Hukum Ikhtilath (Campur-Baur) Makan Bersama Laki-Laki dan Perempuan Bukan MahramAnas Wibowo
Pemisahan (infishal) pria dan wanita dalam makan bersama wajib hukumnya menurut syariah Islam. Dengan kata lain, dalam acara makan bersama haram hukumnya terjadi ikhtilat (campur-baur pria-wanita), yakni adanya pertemuan (ijtima’) dan interaksi antara pria dan wanita di satu tempat.
Hukum Ikhtilath (Campur-Baur) Makan Bersama Laki-Laki dan Perempuan Bukan MahramAnas Wibowo
Pemisahan (infishal) pria dan wanita dalam makan bersama wajib hukumnya menurut syariah Islam. Dengan kata lain, dalam acara makan bersama haram hukumnya terjadi ikhtilat (campur-baur pria-wanita), yakni adanya pertemuan (ijtima’) dan interaksi antara pria dan wanita di satu tempat.
Ilmu mantiq tidak terlepas dari fikiran karena objek kajian mantiq terdapat dalam fikiran, dimana ilmu ini mempelajari manusia untuk berfikir dengan akalnya. Karena sejatinya Allah SWT menganugerahkan akal pada manusia untuk berfikir dengan benar tentang sesuatu yang belum diketahui hingga menyampaikan seseorang pada kesimpulan yang benar. Dalam ilmu mantiq terdapat istilah Dilalah yang arti sempitnya ialah “petunjuk”. Dengan Dilalah kita di ajak untuk mengetahui arti dibalik suatu pernyataan agar tidak keliru terhadap makna yang di sampaikan.
Ilmu mantiq tidak terlepas dari fikiran karena objek kajian mantiq terdapat dalam fikiran, dimana ilmu ini mempelajari manusia untuk berfikir dengan akalnya. Karena sejatinya Allah SWT menganugerahkan akal pada manusia untuk berfikir dengan benar tentang sesuatu yang belum diketahui hingga menyampaikan seseorang pada kesimpulan yang benar. Dalam ilmu mantiq terdapat istilah Dilalah yang arti sempitnya ialah “petunjuk”. Dengan Dilalah kita di ajak untuk mengetahui arti dibalik suatu pernyataan agar tidak keliru terhadap makna yang di sampaikan.
1. Kelompok 13 :
҉ Ade Irmayani ( 2009210013)
҉ Anis Hadi Rosadi ( 2012110021)
҉ Wenny Aztriyani P ( 2012120015)
2. Bertamu
Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah yang
bertamu terlebih dahulu meminta izin dan mengucapkan
salam kepada tuan rumah. Sebagaimana Firman Allah
SWT (QS.An-Nur :27)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta
izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”
3. 1. Mengetuk pintu
2. Mengucapkan salam
3. Berjabat tangan kepada tuan rumah
4. Berperilaku sopan santun
5. Jangan bertamu sembarang waktu. Bertamulah
pada saat yang kiranya tuan rumah tidak akan
terganggu.
4. 6. Jangan terlalu lama bertamu sehingga merepotkan tuan
rumah. Segeralah pulang jika urusansudah selesai.
7. Jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan
rumah terganggu. Diizinkan masuk rumah bukan
berarti diizinkan segala-galanya.
8. Kalau disuguhi minuman atau makanan, hormatilah
jamuan itu. Bahkan Rasulullah saw menganjurkan
kepada orang yang berpuasa sunah sebaiknya
membukai puasanya untuk jamuan (HR. Baihaqi).
9. Hendaklah pamit ketika akan pulang.
5. Rasulullah saw mengaitkan sifat memuliakan tamu
itu dengan keimanan terhadap Allah SWT dan Hari
Akhir. Beliau bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
6. Memuliakan tamu dilakukan antara lain
dengan menyambut kedatangannya dengan
muka manis dan tutur kata yang lemah
lembut, mempersilakan duduk di tempat
yang baik. Kalau perlu disediakan ruangan
khusus menerima tamu yang dijaga
kerapihannya.
7. Kalau tamu datang dari tempat yang jauh
dan ingin menginap, tuan rumah wajib
menerima dan menjamunya maksimal tiga
hari tiga malam. Lebih dari itu terserah tuan
rumah tetap menjamunya atau tidak. Menurut
Rasulullah saw, menjamu tamu lebih dari tiga
hari nilainya sedekah, bukan lagi kewajiban.
Rasulullah saw bersabda:
“Menjamu tamu itu hanya tiga hari. Jaizahnya
sehari semalam. Apa yang dibelanjakan untuk
tamu diatas tiga hari adalah sedekah. Dan
tidak boleh bagi tamu tetap menginap (lebih
dari tiga hari) Karena hal itu akan
memberatkan tuan rumah.” (HR. Tirmidzi)
8. Sesudah anggota keluarga sendiri, orang
yang paling dekat dengan kita adalah
tetangga. Merekalah yang diharapkan paling
dahulu memberikan bantuan jika kita
membutuhkannya. Jika kita tiba-tiba ditimpa
musibah kematian misalnya, tetanggalah yang
paling dahulu datang takziah. Begitu juga
apabila kita mengadakan suatu acara maka
tetanggalah yang pertama datang membantu
dibandingkan keluarga kita yang rumahnya
lebih jauh. Kepada tetangga pulalah kita
menitipkan rumah kita disaat kita sedang
bepergian jauh ke luar kota.
9. tetangga yang punya satu hak,
yaitu hak sebagai tetangga
tetangga yang punya dua hak,
yaitu hak tetangga dan hak
seagama.
yang punya tiga hak, yaitu
hak tetangga, seagama dan
famili
10. Rasulullah saw menjadikan sikap baik dengan tetangga
sebagai ukuran keimanan seseorang kepada Allah SWT dan
Hari Akhir. Beliau bersabda:
“Demi Allah, dia tidak beriman!” “Demi Allah, dia tidak
beriman!” “Demi Allah, dia tidak beriman!” Seorang sahabat
bertanya: “Siapa dia (yang tidak beriman itu) ya Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak aman dari
keburukannya.” (H. Mutafaqun ‘Alaih)
“Tidak masuk sorga orang yang tetangganya tidak aman dari
keburukannya.” (HR. Muslim)
Semakin kuat iman seseorang, semakin baik dia dengan
tetangganya, begitu pula sebaliknya.
11. Minimal hubungan baik dengan tetangga
diwujudkan dalam bentuk tidak mengganggu atau
menyusahkan mereka. Yang lebih baik lagi tidak
hanya sekedar menjaga jangan sampai tetangga
terganggu, tapi secara aktif berbuat baik kepada
mereka. Misalnya dapat dengan bertegur sapa,
memberikan pertolongan disaat tetangga butuh
pertolongan dan lain sebagainya.
12. Rasulullah saw bersabda:
“Hak tetangga itu ialah, apabila ia sakit. kamu menjenguknya,
apabila ia meninggal, kamu mengiringi jenazahnya, apabila ia
membutuhkan sesuatu, kamu meminjaminya, apabila ia tidak
memiliki pakaian kamu memberinya pakaian, apabila dia
mendapat kebajikan kamu mengucapkan selamat kepadanya,
apabila ia mendapat musibah, kamu bertakziah kepadanya,
jangan engkau meninggikan rumahmu atas rumahnya
sehingga angin terhalang masuk rumahnya, dan janganlah
kamu menyakitinya dengan bau periukmu kecuali kamu
memberikan sebagian dari masakan itu.” (HR. Thabrani)
13. Selain dengan tamu dan tetangga, seorang
Muslim harus dapat berhubungan baik
dengan masyarakat yang lebih luas, baik di
lingkungan pendidikannya, lingkungan
kerjanya, baik dengan sesama Muslim
maupun dengan non-muslim.
14. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw menyebutkan
ada lima kewajiban seorang Muslim atas Muslim
lainnya. Beliau bersabda:
“Kewajiban seorang Muslim atas Muslim lainnya ada
lima: Menjawab salam, mengunjungi orang sakit,
mengiringkan jenazah, memenuhi undangan, dan
menjawab orang bersin.” (HR. Khamsah)
15. Mengucapkan dan menjawab salam hukumnya
berbeda. Mengucapkannya sunnah, menjawabnya wajib,
karena tidak menjawab salam yang diucapkan, tidak hanya
dapat mengecewakan orang yang mengucapkannya tetapi
juga dapat menimbulkan kesalahpahaman. Allah SWT
berfirman:
“Apabila kamu dihormati dengansuatu penghormatan,
balaslah penghormatan itu denganyang lebihbaik, atau
balaslah (denganyang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungkan segala sesuatu.” (QS An-Nisa)
16. Menurut Rasulullah saw, orang-
orang yang beriman itu ibarat satu
batang tubuh, apabila salah satu
anggota tubuh sakit, yang lain ikut
prihatin. Kunjungan teman,
saudara, adalah ‘obat yang
mujarab’ bagi si sakit. Dia merasa
senang karena masih ada
17. Apabila seseorang meninggal dunia, masyarakat
secara kifayah wajib memandikan, mengkafani,
menyalatkan, dan menguburkannya. Rasulullah
saw sangat menganjurkan kepada masyarakat
untuk dapat menyalatkan dan mengantarkan
jenazah ke kuburan bersama-sama. Beliau
bersabda:
“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah lalu ikut
menyalatkannya, baginya satu qirath. Dan
barangsiapa yang menyaksikannya sampai
dikuburkan, baginya dua qirath.” Ditanyakan
orang: “Apa itu dua qirath?” Beliau bersabda:
18. Seorang muslim sangat
dianjurkan memenuhi berbagai
undangan yang diterimanya
selama tidak ada halangan,
dan acara tersebut tidak
bertentangan dengan syariat
islam.
19. Orang yang bersin disunnahkan membaca Alhamdulillah,
bersyukur kepada Allah, karena biasanya bersin merupakan
pertanda badan ringan dari penyakit. Bagi yang mendengar
seseorang bersin, diwajibkan menyahutinya dengan
membaca yarhamukallah (mendo’akan semoga Allah
mengasihinya). Orang yang tadi bersin menjawab pula,
yahdikumullah wa yushlih balakum (semoga Allah
menunjuki dan memperbaiki keadaanmu). Namun jika yang
bersin tidak mengucapkan Alhamdulillah, kita tidak boleh
menyahutinya.
20. Dalam pergaulan sehari-hari di tengah
masyarakat, terutama antar muda-mudi,
ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian khusus yaitu tentang
mengucapkan dan menjawab salam,
berjabatan tangan, dan khalwah.
21. aa. Islam mengajarkan kepada sesama Muslim
untuk saling bertukar salam apabila bertemu atau
bertamu. Rasulullah saw bersabda:
“Kamu tidak akan masuk sorga sebelum beriman,
dan tidak akan beriman sebelum berkasih sayang.
Maukah kamu aku tunjukkan suatu amalan yang
akan dapat memupuk rasa kasih sayang
sesamamu? Yaitu senantiasalah mengucapkan
salam sesamamu.” (HR. Muslim)
b. Salam yang diucapkan minimal adalah
“Assalamu’alaikum”. Namun akan lebih baik dan
lebih besar pahalanya apabila diucapkan secara
22. c. Mengucapkan salam hukumnya sunat, tetapi
menjawabnya wajib, minimal dengan salam yang
seimbang.
d. Bila bertamu, yang mengucapkan salam terlebih
dahulu adalah si tamu, tetapi apabila bertemu, yang
terlebih dahulu mengucapkan salam adalah yang
berada diatas kendaraan kepada yang berjalan kaki,
yang berjalan kaki kepada yang duduk, yang sedikit
kepada yang banyak, dan yanh lebih muda kepada
yang lebih tua. Namun hal tersebut tidaklah berlaku
mengikat, bahkan Rasulullah saw ,memberikan
catatan bahwa yang paling utama adalah yang
paling dahulu memberikan salam. Sebagaimana
beliau bersabda:
23. e. Salam tidak hanya diucapkan saat bertemu,
tetapi juga tatkala mau berpisah.
f. Jika dalam rombongan, baik yang mengucapkan
maupun yang menjawab salam boleh hanya salah
seorang dari anggota rombongan tersebut.
g. Rasulullah saw melarang orang islam mengucapkan
dan menjawab salam Ahlul Kitab (Yahudi dan
Nasrani).
“Jika Ahlul Kitab member salam kepadamu, jawablah
dengan “Wa’alaikum”. (H. Mutafaqun ‘alaihi)
Namun bila Ahlul Kitab itu berada satu majelis
dengan orang-orang Islam, kita boleh mengucapkan
salam kepada majelis itu.
24. h. Pria boleh mengucapkan salam kepada wanita dan
begitu pula sebaliknya.
Salam yang diajarkan Islam adalah salam yang bernilai
tinggi, universal, dan tidak terikat dengan waktu. Disebut
bernilai tinggi karena mengandung do’a untuk
mendapatkan keselamatan, berkah dan rahmat dari
Allah SWT. Universal karena berlaku untuk seluruh umat
Islam dimanapun berada.
25. Rasulullah saw mengajarkan bahwa untuk lebih
menyempurnakan salam dan manguatkan tali ukhuwah
islamiyah, sebaiknya ucapan salam diikuti dengan
berjabatan tangan jika memungkinkan. Rasulullah
bersabda:
“Tidaklahdua orang muslimbertemu, lalubersalaman,
melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosa keduanya
sebelummereka berpisah.”
(HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan lain-lain)
26. khalwah adalah berdua-duan antara pria dan
wanita yang tidak punya hubungan suami isteri
dan tidak pula mahram tanpa ada orang ketiga.
Mengapa Rasulullah saw melarang berkhalwah?
Apa bahayanya? Apakah tetap dilarang apabila
masing-masing saling mempercayai? Beliau
bersabda:
“Jauhilah berkhalwah dengan wanita. Demi
(Allah) yang diriku berada dalam genggaman-
Nya, tidaklah berkhalwah seorang laki-laki dengan
seorang wanita kecuali syaitan akan masuk di
antara keduanya.”
(HR. Thabrani)
27. Ukhuwah islamiyah adalah istilah yang menunjukkan
persaudaraan antar sesama Muslim di seluruh dunia
tanpa melihat perbedaan warna kulit, bahasa, suku,
bangsa, dan kewarganegaraan. Persaudaraan seiman itu
ditegaskan Allah SWT dalam Surat Al-Hujurat ayat 10:
“Sesungguhnya orang-orang mukminituadalah
bersaudara, oleh karena itu damaikanlahantar dua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat:10)
28. Supaya ukhuwah islamiyah dapat tegak dan berdiri
kokoh diperlukan empat tiang penyangga, yaitu
ta’aruf, tafahum, ta’awun, dan tafakul.
a. Ta’aruf
Saling kenal mengenal, tidak hanya ta’aruf fisik
atau identitas belaka, tapi lebih jauh lagi juga
ta’aruf latar belakang, pendidikan, budaya,
keagamaan; ta’aruf pemikiran, ide, cita-cita; dan
ta’aruf problem kehidupan yang dihadapi.
b. Tafahum
Saling memahami kelebihan dan kekurangan,
kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga
29. c. Ta’awun
Tolong menolong atau ta’awun adalah
kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat
dipungkiri. Kenyataan membuktikan, bahwa
suatu pekerjaan atau apa saja yang
membutuhkan pihak lain, pasti tidak akan dapat
dilakukan sendirian oleh seseorang meski dia
memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang
hal itu. Ini menunjukkan, bahwa tolong-
menolong dan saling membantu adalah
keharusan dalam hidup manusia.Allah Ta’ala
telah berfirman,”Dan tolong-menoolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. Al-Maidah:
30. d. Takaful
Saling memikul resiko diantara sesama muslim
sehingga antara satu dengan yang lainnya
menjadi penanggung atas resiko yang lainnya.
Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar
saling tolong menolong dalam kebaikan
dengan cara, setiap orang mengeluarkan dana
kebajikan (baca ; tabarru’) yang ditujukan
untuk menanggung resiko tersebut.