SlideShare a Scribd company logo
ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN TIGA KALI
PEMAKAIAN MENGGORENG AYAM
Kadek Anggra Suprapta, Frieda Nurlita, Siti Maryam
Jurusan Pendidikan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: adekanggra5@gmail.com, friedanurlita1952@gmail.com,
titik_maryam@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas minyak goreng serta senyawa yang
terbentuk setelah penggorengan ketiga dalam menggoreng ayam. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah minyak goreng curah yang dijual di pasar-pasar
tradisional. Ada dua perlakuan terhadap minyak goreng, yaitu tanpa penyimpanan
(setelah penggorengan I dilanjutkan penggorengan II dan penggorengan III) dan dengan
penyimpanan (setelah penggorengan I disimpan 1 hari lalu dilanjutkan penggorengan II,
disimpan 1 hari , dilanjutkan penggorengan III setelah itu disimpan selama 1 hari lagi).
Hasil penelitian setelah penggorengan III tanpa penyimpanan untuk bilangan peroksida
10,15 mek O2/kg, bilangan asam 1,40 mg KOH/g, kadar air 43,53% dan absorbansi
untuk uji warna 0,713, senyawa yang terbentuk adalah asam pentadekanoat (metil-
ester), asam heksadekanoat, asam 8,11-oktadekadienoat (metil-ester), asam-9-
oktadekenoat (metil-ester), asam heptadekanoat (metil-ester) dan asam-9-oktadekenoat.
Hasil penelitian setelah penggorengan III dengan penyimpanan untuk bilangan
peroksida 12,04 mek O2/kg, bilangan asam 1,44 mg KOH/g, kadar air 54,40% dan
absorbansi untuk uji warna 0,931, senyawa yang terbentuk adalah asam pentadekanoat
(metil-ester), asam heksadekanoat, asam-9-oktadekenoat (metil-ester), asam
heptadekanoat (metil-ester) dan asam-9-oktadekenoat. Dapat disimpulkan, jika
dibandingkan dengan standar SNI 3741:2013 tentang standar mutu minyak goreng,
bahwa minyak goreng setelah penggorengan III sudah tidak sesuai standar.
Kata kunci: minyak goreng, bilangan peroksida, bilangan asam, kadar air, warna.
Abstract
This research aims to analyze the quality of cooking oil and compounds formed after the
third frying chicken. The sample used in this research is the cooking oil sold in traditional
markets. There are two treatment of cooking oil, that is without saving (after first frying
continue second frying and third frying) and saving (after first frying, saved one day and
then continue second frying, saved one day, followed third frying, after that it was saved
for one day again). Results of the research of cooking oil after third frying without saving
for peroxide value is 10,15 meq O2/kg, acid value 1.40 mg KOH/g, the water content
43.53% and absorbance to colour test 0.713, the compound formed is pentadecanoic
acid (methyl-ester), n-hexadecanoic acid, 8,11-octadecadienoic acid (methyl-ester), 9-
octadecenoic acid (methyl-ester), Heptadecanoic acid (methyl-ester) and 9-octadecenoic
acid. Results of the research of cooking oil after third frying with saving for peroxide
value is 12,04 meq O2/kg, acid value 1,44 mg KOH/g, the water content 54.40% and
absorbance to colour test 0,931, the compounds formed is pentadecanoic acid (methyl-
ester), n-hexadecanoic acid, 9-octadecenoic acid (methyl-ster), heptadecanoic acid
(methyl ester), and 9-octadecenoic acid. It can be concluded, if compared with the
standard SNI 3741: 2013 about quality standards of cooking oil, that the cooking oil after
third frying has not according with standards.
Key words: cooking oil, peroxide value, acid value, water content, colour.
PENDAHULUAN
Pemanfaatan minyak di masyarakat,
paling umum digunakan sebagai bahan
dalam proses penggorengan pengolahan
pangan, yang berfungsi sebagai medium
penghantar panas, penambah rasa gurih
dan penambah nilai gizi. Di dalam tubuh,
lipida atau lemak memiliki peranan yang
cukup penting. Beberapa peranan lemak di
dalam tubuh adalah: sebagai sumber
energi, sebagai pelarut vitamin, sebagai
penjaga suhu tubuh, sebagai pelindung
organ tubuh. Selain manfaat positif, lemak
juga memberikan dampak yang negatif bagi
kesehatan tubuh jika kualitas minyak
goreng yang dikonsumsi kurang baik. Oleh
karena itu, minyak goreng yang dikonsumsi
sehari-hari sangat erat kaitannya dengan
kesehatan tubuh.
Masyarakat kita sangat majemuk
dengan tingkat ekonomi dan pengetahuan
yang berbeda-beda. Ada masyarakat yang
menggunakan minyak goreng hanya untuk
dua kali pakai, namun ada juga
masyarakat yang menggunakan minyak
goreng untuk berkali-kali pakai.
Penggunaan minyak goreng berulang kali
akan mengakibatkan kerusakan pada
minyak. Menurut BPOM RI menyatakan
bahwa minyak goreng sebaiknya dgunakan
maksimal tiga kali (suaramerdeka.com). Ibu
rumah tangga memegang peranan yang
sangat penting dalam pemenuhan makan
keluarga. Seluruh asupan makanan
anggota keluarga diolah oleh ibu rumah
tangga. Mengolah makanan dengan cara
menggoreng lebih digemari oleh ibu rumah
tangga, karena caranya mudah dan produk
yang dihasilkan juga lebih gurih, renyah dan
enak. Salah satu makanan gorengan yang
saat ini mulai digemari adalah ayam goreng.
Hampir semua kalangan masyarakat suka
dengan makanan ini. . Kenaikan harga
bahan sembako setiap tahunnya membuat
pedagang gorengan maupun ibu rumah
tangga berpikir ulang untuk mengelola
keuangan keluarga. Harga minyak goreng
yang semakin membumbung tinggi
membuat mereka untuk menghemat
pemakaian minyak goreng. Salah satu cara
yang mereka gunakan adalah dengan
meggunakan minyak goreng berulang kali
tanpa mengetahui akibat yang akan
ditimbulkan. mereka gunakan adalah
dengan meggunakan minyak goreng
berulang kali tanpa mengetahui akibat
yang akan ditimbulkan. Perilaku lain yang
sering ditemukan di masyarakat adalah
menyimpan minyak goreng dengan kondisi
terbuka yang nantinya akan digunakan
pada keeseokan harinya. Penggunaan
minyak goreng seperti itu tidak hanya
dilakukan oleh ibu rumah tangga, tetapi
pedagang jajanan gorengan juga
melakukan hal yang serupa. Minyak yang
digunakan secara terputus-putus, artinya
minyak yang sudah terpakai didinginkan
dan kemudian digunakan lagi untuk
menggoreng. Penggorengan terputus ini
mengakibatkan kerusakan minyak semakin
cepat karena terjadi penambahan peroksida
(oksidasi) selama pendinginan yang diikuti
dekomposisi jika minyak dipanaskan lagi
(Khomsan, 2010). Minyak goreng yang
dipakai berulang kali sering disebut dengan
minyak jelantah. Menurut Ketaren (2008),
minyak jelantah adalah minyak goreng yang
dipanaskan atau digunakan berulang kali
dan mengalami perubahan baik secara fisik
atau kimia yakni dengan adanya perubahan
warna menjadi gelap dan berbau tengik,
serta secara kimiawi mengalami reaksi
hidrolisis dan oksidasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Yudika
Putra (2014) mengenai pengetahuan
produsen jajanan gorengan di Padang
mengatakan bahwa 82,5% produsen
memakai minyak goreng ≥3 kali,
sedangkan produsen yang memakai minyak
goreng 2 kali hanya 12,5%. Lilik (2014),
juga mengemukakan hasil yang serupa,
bahwa minyak goreng yang digunakan
pedagang ayam goreng kaki lima di Kota
Singaraja memiliki kualitas yang rendah.
Hal ini disebabkan karena pedagang ayam
goreng tersebut menggunakan minyak
goreng berulang kali serta menambahkan
minyak baru tanpa membuang minyak
sebelumnya.
Minyak goreng yang dipanaskan
dengan kandungan air berlebih akan
mengakibatkan terjadinya proses hidrolisis,
yang akan mengubah trigliserida menjadi
asam lemak dan gliserol. Gliserol dapat
melepaskan molekul air akibat pemanasan
membentuk akrolein. Akrolein adalah
senyawa berbahaya yang dapat
menyebabkan kanker. Penggorengan
berulang kali menggunakan minyak yang
sama akan menyebabkan jumlah asam
lemak maupun akroleinnya semakin
meningkat sebagai akibat terjadi proses
oksidasi maupun hidrolisis.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian
ini bertujuan untuk menguji kualitas minyak
goreng dengan tiga kali pemakaian
menggoreng ayam, pengujian kualitas
menggunakan parameter pengamatan
terhadap bilangan peroksida, bilangan
asam, kadar air dan warna. Serta
menganalisis senyawa-senyawa yang
terdapat pada minyak goreng sebelum
penggorengan dan sesudah penggorengan
sebagai tanda terjadinya kerusakan pada
minyak goreng.
METODE PENELITIAN
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah buret, Erlenmeyer,
gelas kimia, corong, corong Buchner, gelas
ukur, labu ukur, thermometer, spatula, kaca
arloji, batang pengaduk, pipet tetes, statif
dan klem, ring, pemanas, kertas saring,
neraca analitik, oven, instrument UV-VIS
dan GC-MS. Bahan-bahan yang digunakan
antara lain minyak goreng curah, asam
asetat glasial, kloroform, KI, larutan
Na2S2O3, amilum, aquades, KOH, alkohol,
K2Cr2O7, larutan HCl, etanol, indikator
fenolftalein.
CARA KERJA
Penyiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah minyak
goreng curah yang dijual di pasar-pasar
tradisional. Sebanyak 500 mL minyak
goreng digunakan untuk menggoreng ayam
dengan suhu sekitar 165-170 o
C,
sedangkan massa ayam yang digunakan
dalam setiap proses menggoreng adalah
sama yaitu 300 gr. Dalam proses
penggorengan ada dua perlakuan, yaitu
tanpa penyimpanan dan dengan
penyimpanan. Proses menggoreng tanpa
penyimpanan maksudnya adalah
menggoreng ayam sebanyak 3 kali berturut-
turut tanpa jeda. Sedangkan proses
menggoreng dengan penyimpanan,
maksudnya adalah menggoreng ayam
sebanyak 3 kali dengan waktu jeda (minyak
disimpan selama satu hari setiap setelah
selesai menggoreng). Proses
penggorengan dilakukan selama 12 menit
Uji Bilangan Peroksida
Pengujian bilangan peroksida
dilakukan dengan metode titrasi iodometri. 5
gram minyak goreng ditambahkan dengan
30 mL larutan asetat glasial + kloroform
dengan perbandingan 3:2, selanjutnya
tambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh dan di
tutup rapat sambil dikocok. Kemudian
sampel ditambahkan larutan amilum 1%
sebagai indikator, selanjutnya dititrasi
dengan larutan Na2S2O3 0,01 N. Titrasi
dihentikan sampai warna biru hilang.
Bilangan peroksida dihitung dengan rumus
1000
)(
)( 10322
x
gramsampelmassa
VVxOSNaN
peroksidaBilangan


Keterangan :
N Na2S2O3 = normalitas lrutan standar
Na2S2O3 0,01 N
V0= volume volume Na2S2O3 0,01 N pada
penitaran sampel
V1= volume larutan Na2S2O3 0,1 N yang
diperlukan pada penitaran blanko.
Uji Bilangan Asam
Pengujian bilangan peroksida
dilakukan dengan metode titrasi alkalimetri.
5 gram minyak goreng ditambahkan dengan
5 mL alkohol 95% dalam kondisi panas
dngan suhu 50-75o
C. Selanjutnya
ditambahkan indikator PP 1% dan dititrasi
dengan KOH, titrasi dihentikan sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak
hilang selam 30 detik. Bilangan asam
dihitung dengan menggunakan rumus
sampelmassa
KOHNxKOHVx
gKOHmgasamBilangan
1,56
)/( 
Keterangan:
V KOH = Volume KOH yang digunakan
pada saat titrasi.
N KOH= Normalitas larutan KOH
Uji Kadar Air
Krusibel sebagai tempat wadah minyak
dipanaskan terlebih dahulu dan ditimbang
untuk mengetahui massanya. Penentuan
kadar air pada minyak goreng dilakukan
dengan mengeringkan 5 gram minyak
goreng di dalam oven pada suhu 130 o
C
selama 30 menit sampai diperoleh massa
yang tetap. Kadar air ditentukan
menggunakan rumus
%100
01
21
x
WW
WW
airkadar



Keterangan :
W0 = massa krusibel kosong dan
tutupnya.
W1 = massa krusibel, tutupnya dan
sampel sebelum dioven.
W2 = massa krusibel, tutupnya dan
sampel yang sudah dioven
Uji Warna
Warna minyak diukur dengan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS
pada panjang gelombang 470 nm.
Uji Kromatografi Gas-Spektroskopi
Massa
Minyak goreng sampel disaring
menggunakan corong Buchner untuk
menghilangkan pengotor di dalam minyak,
selanjutnya diuji dengan instrumen GC-MS
untuk menganalisis senyawa-senyawa yang
terdapat pada minyak goreng.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Kualitas Minyak Goreng Setelah Tiga
Kali Pemakaian Menggoreng Ayam
Kualitas minyak goreng setelah tiga kali
pemakaian menggoreng ayam, dianalisis
melalui beberapa parameter pengamatan
antara lain: bilangan peroksida, bilangan
asam, kadar air dan warna. lebih lanjut, diuji
dengan instrumen GC-MS untuk
menganalisis senyawa-senyawa yang
terdapat pada minyak goreng sebelum
penggorengan dan sesudah penggorengan.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh data kualitas minyak
goreng sampel seperti yang diperlihatkan
pada tabel 1.
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa terjadi
penurunan kualitas minyak goreng setelah
penggorengan III. Selain itu, minyak goreng
setelah penggorengan III dengan
penyimpanan mengalami penurunan
kualitas yang lebih besar. Jika dibandingkan
dengan standar SNI 3741:2013 tentang
standar mutu minyak goreng, maka minyak
gorengan setelah penggorengan III sudah
tidak memenuhi standar.
Tabel 1. Kualitas Minyak Goreng Sampel
Parameter pengamatan
Minyak
goreng
awal
(Blanko)
Minyak goreng penggorengan
III SNI
Tanpa
penyimpanan
Dengan
penyimpanan
Bilangan peroksida
(meq O2/kg)
6,01 10,15 12,04 Maks 10
Bilangan asam (mg
KOH/g)
0,84 1,40 1,44 Maks 0,6
Kadar air (%) 14,20 43,53 54,57 Maks 0,15
Absorbansi (uji warna) 0,116 0,713 0,931 -
Analisis Senyawa pada sampel dengan
Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa
Berdasarkan hasil uji kromatografi
gas, kromatogram hasil analisis sampel
minyak goreng awal sebelum digunakan
menggoreng (blanko) terdapat 16 peak
yang terdeteksi seperti gambar 1.
Kromatogram hasil analisis sampel minyak
setelah penggorengan III tanpa
penyimpanan terdapat 13 peak yang
terdeteksi seperti gambar 2. Sedangkan
kromatogram hasil analisis sampel minyak
goreng setelah penggorengan III dengan
penyimpanan terdapat 17 peak yang
terdeteksi seperti gambar 3.
Hasil analisis analisis senyawa pada
sampel dengan detektor spektroskopi
massa dapat dilihat pada Tabel 2
Gambar 1. Kromatogram Hasil Analisis Sampel Minyak Goreng Awal Sebelum Digunakan
Menggoreng (blanko)
Gambar 2. Kromatogram Hasil Analisis Sampel Minyak Setelah Penggorengan III Tanpa
Penyimpanan
Gambar 3, Kromatogram Hasil Analisis Sampel Minyak SetelahPenggorengan III dengan
Penyimpanan
Tabel 2. Analisis Senyawa pada Minyak Goreng Sampel
Nama senyawa
Minyak goreng
awal (Blanko)
Minyak goreng penggorengan III
Tanpa
penyimpanan
Dengan
penyimpanan
RT Area RT Area RT Area
Asam pentadekanoat
(metil-ester)
- - 19,81 11,86 19,82 7,62
Asam heksadekanoat 20,29 2,85 20,23 6,72 20,20 8,74
Asam 8,11-
oktadekadienoat (metil-
ester)
- - 21,44 3,67 - -
Asam 9 oktadekenoat
(metil-ester)
- - 21,49 20,94 21,49 20,94
Asam 6-oktadekenoat 21,51 10,39 - - - -
Asam Heptadekanoat
(metil-ester)
- - 21,71 1,61 21,71 1,03
Asam 9-oktadekenoat 24,83 14,62 24,83 16,91 24,83 16,91
Catatan : RT = Waktu retensi (menit)
Area = Kelimpahan (%)
Berdasarkan hasil uji GC-MS
didapatkan bahwa minyak goreng setelah
penggorengan III sudah mengalami
penurunan kualitas. Hal ini dilihat dari
kromatogram hasil uji GC, kelimpahan
asam lemak pada penggorengan III lebih
tinggi daripada minyak goreng awal
(blanko). Jika dilihat dari hasil detektor MS,
senyawa hasil degradasi minyak
(trigliserida) pada minyak goreng
penggorengan III lebih banyak
dibandingkan dengan minyak goreng awal
(blanko).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, dilihat
dari bilangan peroksida, minyak goreng
curah pada keadaan awal (blanko) sudah
memenuhi standar dengan bilangan
peroksida sebesar 6,02 mek O2/kg.
Sedangkan bilangan peroksida minyak
goreng setelah penggorengan III tanpa
penyimpanan 10,15 mek O2/kg dan minyak
goreng setelah penggorengan III dengan
penyimpanan 12,04 mek O2/kg. Pada
minyak goreng setelah penggorengan III
terjadi peningkatan jumlah senyawa
peroksida yang terbukti dari bilangan
peroksidanya yang semakin meningkat.
Berdasarkan SNI 3741-2013 tentang
standar mutu minyak goreng, bahwa
bilangan peroksida maksimal pada minyak
goreng adalah 10 mek O2/kg. Hal ini berarti
pada minyak goreng setelah penggorengan
III sudah tidak memenuhi standar.
Pengukuran angka peroksida pada
dasarnya adalah mengukur kadar peroksida
atau hidroperoksida yang terbentuk pada
tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan
peroksida yang tinggi mengindikasikan
lemak atau minyak sudah mengalami
oksidasi. Seperti yang diperlihatkan pada
tabel 4.1, bilangan peroksida dari minyak
goreng dengan penyimpanan lebih tinggi
daripada minyak tanpa penyimpanan, ini
menunjukkan bahwa minyak dengan
penyimpanan mengalami lebih banyak
kerusakan sebagai akibat asam lemak
teroksidasi dengan oksigen di udara pada
saat penyimpanan membentuk peroksida.
Dikaji dari bilangan asamnya,
menunjukkan bahwa bilangan asam minyak
goreng awal adalah 0,84 mg KOH/g, pada
minyak goreng setelah penggorengan III
tanpa penyimpanan 1,40 mg KOH/g dan
minyak goreng setelah penggorengan III
dengan penyimpanan 1,44 mg KOH/g.
Berdasarkan SNI 3741:2013 tentang
standar mutu minyak goreng, bahwa
bilangan asam maksimal pada minyak
goreng adalah 0,6 mg KOH/g. Hal ini berarti
bahwa semua sampel, baik minyak goreng
awal (blanko) maupun minyak goreng
setelah penggorengan III memiliki nilai yang
tidak sesuai standar. Dilihat dari hubungan
peningkatan bilangan asam dengan
frekuensi penggunaan menggoreng adalah
berbanding lurus. Peningkatan kadar
asam lemak bebas disebabkan karena
pemanasan dan adanya air pada minyak
sehingga terjadi reaksi hidrolisis yang
mengubah gliserida menjadi gliserol dan
asam lemak. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Andarwulan (1997), bahwa
minyak goreng yang digunakan dalam
proses penggorengan yang dengan kondisi
bahan pangan yang terendam dan
digunakan secara kontinu akan
menghasilkan asam lemak bebas pada
minyak goreng tersebut. Andi Reski, (2012)
juga menyampaikan hal yang serupa,
bahwa kadar air dalam minyak awal belum
terlalu banyak, tetapi pada proses
penggorengan selanjutnya kadar air pada
minyak semakin bertambah. Keberadaan air
pada minyak akan mempercepat proses
hidrolisis dari minyak goreng. Semakin
sering minyak digunakan untuk
menggoreng, maka semakin tinggi pula
kandungan asam lemak bebas yang
terbentuk.
Dikaji dari segi warnanya, secara
kualitatif warna minyak goreng setelah
penggorengan III memiliki kondisi warna
yang lebih cokelat dan lebih gelap daripada
minyak goreng awal yang memiliki kondisi
warna kuning dan jernih. Berdasarkan hasil
uji absorbansi, menunjukkan bahwa nilai
absorbansi minyak goreng awal (blanko)
adalah 0,116, minyak goreng setelah
penggorengan III tanpa penyimpanan 0,713
dan minyak goreng setelah penggorengan
III dengan penyimpanan 0,931. Jika minyak
goreng awal digunakan sebagai acuan,
selisih nilai absorbansi minyak goreng awal
dengan minyak goreng pada penggorengan
III cukup tinggi. Perbedaan kualitas minyak
goreng awal dengan minyak goreng pada
penggorengan III dilihat dari degradasi
warna cukup tinggi atau bisa dikatakan
bahwa minyak goreng pada penggorengan
III sudah mengalami kerusakan yang cukup
besar. Hal ini sesuai dengan Przybylski
(2000), bahwa absorbansi yang semakin
besar pada panjang gelombang ini
mengindikasikan warna minyak semakin
gelap yang berarti semakin banyak
poduk-produk hasil degradasi minyak.
Warna minyak paling gelap adalah minyak
dengan penyimpanan pada penggorengan
III yang ditunjukkan dengan absorbansi
paling tinggi, yaitu 0,931. Jika minyak
dengan penyimpanan dan tanpa
penyimpanan setelah penggorengan III
dibandingkan, absorbansi minyak dengan
penyimpanan lebih besar. Hal ini
menunjukkan bahwa minyak goreng dengan
penyimpanan mengalami kerusakan lebih
besar, ini disebabkan karena pada saat
penyimpanan minyak goreng mengalami
oksidasi terhadap udara. Warna gelap pada
minyak disebabkan oleh proses oksidasi
terhadap tokoferol yang terjadi selama
proses pengolahan dan penyimpanan.
Uji Kualitas minyak goreng lebih lanjut
adalah dengan menggunakan intrumen GC-
MS. Berdasarkan hasil uji GC-MS
didapatkan bahwa minyak goreng setelah
penggorengan III sudah mengalami
penurunan kualitas. Hal ini dilihat dari
kromatogram hasil uji GC, kelimpahan
asam lemak pada penggorengan III lebih
tinggi daripada minyak goreng awal
(blanko). Jika dilihat dari hasil detektor MS,
senyawa hasil degradasi minyak
(trigliserida) pada minyak goreng
penggorengan III lebih banyak
dibandingkan dengan minyak goreng awal
(blanko).
Secara teoritis minyak (trigliserida)
terhidrolisis membentuk senyawa gliserol
dan asam lemak. Gliserol dapat kehilangan
molekul air membentuk akrolein.. namun
dari hasil uji GC-MS tidak ada peak untuk
senyawa akrolein. Kemungkinan senyawa
akrolein ini menempel pada bahan
makanan yang digoreng.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kualitas minyak goreng
setelah penggorengan III baik dengan tanpa
penyimpanan dan dengan penyimpanan
tidak sesuai dengan standar SNI 3741:2013
tentang mutu minyak goreng. Senyawa
yang teridentifikasi pada minyak goreng
setelah penggorengan III tanpa
penyimpanan adalah asam pentadekanoat
(metil-ester), asam heksadekanoat, asam
8,11-oktadekadienoat (metil-ester), asam-9-
oktadekenoat (metil-ester), asam
heptadekanoat (metil-ester) dan asam-9-
oktadekenoat. Sedangkan pada minyak
goreng setelah penggorengan III dengan
penyimpanan, senyawa yang teridentifkasi
adalah asam pentadekanoat (metil-ester),
asam heksadekanoat, asam-9-
oktadekenoat (metil-ester), asam
heptadekanoat (metil-ester) dan asam-9-
oktadekenoat. Saran yang dapat diberikan
oleh peneliti adalah kepada pemerintah
khususnya BPOM RI, perlu diadakan
pengecekan lebih intensif terhadap minyak
goreng curah sebelum dipasarkan pada
distributor. Kepada peneliti lain, perlu diteliti
lebih lanjut mengenai pengaruh bahan
gorengan terhadap kualitas minyak goreng
serta menganalisis keberadaan senyawa
akrolein pada makanan hasil
penggorengan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2007. Pengaruh Gorengan dan
Intensitas Penggorengan terhadap
Kualitas Minyak Goreng. Universitas
Riau. Pekan Baru.
Abdullah. 2007. Pengaruh Gorengan dan
Intensitas Penggorengan terhadap
Kualitas Minyak Goreng. Universitas
Riau. Pekan Baru.
Andarwulan, A. Sadikin, Y.T., & Winarno,
F.G. 1997. Pengaruh Lama
Penggorengan dan Penggunaan
Adsorben Terhadap Mutu Minyak
Goreng Bekas Penggorengan Tahu-
tempe. Buletin Teknologi dan Industri
Pangan. 8 (1) : 40-45.
Anwar, W. R. 2012. Studi Pengaruh Suhu
dan Jenis Bahan Pangan Terhadap
Stabilitas Minyak Kelapa selama
Proses Penggorengan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Badan POM RI. 2009. “Minyak Jelantah
Bahaya Dikonsumsi”. Tersedia pada
Suara Komunitas.com (diakses
tanggal 4 Januari 2015)
Bahl B. S. & Bahl Arun. 1980. Advanced
Organic Chemistry. New Delhi: Chand
& Company Ltd.
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H.
& Wootton, M. 2010. Ilmu Pangan.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press).
deMan, M.J. 1997. Kimia Makanan.
Terjemahan K. Padmawinata.
Bandung: ITB-Press.
Departemen Perindustrian Republik
Indonesia (SNI 3741:2013) Tentang
Standar Mutu Minyak Goreng
Dewi, M. T. I. & Hidajati, N. 2012.
Peningkatan Mutu Minyak Goreng
Curah Menggunakan Adsorben
Bentonit Teraktivasi. UNESA Journal
of Chemistry, 1, 47-53.
Febriansyah, R. 2007. Mempelajari
Pengaruh Penggunaan Berulang dan
Aplikasi Adsorben Terhadap
Kualitas Minyak dan Tingkat
Penyerapan Minyak pada Kacang
Sulut. Skripsi (tidak diterbitkan).
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Harvey, D. (2000). Modern Analytical
Chemistry. Boston: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Haryono. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Bekas Menjadi Biodiesel Studi Kasus:
Minyak Goreng Bekas dari KFC Dago
Bandung,Pengembangan Teknologi
Kimia untuk Pengolahan Sumber
Daya Alam Indonesia, Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan”: Yogyakarta, 26 Jan
2010.
Astutik, I. A. P. 2010. Pengaruh Suhu
Interaksi Minyak Goreng Bekas
dengan Menggunakan Karbon Aktif
Biji Kelor (Moringa Oleifera. Lamk)
Terhadap Angka Iodin dan Angka
Peroksida. Skripsi (tidak diterbitkan).
Universitas Islam Negeri (Uin)
Maulana. Malang.
Ketaren. 2008. Minyak dan Lemak Pangan.
Jakarta: UI Pres.
Keijbebets, B.V. H., Aviko, & Steenderen
2001. The Manucfature Of Pre- Fried
Potato Product. di dalam :Rossell, J.B.
(Ed.). Frying : Improving Quality. New
York: CRC Press. pp. 197-213.
Khomsan, A. 2010. Pangan dan Gizi Untuk
Kesehatan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Liputan6.com. “Permintaan Daging Ayam
Meningkat”. Tersedia pada
http://www.liputan6.com/tag/harga-
bahan-pokok (diakses tanggal 4
Januari 2015)
Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi.
Bandung: CV. Alfabeta.
Nur Indah Sari, L. 2014. Analisis Kualitas
Minyak Goreng yang Digunakan
Pedagang Ayam Goreng Kaki Lima Di
Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan).
Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas
Pendidikan Ganesha.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa
Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Putra, Y. 2014. Studi Kualitas Minyak
Goreng Yang Dipakai Pedagang
Gorengan Di Kecamatan Pauh Kota
Padang. Universitas Andalas,
Padang.
Przybylski, R. 2000. Effect of Oils and Fats
Composition on Their Frying. Tersedia
pada www.gov.mb.ca (diakses
tanggal 4 Januari 2015)
Przybylski, R. 2009. Degradation and
Nutritional Quality Changes of Oil
During Frying. J Am Oil Chem Soc
(2009) 86:149–156.
Raharjo, S. 2008. Melindungi Kerusakan
Oksidasi pada Minyak Selama
Penggorengan dengan Antioksidan.
Food review Indonesia Vol.III. No.4.
April 2008.
Reski, A. A. 2012. Studi Kualitas Minyak
Makanan Gorengan pada
Penggunaan Minyak Berulang. Skripsi
(tidak diterbitkan). Jurusan Teknologi
Pertanian, Universitas Hasanudin.
Rustika. 2005. Asupan Asam Lemak Jenuh
dari Makanan Gorengan dan
Resikonya Terhadap Kadar Lipid
Plasma Pada Kelompok Usia
Dewasa. Disertasi. Universitas
Indonesia.
Sartika, R. A. D. 2009. Pengaruh Suhu dan
Lama Proses Menggoreng (Deep
Frying) Terhadap Pembentukan Asam
Lemak Trans. Skripsi (tidak
diterbitkan). Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok.
Suaramerdeka.com ”Minyak Goreng Tak
Layak Konsumsi”. Tersedia pada
http://www.suaramerdeka.com/harian/
(diakses tanggal 4 Januari 2015)
Sudarmaji, S. 2007. Analisa untuk Bahan
Pangan dan Pertanian. Yogyakarta:
Liberty.
Wijana, S. Arif, H. & Nur H. 2005.
Teknopangan: Mengolah Minyak
Goreng Bekas.Surabaya: Trubus
Agrisarana
Winarno, F. G 2004. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

More Related Content

What's hot

Praktikum 3
Praktikum 3Praktikum 3
Praktikum 3
Feby Mayasari
 
Contoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia IndustriContoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia Industri
amaniaaa
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekas
Ibenk Hallen
 
Jurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia IndustriJurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia Industri
Anggi Indrianti
 
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalLaporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Ernalia Rosita
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum Penepungan
Ernalia Rosita
 
Riview jurnal
Riview jurnalRiview jurnal
Riview jurnal
amaniaaa
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
brawijaya university
 
Biodiesel
BiodieselBiodiesel
Biodiesel
Nurlaila Sari
 
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_biasStudi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
brawijaya university
 
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vcoLaporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vcof' yagami
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
absorspi minyak jelantah dengan serat ampas tebu
 absorspi minyak jelantah dengan serat ampas tebu absorspi minyak jelantah dengan serat ampas tebu
absorspi minyak jelantah dengan serat ampas tebu
Yoga Firmansyah
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Asvif Ma'rufah
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASLaporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasPengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Ernalia Rosita
 
Seminar ampas tebu
Seminar ampas tebuSeminar ampas tebu
Seminar ampas tebu
Zia Rahma
 

What's hot (20)

Praktikum 3
Praktikum 3Praktikum 3
Praktikum 3
 
Contoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia IndustriContoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia Industri
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekas
 
Jurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia IndustriJurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia Industri
 
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalLaporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum Penepungan
 
Riview jurnal
Riview jurnalRiview jurnal
Riview jurnal
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
Biodiesel
BiodieselBiodiesel
Biodiesel
 
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_biasStudi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
Studi kualitas minyak_goreng_dengan_parameter_viskositas_dan_indeks_bias
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vcoLaporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
Laporan tetap mikrobiologi tentang pembuatan vco
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
 
absorspi minyak jelantah dengan serat ampas tebu
 absorspi minyak jelantah dengan serat ampas tebu absorspi minyak jelantah dengan serat ampas tebu
absorspi minyak jelantah dengan serat ampas tebu
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
 
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
 
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASLaporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
 
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasPengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
 
Seminar ampas tebu
Seminar ampas tebuSeminar ampas tebu
Seminar ampas tebu
 

Similar to Artikel kadek anggra suprapta-1113031092

artikel ilmiah
artikel ilmiahartikel ilmiah
artikel ilmiah
shintia putri
 
artikel ilmiah
artikel ilmiahartikel ilmiah
artikel ilmiah
shintia putri
 
A1 c112031 artikel
A1 c112031 artikelA1 c112031 artikel
A1 c112031 artikel
shintia putri
 
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar ...
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif  pada bahan bakar ...Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif  pada bahan bakar ...
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar ...
Hendro Baskoro
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1
Ibenk Hallen
 
Industri pengelolaan kembali pelumas bekas
Industri pengelolaan kembali pelumas bekasIndustri pengelolaan kembali pelumas bekas
Industri pengelolaan kembali pelumas bekasAnda Carolline
 
Industri pengelolaan kembali pelumas bekas
Industri pengelolaan kembali pelumas bekasIndustri pengelolaan kembali pelumas bekas
Industri pengelolaan kembali pelumas bekasAnda Carolline
 
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAK
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK  DAN PENYERAPAN MINYAKACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK  DAN PENYERAPAN MINYAK
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAK
Melina Eka
 
Minyak goreng
Minyak gorengMinyak goreng
Minyak goreng
indocard
 
Entrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemicalEntrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemical
MasyithahFauzi
 
2008 (full)
2008 (full)2008 (full)
2008 (full)
hendra_piebie
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Fransiska Puteri
 
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetPembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetrando_suhendra
 
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdfLutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
LutfiaFalah2
 
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
Eka Novitasari
 
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak PagarProduksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Nur Haida
 
Laporan pembuatandan analisa vco
Laporan pembuatandan analisa vcoLaporan pembuatandan analisa vco
Laporan pembuatandan analisa vcoPoetra Chebhungsu
 
Kadar air dan bilangan asam dari minyak kelapa
Kadar air dan bilangan asam dari minyak kelapaKadar air dan bilangan asam dari minyak kelapa
Kadar air dan bilangan asam dari minyak kelapa
Septian Putra
 
Bahan bakar alternatif
Bahan bakar alternatifBahan bakar alternatif
Bahan bakar alternatif
restuputraku5
 

Similar to Artikel kadek anggra suprapta-1113031092 (20)

artikel ilmiah
artikel ilmiahartikel ilmiah
artikel ilmiah
 
artikel ilmiah
artikel ilmiahartikel ilmiah
artikel ilmiah
 
A1 c112031 artikel
A1 c112031 artikelA1 c112031 artikel
A1 c112031 artikel
 
Resume
ResumeResume
Resume
 
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar ...
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif  pada bahan bakar ...Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif  pada bahan bakar ...
Pengembangan produksi minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar ...
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1
 
Industri pengelolaan kembali pelumas bekas
Industri pengelolaan kembali pelumas bekasIndustri pengelolaan kembali pelumas bekas
Industri pengelolaan kembali pelumas bekas
 
Industri pengelolaan kembali pelumas bekas
Industri pengelolaan kembali pelumas bekasIndustri pengelolaan kembali pelumas bekas
Industri pengelolaan kembali pelumas bekas
 
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAK
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK  DAN PENYERAPAN MINYAKACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK  DAN PENYERAPAN MINYAK
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAK
 
Minyak goreng
Minyak gorengMinyak goreng
Minyak goreng
 
Entrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemicalEntrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemical
 
2008 (full)
2008 (full)2008 (full)
2008 (full)
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetPembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
 
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdfLutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
Lutfia Miftah Palah_1307619003_Review Jurnal Industri.pdf
 
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
 
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak PagarProduksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
 
Laporan pembuatandan analisa vco
Laporan pembuatandan analisa vcoLaporan pembuatandan analisa vco
Laporan pembuatandan analisa vco
 
Kadar air dan bilangan asam dari minyak kelapa
Kadar air dan bilangan asam dari minyak kelapaKadar air dan bilangan asam dari minyak kelapa
Kadar air dan bilangan asam dari minyak kelapa
 
Bahan bakar alternatif
Bahan bakar alternatifBahan bakar alternatif
Bahan bakar alternatif
 

Recently uploaded

anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.pptanamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
DianIslamiatiIswan1
 
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptxDampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
sidiqhardianto1181
 
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptx
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptxContoh pengisian Formulir metadataq.pptx
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptx
4301170149rizkiekose
 
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
attikahgzl
 
13-14. P ORTOGONAL_13-30_5_2024 (#5).pptx
13-14. P ORTOGONAL_13-30_5_2024 (#5).pptx13-14. P ORTOGONAL_13-30_5_2024 (#5).pptx
13-14. P ORTOGONAL_13-30_5_2024 (#5).pptx
MSahrul7
 
Artificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network BackpropafationArtificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network Backpropafation
muhandhis1
 

Recently uploaded (6)

anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.pptanamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
 
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptxDampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
 
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptx
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptxContoh pengisian Formulir metadataq.pptx
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptx
 
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
 
13-14. P ORTOGONAL_13-30_5_2024 (#5).pptx
13-14. P ORTOGONAL_13-30_5_2024 (#5).pptx13-14. P ORTOGONAL_13-30_5_2024 (#5).pptx
13-14. P ORTOGONAL_13-30_5_2024 (#5).pptx
 
Artificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network BackpropafationArtificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network Backpropafation
 

Artikel kadek anggra suprapta-1113031092

  • 1. ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN TIGA KALI PEMAKAIAN MENGGORENG AYAM Kadek Anggra Suprapta, Frieda Nurlita, Siti Maryam Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: adekanggra5@gmail.com, friedanurlita1952@gmail.com, titik_maryam@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas minyak goreng serta senyawa yang terbentuk setelah penggorengan ketiga dalam menggoreng ayam. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak goreng curah yang dijual di pasar-pasar tradisional. Ada dua perlakuan terhadap minyak goreng, yaitu tanpa penyimpanan (setelah penggorengan I dilanjutkan penggorengan II dan penggorengan III) dan dengan penyimpanan (setelah penggorengan I disimpan 1 hari lalu dilanjutkan penggorengan II, disimpan 1 hari , dilanjutkan penggorengan III setelah itu disimpan selama 1 hari lagi). Hasil penelitian setelah penggorengan III tanpa penyimpanan untuk bilangan peroksida 10,15 mek O2/kg, bilangan asam 1,40 mg KOH/g, kadar air 43,53% dan absorbansi untuk uji warna 0,713, senyawa yang terbentuk adalah asam pentadekanoat (metil- ester), asam heksadekanoat, asam 8,11-oktadekadienoat (metil-ester), asam-9- oktadekenoat (metil-ester), asam heptadekanoat (metil-ester) dan asam-9-oktadekenoat. Hasil penelitian setelah penggorengan III dengan penyimpanan untuk bilangan peroksida 12,04 mek O2/kg, bilangan asam 1,44 mg KOH/g, kadar air 54,40% dan absorbansi untuk uji warna 0,931, senyawa yang terbentuk adalah asam pentadekanoat (metil-ester), asam heksadekanoat, asam-9-oktadekenoat (metil-ester), asam heptadekanoat (metil-ester) dan asam-9-oktadekenoat. Dapat disimpulkan, jika dibandingkan dengan standar SNI 3741:2013 tentang standar mutu minyak goreng, bahwa minyak goreng setelah penggorengan III sudah tidak sesuai standar. Kata kunci: minyak goreng, bilangan peroksida, bilangan asam, kadar air, warna. Abstract This research aims to analyze the quality of cooking oil and compounds formed after the third frying chicken. The sample used in this research is the cooking oil sold in traditional markets. There are two treatment of cooking oil, that is without saving (after first frying continue second frying and third frying) and saving (after first frying, saved one day and then continue second frying, saved one day, followed third frying, after that it was saved for one day again). Results of the research of cooking oil after third frying without saving for peroxide value is 10,15 meq O2/kg, acid value 1.40 mg KOH/g, the water content 43.53% and absorbance to colour test 0.713, the compound formed is pentadecanoic acid (methyl-ester), n-hexadecanoic acid, 8,11-octadecadienoic acid (methyl-ester), 9- octadecenoic acid (methyl-ester), Heptadecanoic acid (methyl-ester) and 9-octadecenoic acid. Results of the research of cooking oil after third frying with saving for peroxide value is 12,04 meq O2/kg, acid value 1,44 mg KOH/g, the water content 54.40% and absorbance to colour test 0,931, the compounds formed is pentadecanoic acid (methyl- ester), n-hexadecanoic acid, 9-octadecenoic acid (methyl-ster), heptadecanoic acid (methyl ester), and 9-octadecenoic acid. It can be concluded, if compared with the standard SNI 3741: 2013 about quality standards of cooking oil, that the cooking oil after third frying has not according with standards. Key words: cooking oil, peroxide value, acid value, water content, colour.
  • 2. PENDAHULUAN Pemanfaatan minyak di masyarakat, paling umum digunakan sebagai bahan dalam proses penggorengan pengolahan pangan, yang berfungsi sebagai medium penghantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai gizi. Di dalam tubuh, lipida atau lemak memiliki peranan yang cukup penting. Beberapa peranan lemak di dalam tubuh adalah: sebagai sumber energi, sebagai pelarut vitamin, sebagai penjaga suhu tubuh, sebagai pelindung organ tubuh. Selain manfaat positif, lemak juga memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan tubuh jika kualitas minyak goreng yang dikonsumsi kurang baik. Oleh karena itu, minyak goreng yang dikonsumsi sehari-hari sangat erat kaitannya dengan kesehatan tubuh. Masyarakat kita sangat majemuk dengan tingkat ekonomi dan pengetahuan yang berbeda-beda. Ada masyarakat yang menggunakan minyak goreng hanya untuk dua kali pakai, namun ada juga masyarakat yang menggunakan minyak goreng untuk berkali-kali pakai. Penggunaan minyak goreng berulang kali akan mengakibatkan kerusakan pada minyak. Menurut BPOM RI menyatakan bahwa minyak goreng sebaiknya dgunakan maksimal tiga kali (suaramerdeka.com). Ibu rumah tangga memegang peranan yang sangat penting dalam pemenuhan makan keluarga. Seluruh asupan makanan anggota keluarga diolah oleh ibu rumah tangga. Mengolah makanan dengan cara menggoreng lebih digemari oleh ibu rumah tangga, karena caranya mudah dan produk yang dihasilkan juga lebih gurih, renyah dan enak. Salah satu makanan gorengan yang saat ini mulai digemari adalah ayam goreng. Hampir semua kalangan masyarakat suka dengan makanan ini. . Kenaikan harga bahan sembako setiap tahunnya membuat pedagang gorengan maupun ibu rumah tangga berpikir ulang untuk mengelola keuangan keluarga. Harga minyak goreng yang semakin membumbung tinggi membuat mereka untuk menghemat pemakaian minyak goreng. Salah satu cara yang mereka gunakan adalah dengan meggunakan minyak goreng berulang kali tanpa mengetahui akibat yang akan ditimbulkan. mereka gunakan adalah dengan meggunakan minyak goreng berulang kali tanpa mengetahui akibat yang akan ditimbulkan. Perilaku lain yang sering ditemukan di masyarakat adalah menyimpan minyak goreng dengan kondisi terbuka yang nantinya akan digunakan pada keeseokan harinya. Penggunaan minyak goreng seperti itu tidak hanya dilakukan oleh ibu rumah tangga, tetapi pedagang jajanan gorengan juga melakukan hal yang serupa. Minyak yang digunakan secara terputus-putus, artinya minyak yang sudah terpakai didinginkan dan kemudian digunakan lagi untuk menggoreng. Penggorengan terputus ini mengakibatkan kerusakan minyak semakin cepat karena terjadi penambahan peroksida (oksidasi) selama pendinginan yang diikuti dekomposisi jika minyak dipanaskan lagi (Khomsan, 2010). Minyak goreng yang dipakai berulang kali sering disebut dengan minyak jelantah. Menurut Ketaren (2008), minyak jelantah adalah minyak goreng yang dipanaskan atau digunakan berulang kali dan mengalami perubahan baik secara fisik atau kimia yakni dengan adanya perubahan warna menjadi gelap dan berbau tengik, serta secara kimiawi mengalami reaksi hidrolisis dan oksidasi. Penelitian yang dilakukan oleh Yudika Putra (2014) mengenai pengetahuan produsen jajanan gorengan di Padang mengatakan bahwa 82,5% produsen memakai minyak goreng ≥3 kali, sedangkan produsen yang memakai minyak goreng 2 kali hanya 12,5%. Lilik (2014), juga mengemukakan hasil yang serupa, bahwa minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima di Kota Singaraja memiliki kualitas yang rendah. Hal ini disebabkan karena pedagang ayam goreng tersebut menggunakan minyak goreng berulang kali serta menambahkan minyak baru tanpa membuang minyak sebelumnya. Minyak goreng yang dipanaskan dengan kandungan air berlebih akan mengakibatkan terjadinya proses hidrolisis, yang akan mengubah trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Gliserol dapat melepaskan molekul air akibat pemanasan membentuk akrolein. Akrolein adalah senyawa berbahaya yang dapat menyebabkan kanker. Penggorengan
  • 3. berulang kali menggunakan minyak yang sama akan menyebabkan jumlah asam lemak maupun akroleinnya semakin meningkat sebagai akibat terjadi proses oksidasi maupun hidrolisis. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas minyak goreng dengan tiga kali pemakaian menggoreng ayam, pengujian kualitas menggunakan parameter pengamatan terhadap bilangan peroksida, bilangan asam, kadar air dan warna. Serta menganalisis senyawa-senyawa yang terdapat pada minyak goreng sebelum penggorengan dan sesudah penggorengan sebagai tanda terjadinya kerusakan pada minyak goreng. METODE PENELITIAN ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret, Erlenmeyer, gelas kimia, corong, corong Buchner, gelas ukur, labu ukur, thermometer, spatula, kaca arloji, batang pengaduk, pipet tetes, statif dan klem, ring, pemanas, kertas saring, neraca analitik, oven, instrument UV-VIS dan GC-MS. Bahan-bahan yang digunakan antara lain minyak goreng curah, asam asetat glasial, kloroform, KI, larutan Na2S2O3, amilum, aquades, KOH, alkohol, K2Cr2O7, larutan HCl, etanol, indikator fenolftalein. CARA KERJA Penyiapan Sampel Sampel yang digunakan adalah minyak goreng curah yang dijual di pasar-pasar tradisional. Sebanyak 500 mL minyak goreng digunakan untuk menggoreng ayam dengan suhu sekitar 165-170 o C, sedangkan massa ayam yang digunakan dalam setiap proses menggoreng adalah sama yaitu 300 gr. Dalam proses penggorengan ada dua perlakuan, yaitu tanpa penyimpanan dan dengan penyimpanan. Proses menggoreng tanpa penyimpanan maksudnya adalah menggoreng ayam sebanyak 3 kali berturut- turut tanpa jeda. Sedangkan proses menggoreng dengan penyimpanan, maksudnya adalah menggoreng ayam sebanyak 3 kali dengan waktu jeda (minyak disimpan selama satu hari setiap setelah selesai menggoreng). Proses penggorengan dilakukan selama 12 menit Uji Bilangan Peroksida Pengujian bilangan peroksida dilakukan dengan metode titrasi iodometri. 5 gram minyak goreng ditambahkan dengan 30 mL larutan asetat glasial + kloroform dengan perbandingan 3:2, selanjutnya tambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh dan di tutup rapat sambil dikocok. Kemudian sampel ditambahkan larutan amilum 1% sebagai indikator, selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N. Titrasi dihentikan sampai warna biru hilang. Bilangan peroksida dihitung dengan rumus 1000 )( )( 10322 x gramsampelmassa VVxOSNaN peroksidaBilangan   Keterangan : N Na2S2O3 = normalitas lrutan standar Na2S2O3 0,01 N V0= volume volume Na2S2O3 0,01 N pada penitaran sampel V1= volume larutan Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan pada penitaran blanko. Uji Bilangan Asam Pengujian bilangan peroksida dilakukan dengan metode titrasi alkalimetri. 5 gram minyak goreng ditambahkan dengan 5 mL alkohol 95% dalam kondisi panas dngan suhu 50-75o C. Selanjutnya ditambahkan indikator PP 1% dan dititrasi dengan KOH, titrasi dihentikan sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang selam 30 detik. Bilangan asam dihitung dengan menggunakan rumus sampelmassa KOHNxKOHVx gKOHmgasamBilangan 1,56 )/(  Keterangan: V KOH = Volume KOH yang digunakan pada saat titrasi. N KOH= Normalitas larutan KOH Uji Kadar Air Krusibel sebagai tempat wadah minyak dipanaskan terlebih dahulu dan ditimbang untuk mengetahui massanya. Penentuan kadar air pada minyak goreng dilakukan dengan mengeringkan 5 gram minyak goreng di dalam oven pada suhu 130 o C selama 30 menit sampai diperoleh massa
  • 4. yang tetap. Kadar air ditentukan menggunakan rumus %100 01 21 x WW WW airkadar    Keterangan : W0 = massa krusibel kosong dan tutupnya. W1 = massa krusibel, tutupnya dan sampel sebelum dioven. W2 = massa krusibel, tutupnya dan sampel yang sudah dioven Uji Warna Warna minyak diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 470 nm. Uji Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa Minyak goreng sampel disaring menggunakan corong Buchner untuk menghilangkan pengotor di dalam minyak, selanjutnya diuji dengan instrumen GC-MS untuk menganalisis senyawa-senyawa yang terdapat pada minyak goreng. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Kualitas Minyak Goreng Setelah Tiga Kali Pemakaian Menggoreng Ayam Kualitas minyak goreng setelah tiga kali pemakaian menggoreng ayam, dianalisis melalui beberapa parameter pengamatan antara lain: bilangan peroksida, bilangan asam, kadar air dan warna. lebih lanjut, diuji dengan instrumen GC-MS untuk menganalisis senyawa-senyawa yang terdapat pada minyak goreng sebelum penggorengan dan sesudah penggorengan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data kualitas minyak goreng sampel seperti yang diperlihatkan pada tabel 1. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kualitas minyak goreng setelah penggorengan III. Selain itu, minyak goreng setelah penggorengan III dengan penyimpanan mengalami penurunan kualitas yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan standar SNI 3741:2013 tentang standar mutu minyak goreng, maka minyak gorengan setelah penggorengan III sudah tidak memenuhi standar. Tabel 1. Kualitas Minyak Goreng Sampel Parameter pengamatan Minyak goreng awal (Blanko) Minyak goreng penggorengan III SNI Tanpa penyimpanan Dengan penyimpanan Bilangan peroksida (meq O2/kg) 6,01 10,15 12,04 Maks 10 Bilangan asam (mg KOH/g) 0,84 1,40 1,44 Maks 0,6 Kadar air (%) 14,20 43,53 54,57 Maks 0,15 Absorbansi (uji warna) 0,116 0,713 0,931 - Analisis Senyawa pada sampel dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa Berdasarkan hasil uji kromatografi gas, kromatogram hasil analisis sampel minyak goreng awal sebelum digunakan menggoreng (blanko) terdapat 16 peak yang terdeteksi seperti gambar 1. Kromatogram hasil analisis sampel minyak setelah penggorengan III tanpa penyimpanan terdapat 13 peak yang terdeteksi seperti gambar 2. Sedangkan kromatogram hasil analisis sampel minyak goreng setelah penggorengan III dengan penyimpanan terdapat 17 peak yang terdeteksi seperti gambar 3. Hasil analisis analisis senyawa pada sampel dengan detektor spektroskopi massa dapat dilihat pada Tabel 2
  • 5. Gambar 1. Kromatogram Hasil Analisis Sampel Minyak Goreng Awal Sebelum Digunakan Menggoreng (blanko) Gambar 2. Kromatogram Hasil Analisis Sampel Minyak Setelah Penggorengan III Tanpa Penyimpanan Gambar 3, Kromatogram Hasil Analisis Sampel Minyak SetelahPenggorengan III dengan Penyimpanan
  • 6. Tabel 2. Analisis Senyawa pada Minyak Goreng Sampel Nama senyawa Minyak goreng awal (Blanko) Minyak goreng penggorengan III Tanpa penyimpanan Dengan penyimpanan RT Area RT Area RT Area Asam pentadekanoat (metil-ester) - - 19,81 11,86 19,82 7,62 Asam heksadekanoat 20,29 2,85 20,23 6,72 20,20 8,74 Asam 8,11- oktadekadienoat (metil- ester) - - 21,44 3,67 - - Asam 9 oktadekenoat (metil-ester) - - 21,49 20,94 21,49 20,94 Asam 6-oktadekenoat 21,51 10,39 - - - - Asam Heptadekanoat (metil-ester) - - 21,71 1,61 21,71 1,03 Asam 9-oktadekenoat 24,83 14,62 24,83 16,91 24,83 16,91 Catatan : RT = Waktu retensi (menit) Area = Kelimpahan (%) Berdasarkan hasil uji GC-MS didapatkan bahwa minyak goreng setelah penggorengan III sudah mengalami penurunan kualitas. Hal ini dilihat dari kromatogram hasil uji GC, kelimpahan asam lemak pada penggorengan III lebih tinggi daripada minyak goreng awal (blanko). Jika dilihat dari hasil detektor MS, senyawa hasil degradasi minyak (trigliserida) pada minyak goreng penggorengan III lebih banyak dibandingkan dengan minyak goreng awal (blanko). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, dilihat dari bilangan peroksida, minyak goreng curah pada keadaan awal (blanko) sudah memenuhi standar dengan bilangan peroksida sebesar 6,02 mek O2/kg. Sedangkan bilangan peroksida minyak goreng setelah penggorengan III tanpa penyimpanan 10,15 mek O2/kg dan minyak goreng setelah penggorengan III dengan penyimpanan 12,04 mek O2/kg. Pada minyak goreng setelah penggorengan III terjadi peningkatan jumlah senyawa peroksida yang terbukti dari bilangan peroksidanya yang semakin meningkat. Berdasarkan SNI 3741-2013 tentang standar mutu minyak goreng, bahwa bilangan peroksida maksimal pada minyak goreng adalah 10 mek O2/kg. Hal ini berarti pada minyak goreng setelah penggorengan III sudah tidak memenuhi standar. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida atau hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi. Seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.1, bilangan peroksida dari minyak goreng dengan penyimpanan lebih tinggi daripada minyak tanpa penyimpanan, ini menunjukkan bahwa minyak dengan penyimpanan mengalami lebih banyak kerusakan sebagai akibat asam lemak teroksidasi dengan oksigen di udara pada saat penyimpanan membentuk peroksida. Dikaji dari bilangan asamnya, menunjukkan bahwa bilangan asam minyak goreng awal adalah 0,84 mg KOH/g, pada minyak goreng setelah penggorengan III tanpa penyimpanan 1,40 mg KOH/g dan minyak goreng setelah penggorengan III dengan penyimpanan 1,44 mg KOH/g. Berdasarkan SNI 3741:2013 tentang standar mutu minyak goreng, bahwa bilangan asam maksimal pada minyak goreng adalah 0,6 mg KOH/g. Hal ini berarti bahwa semua sampel, baik minyak goreng awal (blanko) maupun minyak goreng setelah penggorengan III memiliki nilai yang tidak sesuai standar. Dilihat dari hubungan peningkatan bilangan asam dengan
  • 7. frekuensi penggunaan menggoreng adalah berbanding lurus. Peningkatan kadar asam lemak bebas disebabkan karena pemanasan dan adanya air pada minyak sehingga terjadi reaksi hidrolisis yang mengubah gliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Andarwulan (1997), bahwa minyak goreng yang digunakan dalam proses penggorengan yang dengan kondisi bahan pangan yang terendam dan digunakan secara kontinu akan menghasilkan asam lemak bebas pada minyak goreng tersebut. Andi Reski, (2012) juga menyampaikan hal yang serupa, bahwa kadar air dalam minyak awal belum terlalu banyak, tetapi pada proses penggorengan selanjutnya kadar air pada minyak semakin bertambah. Keberadaan air pada minyak akan mempercepat proses hidrolisis dari minyak goreng. Semakin sering minyak digunakan untuk menggoreng, maka semakin tinggi pula kandungan asam lemak bebas yang terbentuk. Dikaji dari segi warnanya, secara kualitatif warna minyak goreng setelah penggorengan III memiliki kondisi warna yang lebih cokelat dan lebih gelap daripada minyak goreng awal yang memiliki kondisi warna kuning dan jernih. Berdasarkan hasil uji absorbansi, menunjukkan bahwa nilai absorbansi minyak goreng awal (blanko) adalah 0,116, minyak goreng setelah penggorengan III tanpa penyimpanan 0,713 dan minyak goreng setelah penggorengan III dengan penyimpanan 0,931. Jika minyak goreng awal digunakan sebagai acuan, selisih nilai absorbansi minyak goreng awal dengan minyak goreng pada penggorengan III cukup tinggi. Perbedaan kualitas minyak goreng awal dengan minyak goreng pada penggorengan III dilihat dari degradasi warna cukup tinggi atau bisa dikatakan bahwa minyak goreng pada penggorengan III sudah mengalami kerusakan yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan Przybylski (2000), bahwa absorbansi yang semakin besar pada panjang gelombang ini mengindikasikan warna minyak semakin gelap yang berarti semakin banyak poduk-produk hasil degradasi minyak. Warna minyak paling gelap adalah minyak dengan penyimpanan pada penggorengan III yang ditunjukkan dengan absorbansi paling tinggi, yaitu 0,931. Jika minyak dengan penyimpanan dan tanpa penyimpanan setelah penggorengan III dibandingkan, absorbansi minyak dengan penyimpanan lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa minyak goreng dengan penyimpanan mengalami kerusakan lebih besar, ini disebabkan karena pada saat penyimpanan minyak goreng mengalami oksidasi terhadap udara. Warna gelap pada minyak disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol yang terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan. Uji Kualitas minyak goreng lebih lanjut adalah dengan menggunakan intrumen GC- MS. Berdasarkan hasil uji GC-MS didapatkan bahwa minyak goreng setelah penggorengan III sudah mengalami penurunan kualitas. Hal ini dilihat dari kromatogram hasil uji GC, kelimpahan asam lemak pada penggorengan III lebih tinggi daripada minyak goreng awal (blanko). Jika dilihat dari hasil detektor MS, senyawa hasil degradasi minyak (trigliserida) pada minyak goreng penggorengan III lebih banyak dibandingkan dengan minyak goreng awal (blanko). Secara teoritis minyak (trigliserida) terhidrolisis membentuk senyawa gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat kehilangan molekul air membentuk akrolein.. namun dari hasil uji GC-MS tidak ada peak untuk senyawa akrolein. Kemungkinan senyawa akrolein ini menempel pada bahan makanan yang digoreng. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas minyak goreng setelah penggorengan III baik dengan tanpa penyimpanan dan dengan penyimpanan tidak sesuai dengan standar SNI 3741:2013 tentang mutu minyak goreng. Senyawa yang teridentifikasi pada minyak goreng setelah penggorengan III tanpa penyimpanan adalah asam pentadekanoat (metil-ester), asam heksadekanoat, asam 8,11-oktadekadienoat (metil-ester), asam-9- oktadekenoat (metil-ester), asam heptadekanoat (metil-ester) dan asam-9- oktadekenoat. Sedangkan pada minyak goreng setelah penggorengan III dengan
  • 8. penyimpanan, senyawa yang teridentifkasi adalah asam pentadekanoat (metil-ester), asam heksadekanoat, asam-9- oktadekenoat (metil-ester), asam heptadekanoat (metil-ester) dan asam-9- oktadekenoat. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah kepada pemerintah khususnya BPOM RI, perlu diadakan pengecekan lebih intensif terhadap minyak goreng curah sebelum dipasarkan pada distributor. Kepada peneliti lain, perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh bahan gorengan terhadap kualitas minyak goreng serta menganalisis keberadaan senyawa akrolein pada makanan hasil penggorengan. DAFTAR PUSTAKA Abdullah. 2007. Pengaruh Gorengan dan Intensitas Penggorengan terhadap Kualitas Minyak Goreng. Universitas Riau. Pekan Baru. Abdullah. 2007. Pengaruh Gorengan dan Intensitas Penggorengan terhadap Kualitas Minyak Goreng. Universitas Riau. Pekan Baru. Andarwulan, A. Sadikin, Y.T., & Winarno, F.G. 1997. Pengaruh Lama Penggorengan dan Penggunaan Adsorben Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Penggorengan Tahu- tempe. Buletin Teknologi dan Industri Pangan. 8 (1) : 40-45. Anwar, W. R. 2012. Studi Pengaruh Suhu dan Jenis Bahan Pangan Terhadap Stabilitas Minyak Kelapa selama Proses Penggorengan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Badan POM RI. 2009. “Minyak Jelantah Bahaya Dikonsumsi”. Tersedia pada Suara Komunitas.com (diakses tanggal 4 Januari 2015) Bahl B. S. & Bahl Arun. 1980. Advanced Organic Chemistry. New Delhi: Chand & Company Ltd. Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H. & Wootton, M. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press). deMan, M.J. 1997. Kimia Makanan. Terjemahan K. Padmawinata. Bandung: ITB-Press. Departemen Perindustrian Republik Indonesia (SNI 3741:2013) Tentang Standar Mutu Minyak Goreng Dewi, M. T. I. & Hidajati, N. 2012. Peningkatan Mutu Minyak Goreng Curah Menggunakan Adsorben Bentonit Teraktivasi. UNESA Journal of Chemistry, 1, 47-53. Febriansyah, R. 2007. Mempelajari Pengaruh Penggunaan Berulang dan Aplikasi Adsorben Terhadap Kualitas Minyak dan Tingkat Penyerapan Minyak pada Kacang Sulut. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Harvey, D. (2000). Modern Analytical Chemistry. Boston: The McGraw-Hill Companies, Inc. Haryono. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Bekas Menjadi Biodiesel Studi Kasus: Minyak Goreng Bekas dari KFC Dago Bandung,Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”: Yogyakarta, 26 Jan 2010. Astutik, I. A. P. 2010. Pengaruh Suhu Interaksi Minyak Goreng Bekas dengan Menggunakan Karbon Aktif Biji Kelor (Moringa Oleifera. Lamk) Terhadap Angka Iodin dan Angka Peroksida. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana. Malang. Ketaren. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Pres. Keijbebets, B.V. H., Aviko, & Steenderen 2001. The Manucfature Of Pre- Fried Potato Product. di dalam :Rossell, J.B.
  • 9. (Ed.). Frying : Improving Quality. New York: CRC Press. pp. 197-213. Khomsan, A. 2010. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Liputan6.com. “Permintaan Daging Ayam Meningkat”. Tersedia pada http://www.liputan6.com/tag/harga- bahan-pokok (diakses tanggal 4 Januari 2015) Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: CV. Alfabeta. Nur Indah Sari, L. 2014. Analisis Kualitas Minyak Goreng yang Digunakan Pedagang Ayam Goreng Kaki Lima Di Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Ganesha. Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya Putra, Y. 2014. Studi Kualitas Minyak Goreng Yang Dipakai Pedagang Gorengan Di Kecamatan Pauh Kota Padang. Universitas Andalas, Padang. Przybylski, R. 2000. Effect of Oils and Fats Composition on Their Frying. Tersedia pada www.gov.mb.ca (diakses tanggal 4 Januari 2015) Przybylski, R. 2009. Degradation and Nutritional Quality Changes of Oil During Frying. J Am Oil Chem Soc (2009) 86:149–156. Raharjo, S. 2008. Melindungi Kerusakan Oksidasi pada Minyak Selama Penggorengan dengan Antioksidan. Food review Indonesia Vol.III. No.4. April 2008. Reski, A. A. 2012. Studi Kualitas Minyak Makanan Gorengan pada Penggunaan Minyak Berulang. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanudin. Rustika. 2005. Asupan Asam Lemak Jenuh dari Makanan Gorengan dan Resikonya Terhadap Kadar Lipid Plasma Pada Kelompok Usia Dewasa. Disertasi. Universitas Indonesia. Sartika, R. A. D. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng (Deep Frying) Terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. Suaramerdeka.com ”Minyak Goreng Tak Layak Konsumsi”. Tersedia pada http://www.suaramerdeka.com/harian/ (diakses tanggal 4 Januari 2015) Sudarmaji, S. 2007. Analisa untuk Bahan Pangan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Wijana, S. Arif, H. & Nur H. 2005. Teknopangan: Mengolah Minyak Goreng Bekas.Surabaya: Trubus Agrisarana Winarno, F. G 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama