Skripsi ini menganalisis potensi perairan selatan Bali sebagai sumber energi gelombang laut untuk pembangkit listrik tenaga gelombang laut menggunakan sistem Oscillating Water Column. Analisis data gelombang dari tahun 2007-2016 menunjukkan tinggi gelombang 1,41-2,14 m dengan daya listrik potensial 10,1-25,7 kW. Wilayah barat dan selatan memiliki tinggi gelombang dan daya listrik lebih besar dibanding timur."
Dokumen tersebut membahas tentang pembangkit listrik energi pasang surut, termasuk prinsip kerjanya, kelebihan dan kekurangannya dibandingkan pembangkit listrik lain. Pembangkit listrik pasang surut mampu menghasilkan listrik dari energi pasang surut air laut dengan efisiensi tinggi dan ramah lingkungan, meskipun memiliki biaya pembangunan yang mahal.
Sistem pembangkit listrik tenaga gelombang laut menggunakan tiga metode utama yaitu channel system, float system, dan oscillating water column system yang memanfaatkan energi gerak gelombang laut untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.
Dokumen tersebut membahas mengenai potensi energi ombak di Indonesia untuk menghasilkan listrik, khususnya di pulau-pulau terpencil yang belum teraliri listrik dari PLN. Dikemukakan konsep desain pembangkit listrik tenaga ombak yang memanfaatkan pelampung dan panel surya untuk menghasilkan listrik secara berkelanjutan, dijelaskan proses fisika dan kinerja sistemnya, serta rekomendasi penerapannya di pul
Teks tersebut membahas tentang pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan menjelaskan prinsip kerjanya yaitu mengubah energi potensial air menjadi energi listrik melalui beberapa tahap konversi energi dan komponen utamanya seperti dam, turbin dan generator. Tujuan pembahasan adalah agar mahasiswa memahami bagaimana operasi PLTA dan manfaatnya.
7 analisis perilaku aliran terhadap kinerja roda air arus bawah untuk pembang...Mirmanto
Dokumen tersebut merupakan analisis perilaku aliran air terhadap kinerja roda air untuk pembangkit listrik skala pikohidro. Penelitian ini menganalisis kecepatan aliran, putaran, torsi, dan daya roda air serta kecepatan relatif air terhadap sudu roda air dengan variasi kecepatan aliran. Hasil pengukuran awal menunjukkan kecepatan rata-rata air 2,50 m/s, putaran poros 79,78 rpm, torsi r
Dokumen tersebut membahas tentang potensi energi gelombang laut untuk dijadikan sumber energi listrik. Ada beberapa cara untuk menangkap energi gelombang laut seperti menggunakan pelampung, kolom air berosilasi, atau kanal meruncing. Energi kinetik gelombang laut kemudian dikonversi menjadi energi mekanik dan listrik melalui turbin dan generator. Teknologi seperti AquaBuoy dan Generator Buoy telah diterapkan untuk mengubah ener
Berdasarkan jenis aliran air, klasifikasi turbin air terdiri dari:
1. Axial flow
2. Inward radial flow
3. Tangential or peripheral flow
4. Mixed flow
Turbin dapat berupa impuls atau reaksi, contohnya turbin Pelton merupakan turbin impuls tangential flow.
Dokumen tersebut membahas tentang pembangkit listrik energi pasang surut, termasuk prinsip kerjanya, kelebihan dan kekurangannya dibandingkan pembangkit listrik lain. Pembangkit listrik pasang surut mampu menghasilkan listrik dari energi pasang surut air laut dengan efisiensi tinggi dan ramah lingkungan, meskipun memiliki biaya pembangunan yang mahal.
Sistem pembangkit listrik tenaga gelombang laut menggunakan tiga metode utama yaitu channel system, float system, dan oscillating water column system yang memanfaatkan energi gerak gelombang laut untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.
Dokumen tersebut membahas mengenai potensi energi ombak di Indonesia untuk menghasilkan listrik, khususnya di pulau-pulau terpencil yang belum teraliri listrik dari PLN. Dikemukakan konsep desain pembangkit listrik tenaga ombak yang memanfaatkan pelampung dan panel surya untuk menghasilkan listrik secara berkelanjutan, dijelaskan proses fisika dan kinerja sistemnya, serta rekomendasi penerapannya di pul
Teks tersebut membahas tentang pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan menjelaskan prinsip kerjanya yaitu mengubah energi potensial air menjadi energi listrik melalui beberapa tahap konversi energi dan komponen utamanya seperti dam, turbin dan generator. Tujuan pembahasan adalah agar mahasiswa memahami bagaimana operasi PLTA dan manfaatnya.
7 analisis perilaku aliran terhadap kinerja roda air arus bawah untuk pembang...Mirmanto
Dokumen tersebut merupakan analisis perilaku aliran air terhadap kinerja roda air untuk pembangkit listrik skala pikohidro. Penelitian ini menganalisis kecepatan aliran, putaran, torsi, dan daya roda air serta kecepatan relatif air terhadap sudu roda air dengan variasi kecepatan aliran. Hasil pengukuran awal menunjukkan kecepatan rata-rata air 2,50 m/s, putaran poros 79,78 rpm, torsi r
Dokumen tersebut membahas tentang potensi energi gelombang laut untuk dijadikan sumber energi listrik. Ada beberapa cara untuk menangkap energi gelombang laut seperti menggunakan pelampung, kolom air berosilasi, atau kanal meruncing. Energi kinetik gelombang laut kemudian dikonversi menjadi energi mekanik dan listrik melalui turbin dan generator. Teknologi seperti AquaBuoy dan Generator Buoy telah diterapkan untuk mengubah ener
Berdasarkan jenis aliran air, klasifikasi turbin air terdiri dari:
1. Axial flow
2. Inward radial flow
3. Tangential or peripheral flow
4. Mixed flow
Turbin dapat berupa impuls atau reaksi, contohnya turbin Pelton merupakan turbin impuls tangential flow.
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian rekayasa turbin air jenis cross flow untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro di desa Lubuk Salasih, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Penelitian ini melibatkan dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Padang untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam membangun pembangkit listrik tenaga terbarukan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan. Hasil survey menunjukkan
Energi gelombang laut dihasilkan dari pergerakan gelombang menuju dan menjauhi daratan. Ada dua jenis pemanfaatan energi gelombang laut yaitu sistem off-shore yang memanfaatkan pergerakan pipa di bawah laut dan sistem on-shore yang memanfaatkan saluran, pelampung, atau kolom air bergetar. Pembangkit listrik gelombang laut dapat mengubah energi mekanik gelombang menjadi listrik melalui turbin.
Makalah ini membahas tentang PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) di Indonesia. PLTA memanfaatkan energi air untuk menghasilkan listrik, namun membutuhkan biaya investasi besar sehingga kurang diminati investor. Makalah ini menjelaskan cara kerja, keunggulan dan kekurangan PLTA serta tantangan investasinya.
Makalah ini membahas potensi energi ombak laut di Indonesia untuk pembangkit listrik dan membandingkan beberapa teknologi konversi energi ombak, seperti Tapchan, OWC, dan Nodding Duck. Makalah ini menganalisis potensi daya listrik yang dapat dihasilkan dari energi ombak di Indonesia dengan mempertimbangkan faktor tinggi dan periode gelombang laut.
PLTS Satelit, Cerobong Surya, dan Kolam Surya merupakan teknologi pemanfaatan energi surya yang dapat menjadi solusi masa depan untuk memenuhi kebutuhan energi yang berkelanjutan dan bersih.
Laporan ini membahas perencanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) di Sungai Damar, meliputi:
1. Penentuan kapasitas pembangkit berdasarkan debit dan ketinggian air
2. Pemilihan komponen elektrik dan mekanik seperti turbin, generator, transformator
3. Perkiraan anggaran biaya pembangunan PLTM secara keseluruhan
Dokumen tersebut membahas evolusi sumber-sumber energi yang dimanfaatkan manusia sejak zaman prasejarah hingga abad ke-21. Sumber-sumber energi tersebut meliputi kayu, hewan, angin, air, batubara, minyak bumi, gas alam, panas bumi, nuklir, dan hidrogen.
1. Energi gelombang laut merupakan sumber energi terbarukan yang potensial untuk pembangkitan listrik di Indonesia. 2. Teknologi pompa gelombang flap horisontal dan Oscillating Water Column mengubah energi gelombang laut menjadi energi listrik. 3. Pemanfaatan energi gelombang laut di Indonesia dihadapkan pada kendala seperti ketergantungan pada karakteristik gelombang dan belum berkembangnya teknologi di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas potensi pembangunan Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Beberapa lokasi yang memiliki potensi untuk dibangun PLTMH diidentifikasi, seperti Umbul Ponggok, Umbul Ingas Cokro, dan Umbul Nilo. Pembangunan PLTMH diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik desa secara mandiri serta mendorong pembangunan ekon
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian rekayasa turbin air jenis cross flow untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro di desa Lubuk Salasih, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Penelitian ini melibatkan dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Padang untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam membangun pembangkit listrik tenaga terbarukan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan. Hasil survey menunjukkan
Energi gelombang laut dihasilkan dari pergerakan gelombang menuju dan menjauhi daratan. Ada dua jenis pemanfaatan energi gelombang laut yaitu sistem off-shore yang memanfaatkan pergerakan pipa di bawah laut dan sistem on-shore yang memanfaatkan saluran, pelampung, atau kolom air bergetar. Pembangkit listrik gelombang laut dapat mengubah energi mekanik gelombang menjadi listrik melalui turbin.
Makalah ini membahas tentang PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) di Indonesia. PLTA memanfaatkan energi air untuk menghasilkan listrik, namun membutuhkan biaya investasi besar sehingga kurang diminati investor. Makalah ini menjelaskan cara kerja, keunggulan dan kekurangan PLTA serta tantangan investasinya.
Makalah ini membahas potensi energi ombak laut di Indonesia untuk pembangkit listrik dan membandingkan beberapa teknologi konversi energi ombak, seperti Tapchan, OWC, dan Nodding Duck. Makalah ini menganalisis potensi daya listrik yang dapat dihasilkan dari energi ombak di Indonesia dengan mempertimbangkan faktor tinggi dan periode gelombang laut.
PLTS Satelit, Cerobong Surya, dan Kolam Surya merupakan teknologi pemanfaatan energi surya yang dapat menjadi solusi masa depan untuk memenuhi kebutuhan energi yang berkelanjutan dan bersih.
Laporan ini membahas perencanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) di Sungai Damar, meliputi:
1. Penentuan kapasitas pembangkit berdasarkan debit dan ketinggian air
2. Pemilihan komponen elektrik dan mekanik seperti turbin, generator, transformator
3. Perkiraan anggaran biaya pembangunan PLTM secara keseluruhan
Dokumen tersebut membahas evolusi sumber-sumber energi yang dimanfaatkan manusia sejak zaman prasejarah hingga abad ke-21. Sumber-sumber energi tersebut meliputi kayu, hewan, angin, air, batubara, minyak bumi, gas alam, panas bumi, nuklir, dan hidrogen.
1. Energi gelombang laut merupakan sumber energi terbarukan yang potensial untuk pembangkitan listrik di Indonesia. 2. Teknologi pompa gelombang flap horisontal dan Oscillating Water Column mengubah energi gelombang laut menjadi energi listrik. 3. Pemanfaatan energi gelombang laut di Indonesia dihadapkan pada kendala seperti ketergantungan pada karakteristik gelombang dan belum berkembangnya teknologi di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas potensi pembangunan Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Beberapa lokasi yang memiliki potensi untuk dibangun PLTMH diidentifikasi, seperti Umbul Ponggok, Umbul Ingas Cokro, dan Umbul Nilo. Pembangunan PLTMH diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik desa secara mandiri serta mendorong pembangunan ekon
Similar to Analisis potensi-gelombang-laut-sebagai-sumber-energi-alternatif-pembangkit-listrik-tenaga-gelombang-laut-pltgl-dengan-sistem-oscillating-water-column-owc-di-perairan-selatan-bali
1. Dokumen membahas tentang energi air sebagai sumber energi alternatif yang dapat menggantikan minyak bumi. Kincir air digunakan untuk mengubah energi kinetik air menjadi energi listrik.
2. Redesain kincir air di Dusun Umpungeng dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya pada musim kemarau agar dapat memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
.Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pengembangan inovasi te...Ilham Reyzer Firmansyah
Dokumen ini membahas mengenai pengembangan teknologi pemanfaatan energi ombak di pantai selatan Jawa untuk menghasilkan energi listrik guna mendukung pasokan listrik di pulau Jawa dan mendukung Indonesia memasuki pasar bebas ASEAN 2015. Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Ombak menggunakan perangkat Oscillating Water Collumn yang mengubah tekanan ombak menjadi energi kinetik untuk memutar turbin dan menghasilkan energi listrik
Ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
PLTA atau pembangkit listrik tenaga air memiliki 5 komponen utama yaitu bendungan, turbin, generator, penstock, dan jalur transmisi. PLTA dianggap sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan karena menggunakan energi air alami. Cara kerja PLTA adalah dengan mengubah energi aliran air menjadi energi mekanik melalui turbin lalu menghasilkan energi listrik di generator
Makalah Sumber Daya Energi - PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu)indrainsanprasetyo
PLTB Sidrap dan Tolo memanfaatkan energi angin sebagai sumber energi utamanya. Kedua PLTB ini berlokasi di Sulawesi Selatan dan mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas 75 MW untuk PLTB Sidrap dan 65 MW untuk PLTB Tolo. Listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke sistem interkoneksi Sulawesi Selatan.
Dokumen tersebut merangkum beberapa sumber energi terbarukan dari laut seperti energi gelombang, pasang surut, dan perbedaan suhu antara permukaan dan dasar laut. Teknologi konversi energi gelombang meliputi oscilating water column, overtopping, dan oscillating body sedangkan untuk pasang surut menggunakan tidal barrage dan tidal current turbine. Konversi perbedaan suhu dikenal dengan ocean thermal energy conversion yang memanfaatkan perbedaan suhu antara air permukaan dan dasar
PLTA Cirata adalah PLTA terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas terpasang 1.008 Megawatt. Daya listrik dihasilkan dari bendungan Cirata dan dialirkan melalui jaringan transmisi 500 kV. PLTA ini berlokasi di Desa Tegal Waru, Purwakarta, Jawa Barat.
Dokumen tersebut membahas tentang pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan potensi energi angin di Indonesia. Ia menjelaskan konsep kerja PLTB yang mengkonversi energi kinetik angin menjadi energi listrik serta teknologi turbin angin horizontal dan vertikal. Dokumen ini juga membahas proyek-proyek pengembangan PLTB oleh PLN dan negara lain.
Kajian ini menganalisis transformasi penjalaran gelombang di Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu melalui pengukuran lapangan dan simulasi model. Hasil pengukuran menunjukkan tinggi gelombang 1,6 m dan periode 7,75 detik. Simulasi menunjukkan gelombang tertinggi terjadi pada musim timur dan peralihan II dengan tinggi masing-masing 2,23 m dan 2 m. Gelombang berasal dari barat laut dan selatan. Simulasi menunjukkan refraksi
STUDI PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) ROOFTOP ON-GRID DI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS PAPUA
Similar to Analisis potensi-gelombang-laut-sebagai-sumber-energi-alternatif-pembangkit-listrik-tenaga-gelombang-laut-pltgl-dengan-sistem-oscillating-water-column-owc-di-perairan-selatan-bali (20)
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
1. ANALISIS POTENSI GELOMBANG LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT (PLTGL) DENGAN SISTEM
OSCILLATING WATER COLUMN (OWC) DI PERAIRAN SELATAN BALI
ARTIKEL SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAURAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
MAULI BISEL RAYPA SARAGIH
NIM. 135080600111085
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
2. ANALISIS POTENSI GELOMBANG LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT (PLTGL) DENGAN SISTEM
OSCILLATING WATER COLUMN (OWC) DI PERAIRAN SELATAN BALI
ARTIKEL SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAURAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
MAULI BISEL RAYPA SARAGIH
NIM. 135080600111085
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
4. 2
ANALISIS POTENSI GELOMBANG LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT (PLTGL) DENGAN SISTEM
OSCILLATING WATER COLUMN (OWC) DI PERAIRAN SELATAN BALI
Oleh :
MAULI BISEL RAYPA SARAGIH
NIM. 135080600111085
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
(Nurin Hidayati, ST., M.Sc)
NIP. 19781102 200502 2 001
Tanggal:
Mengetahui,
Ketua Jurusan PSPK
(Dr. Ir. Daduk Setyohadi, M.P)
NIP. 19630608 198703 1 003
Tanggal:
Dosen Pembimbing II
(Andik Isdianto, ST., MT)
NIK. 201309 820928 1 001
Tanggal:
5. 3
ANALISIS POTENSI GELOMBANG LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT (PLTGL) DENGAN SISTEM
OSCILLATING WATER COLUMN (OWC) DI PERAIRAN SELATAN BALI
Mauli Bisel Raypa Saragih1), Nurin Hidayati2), Andik Isdianto2)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
Abstrak
Pembangkit listrik yang ada di Indonesia terutama di Bali masih memanfaatkan sumber
energi yang tidak dapat diperbaharui seperti pembangkit listrik tenaga diesel, tenaga uap, dan tenaga
gas bumi. Gelombang laut merupakan salah satu sumber energi terbarukan, dimana tinggi, periode dan
arah gelombang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan menggunakan sistem Oscillating
Water Column (OWC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perairan selatan Bali untuk
dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga gelombang laut. Perairan selatan Bali selama
kurun waktu 2007-2016 memiliki nilai tinggi gelombang berkisar diantara 1,41 m sampai 2,14 m dan
besar daya listrik yang dapat dihasilkan berkisar diantara 10.132,65 watt sampai 25.733,10 watt dengan
nilai tinggi gelombang dan daya listrik yang dihasilkan di wilayah barat dan selatan lebih tinggi
dibandingkan wilayah timur perairan selatan pulau bali. Arah datangnya gelombang di perairan selatan
Bali berasal dari Barat Daya yang digunakan untuk menentukan arah mulut kolom osilasi dibangun
sehingga energi listrik yang dihasilkan dapat maksimum.
Kata kunci: Gelombang, Oscillating Water Column (OWC)
POTENTIAL ANALYSIS OF SEA WAVES AS SOURCE OF ALTERNATIVE ENERGY
ELECTRICAL POWER PLANTS (PLTGL) WITH OSCILLATING WATER COLUMN
(OWC) SYSTEM IN SOUTHERN WATER BALI
Power plants in Indonesia, especially in Bali, still utilize non-renewable energy sources such
as diesel power plants, steam power, and natural gas power. Sea waves are one of renewable energy
sources, where height, period and wave direction can be utilized as a power plant by using Oscillating
Water Column (OWC) system. This study aims to determine the potential of southern waters of Bali
to be utilized as a wave power plant. The southern waters of Bali during the period 2007-2016 had
wave height values ranging between 1.41 m to 2.14 m and the amount of electric power that could be
generated ranged between 10,132.65 watt to 25,733.10 watt with high wave values and electrical power
produced in the western and southern regions are higher than the eastern region of the southern
waters of Bali. The direction of waves in the southern waters of Bali come from the Southwest that
are used to determine the direction of the column of the oscillation column are built so that the
electrical energy are generated can be maximum.
Key words: Waves, Oscillating Water Column (OWC)
1) Mahasiswa Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
2) Dosen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
6. 4
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan manusia akan energi
terutama energi listrik mengalami peningkatan
seiring dengan bertambahnya jumlah populasi
manusia. Di Indonesia terutama di Bali,
pemanfaatan sumber energi masih
memanfaatan energi yang tidak dapat
diperbaharui seperti dengan adanya
pambangkit listrik tenaga diesel, tenaga uap
dan gas. Keseluruhan pembangkit listrik yang
telah berdiri ini tentu saja nantinya akan
menimbulkan permasalahan baru baik itu
terhadap lingkungan, kesehatan dan ekonomi
(Wijaya, 2010).
Mengurangi dampak negatif yang
diakibatkan oleh pembangkit listrik yang
memanfaatkan bahan bakar fosil ini, maka
perlu dilakukan suatu upaya dengan
penyediaan energi listrik berbahan bakar
alternatif yang sifatnya non konvensional.
Salah satu pembangkit listrik yang ramah
lingkungan adalah dengan memanfaatkan
energi gelombang (Satria et al., 2014).
Gelombang laut merupakan salah satu
sumber energi terbarukan, dimana energi yang
dapat dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi
gelombang, panjang gelombang dan
periodenya. Energi potensial dan kinetik yang
terkandung pada gelombang laut dapat
dikonversikan untuk pemanfaatan tenaga
listrik. Energi gelombang ini dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu energi
alternatif untuk mengatasi krisis energi saat ini,
yaitu sebagai pembangkit listrik tenaga ombak
atau energi gelombang (Subagio et al., 2012).
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut
ini telah banyak dikembangkan, diantaranya :
teknologi buoy tipe, teknologi overtopping devices,
teknologi oscillating water column. Perairan
Selatan Bali memiliki nilai tinggi gelombang
yang cukup konstan. Konsistensi tinggi
gelombang yang dihasilkan di perairan Selatan
Bali dikarenakan perairan tersebut berhadapan
langsung dengan laut lepas (Samudera Hindia)
sehingga tinggi gelombang laut yang dihasilkan
cukup besar dan konstan. Nilai tinggi
gelombang yang cukup besar dan konstan ini
yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik alternatif dengan memanfaatkan
teknologi Oscillating Water Column (OWC)
karena energi listrik yang dihasilkan cenderung
stabil (Sriartha and Putra, 2015).
Oscillating Water Column (OWC)
merupakan salah satu alternatif teknologi
untuk mengkonversi energi gelombang laut
dengan menggunakan sistem kolom air
berosilasi. Pada dasarnya prinsip kerja
teknologi yang mengkonversi energi
gelombang laut menjadi energi listrik adalah
mengakumulasi energi gelombang laut untuk
dapat menggerakkan turbin generator.
Teknologi konversi gelombang laut sistem
OWC dipilih karena cocok di daerah dengan
topografi pantai curam dan memiliki nilai
tinggi gelombang diantara 0,2 m hingga 1,19
m bahkan melebihi sehingga daya listrik yang
dihasilkan lebih besar (Mardiansyah et al.,
2014).
Pemanfaatan teknologi oscillating water
column (OWC) untuk pembangkit listrik sangat
ramah lingkungan dan dalam proses
konstruksi dan pengoperasiannya tidak akan
merusak ekosistem alam yang ada. Teknologi
ini sangat baik untuk dimanfaatkan di wilayah
Bali karena keindahan alamnya tetap terjaga.
Pemanfaatan teknologi pembangkit listrik
tenaga gelombang laut dengan sistem OWC
diharapkan nantinya mampu menghasilkan
energi listrik yang dapat melayani konsumen
yang ada di Pulau Bali. Maka dari itu penelitian
7. 5
ini diperlukan untuk menghasilkan teknologi
terbarukan yang ramah lingkungan dalam
membangun pembangkit listrik terutama
dengan memanfaatkan tenaga gelombang laut
(Ubaidillah et al., 2014).
2. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian skripsi ini dilakukan dari bulan
November 2016 sampai bulan April 2017.
Analisis dan pengolahan data dilakukan di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya dan BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
Maritim Perak II Surabaya. Lokasi penelitian
ini dilakukan di perairan Selatan pulau Bali
(Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Penelitian
2.2 Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini berfokus pada pengolahan
data sekunder dikarenakan keterbatasan alat
dan waktu karena membutuhkan data time
series. Data sekunder meliputi data tinggi,
periode, dana rah gelombang yang diperoleh
dari ECMWF (European Centre for Medium-
Range Weather Forecast) dan BMKG sebagai
data pembanding untuk uji akurasi data.
2.3 Pengolahan Data ECMWF
Data yang diunduh dari website ECMWF
ialah data gelombang. Data gelombang
diunduh secara time series selama 10 tahun dari
tahun 2007 hingga 2016 dengan menggunakan
nilai grid 0,25 yang memisahkan satu stasiun
dengan stasiun lainnya. ECMWF menyediakan
data tinggi gelombang, arah gelombang,
periode gelombang yang akan digunakan
dalam pengolahan data. Data tersebut tersedia
dalam setiap 6 jam pengukuran dimulai dari
pukul 00:00, 06:00, 12:00, 18:00. Data yang
telah diperoleh dikelompokkan berdasarkan
stasiunnya masing-masing dan dihitung rata-
rata nilai tinggi, periode dan arah gelombang.
8. 6
2.4 Uji MRE
Mean Relative Error (MRE) merupakan
salah satu uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui tingkat akurasi data hasil ECMWF
dengan data BMKG dengan melakukan
perhitungan kesalahan relatifnya. MRE ini
menggunakan persamaan sebagai berikut :
RE = 100%
MRE = ∑
Dimana :
RE = Relative Error (%)
MRE = Mean Relative Error (%)
= data hasil simulasi
= data lapangan
n = jumlah lapangan
Uji akurasi data antara ECMWF dan
BMKG dapat diterima apabila nilai MRE yang
dihasilkan memiliki nilai kurang dari 40%, dan
apabila nilai MRE yang dihasilkan melebihi
40% maka data ECMWF dan data BMKG
tidak memiliki keakurasian yang tidak cukup
baik.
2.5 Perhitungan Besar Daya Listrik
Perhitungan besar daya listrik
menggunakan metode oscillating water column
(OWC) dengan mengetahui tinggi, perioded
an arah gelombang. Besar daya listrik dihitung
dengan menggunakan rumus :
Hm0² T ≈ ( 0.5 ) Hm0² T
dimana :
= Kerapatan Air (1025 ƿ )
g = Gaya Gravitasi Bumi
Hm0 = Tinggi Gelombang (m)
T = Periode Gelombang (s)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Provinsi Bali terletak pada titik
koordinat 8˚03’40’’ - 8˚50’48’’ LS dan
114˚25’53’’ - 115˚42’40’’ BT, dengan batas –
batas wilayah sebagai berikut (Wijaya, 2010) :
Sebelah Utara adalah Laut Bali
Sebelah Timur adalah Selat Lombok
Sebelah Selatan adalah Samudra
Hindia
Sebelah Barat adalah Selat Bali
Perairan Selatan Bali merupakan daerah
pesisir yang berhadapan langsung dengan
Samudera Hindia dengan karakteristik
gelombang dan angina yang berfluktuasi
sepanjang tahun. Wilayah ini merupakan salah
satu daerah dengan kekuatan angin dan
gelombang yang cukup tinggi yang diakibatkan
dari implikasi dari benua Australia dan Asia
(monsun) dan berbatasan dengan samudera.
Pola sirkulasi angin dan gelombang ini
berfluktuasi dengan musim yang berlangsung
sekitar tiga bulanan. Untuk itu penelitian ini
merupakan analisis awal untuk
mengemukakan bahwa wilayah Selatan Bali ini
layak untuk dijadikan sebagai wilayah studi
kasus pengembangan energi terbarukan yang
berasal dari angin dan gelombang (Purba,
2014).
3.2 Analisis Persebaran Gelombang
3.2.1 Uji MRE
Uji akurasi data antara data gelombang
ECMWF (European Centre for Medium-Range
Weather Forecast) dengan data gelombang dari
Stasiun BMKG Maritim Perak Surabaya
dihitung dengan menggunakan metode MRE.
Uji akurasi ini didasarkan pada data tinggi
gelombang yang diperoleh dari BMKG
sebagai perbandingan yaitu stasiun 3,9,16 dan
10. 8
Tabel 1. Data uji validasi MRE
Stasiun
Tinggi
Gelombang
dari
ECMWF
(m)
Tinggi
Gelombang
dari BMKG
(m)
3 1,54 1,66
3 1,77 1,39
3 2,18 2,18
3 1,92 1,83
9 1,46 1,52
9 1,66 1,25
9 2,05 2,01
9 1,82 1,69
16 1,47 0,74
Stasiun
Tinggi
Gelombang
dari
ECMWF
(m)
Tinggi
Gelombang
dari BMKG
(m)
16 1,67 0,54
16 2,08 0,86
16 1,83 0,77
19 1,42 1,60
19 1,61 1,34
19 1,99 2,12
19 1,76 1,75
Berdasarkan hasil uji validasi antara data
ECMWF dan BMKG menghasilkan nilai mean
relative error sebesar 17,48 % dengan nilai
kebenaran sebesar 82,52 %. Berdasarakan
hasil dari validasi data ini menurut Sugiyono
(2006), verifikasi model dengan nilai error
dibawah 40% masih dapat diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bawah data dari ECMWF
dapat menggantikan data yang berasal dari
BMKG.
3.2.2 Analisis Data Gelombang Tahun
2007–2016
Pengolahan data gelombang yang
diperoleh dari data ECMWF dari tahun 2007
hingga 2016 diolah dengan mencari rata-rata
data gelombang dalam satu tahun. Stasiun 1
dan stasiun 4 pada lokasi penelitian, data
tinggi dan periode gelombang yang disediakan
ECMWF tidak valid, sehingga perhitungan
dilakukan dengan menggunakan interpolasi
data. Hasil dari pengolahan data gelombang
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengolahan rata-rata data gelombang
Tahun Arah Gelombang (˚)
Periode
Gelombang (s)
Tinggi
Gelombang (m)
2007 204,79 10,91 1,78
2008 203,37 10,76 1,80
2009 205,24 10,78 1,76
2010 201,14 10,61 1,63
2011 207,72 10,47 1,69
2012 203,78 10,76 1,74
2013 205,02 10,99 1,76
2014 204,74 10,95 1,79
2015 202,71 10,76 1,65
2016 205,09 11,18 1,69
11. 9
Tinggi rata-rata gelombang tahunan
terdapat diantara 1,6 meter sampai 1,85 meter
yang dimana nilai tinggi gelombang tertinggi
terjadi pada tahun 2008 dengan nilai 1,8 meter
dan gelombang terendah terjadi pada tahun
2010 dengan nilai 1,63 meter. Pola ketinggian
gelombang laut yang terjadi di kawasan ini
tergolong konstan dan cukup besar, hal ini
dikarenakan laut yang ada di kawasan ini
berhadapan langsung dengan laut lepas
(Samudera Hindia).
3.2.3 Analisis Data Gelombang Tahun
2007-2016 Berdasarkan Musim
Perhitungan tinggi dan periode
gelombang laut dengan mengambil 19 titik
penelitian dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir (2007-2016) memiliki nilai yang tidak
signifikan perbedaannya. Pengolahan data
bersumber dari data gelombang ECMWF dan
dikelompokkan ke dalam 4 musim yaitu
musim barat, peralihan 1, timur dan juga
musim peralihan 2. Hasil dari pengolahan
tinggi gelombang (Gambar 2) dan periode
gelombang (Gambar 3) memiliki nilai yang
sama pada hasil pengolahan data pada musim
peralihan 1 dan peralihan 2. Pengolahan
berdasarkan musim ini dilakukan dari rata-rata
tahun 2007 sampai 2016.
Gambar 2. Tinggi gelombang laut berdasarkan musim
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2
2.1
2.2
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
TinggiGelombang(m)
Tahun
Musim Barat Musim Peralihan 1 Musim Timur Musim Peralihan 2
12. 10
Gambar 3. Periode gelombang laut berdasarkan musim
Hasil dari grafik dapat ditunjukkan pada
nilai tinggi gelombang musim barat memiliki
anomali nilai tinggi gelombang dibandingkan
dengan musim lainnya. Periode gelombang
dari tahun 2007 sampai tahun 2016 pada
keempat musim memiliki nilai yang lebih
beragam dibandingkan nilai tinggi gelombang.
3.2.4 Analisis Rata-Rata Data Gelombang
Tahun 2007-2016
Pengolahan rata-rata data gelombang
dari tahun 2007 hingga 2016 adalah dengan
menghitung nilai rata-rata tinggi gelombang,
periode gelombang, dan arah gelombang pada
satu titik pengamatan selama kurun waktu 10
tahun (2007-2016). Hasil dari pengolahan data
ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang merupakan
rata-rata data gelombang dari titik
pengamatan.
Tabel 3. Rata-rata data gelombang tahun 2007-2016 di titik pengamatan
Stasiun Longitude Latitude
Arah
Gelombang (˚)
Periode
Gelombang (s)
Tinggi
Gelombang (m)
2 114,5 -9 205,22 11,09 1,85
3 114,5 -9,25 204,52 10,99 1,89
5 114,75 -8,75 205,33 11,14 1,88
6 114,75 -9 205,11 11,03 1,82
7 114,75 -9,25 204,50 10,95 1,86
8 115 -8,75 204,90 10,92 1,75
9 115 -9 204,92 10,97 1,78
10 115 -9,25 204,45 10,90 1,83
11 115,25 -8,75 204,86 10,92 1,75
12 115,25 -9 204,82 10,92 1,75
13 115,25 -9,25 204,42 10,86 1,80
14 115,5 -9 205,24 10,96 1,71
15 115,5 -9,25 204,82 10,88 1,77
16 115,75 -8,5 197,88 9,31 1,14
17 115,75 -8,75 202,11 10,15 1,41
18 115,75 -9 205,73 11,00 1,67
19 115,75 -9,25 205,28 10,91 1,73
9.000
9.500
10.000
10.500
11.000
11.500
12.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PeriodeGelombang(s)
Tahun
Musim Barat (s) Musim Peralihan 1 (s)
Musim Timur (s) Musim Peralihan 2 (s)
13. 11
Distribusi tinggi gelombang yang terjadi
pada perairan Bali memiliki nilai tinggi
gelombang yang meningkat apabila semakin
mengarah ke Selatan. Gelombang yang
mengarah ke Selatan tinggi gelombang
semakin tinggi ini juga di sebabkan oleh arah
datangnya gelombang berasal dari Barat Daya
dan Selatan yang mengarah ke Timur Laut dan
Timur (Gambar 4).
Gambar 4. Persebaran gelombang tahun 2007-2016
3.3 Analisis Persebaran Daya Listrik
3.3.1 Analisis Daya Listrik Tahun 2007-
2016
Hasil perhitungan daya listrik tahunan
didapatkan dengan mengetahui tinggi dan
periode gelombang. Hasil dari pengolahan
daya listrik ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Besar daya listrik yang dihasilkan di wilayah
perairan Selatan Bali sepanjang tahun mampu
menghasilkan daya sebesar 14.000 watt hingga
18.000 watt. Daya listrik yang dihasilkan
sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2016
memiliki nilai daya listrik tertinggi pada tahun
2014 dengan nilai 17.858 watt dan tahun 2010
sebagai tahun penghasil daya terendah dengan
nilai 14.212 watt.
Tabel 4. Hasil perhitungan daya listrik tahun 2007-2016
Tahun
Arah
Gelombang (˚)
Periode
Gelombang (s)
Tinggi
Gelombang (m)
Daya Listrik (watt)
2007 204,80 10,91 1,78 17667,92
2008 203,37 10,77 1,80 17507,15
2009 205,24 10,78 1,76 16758,20
2010 201,14 10,61 1,63 14212,18
2011 207,72 10,47 1,69 14936,39
2012 203,78 10,76 1,74 16465,69
2013 205,02 10,99 1,76 16958,90
2014 204,74 10,95 1,79 17858,30
14. 12
Tahun
Arah
Gelombang (˚)
Periode
Gelombang (s)
Tinggi
Gelombang (m)
Daya Listrik (watt)
2015 202,71 10,76 1,65 14783,30
2016 205,09 11,18 1,69 16317,59
3.3.2 Analisis Daya Listrik Tahun 2007-
2016 Berdasarkan Musim
Perhitungan besar daya listrik yang
terdapat di wilayah Selatan Bali dengan
memanfaatkan tenaga gelombang laut yang
dilakukan dalam kurun waktu 10 tahun (2007
– 2016) dibagi atas 4 musim. Besar daya listrik
pada musim barat, peralihan 1, timur dan
peralihan 2 dapat dilihat pada Gambar 5. Dari
grafik yang dihasilkan, besar daya listrik yang
dapat dihasilkan pada 4 musim terjadi pada
range 10.000 watt hingga 28.000 watt.
Gambar 5. Daya listrik musim barat tahun 2007-2016
3.3.3 Analisis Rata-Rata Daya Listrik
Tahun 2007-2016
Rata-rata daya listrik dari tahun 2007
sampai 2016 dilakukan dengan menghitung
rata-rata data tinggi gelombang dan periode
gelombang dari setiap titik pengamatan. Rata-
rata tinggi dan periode gelombang ini yang
diolah menghasilkan rata-rata daya listrik dari
tahun 2007 sampai 2016 yang dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil rata-rata daya listrik dari tahun 2007-2016
Stasiun
Longitud
e
Latitud
e
Arah
Gelombang (˚)
Periode
Gelombang (s)
Tinggi
Gelombang (m)
Daya
Listrik
(watt)
2 114,5 -9 205,22 11,09 1,85 18878,30
3 114,5 -9,25 204,52 10,99 1,89 19477,14
5 114,75 -8,75 205,33 11,14 1,88 19593,81
6 114,75 -9 205,11 11,03 1,82 18119,48
7 114,75 -9,25 204,50 10,95 1,86 18875,58
8 115 -8,75 204,90 10,92 1,75 16538,80
9 115 -9 204,92 10,97 1,78 17270,27
10 115 -9,25 204,45 10,90 1,83 18178,26
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
DayaListrik(watt)
Tahun
Musim Barat Musim Peralihan 1
Musim Timur Musim Peralihan 2
15. 13
Stasiun
Longitud
e
Latitud
e
Arah
Gelombang (˚)
Periode
Gelombang (s)
Tinggi
Gelombang (m)
Daya
Listrik
(watt)
11 115,25 -8,75 204,86 10,92 1,75 16569,17
12 115,25 -9 204,82 10,92 1,75 16592,37
13 115,25 -9,25 204,42 10,86 1,80 17548,70
14 115,5 -9 205,24 10,96 1,71 15890,59
15 115,5 -9,25 204,82 10,88 1,77 16917,31
16 115,75 -8,5 197,88 9,31 1,14 5993,94
17 115,75 -8,75 202,11 10,15 1,41 9953,50
18 115,75 -9 205,73 11,00 1,67 15200,76
19 115,75 -9,25 205,28 10,91 1,73 16293,58
Persebaran potensi yang dapat
menghasilkan daya listrik di wilayah Bali pada
tahun 2007 sampai 2016 terdapat di daerah
bagian Barat Pulau Bali yang berdekatan
dengan dengan Selat Bali dan semakin besar
nilai daya yang dihasilkan apabila semakin ke
wilayah Selatan yang berbatasan langsung
dengan Samudera Hindia (Gambar 6).
Gambar 6. Persebaran potensi daya listrik tahun 2007-2016
3.4 Rekomendasi Wilayah Potensial
Perencanaan pembangunan pembangkit
listrik tenaga gelombang laut dengan sistem
OWC ini membutuhkan data arah dominan
datangnya gelombang untuk mengetahui
peletakan mulut kolom OWC. Pada penelitian
yang dilakukan di perairan Selatan Bali dalam
kurun waktu 2007 sampai 2016, arah dominan
datangnya gelombang berasal dari Barat Daya
menuju ke arah Timur Laut dan Timur
(Gambar 7).
16. 14
Gambar 7. Peta arah gelombang tahun 2007-
2016
Pembangkit listrik tenaga gelombang
laut umumnya dibangun di pesisir pantai dan
juga sebagai break water. Sistem OWC ini
mengalami beberapa modifikasi untuk dapat
dimanfaatkan di perairan lepas pantai dengan
mengetahui kedalaman suatu perairan.
Pembangunan sistem OWC di lepas pantai ini
memanfaatkan sistem floating dengan
menambatkan bangunan OWC dengan dasar
perairan. Sistem floating ini membutuhkan
data kedalaman dari suatu perairan yang
direncanakan akan dibangun sistem floating ini.
Pemanfaatan sistem floating dengan mooring ini
dapat dilakukan pada kedalaman 40 meter
sampai 100 meter (Vicente et al., 2009).
Wilayah perairan di Pulau Bali memiliki
kedalaman yang sangat beragam di setiap
daerahnya. Kedalaman yang terdapat di
wilayah Selatan Bali pada jarak 50 kilometer
dari garis pantai memiliki kedalam 0 meter
sampai 60 meter. Kedalaman suatu perairan
yang memiliki nilai 40 meter sampai 60 meter
merupakan kedalaman yang cukup baik jika
pemanfaatan pembangkit listrik tenaga
gelombang laut dengan sistem floating OWC
ini akan dibangun. Peta kedalaman perairan
Bali dengan pengolahan data yang didapatkan
dari GEBCO tahun 2016 dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Peta kedalaman perairan Selatan
Bali
Pengolahan data arah gelombang, tinggi
gelombang, periode gelombang dan
kedalaman wilayah perairan Bali dapat
menunjukkan lokasi yang paling optimal
dibangun pembangkit sistem OWC ini baik di
pesisir pantai maupun dengan memanfaatkan
sistem floating. Wilayah Bali dengan nilai tinggi
gelombang yang cukup tinggi dan kedalaman
yang dimiliki wilayah Selatan Bali yang
berbatasan dengan Samudera Hindia yang
melebihi 100 meter maka pembangunan
pembangkit listrik dengan memanfaatkan
tenaga gelombang laut sebaiknya dibangun di
pesisir pantai. Daerah pesisir Selatan Bali
memenuhi syarat untuk dibangun pembangkit
listrik tenaga gelombang laut karena memiliki
nilai tinggi gelombang melebihi 1,2 meter
dengan topografi dasar laut berupa pasir dan
batuan sangat baik untuk direkomendasikan
dibangun pembangkit listrik tenaga gelombang
laut. Pembangunan pembangkit listrik tenaga
gelombang laut di pesisir pantai memiliki nilai
efisiensi yang sangat baik dengan biaya
pembangunan konstruksi minim dibandingkan
dengan sistem floating (Ubaidillah et al., 2014).
Pembangunan sistem pembangkit OWC ini
lebih baik dikarenakan tidak akan mengganggu
jalur pelayaran dibandingkan sistem floating
yang akan dibangun di lepas pantai.
Rekomendasi pembangunan sistem OWC ini
17. 15
terdapat di wilayah Selat Bali, Jembrana, dan
Uluwatu yang dapat dilihat pada Gambar 9.
Wilayah Selat Bali merupakan termasuk
kedalam kabupaten Jembrana dan masih
terdapat beberapa desa terpencil yang masih
membutuhkan sumber daya listrik seperti
Desa Yeh Embang, Yeh Buah, Pergung, dan
Poh Santen. Daerah Uluwatu yang berada di
wilayah Selatan Bali merupakan daerah yang
sedang mengalami perkembangan dalam
bidang wisata bahari maupun perhotelan.
Potensi keadaan gelombang yang berada di
daerah pesisir Uluwatu dapat dimanfaatkan
dengan membangun pembangkit listrik tenaga
gelombang laut untuk dapat memenuhi
kebutuhan akan sumber daya listrik secara
mandiri dan juga dapat sebagai penarik untuk
menjadi objek kunjungan wisata tentang
pembangkit listrik dengan memanfaatkan
energi gelombang laut.
Gambar 9. Wilayah potensial pembangunan sistem OWC
4. PENUTUP
4.1.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian analisis
potensi gelombang laut sebagai sumber energi
alternative pembangkit listrik tenaga
gelombang laut (PLTGL) dengan sistem
oscillating water column (OWC) di perairan
Selatan Bali adalah sebagai berikut :
1. Nilai tinggi gelombang di wilayah Barat
Daya dan Selatan memiliki nilai lebih
tinggi dibandingkan di wilayah Utara dan
Timur Laut dengan arah datangnya
gelombang dari Barat Daya. Nilai tinggi
gelombang maksimum diperoleh dengan
nilai 2,15 meter dan nilai tinggi
gelombang minimum dengan nilai 1,41
meter
2. Besar daya listrik di wilayah Barat Daya
dan Selatan lebih maksimum
dibandingkan di wilayah Utara dan Timur
Laut dikarenakan besar daya listrik
tergantung dari nilai tinggi dan periode
gelombang laut. Daya listrik maksimum
diperoleh dengan nilai 25.733,10 watt dan
minimum dengan nilai 10.132,65 watt
3. Wilayah yang potensial untuk dibangun
pembangkit listrik tenaga gelombang laut
18. 16
sistem OWC adalah di pesisir Kabupaten
Jembrana dan Uluwatu.
4.1.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah
diharapkan data persebaran gelombang dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui alur
pelayaran dan menjadi pertimbangan untuk
rencana pembangunan pembangkit listrik
tenaga gelombang laut dengan tipe OWC
(Oscillating Water Column) karena perairan
Selatan Pulau Bali memiliki potensi yang
sangat baik untuk dibangun pembangkit listrik
alternatif.
5. DAFTAR PUSTAKA
Mardiansyah, L.A., Ismanto, A., Setyawan,
W.B., 2014. Kajian Potensi
Gelombang Laut sebagai Sumber
Energi Alternatif Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)
dengan Sistem Oscillating Water
Column (OWC) di Perairan Pantai
Bengkulu. J-OCE UNDIP Volume 3
Nomor 3, 328–337.
Purba, N.P., 2014. Variabilitas Angin dan
Gelombang Laut Sebagai Energi
Terbarukan di Pantai Selatan Jawa
Barat. J. Akuatika Vol. V No. 1.
Satria, D., Chan, Y., Kurniawan, D., 2014.
Rancang Bangun Alat Pembangkit
Listrik Tenaga Gelombang Laut
Sistem Bandul Ganda (PLTGL-
SBG) Skala Laboratorium. Simp.
Nas. RAPI XIII.
Sriartha, I.P., Putra, I.W.K.E., 2015. Distribusi
Spasial Genangan Air Laut
Berdasarkan Analisis Data Satelit
Altimetri Envisat di Wilayah Pesisir
Barat Kabupaten Buleleng, Bali. J.
Bumi Lestari Volume 15 No. 2, 165–
175.
Subagio, M.B., Fitri, S.P., Soemartojo, 2012.
Analisa Teknis Sistem Konversi
Pneumatis Energi Gelombang Laut
Sebagai Pembangkit Listrik. J. Tek.
POMITS Vol. 1 No. 1, 1–6.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Ubaidillah, A.R., Soemarwanto, Purnomo, H.,
2014. Studi Potensi Pembangkit
Listrik Tenaga Ombak Tipe
Oscillating Water Column di
Perairan Pulau Sempu Kabupaten
Malang. Tek. Elektro.
Vicente, P.C., Falcao, A.F. de O., Gato,
L.M.C., Justino, P.A.P., 2009.
Hydrodynamics of Triangular-Grid
Arrays of Floating Point-Absorber
Wave Energy Converters With Inter-
Body and Bottom Slack-Mooring
Connections. Proc. 8th Eur. Wave
Tindal Energy Conf. 538–547.
Wijaya, I.W.A., 2010. Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang Laut
Menggunakan Teknologi Oscillating
Water Column di Perairan Bali. Tek.
Elektro Vol. 9 No.2.