffi Darmawan Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu MKDU
Raffi Darmawan Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu MKDURaffi Darmawan Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu MKDU
Raffi Darmawan Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu MKDU
RaffiDarmawan1
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Rizki Lia Ismawati
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
windarti aja
 
Uts pengantar pendidikan
Uts pengantar pendidikanUts pengantar pendidikan
Uts pengantar pendidikan
ovindaaa
 
Tugas pend.ips sd
Tugas pend.ips sdTugas pend.ips sd
Tugas pend.ips sd
Operator Warnet Vast Raha
 
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asas
Rizmanz Rizky
 
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalamKonsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
Siti Amama
 
Pipssd
PipssdPipssd
Pipssd
pepengrohim
 
Psikologi.1
Psikologi.1Psikologi.1
Psikologi.1
Shan Cyu
 
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura PontianakKajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Lili Puspita Sari
 
04kecerdasan pelbagai
04kecerdasan pelbagai04kecerdasan pelbagai
04kecerdasan pelbagai
Noorleha Mohd Yusoff
 
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henryJawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henryHenry Kurniawan
 
Silabus. ipa smp m ts
Silabus. ipa smp m tsSilabus. ipa smp m ts
Silabus. ipa smp m tsKrisna Murti
 
Kelompok 7 pendidikan ips di sd
Kelompok 7 pendidikan ips di sdKelompok 7 pendidikan ips di sd
Kelompok 7 pendidikan ips di sd
eka noviana
 
Pembelajaran pkn di sd
Pembelajaran pkn di sdPembelajaran pkn di sd
Pembelajaran pkn di sd
Hesti Daryadi
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikan
Siwi Danar
 
Pengantar pendidikan tiara 8
Pengantar pendidikan tiara 8Pengantar pendidikan tiara 8
Pengantar pendidikan tiara 8srimutiaracantik
 

What's hot (19)

Raffi Darmawan Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu MKDU
Raffi Darmawan Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu MKDURaffi Darmawan Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu MKDU
Raffi Darmawan Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu MKDU
 
Teori
TeoriTeori
Teori
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
 
Uts pengantar pendidikan
Uts pengantar pendidikanUts pengantar pendidikan
Uts pengantar pendidikan
 
Tugas pend.ips sd
Tugas pend.ips sdTugas pend.ips sd
Tugas pend.ips sd
 
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asas
 
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalamKonsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
 
Pipssd
PipssdPipssd
Pipssd
 
Psikologi.1
Psikologi.1Psikologi.1
Psikologi.1
 
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura PontianakKajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
 
04kecerdasan pelbagai
04kecerdasan pelbagai04kecerdasan pelbagai
04kecerdasan pelbagai
 
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henryJawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
 
Silabus. ipa smp m ts
Silabus. ipa smp m tsSilabus. ipa smp m ts
Silabus. ipa smp m ts
 
Kelompok 7 pendidikan ips di sd
Kelompok 7 pendidikan ips di sdKelompok 7 pendidikan ips di sd
Kelompok 7 pendidikan ips di sd
 
Pembelajaran pkn di sd
Pembelajaran pkn di sdPembelajaran pkn di sd
Pembelajaran pkn di sd
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikan
 
Pengantar pendidikan tiara 8
Pengantar pendidikan tiara 8Pengantar pendidikan tiara 8
Pengantar pendidikan tiara 8
 
Ki kd sosiologi
Ki kd sosiologiKi kd sosiologi
Ki kd sosiologi
 

Similar to Bab 2 09108247080

Mengajaripsdisd 121003200050-phpapp02
Mengajaripsdisd 121003200050-phpapp02Mengajaripsdisd 121003200050-phpapp02
Mengajaripsdisd 121003200050-phpapp02Muhammad Ibadurrahman
 
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPSCapaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Modul Guruku
 
083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf
erlyn22
 
Modul aja ips sd kelas tinggi,1234567890
Modul aja ips sd kelas tinggi,1234567890Modul aja ips sd kelas tinggi,1234567890
Modul aja ips sd kelas tinggi,1234567890
hamdhisyabatul
 
Hakikat n karakteristik ips new
Hakikat n karakteristik ips newHakikat n karakteristik ips new
Hakikat n karakteristik ips new
Mitha Ye Es
 
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKACP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
Modul Guruku
 
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Maruttha Puspita
 
05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf
dewiyani41
 
ISD sebagai salah satu mkdu
ISD sebagai salah satu mkduISD sebagai salah satu mkdu
ISD sebagai salah satu mkdu
MuhammadMalvin
 
ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan-131202053141-phpapp02.pdf
ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan-131202053141-phpapp02.pdfilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan-131202053141-phpapp02.pdf
ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan-131202053141-phpapp02.pdf
SyahidKhusnulKhotima
 
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Hakikat Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Hakikat PendidikanIlmu Pengetahuan Sosial sebagai Hakikat Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Hakikat Pendidikan1231011994
 
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
Mutiaraaw
 
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
awandaalvin
 
Kajian ips 1_fix
Kajian ips 1_fixKajian ips 1_fix
Kajian ips 1_fix
pratamisyarah
 
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang MendidikKarakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Fitri Yusmaniah
 
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).docCP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
SukatmaSukatma
 
1_konsep_dasar_ips_ppt.ppt
1_konsep_dasar_ips_ppt.ppt1_konsep_dasar_ips_ppt.ppt
1_konsep_dasar_ips_ppt.ppt
BrianDamara
 
Ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan 131202053141-phpapp02
Ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan 131202053141-phpapp02Ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan 131202053141-phpapp02
Ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan 131202053141-phpapp02
yusuf azharri
 
Psikologi Pendidikan Pertemuan 1
Psikologi Pendidikan Pertemuan 1Psikologi Pendidikan Pertemuan 1
Psikologi Pendidikan Pertemuan 1
Risdiana Hidayat
 

Similar to Bab 2 09108247080 (20)

Mengajaripsdisd 121003200050-phpapp02
Mengajaripsdisd 121003200050-phpapp02Mengajaripsdisd 121003200050-phpapp02
Mengajaripsdisd 121003200050-phpapp02
 
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPSCapaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
 
083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf
 
Modul aja ips sd kelas tinggi,1234567890
Modul aja ips sd kelas tinggi,1234567890Modul aja ips sd kelas tinggi,1234567890
Modul aja ips sd kelas tinggi,1234567890
 
ips SD.word
ips SD.wordips SD.word
ips SD.word
 
Hakikat n karakteristik ips new
Hakikat n karakteristik ips newHakikat n karakteristik ips new
Hakikat n karakteristik ips new
 
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKACP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
 
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
 
05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf
 
ISD sebagai salah satu mkdu
ISD sebagai salah satu mkduISD sebagai salah satu mkdu
ISD sebagai salah satu mkdu
 
ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan-131202053141-phpapp02.pdf
ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan-131202053141-phpapp02.pdfilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan-131202053141-phpapp02.pdf
ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan-131202053141-phpapp02.pdf
 
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Hakikat Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Hakikat PendidikanIlmu Pengetahuan Sosial sebagai Hakikat Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Hakikat Pendidikan
 
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
 
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
Tugas awanda mutiara,_risma_aprilia,_sheila_haza,_karinaanindya,_sania_rachma[1]
 
Kajian ips 1_fix
Kajian ips 1_fixKajian ips 1_fix
Kajian ips 1_fix
 
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang MendidikKarakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
 
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).docCP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
 
1_konsep_dasar_ips_ppt.ppt
1_konsep_dasar_ips_ppt.ppt1_konsep_dasar_ips_ppt.ppt
1_konsep_dasar_ips_ppt.ppt
 
Ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan 131202053141-phpapp02
Ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan 131202053141-phpapp02Ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan 131202053141-phpapp02
Ilmupengetahuansosialsebagaihakekatpendidikan 131202053141-phpapp02
 
Psikologi Pendidikan Pertemuan 1
Psikologi Pendidikan Pertemuan 1Psikologi Pendidikan Pertemuan 1
Psikologi Pendidikan Pertemuan 1
 

Recently uploaded

Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptxBab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Habibatut Tijani
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptxREVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
adityanoor64
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
WAYANDARSANA1
 
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
RizkiArdhan
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Fathan Emran
 
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfAksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
DenysErlanders
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
DaraAOi
 
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Kanaidi ken
 
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptxMATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
NindiBeautyandHealth
 
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
SriWahyuni58535
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
dhenisarlini86
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
vivi211570
 
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdfLAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
kompdua2
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA KELAS 4 FASE B.docx
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA  KELAS 4 FASE B.docxMODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA  KELAS 4 FASE B.docx
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA KELAS 4 FASE B.docx
AtikIstikhomatin
 

Recently uploaded (20)

Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptxBab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptxREVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
 
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
 
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfAksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
 
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
 
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptxMATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
 
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
 
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdfLAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA KELAS 4 FASE B.docx
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA  KELAS 4 FASE B.docxMODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA  KELAS 4 FASE B.docx
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA KELAS 4 FASE B.docx
 

Bab 2 09108247080

  • 1. 11    BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik 1. Pembelajaran ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Djojo Suradiastra (1993:4) IPS merupakan program pendidikan pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah yang kajiannya tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Dalam kajian tersebut Ilmu Pengetahuan Sosial bukan hanya mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan manusia saja, melainkan tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut. Menurut Barth dan Shermis (Djodjo Suradisastra, 1993:4) yang dikaji dalam IPS yaitu: pengetahuan, pengolahan informasi, telaah nilai dan keyakinan dan peran serta dalam kehidupan. Keempat butir bahan belajar tersebut menjadi jalan bagi pencapaian tujuan IPS. Menurut Fakih Salmawi dan Bunyamin Maftuh (1998:1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial ( khususnya ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi/ koperasi, ilmu politik dan pemerintahan, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial) sangat berperan dalam mendukung mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan memberikan sumbangan berupa konsep-konsep ilmu yang diubah sebagai pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari oleh siswa.
  • 2. 12    IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak jenjang SD dan MI, rasional mempelajari IPS adalah : (1) Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimilki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna. (2) Agar siswa lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara nasional dan bertanggung jawab (3) Agar para siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri antar manusia Bahan kajian IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan belaka, melainkan mendorong daya nalar yang kreatif. Jadi yang dikehendaki bukan hanya fakta tentang manusia dan dunia sekelilingnya, melainkan tentang konsep dan generalisasi yang diambil dari analisis tentang manusia dan lingkungannya. Keterampilan dasar yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPS menurut Banks (Djodjo Suradisastra, 1993: 8) yaitu: keterampilan berpikir, keterampilan akademik, keterampilan ilmiah, dan keterampilan sosial. b. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran IPS Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat dimanapun mereka melalui handphone dan internet. Kemajuan iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian
  • 3. 13    maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007: 575), mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut: 1) Manusia, tempat, dan lingkungan. 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. 3) Sistem sosial dan budaya. 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi yang diharapkan pada pengajaran IPS kelas IV yang diberikan pada semester 1 yaitu:
  • 4. 14    memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Sedangkan kompetensi dasarnya yaitu: 1) Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, propinsi) dengan menggunakan skala sederhana. 2) Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya. 3) Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat. 4) Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/ kota, propinsi) 5) Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, propinsi) 6) Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya. Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS SD merupakan pengajaran meliputi kajian tentang manusia dan lingkungannya yang disampaikan di sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Melalui mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Melalui mata pelajaran IPS
  • 5. 15    diharapkan para siswa dapat terbina menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. (Fakih Samawi dan Benyamin Maftuh, 1998:1). c. Daya tarik IPS bagi anak IPS sebenarnya bukan merupakan bahan pelajaran yang membosankan. Oleh karena itu yang penting menurut Welton dan Mallan (Djojo Suradiastra, 1993:65) adalah kita membedakan apakah bahan pelajaran tersebut disukai atau dipedulikan. Tingkat kepedulian siswa terhadap mata pelajaran IPS rendah jika dibandingkan dengan pelajaran berhitung, membaca ataupun menulis. Oleh karena itu sebagai salah satu cara untuk membangkitkan semangat belajar dalam IPS sebaiknya keterlibatan anak perlu diatur seefektif mungkin. Dengan demikian semangat untuk belajar IPS datang dari siswa dan kemudian ditopang oleh semangat guru. Apabila keduanya berjalan terpadu diharapkan pengajaran IPS yang kurang populer akan dipedulikan juga oleh siswa. d. Implikasi perkembangan anak terhadap IPS Menurut Piaget (Djodjo Suradisastro, 1993:65-66) tingkat perkembangan kognitif anak melalui empat tahap yaitu: 1) Stadium sensori motorik, umur 0 s/d 18 atau 24 bulan 2) Stadium pra operasional, umur 18/ 24 bulan s/d 7 tahun 3) Stadium operasional konkret, umur 7 tahun s/d 11 tahun 4) Stadium operasional formal, mulai umur 11 tahun ke atas Berdasarkan pendapat Piaget tersebut, perkembangan kognisi pada anak usia sekolah dasar berada dalam tahapan dua masa transisi dari tahap pra operasional
  • 6. 16    ke masa operasional kongkrit dan masa transisi dari tahap operasional kongkrit ke tahap operasional formal. Skema perkembangan kognitif pada tahap ini berkaitan dengan ketrampilan berpikir dan pemecahan masalah seperti mengklasifikasi, memahami keadaan sesuatu yang tetap, mengurutkan dan seterusnya. Juga pada tahap anak usia sekolah dasar ini, perkembangan kognisinya memperlihatkan kearah kemampuan atau kecakapan berpikir secara simbolik, yakni berpikir yang lebih logis, abstrak dan imajinatif. Namun demikian, karena berada dalam keadaan transisi perkembangan antara tahap operasional kongkrit ke tahap operasional formal, anak usia sekolah dasar ini masih memerlukan bantuan objek nyata untuk berpikir tersebut. Sehubungan dengan hal di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan lingkungan belajar bagi anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan kesempatan anak untuk bereksplorasi, berpikir dan berinteraksi secara langsung dengan lingkungan (benda kongkrit). Kemampuan guru dalam memanipulasi objek fisik menjadi objek berpikir anak akan selalu dituntut dalam pengembangan pengajarannya. Untuk itu seyogyanya menjadi dasar pertimbangan seorang guru dalam merancang pengajaran IPS yang harus memperhatikan: a) Pemilihan isi bahan belajar mulai dari fakta, konsep, generalisasi dan teori sampai pada kedalaman dan keluasan yang cocok untuk anak. b) Tata urutan bahan belajar yang ditata berdasarkan perkembangan kemampuan anak.
  • 7. 17    c) Strategi pembelajaran. e. Tingkat kesiapan belajar siswa dalam IPS Karakteristik dan tingkat perkembangan anak akan bermuara pada kesiapan belajar. Yang merupakan suatu gambaran keseluruhan secara utuh. Artinya dalam kesiapan ini yang siap adalah siswa. Bukan hanya kesiapan berpikir atau kesiapan afektif saja, akan tetapi merupakan kesiapan seutuhnya. Menurut Connel dalam buku ( Djojo Suradisastro 1993:67) kesiapan belajar dibagi atas kesiapan kognitif dan kesiapan afektif. Kesiapan kognitif bertalian dengan hal-hal tentang pengetahuan, berpikir, dan penalaran. Kesiapan kognitif dipengarui oleh beberapa hal. Pertama, bergantung kepada kematangan intelektual. Selanjutnya ialah latar belakang pengalaman dan tingkat pencapaian. Ketiga, struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Keempat, penyajian bahan belajar yang baru. Connel dan kawan-kawan menyatakan bahwa banyak guru yang menganggap anak yang mempunyai intelektual tinggi tetapi kurang berhasil dalam belajar adalah karena kurang siap secara afektif. Mereka kurang termotivasi untuk belajar. Motivasi untuk berprestasi pada mereka kurang tinggi. Walaupun yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah tingkat kesiapan ssecara keseluruhan namun yang sering ditonjolkan adalah kesiapan kognitif. Oleh karena itu Bruner dalam buku (Djojo Suradisastro 1993:67-68) beranggapan bahwa kesiapan sesuai dengan perkembangan intelektual anak. Dapat juga diartikan sebagai cara bagaimana anak memendang dunia relitas.
  • 8. 18    Bagi Bruner kesiapan merupakan peristiwa aktif yang mempengaruhi lingkungan belajar. Dalam belajar siswa mengalami tiga representasi tentang dunia realitas yaitu, enaktif, ikonik, dan simbolik. Perwujudan enaktif merupakan pengalaman langsung, ikonik merupakan pengalaman yang didasarkan pada media, visual dan pada imaginasi internal. Perwujudan simbolik didasarkan pada yang abstrak, relatif dan fleksibel. Tingkat kesiapan merupakan peristiwa yang timbul dari lingkungan belajar yang kaya dan bermakna dihadapkan pada guru yang mendorong siswa dalam belajar sebagai peristiwa yang menggugah. 2. Belajar dan Hasil Belajar a. Belajar Makna dan hakikat belajar diartikan bermacam-macam menurut para ahli, menurut Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Teories of learning (Ngalim Purwanto, 2007: 84), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-berulang, di dalam situasi itu di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya). Sedangkan menurut Morgan dalam bukunya Introduction to Psycology (Ngalim Purwanto, 2007:84) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
  • 9. 19    Menurut Gagne (Najib Sukhan, 2010:5) belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peringatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Perubahan tingkah laku tersebut dapat bertahan selama jangka waktu tertentu. Menurut William Burton (Oemar Hamalik, 2001: 29) belajar yang efektif adalah belajar dengan jalan mengalami. Pengalaman itu diperoleh berkat interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan-perubahan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsure subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah:
  • 10. 20    1) Pengetahuan, 6) Emosional, 2) Pengertian, 7) Hubungan sosial 3) Kebiasaan, 8) Jasmani, 4) Ketrampilan, 9) Budi pekerti atau etis, 5) Apresiasi, 10) Sikap. Proses belajar bisa berlangsung secara efektif apabila semua faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa) diperhatiakan oleh guru. Seorang guru harus bisa mengetahui potensi, kecerdasan, minat, motivasi, gaya belajar, sikap, dan latar belakangsosial ekonomi dan budaya yang merupakan faktor internal pada diri pembelajar. Begitu juga faktor eksternal sseperti tujuan, materi, strategi, metode, iklim sosial dalam kelas, sistem sosial dalam kelas, sistem evaluasi, pandangan terhadap siswa,lebih-lebih upaya guru untuk menanganikesulitan belajar siswa harus bisa dipahami dan dilaksanakan. b. Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses, sebagai suatu proses tentu harus ada yang diproses (input) dan hasil dari pemrosesan (output). Dalam suatu proses belajar mengajar di sekolah yang dimaksud input adalah siswa sedangkan outputnya adalah hasil belajar.
  • 11. 21    Menurut Dimyati (2006:256) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah koginif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk melakukan perbaikan broses belajar mengajar maupun evaluasi. Menurut Oemar Hamalik (2001:31) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan ketrampilan. Hasil belajar diterima murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakn baginya. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan engan pertimbangan yang baik. Berdasarkan teori taksonomi Bloom yang dikutip oleh Hamid Hasan dan Asmawi Zainul (1991:23-27) membagi hasil belajar dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan berpikir, ranah afektif berhubungan dengan kemampuan perasaan, sikap, dan kepribadian, sedangkan psikomotorik berhubungan dengan persoalan ketrampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis.
  • 12. 22    1) Ranah Kognitif Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Ada 6 jenjang dalam ranah kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2) Ranak Afektif Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan, proses, internalisasi, dan pembentukan karakteristik diri. Ada 5 jenjang dalam ranah afektif yaitu penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan penjatidirian. 3) Ranah Psikomotor Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis. Kemampuan gerak atau manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan psikologis. Jadi kemampuan tersebuat adalah kemampuan yang dapat dipelajari. Hasil belajar menurut Nana Sudjana (1991: 22) dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a) ketrampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1) Faktor Internal (dari dalam individu)
  • 13. 23    Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada pada faktor dari dalam individu yang belajar. Faktor tersebut berupa faktor psikologis yang meliputi: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan, dan lain sebagainya. 2) Faktor Eksternal (dari luar individu) Pencapain tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan yang kondusif. Hal ini berkaitan dengan faktor dari luar siswa yang meliputi: penanaman konsep dan ketrampilan, dan pembentukan sikap. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan ini mecakup tiga aspek yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Dalam hal ini ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. 3. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
  • 14. 24    a. Deskripsi Pembelajaran Kontekstual Menurut Baharudin (2009:201) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya dilihat dari tampilan kuantitatif tetapi dilihat sisi kualitas dan aplikasinya dalam kehidupan nyata. Dengan skema konseptual seperti itu hasil pembelajaran bukan hanya wacana melangit akan tetapi merupakan hal yang harus membumi dan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah (natural) berupa kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Menurut sumber lain di website www.sekolahdasar.net Nurhadi mengartikan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah kosnsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam konteks terbatas sebagai bekal memecahkan masalah dalam kehidupan di masyarakat. Menurut Lili Nurlaili (Najib Sulhan, 2010:72) pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menggabungkan materi pelajaran dengan pengalaman langsung sehari-hari siswa, masyarakat, dan pekerjaan di lingkungannya.
  • 15. 25    Pembelajaran kontekstual ini secara kongkret melibatkan kegiatan secara langsung yang dialami siswa. Dalam pembelajaran kontekstual materi disampaikan dalam konteks yang sesuai dengan lingkungannya dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Depdiknas, 2004: 18) Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual Teacing and Learning) adalah kosep belajar yang menghadirkan dunia nyata untuk membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata (real world learning), berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan (joyfull and quantum learning) dan menggunakan berbagai sumber belajar. (Sumiati, 2009:14)
  • 16. 26    b. Tujuan Pembelajaran Kontekstual Tujuan pembelajaran kontekstual adalah membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dari suatu konteks ke konteks lain. Diharapakan peserta didik bukan hanya canggih menjawab permasalahan teoritis tapi juga canggih memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Sedangkan transfer belajar dalam CTL tidak sama seperti pada kelas pembelajaran konvensional, karena memiliki karaktristik khusus antara lain: 1) Siswa belajar dengan mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain 2) Pengetahuan dan ketrampilan itu diperluas sedikit demi sedikit dari knteks yang terbatas atau sempit sehingga terjadi transfer embelajaran di mana peserta didik diperkenalkan pada dunia riil 3) Penting bagi siswa mengetahui untuk apa dia belajar dan bagaimana dia menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu. c. Komponen-komponen Pembelajaran Kontekstual Sebagai sebuah sistem CTL terdiri dari tujuh (7) komponen yang saling mendukung guna mencapai tujuan, menurut Suwarna (2005: 119-126) yaitu : 1) Konstruktivisme (constructivism)
  • 17. 27    Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Landasan berfikir konstruktivisme menekankan strategi memperoleh dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengigat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) membuat pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget (Suwarna, 2005:121) manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak- kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya, struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya, struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.
  • 18. 28    2) Menemukan (inquiry) Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri terdiri dari: observasi, bertanya, mengajukan dugaan , pengumpulan data dan penyimpulan. Kata kunci dari strategi inquiri adalah ”siswa menemukan sendiri”. 3) Bertanya (questioning) Pengetahuan seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya( questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual. Beranya dalam pembelajaran dipandang ssebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Hampir semua aktifitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara pengajar dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika berdiskusi, bekerja dalam kelompo, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya.
  • 19. 29    4) Masyarakat belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain ( team work). Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun lingkungan yang terjadi secara alamiah. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, setiap pihak harus bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau ketrampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Metode pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktek pembelajarannya terwujud dalam: pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas (olahragawan, dokter, dan sebagainya), bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat. 5) Pemodelan (Modelling) Maksud dari pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Model dapat diperoleh dari guru, siswa, atau dari luar sekolah yang relevan dengan konteks dan materi yang sedang menjadi topik bahasan. Pemodelan dalam konsep ini adalah kegiatan mendemonstrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh,
  • 20. 30    belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn(cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model. 6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu dan merupakan respon terhadap kejadian serta aktivitas atau pengetahuan baru yang diterima atau dilakukan. Melalui proses refleksi, pengalaman baru itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Refleksi bertujuan untuk mengidentifikasi hal sudah diketahuai dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:75) pada akhir pembelajaran guru menyisakan waktu agar siswa melakuka refleksi yang diwujudkan antara lain dalam bentuk: a. Pertanyaan langsung tentang yang diperoleh hari itu. b. Jurnal belajar di buku pribadi siswa. c. kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. 7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) Assessment yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
  • 21. 31    pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar harus menekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (Learning How to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mmungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya pengajar, tetapi juga teman lain atau orang lain. Karakteristik penilaian autentik (Depdiknas, 2002: 20) adalah: (a) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, (b) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (c) yang diukur adalah ketrampilan dan performance, bukan mengingat fakta, (d) berkesinambungan, (e) terintegrasi, (f) dapat digunakan sebagai feed back. d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran CTL Menurut Kunandar (2007:304) untuk menerapkan pembelajaran kontekstual, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini, yaitu: 1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa 2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung
  • 22. 32    3) Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri (self regulated learning) 4) Mempertimbangkan keragaman siswa 5) Memperhatikan multi intelegensia siswa 6) Menggunakan teknik-teknik bertanya (Questioning) untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi. 7) Menerapkan penilaian autentik Guru harus memahami prinsip-prinsip tersebut di atas jika akan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. e. Kegiatan dan strategi pembelajaran kontekstual Menurut Sumiati (2009: 17) kegiatan dan strategi pembelajaran kontekstual dapat ditunjukkan berupa kombinasi dari kegiatan-kegiatan berikut: 1. Pembelajaran otentik (authentic instruction), yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam konteks yang bermakna, sehingga menguatkan ikatan pemikiran dan ketrampilan memecahkan masalah- masalah penting dalam kehidupannya. 2. Pembelajaran berbasis inquiri (inquiry based learning), yaitu memaknakan strategi pembelajaran dengan metode-metode sains, sehingga diperoleh pembelajaran yang bermakna. 3. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau disekelilingnya sebagai konteks bagi siswa untuk
  • 23. 33    belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, dan untuk memperoleh konsep utama dari suatu mata pelajaran. 4. Pembelajaran layanan (serve learning), yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan layanan masyarakat dengan struktur sekolah untuk merefleksikan layanan, menekankan hubungan antara layanan yang dialami dan pembelajaran akademik di sekolah 5. Pembelajaran berbasis kerja (work based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan konteks tempat kerja dan membahas penerapan konsep mata pelajaran di lapangan. 4. Alasan Teoritis Pemilihan Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya dilihat dari tampilan kuantitatif tetapi dilihat sisi kualitas dan aplikasinya dalam kehidupan nyata. Dengan skema konseptual seperti itu hasil pembelajaran bukan hanya wacana melangit akan tetapi merupakan hal yang harus membumi dan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah (natural) berupa kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Baharudin, 2009:201). Saat observasi di dalam pembelajaran IPS kelas IV, peneliti menemukan masalah yaitu selama ini pembelajaran IPS hanya dengan metode ceramah. Guru
  • 24. 34    mengatakan bahwa siswa kurang tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Setelah mengidentifikasi masalah tersebut, peneliti mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Peneliti berusaha membantu guru untuk mencari upaya meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari mereka. Pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujukh komponen pembelajaran yaitu: konstruktivisme, inquiri, pemodelan, masyarakat belajar, bertanya, refleksi dan penilaian sebenarnya. Teori belajar yang mendasari dan menguatkan pembelajaran kontekstual antara lain konstruktivisme, teori ini menjelaskan dimana siswa dapat menyusun pengetahuan baru mereka berdasarkan pengalaman. Kemudian teori belajar lainnya yang mendasari pendekatan pembelajaran kontekstual adalah inquiri yaitu proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa pembelajaran IPS hanya didominasi dengan metode ceramah, pendekatan pembelajaran kontekstual cocok diterapkan saat pembelajarn IPS karena pembelajaran kontekstual membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
  • 25. 35    dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan nyata. Selain itu siswa mampu menguasai suatu konsep yang abstrak melalui pengalaman belajar yang kongkret. B. Penelitian yang Relevan Penelitian relevan merupakan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelum penelitian dilakukan oleh seseorang yang dijadikan pedoman atau sumber lain untuk melengkapi data. Adanya suatu penelitian yang relevan menunjukkan penelitian yang dilakukan bukan merupakan sesuatu yang baru, akan tetapi merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang saya lakukan ini bukan penelitian yang baru, melainkan pengembangan dari penelitian yang relevan sebelumnya. Adapun penelitian yang mendukung penelitian saya adalah sebagai berikut: 1. Anita Khoirunnisa (2010) dalam penelitiannya tentang Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Internasional Al-Abidin Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 (skripsi) menemukan hasil penelitian bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan persentase aktivitas positif siswa dalam proses pembelajaran dan nilai rata-rata mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diperoleh siswa di setiap akhir siklus mengalami peningkatan.
  • 26. 36    2. Meiriana Wulandari (2009) dalam penelitiannya tentang Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bayat Kabupaten Klaten (skripsi) menemukan hasil penelitian bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan persentase aktivitas positif siswa dalam proses pembelajaran dan nilai rata-rata mata pelajaran IPS yang diperoleh siswa di setiap akhir siklus mengalami peningkatan. 3. Penelitian Kuati Aprilia Astuti (2011) yang berjudul ”Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Koperasi Melalui Pendekatan Contextual Teacing Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IVA SD N Tahunan Yogyakarta”, menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran CTL hasil belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Koperasi meningkat. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas untuk memperjelas arah yang dimaksud dari penelitian ini maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut. Selama ini masih banyak guru yang mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru. Seakan-akan guru sebagai sumber utama pembelajaran. Umumnya metode yang digunakan adalah metode ceramah sehingga proses pembelajaran tidak mengaktifkan siswa. Hal ini mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dan rendahnya hasil belajar siswa.
  • 27. 37    Untuk dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa, guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa menemukan materi yang dipelajarinya dan dapat menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga siswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pendekatan pembelajaran Kontekstual dipilih peneliti karena siswa dapat menghubungkan kemampuan yang diharapkan pada suatu mata pelajaran dengan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari mereka sehingga mereka semakin akrab/ dekat dengan lingkungannya. Selain itu siswa akan memiliki kemampuan untuk selalu berusaha mencari dan menemukan sendiri serta membuktikannya. Manfaat yang lain adalah siswa akan mampu untuk menguasai suatu konsep yang abstrak melalui pengalaman belajar yang konkret. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa dapat menemukan pengetahuan dengan aktivitas yang bersifat dunia nyata. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah kelompok yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datang dari menemukan diri sendiri bukan apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
  • 28. 38    Pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajarn kontekstual diharapkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPS akan meningkat, sehingga akhirnya hasil belajar yang didapat siswa juga meningkat seperti yang diharapakan dalam kegiatan pembelajaran. Secara skematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir Kondisi Awal • Guru menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran tidak mengaktifkan siswa • Hasil belajar pada mata pelajaran IPS rendah (di bawah KKM yang ditetapkan sekolah) Pemberian tindakan menggunakan pembelajaran kontekstual yang mengandung 7 komponen: konstruktivisme, inquiri, pemodelan, masyarakat belajar, bertanya, refleksi dan penilaian sebenarnya. Hasil yang diharapkan: • Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat • Hasil belajar IPS meningkat, dan 75 % dari seluruh siswa mendapat nilai ≥65
  • 29. 39    D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan dari kajian teori tersebut di atas, maka peneliti mengajukan suatu hipotesis yaitu: Melalui penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Margoagung pada mata pelajaran IPS. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam menafsirkan beberapa istilah yang ada pada penelitian ini, maka definisi operasional penelitian ini adalah: 1. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan ini mecakup tiga aspek yaitu kognitif (pengetahuan,pemahaman,penerapan), afektif (sikap) dan psikomotor (unjuk kerja). Dalam hal ini ranah, kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. 2. IPS adalah pengajaran meliputi kajian tentang manusia dan lingkungannya yang disampaikan di sekolah dasar yang berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pembelajaran CTL adalah kosep belajar yang menghadirkan dunia nyata untuk membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.