PENDEKATAN SENI DALAM MENANGAI ISU BULI:KAJIAN DI SEKOLAH RENDAH.
Buli semakin menjadi barah dalam peradapan moral insan. Mangsa buli yang mengalami trauma sukar untuk diubati dan lebih suka menyendiri daripada berhubung dengan pihak sekolah. Rasa takut dan malu membuatkan diri mereka terus merasa lemah dan menerima keadaan negatif itu dalam tempoh yang lama. Kebanyakan pengkaji melihat isu buli ini berlaku di bandar dan luar bandar yang berhampiran dengan kemudahan masyarakat setempat. Antaranya ialah kompleks membeli belah, kawasan riadah, kemudahan “access” internet dan pengangkutan awam (Ahmad, 2005). Ini secara langsung memudahkan golongan yang dianggap pembuli bersosial dan bergaul bebas tanpa kawalan. Serapan pemikiran dan budaya negatif setempat memerangkap mereka untuk berkelakuan kasar dan ganas.
Penelitian ini membahas hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja kelas VIII di SMP N 3 Depok Sleman Yogyakarta. Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap perilaku anak, termasuk bullying. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola asuh orang tua, perilaku bullying siswa, dan hubungan keduanya. Hasilnya diharapkan memberi manfaat untuk meningkatkan pemahaman tentang bullying dan mencegah perilaku tersebut.
Menjelaskan tentang Kenakalan Remaja di masa kini, seperti tawuran dan geng motor, dll. Menjelaskan pengertian masa remaja, pengertian kenakalan remaja, pengertian tawuran menurut KBBI dan wikipedia, latar belakang tawuran, dinamika tawuran remaja, analisis mengenai tawuran, berita mengenai tawuran, dampak tawuran dalam masyarakat, peran ilmu sosiologi dalam kehidupan masyarakat, kesimpulan, dan saran.
Dokumen tersebut membahasakan topik buli di sekolah. Ia menjelaskan definisi dan jenis-jenis buli, faktor-faktor yang menyebabkan buli, dampak buli terhadap korban, dan langkah-langkah yang dapat diambil sekolah untuk mencegah dan menangani insiden buli.
Tawuran pelajar merupakan masalah serius dalam dunia pendidikan yang disebabkan oleh praktik kurikulum yang terlalu berfokus pada aspek kognitif, lingkungan keluarga dan sosial yang kurang mendukung, serta kondisi psikologis pelajar yang labil. Solusinya meliputi penguatan pendidikan karakter di sekolah yang mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta keterlibatan keluarga
Penelitian ini meneliti hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua, interaksi teman sebaya dengan kenakalan remaja pada siswa SMK di Surakarta. Faktor-faktor tersebut diasumsikan berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan dan sumbangan masing-masing faktor terhadap kenakalan remaja. Hasil penelitian menunjukkan ketiga faktor berkorelasi
Dokumen tersebut membahas tentang penyebab, bentuk, teori, sifat, jenis, cara, dan lembaga pengendalian sosial terhadap tawuran pelajar. Faktor subjektif dan objektif seperti proses sosialisasi yang tidak sempurna, tingkat stres yang tinggi, serta pengaruh lingkungan berperan dalam terjadinya tawuran pelajar.
Penelitian ini membahas hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja kelas VIII di SMP N 3 Depok Sleman Yogyakarta. Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap perilaku anak, termasuk bullying. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola asuh orang tua, perilaku bullying siswa, dan hubungan keduanya. Hasilnya diharapkan memberi manfaat untuk meningkatkan pemahaman tentang bullying dan mencegah perilaku tersebut.
Menjelaskan tentang Kenakalan Remaja di masa kini, seperti tawuran dan geng motor, dll. Menjelaskan pengertian masa remaja, pengertian kenakalan remaja, pengertian tawuran menurut KBBI dan wikipedia, latar belakang tawuran, dinamika tawuran remaja, analisis mengenai tawuran, berita mengenai tawuran, dampak tawuran dalam masyarakat, peran ilmu sosiologi dalam kehidupan masyarakat, kesimpulan, dan saran.
Dokumen tersebut membahasakan topik buli di sekolah. Ia menjelaskan definisi dan jenis-jenis buli, faktor-faktor yang menyebabkan buli, dampak buli terhadap korban, dan langkah-langkah yang dapat diambil sekolah untuk mencegah dan menangani insiden buli.
Tawuran pelajar merupakan masalah serius dalam dunia pendidikan yang disebabkan oleh praktik kurikulum yang terlalu berfokus pada aspek kognitif, lingkungan keluarga dan sosial yang kurang mendukung, serta kondisi psikologis pelajar yang labil. Solusinya meliputi penguatan pendidikan karakter di sekolah yang mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta keterlibatan keluarga
Penelitian ini meneliti hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua, interaksi teman sebaya dengan kenakalan remaja pada siswa SMK di Surakarta. Faktor-faktor tersebut diasumsikan berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan dan sumbangan masing-masing faktor terhadap kenakalan remaja. Hasil penelitian menunjukkan ketiga faktor berkorelasi
Dokumen tersebut membahas tentang penyebab, bentuk, teori, sifat, jenis, cara, dan lembaga pengendalian sosial terhadap tawuran pelajar. Faktor subjektif dan objektif seperti proses sosialisasi yang tidak sempurna, tingkat stres yang tinggi, serta pengaruh lingkungan berperan dalam terjadinya tawuran pelajar.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan merokok di kalangan remaja, yaitu faktor diri, faktor keluarga, dan faktor rakan sebaya. Dokumen ini juga memberikan beberapa cadangan untuk membendung masalah merokok remaja.
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARFazHani Faz
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas peranan guru kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelajar khususnya masalah buli dan gengsterisme di sekolah.
2) Beberapa faktor yang menyebabkan masalah tersebut adalah latar belakang keluarga dan pengaruh lingkungan seperti media dan teman sebaya.
3) Masalah tersebut perlu ditangani karena berdampak buruk pada pembang
Kajian ini bertujuan mengenalpasti faktor-faktor yang mempengaruhi remaja terlibat dalam masalah sosial di sebuah sekolah di Melaka. Kajian menggunakan soal selidik untuk mengumpul data dari 86 pelajar. Dapatan menunjukkan faktor diri seperti ingin mencoba hal baru dan kebebasan berperanan. Faktor keluarga seperti tidak mematuhi arahan juga berpengaruh. Teori sosial menjelaskan mas
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas masalah keganasan rumah tangga dan jenayah remaja di Malaysia berdasarkan hasil kajian.
2) Kajian tersebut menemukan faktor-faktor seperti ekonomi, komunikasi, dan urbanisasi yang berkontribusi terhadap masalah tersebut.
3) Modul intervensi dirancang untuk membantu remaja korban keganasan meningkatkan kemampuan diri dan memb
Bab ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kemerosotan disiplin pelajar sekolah menengah. Tiga faktor utama yang dijelaskan adalah faktor sikap pelajar sendiri, pengaruh rakan sebaya, dan pengaruh lingkungan keluarga. Faktor-faktor ini dapat berdampak positif atau negatif tergantung pada nilai-nilai yang dipromosikan. Bab ini juga mendefinisikan istilah kunci seperti disiplin, kemer
Faktor-faktor yang menyebabkan masalah disiplin di sekolah meliputi faktor diri murid, ibu bapa atau keluarga, masyarakat, sekolah, media massa, dan kelonggaran penguatkuasaan undang-undang oleh pemerintah. Beberapa faktor utama adalah tekanan emosi akibat masalah keluarga, lingkungan sosial yang buruk, dan ketidakmampuan sekolah dalam menegakkan disiplin secara konsisten.
Tiga faktor utama yang mempengaruhi berlakunya jenayah di kalangan remaja ialah institusi keluarga, pihak sekolah, dan pengaruh rakan sebaya. Proses modernisasi yang mengubah gaya hidup masyarakat juga menyumbang kepada masalah ini. Untuk mencegah jenayah, perlu ada kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membimbing remaja.
Tulisan ini membahas mengenai kenakalan siswa di MTs Hasanah Surabaya dan upaya penanggulangannya melalui pendidikan agama Islam. Faktor penyebab kenakalan siswa adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Upaya penanggulangannya meliputi preventif (pendekatan orang tua), represif (hukuman mendidik), dan kuratif (silaturahmi ke rumah siswa). Internalisasi pendidikan agama Islam secara efekt
Artikel tersebut membahas tentang perkelahian pelajar dan faktor-faktor yang menyebabkannya, serta solusi alternatif untuk mencegah perkelahian. Beberapa faktor yang disebutkan antara lain kondisi psikologis remaja, masalah keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh lingkungan. Solusi yang disarankan meliputi peran keluarga, pendidikan, dan fasilitas olahraga untuk menyalurkan energi pelajar.
Artikel tersebut membahas tentang perkelahian pelajar dan faktor-faktor yang menyebabkannya, serta solusi alternatif untuk mencegah perkelahian. Beberapa faktor yang disebutkan antara lain kondisi psikologis remaja, masalah keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh lingkungan. Solusi yang disarankan meliputi peran keluarga, pendidikan, dan fasilitas olahraga untuk menyalurkan energi pelajar.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan merokok di kalangan remaja, yaitu faktor diri, faktor keluarga, dan faktor rakan sebaya. Dokumen ini juga memberikan beberapa cadangan untuk membendung masalah merokok remaja.
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARFazHani Faz
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas peranan guru kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelajar khususnya masalah buli dan gengsterisme di sekolah.
2) Beberapa faktor yang menyebabkan masalah tersebut adalah latar belakang keluarga dan pengaruh lingkungan seperti media dan teman sebaya.
3) Masalah tersebut perlu ditangani karena berdampak buruk pada pembang
Kajian ini bertujuan mengenalpasti faktor-faktor yang mempengaruhi remaja terlibat dalam masalah sosial di sebuah sekolah di Melaka. Kajian menggunakan soal selidik untuk mengumpul data dari 86 pelajar. Dapatan menunjukkan faktor diri seperti ingin mencoba hal baru dan kebebasan berperanan. Faktor keluarga seperti tidak mematuhi arahan juga berpengaruh. Teori sosial menjelaskan mas
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas masalah keganasan rumah tangga dan jenayah remaja di Malaysia berdasarkan hasil kajian.
2) Kajian tersebut menemukan faktor-faktor seperti ekonomi, komunikasi, dan urbanisasi yang berkontribusi terhadap masalah tersebut.
3) Modul intervensi dirancang untuk membantu remaja korban keganasan meningkatkan kemampuan diri dan memb
Bab ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kemerosotan disiplin pelajar sekolah menengah. Tiga faktor utama yang dijelaskan adalah faktor sikap pelajar sendiri, pengaruh rakan sebaya, dan pengaruh lingkungan keluarga. Faktor-faktor ini dapat berdampak positif atau negatif tergantung pada nilai-nilai yang dipromosikan. Bab ini juga mendefinisikan istilah kunci seperti disiplin, kemer
Faktor-faktor yang menyebabkan masalah disiplin di sekolah meliputi faktor diri murid, ibu bapa atau keluarga, masyarakat, sekolah, media massa, dan kelonggaran penguatkuasaan undang-undang oleh pemerintah. Beberapa faktor utama adalah tekanan emosi akibat masalah keluarga, lingkungan sosial yang buruk, dan ketidakmampuan sekolah dalam menegakkan disiplin secara konsisten.
Tiga faktor utama yang mempengaruhi berlakunya jenayah di kalangan remaja ialah institusi keluarga, pihak sekolah, dan pengaruh rakan sebaya. Proses modernisasi yang mengubah gaya hidup masyarakat juga menyumbang kepada masalah ini. Untuk mencegah jenayah, perlu ada kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membimbing remaja.
Tulisan ini membahas mengenai kenakalan siswa di MTs Hasanah Surabaya dan upaya penanggulangannya melalui pendidikan agama Islam. Faktor penyebab kenakalan siswa adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Upaya penanggulangannya meliputi preventif (pendekatan orang tua), represif (hukuman mendidik), dan kuratif (silaturahmi ke rumah siswa). Internalisasi pendidikan agama Islam secara efekt
Artikel tersebut membahas tentang perkelahian pelajar dan faktor-faktor yang menyebabkannya, serta solusi alternatif untuk mencegah perkelahian. Beberapa faktor yang disebutkan antara lain kondisi psikologis remaja, masalah keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh lingkungan. Solusi yang disarankan meliputi peran keluarga, pendidikan, dan fasilitas olahraga untuk menyalurkan energi pelajar.
Artikel tersebut membahas tentang perkelahian pelajar dan faktor-faktor yang menyebabkannya, serta solusi alternatif untuk mencegah perkelahian. Beberapa faktor yang disebutkan antara lain kondisi psikologis remaja, masalah keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh lingkungan. Solusi yang disarankan meliputi peran keluarga, pendidikan, dan fasilitas olahraga untuk menyalurkan energi pelajar.
Teks tersebut membahas peran pendidikan dalam membentuk moralitas. Ada 4 poin utama: (1) sebab timbulnya krisis moral seperti longgarnya agama dan pembinaan moral yang kurang efektif, (2) langkah mengatasinya seperti pendidikan agama di rumah, sekolah, dan masyarakat serta integrasi antara pendidikan dan pengajaran, (3) tanggung jawab seluruh guru dalam membina moral, dan (4) kerjasama orang tua, se
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Art therapy in bullies issues
1. 0
PROPOSAL KAJIAN
PENDEKATAN TEKNIK LUKISAN DALAM ISU BULI
NAMA : AL-HAFIS BIN ABD RAHMAN
PENYELIA: DR. NOOR SHAMILAH BINTI ZAKARIA
UNIVERSITI PUTRA MALAYSIA
SERDANG, SELANGOR
2. 0
Kandungan
Perkara Muka Surat
Pendahuluan 1
Penyataan masalah 2
Latar belakang masalah 3
Persoalan kajian 4
Objektif kajian 4
Kepentingan kajian 4
Hipotesis kajian 5
Metodologi kajian 6
Kajian perpustakaan 6
Temubual 7
Persampelan 8
Cadangan 9
Kesimpulan 9
Rujukan 10
3. 1
Pengenalan
Dewasa ini keganasan pelajar di sekolah semakin mendapat liputan media masa
dan elektronik. Hal-hal berkaitan displin dan moral seringkali menjadi tajuk perbahasan
dikalangan guru sama ada di sekolah menengah atau sekolah rendah. Pelajar yang
sepatutnya menjadi asas dalam pembentukan sosial masyarakat dalam negara kini
semakin rosak dengan masalah moraliti. Hukuman demi hukuman dicadangkan oleh
pihak penguasa negara namun ianya tidak selesai sampai kepenghujungnya.
Keprihatinan ibu bapa dan guru terhadap isu ini amat diperlukan lebih-lebih lagi jika
insiden yang berlaku boleh memudaratkan keseimbangan sosial masyarakat yang lain.
Masalah yang hangat diperkatakan antara lain ialah berkaitan buli. ‘Buli’ menurut
kamus dewan bahasa dan pustaka bermaksud perbuatan mengasari orang yang lemah
dengan tujuan atau maksud untuk menunjukkan kekuatan masing-masing. Pembuli
dianggap orang yang berpengaruh, kuat, besar, tinggi dan berkuasa melakukan
sesuatu mengikut kehendaknya. Manakala mangsa buli disifatkan sebagai lemah, kecil
dan takut.
Perbuatan ini melibatkan lebih daripada satu pihak yang menyebabkan mangsa
mengalami kesan sama ada secara fizikal, mental, emosi mahu pun spritual. Bagi
pelakunya pula mereka akan merasa puas dengan tindakan yang dilakukan. Hal ini
membuatkan mereka seolah menguasai diri mangsa yang dianggap lemah. Menurut
Ferrow and Fox ( 2010 ), dalam satu kajian, keganasan buli boleh mendatangkan kesan
terhadap kesihatan mangsa sehingga mengganggu tabiat makan dan kesihatan
mereka. Murid sekolah rendah khasnya amat memerlukan penjagaan makanan yang
berkualiti, perhatian yang serius, penguasaan dalam mata pelajaran dan pengukuhan
akhlak sebelum meningkat ke sekolah menengah. Jika ini dapat ditangani maka
pengurusan diperingkat menengah akan menjadi lebih mudah diurus.
4. 2
Pernyataan masalah
Buli semakin menjadi barah dalam peradapan moral insan. Mangsa buli yang
mengalami trauma sukar untuk diubati dan lebih suka menyendiri daripada berhubung
dengan pihak sekolah. Rasa takut dan malu membuatkan diri mereka terus merasa
lemah dan menerima keadaan negatif itu dalam tempoh yang lama. Kebanyakan
pengkaji melihat isu buli ini berlaku di bandar dan luar bandar yang berhampiran
dengan kemudahan masyarakat setempat. Antaranya ialah kompleks membeli belah,
kawasan riadah, kemudahan “access” internet dan pengangkutan awam (Ahmad,
2005). Ini secara langsung memudahkan golongan yang dianggap pembuli bersosial
dan bergaul bebas tanpa kawalan. Serapan pemikiran dan budaya negatif setempat
memerangkap mereka untuk berkelakuan kasar dan ganas.
Jika dahulu kes-kes buli hanya melibatkan pelajar lelaki sahaja namun hari ini
buli juga melibatkan pelajar perempuan. Gejala yang dianggap tidak masuk akal ini
benar-benar meruntuhkan adat dan nilai budaya Melayu nusantara khususnya apabila
ada dikalangan pelajar perempuan menjadi pembuli di sekolah. Wanita atau perempuan
melayu yang terkenal dengan sikap dan sifat pemalu, kaya dengan kelembutan dan
kesopanan kini telah hilang darjatnya dan hina dengan pembabitan mereka ke kancah
yang memalukan. Satu forum berkaitan buli yang telah diadakan di Universiti
Kebangsaan Malaysia bertajuk “Buli:Satu Fenomena atau Igauan” (2015)
membincangkan isu keterlibatan pelajar lelaki dan perempuan dalam gejala buli rakan
sebaya. Menurut Prof Madya Dr Rozmi Ismail, salah seorang panel jemputan berkata
pembuli juga mungkin terlibat dengan pengambilan dadah. Perlakuan ganas dan tidak
merasa kasihan dan empati terhadap mangsa merupakan kesan dadah yang diambil.
Di kawasan kampung dan pedalaman, pembangunan dan taraf hidup
masyarakat tidak pesat seperti warga bandar yang lain. Namun mereka juga turut
mengalami isu buli di sekolah-sekolah termasuk sekolah beraliran agama. Kes-kes
yang membabitkan murid tahun lima dan enam bertengkar secara lisan dan fizikal
selalu dibincangkan dalam Mesyuarat Persatuan Ibu Bapa Guru (PIBG). Jelasnya isu
buli ini telah berakar umbi diperingkat sekolah rendah. Maka tidak hairanlah jika
pengurusan sekolah menengah terbeban dengan aduan dan rungutan isu hangat ini.
5. 3
Melihat isu ini pengkaji ingin turut sama membantu menangani masalah yang
berlaku. Pelbagai kaedah dan teknik pernah digunakan oleh beberapa orang pengkaji
sebelum ini. Jadi pengkaji berhasrat untuk menggunakan suatu pendekatan untuk
membantu mengenal pasti dan membimbing pembuli dan mangsa buli ke arah
suasana yang sihat dan positif. Kajian ini akan memberi fokus kepada faktor individu
menjadi pembuli di sekolah rendah.
Latar belakang masalah
‘Terapi’ bermaksud kaedah pengubatan secara psikologi yang digunakan oleh
psikologis bagi merawat klien. Pengubatan secara terapi tidak memerlukan sebarang
pembedahan fizikal bahkan psikologis atau kaunselor berupaya membantu pesakit
yang mengalami gangguan emosi, sosial, mental mahupun fizikal berdasarkan teknik
terapi yang sesuai.
‘Seni Lukisan’ merujuk kepada tindakan tanpa lisan ( non-verbal ) yang
mencantumkan dua keadaan sedar dan tidak sedar. Lukisan yang digambarkan
berfokus kepada perkara yang dialami oleh individu. Adakalanya klien tidak mampu
meluahkan masalah yang dialami secara lisan tetapi lukisan klien menjelaskan bebanan
yang dialami oleh mereka. Minda yang mencetuskan idea dipaparkan melalui lukisan
yang kreatif. Di sana dapat dilihat perasaan dan emosi yang melanda jiwa dan emosi
mereka.
Jika karya seni yang dihasilkan menyakitkan, mengingatkan, membangkitkan
pengalaman lama yang tidak menyenangkan serta mendukacitakan, karya seni yang
klien ciptakan itu sebenarnya menunjukan arah dan turut menguatkan klien. (Mc Niff,
2004).
6. 4
Persoalan kajian
1. Apakah faktor luaran dan dalaman murid sekolah rendah menjadi seorang
pembuli?
2. Adakah pendekatan yang digunakan boleh mengesan pengaruh buli dari rumah?
3. Adakah terdapat perkaitan antara pengalaman dera mangsa buli dengan tingkah
laku buli di sekolah?
Objektif kajian
Beberapa objektif yang ingin dilihat dalam kajian ini. Antaranya :-
1- Melihat faktor dalaman dan luaran mempengaruhi tingkah laku buli murid di
sekolah.
2- Melihat kesan pendekatan teknik kajian terhadap pembuli dan mangsa buli.
3- Melihat perkaitan antara pengalaman dera mangsa buli dengan tingkah laku buli
di sekolah.
Kepentingan kajian
Hasil kajian adalah penting bagi melihat senario kejadian buli di kalangan pelajar
sekolah rendah luar bandar dengan mengenal pasti kekerapan kejadian buli, lokasi,
siapa yang menjadi pembuli dan jenis perlakuan kerana akan dapat membantu:
i. Guru dan pihak pentadbiran sekolah mereka bentuk program yang
bersesuaian dalam memberikan dan meningkatkan kesedaran terhadap
implikasi buli di sekolah.
ii. Kaunselor dalam menyediakan program kaunseling yang bersesuaian
terhadap mana-mana kategori individu atau kelompok yang berpotensi untuk
membuli termasuk mangsa buli.
7. 5
iii. Mana-mana institusi dan organisasi pendidikan untuk membina modul dan
kempen yang bersesuaian dengan persekitaran sekolah luar bandar dalam
meningkatkan kesedaran diri dan mencegah kejadian buli.
Hipotesis Kajian
Hipotesis kajan adalah ramalan awal pengaji terhadap hasil kajian yang ingin
dijalankan. Hipotesis ini berkait dengan persoalan kajian yang dikemukakan oleh
pengkaji.
Hipotesis kajian 1:
Ho1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor dalaman dan
luaran dengan pengaruh buli.
Ho2 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor dalaman dan luaran
dengan pengaruh buli.
Hipotesis kajian 2:
Ho1: Terdapat hubungan yang signifikan antara pendekatan yang digunakan
dengan pengaruh buli di rumah.
Ho2: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendekatan yang
digunakan dengan pengaruh buli di rumah.
Hipotesis kajian 3:
Ho1: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh dari rumah dengan
pembuli di sekolah.
Ho2: Ttidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh dari rumah
dengan pembuli di sekolah.
8. 6
Metodologi Kajian
Metodologi penyelidikan merupakan kaedah dan teknik mereka-bentuk,
mengumpul dan menganalis data supaya dapat menghasilkan bukti yang boleh
menyokong sesuatu kajian ( merumuskan apa yang dikaji). Tujuan metodologi ialah
untuk membantu pengkaji memahami dengan lebih luas dan terperinci tentang
pengaplikasian kaedah dengan membuat huraian terhadap kajiannya.
Kajian perpustakaan
Kajian perpustakaan sangat penting bagi pengkaji mendapatkan maklumat yang
berkaitan dengan kajian yang akan dilakukan. Hasil dari kajian perpustakaan telah
banyak membantu pengkaji dalam mencari bahan atau idea tentang aspek yang boleh
dikaji oleh pengkaji. Pengkaji dapat meluaskan pengetahuan berkaitan dengan tajuk
yang akan dikaji hasil dari kajian perpustakaan yang dilakukan.
Kajian perpustakaan banyak dimanfaatkan dalam menyiapkan bab satu dan dua
iaitu bahagian yang melibatkan konsep-konsep yang sesuai digunakan dalam kajian
yang akan dibuat dan bahagian kosa ilmu yang menerangkan soal kajian lepas yang
telah dilakukan oleh pengkaji terdahulu. Penting bagi seseorang pengkaji untuk
mempunyai maklumat atau bahan yang berkaitan dengan kajiannya agar kajian yang
dilakukan itu tidak menyerupai dengan kajian-kajian yang lalu. Hal ini juga penting
kerana hasil dari kajian perpustakaan pengkaji akan dapat lebih memahami bagaimana
sesuatu kajian itu dilakukan.
Dalam menjalankan kajian perpustakaan, pengkaji perlu bijak dalam memilih
bahan yang boleh digunakan sebagai rujukan dalam kajian pengkaji. Hal ini penting
kerana pemilihan bahan yang sesuai akan banyak membantu pengkaji dalam
menyiapkan latihan ilmiah terutama dalam bab satu dan dua. Dalam pencarian bahan
atau sumber rujukan yang sesuai, pengkaji perlu tahu apa yang akan dikaji atau apa
yang akan diketengahkan dalam kajian pengkaji. Hal ini akan memudahkan pengkaji
dalam mencari bahan atau sumber rujkan yang sesuai dengan kajian pengkaji.
9. 7
Kajian perpustakaan yang dilakukan oleh pengkaji bukan hanya mencari buku-
buku yang diperlukan di perpustakaan tun seri lanang dan perpustakaan pusat linguistik
dan bahasa sahaja. Tetapi pengkaji juga turut memanfaatkan kemudahan terkini iaitu
pengkaji juga mendapatkan bahan yang diperlukan melalui perpustakaan atas talian.
Hal ini memudahkan pengkaji dalam mendapatkan artikel-artikel dan membantu
pengkaji mendapatkan bahan yang lebih banyak.
Di samping itu, kebanyakan artikel hanya boleh didapati dalam perpustakaan
atas talian sahaja seperti gema online, institutional repository of universiti kebangsaan
malaysia dan beberapa laman web lagi. Laman web yang sedemikian boleh dianggap
sebagai perpustakaan atas talian. Dalam usaha mendapatkan lirik-lirik lagu jenaka
rakyat kedah pula, pengkaji berusaha untuk mendapatkan lirik-lirik tersebut dari
perpustakaan negeri dan juga dari kedai-kedai muzik serta cuba mendapatkan dari
laman web atas talian.
Temubual
Antara instrument yang digunakan bagi mengumpul data, pengkaji
menggunakan teknik temubual. Ini bertujuan mendapatkan data secara langsung
daripada sampel kajian dan menjurus kepada kesahihan dalam kajian penyelidik.
Temubual sangat membantu penyelidik disamping mempercepat proses penemuan isu
yang ingin dikaji.
Menurut Patton (1980), terdapat 3 jenis kaedah temubual iaitu temubual formal,
tidak formal dan temubual terbuka. Kaedah temubual ini juga dikenali sebagai temubual
berstruktur, temubual separa berstruktur dan temubual tidak berstruktur ( fontana dan
frey,1914 ).
Dalam kajian ini penyelidik akan menggunakan kaedah temubual berstruktur. Ini
bagi mendapatkan maklumat secara terperinci dan tersusun berkaitan dengan latar
belakang klien dan keluarga klien seperti sosiokeluarga, pendapatan, pekerjaan,
komunikasi dan punca konflik.
10. 8
Dalam kaedah temubual tidak berstruktur klien akan memberi maklumat secara
fleksibel. Ini bermaksud klien dengan mudah menyatakan apa yang terlintas dalam
permikiran mereka. Di sinilah tugas penyelidik untuk menyusun data dan maklumat
tersebut agar dapat diberi kesimpulan dengan betul.
Persampelan
Dalam membuat kajian kualitataif, terdapat dua cara untuk mendapatkan sample
bagi tujuan kajian iaitu samada secara rawak atau bukan rawak. Sampel yang diambil
secara rawak dari sesebuah populasi akan digunapakai sebagai inferens kepada
populasi yang hendak kita kaji itu. Ini bermaksud , selepas selesai kajian
dijalankan dan selepas melihat kepada hasil dapatan kajian, hasil kajian akan
menunjukkan bahawa sampel yang dipilih itu mewakili populasi dari semua segi yang
dipaparkan oleh sampel tadi.
Rajah 1
Dalam kajian ini sebanyak 40 orang pelajar akan dipilih menjadi sampel kajian.
Mereka terdiri daripada murid sekolah rendah dalam daerah kuala pilah, negeri
sembilan. Penyelidik menetapkan sampel kajian berumur sembilan sehingga 12 tahun
dalam kalangan lelaki dan perempuan.
11. 9
Kesimpulan
Kesimpulannya, kajian ini bertujuan melihat kesan penderaan bapa di rumah
yang mempengaruhi klien menjadi pembuli di sekolah melalui pendekatan teknik
lukisan. Kajian dijalankan secara kualitatif yang menggunakan teknik temubual dimana
sampel dipilih secara rawak. Sampel diambil merupakan pelajar sekolah rendah dalam
daerah kuala pilah, negeri sembilan.
Cadangan.
Beberapa cadangan dapat dikemukakan kepada penyelidik akan datang antaranya
ialah:
1. kajian ini hanya merujuk kepada murid sekolah rendah walaupun ianya boleh
dikaji secara meluas kepada skop yang lebih besar dan pelbagai contohnya
remaja dan dewasa. Teknik lukisan juga boleh digunakan terhadap kajian
berkaitan perkara dan isu selain masalah buli di sekolah.
2. Kekangan masa dan tempat kajian yang terhad menyebabkan kajian ini tidak
boleh digeneralisasikan kepada populasi yang lebih besar. Maka kajian akan
datang memerlukan tempoh masa yang lebih lama dan lokasi yang lebih sesuai
agar hasil kajian boleh didapati lebih tepat.
12. 10
Rujukan:
Mahadi Bin Hj. Khalid, (2007),Seminar Penyelidikan Pendidikan Institut
Perguruan Batu Lintang : Tingkah Laku Buli Dalam Kalangan Pelajar Sekolah
Menengah Kebangsaan Agama Di Sarawak, Institut Perguruan Batu Lintang
Azizi Hj Yahaya & Abdul Latif Ahmad,(Jurnal Teknologi, 43(E) Dis. 2005: 63–86),
Persepsi Guru Dan Pelajar Terhadap Perlakuan Buli Di Kalangan Pelajar Sekolah
Menengah Daerah Batu Pahat ,Universiti Teknologi Malaysia
Patton, M.Q.(1990), “Qualitative Evaluation And Research Method.”London:Sage
Publication.
Merriem, S.B, (1998),”Qualitative Research And Case Study Application In
Education”(2nd Ed.). San Francisco: Jossey-Bass