SlideShare a Scribd company logo
ASUHAN KEBIDANANA PADA IBU NIPFAS NORMAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat bahwa angka ibu nifas
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007 diperkirakan 60% atau sekitar 598.000 dari
jumlah tersebut sebanyak 10% ibu meninggal dunia ketika masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Pada tahun 2009 ibu nifas sebanyak 80% atau sekitar 860.000 dan yang meninggak
dunia sekitar 20%. Sementara pada tahun 2011 jumlah ibu nifas mengalami peningkatan 5%
dari tahun sebelumnya atau sekitar 928.000 dengan angka kematian ibu nifas sebanyak
398.000 (wordpress.com/AKI : 2012).
Di Indonesia jumlah ibu nifas dalam beberapa tahun terakhir terlihat mengalami
peningkatan sedangkan angka kematian ibu nifas mengalami penurunan. Pada tahun 2009
angka ibu nifas di perkirakan sebesar 96.000 dengan jumlah kematian sebanyak 12%. Pada
tahun 2010 sebanyak 125.000 ibu nifas dengan angka kematian 7%. Sedangkan pada tahun
2011 jumlah ibu nifas sebanyak 176.000 dengan angka kematian sebanyak 4%. Sementara
pada tahun 2012 jumlah ibu nifas sebanyak 198.300 dengan angka kematian ibu sebanyak 3%
(wordpres.com/AKI : 2012).
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Propinsi Sumatera Selatan AKI pada tahun
2007 adalah 467/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI disebabkan karena perdarahan
yaitu 45 kasus (0,03%) dari 174.618 persalinan. Pada tahun 2008 AKI yang disebabkan
karena perdarahan sebanyak 43 kasus (0,02%) dari 177.058 persalinan. (Profil Dinas
Kesehatan Prop. Sum-Sel,2008).
Cakupan pelayanan nifas di kota Palembang tahun 2013 mencapai 91,06% sudah
memenuhi target pelayanan minimum yaitu 90% (Dinkes kota palembang, 2013).
Berdasarkan data yang di dapat dari dinas kesehatan kota Palembang tahun 2011 ibu
nifas sebanyak 33,768 jiwa dan pada tahun 2012 ibu nifas sebanyak 34,768 jiwa sedangkan
pada tahun 2013 jumlah ibu nifas sebanyak 31,152 (Dinas Kesehatan Kota Palembang 2013
).
Berdasarkan data rekam medik RSUD Palembang BARI jumlah ibu nifas pada tahun
2011 sebanyak 1206 orang, pada tahun 2012 sebanyak 1241 orang, tahun 2013 sebanyak
1263, pada bulan januari - juni tahun 2014 sebanyak 568 jiwa ( RSUD Palembang BARI,
2014 ).
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal Pada Ny “Y” P2a0 Post Partum Spontan di Ruang Nifas
II RSUD Palembang BARI Tahun 2014”.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal Ny “Y”
P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan semua data yang dibutuhkan baik objektif atau subjektif
untuk menilai keadaan secara keseluruhan pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang
Nifas II RSUD Palembang BARI.
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasikan diagnosis dan
masalah dalam melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di
Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI.
3. Mahasiswa mampu untuk mengidentifikasikan masalah dan mengantisifasi penanganan
yang mungkin terjadi pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD
Palembang BARI.
4. Mahasiswa mampu untuk menetapkan kebutuhan akan tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter pada Ny. “Y” P2A0 post partum
spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI.
5. Mahasiswa mampu membuat perencanaan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada Ny.
“Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI.
6. Mahasiswa mampu untuk melaksanakan asuhan kebidanan secara efisien dan aman asuhan
kebidanan pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang
BARI.
7. Mahasiswa mampu untuk mengevaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “Y” P2A0
post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI.
1.3 Waktu Dan Tempat
1.3.1 Waktu
Asuhan kebidanan pada ibu nifas normal Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di ruang
Nifas II RSUD Palembang BARI dilaksanakan pada tanggal 29-30 September 2014.
1.3.2 Tempat
Asuhan kebidanan pada ibu nifas normal Ny. “Y” P2A0 post partum spontan
dilaksanakan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil RSUD Palembang BARI
2.1.1 Selayang Pandang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang pemerintah
daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya rumah sakit umum milik
Pemerintah Kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI terletak di jalan
Panca Usaha NO.1 Kelurahan 5 Ulu Darat Kecamatan Sebrang Ulu, dan berdiri di atas tanah
seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun
2001 dibuat jalan alternative dari jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI.
2.1.2 Visi Misi Dan Motto
VISI
“Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah, dan Terpecaya di Indonesia”
MISI
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi
pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dengan profesio
nalisme yang menjangkau seluruh lapi-san masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
3. Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan
dan pelatihan di Indonesia
MOTTO
“Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian kami”
2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah berdirinya
a. Pada tahun 1958 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan gedung
poliklinik/ Puskesmas Panca Usaha.
b. Pada tanggal 19 Juni 1955 diresmikan menjadi RSUD Palembang.
c. BARI dengan SK Depkes nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997, Tanggal
10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C.
d. Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang Pemberian status Akreditasi penuh
tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 7 November
2003.
e. Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 tentang Pemberian status Akreditasi penuh
tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 5 Februari
2008.
f. Kepmenkes RI Nomor 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI menjadi eklas B, tanggal 2 April 2009.
g. Ditetapkan sebagai BLUP-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota
Palembang No. 915. B tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai
SKPD Palembang yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara
penuh.
h. KARS-SERT/363/1/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat Lengkap kepada Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari 2012
2.1.3.2 Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
a. Tahun 1968 s.d 1995 : dr. Jane Lidya Titahelu sebagai kepala poliklinik/Puskesmas Panca
Usaha.
b. Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, SPOG sebagai direktur RSUD
Palembang BARI.
c. Bulan Juni 2000 s.d November 2000 : Pelaksana Tugas dr. H. Dachlan Abbas, SpB.
d. Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : pelaksana tugas dr. M. Faisal Soleh, SpPD.
e. Tanggal 14 November 2000 s.d 16 Januari 2012 : dr. Hj. Indah Puspita, H.A, MARS sebagai
Direktur RSUD Palembang BARI.
f. Tanggal 17 Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, M.M sebagai direktur RSUD
Palembang BARI
2.1.4 Fasilitas Dan Pelayanan
a. Fasilitas
1. Instalasi Rawat Darurat 24jam
2. Farmasi/Apotek 24jam
3. Rawat Jalan/poliklinik
4. Bedah Sentral
5. Central Sterilizied Saplay Departement (CSSD)
6. Unit Rawan Intensif (ICU, NICU)
7. Rehabilitasi Medik
8. Radiologi 24jam
9. Laboratorium Klinik 24jam
10.Patologi Anatomi
11.Bank Darah
12.Hemodialisa
13.Medical Check Up
14.ECG dan EEG
15.USG 4 dimensi
16. Endoscopy
17. Kamar Jenazah
18. Ct Scan 64 slices
b. Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis)
1. Poliklinik Spesialis Dalam
2. Poliklinik Spesialis Bedah
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Anak
5. Poliklinik Spesialis Mata
6. Poliklinik Spesialis Tht
7. Poliklinik Spesialis Syaraf
8. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Medik
11. Poliklinik Spesialis Jantung
12. Poliklinik Gigi
13. Poliklinik Psikologi
14. Poliklinik Akupuntur
15. Poliklinik Terpadu
Pelayanan Rawat Inap
1. Perawatan VVIP & VIP
2. Perawatan kelas I,II,III
3. Perawatan penyakit dalam perempuan
4. Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki
5. Perawatan Anak
6. Perawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawatan Neonatus/NICU
Pelayanan Penunjang
1. Instalasi Laboratorium Klinik
2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Bedah Sentral
4. Instalasi Farmasi (Apotek)
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Laundry
7. Central Stririlizied Suplay Departement (CSSD)
8. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10. Bank Darah
11. Kasir
12. Hemodialisa
13. Instalasi Rehabilitas Medis
Fasilitas Kendaraan Operasional
1. Ambulan 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
5. Ambulance Jenazah
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Nifas Pengertian
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-
8 minggu (Abidin, 2011).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya placenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2009).
2.2.2 Fisiologi Nifas
Yang dimaksud dengan fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat
karakteristk dalam masa nifas, artinya memberi ciri adanya masa nifas.Jadi hal-hal yang
terjadi dan bersifat karakteristik tidak terjadi pada hal lain, misalnya masa sebelum hamil,
masa hamil maupun masa persalinan. Hal-hal yang terjadi dan memberi ciri masa nifas ini
adalah perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus tenjadi untuk memenuhi
sebagian dan fungsi masa nifas, yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum masa hamil
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung lama kira-
kira 6 minggu.(Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, sarwono
prawirohardjo:122)
Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan.
Di dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat- alat genitalia yang lamanya 6-8
minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu- minggu, bulanan atau tahunan. (Ambarwati, 2010).
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Periode immediate postpartum: Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lochea, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri
dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini bidan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. (Saleha, 2009).
2.2.3 Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan
BBL, untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam
masa nifas. (Ambarwati, 2010)
Tabel 2.1 Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal
Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam PPa. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
- b. Pemantauan keadaan umum ibu
- c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding
Attachment)
- d. ASI eksklusif
II 6 hari PP a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak
ada tanda-tanda perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
III 2 minggu PPa. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak
ada tanda-tanda perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
IV 6 minggu PPa. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
ia alami
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini,
imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda bahaya yang
dialami oleh ibu dan bayi
2.2.4 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
1. Involusi Uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2010).
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum dapat dilihat di bawah
ini:
Tabel 2.2 Perubahan Uterus Masa Nifas (Ambarwati, 2010)
Involusi
Uteri
TFU
Berat
Uterus
Diameter
Uterus
Palpasi
cervix
Placenta
lahir
Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm
Lembut/
lunak
7 hari
Pertengahan antara
simpisis dan pusat
500 gr 7,5 cm 2 cm
14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan
cara:
a. Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat, 12 jam kemudian kembali
1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
b. Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat. Pada hari ke 3-4
tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat
simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba.
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut
dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa
plasenta/perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage).
2. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah
dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi,
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea
yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena
proses involusi.
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
a. Lochea Rubra/Merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4
sampai hari ke 7 postpartum.
c. Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan
robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.
d. Lochea Alba/Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang
mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2-6 minggu postpartum. (Ambarwati, 2010).
2. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi, dan nekrosis
di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata,
sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. (Saleha,
2009).
3. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri
merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks
tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara
bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup (Ambarwati, 2010).
4. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum.
Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina
dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4 (Ambarwati,
2010).
5. Payudara (mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses
menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut:
a. Produksi susu
b. Sekresi susu atau let down
Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan
mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek
prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak
terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf
merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin
merangsang refleks let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan
bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.
Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009).
b. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi),
kurang makan, haemorrhoid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian
huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain (Ambarwati, 2010).
c. Perubahan sistem perkemihan
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang
puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kadang-kadang oedema dari
trigonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine. Kandung
kemih dalam puerperium sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual (normal ±
15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi. Urine biasanya berlebihan (poliurine) antara hari kedua dan kelima, hal ini
disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang
dikeluarkan (Ambarwati, 2010).
d. Perubahan sistem muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan
dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum
mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjjang alat genitalia yang
mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilisasi sendi berkurang dan
posisi lordosis kembali secara perlahan (Saleha, 2009).
e. Perubahan sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin,
terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
1. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal (Saleha, 2009).
2. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang
untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang
tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke
arah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan menstruasi (Saleha, 2009).
3. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15%
memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang
tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu, dan 90% setelah 24
minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang
tidak laktasi 50% siklus pertama an ovulasi (Ambarwati, 2010).
4. Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum
dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron mempengaruhi
otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina. (Saleha, 2009).
f. Perubahan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. Sesudah partus dapat naik kurang lebih
0,5 0C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 38 0C. Sesudah dua jam pertama
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 0C, mungkin
terjadi infeksi pada klien (Saleha, 2009).
2. Nadi dan pernapasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia.
Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau
ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan
dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian
kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009).
3. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan
tanpa pengobatan (Saleha, 2009).
g. Perubahan sistem hematologi dan kardiovaskuler
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak
15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari
pertama masa postpartum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi
lagi hingga 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Akan tetapi, berbagai jenis kemungkinan infeksi harus dikesampingkan pada
penemuan semacam itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat
bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma, dan
volume sel darah yang berubah-ubah. Sering dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari
pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi daripada saat memasuki
persalinan awal, maka klien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2%
tersebut kurang lebih sama dengan kehilangan 500 ml darah. Biasanya terdapat suatu
penurunan besar kurang lebih 1.500 ml dalam jumlah darah keseluruhan selama kelahiran
dan masa nifas. Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien ini kira-kira 200-500 ml
hilang selama masa persalinan, 500-800 ml hilang selama minggu pertama postpartum, dan
terakhir 500 ml selama sisa masa nifas (Saleha, 2009).
2.2.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a. Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi
yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.
Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari
pascapersalinan.
5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI. (Saleha, 2009).
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat
mungkin untuk berjalan.Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang di
tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan
bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut:
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu
masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
4. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis). Menurut penelitian-penelitian yang
seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di
perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit,
misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan
maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya
(Saleha, 2009).
c. Eliminasi
1. Buang Air Kecil
Ibu diminta buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum
belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam
untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu
postpartum.
a. Berkurangnya tekanan intra abdominal
b. Otot-otot perut masih lemah
c. Edema dan uretra
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009).
2. Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua
postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau
per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan
klisma (huknah) (Saleha, 2009).
d.Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu post
partum adalah sebagai berikut:
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan
vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain
dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan
disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kemaluannya.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah tersebut. (Saleha, 2009).
Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara
rutin akan membantu mengurangi risiko terjadinya infeksi. Caranya dibersihkan dengan
sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan
jahitannya akan lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci.
Cairan sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau buang air besar.
Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu
caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan.
Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberitahu tentang
jumlah, warna, dan bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kemaluannya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. (Ambarwati, 2010).
e. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah
sebagai berikut:
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
f. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat
berikut ini:
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung
pada pasangan yang bersangkutan.
g. Latihan senam nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi
ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut
menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh
akan sangat terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan
mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk
mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan
melakukan latihan dan senam nifas (Saleha, 2009).
2.2.6 Komplikasi Masa Nifas
Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Infeksi nifas: Infeksi nifas adalah infeksi luka pada jalan lahir setelah melahirkan, yang
kadang kala meluas, menyebabkan flebitis atau peritonitis (Reeder, 2011).
b. Perdarahan dalam masa nifas
c. Infeksi saluran kemih
d. Patologi menyusui. (Saleha, 2009).
2.2.7 Konsep Dasar Perawatan Luka
a. Definisi
Merawat luka merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma (injury) pada kulit,
membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka
operasi yang dapat merusak permukaan kulit (Ismail, 2012).
b. Fase-fase Penyembuhan Luka
1. Fase inflamasi, berlangsung selama 1-4 hari
2. Fase proliferatif, berlangsung 5-20 hari.
3. Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau tahunan
(Ismail, 2012)
c. Perawatan Luka Perineum
Perawatan luka perineum menurut APN adalah sebagai berikut:
1. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
2. Menghindari pemberian obat trandisional.
3. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam.
4. Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 x sehari.
5. Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan penyembuhan luka.
d. Penghambat Keberhasilan Penyembuhan Luka
1. Malnutrisi
Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka,
meningkatnya dehisensi luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, dan parut dengan
kualitas yang buruk.
2. Merokok
Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak
penyembuhan luka, dan bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi aliran darah
perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan.
3. Kurang tidur
Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur meningkatkan
anabolisme (sintesis molekul kompleks dari molekul sederhana), dan penyembuhan luka
termasuk ke dalam proses anabolisme. Jarang kita temukan wanita baru melahirkan dapat
menikmati waktu tidur sepenuhnya setiap malam. Oleh karena itu semua klien bidan tersebut
berisiko mengalami hambatan penyembuhan luka.
4. Stres
Diduga bahwa ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistim imun sehingga
menghambat penyembuhan luka.
5. Kondisi medis dan terapi
Berbagai kondisi medis dapat mempengaruhi kemampuan penyembuhan luka pada
wanita. Tanggap imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu seperti
AIDS, ginjal, atau penyakit hepatik, atau obat seperti kortikosteroid dapat menyebabkan
menurunnya kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel
proliferatif untuk perbaikan luka.
6. Asuhan kurang optimal
Berbagai aktifitas yang dilakukan pemberi asuhan dapat menghambat penyembuhan
luka yang efisien. Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan organisme
tersebar kembali di sekitar area, kapas, atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan
granulasi, dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk. (Boyle, 2008)
e. Waktu Perawatan Perineum
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah:
1. Saat mandi
2. Setelah buang air kecil
3. Setelah buang air besar
f. Dampak Perawatan Luka Perineum
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan
hal berikut ini:
1. Infeksi
2. Komplikasi
3. Kematian ibu post partum
g. Tujuan Perawatan Luka
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat. (Ismail, 2012).
2.2.8 Konsep Dasar Luka Perineum
a. Pengertian perawatan luka perenium
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, sosial dan spritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Azis, 2004).
Perenium adalah daerah antara kedua paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2001).
Jadi perawatan perenium adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi oleh vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Anonimity,
2009).
b. Gangguan Integritas Kulit Pada Proses Persalinan
1. Episiotomi
Episiotomi adalah insisi pada perenium untuk memperbesar mulut vagina. Jenis
episiotomi ditentukan berdasarkan tempat dan arah insisi antara lain :
a) Episiotomi garis medial
Paling sering dilakukan. Episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri yang
timbul lebih ringan. Kadang-kadang dapat terjadi melalui sfingter rectum (laserasi derajat
ketiga) atau bahkan ke kanal ani (laserasi derajat empat).
b) Episiotomi mediolateral
Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan kearah
posterior. Meskipun dengan demikian robekan derajat empat dapat dihindari, tetapi robekan
derajat tiga dapat terjadi. Selain itu, jika dibandingkan dengan episiotomi medial, kehilangan
darah akan lebih banyak dan perbaikan lebih sulit serta lebih nyeri.
2. Laserasi
a) Laserasi perenium (Robekan Perenium)
Robekan pada perenium terjadi pada hampir semua persalinan dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya, namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan jalan
menjaga jamgam sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan
perenium dapat dibagi 4 tingkat :
1) Tingkat 1 : robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai
kulit perenium.
2) Tingkat 2 : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinel transversalis, tetapi tidak
mengenai otot sfingter ani.
3) Tingkat 3 : robekan mengenai perenium sampai dengan otot sfingter ani.
4) Tingkat 4 : robekan mengenai perenium sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum.
b) Laserasi Vagina
c) Laserasi Serviks (cedera serviks)
(Bobak dkk, 2004).
c. Tujuan Perawatan Luka Perenium
1) Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perenium, maupun di dalam uterus.
2) Untuk penyembuhan luka perenium (jahitan perenium)
3) Untuk kebersihan pereniuim dan vulva
4) Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan
pintu gerbang masuknya kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perenium tidak bersih, mudah
terjadi infeksi pada jahitan perenium saluran vagina dan uterus.
(Wahyu, 2011)
d. Waktu Perawatan Luka Perenium
1) Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk
itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perenium ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perenium.
2) Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perenium untuk itu diperlukan
pembersihan perenium.
3) Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perenium maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perenium dan perenium secara keseluruhan (Wilujeng, 2011).
e. Cara perawatan luka perenium
Perawatan perenium dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan cara
menjaga kebersihan perenium caranya sebagai berikut :
1) Persiapan
a) Siapkan air hangat
b) Sabun dan washlap
c) Handuk kering dan bersih
d) Pembalut ganti secukupnya
e) Celana dalam yang bersih
2) Cara merawatnya
a) Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang
b) Washlap di basahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan washlap yang sudah ada busa
sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut rasa nyeri, bila tidak dibersihkan
dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman
berkembang biak.
c) Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar-benar bersih.
Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
d) Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam
khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup disiram dengan
air hangat.
e) Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan
katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
f) Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan
semakin cepat sembuh dan kering.
g) Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan
berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu tempe. Jangan pantang
makanan, kecuali jika ada riwayat alergi.
h) Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seizin dokter atau bidan.
f. Komplikasi Episiotomi
Kurang dari 1% episiotomi atau laserasi mengalami infeksi. Laserasi derajat empat
memiliki risiko infeksi serius yang paling tinggi. Tepi-tepi luka yang berhadapan menjadi
kemerahan, seperti daging dan membengkak. Benang sering merobek jaringan edematosa
sehingga tepi-tepi luka nekrotik menganga yang menyebabkan keluaarnya cairan serosa,
serosanguinosa, atau jelas purulen. Lepasnya jahitan episiotomi paling sering berkaitan
dengan infeksi. (Leveno, 2009).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny “Y” P2A0
POST PARTUM SPONTAN HARI KE-1 DI RUANG
NIFAS II RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2014
Tanggal Pengkajian : 29 September 2014
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
No. Rekam Medik : 11.62.45
I. DATA SUBJEKTIF
A. Biodata
Nama Istri : Ny “Y” Nama Suami : Tn “W”
Umur : 31th Umur : 34th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku//bangsa : jawa/indonesia Suku//bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln Tembok Baru, Lrg. Tanjung RT 05 RW 02 Ulu
B. Alasan datang
Ibu hadir melahirkan 5 jam yang lalu anak kedua pada tanggal 29 September 2014, pukul
04.00 wib ditolong oleh bidan mengeluh nyeri pada perineum akibat luka jahitan dan perut
masih terus terasa mules.
C. Riwayat Kebidanan
Riwayat Perkawinan
Kawin : 1x dengan suami sekarang
Umur waktu kawin : 27 tahun
Lamanya : 4 tahun
D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
No 1 2
Umur Kehamilan Aterm Ini
Penolong Bidan
Jenis Persalinan Spontan
Tahun Persalinan 2012
Penyulit Tidak ada
Nifas Baik
Jenis Kelamin Laki-laki
Panjang Badan 50cm
Berat Badan 2900 gram
Keadaan Baik
E. Riwayat Persalinan Sekarang
1. Jenis Persalinan : Spontan
2. Tanggal Persalinan : 29 September 2014
3. Pukul : 04.00 WIB
4. Penyulit : Tidak Ada
5. Lama Persalinan
Kala I : 6 Jam
Kala II : 30 Menit
Kala III : 7 Menit
Kala IV : 2 Jam
6. Keadaan Ketuban
Ketuban Pecah : Pukul 03.30 WIB
Warna : Jernih
Jumlah : 400 cc
Bau : Khas Amis
7. Keadaan Plasenta
Cara Pengeluaran : Spontan
Keadaan : Lengkap
Lahir : 04.07 WIB
Berat : 500 gram
8. Keadaan Bayi
KU : Baik
Jenis Kelamin : Perempuan
BB : 3000 gram
PB : 49 cm
Anus : ( + )
F. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : Pernah
Pernah menjadi akseptor KB : Pernah
Jenis kontrasepsi yang digunakan : Suntik
Lama menjadi akseptor KB : 2 tahun
Alasan berhenti menjadi akseptor : Ingin punya anak
Rencana KB yang dipakai : Suntik
G. Riwayat Psikososial
Penerimaan ibu terhadap anak sekarang : Senang
Hubungan ibu dengan suami/ keluarga : Harmonis
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Musyawarah
Adat/ kebiasaan yang mempengaruhi masa nifas : Tidak ada
II. DATA OBJEKTIF
I. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentris
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
Suhu : 36,7 C
RR : 22 x/m
II. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
1. Kepala
Wajah : Tidak pucat
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
Mulut dan Gigi : Bersih dan tidak ada karies
Lidah : Bersih
2. Dada
Mammae : Simetris
Putting susu : Menonjol
Aerola mammae : Hiperpigmentasi aerola
Colostrum : Sudah keluar
Pembesaran mammae : Simetris
3. Genitalia Eksterna
Jumlah Perdarahan : 100 cc
Lochea : Rubra
Bau : Anyir
Perenium : Terdapat laserasi / jahitan luka episiotomi
4. Ekstremitas atas dan bawah : simetris
b. Palpasi
Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi Utetrus : Baik
c. Perkusi
Refleks pattela : Kaki kanan (+)
Kaki kiri (+)
III. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Hemoglobin : 11 gr %
Golongan darah : B
III. ANALISA
Diagnosa : P2A0 post partum spontan 5 jam yang lalu
Masalah : Ibu merasa perutnya mules dan lelah setelah melahirkan
Ibu merasakan nyeri pada perineum akibat luka jahitan
Kebutuhan : - Observasi tentang keadaan umum ibu
- Observasi tantang tanda bahaya pasca persalinan
- KIE tentang asupan cairan dan nutrisi
- KIE tentang personal hygiene
- KIE tentang istirahat yang cukup
- KIE tentang pentingnya ASI Eksklusif
- KIE tentang perawatan payudara
- KIE tentang perawatan tali pusat
IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan observasi tanda vital ibu dan memberitahu ibu dan keluarga bahwa keadaan
umum ibu baik berdasarkan hasil pemeriksaan yaitu :
TD : 120/80 mmHg, N: 80 x/m , RR: 22 x/m, Temp: 36,70C.
- Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Mengobservasi tanda bahaya pasca persalinan Tinggi Fundus Uteri : 2 jari dibawah pusat,
Kontraksi : baik, Perdarahan : 100 cc, Lochea : Rubra, Kandung kemih : kosong, perenium :
terdapat laserasi atau terdapat luka episiotomi.
- Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
3. Memberikan KIE kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan asupan cairan dan nutrisinya dengn
mengkonsumsi makanan yang bergizi, perbanyak makan syur-sayuran hijau, lauk pauk
berprotein, buah-buahan, susu, dan perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari agar
produksi ASI lancar serta minum vitamin yang diberikan agar kondisi ibu cepat pulih.
- Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukannya.
4. Memberikan KIE kepada ibu tentang personal hygiene dan cara perawatan luka jahitan
dengan cara lepas semua pembalut dan cebok dari depan ke belakang, gosokkan washlap
yang sudah dibasahi dan di beri sabun keseluruh lukosi luka jahitan dengan perlahan, bilas
dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin luka benar-benar bersih serta
mengganti pakaian dalam setiap kali basah atau kotor dan mengganti pembalut setiap kali
terasa penuh.
- Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan dan mau melakukannya.
5. Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas berat yang
membuatnya cepat lelah agar kondisi ibu cepat pulih.
- Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukannya.
6. Memberikan KIE kepada ibu tentang pentingnya dan manfaat ASI EKSKLUSIF yang
diberikan pada bayi berusia 0 sampai dengan 6 bulan, kandungan yang ada pada ASI,
keuntungan bila memberian ASI dan kerugian bila tidak memberikan ASI serta peran penting
ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan pada anaknya.
- Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan apa yang
telah dianjurkan.
7. Memberi KIE kepada ibu tentang perawatan tali pusat, mengajarkan pada ibu cara merawat
tali pusat dengan cara bungkus tali pusat dengan kassa steril dan mengganti kassa yang basah
yang terkena BAB/BAK.
- Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan semua yang telah
dianjurkan.
8. Berkalaborasi dengan dr. SpOG dalam pemberian therapi :
- Amoxilin 3 x 50 mg
- Asam nefenamat 3x 50 mg
- Bcom 3x 50mg
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Tanggal : Selasa, 30 Oktober 2014
Pukul : 09.00 WIB
I. Data Subjektif
Ibu merasa perut mules sudah mulai berkurang, rasa lelah setelah melahirkan juga sudah
mulai berkurang, dan ibu masih sedikit merasakan nyeri pada perenium akibat luka
jahitannya.
II. Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
TD : 120/ 80 mmHg
Nadi : 78 x/m
RR : 20 x/m
Suhu : 36.5 C
Tinggi Fundus Uteri : 1 jari dibawah pusat Kontraksi uterus : Baik
Lockea : Rubra Perdarahan : 30 cc
III. Analisa
Diagnosa : P2A0 post partum hari ke-2
Masalah : Ibu merasa perutnya mules
Ibu merasakan nyeri luka jahitan perineum sudah mulai berkurang.
Kebutuhan : - Observasi tentang keadaan umum ibu
- Observasi tantang tanda bahaya pasca persalinan
- KIE tentang perawatan tali pusat
- KIE tentang tanda bahaya pada bayi
- KIE tentang KB
IV. Penatalaksaan
1. Melakukan observasi tanda vital ibu dan memberitahu ibu dan keluarga bahwa keadaan
umum ibu baik berdasarkan hasil pemeriksaan yaitu :
TD : 120/80 mmHg, N: 80 x/m , RR: 22 x/m, Temp: 36,70C.
- Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Mengobservasi tanda bahaya pasca persalinan TFU : 2 jari dibawah pusat, Kontraksi : baik,
Perdarahan : 100 cc, Lochea : Rubra, Kandung kemih : kosong, perineum : terdapat laserasi
atau luka episiotomi.
- Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
3. Memberi KIE kepada ibu tentang perawatan tali pusat, mengajarkan pada ibu cara merawat
tali pusat dengan cara bungkus tali pusat dengan kassa steril dan mengganti kassa yang basah
yang terkena BAB/BAK.
- Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan semua yang telah
dianjurkan.
4. Memberi KIE kepada ibu tentang tanda bahaya pada bayi yaitu apabila bayi bernafas cepat
lebih dari 60 kali permenit atau sulit bernafas, suhu tubuh lebih dari 38 0C atau kurang dari 36
oC , kulit bayi berwarna kuning, biru atau pucar, memar, tidak mau menyusu, mengantuk
berlebihan, banyak muntah, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah,
menceret, warna tinja hijau tua, ada lendir atau darah, menggil, kejang dan menagis terus
menerus maka segera bawa bayi ke tempat pelayanan kesehatan.
- Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan segera membawa bayinya ketempat
pelayanan kesehatan apabila terdapat tanda-tanda yang di sebutkan.
5. Memberi KIE kepada ibu tentang KB yaitu terdapat beberapa metode kb seperti kondom,
suntik, pil, implan, IUD serta keuntungan dan kerugian dari tiap-tiap metode dan indikasi
serta kontraindikasi dari metode tersebut.
- Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan menggunakan KB suntik seperti
sebelumya.
6. Berkolaborasi dengan dr. SpOG dengan therapi :
- Amoxilin 3 x 1
- Asam nefenamat 3 x 1
- Bcom 3 x 1
Ibu akan meminum obat yang telah di berikan.
7. Menyarankan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi.
- Ibu akan kontrol ulang sesuai saran yang diberikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Adapun pengkajian yang dilakukan pada Ny.”Y” yang melahirkan pada tanggal 29
September 2014, pada pukul : 04.00 WIB dengan post partum spontan anak kedua BB : 3000
gram, PB : 49 cm, JK : Perempuan, Keadaan Umum ibu : Baik, Kesadaran : Composmetis,
perut masih terasa sakit. TD : 120/80 mmHG, T : 36,7 0C, RR : 22 x/m, N : 80 x/m,
Konjungtiva Tidak pucat, sclera tidak ikhterik, uterus teraba keras, pada hari pertama Tinggi
Fundus Uteri : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, pada pereniam terdapat luka
jahitan, lockea rubra, perdarahan 150 cc, dan tidak terdapat gangguan yang lainnya.
Sedangkan pengkajian hari kedua pada tanggal 30 Oktober 2014, keadaan umum baik,
kesadaran composmetis, TD 120/80 mmHg, suhu 36,3 OC, RR 20 x/m, Nadi 78 x/m, mules
sudah mulai berkurang, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, uterus terasa keras,
berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny. “Y” sesuai dengan teori yang ada tidak ada
kesenjangan antara teori dak praktek.
Interpretasi kasus yang ditemukan pada Ny. “Y” di RSUD Palembang Bari sudah
sesuai dengan konsep asuhan ibu nifas normal. Identifikasi diagnosa atau potenaial masalah
tentang nifas normal sesuai dengan teori konsep asuhan diagnosa potensial nifas normal.
Identifikasi kebutuhan atau tindakan segera yang ditemukan pada Ny.”Y” dengan
postpartum spontan yang melakukan kolaborasi dengan Dokter Spesialis Kebidanan dan
Kandungan dalam pemberian terapi.
Perencanaan asuhan menyeluruh pada Ny.”Y” dengan postpartum spontan di RSUD
Palembang Bari yaitu berupa mencegah perdarahan, memberikan KIE tentang pesonal
hygiene, memberikan KIE tentang asupan cairan dan nutrisi, KIE tentang pentingnya asi
eksklusif, KIE tentang istirahat yang cukup, tanda bahaya paska persalinan, perawatan tali
pusat pada bayi baru lahir, tanda bahaya pada bayi, KIE tentang KB dan menganjurkan ibu
untuk kontrol ulang.
Evaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.”Y” dengan pemeriksaan fisik di
RSUD Palembang Bari sudah sesuai dengan teori yang ada.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Setelah dilakukan pengkajian data pada Ny.”Y” diruang nifas RSUD Palembang Bari keadaan
umum baik, kesadaran composmetis, TD 120/80 mmHg, suhu 36,3 OC, RR 20 x/m, Nadi 78
x/m dan tidak terdapat gangguan lain.
2. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.”Y” dapat diinterpretasikan data asuhan kebidanan
nifas normal.
3. Diagnosa yang ditegakkan pada Ny.”Y” P2A0 postpartum spontan hari pertama.
4. Kebutuhan pada Ny.”Y” adalah observasi vital sign, observasi tanda bahaya pasca persalinan,
KIE tentang personal hygiene, KIE tentang asupan cairan dan nutrisi, KIE tentang istirahat
yang cukup, KIE tentang pentingnya asi eksklusif.
5. Asuhan kebidanan postpartum yang akan diberikan pada Ny.”Y” yang diterapkam diruang
nifas RSUD Palembang Bari yaitu:mengobservasi tabnda vital ibu, dan menjelaskan tentang
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, mengobservasi tanda bahay paska persalinan,
memberikan KIE tentang tanda bahaya pada bayi, memberikan KIE tentang perawatan tali
pusat pada bayinya, memberikan KIE tentang KB, Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang.
6. Implementasi asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny.”Y” P2A0 dengan rencana asuhan yang
telah ditetapkan.
7. Evaluasi dari asuhan kebidanan pada postpartum spontan Ny.”Y” P2A0 dengan keterampilan
pemeriksaan fisik pada ibu nifas didapatkan tidak ada perbedaan antara reori dan praktek,
sebagian besar asuhan kebidanan pada Ny.”Y” sudah diberikan sesuai dengan teori beberapa
sumber pustaka.
5.2 SARAN
5.2.1 Bagi pihak RSUD Palembang BARI
a. Diharapkan bagi pihak rumah sakit tetap mempertahankan kelengkapan semua fasilitas
saranan agar asuhan yang diberikan pada ibu nifas dapat tercapai secara menyeluruh.
b. Diharapkan pada semua pihak RSUD Palembang BARI menjadi Rumah Sakit di Sumatera
Selatan yang sesuai dengan visi dan misi RSUD Palembang BARI.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang
Setiap institusi pendidikan selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada mahasiswi
dalam menjalani praktik yang belum didapatkan di pendidikan, sehingga kualitas
pendidikanpun dapat ditingkatkan khususnya di akademi kebidanan budi mulia palembang.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu post
partum spontan sesuai dengan teori dan metode yang telah ditentukan dan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu
nifas.
Diposkan oleh Heni Apriyanti di 23.46

More Related Content

What's hot

Askeb pada bayi baru lahir normal
Askeb pada bayi baru lahir normalAskeb pada bayi baru lahir normal
Askeb pada bayi baru lahir normal
MarlenTanamal
 
Bersalin
BersalinBersalin
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 
Askeb nifas normal pp hari ke
Askeb nifas normal pp hari keAskeb nifas normal pp hari ke
Askeb nifas normal pp hari ke
annah27
 
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Hetty Astri
 
Tinjauan Kasus Askeb persalinan
Tinjauan Kasus Askeb persalinanTinjauan Kasus Askeb persalinan
Tinjauan Kasus Askeb persalinan
Midwife Wahyuni
 
Pembahasan Pelayanan KB
Pembahasan  Pelayanan KBPembahasan  Pelayanan KB
Pembahasan Pelayanan KB
AffiZakiyya
 
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasFaktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Rahayu Pratiwi
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisneng elis
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
shona2493
 
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
AffiZakiyya
 
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII de...
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M”  PIII A0 post partum  hari ke -VIII de...manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M”  PIII A0 post partum  hari ke -VIII de...
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII de...
Warnet Raha
 
PPT LTA KEBIDANAN
PPT LTA KEBIDANANPPT LTA KEBIDANAN
askeb abortus imminens
askeb abortus imminensaskeb abortus imminens
askeb abortus imminens
hesti kusdianingrum
 
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilanFaktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Hetty Astri
 
Asuhan kebidanan bayi baru lahir
Asuhan kebidanan bayi baru lahirAsuhan kebidanan bayi baru lahir
Asuhan kebidanan bayi baru lahir
immafadhilah
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)
 
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGANASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)
 
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTIPPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
Milla Octaviana
 

What's hot (20)

Askeb pada bayi baru lahir normal
Askeb pada bayi baru lahir normalAskeb pada bayi baru lahir normal
Askeb pada bayi baru lahir normal
 
Bersalin
BersalinBersalin
Bersalin
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
 
Askeb nifas normal pp hari ke
Askeb nifas normal pp hari keAskeb nifas normal pp hari ke
Askeb nifas normal pp hari ke
 
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
 
Tinjauan Kasus Askeb persalinan
Tinjauan Kasus Askeb persalinanTinjauan Kasus Askeb persalinan
Tinjauan Kasus Askeb persalinan
 
Pembahasan Pelayanan KB
Pembahasan  Pelayanan KBPembahasan  Pelayanan KB
Pembahasan Pelayanan KB
 
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasFaktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
 
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
 
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII de...
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M”  PIII A0 post partum  hari ke -VIII de...manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M”  PIII A0 post partum  hari ke -VIII de...
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII de...
 
PPT LTA KEBIDANAN
PPT LTA KEBIDANANPPT LTA KEBIDANAN
PPT LTA KEBIDANAN
 
askeb abortus imminens
askeb abortus imminensaskeb abortus imminens
askeb abortus imminens
 
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilanFaktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
 
Asuhan kebidanan bayi baru lahir
Asuhan kebidanan bayi baru lahirAsuhan kebidanan bayi baru lahir
Asuhan kebidanan bayi baru lahir
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
 
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGANASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
 
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTIPPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
 

Similar to Asuhan kebidanana pada ibu nifas normal

Persalinan normal
Persalinan normalPersalinan normal
Persalinan normal
Operator Warnet Vast Raha
 
Persalinan normal
Persalinan normalPersalinan normal
Persalinan normal
Operator Warnet Vast Raha
 
Persalinan normal
Persalinan normalPersalinan normal
Persalinan normal
Septian Muna Barakati
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Warnet Raha
 
Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3
Septian Muna Barakati
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Warnet Raha
 
Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2
Septian Muna Barakati
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
Warnet Raha
 
Angka Kematian Ibu
Angka Kematian IbuAngka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu
Aris Vabiyani
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariOperator Warnet Vast Raha
 
Dokumentasi kep. ruang kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kep. ruang kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA Dokumentasi kep. ruang kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kep. ruang kebidanan AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Anemia
Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami AnemiaIdentifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Anemia
Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Anemia
Nurkhairiyah Nurkhairiyah
 
Poa puskemas wongsorejo
Poa puskemas wongsorejoPoa puskemas wongsorejo
Poa puskemas wongsorejo
stada0
 
Desa siaga kilensari
Desa siaga kilensariDesa siaga kilensari
Desa siaga kilensari
Yupy Cinta
 
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamilPp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
refmaeka
 
Poned sebagai strategi untuk persalinan yang aman print
Poned sebagai strategi untuk persalinan yang aman printPoned sebagai strategi untuk persalinan yang aman print
Poned sebagai strategi untuk persalinan yang aman printalfinatun
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
Warnet Raha
 

Similar to Asuhan kebidanana pada ibu nifas normal (20)

Persalinan normal
Persalinan normalPersalinan normal
Persalinan normal
 
Persalinan normal
Persalinan normalPersalinan normal
Persalinan normal
 
Persalinan normal
Persalinan normalPersalinan normal
Persalinan normal
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
 
Angka Kematian Ibu
Angka Kematian IbuAngka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
Dokumentasi kep. ruang kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kep. ruang kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA Dokumentasi kep. ruang kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kep. ruang kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
 
Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Anemia
Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami AnemiaIdentifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Anemia
Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Anemia
 
Poa puskemas wongsorejo
Poa puskemas wongsorejoPoa puskemas wongsorejo
Poa puskemas wongsorejo
 
Desa siaga kilensari
Desa siaga kilensariDesa siaga kilensari
Desa siaga kilensari
 
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamilPp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
 
Poned sebagai strategi untuk persalinan yang aman print
Poned sebagai strategi untuk persalinan yang aman printPoned sebagai strategi untuk persalinan yang aman print
Poned sebagai strategi untuk persalinan yang aman print
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
 

Recently uploaded

M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
AjrunAzhiima
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
deamardiana1
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
mtsarridho
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
MiliaSumendap
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
AssyifaFarahDiba1
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
MhdFadliansyah1
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
afaturooo
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
BanjarMasin4
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 

Recently uploaded (14)

M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 

Asuhan kebidanana pada ibu nifas normal

  • 1. ASUHAN KEBIDANANA PADA IBU NIPFAS NORMAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat bahwa angka ibu nifas meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007 diperkirakan 60% atau sekitar 598.000 dari jumlah tersebut sebanyak 10% ibu meninggal dunia ketika masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Pada tahun 2009 ibu nifas sebanyak 80% atau sekitar 860.000 dan yang meninggak dunia sekitar 20%. Sementara pada tahun 2011 jumlah ibu nifas mengalami peningkatan 5% dari tahun sebelumnya atau sekitar 928.000 dengan angka kematian ibu nifas sebanyak 398.000 (wordpress.com/AKI : 2012). Di Indonesia jumlah ibu nifas dalam beberapa tahun terakhir terlihat mengalami peningkatan sedangkan angka kematian ibu nifas mengalami penurunan. Pada tahun 2009 angka ibu nifas di perkirakan sebesar 96.000 dengan jumlah kematian sebanyak 12%. Pada tahun 2010 sebanyak 125.000 ibu nifas dengan angka kematian 7%. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah ibu nifas sebanyak 176.000 dengan angka kematian sebanyak 4%. Sementara pada tahun 2012 jumlah ibu nifas sebanyak 198.300 dengan angka kematian ibu sebanyak 3% (wordpres.com/AKI : 2012). Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Propinsi Sumatera Selatan AKI pada tahun 2007 adalah 467/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI disebabkan karena perdarahan yaitu 45 kasus (0,03%) dari 174.618 persalinan. Pada tahun 2008 AKI yang disebabkan karena perdarahan sebanyak 43 kasus (0,02%) dari 177.058 persalinan. (Profil Dinas Kesehatan Prop. Sum-Sel,2008). Cakupan pelayanan nifas di kota Palembang tahun 2013 mencapai 91,06% sudah memenuhi target pelayanan minimum yaitu 90% (Dinkes kota palembang, 2013). Berdasarkan data yang di dapat dari dinas kesehatan kota Palembang tahun 2011 ibu nifas sebanyak 33,768 jiwa dan pada tahun 2012 ibu nifas sebanyak 34,768 jiwa sedangkan pada tahun 2013 jumlah ibu nifas sebanyak 31,152 (Dinas Kesehatan Kota Palembang 2013 ).
  • 2. Berdasarkan data rekam medik RSUD Palembang BARI jumlah ibu nifas pada tahun 2011 sebanyak 1206 orang, pada tahun 2012 sebanyak 1241 orang, tahun 2013 sebanyak 1263, pada bulan januari - juni tahun 2014 sebanyak 568 jiwa ( RSUD Palembang BARI, 2014 ). Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal Pada Ny “Y” P2a0 Post Partum Spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI Tahun 2014”. 1.2. Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal Ny “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu mengumpulkan semua data yang dibutuhkan baik objektif atau subjektif untuk menilai keadaan secara keseluruhan pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI. 2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasikan diagnosis dan masalah dalam melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI. 3. Mahasiswa mampu untuk mengidentifikasikan masalah dan mengantisifasi penanganan yang mungkin terjadi pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI. 4. Mahasiswa mampu untuk menetapkan kebutuhan akan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI. 5. Mahasiswa mampu membuat perencanaan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI. 6. Mahasiswa mampu untuk melaksanakan asuhan kebidanan secara efisien dan aman asuhan kebidanan pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI. 7. Mahasiswa mampu untuk mengevaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI. 1.3 Waktu Dan Tempat
  • 3. 1.3.1 Waktu Asuhan kebidanan pada ibu nifas normal Ny. “Y” P2A0 post partum spontan di ruang Nifas II RSUD Palembang BARI dilaksanakan pada tanggal 29-30 September 2014. 1.3.2 Tempat Asuhan kebidanan pada ibu nifas normal Ny. “Y” P2A0 post partum spontan dilaksanakan di Ruang Nifas II RSUD Palembang BARI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil RSUD Palembang BARI 2.1.1 Selayang Pandang Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya rumah sakit umum milik Pemerintah Kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha NO.1 Kelurahan 5 Ulu Darat Kecamatan Sebrang Ulu, dan berdiri di atas tanah seluas 4,5 H. Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001 dibuat jalan alternative dari jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI. 2.1.2 Visi Misi Dan Motto VISI “Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah, dan Terpecaya di Indonesia” MISI 1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dengan profesio nalisme yang menjangkau seluruh lapi-san masyarakat. 2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan 3. Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan pelatihan di Indonesia MOTTO “Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian kami” 2.1.3 Sejarah 2.1.3.1 Sejarah berdirinya a. Pada tahun 1958 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan gedung poliklinik/ Puskesmas Panca Usaha.
  • 4. b. Pada tanggal 19 Juni 1955 diresmikan menjadi RSUD Palembang. c. BARI dengan SK Depkes nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997, Tanggal 10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C. d. Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang Pemberian status Akreditasi penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 7 November 2003. e. Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 tentang Pemberian status Akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 5 Februari 2008. f. Kepmenkes RI Nomor 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi eklas B, tanggal 2 April 2009. g. Ditetapkan sebagai BLUP-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota Palembang No. 915. B tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh. h. KARS-SERT/363/1/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat Lengkap kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari 2012 2.1.3.2 Sejarah Pemegang Jabatan Direktur a. Tahun 1968 s.d 1995 : dr. Jane Lidya Titahelu sebagai kepala poliklinik/Puskesmas Panca Usaha. b. Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, SPOG sebagai direktur RSUD Palembang BARI. c. Bulan Juni 2000 s.d November 2000 : Pelaksana Tugas dr. H. Dachlan Abbas, SpB. d. Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : pelaksana tugas dr. M. Faisal Soleh, SpPD. e. Tanggal 14 November 2000 s.d 16 Januari 2012 : dr. Hj. Indah Puspita, H.A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI. f. Tanggal 17 Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, M.M sebagai direktur RSUD Palembang BARI 2.1.4 Fasilitas Dan Pelayanan a. Fasilitas 1. Instalasi Rawat Darurat 24jam 2. Farmasi/Apotek 24jam 3. Rawat Jalan/poliklinik
  • 5. 4. Bedah Sentral 5. Central Sterilizied Saplay Departement (CSSD) 6. Unit Rawan Intensif (ICU, NICU) 7. Rehabilitasi Medik 8. Radiologi 24jam 9. Laboratorium Klinik 24jam 10.Patologi Anatomi 11.Bank Darah 12.Hemodialisa 13.Medical Check Up 14.ECG dan EEG 15.USG 4 dimensi 16. Endoscopy 17. Kamar Jenazah 18. Ct Scan 64 slices b. Pelayanan Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis) 1. Poliklinik Spesialis Dalam 2. Poliklinik Spesialis Bedah 3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan 4. Poliklinik Spesialis Anak 5. Poliklinik Spesialis Mata 6. Poliklinik Spesialis Tht 7. Poliklinik Spesialis Syaraf 8. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin 9. Poliklinik Spesialis Jiwa 10. Poliklinik Rehabilitasi Medik 11. Poliklinik Spesialis Jantung 12. Poliklinik Gigi 13. Poliklinik Psikologi 14. Poliklinik Akupuntur 15. Poliklinik Terpadu Pelayanan Rawat Inap
  • 6. 1. Perawatan VVIP & VIP 2. Perawatan kelas I,II,III 3. Perawatan penyakit dalam perempuan 4. Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki 5. Perawatan Anak 6. Perawatan Bedah 7. Perawatan ICU 8. Perawatan Kebidanan 9. Perawatan Neonatus/NICU Pelayanan Penunjang 1. Instalasi Laboratorium Klinik 2. Instalasi Radiologi 3. Instalasi Bedah Sentral 4. Instalasi Farmasi (Apotek) 5. Instalasi Gizi 6. Instalasi Laundry 7. Central Stririlizied Suplay Departement (CSSD) 8. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS) 9. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan 10. Bank Darah 11. Kasir 12. Hemodialisa 13. Instalasi Rehabilitas Medis Fasilitas Kendaraan Operasional 1. Ambulan 118 2. Ambulance Bangsal 3. Ambulance Siaga Bencana 4. Ambulance Trauma Center 5. Ambulance Jenazah
  • 7. 2.2 Tinjauan Teori 2.2.1 Nifas Pengertian Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010). Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6- 8 minggu (Abidin, 2011). Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2009). 2.2.2 Fisiologi Nifas Yang dimaksud dengan fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristk dalam masa nifas, artinya memberi ciri adanya masa nifas.Jadi hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik tidak terjadi pada hal lain, misalnya masa sebelum hamil, masa hamil maupun masa persalinan. Hal-hal yang terjadi dan memberi ciri masa nifas ini adalah perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus tenjadi untuk memenuhi sebagian dan fungsi masa nifas, yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum masa hamil Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung lama kira- kira 6 minggu.(Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, sarwono prawirohardjo:122) Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu : 1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Di dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat- alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu- minggu, bulanan atau tahunan. (Ambarwati, 2010).
  • 8. Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut: 1. Periode immediate postpartum: Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu. 2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. 3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. (Saleha, 2009). 2.2.3 Program dan Kebijakan Teknis Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL, untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas. (Ambarwati, 2010) Tabel 2.1 Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal Kunjungan Waktu Asuhan I 6-8 jam PPa. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri - b. Pemantauan keadaan umum ibu - c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attachment) - d. ASI eksklusif II 6 hari PP a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal. b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
  • 9. e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit III 2 minggu PPa. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal. b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit IV 6 minggu PPa. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami b. Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi 2.2.4 Perubahan Fisiologis Masa Nifas a. Perubahan sistem reproduksi 1. Involusi Uterus Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2010). Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum dapat dilihat di bawah ini: Tabel 2.2 Perubahan Uterus Masa Nifas (Ambarwati, 2010) Involusi Uteri TFU Berat Uterus Diameter Uterus Palpasi cervix Placenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/ lunak 7 hari Pertengahan antara simpisis dan pusat 500 gr 7,5 cm 2 cm
  • 10. 14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm 6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara: a. Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari. b. Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba. Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage). 2. Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu: a. Lochea Rubra/Merah (Kruenta) Lochea ini muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium. b. Lochea Sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum. c. Lochea Serosa
  • 11. Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum. d. Lochea Alba/Putih Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2-6 minggu postpartum. (Ambarwati, 2010). 2. Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. (Saleha, 2009). 3. Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup (Ambarwati, 2010). 4. Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4 (Ambarwati, 2010). 5. Payudara (mamae) Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut: a. Produksi susu b. Sekresi susu atau let down
  • 12. Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009). b. Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorrhoid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain (Ambarwati, 2010). c. Perubahan sistem perkemihan Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kadang-kadang oedema dari trigonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine. Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual (normal ± 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Urine biasanya berlebihan (poliurine) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan (Ambarwati, 2010).
  • 13. d. Perubahan sistem muskuloskeletal Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjjang alat genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilisasi sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan (Saleha, 2009). e. Perubahan sistem endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. 1. Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal (Saleha, 2009). 2. Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi (Saleha, 2009). 3. Hipotalamik Pituitary Ovarium Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu, dan 90% setelah 24
  • 14. minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama an ovulasi (Ambarwati, 2010). 4. Estrogen dan progesteron Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina. (Saleha, 2009). f. Perubahan tanda-tanda vital Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut: 1. Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 0C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 38 0C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 0C, mungkin terjadi infeksi pada klien (Saleha, 2009). 2. Nadi dan pernapasan Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009). 3. Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009). g. Perubahan sistem hematologi dan kardiovaskuler Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari
  • 15. pertama masa postpartum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi hingga 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Akan tetapi, berbagai jenis kemungkinan infeksi harus dikesampingkan pada penemuan semacam itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang berubah-ubah. Sering dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka klien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2% tersebut kurang lebih sama dengan kehilangan 500 ml darah. Biasanya terdapat suatu penurunan besar kurang lebih 1.500 ml dalam jumlah darah keseluruhan selama kelahiran dan masa nifas. Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien ini kira-kira 200-500 ml hilang selama masa persalinan, 500-800 ml hilang selama minggu pertama postpartum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa nifas (Saleha, 2009). 2.2.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas a. Nutrisi dan cairan Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut: 1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. 2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. 4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan. 5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (Saleha, 2009). b. Ambulasi Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang di
  • 16. tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut: 1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. 2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik. 3. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan. 4. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis). Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya (Saleha, 2009). c. Eliminasi 1. Buang Air Kecil Ibu diminta buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum. a. Berkurangnya tekanan intra abdominal b. Otot-otot perut masih lemah c. Edema dan uretra d. Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009). 2. Buang Air Besar Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau
  • 17. per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah) (Saleha, 2009). d.Personal hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu post partum adalah sebagai berikut: 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum. 2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar. 3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika. 4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluannya. 5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut. (Saleha, 2009). Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin akan membantu mengurangi risiko terjadinya infeksi. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau buang air besar. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluannya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. (Ambarwati, 2010).
  • 18. e. Istirahat dan tidur Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut: 1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. 2. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. 3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal: a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi. b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan. c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. f. Aktivitas seksual Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini: 1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. 2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan. g. Latihan senam nifas Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas (Saleha, 2009).
  • 19. 2.2.6 Komplikasi Masa Nifas Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut: a. Infeksi nifas: Infeksi nifas adalah infeksi luka pada jalan lahir setelah melahirkan, yang kadang kala meluas, menyebabkan flebitis atau peritonitis (Reeder, 2011). b. Perdarahan dalam masa nifas c. Infeksi saluran kemih d. Patologi menyusui. (Saleha, 2009). 2.2.7 Konsep Dasar Perawatan Luka a. Definisi Merawat luka merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit (Ismail, 2012). b. Fase-fase Penyembuhan Luka 1. Fase inflamasi, berlangsung selama 1-4 hari 2. Fase proliferatif, berlangsung 5-20 hari. 3. Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau tahunan (Ismail, 2012) c. Perawatan Luka Perineum Perawatan luka perineum menurut APN adalah sebagai berikut: 1. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering. 2. Menghindari pemberian obat trandisional. 3. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam. 4. Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 x sehari. 5. Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan penyembuhan luka. d. Penghambat Keberhasilan Penyembuhan Luka 1. Malnutrisi Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka, meningkatnya dehisensi luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, dan parut dengan kualitas yang buruk. 2. Merokok
  • 20. Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak penyembuhan luka, dan bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan. 3. Kurang tidur Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur meningkatkan anabolisme (sintesis molekul kompleks dari molekul sederhana), dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme. Jarang kita temukan wanita baru melahirkan dapat menikmati waktu tidur sepenuhnya setiap malam. Oleh karena itu semua klien bidan tersebut berisiko mengalami hambatan penyembuhan luka. 4. Stres Diduga bahwa ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistim imun sehingga menghambat penyembuhan luka. 5. Kondisi medis dan terapi Berbagai kondisi medis dapat mempengaruhi kemampuan penyembuhan luka pada wanita. Tanggap imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu seperti AIDS, ginjal, atau penyakit hepatik, atau obat seperti kortikosteroid dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel proliferatif untuk perbaikan luka. 6. Asuhan kurang optimal Berbagai aktifitas yang dilakukan pemberi asuhan dapat menghambat penyembuhan luka yang efisien. Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan organisme tersebar kembali di sekitar area, kapas, atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan granulasi, dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk. (Boyle, 2008) e. Waktu Perawatan Perineum Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah: 1. Saat mandi 2. Setelah buang air kecil 3. Setelah buang air besar f. Dampak Perawatan Luka Perineum
  • 21. Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini: 1. Infeksi 2. Komplikasi 3. Kematian ibu post partum g. Tujuan Perawatan Luka 1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa 2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan 3. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan 4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris 5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat. (Ismail, 2012). 2.2.8 Konsep Dasar Luka Perineum a. Pengertian perawatan luka perenium Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Azis, 2004). Perenium adalah daerah antara kedua paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2001). Jadi perawatan perenium adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi oleh vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Anonimity, 2009). b. Gangguan Integritas Kulit Pada Proses Persalinan 1. Episiotomi Episiotomi adalah insisi pada perenium untuk memperbesar mulut vagina. Jenis episiotomi ditentukan berdasarkan tempat dan arah insisi antara lain : a) Episiotomi garis medial Paling sering dilakukan. Episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri yang timbul lebih ringan. Kadang-kadang dapat terjadi melalui sfingter rectum (laserasi derajat ketiga) atau bahkan ke kanal ani (laserasi derajat empat). b) Episiotomi mediolateral
  • 22. Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan kearah posterior. Meskipun dengan demikian robekan derajat empat dapat dihindari, tetapi robekan derajat tiga dapat terjadi. Selain itu, jika dibandingkan dengan episiotomi medial, kehilangan darah akan lebih banyak dan perbaikan lebih sulit serta lebih nyeri. 2. Laserasi a) Laserasi perenium (Robekan Perenium) Robekan pada perenium terjadi pada hampir semua persalinan dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya, namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan jalan menjaga jamgam sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perenium dapat dibagi 4 tingkat : 1) Tingkat 1 : robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perenium. 2) Tingkat 2 : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinel transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani. 3) Tingkat 3 : robekan mengenai perenium sampai dengan otot sfingter ani. 4) Tingkat 4 : robekan mengenai perenium sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum. b) Laserasi Vagina c) Laserasi Serviks (cedera serviks) (Bobak dkk, 2004). c. Tujuan Perawatan Luka Perenium 1) Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perenium, maupun di dalam uterus. 2) Untuk penyembuhan luka perenium (jahitan perenium) 3) Untuk kebersihan pereniuim dan vulva 4) Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perenium tidak bersih, mudah terjadi infeksi pada jahitan perenium saluran vagina dan uterus. (Wahyu, 2011) d. Waktu Perawatan Luka Perenium
  • 23. 1) Saat mandi Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perenium ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perenium. 2) Setelah buang air kecil Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perenium untuk itu diperlukan pembersihan perenium. 3) Setelah buang air besar Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perenium maka diperlukan proses pembersihan anus dan perenium dan perenium secara keseluruhan (Wilujeng, 2011). e. Cara perawatan luka perenium Perawatan perenium dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan cara menjaga kebersihan perenium caranya sebagai berikut : 1) Persiapan a) Siapkan air hangat b) Sabun dan washlap c) Handuk kering dan bersih d) Pembalut ganti secukupnya e) Celana dalam yang bersih 2) Cara merawatnya a) Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang b) Washlap di basahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan washlap yang sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman berkembang biak. c) Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar-benar bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
  • 24. d) Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup disiram dengan air hangat. e) Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi. f) Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering. g) Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu tempe. Jangan pantang makanan, kecuali jika ada riwayat alergi. h) Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seizin dokter atau bidan. f. Komplikasi Episiotomi Kurang dari 1% episiotomi atau laserasi mengalami infeksi. Laserasi derajat empat memiliki risiko infeksi serius yang paling tinggi. Tepi-tepi luka yang berhadapan menjadi kemerahan, seperti daging dan membengkak. Benang sering merobek jaringan edematosa sehingga tepi-tepi luka nekrotik menganga yang menyebabkan keluaarnya cairan serosa, serosanguinosa, atau jelas purulen. Lepasnya jahitan episiotomi paling sering berkaitan dengan infeksi. (Leveno, 2009).
  • 25. BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny “Y” P2A0 POST PARTUM SPONTAN HARI KE-1 DI RUANG NIFAS II RSUD PALEMBANG BARI TAHUN 2014 Tanggal Pengkajian : 29 September 2014 Waktu Pengkajian : 09.00 WIB No. Rekam Medik : 11.62.45 I. DATA SUBJEKTIF A. Biodata Nama Istri : Ny “Y” Nama Suami : Tn “W” Umur : 31th Umur : 34th Agama : Islam Agama : Islam Suku//bangsa : jawa/indonesia Suku//bangsa : jawa/indonesia Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jln Tembok Baru, Lrg. Tanjung RT 05 RW 02 Ulu B. Alasan datang Ibu hadir melahirkan 5 jam yang lalu anak kedua pada tanggal 29 September 2014, pukul 04.00 wib ditolong oleh bidan mengeluh nyeri pada perineum akibat luka jahitan dan perut masih terus terasa mules. C. Riwayat Kebidanan Riwayat Perkawinan Kawin : 1x dengan suami sekarang Umur waktu kawin : 27 tahun Lamanya : 4 tahun
  • 26. D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu No 1 2 Umur Kehamilan Aterm Ini Penolong Bidan Jenis Persalinan Spontan Tahun Persalinan 2012 Penyulit Tidak ada Nifas Baik Jenis Kelamin Laki-laki Panjang Badan 50cm Berat Badan 2900 gram Keadaan Baik E. Riwayat Persalinan Sekarang 1. Jenis Persalinan : Spontan 2. Tanggal Persalinan : 29 September 2014 3. Pukul : 04.00 WIB 4. Penyulit : Tidak Ada 5. Lama Persalinan Kala I : 6 Jam Kala II : 30 Menit Kala III : 7 Menit Kala IV : 2 Jam 6. Keadaan Ketuban Ketuban Pecah : Pukul 03.30 WIB Warna : Jernih Jumlah : 400 cc Bau : Khas Amis 7. Keadaan Plasenta Cara Pengeluaran : Spontan Keadaan : Lengkap Lahir : 04.07 WIB Berat : 500 gram 8. Keadaan Bayi KU : Baik Jenis Kelamin : Perempuan BB : 3000 gram PB : 49 cm Anus : ( + ) F. Riwayat KB Pernah mendengar tentang KB : Pernah Pernah menjadi akseptor KB : Pernah
  • 27. Jenis kontrasepsi yang digunakan : Suntik Lama menjadi akseptor KB : 2 tahun Alasan berhenti menjadi akseptor : Ingin punya anak Rencana KB yang dipakai : Suntik G. Riwayat Psikososial Penerimaan ibu terhadap anak sekarang : Senang Hubungan ibu dengan suami/ keluarga : Harmonis Pengambilan keputusan dalam keluarga : Musyawarah Adat/ kebiasaan yang mempengaruhi masa nifas : Tidak ada II. DATA OBJEKTIF I. Pemeriksaan fisik Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentris TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/m Suhu : 36,7 C RR : 22 x/m II. Pemeriksaan Kebidanan a. Inspeksi 1. Kepala Wajah : Tidak pucat Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih Mulut dan Gigi : Bersih dan tidak ada karies Lidah : Bersih 2. Dada Mammae : Simetris Putting susu : Menonjol Aerola mammae : Hiperpigmentasi aerola Colostrum : Sudah keluar Pembesaran mammae : Simetris 3. Genitalia Eksterna Jumlah Perdarahan : 100 cc Lochea : Rubra Bau : Anyir Perenium : Terdapat laserasi / jahitan luka episiotomi
  • 28. 4. Ekstremitas atas dan bawah : simetris b. Palpasi Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat Kontraksi Utetrus : Baik c. Perkusi Refleks pattela : Kaki kanan (+) Kaki kiri (+) III. Pemeriksaan Laboratorium a. Darah Hemoglobin : 11 gr % Golongan darah : B III. ANALISA Diagnosa : P2A0 post partum spontan 5 jam yang lalu Masalah : Ibu merasa perutnya mules dan lelah setelah melahirkan Ibu merasakan nyeri pada perineum akibat luka jahitan Kebutuhan : - Observasi tentang keadaan umum ibu - Observasi tantang tanda bahaya pasca persalinan - KIE tentang asupan cairan dan nutrisi - KIE tentang personal hygiene - KIE tentang istirahat yang cukup - KIE tentang pentingnya ASI Eksklusif - KIE tentang perawatan payudara - KIE tentang perawatan tali pusat IV. PENATALAKSANAAN 1. Melakukan observasi tanda vital ibu dan memberitahu ibu dan keluarga bahwa keadaan umum ibu baik berdasarkan hasil pemeriksaan yaitu : TD : 120/80 mmHg, N: 80 x/m , RR: 22 x/m, Temp: 36,70C. - Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. 2. Mengobservasi tanda bahaya pasca persalinan Tinggi Fundus Uteri : 2 jari dibawah pusat, Kontraksi : baik, Perdarahan : 100 cc, Lochea : Rubra, Kandung kemih : kosong, perenium : terdapat laserasi atau terdapat luka episiotomi. - Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
  • 29. 3. Memberikan KIE kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan asupan cairan dan nutrisinya dengn mengkonsumsi makanan yang bergizi, perbanyak makan syur-sayuran hijau, lauk pauk berprotein, buah-buahan, susu, dan perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari agar produksi ASI lancar serta minum vitamin yang diberikan agar kondisi ibu cepat pulih. - Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukannya. 4. Memberikan KIE kepada ibu tentang personal hygiene dan cara perawatan luka jahitan dengan cara lepas semua pembalut dan cebok dari depan ke belakang, gosokkan washlap yang sudah dibasahi dan di beri sabun keseluruh lukosi luka jahitan dengan perlahan, bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin luka benar-benar bersih serta mengganti pakaian dalam setiap kali basah atau kotor dan mengganti pembalut setiap kali terasa penuh. - Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan dan mau melakukannya. 5. Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas berat yang membuatnya cepat lelah agar kondisi ibu cepat pulih. - Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukannya. 6. Memberikan KIE kepada ibu tentang pentingnya dan manfaat ASI EKSKLUSIF yang diberikan pada bayi berusia 0 sampai dengan 6 bulan, kandungan yang ada pada ASI, keuntungan bila memberian ASI dan kerugian bila tidak memberikan ASI serta peran penting ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan pada anaknya. - Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan apa yang telah dianjurkan. 7. Memberi KIE kepada ibu tentang perawatan tali pusat, mengajarkan pada ibu cara merawat tali pusat dengan cara bungkus tali pusat dengan kassa steril dan mengganti kassa yang basah yang terkena BAB/BAK. - Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan semua yang telah dianjurkan. 8. Berkalaborasi dengan dr. SpOG dalam pemberian therapi : - Amoxilin 3 x 50 mg - Asam nefenamat 3x 50 mg - Bcom 3x 50mg
  • 30. CATATAN PERKEMBANGAN Hari/ Tanggal : Selasa, 30 Oktober 2014 Pukul : 09.00 WIB I. Data Subjektif Ibu merasa perut mules sudah mulai berkurang, rasa lelah setelah melahirkan juga sudah mulai berkurang, dan ibu masih sedikit merasakan nyeri pada perenium akibat luka jahitannya. II. Data Objektif Keadaan Umum : Baik TD : 120/ 80 mmHg Nadi : 78 x/m RR : 20 x/m Suhu : 36.5 C Tinggi Fundus Uteri : 1 jari dibawah pusat Kontraksi uterus : Baik Lockea : Rubra Perdarahan : 30 cc III. Analisa Diagnosa : P2A0 post partum hari ke-2 Masalah : Ibu merasa perutnya mules Ibu merasakan nyeri luka jahitan perineum sudah mulai berkurang. Kebutuhan : - Observasi tentang keadaan umum ibu - Observasi tantang tanda bahaya pasca persalinan - KIE tentang perawatan tali pusat - KIE tentang tanda bahaya pada bayi - KIE tentang KB IV. Penatalaksaan 1. Melakukan observasi tanda vital ibu dan memberitahu ibu dan keluarga bahwa keadaan umum ibu baik berdasarkan hasil pemeriksaan yaitu :
  • 31. TD : 120/80 mmHg, N: 80 x/m , RR: 22 x/m, Temp: 36,70C. - Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. 2. Mengobservasi tanda bahaya pasca persalinan TFU : 2 jari dibawah pusat, Kontraksi : baik, Perdarahan : 100 cc, Lochea : Rubra, Kandung kemih : kosong, perineum : terdapat laserasi atau luka episiotomi. - Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. 3. Memberi KIE kepada ibu tentang perawatan tali pusat, mengajarkan pada ibu cara merawat tali pusat dengan cara bungkus tali pusat dengan kassa steril dan mengganti kassa yang basah yang terkena BAB/BAK. - Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan semua yang telah dianjurkan. 4. Memberi KIE kepada ibu tentang tanda bahaya pada bayi yaitu apabila bayi bernafas cepat lebih dari 60 kali permenit atau sulit bernafas, suhu tubuh lebih dari 38 0C atau kurang dari 36 oC , kulit bayi berwarna kuning, biru atau pucar, memar, tidak mau menyusu, mengantuk berlebihan, banyak muntah, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, menceret, warna tinja hijau tua, ada lendir atau darah, menggil, kejang dan menagis terus menerus maka segera bawa bayi ke tempat pelayanan kesehatan. - Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan segera membawa bayinya ketempat pelayanan kesehatan apabila terdapat tanda-tanda yang di sebutkan. 5. Memberi KIE kepada ibu tentang KB yaitu terdapat beberapa metode kb seperti kondom, suntik, pil, implan, IUD serta keuntungan dan kerugian dari tiap-tiap metode dan indikasi serta kontraindikasi dari metode tersebut. - Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan menggunakan KB suntik seperti sebelumya. 6. Berkolaborasi dengan dr. SpOG dengan therapi : - Amoxilin 3 x 1 - Asam nefenamat 3 x 1 - Bcom 3 x 1 Ibu akan meminum obat yang telah di berikan. 7. Menyarankan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi. - Ibu akan kontrol ulang sesuai saran yang diberikan.
  • 32. BAB IV PEMBAHASAN Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010). Adapun pengkajian yang dilakukan pada Ny.”Y” yang melahirkan pada tanggal 29 September 2014, pada pukul : 04.00 WIB dengan post partum spontan anak kedua BB : 3000 gram, PB : 49 cm, JK : Perempuan, Keadaan Umum ibu : Baik, Kesadaran : Composmetis, perut masih terasa sakit. TD : 120/80 mmHG, T : 36,7 0C, RR : 22 x/m, N : 80 x/m, Konjungtiva Tidak pucat, sclera tidak ikhterik, uterus teraba keras, pada hari pertama Tinggi Fundus Uteri : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, pada pereniam terdapat luka jahitan, lockea rubra, perdarahan 150 cc, dan tidak terdapat gangguan yang lainnya. Sedangkan pengkajian hari kedua pada tanggal 30 Oktober 2014, keadaan umum baik, kesadaran composmetis, TD 120/80 mmHg, suhu 36,3 OC, RR 20 x/m, Nadi 78 x/m, mules sudah mulai berkurang, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, uterus terasa keras, berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny. “Y” sesuai dengan teori yang ada tidak ada kesenjangan antara teori dak praktek. Interpretasi kasus yang ditemukan pada Ny. “Y” di RSUD Palembang Bari sudah sesuai dengan konsep asuhan ibu nifas normal. Identifikasi diagnosa atau potenaial masalah tentang nifas normal sesuai dengan teori konsep asuhan diagnosa potensial nifas normal.
  • 33. Identifikasi kebutuhan atau tindakan segera yang ditemukan pada Ny.”Y” dengan postpartum spontan yang melakukan kolaborasi dengan Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dalam pemberian terapi. Perencanaan asuhan menyeluruh pada Ny.”Y” dengan postpartum spontan di RSUD Palembang Bari yaitu berupa mencegah perdarahan, memberikan KIE tentang pesonal hygiene, memberikan KIE tentang asupan cairan dan nutrisi, KIE tentang pentingnya asi eksklusif, KIE tentang istirahat yang cukup, tanda bahaya paska persalinan, perawatan tali pusat pada bayi baru lahir, tanda bahaya pada bayi, KIE tentang KB dan menganjurkan ibu untuk kontrol ulang. Evaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.”Y” dengan pemeriksaan fisik di RSUD Palembang Bari sudah sesuai dengan teori yang ada.
  • 34. BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 1. Setelah dilakukan pengkajian data pada Ny.”Y” diruang nifas RSUD Palembang Bari keadaan umum baik, kesadaran composmetis, TD 120/80 mmHg, suhu 36,3 OC, RR 20 x/m, Nadi 78 x/m dan tidak terdapat gangguan lain. 2. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.”Y” dapat diinterpretasikan data asuhan kebidanan nifas normal. 3. Diagnosa yang ditegakkan pada Ny.”Y” P2A0 postpartum spontan hari pertama. 4. Kebutuhan pada Ny.”Y” adalah observasi vital sign, observasi tanda bahaya pasca persalinan, KIE tentang personal hygiene, KIE tentang asupan cairan dan nutrisi, KIE tentang istirahat yang cukup, KIE tentang pentingnya asi eksklusif. 5. Asuhan kebidanan postpartum yang akan diberikan pada Ny.”Y” yang diterapkam diruang nifas RSUD Palembang Bari yaitu:mengobservasi tabnda vital ibu, dan menjelaskan tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, mengobservasi tanda bahay paska persalinan, memberikan KIE tentang tanda bahaya pada bayi, memberikan KIE tentang perawatan tali pusat pada bayinya, memberikan KIE tentang KB, Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang. 6. Implementasi asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny.”Y” P2A0 dengan rencana asuhan yang telah ditetapkan. 7. Evaluasi dari asuhan kebidanan pada postpartum spontan Ny.”Y” P2A0 dengan keterampilan pemeriksaan fisik pada ibu nifas didapatkan tidak ada perbedaan antara reori dan praktek, sebagian besar asuhan kebidanan pada Ny.”Y” sudah diberikan sesuai dengan teori beberapa sumber pustaka. 5.2 SARAN 5.2.1 Bagi pihak RSUD Palembang BARI a. Diharapkan bagi pihak rumah sakit tetap mempertahankan kelengkapan semua fasilitas saranan agar asuhan yang diberikan pada ibu nifas dapat tercapai secara menyeluruh. b. Diharapkan pada semua pihak RSUD Palembang BARI menjadi Rumah Sakit di Sumatera Selatan yang sesuai dengan visi dan misi RSUD Palembang BARI.
  • 35. 5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang Setiap institusi pendidikan selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada mahasiswi dalam menjalani praktik yang belum didapatkan di pendidikan, sehingga kualitas pendidikanpun dapat ditingkatkan khususnya di akademi kebidanan budi mulia palembang. 5.2.3 Bagi Mahasiswa Diharapkan bagi mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu post partum spontan sesuai dengan teori dan metode yang telah ditentukan dan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas. Diposkan oleh Heni Apriyanti di 23.46