SlideShare a Scribd company logo
Air KehidupanAir Kehidupan
Buku KetigaBuku Ketiga
Air Kehidupan Buku Ketiga - 2
Air Kehidupan - Buku Ketiga
© 2004 Daniel V. Kaunang
Rilis perdana
format elektronik, April 2004
Buku ini dapat diperbanyak atau disebarluaskan dalam keadaan dan format yang
seutuhnya tanpa harus mendapat terlebih dahulu persetujuan tertulis dari penulis.
Partisipasi dan kontribusi Anda pada Air Kehidupan akan sangat berarti bagi seluruh
pembaca. Kontribusi dapat berupa artikel, studi (filsafat, ilmiah, teologi), prosa, puisi,
maupun buku-buku (baik hardcopy maupun versi elektronik), dan lainnya.
Anda dapat menghubungi penulis melalui e-mail: danielvk@theronworks.com
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 3
Kata Pengantar
Jurnal Air Kehidupan sepanjang tahun 2003 dan awal 2004 masih banyak berbicara
seputar agama sebagaimana tahun sebelumnya, namun kali ini ulasan-ulasannya
disampaikan dalam scope fokus yang lebih teknis kepada sistem agama, dogma dan
doktrin kepercayaan yang telah terkristalisasi dalam agama-agama seperti Islam maupun
Kristen.
Beberapa diantaranya cukup menyentuh dogma dasar kepercayaan sehingga pada tingkat
pemahaman agama tertentu dapat menimbulkan riak-riak emosional atau persepsi yang
negatif. Namun di sisi lain, ulasan-ulasan dalam buku ini juga mengalirkan semangat
emansipasi dari pengekangan dan pembatasan ide-ide terhadap kebebasan spiritual
manusia, sekaligus membawa semangat pembaruan yang dinamis terhadap kekakuan
dogma dan doktrin-doktrin berbagai agama.
Agama yang aturan-aturan dan doktrinnya terkristalisasi telah terbukti sulit memberikan
kontribusi bagi dunia dan kemanusiaan yang selalu mengalami perubahan pada setiap
jamannya. Oleh karena itulah lembaga agama sejatinya adalah lembaga agama yang
dinamis, yang memiliki kerendahan hati untuk mengakui dan memperbaiki kekeliruan
pemahaman teologisnya di masa lalu, yang mendukung dialog antar-agama, dan terbuka
kepada kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Semoga apa yang terangkum dalam Jurnal Air Kehidupan kali ini dapat sedikitnya
memberikan manfaat intelektual maupun spiritual bagi kita semua.
Salam kasih,
Daniel V. Kaunang
April 2004
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 4
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................ 3
Apakah Yesus Diutus untuk Menebus Dosa Umat Manusia?.........................................5
Yang Dunia Butuhkan...................................................................................................12
Neraka........................................................................................................................... 14
A child of God...............................................................................................................16
Deklarasi Etika Global.................................................................................................. 17
Pemahaman Agama.......................................................................................................21
Mengapa Kita Perlu Berdoa ?....................................................................................... 23
Sekte & Cult..................................................................................................................24
Berbeda Tanpa Konflik................................................................................................. 27
Poem of Conformity .....................................................................................................33
Mengapa Dialog Agama Sensitif.................................................................................. 34
Memaknai Secara Positif "Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku"............35
Mengkaji Lembaga Agama........................................................................................... 36
Mengapa Hati Nurani Banyak Orang Tidak Berfungsi dengan Baik?.......................... 39
Merenungkan Kemerdekaan..........................................................................................43
Benarkah Poligami Sunah..?......................................................................................... 45
Bila Diri Sempit Hati.................................................................................................... 50
Injil Kerajaan Allah.......................................................................................................54
Membongkar Teks Ambigu.......................................................................................... 60
Mengapa Babi Haram....................................................................................................64
Agama Islam dan Kristen Berasal dari Keturunan yang Sama......................................66
Tentang Jurnal Air Kehidupan...................................................................................... 68
Catatan...........................................................................................................................69
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 5
Apakah Yesus Diutus untuk Menebus Dosa Umat
Manusia?
Oleh: Daniel
Karya Penebusan adalah salah satu dogma yang fundamental dalam Kekristenan. Premis
ini dikaitkan dengan konsep dosa asal (kutukan Tuhan terhadap Adam dan Hawa), dan
Yesus telah datang untuk dikorbankan darahnya dan disalib untuk menebus dosa umat
manusia.
Sebagai seorang yang lahir dan dibesarkan secara Katholik sayapun telah diajarkan untuk
menerima doktrin tersebut for granted. Namun saya tidak pernah dapat merekonsiliasi
doktrin kepercayaan tersebut dengan batin dan iman saya. Saya bertanya-tanya, apakah
Allah mau setega itu menjadikan AnakNya sendiri sebagai "tumbal" untuk menebus dosa
umat manusia ?... Tuhan nggak gitu deh!... Cukup lama batin/nurani saya berbenturan
dengan dogma tersebut, sehingga pada akhirnya saya merasa perlu mencari jawaban atau
setidaknya titik temu atas pergumulan ini.
Apakah Yesus diutus untuk menebus dosa umat manusia ?
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut, saya memulai dengan mempelajari
alkitab dari perjanjian lama sampai wahyu, menelusuri tafsir-tafsir yang men-validasi
doktrin penebusan. Namun menelusuri kesemuanya itu berujung kepada ilustrasi yang
paradoksikal, betapa Tuhan yang adalah Baik dan adalah Kasih, sekaligus juga
merupakan Allah yang pemarah, pendendam, pencemburu, suka perang, dan (dengan
dalih mengasihi umat manusia) tega menjadikan AnakNya sendiri sebagai "tumbal". Saya
berada di dalam situasi pemikiran yang dilematis. Di sisi eksternal, dalam kondisi
tersebut saya diajak untuk "... tidak usah pusing, percaya dan ikuti saja apa yang sudah
digariskan Gereja..". Di sisi batin atau internal, saya juga merasa perlu "...[men]
dengarkan kata hati nurani: cari, maka kau akan temukan...".
Akhirnya saya ambil pilihan terakhir, mendengarkan kata nurani. Dalam pencarian saya
berpikir, bukankah jalan yang terbaik adalah mencari jawaban langsung dari sumbernya?
Dalam hal ini, mendengar dan mengetahui DARI pernyataan-pernyataan Yesus sendiri,
Anak-Nya? Ini merupakan suatu pemikiran yang saya temukan cukup mengejutkan,
karena ternyata masih jarang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku dirinya sebagai
"pengikut Kristus".
Saya punya landasan yang jelas, mengapa kita perlu mendengar dari Yesus sendiri.
Tertulis demikian,
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 6
Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan
dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." [Matius 17:5]
Dia yang dimaksud tidak lain adalah Yesus dari Nazaret. Dengarkan apa yang Yesus
ajarkan. Disini saya menemukan titik terang. Apakah Yesus sendiri yang mengajarkan
dari awal bahwa dirinya datang untuk menebus umat manusia yang jatuh dalam dosa
sejak Adam dan Hawa? Mari kita bahas bersama-sama.
Interpretasi Ganda
Saya menemukan ada ayat pernyataan Yesus yang dapat dianggap mensahkan premis
penebusan, yaitu pada Matius 20:28. Kita perhatikan apa yang Yesus sampaikan waktu
itu, "...untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (warna
merah pada ayat kutipan menunjukkan pernyataan Yesus) Gereja dan teologian umumnya
mengkaitkan pernyataan ini dengan konsepsi dosa asal dan kisah pengurbanan Abraham
sehingga didapat eksegesi, penjelasan atas peristiwa penyaliban Yesus sebagai bagian dari
rencana Allah. Saya mencoba merunut kepada konteks kejadian pada saat itu. Perhatikan
bhw konteksnya adl masa-masa terakhir ketika Yesus bergumul dan dihadapkan pada
kenyataan yang akan terjadi di masa depan, yaitu dirinya akan dihukum mati disalib.
Yesus memberi petunjuk ttg apa yang akan terjadi pada dirinya. Dan hal ini divalidasi
kemudian pada Lukas 23:18,
Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas
bagi kami!"
Disini dapat diartikan konteksnya bhw Yesus pd waktu itu menyebutkan: ia harus
memberikan nyawanya yang akan dijadikan tebusan bagi banyak orang, untuk kebebasan
Barabas. Yesus menerangkan dalam sebuah metafor bahwa seorang gembala sejati rela
memberikan nyawanya demi domba-dombanya. Ini juga lebih menunjukkan ajaran "cinta
kasih tanpa pamrih", serta membuktikan bahwa kejahatan dapat dikalahkan dengan
kebaikan.
Pernyataan Yesus lainnya yang dianggap menunjuk kepada penebusan adalah perjamuan
terakhir, Matius 26:26-28 atau Markus 14:22-24.
Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-
mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah,
makanlah, inilah tubuh-Ku."
Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka
dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.
Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk
pengampunan dosa.
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 7
Sekilas "tubuh" maupun "darah" dipahami sebagai simbol Kristus yang dijadikan kurban
tebusan bagi dosa umat manusia. Tapi interpretasi lebih dalam menunjukkan bahwa (roti)
"tubuh" merupakan simbol "kebenaran" dan (anggur/air) "darah" adalah simbol
"pengampunan". Keduanya merupakan pokok ajaran yang selalu ditekankan oleh Yesus,
dan akan kita bahas di bawah. Pelajari juga makna metafor ini dalam Yoh 6:50,
"Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan
Kuberikan untuk hidup dunia."
dan Yoh 4:14,
"...barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk
selama-lamanya..."
Masih ada dua ayat lainnya dalam injil kanonik yang dapat diinterpretasi mendukung
penebusan, tapi tidak saya masukkan pada kesempatan ini, karena juga memiliki
"interpretasi ganda", bukan pernyataan yang secara eksplisit menunjuk ke soal penebusan
maupun dosa asal. Namun jika ada yang mau mengangkatnya kemudian saya terbuka
untuk membahasnya.
Ketika Yesus memberitahukan masa depan yang akan terjadi pada dirinya, murid-
muridnya sangat terguncang. Dalam Matius 16:21-23, dijelaskan:
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi
ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Ini semakin jelas menunjukkan bahwa Yesus selama hidupnya tidak pernah mengajarkan
dirinya adalah penebus dosa umat manusia.
Injil Kerajaan Allah
Jadi apa sebenarnya tujuan Yesus diutus ke dunia ? Yesus telah menyebutkannya sendiri
dengan jelas dalam Lukas 4:43:
“...‘Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk
itulah Aku diutus.’”
Yesus diutus ke dunia untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Dan jika ditelaah akan
tampak bahwa Kerajaan Allah ini merupakan tema yang sangat dominan dalam ajaran-
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 8
ajarannya. Lalu, apa Injil Kerajaan Allah yang diberitakan Yesus? Bukankah Injil berarti
Kabar baik? Kalau begitu apa yang menjadi kabar baiknya?
Berikut ini beberapa pokok Injil Kerajaan Allah, Kabar Baik yang diajarkan Yesus selama
hidupnya:
1. Bahwa Tuhan adalah Bapa dan kita semua adalah anak-anakNya. "Bapa kami..."
[Matius 6:9]
2. Keselamatan/hidup kekal dicapai melalui hukum cinta kasih: Kasihi Tuhan Bapamu
dan kasihi sesamamu manusia.
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
[Matius 22:37-40]
3. Masuk kerajaan Allah dengan lahir kembali dari Roh, yaitu melakukan kehendak Bapa
di sorga.
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak
dapat melihat Kerajaan Allah."
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh,
ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh,
adalah roh.
Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan
kembali..."
[Yohanes 3:3-7]
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga..."
[Matius 7:21]
"...Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan
berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.
Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.
Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu
menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.
Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab
mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 9
mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak
percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan
sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak
menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya."
[Perumpamaan dua anak laki-laki: Matius 21:28-32]
4. Jadilah engkau sempurna, seperti Bapa di surga sempurna. "Karena itu haruslah kamu
sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." [Matius 5:48]
5. Bapa Maha Pengampun. [Perumpamaan anak yang hilang: Lukas 15:11-32]
6. Yesus mengajarkan bagaimana dosa kita dapat diampuni Tuhan: “Karena jikalau
kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu
juga.” [Matius 6:14]
7. Berbagi kabar baik: “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu
berikanlah pula dengan cuma-cuma.” [Matius 10:8]
Pengampunan dan belas kasih
Dari yang sudah saya pelajari sebelumnya, konsep penebusan merupakan tema dominan
yang dapat ditemukan dalam Alkitab (Perjanjian Lama dan Surat-surat Paulus), namun
konsep penebusan yang dikaitkan dengan dosa asal Adam dan Hawa itu tidak pernah
diajarkan oleh Yesus dan tidak ditemukan dalam keempat injil. Setelah mempelajari apa
yang Yesus ajarkan selama HIDUPNYA, saya TIDAK MENEMUKAN SATU
AJARANPUN dari Yesus yang menyatakan bhw dirinya datang untuk menebus dosa
umat manusia. Doktrin Penebusan dalam sejarahnya saya temukan lebih merupakan
konsepsi Rasul Paulus yang diadopsi dari ajaran kurban Yahudi dan dijadikan dogma
oleh Gereja. Berikut ini beberapa pernyataannya:
“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah
kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan
Kitab Suci,...” [1 Korintus 15:3]
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus.
Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam
darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah
membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” [Roma
3:23-25]
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 10
“kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari
Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk
melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa
kita.” [Galatia 1:3-4]
“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita...” [Galatia 3:13]
“...dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu
dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang
harum bagi Allah.” [Efesus 5:2]
“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu
memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu
Kristus. “ [1 Korintus 5:7]
“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan
manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,
yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian
pada waktu yang ditentukan.” [1 Timotius 2:5-6]
“...yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan
korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu
telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-
Nya sendiri sebagai korban.” [Ibrani 7:27]
“Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa
penumpahan darah tidak ada pengampunan.” [Ibrani 9:22]
Masih ada cukup banyak ayat -ayat lainnya yang menunjukkan pemahaman teologis
Paulus akan darah, kurban, dan tebusan ini. Lihat juga Roma 5:6-21, Ibrani 9:12-15, 9:24-
28, 10:1-20, dll. Sehingga ini menjelaskan kembali bahwa konsep penebusan lebih
merupakan dogma yang diajarkan secara konsisten oleh Rasul Paulus, yang cukup kontras
dengan apa yang telah diajarkan secara konsisten oleh Yesus selama hidupnya.
Sedangkan soal korban yang identik dengan konsep penebusan, Yesus sendiri telah
mengatakan, "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan..."
[Matius 9:13]
Perhatikan bahwa maksud persembahan disini adalah sacrifice/kurban, yang mana paralel
dengan Hosea 6:6, "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan,
dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran."
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 11
Umat manusia tidak pernah harus ditebus melalui korban persembahan siapapun, karena
pengampunan dosa sudah tersedia dari Tuhan, notabene disebut sebagai Pertobatan dan
Pengampunan. Seperti yang selalu diajarkan Yesus dalam doa: "...dan ampunilah kami
akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada
kami..."
"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan
mengampuni kamu juga.
Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni
kesalahanmu." [Matius 6:14-15]
Kesimpulan
Setelah saya mengetahui secara lebih jelas ajaran-ajaran dari Yesus, saya dapat menarik
beberapa benang merah:
1. Yesus mengajarkan bahwa umat manusia lemah, bukan terkutuk dosa asal
(berdosa sejak lahir). "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." [Matius 26:41]
2. Yesus menyatakan sendiri bahwa Dirinya diutus untuk mewartakan kebenaran,
Injil Kerajaan Allah, bukan untuk disalib dan dikurbankan untuk menebus dosa
umat manusia.
3. Yesus mengajarkan pengampunan bukan penebusan, dan belas kasih bukan
persembahan/kurban.
Saya mengerti jika apa yang saya temukan dan telah saya kemukakan diatas mungkin
belum dapat diterima oleh sebagian orang. Berbagai bentuk penolakan telah saya alami,
dari 'nasihat' halus sampai debat kusir di internet yang hanya berusaha menyudutkan
pribadi saya dengan cerca dan cacian bahkan fitnah daripada berusaha meneliti substansi
telaah yang telah saya buat. Tapi semua itu saya maklumi sebagai bagian dari proses,
seperti berbagai bentuk penolakan yang dialami Copernicus karena mengemukakan teori
heliosentris, yang bertentangan dengan teori geosentris yang saat itu menjadi kepercayaan
Gereja dan umat pada umumnya.
Saya tidak tertutup pada apapun, dan saya berterima kasih jika ada yang sudi memberikan
tanggapan, koreksi dan masukan yang membangun untuk kajian ini.
Sumber:
– Alkitab LAI
– Holy Bible New King James Version
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 12
Yang Dunia Butuhkan
Oleh: Daniel
Coba perhatikan sekitar kita.. wabah penyakit, bencana alam (gempa, longsor), dampak
perubahan cuaca, kemiskinan, kelaparan, dll.
Mau sampai kapan kita terus mengurung kerangka berpikir kita pada hal-hal insignifikan
seperti meributkan simbol-simbol keagamaan, mempertentangkan doktrin-doktrin usang,
mengagung-agungkan kitab suci kuno sebagai yang paling benar, meributkan presiden
harus muslim atau kristen, meributkan berbagai ritual jaman purba yang telah banyak
mengakibatkan korban nyawa manusia dan segala macam hal lainnya yang sering
diributkan oleh orang-orang yang ngakunya ingin "menegakkan akidah agamanya"
masing-masing... tapi tak memperdulikan sekitarnya!???
Apalah artinya beragama? Sekedar untuk gagah-gagahan? "Hey, saya ini
(muslim/kristen/buddha,dll) lho!" atau merasa bangga bisa menjalankan ritual-ritualnya?
Rajin ke rumah ibadah? Atau bisa menjelek-jelekkan agama lain dalam setiap kotbah atau
mimbar untuk kepuasan pribadi atau dalih mengkoreksi ajaran agama lain yang salah?
Memang mudah sekali mencari-cari kesalahan dalam agama lain, tapi sudahkah kita
mencari kesalahan-kesalahan dalam agama kita sendiri??? Beranikah kita menerima dan
terbuka terhadap kebenaran jika ditemukan bahwa ternyata agama kita juga ada
salahnya???
Mana yang lebih penting? "Presiden yang muslim atau kristen", atau "Presiden yang
PEDULI terhadap bangsa secara keseluruhan" ??
Mana yang lebih indah? "orang-orang yang menonjolkan agamanya sendiri, menganggap
kelompoknya paling benar", atau "orang-orang yang menonjolkan toleransi, menganggap
umat manusia adalah keluarga" ??
Mana yang lebih baik? "orang-orang 'beragama' yang berjuang untuk
menjatuhkan/memerangi agama-agama lain yang dianggap kafir", atau "orang-orang yang
berjuang untuk mempersatukan kesamaan-kesamaan dan mengharmoniskan perbedaan-
perbedaan dalam agama-agama" ??
Point saya, stop. Hentikan. Tak usah kita bicara soal agama, apalagi soal Tuhan kalau kita
hanya melulu melihat dunia dengan sebelah mata, masih merasa diri/agama/Tuhannya
paling benar, membenci manusia/kelompok lain yang dianggap sebagai musuh, dll.
Dunia tidak butuh orang-orang religius fanatik yang tujuan utamanya membela institusi
dan menjunjung tinggi kelompok agamanya sendiri.
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 13
Dunia tidak butuh "katak-katak dalam tempurung" yang memelihara ketakutan terhadap
perubahan.
Dunia tidak butuh orang-orang picik yang selalu mengobarkan semangat memerangi
orang lain yang tidak seagamanya.
Tapi yang dunia butuhkan untuk saat ini dan masa depan adalah manusia-manusia yang
mampu membuahkan solusi-solusi global bagi alam dan kemanusiaan secara keseluruhan
untuk mewujudkan perdamaian dan cinta kasih yang sesungguhnya.
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 14
Neraka
Oleh: Daniel
Tanggal: 2/04/04
Doktrin agama yang mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan neraka untuk menghukum
atau menyiksa jiwa-jiwa manusia ataupun malaikat yang berdosa menurut saya pribadi
merupakan doktrin yang absurd. Analogi saya begini, seorang ayah tidak akan tega
melihat anaknya menderita, tersiksa, apalagi melakukan penyiksaan, betapapun dia telah
melakukan kesalahan. Jika seorang ayah di dunia saja tidak mau menyiksa anaknya
sendiri, apalagi Bapa yang ada di surga yang MAHA pengasih lagi penyayang??
Jaman dulu banyak orang (dan orang tua) beralasan bahwa kalau anak bersalah harus
dipukul, dimarahi, dsb, karena itu menunjukkan tanda kasih sayang. Pembenaran
terhadap Neraka memiliki landasan pola pikir yang serupa, jika manusia berdosa, maka
harus dihukum. Tapi saya tidak dapat menerima alasan/pembenaran seperti itu. Menurut
saya adalah sangat keliru jika cinta kasih dicampuradukkan dengan berbagai perbuatan
jahat/kejam berupa kekerasan fisik, ledakan emosi amarah, dan lain-lain.
"...sebab Allah adalah kasih." [1Yoh. 4:8]
dan
"Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia..." [Roma 13:10]
"Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?"
[Yakobus 3:11]
Jadi, apakah TUHAN, yang "adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan
berlimpah kasih setia" [Mazmur 103:8] juga sekaligus tega berbuat jahat dengan
menyiksa anak-anakNya yang tidak menurut kehendakNya dengan mencemplungkan ke
neraka selama-lamanya?
Bahkan absurditas tersebut tampaknya juga sudah dirasakan oleh Paus Yohanes Paulus II,
sehingga beliau di tahun 90an merasa perlu "mengkoreksi pemahaman" jemaat soal
neraka. Sri Paus menjelaskan bahwa berbagai penggambaran tentang neraka dalam Kitab
Suci perlu diinterpretasi secara lebih tepat. Neraka bukan sekedar sebuah tempat, tapi
neraka menunjukkan KEADAAN manusia yang dengan kesadaran penuh memisahkan
diri dari Tuhan. Neraka bukan bentuk hukuman abadi oleh Tuhan, melainkan kondisi
yang dihasilkan dari sikap-sikap dan tindakan yang diperbuat orang dalam hidupnya.
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 15
Neraka bukan ciptaan Tuhan, melainkan ciptaan manusia sendiri... (L'Osservatore
Romano 4 Agustus 1999)
Kepercayaan neraka memang telah memiliki peran penting dalam "menjinakkan"
peradaban manusia barbar di masa lalu.. Tujuan doktrin tersebut mengutamakan manusia
agar TAKUT akan Tuhan. Tapi di masa sekarang sudah tampak tidak relevan dengan sifat
Kasih Ilahi yang semakin terungkap dalam segala sendi kehidupan manusia yang
mendambakan cinta kasih dan perdamaian.
Orang yang mengasihi Tuhan, tidak perlu takut akan Tuhan. Seorang anak mengasihi
ayah kandungnya bukan karena takut kepadanya, tapi karena semata-mata sang anak
mengasihi ayahnya, sebagaimana sang ayah telah begitu mengasihi anak-anaknya.
Begitu pula Tuhan, yang telah mengasihi anak-anakNya. Sudah waktunya kita menyadari
kasih karunia dari Tuhan dan mengalirkannya kepada sesama manusia, saudara-saudari
kita, tanpa pamrih.
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 16
A child of God
i am a child of God
He is my Father
His fragment dwells within me
nurturing me as i grow
showing me the way
of everlasting truth, beauty, and goodness
i am a child of God
you are my brother and sister
as i see Him within me
i see Him within you
so to love Him is to love you
as our Father loves each one of us
i am a child of God
i have come to realise
that each of us is unique and independent
yet we are not separate
in the fatherhood of God
and the brotherhood of man
(Daniel V. Kaunang)
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 17
Deklarasi Etika Global
Oleh: Daniel
Tanggal: 12/23/03
"Akan ada damai di bumi ketika ada damai di antara agama-agama dunia."
"Tidak ada perdamaian dunia tanpa adanya perdamaian di antara agama-agama;
tidak ada damai diantara agama-agama tanpa adanya dialog antar agama."
Dari buku "Global Responsibility" oleh Hans Kung, teologian
Deklarasi berikut ini dipersiapkan melalui perundingan selama dua tahun oleh sekitar 200
sarjana yang mewakili banyak agama di dunia. Kemudian pada tgl 4 September 1993
ditunjukkan pada Parlemen Agama-Agama Dunia yang diselenggarakan di Chicago, IL.
Deklarasi tersebut, ditambah dengan Prinsip Etika Global, ditandatangani oleh 143
pemuka dan tokoh agama seluruh dunia, termasuk Baha'i World Faith, Brahmanisme,
Brahma Kumaris, Buddhisme, Kristen, Hindu, Indigenous, Interfaith, Islam, Jainisme,
Judaisme, Native American, Neo-Pagan, Sikhisme, Taoisme, Theosophist, Unitarian
Universalist dan Zoroastrian. Lalu Konsili untuk Parlemen Agama-agama Dunia
mengajukan kepada dunia sebagai pernyataan awal mengenai aturan hidup yang dapat
disetujui oleh seluruh agama-agama dunia.
Menuju Etika Global (Deklarasi Pertama)
Dunia sedang berada dalam penderitaan. Penderitaan yang begitu dalam dan genting
sehingga kami terdorong untuk menyebutkan berbagai manifestasinya agar kedalaman
rasa sakit ini dapat diperjelas.
Damai mengelak dari kita... planet ini sedang dihancurkan... sesama hidup dalam
ketakutan... perempuan dan laki-laki saling terasingkan... anak-anak mati!
Ini sungguh menyedihkan!
Kami mengutuk perusakan terhadap ekosistem-ekosistem bumi.
Kami mengutuk kemiskinan yang mencekik potensi kehidupan; kelaparan yang
melemahkan tubuh manusia, jenjang perbedaan ekonomi yang mengancam kejatuhan
banyak keluarga.
Kami mengutuk kekacauan sosial bangsa-bangsa; ketidakpedulian terhadap keadilan yang
mendorong warga ke pinggiran; anarkisme yang marak di masyarakat; dan kematian
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 18
anak-anak dari kekerasan. Secara khusus kami mengutuk agresi dan kebencian dalam
nama agama.
Namun penderitaan ini tidak perlu terjadi.
Hal ini tidak perlu terjadi karena landasan untuk suatu etika sudah ada. Etika ini
menawarkan kemungkinan akan terciptanya individu dan tatanan global yang lebih baik,
dan membawa jauh individu-individu dari keputus-asaan, dan menjauhkan masyarakat
dari kekacauan.
Kami adalah perempuan dan laki-laki yang telah memeluk ajaran dan praktik-praktik
agama-agama dunia.
Kami menegaskan bahwa ada norma yang mutlak dan tidak dapat disanggah bagi seluruh
area kehidupan, untuk para keluarga dan masyarakat, untuk ras-ras, bangsa-bangsa, dan
agama-agama. Sejak lama telah ada garis pedoman bagi perilaku manusia yang
ditemukan dalam ajaran-ajaran agama di dunia dan yang merupakan syarat untuk tatanan
dunia yang baik.
Kami menyatakan:
Kami saling bergantung. Masing-masing bergantung pada kesejahteraan keseluruhan, dan
dengan demikian kami memiliki rasa hormat terhadap masyarakat, terhadap penduduk,
binatang, dan tumbuhan, dan untuk pemeliharaan Bumi, udara, air dan tanah.
Kami memegang tanggung-jawab individual untuk semua yang kami lakukan. Seluruh
keputusan kami, tindakan, dan kegagalan bertindak memiliki akibat-akibatnya.
Kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana kita menghendaki orang lain
memperlakukan kita. Kami membuat komitmen untuk menghargai hidup dan martabat,
individualitas dan perbedaan, agar supaya setiap orang diperlakukan secara manusiawi
tanpa pengecualian. Kita harus memiliki kesabaran dan sikap menerima. Kita harus
mampu memaafkan, belajar dari masa lalu tapi tak pernah membolehkan diri kita
diperbudak oleh ingatan-ingatan kebencian. Membuka hati kita kepada sesama, kita harus
membenamkan perbedaan-perbedaan sempit diantara kita untuk ke arah masyarakat
dunia, mempraktekkan budaya solidaritas dan kebersamaan.
Kami menganggap umat manusia sebuah keluarga. Kita harus berusaha menjadi baik dan
murah hati. Kita tidak boleh hidup hanya untuk diri kita sendiri saja, tapi juga perlu
melayani sesama, jangan pernah lupakan anak-anak, para lanjut usia, para fakir miskin,
para penderita, para cacat, para pengungsi dan yang kesepian. Tidak seorangpun yang
harus dianggap atau diperlakukan sebagai warga kelas-dua, atau dieksploitasi dalam cara
apapun. Harus ada kesetaraan dalam persekutuan antara laki-laki dan perempuan. Kita
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 19
jangan melakukan pelanggaran seksual. Kita harus menaruh kebelakang kita segala
bentuk penguasaan atau penyalah-gunaan.
Kami berkomitmen pada kebudayaan non-kekerasan, kehormatan, keadilan, dan
kedamaian. Kita tidak akan menindas, melukai, menyiksa, atau membunuh sesama
manusia lain, meninggalkan kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan perselisihan.
Kita harus berupaya bagi tatanan ekonomi dan sosial yang adil, yang mana setiap orang
memiliki kesempatan sama untuk mencapai potensi penuh sebagai mahluk hidup. Kita
harus berbicara dan bertindak yang sesungguhnya dan dengan kasih sayang, berurusan
secara adil dengan semua orang, dan menghindari prasangka dan kebencian. Kita tidak
boleh mencuri. Kita harus melangkah melewati dominasi ketamakan akan kekuasaan,
gengsi, uang, konsumsi untuk menciptakan dunia yang damai dan adil.
Dunia tidak dapat diubah menjadi lebih baik kecuali kesadaran para individu diubah
terlebih dahulu. Kami berjanji untuk meningkatkan kesadaran kami dengan
mendisiplinkan pikiran, dengan meditasi, dengan doa, atau dengan pikiran positif. Tanpa
resiko dan kesiapan untuk berkorban tidak akan ada perubahan yang fundamental dalam
situasi kita. Oleh karena itu kami berkomitmen untuk etika global ini, untuk saling
memahami, dan untuk jalan hidup yang secara sosial bermanfaat, cinta damai, dan ramah
terhadap alam.
Kami mengundang semua orang, siapapun, beragama maupun tidak untuk melakukan hal
yang sama.
Referensi
Joel Beversluis, Ed, "A SourceBook for Earth's Community of Religions", CoNexus
Press, Grand Rapids, MI & Global Eductional Associates, New York, NY, (1995), P. 131
- 138.
Petikan-petikan dari
“Prinsip-prinsip Etika Global”
Beberapa petikan yang merujuk perihal toleransi beragama.
• Mukadimah/Preamble
“... Dari waktu ke waktu kita melihat para pemimpin dan jemaat agama-agama
mendorong agresi, fanatisme, kebencian dan xenophobia (ketidaksukaan pada yang
serba asing) – bahkan mengilhamkan dan melegitimasi kekerasan dan konflik-konflik
berdarah. Agama seringkali disalahgunakan demi mencapai tujuan-tujuan kekuasaan-
politik, termasuk perang.”
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 20
• Tuntutan mendasar: setiap manusia harus diperlakukan secara manusiawi
“...Tentu saja, agama-agama dapat dipercaya hanya ketika mereka melenyapkan
berbagai konflik yang muncul dari agama-agama itu sendiri, membongkar
kecongkakan kelompok, kecurigaan, prasangka, dan bahkan sikap dan kesan
bermusuhan. Dengan demikian menunjukkan hormat pada tradisi, tempat-tempat suci,
perayaan dan ritual orang-orang yang berbeda keyakinan...”
• Direktif mutlak: Komitmen pada budaya non-kekerasan dan menghargai hidup
“... Setiap masyarakat, setiap bangsa, setiap agama harus menunjukkan toleransi dan
rasa hormat –apresiasi tinggi yang sungguh-sungguh– terhadap setiap yang lain.
Minoritas perlu dilindungi dan didukung, apakah itu ras, etnis atau keagamaan...”
• Direktif mutlak: Komitmen terhadap budaya toleransi dan kejujuran
“...di seluruh dunia, kami tak habis-habisnya menemukan kebohongan dan
ketidakjujuran, penipuan, kemunafikan, faham sempit dan penghasutan... Para wakil
agama-agama yang menolak dan tidak menghargai agama-agama lain dan yang
mengajarkan/mengkotbahkan fanatisme dan intoleransi daripada hormat dan
pengertian... Tidak satupun perempuan atau laki-laki, institusi, negara atau lembaga
agama atau komunitas religius yang berhak berbicara kebohongan kepada orang lain....
Terutama wakil agama ketika mereka menggerakkan prasangka, kebencian dan
permusuhan terhadap orang-orang yang berlainan kepercayaan, atau bahkan menghasut
atau melegitimasi perang agama, mereka pantas mendapatkan penghukuman dan
kehilangan para pengikutnya.”
• Direktif mutlak: Komitmen terhadap budaya kesetaraan hak dan kemitraan antara laki-
laki dan perempuan.
“... Kami memiliki tugas untuk melawan dominasi jenis kelamin satu terhadap lainnya
yang diajarkan –bahkan dalam nama agama...”
Referensi
Joel Beversluis, Ed, "A SourceBook for Earth's Community of Religions", CoNexus
Press, Grand Rapids, MI & Global Educational Associates, New York, NY, (1995), P.
131 - 138.
Hans Küng, "Explanatory remarks concerning a 'Declaration of the Religions for a Global
Ethic.' " Termasuk di dalam esei adalah deklarasi. Lihat :
http://astro.ocis.temple.edu/~dialogue/Antho/kung.htm
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 21
Pemahaman Agama
Oleh: Nugroho
Tanggal: 12/11/03
Saya amati sebetulnya pemahaman agama itu ada beberapa tingkatan.
Ada yang masih level dasar, di level agama LOKAL, yang menganggap right or wrong is
my religion. Semua orang lain kafir dan masuk neraka. Mereka tidak memperhitungkan
bangsa lain, atau penduduk planet lain, kalau ada.
Berputar-putar dalam perdebatan ritual-ritual dan tradisi-akidah yang sudah berabad-abad
membeku dalam tulisan para ulama, ribuan tahun yang lalu.
Mengucapkan salam selalu harus pakai kata-kata "syaloom". Saking konyolnya, sehingga
perdebatan tatacara puasa jika dimuat di harian Pos Kota pun akan sangat menggelikan.
Pertanyaannya di Pos Kota bunyinya akan seperti ini
"Kalau puasa, boleh sikat gigi atau tidak?"
Ada yang di level agama GLOBAL, yang menganggap humanity dan mother Earth adalah
yang terpenting. bagi yang di level ini, menyanyikan "imagine there is no religion" and
"we are the children (of the world)" Mereka sibuk membuat dialog antar agama, mungkin
ingin menyusun sebuah agama baru, lintas-agama.
Atau ingin mereformasi agamanya meniru agama orang lain. Debat salah benar ajaran
menjadi amat kritis, ketika proses tukar-menukar paham dilakukan.
Ada yang sampai di level UNIVERSAL, yang memandang ke alam semesta dan
menganggap bahwa dirinya adalah bagian integral dari kosmos yang utuh.
Mereka memandang ke langit, dan menganggap diri mereka sebagai bagian dari keluarga
dan peradaban jutaan bintang-bintang yang bertaburan di sana.
Agama mereka melampaui batas ruang dan waktu. Mereka memandang keilahian dan
Tuhan adalah tujuan hidup mereka, seperti para sufi yang paham bahwa cintakasih adalah
nilai tertinggi semesta, dan dari mulut mereka bahkan mengaku "anal haq..."
Kalau Anda merasa masih berada di level lokal, maka cukup ikutilah milis-milis agama
Anda yang restricted, moderated, dan penuh slogan-slogan.
Hasil yang Anda dapat adalah tambahan pengetahuan tatacara ritual plus "iman" agar
Anda lebih fanatik menjalankan ritual-ritual itu semua. Tapi awas, terlalu over
indoktrinasi di level satu akan membuat Anda menjadi seperti Amrozi. Kalau Anda ikut
milis Islam kristen Anda pasti akan marah-marah terus dan berniat membunuh musuh
diskusi Anda.
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 22
Jika Anda berani diskusi di milis Islam kristen, proletar, apakabar, atau di milis hindu,
dan pendapat Anda bisa diterima orang lain, maka Anda mungkin masuk level kedua,
agama global. Anda akan belajar banyak hal yang Anda tidak tahu, penjelasan yang lebih
masuk akal tentang berbagai ritual, dsb.
Anda sadar bahwa umat manusia ini agamanya bermacam-macam. Iman Anda pada
Tuhan yang disembah bersama akan makin diperkuat (asal tidak kalah debat
melawan penganut atheis lalu murtad jadi atheis... he he he). Memang problem utama di
level ini adalah jika orang atheis ikutan, bisa kacau diskusinya... Problem lain jika over
fanatik di level ini akan menjadi amat sekuler dan humanis, tidak percaya ajaran kitab
suci manapun, dan hanya percaya pada logika manusia, mungkin juga jadi atheis.
Namun Tuhan itu faktanya adalah pencipta alam semesta, bukan sekedar tanah Palestina
atau Bumi ini saja. Semestinya kita sampai pada level ketiga, level universal, karena di
situlah Tuhan itu ada. Di diskusi level ini, tidak ada lagi yang mudah tersinggung. Semua
merasakan kesamaan dalam roh, dan persaudaraan semesta. Serangan kelompok atheis
juga dihadapi dengan santai saja, dan dibalas dengan argumen yang lebih kuat.
Problemnya, terlalu over di level ini membuat kita tidak membumi, dan jadi manusia suci
atau sufi yang aneh.
Seperti sekolah, semua manusia tidak bisa loncat langsung masuk kelas tiga.
Semua, Anda dan saya, terlebih dahulu harus paham level satu, kemudian dua.
Kalau sudah paham di level itu, dan masih ada pertanyaan yang tidak terjawab, maka
dengan sendirinya kita ingin naik kelas. Jawaban pertanyaan kita ada di kelas yang lebih
tinggi. Kita ikuti dulu semua ritual dan akidah di level satu. Kemudian jika ulama kita
tidak bisa menjelaskan asal usul suatu tradisi, maka kita coba dengar pendapat agama lain
di level dua.
Kalau kita sudah tukar pendapat dengan agama lain dan masih juga tidak terjawab, maka
berarti jawabannya ada di level tiga. Kalau itu juga masih tidak terjawab juga, berarti kita
mesti tunggu karir berikutnya di alam yang lebih tinggi, setelah meninggal. Setelah
perjalanan panjang, kita akhirnya akan bertemu Tuhan. Terjawabkah semua pertanyaan?
Mungkin ya, mungkin juga tidak, karena buktinya sekarang ini evolusi alam semesta juga
belum selesai.
Lagipula, kalau kita bisa menjawab semua pertanyaan, berarti kita sama dengan Tuhan,
dong? Itu tidak mungkin. Tuhan lebih dari pemahaman seluruh makhluk dan alam
semesta digabung jadi satu. Disainer punya alternatif tidak terbatas. Dia yang
menciptakan sistem semesta ini pasti jauh lebih dari ciptaannya sendiri.
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 23
Mengapa Kita Perlu Berdoa ?
Oleh: Daniel
Tanggal: 11/21/03
Doa adalah jalan terbaik dalam berhubungan dengan Tuhan. Namun doa yang baik
bukanlah untuk memohon agar jalan bagi kita dibukakan, melainkan untuk mencari jalan
yang Tuhan kehendaki. Doa merupakan aktifitas yang sangat baik dalam membangun
kepercayaan berkomunikasi dengan Pencipta dan membantu dalam segala aspek hidup
keseharian kita.
Berdoa menggali saluran yang lebih dalam agar kehadiran Tuhan berdiam di dalam diri
kita. Setiap doa-doa kita telah dijawab. Akan tetapi jika jawaban pada doa-doa kita
ditunda, itu dapat dikarenakan alam semesta punya jawaban lebih baik di sepanjang jalan
kehidupan Anda. Tuhan menjawab seluruh doa-doa kita dengan membuka tingkap-
tingkap rahasia kebenaran secara bertahap. Dengan demikian doa merupakan pendorong
pertumbuhan spiritual Anda yang paling manjur.
Ada beberapa kondisi/prasyarat yang perlu diperhatikan agar doa menjadi efektif:
1. Anda harus tegar menghadapi berbagai realitas problema hidup secara tulus dan teguh
hati. Anda harus memiliki stamina / kegigihan.
2. Anda sudah benar-benar menguras tenaga dalam batasan kapasitas manusiawi. Anda
harus telah bekerja sekuat tenaga.
3. Anda harus melepaskan segala keinginan dari pikiran dan segala idaman dari jiwa bagi
transformasi pertumbuhan spiritual. Anda telah mengalami perluasan arti dan
peningkatan nilai-nilai hidup.
4. Anda harus memilih kehendak Ilahi dengan sepenuh hati.
5. Anda tidak hanya mengenal kehendak Bapa dan memilih untuk melaksanakannya, tapi
Anda juga telah menjalankan konsekrasi total serta dedikasi yang dinamis dalam
melakukan kehendak Bapa secara sungguh-sungguh.
6. Doa Anda ditujukan secara khusus untuk mencapai kebijakan ilahi (divine wisdom)
yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai problematika hidup manusia,
mencapai kesempurnaan ilahi.
Bahan bacaan :
The Urantia Book, Paper 91 – The Evolution of Prayer, 9. Conditions of Effective Prayer,
p.1002
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 24
Sekte & Cult
Oleh: Daniel
Tanggal: 11/09/03
Sekte maupun cult merupakan hasil dari dorongan sifat manusia yang alami untuk
berkelompok dan bersosialisasi berdasarkan suatu pemahaman yang diakui secara
kolektif. Namun dalam perkembangannya, terbentuk sekte-sekte yang menerapkan hirarki
otoriter, bahkan mengandung ajaran-ajaran yang dinilai cukup destruktif terhadap pola
pikir dan mentalitas anggotanya.
Tulisan ini mencoba menjabarkan secara ringkas apa yang dimaksud dengan sekte dan
cult, ciri-ciri kelompok yang bersifat merusak fisik, mental maupun psikologis, serta
beberapa tips yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan atau menilai suatu
kelompok.
Sekte adalah suatu golongan yang memiliki paham, cara hidup dan doktrin yang dapat
dibedakan dari yang lain. Pada dasarnya hampir semua agama intelektual merupakan
sekte (atau cult), atau setidaknya berangkat dari sekte baru atau denominasi pecahan dari
yang sudah ada.
Cult, atau kultus, adalah kelompok yang memiliki suatu bentuk pemujaan, penghormatan
(seringkali yang berlebihan) terhadap tokoh (tunggal maupun jamak), badan organisasi
atau hirarki tertentu, atau hal lainnya. Cult dapat dikategorikan kedalam berbagai aspek
antara lain kelompok religius agama, kelompok terapi, partai politik, kelompok bisnis
komersil, gerakan zaman baru, dan kelompok penyalahguna ritual. Walaupun kelompok
otomotif mania atau kelompok pemuja film tertentu bisa disebut cult, sisi negatif
pemahaman istilah cult digunakan terhadap sekte keagamaan/bisnis/politik yang dinilai
eksklusif, sektarian, berahasia (occult), dan destruktif.
Ciri-ciri utama cult yang destruktif antara lain:
1. Pengendalian Pikiran (Mind Control). Memanipulasi dengan menggunakan teknik
bujukan/rayuan, atau teknik-teknik pengubah perilaku lainnya yang dilakukan tanpa
sepengetahuan dan persetujuan korban. Faktor "Rasa Takut" sering digunakan untuk
mengendalikan dan mempertahankan kesetiaan pengikut, dengan ragam ancaman
halus seperti, kalau murtad tidak akan selamat, kalau keluar dari kelompok, akibatnya
akan jauh lebih parah daripada sebelum masuk, dan sejenis lainnya.
2. Kepemimpinan Karismatik dan atau Otoritarian. Mengklaim diri pemimpin kelompok
sebagai tuhan/dewa, atau klaim memiliki pengetahuan khusus dan memiliki kekuasaan
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 25
dan hak-hak istimewa serta menuntut kesetiaan dan kepatuhan yang tidak boleh
dipertanyakan.
3. Tipu Muslihat. Merekrut dan menggalang dana dengan tujuan rahasia dan tanpa
mengungkapkan penggunaan teknik pengendalian pikiran.
4. Eksklusifitas. Suka merahasiakan, mengelakkan atau mengaburkan hal-hal tertentu
yang berkaitan dengan aktifitas dan kepercayaan yang dianut.
5. Pengasingan. Memberi jarak atau memisahkan diri dari keluarga, rekan atau
masyarakat, terjadi perubahan nilai-nilai dan karakter, serta menjadikan cult yang
diikuti sebagai "keluarga" baru.
6. Eksploitasi. Dapat berbentuk finansial, fisikal, atau psikologis. Tekanan untuk
memberi uang (donasi, iuran, dll), menghabiskan waktu atau uang untuk berbagai
pelatihan, atau memberi secara berlebihan untuk proyek tertentu, atau melakukan
aktifitas seksual yang tidak pantas, bahkan penyiksaan anak.
7. Pandangan Totalitarian terhadap dunia (pengkotak-kotakan, sindrom Kita-mereka).
Mengakibatkan pola pikir "diluar kelompok kami adalah kafir", ketergantungan pada
kelompok, mengutamakan tujuan-tujuan kelompok diatas individu, dan menyetujui
sikap-perilaku tidak etis sambil mengklaim benar.
Jika seseorang ingin memutuskan untuk bergabung ke dalam suatu kelompok keagamaan
tertentu, setidaknya terlebih dahulu harus meninjau dengan seksama apa saja yang
diajarkan. Berikut ini beberapa hal relevan yang dapat dipertimbangkan/dipertanyakan
ketika menilai/mengevaluasi suatu denominasi atau sekte (sumber dari Sects - Knowledge
Protects! An informational brochure from the- Austrian Ministry for Environment, Youth
and Family).
1. Apakah dunia sedang menuju kepada suatu jenis malapetaka (mis. kiamat, akhir
jaman), dan hanya kelompok tersebut yang tahu bagaimana mencapai selamat?
2. Apakah kelompok tersebut memiliki resep manjur untuk menanggulangi segala
masalah? Apakah ajaran-ajaran kelompok tersebut dijabarkan sebagai suatu bentuk
sains?
3. Apakah pandangan yang diberikan terhadap dunia terasa simpel dan sederhana, dan
apakah hal tsb menjelaskan tiap problema?
4. Apakah ada ketergantungan yang kuat pada figur/sosok karismatik pemimpin (master /
guru / bapa / ibu) atau pada hirarki otoritas?
5. Apakah pemikiran dibatasi dalam koridor "hitam putih"?
6. Apakah ada kajian sains atau pemikiran rasional yang ditolak?
7. Apakah kurang/tidak diperbolehkan bersikap kritis dalam komunitasnya?
8. Apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tampak dihindari, dielakkan dengan
beragam alasan atau apakah jawabannya tampak diulur, ditunda?
9. Apakah ada buku-buku dan laporan berita surat kabar yang ditolak atau diabaikan oleh
kelompok yang bersangkutan? Apakah kritik dan penolakan dari pihak luar dianggap
bukti bahwa kelompok itu benar?
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 26
10.Apakah ada ke-kurang-terbukaan atau kurangnya transparansi sehubungan dengan
permintaan finansial yang dikenakan pada anggotanya?
11.Apakah jadwal pertemuan dibatasi/terisolasi, atau terbatas hanya boleh menggunakan
buku atau film tertentu saja, atau melarang berhubungan dengan teman atau kerabat?
12.Apakah anggota dituntut/dipaksa untuk mengungkapkan detil kehidupan pribadi
mereka?
13.Apakah calon anggota menerima isyarat akan adanya suatu "ajaran rahasia" ? Dengan
pengertian, "ajaran rahasia" tersebut tidak boleh diungkapkan pada dunia diluar
kelompok.
14.Apakah sering terjadi konflik didalam lingkungan kelompok, seperti konflik antara
eks-anggota dengan anggota yang sekarang? Apakah ada konflik legal dengan
pemerintah?
15.Apakah salah satu tujuan tertingginya adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
lebih banyak bagi kelompok itu sendiri?
16.Apakah ada keharusan/tekanan untuk merekrut calon anggota baru yang lain?
Umumnya pada suatu kelompok tidak akan memiliki seluruh kriteria diatas. Namun perlu
dipertimbangkan agar berhati-hati apabila sebagian dari pertanyaan-pertanyaan diatas
dijawab dengan "Ya".
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 27
Berbeda Tanpa Konflik
Oleh : Khamami Zada
Tanggal: 11/06/03
Konflik global antarumat manusia yang terjadi dalam satu abad ini telah menyadarkan
kita, betapa umat manusia telah hidup dalam permusuhan dan pertikaian. Selalu saja, ada
konflik antarumat manusia di seluruh penjuru dunia. Agama adalah salah satu instrumen
konflik global yang terjadi di muka bumi. Perang Irak-Iran, Perang Arab-Israel, Perang
Teluk, Perang Afghanistan, dan terakhir Peristiwa 11 September dan Tragedi Bali adalah
bukti keterkaitan agama dengan konflik politik dunia global.
Kondisi demikian ini, semakin memperkuat solidaritas agama lintas teritorial (kawasan)
negara. Umat manusia benar-benar diikat oleh keyakinan agama untuk membela saudara-
saudara di negara lain, bukan lagi solidaritas kemanusiaan kaum tertindas. Sehingga
isunya bukan lagi isu politik (teritorial, ekonomi, atau budaya), melainkan sudah menjadi
isu agama. Inilah yang selama ini terjadi di negara-negara Muslim ketika terjadi benturan
dengan sesama Muslim, dan bahkan dengan dunia non-Muslim sejak berabad-abad yang
lalu. Konflik politik berubah menjadi konflik agama oleh karena agama digunakan
sebagai basis dukungan politik.
Fenomena ini menunjukkan betapa tata dunia yang damai belum menjadi kesadaran hidup
global antarumat beragama. Impian dunia yang damai seakan sirna oleh ego politik,
ekonomi, dan agama umat manusia. Di sinilah, agama kehilangan makna otentiknya
sebagai petunjuk jalan menuju kedamaian. Sebab, agama sekedar memperkuat makna
teologis yang ekslusif dan intoleran. Parahnya lagi, yang terjadi adalah radikalisasi umat
beragama, bukan kulturalisasi yang inklusif dan toleran.
Radikalisme Agama
Agama dalam sejarahnya selalu menjadi pijakan teologis umat manusia. Meskipun Karx
dan Nietzche berpandangan sinis terhadap agama, akan tetapi agama tidak pernah
kehabisan pengikut. Agama tidak pernah hilang ditelan modernisasi. Ini berbeda dengan
tradisi (adat) yang bisa musnah dimakan oleh arus deras laju modernisasi. Namun
demikian, agama sekarang ini mulai terdesak peranannya oleh rasionalitas manusia
modern, yang serba canggih.
Karena itulah, tantangan agama di masa modern adalah semakin berkurangnya peran
agama di dalam komunitas masyarakat modern. Pada gilirannya, fenomena ini
menjadikan pengikut agama mendefinisikan eksistensi agamanya untuk mensikapi
modernitas yang serba-rasional dan sekuler. Itu sebabnya, di dalam komunitas agama ada
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 28
yang frustasi dengan penyingkiran agama oleh proses modernisasi yang rasional dan
sekuler. Munculnya fundamentalisme dan radikalisasi agama adalah bagian dari
dialektika yang negatif antara agama dengan modernisasi. Hal ini tampak sekali dari
pengalaman umat Islam di beberapa kawasan dunia yang banyak melahirkan radikalisasi
akibat serangan bertubi-tubi Barat lewat demokrasi, HAM, dan isu gender ke negara-
negara Muslim. Tak pelak lagi, banyak bermunculan sikap penolakan terhadap konsep
modern Barat secara radikal akibat tidak tersedianya doktrin agama (Islam) yang eksplisit
tentang itu. Alih-alih konsep modern Barat justru mengkritik dan menyerang doktrin
agama yang berasal dari Tuhan. Inilah yang menjadikan umat beragama mengalami
proses radikalisasi terhadap agamanya dengan karakternya yang keras, agresif, dan
militan.
Secara psikologis, sikap radikal umat beragama seringkali merupakan ungkapan yang
tidak disadari dari chaos dan ketegangan dalam tubuh agama itu sendiri. Kecemasan
akibat tuntutan sekular yang sering tak terhindarkan, ketidakpastian dogmatik akibat
keragaman interpretasi, serta krisis identitas akibat persaingan sosio-kultural global yang
tajam, dan sebagainya mudah memantul secara terselubung dalam bentuk-bentuk
fanatisme dan kekerasan religius terhadap pemeluk agama lain. Yang dianggap musuh itu
bisa jadi sebenarnya hanyalah simbol-simbol dari kekacauan tanpa bentuk dalam diri
mereka sendiri.
Dengan demikian, radikalisasi adalah sikap ketidakberdayaan melawan pengaruh luar
yang begitu dahsyat tanpa bisa melakukan apresiasi konstruktif. Maka dari itu,
radikalisasi umat seringkali diekspresikan melalui sikap penolakan, pengkafiran, dan
kekerasan. Hal ini tentu saja menunjukkan betapa problem internal umat untuk
berinteraksi dengan kenyataan sosial tidak mampu diselesaikan dengan baik.
Pengalaman Umat Islam Indonesia
Indonesia adalah negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan dalam
percaturan politik di kawasan Asia Tenggara (Meski Islam di Asia Tenggara sering
disebut sebagai Islam periferal (Islam pinggiran), dalam kenyataannya perhatian Barat
terhadap dunia Islam tidak saja terfokus kepada wilayah Timur Tengah. Islam di Asia
Tenggara kini menjadi perhatian Barat setelah perkembangan Islam yang luar biasa di
Malaysia, Indonesia, dan Filiphina. Karena itu, Islam di Indonesia tidak bisa diabaikan
begitu saja dalam percaturan politik global dewasa ini.) memiliki peran yang sangat
strategis. Karena itu, Islam di Indonesia dewasa ini memiliki daya tarik yang luar biasa
bagi beberapa pengamat sejak lengsernya Orde Baru, dan bahkan sejak Tragedi 11
September Kelabu, yang telah menajamkan konflik Islam-Barat.
Kecenderungan ini sebenarnya lebih disebabkan oleh gejala bangkitnya gerakan Islam di
Indonesia yang semakin bercorak radikal. Secara internal, sikap gerakan Islam yang
memperjuangkan syariat Islam menjadi hukum negara dan secara eksternal, bersikap anti-
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 29
Barat (Amerika Serikat) melalui aksi protes, unjuk rasa, atau demontrasi, telah
menjadikan asumsi kelompok di luarnya menyebut sebagai gerakan radikal.
Semenjak kejatuhan Orde Baru, kelompok Islam radikal menemukan momentumnya
untuk melakukan akselerasi politik secara kultural (ormas Islam) dan struktural (partai
Islam). Peminggiran yang dilakukan rezim penguasa Orde Baru tampaknya menjadi spirit
untuk melakukan gerakan di saat yang tepat. Munculnya, FPI, Laskar Jihad Ahluusunah
Waljama'ah, Majelis Mujahidin, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, HAMMAS, dan lain
sebagainya, yang dirancang sebagai gerakan kultural dan maraknya pendirian partai-partai
Islam, seperti PUI (Partai Umat Islam), PKU (Partai Kebangkitan Umat), Partai Masyumi
Baru, PPP, PSII (Partai Syarikat Islam), PSII 1905 (Partai Syarikat Islam 1905), Masyumi
(Partai Politik Islam Masyumi), PBB, PK, PNU (Partai Nahdlatul Ummat) dan PP (Partai
Persatuan) sebagai gerakan struktural telah menjadi imaginasi bangkitnya Islam secara
lebih tegas.
Dua strategi gerakan ini menjadi penting ketika rezim yang berkuasa memberikan angin
kebebasan setelah lama gerakan Islam dipinggirkan secara politik oleh rezim Orde Baru.
Hasilnya, adalah partai-partai Islam (PPP dan PBB) memperjuangkan Piagam Jakarta
melalui jalur konstitusional demokrasi (parlemen), sedangkan ormas-ormas Islam radikal
memperjuangkan syariat Islam melalui jalur kultural; dakwah Islam dan aksi unjuk rasa,
baik ke parlemen maupun ke istana negara. Kolaborasi ini tampaknya menjadi kekuatan
untuk melakukan perubahan secara bertahap di dalam sistem sosial dan kenegaraan
bangsa Indonesia. Pada gilirannya, atribut, slogan, dan nama-nama Islam begitu ramai
diteriakan sebagai bagian dari pentas kekuatan dan pentas perjuangan.
Pergerakan Islam radikal memang sedang merambah ke wilayah-wilayah yang
berpenduduk mayoritas Muslim di seluruh dunia. Indonesia dan Malaysia, yang secara
statistik berpenduduk mayoritas Muslim telah mengalami gejala globalisasi Islam radikal.
(Secara lebih tegas Bassam Tibi menggunakan istilah fundamentalisme Islam, yang telah
menjadi fenomena global dalam politik dunia. Lihat Bassam Tibi, Ancaman
Fundamentalisme Rajutan Islam Politik dan Kekacauan Dunia Baru, (Yogyakarta: Tiara
Wacana,2000), hlm. 3.) Realitas ini dapat dilihat dari perkembangan kelompok Abu
Sayyaf pimpinan Abu Bakar Janjalani di Filiphina, Laskar Jihad dan Front Pembela Islam
(FPI), Hizbut Tahrir, Majelis Mujahidin, Ikhwanul Muslimin, dan lain sebagainya di
Indonesia, dan Kelompok Mujahidin Malaysia (KMM) sebuah organisasi di bawah
payung PAS di Malaysia. Mereka dianggap telah mengembangkan operasi selama
beberapa tahun terakhir, menghimpun dana, melatih milisi, materi dan pengalaman untuk
melawan Barat (Amerika Serikat), di samping memperjuangkan Islam secara radikal.
Karena itu, oleh media Barat, mereka sering disebut kelompok Islam fundamentalis.
Agama Tanpa Konflik
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 30
Berpijak pada realitas radikalisasi umat yang begitu kuat, maka sudah saatnya kita
berkewajiban mengembalikan pesan otentik agama sebagai wahyu yang kultural. Hal ini
dilakukan agar agama dapat diimplementasikan di dalam dunia yang selalu berubah.
Sebab, seringkali agama dimanipulasi untuk mengukuhkan eksistensinya dengan masa
lalu tanpa merespons secara kreatif dengan dunia modern. Padahal, agama yang tidak
mengikuti makna konstekstualnya akan kehilangan eksistensi dirinya yang akomodatif
terhadap perubahan. Bukanlah, agenda agama-agama sejak awal diwahyukan adalah
berdialog dengan problem sosial umat manusia? Karena itulah, mendialogkan agama
dengan problem-problem sosial adalah suatu keniscayaan, karena agama tidak lahir dari
ruang hampa. Ketika agama tidak disampaikan melalui budaya, ia akan memicu
munculnya ideologisasi "semu" terhadap agama, yakni sikap keberagamaan yang
berlebihan dan radikal. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak diajari untuk memahami,
tetapi meyakini agama. Agama hanya menjadi lambang eksistensi. Ia lahir bukan dari
sebuah refleksi kesadaran yang sesungguhnya, malainkan lebih merupakan upaya
penguatan status quo agama itu sendiri.
Dengan demikian, penghayatan umat terhadap agamanya adalah kunci pokok terjadinya
proses radikalisasi. Di sinilah urgensinya meng"kultural"kan agama dalam kehidupan
sosial umat manusia agar dapat memahami dan menyadari agamanya sebagai jalan
kultural menuju perdamaian. Jika agama hanya dijadikan instrumen politik, maka agama
akan dimanipulasi untuk kepentingan politik yang sifatnya sesaat. Akankah, agama yang
diturunkan oleh Tuhan sebagai jalan hidup manusia menjadi jalan kematian manusia?
Tentu saja tidak. Manusia ingin hidup bahagia, sejahtera dan damai. Maka, jalan yang
ditempuh dalam beragama bukan lagi jalan kekerasan yang merusak, tetapi jalan
kedamaian yang membahagiakan. Inilah sesungguhnya pesan otentik kepada umat
manusia. Karena itu, setiap perbedaan agama bukan menjadi masalah bagi kita sebagai
umat beragama, melainkan justru memperkaya pluralitas umat manusia.
Di tengah-tengah semakin kerasnya kehidupan umat manusia dengan tontonan konflik
dan perang yang melibatkan faktor agama, maka para pemuka agama memiliki peranan
penting untuk mengambil bagian dalam usaha perdamaian dunia. Mereka bisa tampil
sebagai suatu kekuatan untuk memformulasikan etika global yang diharapkan dapat
menunjang kelangsungan perdamaian dunia. Meminjam komentar Hans Kung,
cendekiawan asal Jerman, tidak akan ada suatu tatanan dunia (global system) yang sukses
jika tidak dilengkapi dengan etika dunia (global ethic). Komitmen inilah yang pernah
dilakukan para pemuka agama, ketika pada tahun 1993 untuk pertama kalinya dalam
sejarah agama-agama, 6500 anggota Majelis Parlemen Agama-agama Dunia bertemu di
Chicago, Amerika Serikat, untuk menciptakan Declaration Toward a Global Ethic,
deklarasi menuju tercapainya suatu etika global. (Alwi Shihab, Islam Inklusif, (Bandung:
Mizan, 1999)).
Deklarasi ini sama halnya dengan Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia yang dicanangkan
pada tahun 1776 di Amerika Serikat yang merupakan langkah awal menuju kehidupan
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 31
moral bangsa. Deklarasi etika global ini pun menandai awal dari usaha panjang untuk
mengorientasikan penduduk dunia menuju sikap saling pengertian, saling menghargai,
dan kerjasama. Deklarasi ini berupaya untuk memadukan serta memberi tekanan kepada
persamaan-persamaan yang terdapat dalam ajaran moral agama-agama dunia masa kini.
Oleh karena itu, diperlukan komitmen perdamaian untuk masa depan peradaban umat
manusia. Kampanye rekonsiliasi dan penghentian kekerasan menjadi bagian penting bagi
perdamaian dunia. Maka menjadi penting, jika etika global yang mencerminkan sikap
kerjasama, persahabatan dan perdamaian dapat diwujudkan di kawasan yang sedang
menghadapi konflik dan perang. Dengan spirit ini, baik dari pemuka agama maupun elite
politik internasional, konflik dapat segera diakhiri. Demi perdamaian sejati, seluruh
komponen masyarakat global ikut terlibat di dalamnya secara aktif.
Maka untuk sekarang ini sudah saatnya membangun perdamaian dunia dengan spirit
agama. Komitmen ini diharapkan dapat memberikan kontribusinya bagi proses sosialisasi
dan penyadaran hidup damai sekaligus untuk mempersempit ruang konflik agama di
dunia global. Kini, sudah saatnya hidup damai abadi; tidak ada lagi konflik dan perang
yang terjadi di muka bumi ini. Sejarah hidup umat manusia harus menjadi sejarah yang
damai tanpa konflik.
Dalam konteks ini, upaya yang paling memungkinkan bagi kita adalah mendefinisikan
kembali hidup toleran dan damai. Paradigma hidup toleran dimulai dari sikap
keberagamaan yang hanief, seperti yang menjadi ajaran Islam, bahwa hidup adalah untuk
kedamaian, bukan untuk kekerasan. Di dalam Islam, hubungan antara warga dalam suatu
komunitas diatur dengan prinsip kerjasama, toleransi, dan ajakan damai. Masyarakat
Madinah adalah bukti konkret betapa komunitas Islam hidup damai antar etnik (suku,
kabilah) dan agama.
Seperti pernah dikisahkan dalam suatu hadits, "Ketika datang rombongan Nasrani
Najran berjumlah lima belas orang yang dipimpin oleh Abu al-Harits, Rasulullah
berdialog dengan mereka dan mempersilahkan mereka untuk melakukan ibadah di
Masjid Nabawi, sedangkan Rasulullah beserta sahabat shalat di bagian lain". Bahkan,
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "dan sesungguhnya sebaik-baik agama di sisi
Allah adalah semangat pencarian kebenaran yang lapang (al-hanifiyah al-samhah)".
Pernyataan Nabi SAW ini memberikan dasar bagi terwujudnya masyarakat, bangsa dan
agama yang toleran. Sehingga, Islam dalam sejarahnya adalah agama toleran, inklusif,
dan damai.
Islam sesungguhnya tidak mengajarkan kekerasan dan kerusakan di muka bumi. Karena
Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semua alam). Islam tidak sekedar
menjadi rahmat bagi pengikutnya, tetapi lebih dari itu menjadi rahmat bagi pengikut
agama lain, umat lain, dan bahkan semua mahluk yang diciptakan Tuhan. Inilah yang
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 32
ditunjukkan oleh Muhammad SAW kepada semua umat sejak di Mekah sampai di
Madinah.
Karena itulah, seorang orientalis asal Perancis, Louis Gardet sampai menyebut model
masyarakat Islam klasik sebagai "masyarakat inklusif" (mujtama' munfatih). Yakni,
masyarakat yang tidak bersikap keras dan radikal terhadap komunitas lain (outsider
community). Dengan demikian, cita-cita ideal komunitas Islam benar-benar terwujud dan
menjadi referensi historis untuk melanjutkannya di masa sekarang.
Nabi-nabi sebelum Muhammad pun, seperti Musa (Yahudi) dan Isa (Kristen) selalu
mengajak cinta kasih kepada umatnya. Sehingga secara teologis, semua agama
mengajarkan kedamaian dan persaudaraan. Kesatuan transendental agama di dunia ini
adalah persaudaraan, perdamaian dan cinta kasih. Sebab, agama tidak mengajarkan
kekerasan dan kekacauan yang bertentangan dengan cita-cita kemanusiaan universal.
Dalam konteks inilah, kita sekarang ini sangat mendambakan bangsa yang toleran di
Indonesia demi masa depan kemanusiaan universal. Maka, dengan semangat agama yang
toleran, bangsa kita akan menjadi bangsa yang toleran. Cita-cita ini adalah gambaran asli
dari keberagamaan yang otentik di dalam komunitas masyarakat dan bangsa yang plural.
Ini dilakukan demi terciptanya komunitas plural yang toleran dan inklusif. Sekat-sekat
primordial-keagamaan tidak boleh lagi menghalangi pergaulan antar agama, karena inilah
tantangannya di dalam masyarakat plural.
Dengan pijakan agama yang jelas tentang hidup toleran, Indonesia sebagai bangsa yang
berpenduduk Muslim terbesar di dunia diharapkan dapat mewujudkan hidup secara damai
dan toleran. Keyakinan keagamaan yang tidak radikal akan mengantarkan pada kenyataan
positif untuk hidup bersanding dengan agama lain secara wajar. Hidup bersama tanpa
penghalang keyakinan, agama, dan identitas kelompok (etnis) akan menjadikan bangsa
kita sebagai bangsa yang terbuka.
Kesemuanya ini adalah cita-cita kita semuanya sebagai umat manusia, tanpa melihat
identitas etnik dan agamanya. Paradigma hidup toleran adalah tujuan kita sebagai bangsa
yang menjunjung harkat keberbedaan dan sedang menghadapi tantangan pluralitas yang
terkoyak.
Jakarta, 29 Agustus 2003
Khamami Zada.
(Koordinator Kajian dan Penelitian Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya
Manusia (PP Lakpesdam NU) dan penulis buku "Islam Radikal: Pergulatan Ormas-Ormas
Islam Garis Keras di Indonesia" (TERAJU:2002)
Sumber: Gpdi Maranatha
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 33
Poem of Conformity
Too many people hiding behind a brick wall
In the shadows of darkness
Afraid of the light…
Afraid of themselves
Forever conforming to the standards set
By other people living
Behind the same wall
Why are people too afraid to act out
What is deep inside them?
There are few of us that are
Strong enough to break through that wall
Never afraid to be the people that we really are
(author unknown)
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 34
Mengapa Dialog Agama Sensitif
Oleh: Daniel
Tanggal: 10/22/03
Saya pikir perlu kita pahami bersama bahwa dalam berbagai dialog antar agama,
pembahasan plus-minus masing-masing agama dibutuhkan untuk dapat membangun
sikap-sikap, paradigma keterbukaan dan pembaharuan. Pembahasan mengenai agama
selalu menjadi sensitif karena selama ini belum banyak berkembang sikap-sikap tersebut
dalam kehidupan keberagamaan kita, sebaliknya sikap-sikap yang ditumbuhkan adalah
preservasi, kristalisasi kredo, dogma, kepercayaan, tradisi kolektif yang sayangnya justru
menekan berkembangnya kemampuan melihat kebenaran dengan mata hati (secara tulus)
serta kemampuan koreksi-diri, malah mengembangkan "sistem keamanan terpadu"
dengan beragam sikap-sikap defensif, apologetik, bahkan fanatik sehingga sedikitnya
menjelaskan mengapa persoalan agama menjadi begitu sensitif.
Agama selama ini banyak dipandang sebagai komoditas yang dibakukan menjadi "paket
hemat-paket hemat" yang seringkali dijejali kepada umat awam, no questions asked. Ini
Islam/Kristen, take it or leave it. Masuk Islam/Kristen, or go to hell. Terjadi kompetisi
dan persaingan merebut pangsa pasar. Klaim-klaim bahwa agamanya paling benar pun
menjadi marak. Terjadi perang/perseteruan antar agama.
Agama juga telah begitu terdogmatisasi, terinstitusi, dan menjadi tradisi, sehingga sering
mengalami kegagalan dalam menyesuaikan terhadap berbagai perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat dunia. Contoh-contohnya sering dapat disaksikan dalam realitas
hidup.
Kita perlu terus membuka wacana yang mengkaji hakikat agama, yaitu hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Ajaran utama agama semestinya
ditujukan untuk mempererat/merealisir hubungan antara manusia dengan Tuhan DAN
manusia dengan sesama, BUKAN untuk meng-kristen/islamkan dunia, mengembalikan
kejayaan Islam, atau motif-motif primordial kolektif keagamaan lainnya.
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 35
Memaknai Secara Positif "Untukmulah agamamu, dan
untukkulah agamaku"
Oleh: Daniel
Tanggal: 10/22/03
Saya merasa kita perlu mengkaji lebih dalam paham "untukmulah agamamu, dan
untukkulah agamaku." Saya pernah sedikit menyinggung kalau basis keluarnya ayat
tersebut adalah dari akhir konflik Muhammad dengan Quraisy. Sayangnya memang
kalimat ini paling sering digunakan untuk pemisah-misahan/pengkotak-kotakan manusia
kedalam kelompok-kelompok agama.
Kita akan coba mencari makna spiritual yang positif dari pemahaman umum yang saat ini
cenderung negatif.
Awalnya ketika dibaca melalui kacamata iman keagamaan institusi, ayat tersebut tidak
berbeda artinya dengan pemahaman umum, ya untukmu agamamu, untukku agamaku.
Tapi jika kita lebih dalam mengupas makna agama yang sesungguhnya, kita menemukan
bahwa hakikat agama adalah sebagai reaksi dan pengalaman individu terhadap karya
Tuhan dalam dirinya, dan sifatnya adalah sangat pribadi, unik, yang belum tentu sama.
Dari pandangan diatas saya menempatkan agama sebagai hubungan PRIBADI manusia
yang nyata dengan Tuhan dan dengan sesama. Dengan menempatkan agama sebagai
hubungan Tuhan-manusia-sesama, maka "untukmulah agamamu, untukkulah agamaku"
dapat dimaknai secara positif yang menandaskan bahwa agama adalah hak asasi tiap
individu yang pilihannya tidak boleh dipaksakan oleh siapapun atau lembaga manapun.
Kebersamaan yang ideal harus dilandaskan bukan dari keseragaman ritual, syahadat, icon-
icon & label-label agama, melainkan dari persamaan dan persatuan tujuan, cita-cita,
harapan ideal tertinggi. Tidakkah semua agama institusi mengharapkan perdamaian ??
Someday religionists will get together and actually effect co-operation on the basis of
unity of ideals and purposes rather than attempting to do so on the basis of psychological
opinions and theological beliefs. Goals rather than creeds should unify religionists.
Since true religion is a matter of personal spiritual experience, it is inevitable that each
individual religionist must have his own and personal interpretation of the realization of
that spiritual experience. Let the term "faith" stand for the individual's relation to God
rather than for the creedal formulation of what some group of mortals have been able to
agree upon as a common religious attitude. "Have you faith? Then have it to yourself."
[P.1091 - §6]
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 36
Mengkaji Lembaga Agama
Mencoba menelaah agama yang dilembagakan, serta usulan untuk menghindarkan
lembaga agama menjadi sistem perbudakan mental
Oleh: Daniel
Tanggal: 10/22/03
"Jika saya cukup bodoh untuk memberimu suatu sistem dan jika kamu cukup bodoh
untuk mengikutinya, kamu hanya akan melulu mengcopy, menirukan, menyesuaikan diri,
menerima, dan ketika kamu lakukan itu kamu sudah menyediakan di dalam dirimu suatu
bentuk otoritas dari yang lain dan karena itu terjadi konflik antara kamu dan otoritas
itu. Kamu merasakan harus melakukan hal ini dan hal itu sebab kamu telah diberitahu
untuk melakukannya namun juga kamu tidak mampu untuk melakukan itu. Kamu
mempunyai kehendak hatimu sendiri, kecenderungan dan tekanan yang bertentangan
dengan sistem yang kamu pikir harus diikuti dan oleh sebab itu terjadi suatu
pertentangan. Maka kamu akan mengarungi kehidupan ganda antara ideologi sistem dan
keberadaan sebenarnya dari keseharianmu. Dalam usaha mencocokkan dengan ideologi,
kamu menindas diri sendiri-- sedangkan apa yang sebenarnya benar bukanlah ideologi
tetapi jati dirimu. Jika kamu mencoba untuk mempelajari dirimu menurut kepada yang
lain kamu tetap akan selalu menjadi manusia bekas." - J. Krishnamurti
Ini hanya sekedar wacana yang pernah melintas dalam fragmen pikiran saya.. mungkin
bisa menjadi awal untuk diskusi bersama.
Saya melihatnya, "agama" yang dilembagakan, merupakan suatu sistem. Sistem yang
awalnya didesain dan dikonstruksi atas rasa takut manusia akan kematian, atau fenomena-
fenomena kehidupan lainnya yang masih sangat sulit dipahami. Sistem ini, diciptakan
untuk memberikan perasaan damai dan ketenangan hati, semacam jaminan akan
kelangsungan hidup di akhirat. Sistem ini dirancang untuk memberikan kerangka
berperilaku kepada manusia melalui ikatan-ikatan dogma, kredo/syahadat, berbagai
macam tata cara hidup, beragam jenis doa dan sujud, mantra, tradisi, tahayul, dll. Sistem
ini juga dibuat supaya manusia tidak perlu berpikir susah-susah diluar yang telah
digariskan oleh sistem.
Sistem ini butuh manusia-manusia sebagai pendukung keberadaannya. Maka
dianjurkanlah, diwajibkanlah kepada manusia yang terikat dalam sistem untuk
menyebarkan informasi tentang sistem dan membawa masuk manusia lain kedalam
sistem. Sedangkan untuk menjaga loyalitas, dibuatlah indoktrinasi ketakutan-ketakutan
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 37
dalam pikiran manusia semacam "Takutlah akan Tuhan!" dan klaim-klaim (baca:
ancaman) yang intinya "diluar sistem tidak ada keselamatan".
Tapi, walaupun bagi kebanyakan manusia ignorance is bliss, manusia merupakan mahluk
intelektual kreatif yang memiliki pilihan bebas dan potensi spiritual. Karena itu dari
jaman ke jaman selalu saja ada manusia-manusia yang mencoba merombak sistem agama,
mendobrak absurditas dogma-dogma agama, dan tidak sedikit yang keluar dari sistem
untuk menciptakan sistem alternatif. Ketika eksistensi sebuah sistem agama dianggap
terancam, dibentuklah berbagai "biro pertahanan" untuk mengeradikasi sistem-sistem
tandingan yang ada dan manusia-manusia yang dicap "berbahaya" yang berada di dalam
maupun di luar sistem.
Sampai disini, peran dan tujuan sistem mulai berkembang, tidak lagi bagi kepentingan
manusia, namun utamanya adalah bagi kepentingan sistem itu sendiri. Sistem mulai
mengontrol pola pikir manusia dengan kepercayaan-kepercayaan yang difaktualisasikan,
ditanamkan ke dalam pikiran manusia. Sistem mulai menanamkan instruksi-instruksi,
antara lain adalah bahwa sistem tidak mungkin salah, manusialah yang salah. Buku yang
disucikan oleh sistem adalah pegangan kebenaran mutlak. Kemudian sistem juga
menentukan kategorisasi benar-salah, baik-jahat, suci-sesat, surga-neraka, dsb. Sistem,
disadari atau tidak mulai mengambil peran sebagai tuhan atas manusia dan lainnya.
Sampai disini, definisi agama telah berubah, agama lebih menjadi suatu sistem yang
dibangun untuk menjaga manusia dibawah kendali agama dengan premis semu supaya
manusia dapat menuju akhirat secara mulus.
"Agama", ironisnya, telah menjadi suatu sistem perbudakan mental..
Agama, sistem perbudakan mental.. memang agak provokatif. Saya menemukan paralel
dari metafor dalam film The Matrix yang ditilik dari perspektif memetik tentang sistem
lembaga agama, namun tidak ada kaitannya dengan agama (true religion) sebagai
pengalaman, hubungan individu manusia dengan Tuhan itu sendiri.
Hal-hal berikut bisa dijadikan pertimbangan:
• Mengapa orang-orang "religius fundamentalis" begitu represif terhadap orang lain
yang "tidak seiman" dan cenderung emosional ketika dihadapkan pada "paradigma
baru, pandangan alternatif", dan "perubahan"?
• Mengapa dialog yang diupayakan antar-sistem selama puluhan tahun selalu berujung
pada jalan buntu?
• Mengapa di satu sisi agama mendukung perdamaian, namun di sisi lain agama
melakukan kekerasan ? Pelajari perang dalam sejarah Islam hingga jihad yang
dikaitkan dengan terorisme, kekejaman Gereja Roma Katholik di abad pertengahan
ketika menjadi state-religion, konflik Islam-Hindu di India, Islam-Kristen di
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 38
Indonesia, dll. Agama adalah konsep yang dalam sejarahnya paling banyak
mengakibatkan tingginya angka kematian manusia.
• Mengapa agama yang ada sifatnya cenderung lebih preservatif tradisi, mitologi dan
dogma, namun sulit memberikan solusi-solusi kemanusiaan yang efektif untuk dapat
diaplikasikan di jaman modern ?
Banyak yang berpendapat berbagai masalah yang timbul dalam agama merupakan
masalah "individunya", bukan agamanya. Saya berpendapat lain. Meskipun manusia
adalah aktuator masalah, Masalah yang sebenarnya justru ada pada sistem yang pertama
kali diciptakan manusia sendiri. Sistem ini yang telah menyebarkan (istilah meme-nya)
mind virus kepada para aktuator (imam, pendeta, dll), ideologi yang dianggap paling
benar, kitab suci yang diberhalakan, nabi-nabi yang ditinggikan derajatnya, dsb. Sistem
agama telah membentuk frame of thinking manusia yang mana ego menjadi begitu
mengakar scr kolektif membentuk egotisme agama. Ketika manusia dipaksa untuk
menjadi seragam dengan agama, manusia masuk kedalam perbudakan agama, dan
manusia kehilangan keunikan identitas jati-dirinya (potensi spiritual), dari situlah saya
pikir masalahnya bermunculan.
Jika kita sepakat bahwa masalahnya ada pada sistem, maka mau tak mau perlu dicari flaw
dalam sistem, dan perlu ada perubahan untuk memperbaiki sistem agama. Saya sama
sekali tidak menyarankan meruntuhkan sistem agama yang ada, karena akibatnya sangat
catastrophic. Tapi disini kita juga dihadapkan kepada masalah lagi. Machiavelli
mengungkapkan betapa sulitnya melakukan perubahan pada suatu sistem. Sistem, ketika
semakin mengakar dan menjadi way of life bagi manusianya, termaterialisasi kedalam
realitas pandangan hidup manusia yang dimutlakkan. Manusia menjadi dependan
terhadap sistem. Bahkan tidak sedikit yang mencari nafkah dengan memanfaatkan sistem
tsb (i.e. komersialisasi/bisnis agama). Maka tidak heran jika banyak timbul kelompok-
kelompok bela agama, kelompok-kelompok konservatif yang tujuannya untuk konservasi
agama. Ketika manusia diperbudak agama, manusia akan mati-matian mempertahankan
agama.
Tapi, "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat..."
[Yesus, Markus 2:27]
Sehingga prioritasnya adalah mengembalikan dahulu hakikat sistem pada tempatnya
semula. Agama diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk agama. Jika manusia telah
berani mengambil kontrol atas hak asasi intelektualnya, kemudian berkuasa atas
agamanya, maka dinamika perubahan dalam sistem agama menuju pencerahan
spiritualitas dan perdamaian umat manusia dapat terwujud.
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 39
Mengapa Hati Nurani Banyak Orang Tidak Berfungsi
dengan Baik?
Oleh: Irmansyah Effendi
Tanggal: 10/07/03
Bagaimana anda dapat mendengarkan hati nurani anda? Bagaimana anda dapat mengikuti
hati nurani anda? Bagaimana anda dapat membiarkan hati nurani anda sebagai nahkoda
dari diri dan hidup anda?
Sebelum mempelajari bagaimana kita dapat mendengar, mengikuti, dan membiarkan hati
nurani kita menjadi nahkoda dari diri dan hidup kita, kita harus mundur selangkah
terlebih dahulu. Marilah kita lihat terlebih dahulu penyebab mengapa hati nurani banyak
orang tidak berfungsi dengan baik, walaupun sebenarnya hati nurani adalah sesuatu yang
sangat penting dalam hidup kita. Penyebab-penyebabnya adalah:
Tidak ada Pelajaran Teknis Mengenai Hati Nurani
Secara umum dapat kita katakan bahwa dengan belajar seseorang biasanya menjadi
pandai. Pada umumnya manusia membutuhkan pelajaran dan pelatihan untuk dapat
menjadi pandai dalam sebuah hal. Hanya orang-orang tertentu yang mempunyai bakat
khusus yang dapat menjadi cukup pandai dalam hal-hal tertentu tanpa sebelumnya belajar
ataupun memperoleh pelatihan dalam bidang tersebut.
Kita memang telah banyak mempelajari berbagai hal sehubungan dengan hati nurani.
Tetapi, apabila kita teliti, hal-hal yang kita pelajari mengenai hati nurani hanya
berhubungan dengan cerita-cerita mengenai hati nurani tersebut. Kita telah mendengar
dan mempelajari mengenai betapa pentingnya hati nurani, betapa pentingnya mendengar
dan mengikuti hati nurani kita, tetapi sebelum kita dapat mendengar dan mengikuti hati
nurani kita, hati nurani kita harus sudah aktif dan kuat terlebih dahulu. Sayangnya, tidak
ada yang mengajarkan bagaimana cara mengaktifkan dan menguatkan hati nurani ini.
Dengan dibukanya rahasia terbesar ini, mudah-mudahan pengetahuan ini dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan anda dan sesama. Dengan latihan yang
sungguh-sungguh sudah pasti hati nurani anda akan menjadi aktif dan kuat. Sepanjang
anda selalu mempergunakan hati nurani anda setiap saat, semua yang anda lakukan akan
sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan dan anda akan semakin dekat lagi dengan-Nya.
Ingatlah bahwa melakukan satu hal yang baik di mata Tuhan adalah jauh lebih penting
dari pada melakukan sejuta hal yang baik menurut otak anda. Apabila selama ini anda
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 40
tidak tahu, atau tidak pasti apakah apa yang anda lakukan adalah sesuatu yang baik di
mata Tuhan atau tidak, dengan aktif dan kuatnya hati nurani anda, anda akan tahu. Anda
akan selalu melakukan hal-hal yang terbaik dalam hidup anda, sepanjang anda
mempergunakan hati nurani anda.
Hati Belum Terbuka
Bukankah hati nurani adalah sesuatu yang sangat alami dan penting dalam diri kita?
Bukankah hati nurani adalah sebuah karunia yang sangat berharga dari Tuhan Yang Maha
Esa? Lalu, mengapa karunia yang sangat berharga ini tidak berfungsi dengan baik pada
diri kita sebagaimana seharusnya?
Ingatlah bahwa hati nurani adalah inti dari hati kita, seharusnya, hati nurani memang
berfungsi secara alami dalam dari setiap manusia. Tetapi, karena merupakan inti terdalam
dari hati, hati nurani sangat terpengaruh oleh keadaan hati. Hati pada banyak manusia
ditutup oleh otak manusia oleh kotoran-kotoran yang ditimbulkan oleh emosi negatif.
Oleh lingkungannya, manusia sedari kecil cenderung diarahkan untuk menahan hatinya
dan membiarkan otaknya untuk menguasai dirinya. Setiap kali hal ini dilakukan, otak
akan menjadi semakin kuat dan menekan, menutup hati.
Manusia juga cenderung dihinggapi oleh emosi-emosi negatif. Setiap kali emosi negatif
menghinggapi manusia, sebenarnya muncul kotoran-kotoran yang mengotori hatinya.
Kotoran yang muncul karena emosi negatif ini tidak langsung hilang setelah emosi
negatifnya lenyap. Manusia sendiri jarang membersihkan hatinya.
Jadi, semakin lama semakin banyak kotoran yang menumpuk. Lama kelamaan, kotoran
ini menutupi hati hingga hanya terbuka kecil sekali. Dengan demikian tentu saja hati
nurani juga tidak dapat menjadi aktif karena terkurung di dalam hati yang tertutup ini.
Sebelum hati nurani dapat diaktifkan, terlebih dahulu hati harus dibuka.
Ingatlah, apabila kita berbicara mengenai emosi negatif disini, kita tidak berbicara
mengenai penilaian di mata manusia. Jadi, walaupun seseorang sudah dapat
mengendalikan emosi dan sifat negatifnya sedemikian baiknya hingga dia tidak
menunjukan sedikitpun emosi atau pun sifat negatifnya di wajah maupun gerak tubuh
lainnya, dia masih dikatakan mempunyai emosi atau sifat negatif. Dia hanya telah dapat
mengendalikannya, sehingga tidak terlihat oleh manusia.
Seseorang dapat dikatakan bebas dari emosi dan sifat negatifnya hanya setelah cahaya dan
kasih Tuhan selalu memancar serta berkelimpahan di hatinya sehingga hatinya memang
tidak sedikit pun terpengaruh oleh emosi maupun sifat negatif tersebut. Ingatlah, bukan
apa yang terlihat yang penting, tetapi apa yang ada di hatilah yang paling terutama.
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 41
Hati Nurani Belum Aktif
Hati Nurani yang telah terkurung sekian lama di dalam hati yang tertutup, perlahan-lahan
menjadi pasif. Jadi, sekiranya hati sudah di buka pun, anda belum dapat mempergunakan
hati nurani anda secara langsung. Anda harus mengaktifkan hati nurani anda terlebih
dahulu. Setelah hati nurani menjadi aktif, anda masih harus melatih hati nurani anda agar
dapat melawan tekanan dan batasan yang selama ini telah dibuat otak.
Otak Terlalu Dominan
Ingatlah bahwa otak kita adalah bagian dari tubuh fisik kita. Otak kita terhubung langsung
dengan tubuh fisik kita dan kita, selama ini sudah sangat terbiasa untuk hanya mengenal
dan berinteraksi dengan diri kita dari tubuh fisik. Kita juga terbiasa untuk
mempergunakan otak kita sampai mengalahkan hati kita. Dengan demikian otak telah
menjadi sangat dominan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengertian dan kesungguhan untuk
dapat mengurangi dominasi otak dan memberikan kesempatan kepada hati nurani untuk
dapat menjadi nahkoda bagi diri dan hidup kita.
Mementingkan Diri Sendiri
Hati nurani pada kebanyakan manusia memang pasif dan terkurung di dalam hati yang
mempunyai banyak kotoran. Tetapi, sebenarnya hati nurani masih tetap berusaha untuk
bekerja. Hati nurani pada setiap manusia pasti pernah bekerja, setidak-tidaknya untuk
beberapa kali dalam hidupnya, khususnya apabila seseorang sedang berhadapan dengan
sesuatu yang sangat penting di mana godaan yang menjauhkan dirinya dari Tuhan yang
sangat kuat. Saat seseorang menghadapi sesuatu yang sangat jelek yang dapat
menjauhkannya dari Tuhan hati nurani akan memberontak sekuatnya dari semua
hambatan dan memberi peringatan kepada kita. Hati nurani tidak mau membiarkan kita
terjerumus dan menjauh dari Tuhan.
Tetapi, bagi manusia yang mementingkan diri sendiri, otak akan menutup hati nurani
dengan mudah. Lihatlah betapa mudahnya otak membenarkan diri sendiri dengan
memanipulasi info yang ada. Lihatlah betapa dengan mudahnya otak memilah-milah
informasi dengan hanya mengambil informasi-informasi yang diinginkan untuk membela
kepentingan dirinya sendiri.
Karena terlalu mementingkan diri sendiri, banyak manusia tidak menghiraukan hati
nuraninya. Oleh otaknya, hati nuraninya ditekan hingga semakin sulit untuk berperan.
Setiap kali otak berhasil mengalahkan hati nurani, hati nurani menjadi semakin lemah.
Lama kelamaan, hati nurani menjadi sangat tidak aktif gara-gara seseorang hanya
mementingkan dirinya sendiri. (Padmajaya®)
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 42
Irmansyah Effendi adalah pendiri Yayasan Padmajaya yang bergerak di bidang
penyembuhan spiritual. Beliau juga aktif menulis berbagai buku seperti Reiki, Kundalini,
Reiki Tummo, Kundalini 2, Rei Ki 2, Shing Chi, Kesadaran Jiwa, 5 Gerakan Awet Muda
Tibet, dan Hati Nurani.
Sumber: Kolom Padmajaya
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 43
Merenungkan Kemerdekaan
Oleh: Daniel
Memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang lalu, masing-masing punya
pandangan dan harapan akan maknanya. Terutama belakangan ini dimana integritas dan
nasionalitas bangsa sangat dibutuhkan, banyak yang mengkaitkan kemerdekaan dengan
ajakan positif untuk bersatu, menjalin persatuan bangsa.
Terlepas dari itu, secara pribadi, setiap kali menjelang perayaan kemerdekaan selalu
terbesit dalam benak saya, apakah kita sungguh sudah merdeka ? Maksud saya,
Apakah kita sudah merdeka dari lingkaran kemiskinan? Merdeka dari jurang kebodohan?
Merdeka dari tirani opini mayoritas? Merdeka dari penjajahan terselubung?
Apakah kita sudah merdeka secara fisik? Merdeka dari segala bentuk kejahatan? Merdeka
dari wabah sakit penyakit? Merdeka dari segala bentuk perbudakan anak? Merdeka dari
penyalahgunaan narkotika?
Apakah kita sudah merdeka secara mental? Merdeka dari perbudakan nafsu? Merdeka
dari keinginan-keinginan yang egois? Merdeka dari kuk dan ikatan tradisi? Merdeka dari
penurunan derajat wanita? Merdeka dari tabu, tahayul dan kepercayaan yang didasarkan
atas ketakutan-ketakutan warisan masa lalu?
Apakah kita sudah merdeka secara spiritual, rohani? Merdeka dari dogmatisme lembaga
agama? Merdeka dari pengkotak-kotakan agama? Merdeka dari kontradiksi-kontradiksi
teologis? Merdeka dari paradigma benar-salah dan “agama saya paling benar, lainnya
calon penghuni neraka”?
Singkatnya, dari semua itu, apakah kita yang hidup disini, secara jasmani, mental dan
rohani, sungguh-sungguh sudah merdeka ?
Jawabannya akan sangat sulit diterima, bahkan bagi saya pribadi. Tanpa bermaksud
pesimis, namun.. bisa dikatakan, “kita ada disini karena kita tidak merdeka”. Malah, kita
cenderung memilih untuk tidak merdeka. Kita condong terikat oleh, atau mengikatkan
diri kepada berbagai hal (nafsu, kekuasaan, ketidakpedulian, kepentingan-kepentingan
egois, keinginan-keinginan materialistik, dll), bahkan ketika kita sebenarnya tidak mau
terikat dalam ketidakmerdekaan tersebut, tampaknya kita tidak kuasa bahkan menikmati
keadaan terjerat di dalam segala bentuk kungkungan itu.
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 44
Menghadapi, menyadari kenyataan tersebut merupakan langkah awal menuju arti
merdeka yang sejati.
Semoga dapat menjadi renungan bersama.
***
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 45
Benarkah Poligami Sunah..?
Oleh: Faqihuddin Abdul Kodir
Tanggal: 6/19/03
UNGKAPAN "poligami itu sunah" sering digunakan sebagai pembenaran poligami.
Namun, berlindung pada pernyataan itu, sebenarnya bentuk lain dari pengalihan tanggung
jawab atas tuntutan untuk berlaku adil karena pada kenyataannya, sebagaimana
ditegaskan Al Quran, berlaku adil sangat sulit dilakukan (An-Nisa: 129).
DALIL "poligami adalah sunah" biasanya diajukan karena sandaran kepada teks ayat Al
Quran (QS An-Nisa, 4: 2-3) lebih mudah dipatahkan. Satu-satunya ayat yang berbicara
tentang poligami sebenarnya tidak mengungkapkan hal itu pada konteks memotivasi,
apalagi mengapresiasi poligami. Ayat ini meletakkan poligami pada konteks perlindungan
terhadap yatim piatu dan janda korban perang.
Dari kedua ayat itu, beberapa ulama kontemporer, seperti Syekh Muhammad Abduh,
Syekh Rashid Ridha, dan Syekh Muhammad al-Madan-ketiganya ulama terkemuka Azhar
Mesir-lebih memilih memperketat.
Lebih jauh Abduh menyatakan, poligami adalah penyimpangan dari relasi perkawinan
yang wajar dan hanya dibenarkan secara syar'i dalam keadaan darurat sosial, seperti
perang, dengan syarat tidak menimbulkan kerusakan dan kezaliman (Tafsir al-Manar,
4/287).
Anehnya, ayat tersebut bagi kalangan yang propoligami dipelintir menjadi "hak penuh"
laki-laki untuk berpoligami. Dalih mereka, perbuatan itu untuk mengikuti sunah Nabi
Muhammad SAW. Menjadi menggelikan ketika praktik poligami bahkan dipakai sebagai
tolok ukur keislaman seseorang: semakin aktif berpoligami dianggap semakin baik poisisi
keagamaannya. Atau, semakin bersabar seorang istri menerima permaduan, semakin baik
kualitas imannya. Slogan-slogan yang sering dimunculkan misalnya, "poligami membawa
berkah", atau "poligami itu indah", dan yang lebih populer adalah "poligami itu sunah".
Dalam definisi fikih, sunah berarti tindakan yang baik untuk dilakukan. Umumnya
mengacu kepada perilaku Nabi. Namun, amalan poligami, yang dinisbatkan kepada Nabi,
ini jelas sangat distorsif. Alasannya, jika memang dianggap sunah, mengapa Nabi tidak
melakukannya sejak pertama kali berumah tangga?
Nyatanya, sepanjang hayatnya, Nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami.
Bayangkan, monogami dilakukan Nabi di tengah masyarakat yang menganggap poligami
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 46
adalah lumrah. Rumah tangga Nabi SAW bersama istri tunggalnya, Khadijah binti
Khuwalid RA, berlangsung selama 28 tahun. Baru kemudian, dua tahun sepeninggal
Khadijah, Nabi berpoligami. Itu pun dijalani hanya sekitar delapan tahun dari sisa hidup
beliau. Dari kalkulasi ini, sebenarnya tidak beralasan pernyataan "poligami itu sunah".
Sunah, seperti yang didefinisikan Imam Syafi'i (w. 204 H), adalah penerapan Nabi SAW
terhadap wahyu yang diturunkan. Pada kasus poligami Nabi sedang mengejawantahkan
Ayat An-Nisa 2-3 mengenai perlindungan terhadap janda mati dan anak-anak yatim.
Dengan menelusuri kitab Jami' al-Ushul (kompilasi dari enam kitab hadis ternama) karya
Imam Ibn al-Atsir (544-606H), kita dapat menemukan bukti bahwa poligami Nabi adalah
media untuk menyelesaikan persoalan sosial saat itu, ketika lembaga sosial yang ada
belum cukup kukuh untuk solusi.
Bukti bahwa perkawinan Nabi untuk penyelesaian problem sosial bisa dilihat pada teks-
teks hadis yang membicarakan perkawinan-perkawinan Nabi. Kebanyakan dari mereka
adalah janda mati, kecuali Aisyah binti Abu Bakr RA.
Selain itu, sebagai rekaman sejarah jurisprudensi Islam, ungkapan "poligami itu sunah"
juga merupakan reduksi yang sangat besar. Nikah saja, menurut fikih, memiliki berbagai
predikat hukum, tergantung kondisi calon suami, calon istri, atau kondisi masyarakatnya.
Nikah bisa wajib, sunah, mubah (boleh), atau sekadar diizinkan. Bahkan, Imam al-Alusi
dalam tafsirnya, Rûh al-Ma'âni, menyatakan, nikah bisa diharamkan ketika calon suami
tahu dirinya tidak akan bisa memenuhi hak-hak istri, apalagi sampai menyakiti dan
mencelakakannya. Demikian halnya dengan poligami. Karena itu, Muhammad Abduh
dengan melihat kondisi Mesir saat itu, lebih memilih mengharamkan poligami.
Nabi dan larangan poligami
Dalam kitab Ibn al-Atsir, poligami yang dilakukan Nabi adalah upaya transformasi sosial
(lihat pada Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 108-179). Mekanisme poligami yang diterapkan Nabi
merupakan strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab
pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda sedemikian
rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka.
Sebaliknya, yang dilakukan Nabi adalah membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku
sewenang-wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam berpoligami.
Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh
perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang
dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin
al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami
yang awalnya tanpa batas sama sekali.
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan Buku Ketiga - 47
Pada banyak kesempatan, Nabi justru lebih banyak menekankan prinsip keadilan
berpoligami. Dalam sebuah ungkapan dinyatakan: "Barang siapa yang mengawini dua
perempuan, sedangkan ia tidak bisa berbuat adil kepada keduanya, pada hari akhirat
nanti separuh tubuhnya akan lepas dan terputus" (Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 168, nomor
hadis: 9049). Bahkan, dalam berbagai kesempatan, Nabi SAW menekankan pentingnya
bersikap sabar dan menjaga perasaan istri.
Teks-teks hadis poligami sebenarnya mengarah kepada kritik, pelurusan, dan
pengembalian pada prinsip keadilan. Dari sudut ini, pernyataan "poligami itu sunah"
sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Nabi. Apalagi dengan melihat
pernyataan dan sikap Nabi yang sangat tegas menolak poligami Ali bin Abi Thalib RA.
Anehnya, teks hadis ini jarang dimunculkan kalangan propoligami. Padahal, teks ini
diriwayatkan para ulama hadis terkemuka: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibn Majah.
Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad SAW,
akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun
langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: "Beberapa keluarga Bani
Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka
dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak
akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan
putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku;
apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti
hatinya adalah menyakiti hatiku juga." (Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026).
Sama dengan Nabi yang berbicara tentang Fathimah, hampir setiap orangtua tidak akan
rela jika putrinya dimadu. Seperti dikatakan Nabi, poligami akan menyakiti hati
perempuan, dan juga menyakiti hati orangtuanya.
Jika pernyataan Nabi ini dijadikan dasar, maka bisa dipastikan yang sunah justru adalah
tidak mempraktikkan poligami karena itu yang tidak dikehendaki Nabi. Dan, Ali bin Abi
Thalib RA sendiri tetap bermonogami sampai Fathimah RA wafat.
Poligami tak butuh dukungan teks
Sebenarnya, praktik poligami bukanlah persoalan teks, berkah, apalagi sunah, melainkan
persoalan budaya. Dalam pemahaman budaya, praktik poligami dapat dilihat dari
tingkatan sosial yang berbeda.
Bagi kalangan miskin atau petani dalam tradisi agraris, poligami dianggap sebagai
strategi pertahanan hidup untuk penghematan pengelolaan sumber daya. Tanpa susah
payah, lewat poligami akan diperoleh tenaga kerja ganda tanpa upah. Kultur ini dibawa
migrasi ke kota meskipun stuktur masyarakat telah berubah. Sementara untuk kalangan
priayi, poligami tak lain dari bentuk pembendamatian perempuan. Ia disepadankan
airkehidupan.theronworks.com
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3
Air Kehidupan buku 3

More Related Content

What's hot

Roh kudus dan pertobatan
Roh kudus dan pertobatanRoh kudus dan pertobatan
Roh kudus dan pertobatan
yerywadu
 
Paper kasih karunia dinyatakan melalui karya Allah dalam Yesus Kristus
Paper kasih karunia dinyatakan melalui karya Allah dalam Yesus KristusPaper kasih karunia dinyatakan melalui karya Allah dalam Yesus Kristus
Paper kasih karunia dinyatakan melalui karya Allah dalam Yesus Kristus
Fehenkey Jutirim
 
Makalah dogmatika iv
Makalah dogmatika ivMakalah dogmatika iv
Makalah dogmatika iv
tomisibarani
 
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
Habib171
 
Makalah kateketika tentang peran gembala jemaat dalam meningkatkan iman pemud...
Makalah kateketika tentang peran gembala jemaat dalam meningkatkan iman pemud...Makalah kateketika tentang peran gembala jemaat dalam meningkatkan iman pemud...
Makalah kateketika tentang peran gembala jemaat dalam meningkatkan iman pemud...
markustuturmutu
 
App2013 presentasi
App2013 presentasiApp2013 presentasi
App2013 presentasi
laetitiadjuari
 
Resensi buku baptisan dan kepenuhan, peranan dan karya roh kudus masa kini ...
Resensi buku   baptisan dan kepenuhan, peranan dan karya roh kudus masa kini ...Resensi buku   baptisan dan kepenuhan, peranan dan karya roh kudus masa kini ...
Resensi buku baptisan dan kepenuhan, peranan dan karya roh kudus masa kini ...
Deflit Lilo
 
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesiaKeikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
HarunyahyaBahasaIndonesia
 
Makalah Teologi Perjanjian Baru pandangan surat paulus dipernjara mengenai allah
Makalah Teologi Perjanjian Baru pandangan surat paulus dipernjara mengenai allahMakalah Teologi Perjanjian Baru pandangan surat paulus dipernjara mengenai allah
Makalah Teologi Perjanjian Baru pandangan surat paulus dipernjara mengenai allah
istondoluanak
 
Gereja dan roh kudus
Gereja dan roh kudusGereja dan roh kudus
Gereja dan roh kudus
seransony
 
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
NoversaWila
 
Paper Kasih Karunia
Paper Kasih KaruniaPaper Kasih Karunia
Paper Kasih Karunia
JeremmyJayy
 
Paper Peran Roh Kudus di dalam Gereja dan Buah Roh
Paper Peran Roh Kudus di dalam Gereja dan Buah RohPaper Peran Roh Kudus di dalam Gereja dan Buah Roh
Paper Peran Roh Kudus di dalam Gereja dan Buah Roh
ALDOMARADONA
 
Paper dog
Paper dogPaper dog
Paper dog
titasamisai
 
Pedang roh edisi_61
Pedang roh edisi_61Pedang roh edisi_61
Pedang roh edisi_61alkitabiah
 
MAKALAH HIDUP YANG DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS
MAKALAH HIDUP YANG DIPIMPIN OLEH ROH KUDUSMAKALAH HIDUP YANG DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS
MAKALAH HIDUP YANG DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS
Apriyanus Gulo
 
MAKALAH PANDANGAN SURAT-SURAT KIRIMAN PAULUS DARI PENJARA
MAKALAH PANDANGAN SURAT-SURAT KIRIMAN PAULUS DARI PENJARA MAKALAH PANDANGAN SURAT-SURAT KIRIMAN PAULUS DARI PENJARA
MAKALAH PANDANGAN SURAT-SURAT KIRIMAN PAULUS DARI PENJARA
Apriyanus Gulo
 
Peran roh kudus dalam pertumbuhan gereja tugas dokmatika iv
Peran roh kudus dalam pertumbuhan gereja tugas dokmatika ivPeran roh kudus dalam pertumbuhan gereja tugas dokmatika iv
Peran roh kudus dalam pertumbuhan gereja tugas dokmatika iv
morisonama
 
Peran Roh Kudus dalam Pertobatan
Peran Roh Kudus dalam PertobatanPeran Roh Kudus dalam Pertobatan
Peran Roh Kudus dalam Pertobatan
barnababasbilly
 

What's hot (20)

Roh kudus dan pertobatan
Roh kudus dan pertobatanRoh kudus dan pertobatan
Roh kudus dan pertobatan
 
Paper kasih karunia dinyatakan melalui karya Allah dalam Yesus Kristus
Paper kasih karunia dinyatakan melalui karya Allah dalam Yesus KristusPaper kasih karunia dinyatakan melalui karya Allah dalam Yesus Kristus
Paper kasih karunia dinyatakan melalui karya Allah dalam Yesus Kristus
 
Makalah dogmatika iv
Makalah dogmatika ivMakalah dogmatika iv
Makalah dogmatika iv
 
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
 
Makalah kateketika tentang peran gembala jemaat dalam meningkatkan iman pemud...
Makalah kateketika tentang peran gembala jemaat dalam meningkatkan iman pemud...Makalah kateketika tentang peran gembala jemaat dalam meningkatkan iman pemud...
Makalah kateketika tentang peran gembala jemaat dalam meningkatkan iman pemud...
 
App2013 presentasi
App2013 presentasiApp2013 presentasi
App2013 presentasi
 
Resensi buku baptisan dan kepenuhan, peranan dan karya roh kudus masa kini ...
Resensi buku   baptisan dan kepenuhan, peranan dan karya roh kudus masa kini ...Resensi buku   baptisan dan kepenuhan, peranan dan karya roh kudus masa kini ...
Resensi buku baptisan dan kepenuhan, peranan dan karya roh kudus masa kini ...
 
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesiaKeikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
Keikhlasan dalam telaah al qur`an. indonesian. bahasa indonesia
 
Makalah Teologi Perjanjian Baru pandangan surat paulus dipernjara mengenai allah
Makalah Teologi Perjanjian Baru pandangan surat paulus dipernjara mengenai allahMakalah Teologi Perjanjian Baru pandangan surat paulus dipernjara mengenai allah
Makalah Teologi Perjanjian Baru pandangan surat paulus dipernjara mengenai allah
 
Gereja dan roh kudus
Gereja dan roh kudusGereja dan roh kudus
Gereja dan roh kudus
 
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
Beni Nungroho Sudiantoro, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S....
 
Paper Kasih Karunia
Paper Kasih KaruniaPaper Kasih Karunia
Paper Kasih Karunia
 
Paper Peran Roh Kudus di dalam Gereja dan Buah Roh
Paper Peran Roh Kudus di dalam Gereja dan Buah RohPaper Peran Roh Kudus di dalam Gereja dan Buah Roh
Paper Peran Roh Kudus di dalam Gereja dan Buah Roh
 
Paper dog
Paper dogPaper dog
Paper dog
 
Karunia kesembuhan
Karunia kesembuhanKarunia kesembuhan
Karunia kesembuhan
 
Pedang roh edisi_61
Pedang roh edisi_61Pedang roh edisi_61
Pedang roh edisi_61
 
MAKALAH HIDUP YANG DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS
MAKALAH HIDUP YANG DIPIMPIN OLEH ROH KUDUSMAKALAH HIDUP YANG DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS
MAKALAH HIDUP YANG DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS
 
MAKALAH PANDANGAN SURAT-SURAT KIRIMAN PAULUS DARI PENJARA
MAKALAH PANDANGAN SURAT-SURAT KIRIMAN PAULUS DARI PENJARA MAKALAH PANDANGAN SURAT-SURAT KIRIMAN PAULUS DARI PENJARA
MAKALAH PANDANGAN SURAT-SURAT KIRIMAN PAULUS DARI PENJARA
 
Peran roh kudus dalam pertumbuhan gereja tugas dokmatika iv
Peran roh kudus dalam pertumbuhan gereja tugas dokmatika ivPeran roh kudus dalam pertumbuhan gereja tugas dokmatika iv
Peran roh kudus dalam pertumbuhan gereja tugas dokmatika iv
 
Peran Roh Kudus dalam Pertobatan
Peran Roh Kudus dalam PertobatanPeran Roh Kudus dalam Pertobatan
Peran Roh Kudus dalam Pertobatan
 

Similar to Air Kehidupan buku 3

Air Kehidupan buku 2
Air Kehidupan buku 2Air Kehidupan buku 2
Air Kehidupan buku 2
Daniel Kaunang
 
Ajaran Kristen Perjalanan Dari Kenyataan Ke Khayalan
Ajaran Kristen Perjalanan Dari Kenyataan Ke KhayalanAjaran Kristen Perjalanan Dari Kenyataan Ke Khayalan
Ajaran Kristen Perjalanan Dari Kenyataan Ke Khayalan
Ahmadi Muslim
 
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
markustuturmutu
 
Kebenaran islam menurut mantan pendeta
Kebenaran islam menurut mantan pendetaKebenaran islam menurut mantan pendeta
Kebenaran islam menurut mantan pendetaSaini Ony
 
Memahami Keilahian Tuhan
Memahami Keilahian TuhanMemahami Keilahian Tuhan
Memahami Keilahian Tuhan
EvelinaKristianiSima1
 
Pedang roh edisi_48
Pedang roh edisi_48Pedang roh edisi_48
Pedang roh edisi_48alkitabiah
 
Membuka Kedok
Membuka KedokMembuka Kedok
Membuka Kedok
Shona Meir Ministry
 
Ternyata yesus-tidak-disalib
Ternyata yesus-tidak-disalibTernyata yesus-tidak-disalib
Ternyata yesus-tidak-disalibAdi Utami
 
Paper teologi perjanjian baru "PENEBUSAN" (Ferdianus Seo)
Paper teologi perjanjian baru "PENEBUSAN" (Ferdianus Seo)Paper teologi perjanjian baru "PENEBUSAN" (Ferdianus Seo)
Paper teologi perjanjian baru "PENEBUSAN" (Ferdianus Seo)
FerdySeo
 
Menguak misteri kematian
Menguak misteri kematianMenguak misteri kematian
Menguak misteri kematian
guesta43e94
 
Memahami misteri penderitaan
Memahami misteri penderitaanMemahami misteri penderitaan
Memahami misteri penderitaan
Alfonsus Widhi
 
Bunda Maria Bunda Yesus, Bunda Kita Semua..Hawa baru..
Bunda Maria Bunda Yesus, Bunda Kita Semua..Hawa baru..Bunda Maria Bunda Yesus, Bunda Kita Semua..Hawa baru..
Bunda Maria Bunda Yesus, Bunda Kita Semua..Hawa baru..
Enagic Kangen Water Indonesia
 
Makalah dogmatika iv
Makalah dogmatika ivMakalah dogmatika iv
Makalah dogmatika iv
helmutmudes
 
Pedang roh edisi_47
Pedang roh edisi_47Pedang roh edisi_47
Pedang roh edisi_47
alkitabiah
 
Pedang roh edisi_72
Pedang roh edisi_72Pedang roh edisi_72
Pedang roh edisi_72
alkitabiah
 
Makalah Teologi PB
Makalah Teologi PBMakalah Teologi PB
Makalah Teologi PB
yaniussoop
 
Bagaimana relasi umat israel dgn gereja masa kini
Bagaimana relasi umat israel dgn gereja masa kiniBagaimana relasi umat israel dgn gereja masa kini
Bagaimana relasi umat israel dgn gereja masa kini
SonnyLami
 
Jesus Did Not Die (Indonesia)
Jesus Did Not Die (Indonesia)Jesus Did Not Die (Indonesia)
Jesus Did Not Die (Indonesia)Haka Wahyudi
 
Nabi isa dan peristiwa akhir zaman. indonesian. bahasa indonesia
Nabi isa dan peristiwa akhir zaman. indonesian. bahasa indonesiaNabi isa dan peristiwa akhir zaman. indonesian. bahasa indonesia
Nabi isa dan peristiwa akhir zaman. indonesian. bahasa indonesia
HarunyahyaBahasaIndonesia
 

Similar to Air Kehidupan buku 3 (20)

Air Kehidupan buku 2
Air Kehidupan buku 2Air Kehidupan buku 2
Air Kehidupan buku 2
 
Ajaran Kristen Perjalanan Dari Kenyataan Ke Khayalan
Ajaran Kristen Perjalanan Dari Kenyataan Ke KhayalanAjaran Kristen Perjalanan Dari Kenyataan Ke Khayalan
Ajaran Kristen Perjalanan Dari Kenyataan Ke Khayalan
 
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
 
Kebenaran islam menurut mantan pendeta
Kebenaran islam menurut mantan pendetaKebenaran islam menurut mantan pendeta
Kebenaran islam menurut mantan pendeta
 
Wawancara xiii
Wawancara xiiiWawancara xiii
Wawancara xiii
 
Memahami Keilahian Tuhan
Memahami Keilahian TuhanMemahami Keilahian Tuhan
Memahami Keilahian Tuhan
 
Pedang roh edisi_48
Pedang roh edisi_48Pedang roh edisi_48
Pedang roh edisi_48
 
Membuka Kedok
Membuka KedokMembuka Kedok
Membuka Kedok
 
Ternyata yesus-tidak-disalib
Ternyata yesus-tidak-disalibTernyata yesus-tidak-disalib
Ternyata yesus-tidak-disalib
 
Paper teologi perjanjian baru "PENEBUSAN" (Ferdianus Seo)
Paper teologi perjanjian baru "PENEBUSAN" (Ferdianus Seo)Paper teologi perjanjian baru "PENEBUSAN" (Ferdianus Seo)
Paper teologi perjanjian baru "PENEBUSAN" (Ferdianus Seo)
 
Menguak misteri kematian
Menguak misteri kematianMenguak misteri kematian
Menguak misteri kematian
 
Memahami misteri penderitaan
Memahami misteri penderitaanMemahami misteri penderitaan
Memahami misteri penderitaan
 
Bunda Maria Bunda Yesus, Bunda Kita Semua..Hawa baru..
Bunda Maria Bunda Yesus, Bunda Kita Semua..Hawa baru..Bunda Maria Bunda Yesus, Bunda Kita Semua..Hawa baru..
Bunda Maria Bunda Yesus, Bunda Kita Semua..Hawa baru..
 
Makalah dogmatika iv
Makalah dogmatika ivMakalah dogmatika iv
Makalah dogmatika iv
 
Pedang roh edisi_47
Pedang roh edisi_47Pedang roh edisi_47
Pedang roh edisi_47
 
Pedang roh edisi_72
Pedang roh edisi_72Pedang roh edisi_72
Pedang roh edisi_72
 
Makalah Teologi PB
Makalah Teologi PBMakalah Teologi PB
Makalah Teologi PB
 
Bagaimana relasi umat israel dgn gereja masa kini
Bagaimana relasi umat israel dgn gereja masa kiniBagaimana relasi umat israel dgn gereja masa kini
Bagaimana relasi umat israel dgn gereja masa kini
 
Jesus Did Not Die (Indonesia)
Jesus Did Not Die (Indonesia)Jesus Did Not Die (Indonesia)
Jesus Did Not Die (Indonesia)
 
Nabi isa dan peristiwa akhir zaman. indonesian. bahasa indonesia
Nabi isa dan peristiwa akhir zaman. indonesian. bahasa indonesiaNabi isa dan peristiwa akhir zaman. indonesian. bahasa indonesia
Nabi isa dan peristiwa akhir zaman. indonesian. bahasa indonesia
 

Air Kehidupan buku 3

  • 2. Air Kehidupan Buku Ketiga - 2 Air Kehidupan - Buku Ketiga © 2004 Daniel V. Kaunang Rilis perdana format elektronik, April 2004 Buku ini dapat diperbanyak atau disebarluaskan dalam keadaan dan format yang seutuhnya tanpa harus mendapat terlebih dahulu persetujuan tertulis dari penulis. Partisipasi dan kontribusi Anda pada Air Kehidupan akan sangat berarti bagi seluruh pembaca. Kontribusi dapat berupa artikel, studi (filsafat, ilmiah, teologi), prosa, puisi, maupun buku-buku (baik hardcopy maupun versi elektronik), dan lainnya. Anda dapat menghubungi penulis melalui e-mail: danielvk@theronworks.com airkehidupan.theronworks.com
  • 3. Air Kehidupan Buku Ketiga - 3 Kata Pengantar Jurnal Air Kehidupan sepanjang tahun 2003 dan awal 2004 masih banyak berbicara seputar agama sebagaimana tahun sebelumnya, namun kali ini ulasan-ulasannya disampaikan dalam scope fokus yang lebih teknis kepada sistem agama, dogma dan doktrin kepercayaan yang telah terkristalisasi dalam agama-agama seperti Islam maupun Kristen. Beberapa diantaranya cukup menyentuh dogma dasar kepercayaan sehingga pada tingkat pemahaman agama tertentu dapat menimbulkan riak-riak emosional atau persepsi yang negatif. Namun di sisi lain, ulasan-ulasan dalam buku ini juga mengalirkan semangat emansipasi dari pengekangan dan pembatasan ide-ide terhadap kebebasan spiritual manusia, sekaligus membawa semangat pembaruan yang dinamis terhadap kekakuan dogma dan doktrin-doktrin berbagai agama. Agama yang aturan-aturan dan doktrinnya terkristalisasi telah terbukti sulit memberikan kontribusi bagi dunia dan kemanusiaan yang selalu mengalami perubahan pada setiap jamannya. Oleh karena itulah lembaga agama sejatinya adalah lembaga agama yang dinamis, yang memiliki kerendahan hati untuk mengakui dan memperbaiki kekeliruan pemahaman teologisnya di masa lalu, yang mendukung dialog antar-agama, dan terbuka kepada kebenaran, kebaikan dan keindahan. Semoga apa yang terangkum dalam Jurnal Air Kehidupan kali ini dapat sedikitnya memberikan manfaat intelektual maupun spiritual bagi kita semua. Salam kasih, Daniel V. Kaunang April 2004 airkehidupan.theronworks.com
  • 4. Air Kehidupan Buku Ketiga - 4 Daftar Isi Kata Pengantar................................................................................................................ 3 Apakah Yesus Diutus untuk Menebus Dosa Umat Manusia?.........................................5 Yang Dunia Butuhkan...................................................................................................12 Neraka........................................................................................................................... 14 A child of God...............................................................................................................16 Deklarasi Etika Global.................................................................................................. 17 Pemahaman Agama.......................................................................................................21 Mengapa Kita Perlu Berdoa ?....................................................................................... 23 Sekte & Cult..................................................................................................................24 Berbeda Tanpa Konflik................................................................................................. 27 Poem of Conformity .....................................................................................................33 Mengapa Dialog Agama Sensitif.................................................................................. 34 Memaknai Secara Positif "Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku"............35 Mengkaji Lembaga Agama........................................................................................... 36 Mengapa Hati Nurani Banyak Orang Tidak Berfungsi dengan Baik?.......................... 39 Merenungkan Kemerdekaan..........................................................................................43 Benarkah Poligami Sunah..?......................................................................................... 45 Bila Diri Sempit Hati.................................................................................................... 50 Injil Kerajaan Allah.......................................................................................................54 Membongkar Teks Ambigu.......................................................................................... 60 Mengapa Babi Haram....................................................................................................64 Agama Islam dan Kristen Berasal dari Keturunan yang Sama......................................66 Tentang Jurnal Air Kehidupan...................................................................................... 68 Catatan...........................................................................................................................69 airkehidupan.theronworks.com
  • 5. Air Kehidupan Buku Ketiga - 5 Apakah Yesus Diutus untuk Menebus Dosa Umat Manusia? Oleh: Daniel Karya Penebusan adalah salah satu dogma yang fundamental dalam Kekristenan. Premis ini dikaitkan dengan konsep dosa asal (kutukan Tuhan terhadap Adam dan Hawa), dan Yesus telah datang untuk dikorbankan darahnya dan disalib untuk menebus dosa umat manusia. Sebagai seorang yang lahir dan dibesarkan secara Katholik sayapun telah diajarkan untuk menerima doktrin tersebut for granted. Namun saya tidak pernah dapat merekonsiliasi doktrin kepercayaan tersebut dengan batin dan iman saya. Saya bertanya-tanya, apakah Allah mau setega itu menjadikan AnakNya sendiri sebagai "tumbal" untuk menebus dosa umat manusia ?... Tuhan nggak gitu deh!... Cukup lama batin/nurani saya berbenturan dengan dogma tersebut, sehingga pada akhirnya saya merasa perlu mencari jawaban atau setidaknya titik temu atas pergumulan ini. Apakah Yesus diutus untuk menebus dosa umat manusia ? Untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut, saya memulai dengan mempelajari alkitab dari perjanjian lama sampai wahyu, menelusuri tafsir-tafsir yang men-validasi doktrin penebusan. Namun menelusuri kesemuanya itu berujung kepada ilustrasi yang paradoksikal, betapa Tuhan yang adalah Baik dan adalah Kasih, sekaligus juga merupakan Allah yang pemarah, pendendam, pencemburu, suka perang, dan (dengan dalih mengasihi umat manusia) tega menjadikan AnakNya sendiri sebagai "tumbal". Saya berada di dalam situasi pemikiran yang dilematis. Di sisi eksternal, dalam kondisi tersebut saya diajak untuk "... tidak usah pusing, percaya dan ikuti saja apa yang sudah digariskan Gereja..". Di sisi batin atau internal, saya juga merasa perlu "...[men] dengarkan kata hati nurani: cari, maka kau akan temukan...". Akhirnya saya ambil pilihan terakhir, mendengarkan kata nurani. Dalam pencarian saya berpikir, bukankah jalan yang terbaik adalah mencari jawaban langsung dari sumbernya? Dalam hal ini, mendengar dan mengetahui DARI pernyataan-pernyataan Yesus sendiri, Anak-Nya? Ini merupakan suatu pemikiran yang saya temukan cukup mengejutkan, karena ternyata masih jarang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku dirinya sebagai "pengikut Kristus". Saya punya landasan yang jelas, mengapa kita perlu mendengar dari Yesus sendiri. Tertulis demikian, airkehidupan.theronworks.com
  • 6. Air Kehidupan Buku Ketiga - 6 Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." [Matius 17:5] Dia yang dimaksud tidak lain adalah Yesus dari Nazaret. Dengarkan apa yang Yesus ajarkan. Disini saya menemukan titik terang. Apakah Yesus sendiri yang mengajarkan dari awal bahwa dirinya datang untuk menebus umat manusia yang jatuh dalam dosa sejak Adam dan Hawa? Mari kita bahas bersama-sama. Interpretasi Ganda Saya menemukan ada ayat pernyataan Yesus yang dapat dianggap mensahkan premis penebusan, yaitu pada Matius 20:28. Kita perhatikan apa yang Yesus sampaikan waktu itu, "...untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (warna merah pada ayat kutipan menunjukkan pernyataan Yesus) Gereja dan teologian umumnya mengkaitkan pernyataan ini dengan konsepsi dosa asal dan kisah pengurbanan Abraham sehingga didapat eksegesi, penjelasan atas peristiwa penyaliban Yesus sebagai bagian dari rencana Allah. Saya mencoba merunut kepada konteks kejadian pada saat itu. Perhatikan bhw konteksnya adl masa-masa terakhir ketika Yesus bergumul dan dihadapkan pada kenyataan yang akan terjadi di masa depan, yaitu dirinya akan dihukum mati disalib. Yesus memberi petunjuk ttg apa yang akan terjadi pada dirinya. Dan hal ini divalidasi kemudian pada Lukas 23:18, Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!" Disini dapat diartikan konteksnya bhw Yesus pd waktu itu menyebutkan: ia harus memberikan nyawanya yang akan dijadikan tebusan bagi banyak orang, untuk kebebasan Barabas. Yesus menerangkan dalam sebuah metafor bahwa seorang gembala sejati rela memberikan nyawanya demi domba-dombanya. Ini juga lebih menunjukkan ajaran "cinta kasih tanpa pamrih", serta membuktikan bahwa kejahatan dapat dikalahkan dengan kebaikan. Pernyataan Yesus lainnya yang dianggap menunjuk kepada penebusan adalah perjamuan terakhir, Matius 26:26-28 atau Markus 14:22-24. Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah- mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. airkehidupan.theronworks.com
  • 7. Air Kehidupan Buku Ketiga - 7 Sekilas "tubuh" maupun "darah" dipahami sebagai simbol Kristus yang dijadikan kurban tebusan bagi dosa umat manusia. Tapi interpretasi lebih dalam menunjukkan bahwa (roti) "tubuh" merupakan simbol "kebenaran" dan (anggur/air) "darah" adalah simbol "pengampunan". Keduanya merupakan pokok ajaran yang selalu ditekankan oleh Yesus, dan akan kita bahas di bawah. Pelajari juga makna metafor ini dalam Yoh 6:50, "Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." dan Yoh 4:14, "...barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya..." Masih ada dua ayat lainnya dalam injil kanonik yang dapat diinterpretasi mendukung penebusan, tapi tidak saya masukkan pada kesempatan ini, karena juga memiliki "interpretasi ganda", bukan pernyataan yang secara eksplisit menunjuk ke soal penebusan maupun dosa asal. Namun jika ada yang mau mengangkatnya kemudian saya terbuka untuk membahasnya. Ketika Yesus memberitahukan masa depan yang akan terjadi pada dirinya, murid- muridnya sangat terguncang. Dalam Matius 16:21-23, dijelaskan: Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Ini semakin jelas menunjukkan bahwa Yesus selama hidupnya tidak pernah mengajarkan dirinya adalah penebus dosa umat manusia. Injil Kerajaan Allah Jadi apa sebenarnya tujuan Yesus diutus ke dunia ? Yesus telah menyebutkannya sendiri dengan jelas dalam Lukas 4:43: “...‘Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.’” Yesus diutus ke dunia untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Dan jika ditelaah akan tampak bahwa Kerajaan Allah ini merupakan tema yang sangat dominan dalam ajaran- airkehidupan.theronworks.com
  • 8. Air Kehidupan Buku Ketiga - 8 ajarannya. Lalu, apa Injil Kerajaan Allah yang diberitakan Yesus? Bukankah Injil berarti Kabar baik? Kalau begitu apa yang menjadi kabar baiknya? Berikut ini beberapa pokok Injil Kerajaan Allah, Kabar Baik yang diajarkan Yesus selama hidupnya: 1. Bahwa Tuhan adalah Bapa dan kita semua adalah anak-anakNya. "Bapa kami..." [Matius 6:9] 2. Keselamatan/hidup kekal dicapai melalui hukum cinta kasih: Kasihi Tuhan Bapamu dan kasihi sesamamu manusia. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." [Matius 22:37-40] 3. Masuk kerajaan Allah dengan lahir kembali dari Roh, yaitu melakukan kehendak Bapa di sorga. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali..." [Yohanes 3:3-7] "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga..." [Matius 7:21] "...Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan airkehidupan.theronworks.com
  • 9. Air Kehidupan Buku Ketiga - 9 mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya." [Perumpamaan dua anak laki-laki: Matius 21:28-32] 4. Jadilah engkau sempurna, seperti Bapa di surga sempurna. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." [Matius 5:48] 5. Bapa Maha Pengampun. [Perumpamaan anak yang hilang: Lukas 15:11-32] 6. Yesus mengajarkan bagaimana dosa kita dapat diampuni Tuhan: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.” [Matius 6:14] 7. Berbagi kabar baik: “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” [Matius 10:8] Pengampunan dan belas kasih Dari yang sudah saya pelajari sebelumnya, konsep penebusan merupakan tema dominan yang dapat ditemukan dalam Alkitab (Perjanjian Lama dan Surat-surat Paulus), namun konsep penebusan yang dikaitkan dengan dosa asal Adam dan Hawa itu tidak pernah diajarkan oleh Yesus dan tidak ditemukan dalam keempat injil. Setelah mempelajari apa yang Yesus ajarkan selama HIDUPNYA, saya TIDAK MENEMUKAN SATU AJARANPUN dari Yesus yang menyatakan bhw dirinya datang untuk menebus dosa umat manusia. Doktrin Penebusan dalam sejarahnya saya temukan lebih merupakan konsepsi Rasul Paulus yang diadopsi dari ajaran kurban Yahudi dan dijadikan dogma oleh Gereja. Berikut ini beberapa pernyataannya: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci,...” [1 Korintus 15:3] “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” [Roma 3:23-25] airkehidupan.theronworks.com
  • 10. Air Kehidupan Buku Ketiga - 10 “kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.” [Galatia 1:3-4] “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita...” [Galatia 3:13] “...dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” [Efesus 5:2] “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. “ [1 Korintus 5:7] “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” [1 Timotius 2:5-6] “...yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri- Nya sendiri sebagai korban.” [Ibrani 7:27] “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.” [Ibrani 9:22] Masih ada cukup banyak ayat -ayat lainnya yang menunjukkan pemahaman teologis Paulus akan darah, kurban, dan tebusan ini. Lihat juga Roma 5:6-21, Ibrani 9:12-15, 9:24- 28, 10:1-20, dll. Sehingga ini menjelaskan kembali bahwa konsep penebusan lebih merupakan dogma yang diajarkan secara konsisten oleh Rasul Paulus, yang cukup kontras dengan apa yang telah diajarkan secara konsisten oleh Yesus selama hidupnya. Sedangkan soal korban yang identik dengan konsep penebusan, Yesus sendiri telah mengatakan, "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan..." [Matius 9:13] Perhatikan bahwa maksud persembahan disini adalah sacrifice/kurban, yang mana paralel dengan Hosea 6:6, "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." airkehidupan.theronworks.com
  • 11. Air Kehidupan Buku Ketiga - 11 Umat manusia tidak pernah harus ditebus melalui korban persembahan siapapun, karena pengampunan dosa sudah tersedia dari Tuhan, notabene disebut sebagai Pertobatan dan Pengampunan. Seperti yang selalu diajarkan Yesus dalam doa: "...dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami..." "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." [Matius 6:14-15] Kesimpulan Setelah saya mengetahui secara lebih jelas ajaran-ajaran dari Yesus, saya dapat menarik beberapa benang merah: 1. Yesus mengajarkan bahwa umat manusia lemah, bukan terkutuk dosa asal (berdosa sejak lahir). "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." [Matius 26:41] 2. Yesus menyatakan sendiri bahwa Dirinya diutus untuk mewartakan kebenaran, Injil Kerajaan Allah, bukan untuk disalib dan dikurbankan untuk menebus dosa umat manusia. 3. Yesus mengajarkan pengampunan bukan penebusan, dan belas kasih bukan persembahan/kurban. Saya mengerti jika apa yang saya temukan dan telah saya kemukakan diatas mungkin belum dapat diterima oleh sebagian orang. Berbagai bentuk penolakan telah saya alami, dari 'nasihat' halus sampai debat kusir di internet yang hanya berusaha menyudutkan pribadi saya dengan cerca dan cacian bahkan fitnah daripada berusaha meneliti substansi telaah yang telah saya buat. Tapi semua itu saya maklumi sebagai bagian dari proses, seperti berbagai bentuk penolakan yang dialami Copernicus karena mengemukakan teori heliosentris, yang bertentangan dengan teori geosentris yang saat itu menjadi kepercayaan Gereja dan umat pada umumnya. Saya tidak tertutup pada apapun, dan saya berterima kasih jika ada yang sudi memberikan tanggapan, koreksi dan masukan yang membangun untuk kajian ini. Sumber: – Alkitab LAI – Holy Bible New King James Version *** airkehidupan.theronworks.com
  • 12. Air Kehidupan Buku Ketiga - 12 Yang Dunia Butuhkan Oleh: Daniel Coba perhatikan sekitar kita.. wabah penyakit, bencana alam (gempa, longsor), dampak perubahan cuaca, kemiskinan, kelaparan, dll. Mau sampai kapan kita terus mengurung kerangka berpikir kita pada hal-hal insignifikan seperti meributkan simbol-simbol keagamaan, mempertentangkan doktrin-doktrin usang, mengagung-agungkan kitab suci kuno sebagai yang paling benar, meributkan presiden harus muslim atau kristen, meributkan berbagai ritual jaman purba yang telah banyak mengakibatkan korban nyawa manusia dan segala macam hal lainnya yang sering diributkan oleh orang-orang yang ngakunya ingin "menegakkan akidah agamanya" masing-masing... tapi tak memperdulikan sekitarnya!??? Apalah artinya beragama? Sekedar untuk gagah-gagahan? "Hey, saya ini (muslim/kristen/buddha,dll) lho!" atau merasa bangga bisa menjalankan ritual-ritualnya? Rajin ke rumah ibadah? Atau bisa menjelek-jelekkan agama lain dalam setiap kotbah atau mimbar untuk kepuasan pribadi atau dalih mengkoreksi ajaran agama lain yang salah? Memang mudah sekali mencari-cari kesalahan dalam agama lain, tapi sudahkah kita mencari kesalahan-kesalahan dalam agama kita sendiri??? Beranikah kita menerima dan terbuka terhadap kebenaran jika ditemukan bahwa ternyata agama kita juga ada salahnya??? Mana yang lebih penting? "Presiden yang muslim atau kristen", atau "Presiden yang PEDULI terhadap bangsa secara keseluruhan" ?? Mana yang lebih indah? "orang-orang yang menonjolkan agamanya sendiri, menganggap kelompoknya paling benar", atau "orang-orang yang menonjolkan toleransi, menganggap umat manusia adalah keluarga" ?? Mana yang lebih baik? "orang-orang 'beragama' yang berjuang untuk menjatuhkan/memerangi agama-agama lain yang dianggap kafir", atau "orang-orang yang berjuang untuk mempersatukan kesamaan-kesamaan dan mengharmoniskan perbedaan- perbedaan dalam agama-agama" ?? Point saya, stop. Hentikan. Tak usah kita bicara soal agama, apalagi soal Tuhan kalau kita hanya melulu melihat dunia dengan sebelah mata, masih merasa diri/agama/Tuhannya paling benar, membenci manusia/kelompok lain yang dianggap sebagai musuh, dll. Dunia tidak butuh orang-orang religius fanatik yang tujuan utamanya membela institusi dan menjunjung tinggi kelompok agamanya sendiri. airkehidupan.theronworks.com
  • 13. Air Kehidupan Buku Ketiga - 13 Dunia tidak butuh "katak-katak dalam tempurung" yang memelihara ketakutan terhadap perubahan. Dunia tidak butuh orang-orang picik yang selalu mengobarkan semangat memerangi orang lain yang tidak seagamanya. Tapi yang dunia butuhkan untuk saat ini dan masa depan adalah manusia-manusia yang mampu membuahkan solusi-solusi global bagi alam dan kemanusiaan secara keseluruhan untuk mewujudkan perdamaian dan cinta kasih yang sesungguhnya. *** airkehidupan.theronworks.com
  • 14. Air Kehidupan Buku Ketiga - 14 Neraka Oleh: Daniel Tanggal: 2/04/04 Doktrin agama yang mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan neraka untuk menghukum atau menyiksa jiwa-jiwa manusia ataupun malaikat yang berdosa menurut saya pribadi merupakan doktrin yang absurd. Analogi saya begini, seorang ayah tidak akan tega melihat anaknya menderita, tersiksa, apalagi melakukan penyiksaan, betapapun dia telah melakukan kesalahan. Jika seorang ayah di dunia saja tidak mau menyiksa anaknya sendiri, apalagi Bapa yang ada di surga yang MAHA pengasih lagi penyayang?? Jaman dulu banyak orang (dan orang tua) beralasan bahwa kalau anak bersalah harus dipukul, dimarahi, dsb, karena itu menunjukkan tanda kasih sayang. Pembenaran terhadap Neraka memiliki landasan pola pikir yang serupa, jika manusia berdosa, maka harus dihukum. Tapi saya tidak dapat menerima alasan/pembenaran seperti itu. Menurut saya adalah sangat keliru jika cinta kasih dicampuradukkan dengan berbagai perbuatan jahat/kejam berupa kekerasan fisik, ledakan emosi amarah, dan lain-lain. "...sebab Allah adalah kasih." [1Yoh. 4:8] dan "Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia..." [Roma 13:10] "Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?" [Yakobus 3:11] Jadi, apakah TUHAN, yang "adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia" [Mazmur 103:8] juga sekaligus tega berbuat jahat dengan menyiksa anak-anakNya yang tidak menurut kehendakNya dengan mencemplungkan ke neraka selama-lamanya? Bahkan absurditas tersebut tampaknya juga sudah dirasakan oleh Paus Yohanes Paulus II, sehingga beliau di tahun 90an merasa perlu "mengkoreksi pemahaman" jemaat soal neraka. Sri Paus menjelaskan bahwa berbagai penggambaran tentang neraka dalam Kitab Suci perlu diinterpretasi secara lebih tepat. Neraka bukan sekedar sebuah tempat, tapi neraka menunjukkan KEADAAN manusia yang dengan kesadaran penuh memisahkan diri dari Tuhan. Neraka bukan bentuk hukuman abadi oleh Tuhan, melainkan kondisi yang dihasilkan dari sikap-sikap dan tindakan yang diperbuat orang dalam hidupnya. airkehidupan.theronworks.com
  • 15. Air Kehidupan Buku Ketiga - 15 Neraka bukan ciptaan Tuhan, melainkan ciptaan manusia sendiri... (L'Osservatore Romano 4 Agustus 1999) Kepercayaan neraka memang telah memiliki peran penting dalam "menjinakkan" peradaban manusia barbar di masa lalu.. Tujuan doktrin tersebut mengutamakan manusia agar TAKUT akan Tuhan. Tapi di masa sekarang sudah tampak tidak relevan dengan sifat Kasih Ilahi yang semakin terungkap dalam segala sendi kehidupan manusia yang mendambakan cinta kasih dan perdamaian. Orang yang mengasihi Tuhan, tidak perlu takut akan Tuhan. Seorang anak mengasihi ayah kandungnya bukan karena takut kepadanya, tapi karena semata-mata sang anak mengasihi ayahnya, sebagaimana sang ayah telah begitu mengasihi anak-anaknya. Begitu pula Tuhan, yang telah mengasihi anak-anakNya. Sudah waktunya kita menyadari kasih karunia dari Tuhan dan mengalirkannya kepada sesama manusia, saudara-saudari kita, tanpa pamrih. *** airkehidupan.theronworks.com
  • 16. Air Kehidupan Buku Ketiga - 16 A child of God i am a child of God He is my Father His fragment dwells within me nurturing me as i grow showing me the way of everlasting truth, beauty, and goodness i am a child of God you are my brother and sister as i see Him within me i see Him within you so to love Him is to love you as our Father loves each one of us i am a child of God i have come to realise that each of us is unique and independent yet we are not separate in the fatherhood of God and the brotherhood of man (Daniel V. Kaunang) airkehidupan.theronworks.com
  • 17. Air Kehidupan Buku Ketiga - 17 Deklarasi Etika Global Oleh: Daniel Tanggal: 12/23/03 "Akan ada damai di bumi ketika ada damai di antara agama-agama dunia." "Tidak ada perdamaian dunia tanpa adanya perdamaian di antara agama-agama; tidak ada damai diantara agama-agama tanpa adanya dialog antar agama." Dari buku "Global Responsibility" oleh Hans Kung, teologian Deklarasi berikut ini dipersiapkan melalui perundingan selama dua tahun oleh sekitar 200 sarjana yang mewakili banyak agama di dunia. Kemudian pada tgl 4 September 1993 ditunjukkan pada Parlemen Agama-Agama Dunia yang diselenggarakan di Chicago, IL. Deklarasi tersebut, ditambah dengan Prinsip Etika Global, ditandatangani oleh 143 pemuka dan tokoh agama seluruh dunia, termasuk Baha'i World Faith, Brahmanisme, Brahma Kumaris, Buddhisme, Kristen, Hindu, Indigenous, Interfaith, Islam, Jainisme, Judaisme, Native American, Neo-Pagan, Sikhisme, Taoisme, Theosophist, Unitarian Universalist dan Zoroastrian. Lalu Konsili untuk Parlemen Agama-agama Dunia mengajukan kepada dunia sebagai pernyataan awal mengenai aturan hidup yang dapat disetujui oleh seluruh agama-agama dunia. Menuju Etika Global (Deklarasi Pertama) Dunia sedang berada dalam penderitaan. Penderitaan yang begitu dalam dan genting sehingga kami terdorong untuk menyebutkan berbagai manifestasinya agar kedalaman rasa sakit ini dapat diperjelas. Damai mengelak dari kita... planet ini sedang dihancurkan... sesama hidup dalam ketakutan... perempuan dan laki-laki saling terasingkan... anak-anak mati! Ini sungguh menyedihkan! Kami mengutuk perusakan terhadap ekosistem-ekosistem bumi. Kami mengutuk kemiskinan yang mencekik potensi kehidupan; kelaparan yang melemahkan tubuh manusia, jenjang perbedaan ekonomi yang mengancam kejatuhan banyak keluarga. Kami mengutuk kekacauan sosial bangsa-bangsa; ketidakpedulian terhadap keadilan yang mendorong warga ke pinggiran; anarkisme yang marak di masyarakat; dan kematian airkehidupan.theronworks.com
  • 18. Air Kehidupan Buku Ketiga - 18 anak-anak dari kekerasan. Secara khusus kami mengutuk agresi dan kebencian dalam nama agama. Namun penderitaan ini tidak perlu terjadi. Hal ini tidak perlu terjadi karena landasan untuk suatu etika sudah ada. Etika ini menawarkan kemungkinan akan terciptanya individu dan tatanan global yang lebih baik, dan membawa jauh individu-individu dari keputus-asaan, dan menjauhkan masyarakat dari kekacauan. Kami adalah perempuan dan laki-laki yang telah memeluk ajaran dan praktik-praktik agama-agama dunia. Kami menegaskan bahwa ada norma yang mutlak dan tidak dapat disanggah bagi seluruh area kehidupan, untuk para keluarga dan masyarakat, untuk ras-ras, bangsa-bangsa, dan agama-agama. Sejak lama telah ada garis pedoman bagi perilaku manusia yang ditemukan dalam ajaran-ajaran agama di dunia dan yang merupakan syarat untuk tatanan dunia yang baik. Kami menyatakan: Kami saling bergantung. Masing-masing bergantung pada kesejahteraan keseluruhan, dan dengan demikian kami memiliki rasa hormat terhadap masyarakat, terhadap penduduk, binatang, dan tumbuhan, dan untuk pemeliharaan Bumi, udara, air dan tanah. Kami memegang tanggung-jawab individual untuk semua yang kami lakukan. Seluruh keputusan kami, tindakan, dan kegagalan bertindak memiliki akibat-akibatnya. Kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana kita menghendaki orang lain memperlakukan kita. Kami membuat komitmen untuk menghargai hidup dan martabat, individualitas dan perbedaan, agar supaya setiap orang diperlakukan secara manusiawi tanpa pengecualian. Kita harus memiliki kesabaran dan sikap menerima. Kita harus mampu memaafkan, belajar dari masa lalu tapi tak pernah membolehkan diri kita diperbudak oleh ingatan-ingatan kebencian. Membuka hati kita kepada sesama, kita harus membenamkan perbedaan-perbedaan sempit diantara kita untuk ke arah masyarakat dunia, mempraktekkan budaya solidaritas dan kebersamaan. Kami menganggap umat manusia sebuah keluarga. Kita harus berusaha menjadi baik dan murah hati. Kita tidak boleh hidup hanya untuk diri kita sendiri saja, tapi juga perlu melayani sesama, jangan pernah lupakan anak-anak, para lanjut usia, para fakir miskin, para penderita, para cacat, para pengungsi dan yang kesepian. Tidak seorangpun yang harus dianggap atau diperlakukan sebagai warga kelas-dua, atau dieksploitasi dalam cara apapun. Harus ada kesetaraan dalam persekutuan antara laki-laki dan perempuan. Kita airkehidupan.theronworks.com
  • 19. Air Kehidupan Buku Ketiga - 19 jangan melakukan pelanggaran seksual. Kita harus menaruh kebelakang kita segala bentuk penguasaan atau penyalah-gunaan. Kami berkomitmen pada kebudayaan non-kekerasan, kehormatan, keadilan, dan kedamaian. Kita tidak akan menindas, melukai, menyiksa, atau membunuh sesama manusia lain, meninggalkan kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan perselisihan. Kita harus berupaya bagi tatanan ekonomi dan sosial yang adil, yang mana setiap orang memiliki kesempatan sama untuk mencapai potensi penuh sebagai mahluk hidup. Kita harus berbicara dan bertindak yang sesungguhnya dan dengan kasih sayang, berurusan secara adil dengan semua orang, dan menghindari prasangka dan kebencian. Kita tidak boleh mencuri. Kita harus melangkah melewati dominasi ketamakan akan kekuasaan, gengsi, uang, konsumsi untuk menciptakan dunia yang damai dan adil. Dunia tidak dapat diubah menjadi lebih baik kecuali kesadaran para individu diubah terlebih dahulu. Kami berjanji untuk meningkatkan kesadaran kami dengan mendisiplinkan pikiran, dengan meditasi, dengan doa, atau dengan pikiran positif. Tanpa resiko dan kesiapan untuk berkorban tidak akan ada perubahan yang fundamental dalam situasi kita. Oleh karena itu kami berkomitmen untuk etika global ini, untuk saling memahami, dan untuk jalan hidup yang secara sosial bermanfaat, cinta damai, dan ramah terhadap alam. Kami mengundang semua orang, siapapun, beragama maupun tidak untuk melakukan hal yang sama. Referensi Joel Beversluis, Ed, "A SourceBook for Earth's Community of Religions", CoNexus Press, Grand Rapids, MI & Global Eductional Associates, New York, NY, (1995), P. 131 - 138. Petikan-petikan dari “Prinsip-prinsip Etika Global” Beberapa petikan yang merujuk perihal toleransi beragama. • Mukadimah/Preamble “... Dari waktu ke waktu kita melihat para pemimpin dan jemaat agama-agama mendorong agresi, fanatisme, kebencian dan xenophobia (ketidaksukaan pada yang serba asing) – bahkan mengilhamkan dan melegitimasi kekerasan dan konflik-konflik berdarah. Agama seringkali disalahgunakan demi mencapai tujuan-tujuan kekuasaan- politik, termasuk perang.” airkehidupan.theronworks.com
  • 20. Air Kehidupan Buku Ketiga - 20 • Tuntutan mendasar: setiap manusia harus diperlakukan secara manusiawi “...Tentu saja, agama-agama dapat dipercaya hanya ketika mereka melenyapkan berbagai konflik yang muncul dari agama-agama itu sendiri, membongkar kecongkakan kelompok, kecurigaan, prasangka, dan bahkan sikap dan kesan bermusuhan. Dengan demikian menunjukkan hormat pada tradisi, tempat-tempat suci, perayaan dan ritual orang-orang yang berbeda keyakinan...” • Direktif mutlak: Komitmen pada budaya non-kekerasan dan menghargai hidup “... Setiap masyarakat, setiap bangsa, setiap agama harus menunjukkan toleransi dan rasa hormat –apresiasi tinggi yang sungguh-sungguh– terhadap setiap yang lain. Minoritas perlu dilindungi dan didukung, apakah itu ras, etnis atau keagamaan...” • Direktif mutlak: Komitmen terhadap budaya toleransi dan kejujuran “...di seluruh dunia, kami tak habis-habisnya menemukan kebohongan dan ketidakjujuran, penipuan, kemunafikan, faham sempit dan penghasutan... Para wakil agama-agama yang menolak dan tidak menghargai agama-agama lain dan yang mengajarkan/mengkotbahkan fanatisme dan intoleransi daripada hormat dan pengertian... Tidak satupun perempuan atau laki-laki, institusi, negara atau lembaga agama atau komunitas religius yang berhak berbicara kebohongan kepada orang lain.... Terutama wakil agama ketika mereka menggerakkan prasangka, kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang yang berlainan kepercayaan, atau bahkan menghasut atau melegitimasi perang agama, mereka pantas mendapatkan penghukuman dan kehilangan para pengikutnya.” • Direktif mutlak: Komitmen terhadap budaya kesetaraan hak dan kemitraan antara laki- laki dan perempuan. “... Kami memiliki tugas untuk melawan dominasi jenis kelamin satu terhadap lainnya yang diajarkan –bahkan dalam nama agama...” Referensi Joel Beversluis, Ed, "A SourceBook for Earth's Community of Religions", CoNexus Press, Grand Rapids, MI & Global Educational Associates, New York, NY, (1995), P. 131 - 138. Hans Küng, "Explanatory remarks concerning a 'Declaration of the Religions for a Global Ethic.' " Termasuk di dalam esei adalah deklarasi. Lihat : http://astro.ocis.temple.edu/~dialogue/Antho/kung.htm *** airkehidupan.theronworks.com
  • 21. Air Kehidupan Buku Ketiga - 21 Pemahaman Agama Oleh: Nugroho Tanggal: 12/11/03 Saya amati sebetulnya pemahaman agama itu ada beberapa tingkatan. Ada yang masih level dasar, di level agama LOKAL, yang menganggap right or wrong is my religion. Semua orang lain kafir dan masuk neraka. Mereka tidak memperhitungkan bangsa lain, atau penduduk planet lain, kalau ada. Berputar-putar dalam perdebatan ritual-ritual dan tradisi-akidah yang sudah berabad-abad membeku dalam tulisan para ulama, ribuan tahun yang lalu. Mengucapkan salam selalu harus pakai kata-kata "syaloom". Saking konyolnya, sehingga perdebatan tatacara puasa jika dimuat di harian Pos Kota pun akan sangat menggelikan. Pertanyaannya di Pos Kota bunyinya akan seperti ini "Kalau puasa, boleh sikat gigi atau tidak?" Ada yang di level agama GLOBAL, yang menganggap humanity dan mother Earth adalah yang terpenting. bagi yang di level ini, menyanyikan "imagine there is no religion" and "we are the children (of the world)" Mereka sibuk membuat dialog antar agama, mungkin ingin menyusun sebuah agama baru, lintas-agama. Atau ingin mereformasi agamanya meniru agama orang lain. Debat salah benar ajaran menjadi amat kritis, ketika proses tukar-menukar paham dilakukan. Ada yang sampai di level UNIVERSAL, yang memandang ke alam semesta dan menganggap bahwa dirinya adalah bagian integral dari kosmos yang utuh. Mereka memandang ke langit, dan menganggap diri mereka sebagai bagian dari keluarga dan peradaban jutaan bintang-bintang yang bertaburan di sana. Agama mereka melampaui batas ruang dan waktu. Mereka memandang keilahian dan Tuhan adalah tujuan hidup mereka, seperti para sufi yang paham bahwa cintakasih adalah nilai tertinggi semesta, dan dari mulut mereka bahkan mengaku "anal haq..." Kalau Anda merasa masih berada di level lokal, maka cukup ikutilah milis-milis agama Anda yang restricted, moderated, dan penuh slogan-slogan. Hasil yang Anda dapat adalah tambahan pengetahuan tatacara ritual plus "iman" agar Anda lebih fanatik menjalankan ritual-ritual itu semua. Tapi awas, terlalu over indoktrinasi di level satu akan membuat Anda menjadi seperti Amrozi. Kalau Anda ikut milis Islam kristen Anda pasti akan marah-marah terus dan berniat membunuh musuh diskusi Anda. airkehidupan.theronworks.com
  • 22. Air Kehidupan Buku Ketiga - 22 Jika Anda berani diskusi di milis Islam kristen, proletar, apakabar, atau di milis hindu, dan pendapat Anda bisa diterima orang lain, maka Anda mungkin masuk level kedua, agama global. Anda akan belajar banyak hal yang Anda tidak tahu, penjelasan yang lebih masuk akal tentang berbagai ritual, dsb. Anda sadar bahwa umat manusia ini agamanya bermacam-macam. Iman Anda pada Tuhan yang disembah bersama akan makin diperkuat (asal tidak kalah debat melawan penganut atheis lalu murtad jadi atheis... he he he). Memang problem utama di level ini adalah jika orang atheis ikutan, bisa kacau diskusinya... Problem lain jika over fanatik di level ini akan menjadi amat sekuler dan humanis, tidak percaya ajaran kitab suci manapun, dan hanya percaya pada logika manusia, mungkin juga jadi atheis. Namun Tuhan itu faktanya adalah pencipta alam semesta, bukan sekedar tanah Palestina atau Bumi ini saja. Semestinya kita sampai pada level ketiga, level universal, karena di situlah Tuhan itu ada. Di diskusi level ini, tidak ada lagi yang mudah tersinggung. Semua merasakan kesamaan dalam roh, dan persaudaraan semesta. Serangan kelompok atheis juga dihadapi dengan santai saja, dan dibalas dengan argumen yang lebih kuat. Problemnya, terlalu over di level ini membuat kita tidak membumi, dan jadi manusia suci atau sufi yang aneh. Seperti sekolah, semua manusia tidak bisa loncat langsung masuk kelas tiga. Semua, Anda dan saya, terlebih dahulu harus paham level satu, kemudian dua. Kalau sudah paham di level itu, dan masih ada pertanyaan yang tidak terjawab, maka dengan sendirinya kita ingin naik kelas. Jawaban pertanyaan kita ada di kelas yang lebih tinggi. Kita ikuti dulu semua ritual dan akidah di level satu. Kemudian jika ulama kita tidak bisa menjelaskan asal usul suatu tradisi, maka kita coba dengar pendapat agama lain di level dua. Kalau kita sudah tukar pendapat dengan agama lain dan masih juga tidak terjawab, maka berarti jawabannya ada di level tiga. Kalau itu juga masih tidak terjawab juga, berarti kita mesti tunggu karir berikutnya di alam yang lebih tinggi, setelah meninggal. Setelah perjalanan panjang, kita akhirnya akan bertemu Tuhan. Terjawabkah semua pertanyaan? Mungkin ya, mungkin juga tidak, karena buktinya sekarang ini evolusi alam semesta juga belum selesai. Lagipula, kalau kita bisa menjawab semua pertanyaan, berarti kita sama dengan Tuhan, dong? Itu tidak mungkin. Tuhan lebih dari pemahaman seluruh makhluk dan alam semesta digabung jadi satu. Disainer punya alternatif tidak terbatas. Dia yang menciptakan sistem semesta ini pasti jauh lebih dari ciptaannya sendiri. *** airkehidupan.theronworks.com
  • 23. Air Kehidupan Buku Ketiga - 23 Mengapa Kita Perlu Berdoa ? Oleh: Daniel Tanggal: 11/21/03 Doa adalah jalan terbaik dalam berhubungan dengan Tuhan. Namun doa yang baik bukanlah untuk memohon agar jalan bagi kita dibukakan, melainkan untuk mencari jalan yang Tuhan kehendaki. Doa merupakan aktifitas yang sangat baik dalam membangun kepercayaan berkomunikasi dengan Pencipta dan membantu dalam segala aspek hidup keseharian kita. Berdoa menggali saluran yang lebih dalam agar kehadiran Tuhan berdiam di dalam diri kita. Setiap doa-doa kita telah dijawab. Akan tetapi jika jawaban pada doa-doa kita ditunda, itu dapat dikarenakan alam semesta punya jawaban lebih baik di sepanjang jalan kehidupan Anda. Tuhan menjawab seluruh doa-doa kita dengan membuka tingkap- tingkap rahasia kebenaran secara bertahap. Dengan demikian doa merupakan pendorong pertumbuhan spiritual Anda yang paling manjur. Ada beberapa kondisi/prasyarat yang perlu diperhatikan agar doa menjadi efektif: 1. Anda harus tegar menghadapi berbagai realitas problema hidup secara tulus dan teguh hati. Anda harus memiliki stamina / kegigihan. 2. Anda sudah benar-benar menguras tenaga dalam batasan kapasitas manusiawi. Anda harus telah bekerja sekuat tenaga. 3. Anda harus melepaskan segala keinginan dari pikiran dan segala idaman dari jiwa bagi transformasi pertumbuhan spiritual. Anda telah mengalami perluasan arti dan peningkatan nilai-nilai hidup. 4. Anda harus memilih kehendak Ilahi dengan sepenuh hati. 5. Anda tidak hanya mengenal kehendak Bapa dan memilih untuk melaksanakannya, tapi Anda juga telah menjalankan konsekrasi total serta dedikasi yang dinamis dalam melakukan kehendak Bapa secara sungguh-sungguh. 6. Doa Anda ditujukan secara khusus untuk mencapai kebijakan ilahi (divine wisdom) yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai problematika hidup manusia, mencapai kesempurnaan ilahi. Bahan bacaan : The Urantia Book, Paper 91 – The Evolution of Prayer, 9. Conditions of Effective Prayer, p.1002 *** airkehidupan.theronworks.com
  • 24. Air Kehidupan Buku Ketiga - 24 Sekte & Cult Oleh: Daniel Tanggal: 11/09/03 Sekte maupun cult merupakan hasil dari dorongan sifat manusia yang alami untuk berkelompok dan bersosialisasi berdasarkan suatu pemahaman yang diakui secara kolektif. Namun dalam perkembangannya, terbentuk sekte-sekte yang menerapkan hirarki otoriter, bahkan mengandung ajaran-ajaran yang dinilai cukup destruktif terhadap pola pikir dan mentalitas anggotanya. Tulisan ini mencoba menjabarkan secara ringkas apa yang dimaksud dengan sekte dan cult, ciri-ciri kelompok yang bersifat merusak fisik, mental maupun psikologis, serta beberapa tips yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan atau menilai suatu kelompok. Sekte adalah suatu golongan yang memiliki paham, cara hidup dan doktrin yang dapat dibedakan dari yang lain. Pada dasarnya hampir semua agama intelektual merupakan sekte (atau cult), atau setidaknya berangkat dari sekte baru atau denominasi pecahan dari yang sudah ada. Cult, atau kultus, adalah kelompok yang memiliki suatu bentuk pemujaan, penghormatan (seringkali yang berlebihan) terhadap tokoh (tunggal maupun jamak), badan organisasi atau hirarki tertentu, atau hal lainnya. Cult dapat dikategorikan kedalam berbagai aspek antara lain kelompok religius agama, kelompok terapi, partai politik, kelompok bisnis komersil, gerakan zaman baru, dan kelompok penyalahguna ritual. Walaupun kelompok otomotif mania atau kelompok pemuja film tertentu bisa disebut cult, sisi negatif pemahaman istilah cult digunakan terhadap sekte keagamaan/bisnis/politik yang dinilai eksklusif, sektarian, berahasia (occult), dan destruktif. Ciri-ciri utama cult yang destruktif antara lain: 1. Pengendalian Pikiran (Mind Control). Memanipulasi dengan menggunakan teknik bujukan/rayuan, atau teknik-teknik pengubah perilaku lainnya yang dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan korban. Faktor "Rasa Takut" sering digunakan untuk mengendalikan dan mempertahankan kesetiaan pengikut, dengan ragam ancaman halus seperti, kalau murtad tidak akan selamat, kalau keluar dari kelompok, akibatnya akan jauh lebih parah daripada sebelum masuk, dan sejenis lainnya. 2. Kepemimpinan Karismatik dan atau Otoritarian. Mengklaim diri pemimpin kelompok sebagai tuhan/dewa, atau klaim memiliki pengetahuan khusus dan memiliki kekuasaan airkehidupan.theronworks.com
  • 25. Air Kehidupan Buku Ketiga - 25 dan hak-hak istimewa serta menuntut kesetiaan dan kepatuhan yang tidak boleh dipertanyakan. 3. Tipu Muslihat. Merekrut dan menggalang dana dengan tujuan rahasia dan tanpa mengungkapkan penggunaan teknik pengendalian pikiran. 4. Eksklusifitas. Suka merahasiakan, mengelakkan atau mengaburkan hal-hal tertentu yang berkaitan dengan aktifitas dan kepercayaan yang dianut. 5. Pengasingan. Memberi jarak atau memisahkan diri dari keluarga, rekan atau masyarakat, terjadi perubahan nilai-nilai dan karakter, serta menjadikan cult yang diikuti sebagai "keluarga" baru. 6. Eksploitasi. Dapat berbentuk finansial, fisikal, atau psikologis. Tekanan untuk memberi uang (donasi, iuran, dll), menghabiskan waktu atau uang untuk berbagai pelatihan, atau memberi secara berlebihan untuk proyek tertentu, atau melakukan aktifitas seksual yang tidak pantas, bahkan penyiksaan anak. 7. Pandangan Totalitarian terhadap dunia (pengkotak-kotakan, sindrom Kita-mereka). Mengakibatkan pola pikir "diluar kelompok kami adalah kafir", ketergantungan pada kelompok, mengutamakan tujuan-tujuan kelompok diatas individu, dan menyetujui sikap-perilaku tidak etis sambil mengklaim benar. Jika seseorang ingin memutuskan untuk bergabung ke dalam suatu kelompok keagamaan tertentu, setidaknya terlebih dahulu harus meninjau dengan seksama apa saja yang diajarkan. Berikut ini beberapa hal relevan yang dapat dipertimbangkan/dipertanyakan ketika menilai/mengevaluasi suatu denominasi atau sekte (sumber dari Sects - Knowledge Protects! An informational brochure from the- Austrian Ministry for Environment, Youth and Family). 1. Apakah dunia sedang menuju kepada suatu jenis malapetaka (mis. kiamat, akhir jaman), dan hanya kelompok tersebut yang tahu bagaimana mencapai selamat? 2. Apakah kelompok tersebut memiliki resep manjur untuk menanggulangi segala masalah? Apakah ajaran-ajaran kelompok tersebut dijabarkan sebagai suatu bentuk sains? 3. Apakah pandangan yang diberikan terhadap dunia terasa simpel dan sederhana, dan apakah hal tsb menjelaskan tiap problema? 4. Apakah ada ketergantungan yang kuat pada figur/sosok karismatik pemimpin (master / guru / bapa / ibu) atau pada hirarki otoritas? 5. Apakah pemikiran dibatasi dalam koridor "hitam putih"? 6. Apakah ada kajian sains atau pemikiran rasional yang ditolak? 7. Apakah kurang/tidak diperbolehkan bersikap kritis dalam komunitasnya? 8. Apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tampak dihindari, dielakkan dengan beragam alasan atau apakah jawabannya tampak diulur, ditunda? 9. Apakah ada buku-buku dan laporan berita surat kabar yang ditolak atau diabaikan oleh kelompok yang bersangkutan? Apakah kritik dan penolakan dari pihak luar dianggap bukti bahwa kelompok itu benar? airkehidupan.theronworks.com
  • 26. Air Kehidupan Buku Ketiga - 26 10.Apakah ada ke-kurang-terbukaan atau kurangnya transparansi sehubungan dengan permintaan finansial yang dikenakan pada anggotanya? 11.Apakah jadwal pertemuan dibatasi/terisolasi, atau terbatas hanya boleh menggunakan buku atau film tertentu saja, atau melarang berhubungan dengan teman atau kerabat? 12.Apakah anggota dituntut/dipaksa untuk mengungkapkan detil kehidupan pribadi mereka? 13.Apakah calon anggota menerima isyarat akan adanya suatu "ajaran rahasia" ? Dengan pengertian, "ajaran rahasia" tersebut tidak boleh diungkapkan pada dunia diluar kelompok. 14.Apakah sering terjadi konflik didalam lingkungan kelompok, seperti konflik antara eks-anggota dengan anggota yang sekarang? Apakah ada konflik legal dengan pemerintah? 15.Apakah salah satu tujuan tertingginya adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih banyak bagi kelompok itu sendiri? 16.Apakah ada keharusan/tekanan untuk merekrut calon anggota baru yang lain? Umumnya pada suatu kelompok tidak akan memiliki seluruh kriteria diatas. Namun perlu dipertimbangkan agar berhati-hati apabila sebagian dari pertanyaan-pertanyaan diatas dijawab dengan "Ya". *** airkehidupan.theronworks.com
  • 27. Air Kehidupan Buku Ketiga - 27 Berbeda Tanpa Konflik Oleh : Khamami Zada Tanggal: 11/06/03 Konflik global antarumat manusia yang terjadi dalam satu abad ini telah menyadarkan kita, betapa umat manusia telah hidup dalam permusuhan dan pertikaian. Selalu saja, ada konflik antarumat manusia di seluruh penjuru dunia. Agama adalah salah satu instrumen konflik global yang terjadi di muka bumi. Perang Irak-Iran, Perang Arab-Israel, Perang Teluk, Perang Afghanistan, dan terakhir Peristiwa 11 September dan Tragedi Bali adalah bukti keterkaitan agama dengan konflik politik dunia global. Kondisi demikian ini, semakin memperkuat solidaritas agama lintas teritorial (kawasan) negara. Umat manusia benar-benar diikat oleh keyakinan agama untuk membela saudara- saudara di negara lain, bukan lagi solidaritas kemanusiaan kaum tertindas. Sehingga isunya bukan lagi isu politik (teritorial, ekonomi, atau budaya), melainkan sudah menjadi isu agama. Inilah yang selama ini terjadi di negara-negara Muslim ketika terjadi benturan dengan sesama Muslim, dan bahkan dengan dunia non-Muslim sejak berabad-abad yang lalu. Konflik politik berubah menjadi konflik agama oleh karena agama digunakan sebagai basis dukungan politik. Fenomena ini menunjukkan betapa tata dunia yang damai belum menjadi kesadaran hidup global antarumat beragama. Impian dunia yang damai seakan sirna oleh ego politik, ekonomi, dan agama umat manusia. Di sinilah, agama kehilangan makna otentiknya sebagai petunjuk jalan menuju kedamaian. Sebab, agama sekedar memperkuat makna teologis yang ekslusif dan intoleran. Parahnya lagi, yang terjadi adalah radikalisasi umat beragama, bukan kulturalisasi yang inklusif dan toleran. Radikalisme Agama Agama dalam sejarahnya selalu menjadi pijakan teologis umat manusia. Meskipun Karx dan Nietzche berpandangan sinis terhadap agama, akan tetapi agama tidak pernah kehabisan pengikut. Agama tidak pernah hilang ditelan modernisasi. Ini berbeda dengan tradisi (adat) yang bisa musnah dimakan oleh arus deras laju modernisasi. Namun demikian, agama sekarang ini mulai terdesak peranannya oleh rasionalitas manusia modern, yang serba canggih. Karena itulah, tantangan agama di masa modern adalah semakin berkurangnya peran agama di dalam komunitas masyarakat modern. Pada gilirannya, fenomena ini menjadikan pengikut agama mendefinisikan eksistensi agamanya untuk mensikapi modernitas yang serba-rasional dan sekuler. Itu sebabnya, di dalam komunitas agama ada airkehidupan.theronworks.com
  • 28. Air Kehidupan Buku Ketiga - 28 yang frustasi dengan penyingkiran agama oleh proses modernisasi yang rasional dan sekuler. Munculnya fundamentalisme dan radikalisasi agama adalah bagian dari dialektika yang negatif antara agama dengan modernisasi. Hal ini tampak sekali dari pengalaman umat Islam di beberapa kawasan dunia yang banyak melahirkan radikalisasi akibat serangan bertubi-tubi Barat lewat demokrasi, HAM, dan isu gender ke negara- negara Muslim. Tak pelak lagi, banyak bermunculan sikap penolakan terhadap konsep modern Barat secara radikal akibat tidak tersedianya doktrin agama (Islam) yang eksplisit tentang itu. Alih-alih konsep modern Barat justru mengkritik dan menyerang doktrin agama yang berasal dari Tuhan. Inilah yang menjadikan umat beragama mengalami proses radikalisasi terhadap agamanya dengan karakternya yang keras, agresif, dan militan. Secara psikologis, sikap radikal umat beragama seringkali merupakan ungkapan yang tidak disadari dari chaos dan ketegangan dalam tubuh agama itu sendiri. Kecemasan akibat tuntutan sekular yang sering tak terhindarkan, ketidakpastian dogmatik akibat keragaman interpretasi, serta krisis identitas akibat persaingan sosio-kultural global yang tajam, dan sebagainya mudah memantul secara terselubung dalam bentuk-bentuk fanatisme dan kekerasan religius terhadap pemeluk agama lain. Yang dianggap musuh itu bisa jadi sebenarnya hanyalah simbol-simbol dari kekacauan tanpa bentuk dalam diri mereka sendiri. Dengan demikian, radikalisasi adalah sikap ketidakberdayaan melawan pengaruh luar yang begitu dahsyat tanpa bisa melakukan apresiasi konstruktif. Maka dari itu, radikalisasi umat seringkali diekspresikan melalui sikap penolakan, pengkafiran, dan kekerasan. Hal ini tentu saja menunjukkan betapa problem internal umat untuk berinteraksi dengan kenyataan sosial tidak mampu diselesaikan dengan baik. Pengalaman Umat Islam Indonesia Indonesia adalah negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan dalam percaturan politik di kawasan Asia Tenggara (Meski Islam di Asia Tenggara sering disebut sebagai Islam periferal (Islam pinggiran), dalam kenyataannya perhatian Barat terhadap dunia Islam tidak saja terfokus kepada wilayah Timur Tengah. Islam di Asia Tenggara kini menjadi perhatian Barat setelah perkembangan Islam yang luar biasa di Malaysia, Indonesia, dan Filiphina. Karena itu, Islam di Indonesia tidak bisa diabaikan begitu saja dalam percaturan politik global dewasa ini.) memiliki peran yang sangat strategis. Karena itu, Islam di Indonesia dewasa ini memiliki daya tarik yang luar biasa bagi beberapa pengamat sejak lengsernya Orde Baru, dan bahkan sejak Tragedi 11 September Kelabu, yang telah menajamkan konflik Islam-Barat. Kecenderungan ini sebenarnya lebih disebabkan oleh gejala bangkitnya gerakan Islam di Indonesia yang semakin bercorak radikal. Secara internal, sikap gerakan Islam yang memperjuangkan syariat Islam menjadi hukum negara dan secara eksternal, bersikap anti- airkehidupan.theronworks.com
  • 29. Air Kehidupan Buku Ketiga - 29 Barat (Amerika Serikat) melalui aksi protes, unjuk rasa, atau demontrasi, telah menjadikan asumsi kelompok di luarnya menyebut sebagai gerakan radikal. Semenjak kejatuhan Orde Baru, kelompok Islam radikal menemukan momentumnya untuk melakukan akselerasi politik secara kultural (ormas Islam) dan struktural (partai Islam). Peminggiran yang dilakukan rezim penguasa Orde Baru tampaknya menjadi spirit untuk melakukan gerakan di saat yang tepat. Munculnya, FPI, Laskar Jihad Ahluusunah Waljama'ah, Majelis Mujahidin, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, HAMMAS, dan lain sebagainya, yang dirancang sebagai gerakan kultural dan maraknya pendirian partai-partai Islam, seperti PUI (Partai Umat Islam), PKU (Partai Kebangkitan Umat), Partai Masyumi Baru, PPP, PSII (Partai Syarikat Islam), PSII 1905 (Partai Syarikat Islam 1905), Masyumi (Partai Politik Islam Masyumi), PBB, PK, PNU (Partai Nahdlatul Ummat) dan PP (Partai Persatuan) sebagai gerakan struktural telah menjadi imaginasi bangkitnya Islam secara lebih tegas. Dua strategi gerakan ini menjadi penting ketika rezim yang berkuasa memberikan angin kebebasan setelah lama gerakan Islam dipinggirkan secara politik oleh rezim Orde Baru. Hasilnya, adalah partai-partai Islam (PPP dan PBB) memperjuangkan Piagam Jakarta melalui jalur konstitusional demokrasi (parlemen), sedangkan ormas-ormas Islam radikal memperjuangkan syariat Islam melalui jalur kultural; dakwah Islam dan aksi unjuk rasa, baik ke parlemen maupun ke istana negara. Kolaborasi ini tampaknya menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan secara bertahap di dalam sistem sosial dan kenegaraan bangsa Indonesia. Pada gilirannya, atribut, slogan, dan nama-nama Islam begitu ramai diteriakan sebagai bagian dari pentas kekuatan dan pentas perjuangan. Pergerakan Islam radikal memang sedang merambah ke wilayah-wilayah yang berpenduduk mayoritas Muslim di seluruh dunia. Indonesia dan Malaysia, yang secara statistik berpenduduk mayoritas Muslim telah mengalami gejala globalisasi Islam radikal. (Secara lebih tegas Bassam Tibi menggunakan istilah fundamentalisme Islam, yang telah menjadi fenomena global dalam politik dunia. Lihat Bassam Tibi, Ancaman Fundamentalisme Rajutan Islam Politik dan Kekacauan Dunia Baru, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2000), hlm. 3.) Realitas ini dapat dilihat dari perkembangan kelompok Abu Sayyaf pimpinan Abu Bakar Janjalani di Filiphina, Laskar Jihad dan Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir, Majelis Mujahidin, Ikhwanul Muslimin, dan lain sebagainya di Indonesia, dan Kelompok Mujahidin Malaysia (KMM) sebuah organisasi di bawah payung PAS di Malaysia. Mereka dianggap telah mengembangkan operasi selama beberapa tahun terakhir, menghimpun dana, melatih milisi, materi dan pengalaman untuk melawan Barat (Amerika Serikat), di samping memperjuangkan Islam secara radikal. Karena itu, oleh media Barat, mereka sering disebut kelompok Islam fundamentalis. Agama Tanpa Konflik airkehidupan.theronworks.com
  • 30. Air Kehidupan Buku Ketiga - 30 Berpijak pada realitas radikalisasi umat yang begitu kuat, maka sudah saatnya kita berkewajiban mengembalikan pesan otentik agama sebagai wahyu yang kultural. Hal ini dilakukan agar agama dapat diimplementasikan di dalam dunia yang selalu berubah. Sebab, seringkali agama dimanipulasi untuk mengukuhkan eksistensinya dengan masa lalu tanpa merespons secara kreatif dengan dunia modern. Padahal, agama yang tidak mengikuti makna konstekstualnya akan kehilangan eksistensi dirinya yang akomodatif terhadap perubahan. Bukanlah, agenda agama-agama sejak awal diwahyukan adalah berdialog dengan problem sosial umat manusia? Karena itulah, mendialogkan agama dengan problem-problem sosial adalah suatu keniscayaan, karena agama tidak lahir dari ruang hampa. Ketika agama tidak disampaikan melalui budaya, ia akan memicu munculnya ideologisasi "semu" terhadap agama, yakni sikap keberagamaan yang berlebihan dan radikal. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak diajari untuk memahami, tetapi meyakini agama. Agama hanya menjadi lambang eksistensi. Ia lahir bukan dari sebuah refleksi kesadaran yang sesungguhnya, malainkan lebih merupakan upaya penguatan status quo agama itu sendiri. Dengan demikian, penghayatan umat terhadap agamanya adalah kunci pokok terjadinya proses radikalisasi. Di sinilah urgensinya meng"kultural"kan agama dalam kehidupan sosial umat manusia agar dapat memahami dan menyadari agamanya sebagai jalan kultural menuju perdamaian. Jika agama hanya dijadikan instrumen politik, maka agama akan dimanipulasi untuk kepentingan politik yang sifatnya sesaat. Akankah, agama yang diturunkan oleh Tuhan sebagai jalan hidup manusia menjadi jalan kematian manusia? Tentu saja tidak. Manusia ingin hidup bahagia, sejahtera dan damai. Maka, jalan yang ditempuh dalam beragama bukan lagi jalan kekerasan yang merusak, tetapi jalan kedamaian yang membahagiakan. Inilah sesungguhnya pesan otentik kepada umat manusia. Karena itu, setiap perbedaan agama bukan menjadi masalah bagi kita sebagai umat beragama, melainkan justru memperkaya pluralitas umat manusia. Di tengah-tengah semakin kerasnya kehidupan umat manusia dengan tontonan konflik dan perang yang melibatkan faktor agama, maka para pemuka agama memiliki peranan penting untuk mengambil bagian dalam usaha perdamaian dunia. Mereka bisa tampil sebagai suatu kekuatan untuk memformulasikan etika global yang diharapkan dapat menunjang kelangsungan perdamaian dunia. Meminjam komentar Hans Kung, cendekiawan asal Jerman, tidak akan ada suatu tatanan dunia (global system) yang sukses jika tidak dilengkapi dengan etika dunia (global ethic). Komitmen inilah yang pernah dilakukan para pemuka agama, ketika pada tahun 1993 untuk pertama kalinya dalam sejarah agama-agama, 6500 anggota Majelis Parlemen Agama-agama Dunia bertemu di Chicago, Amerika Serikat, untuk menciptakan Declaration Toward a Global Ethic, deklarasi menuju tercapainya suatu etika global. (Alwi Shihab, Islam Inklusif, (Bandung: Mizan, 1999)). Deklarasi ini sama halnya dengan Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia yang dicanangkan pada tahun 1776 di Amerika Serikat yang merupakan langkah awal menuju kehidupan airkehidupan.theronworks.com
  • 31. Air Kehidupan Buku Ketiga - 31 moral bangsa. Deklarasi etika global ini pun menandai awal dari usaha panjang untuk mengorientasikan penduduk dunia menuju sikap saling pengertian, saling menghargai, dan kerjasama. Deklarasi ini berupaya untuk memadukan serta memberi tekanan kepada persamaan-persamaan yang terdapat dalam ajaran moral agama-agama dunia masa kini. Oleh karena itu, diperlukan komitmen perdamaian untuk masa depan peradaban umat manusia. Kampanye rekonsiliasi dan penghentian kekerasan menjadi bagian penting bagi perdamaian dunia. Maka menjadi penting, jika etika global yang mencerminkan sikap kerjasama, persahabatan dan perdamaian dapat diwujudkan di kawasan yang sedang menghadapi konflik dan perang. Dengan spirit ini, baik dari pemuka agama maupun elite politik internasional, konflik dapat segera diakhiri. Demi perdamaian sejati, seluruh komponen masyarakat global ikut terlibat di dalamnya secara aktif. Maka untuk sekarang ini sudah saatnya membangun perdamaian dunia dengan spirit agama. Komitmen ini diharapkan dapat memberikan kontribusinya bagi proses sosialisasi dan penyadaran hidup damai sekaligus untuk mempersempit ruang konflik agama di dunia global. Kini, sudah saatnya hidup damai abadi; tidak ada lagi konflik dan perang yang terjadi di muka bumi ini. Sejarah hidup umat manusia harus menjadi sejarah yang damai tanpa konflik. Dalam konteks ini, upaya yang paling memungkinkan bagi kita adalah mendefinisikan kembali hidup toleran dan damai. Paradigma hidup toleran dimulai dari sikap keberagamaan yang hanief, seperti yang menjadi ajaran Islam, bahwa hidup adalah untuk kedamaian, bukan untuk kekerasan. Di dalam Islam, hubungan antara warga dalam suatu komunitas diatur dengan prinsip kerjasama, toleransi, dan ajakan damai. Masyarakat Madinah adalah bukti konkret betapa komunitas Islam hidup damai antar etnik (suku, kabilah) dan agama. Seperti pernah dikisahkan dalam suatu hadits, "Ketika datang rombongan Nasrani Najran berjumlah lima belas orang yang dipimpin oleh Abu al-Harits, Rasulullah berdialog dengan mereka dan mempersilahkan mereka untuk melakukan ibadah di Masjid Nabawi, sedangkan Rasulullah beserta sahabat shalat di bagian lain". Bahkan, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "dan sesungguhnya sebaik-baik agama di sisi Allah adalah semangat pencarian kebenaran yang lapang (al-hanifiyah al-samhah)". Pernyataan Nabi SAW ini memberikan dasar bagi terwujudnya masyarakat, bangsa dan agama yang toleran. Sehingga, Islam dalam sejarahnya adalah agama toleran, inklusif, dan damai. Islam sesungguhnya tidak mengajarkan kekerasan dan kerusakan di muka bumi. Karena Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semua alam). Islam tidak sekedar menjadi rahmat bagi pengikutnya, tetapi lebih dari itu menjadi rahmat bagi pengikut agama lain, umat lain, dan bahkan semua mahluk yang diciptakan Tuhan. Inilah yang airkehidupan.theronworks.com
  • 32. Air Kehidupan Buku Ketiga - 32 ditunjukkan oleh Muhammad SAW kepada semua umat sejak di Mekah sampai di Madinah. Karena itulah, seorang orientalis asal Perancis, Louis Gardet sampai menyebut model masyarakat Islam klasik sebagai "masyarakat inklusif" (mujtama' munfatih). Yakni, masyarakat yang tidak bersikap keras dan radikal terhadap komunitas lain (outsider community). Dengan demikian, cita-cita ideal komunitas Islam benar-benar terwujud dan menjadi referensi historis untuk melanjutkannya di masa sekarang. Nabi-nabi sebelum Muhammad pun, seperti Musa (Yahudi) dan Isa (Kristen) selalu mengajak cinta kasih kepada umatnya. Sehingga secara teologis, semua agama mengajarkan kedamaian dan persaudaraan. Kesatuan transendental agama di dunia ini adalah persaudaraan, perdamaian dan cinta kasih. Sebab, agama tidak mengajarkan kekerasan dan kekacauan yang bertentangan dengan cita-cita kemanusiaan universal. Dalam konteks inilah, kita sekarang ini sangat mendambakan bangsa yang toleran di Indonesia demi masa depan kemanusiaan universal. Maka, dengan semangat agama yang toleran, bangsa kita akan menjadi bangsa yang toleran. Cita-cita ini adalah gambaran asli dari keberagamaan yang otentik di dalam komunitas masyarakat dan bangsa yang plural. Ini dilakukan demi terciptanya komunitas plural yang toleran dan inklusif. Sekat-sekat primordial-keagamaan tidak boleh lagi menghalangi pergaulan antar agama, karena inilah tantangannya di dalam masyarakat plural. Dengan pijakan agama yang jelas tentang hidup toleran, Indonesia sebagai bangsa yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia diharapkan dapat mewujudkan hidup secara damai dan toleran. Keyakinan keagamaan yang tidak radikal akan mengantarkan pada kenyataan positif untuk hidup bersanding dengan agama lain secara wajar. Hidup bersama tanpa penghalang keyakinan, agama, dan identitas kelompok (etnis) akan menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang terbuka. Kesemuanya ini adalah cita-cita kita semuanya sebagai umat manusia, tanpa melihat identitas etnik dan agamanya. Paradigma hidup toleran adalah tujuan kita sebagai bangsa yang menjunjung harkat keberbedaan dan sedang menghadapi tantangan pluralitas yang terkoyak. Jakarta, 29 Agustus 2003 Khamami Zada. (Koordinator Kajian dan Penelitian Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (PP Lakpesdam NU) dan penulis buku "Islam Radikal: Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di Indonesia" (TERAJU:2002) Sumber: Gpdi Maranatha *** airkehidupan.theronworks.com
  • 33. Air Kehidupan Buku Ketiga - 33 Poem of Conformity Too many people hiding behind a brick wall In the shadows of darkness Afraid of the light… Afraid of themselves Forever conforming to the standards set By other people living Behind the same wall Why are people too afraid to act out What is deep inside them? There are few of us that are Strong enough to break through that wall Never afraid to be the people that we really are (author unknown) airkehidupan.theronworks.com
  • 34. Air Kehidupan Buku Ketiga - 34 Mengapa Dialog Agama Sensitif Oleh: Daniel Tanggal: 10/22/03 Saya pikir perlu kita pahami bersama bahwa dalam berbagai dialog antar agama, pembahasan plus-minus masing-masing agama dibutuhkan untuk dapat membangun sikap-sikap, paradigma keterbukaan dan pembaharuan. Pembahasan mengenai agama selalu menjadi sensitif karena selama ini belum banyak berkembang sikap-sikap tersebut dalam kehidupan keberagamaan kita, sebaliknya sikap-sikap yang ditumbuhkan adalah preservasi, kristalisasi kredo, dogma, kepercayaan, tradisi kolektif yang sayangnya justru menekan berkembangnya kemampuan melihat kebenaran dengan mata hati (secara tulus) serta kemampuan koreksi-diri, malah mengembangkan "sistem keamanan terpadu" dengan beragam sikap-sikap defensif, apologetik, bahkan fanatik sehingga sedikitnya menjelaskan mengapa persoalan agama menjadi begitu sensitif. Agama selama ini banyak dipandang sebagai komoditas yang dibakukan menjadi "paket hemat-paket hemat" yang seringkali dijejali kepada umat awam, no questions asked. Ini Islam/Kristen, take it or leave it. Masuk Islam/Kristen, or go to hell. Terjadi kompetisi dan persaingan merebut pangsa pasar. Klaim-klaim bahwa agamanya paling benar pun menjadi marak. Terjadi perang/perseteruan antar agama. Agama juga telah begitu terdogmatisasi, terinstitusi, dan menjadi tradisi, sehingga sering mengalami kegagalan dalam menyesuaikan terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dunia. Contoh-contohnya sering dapat disaksikan dalam realitas hidup. Kita perlu terus membuka wacana yang mengkaji hakikat agama, yaitu hubungan pribadi manusia dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Ajaran utama agama semestinya ditujukan untuk mempererat/merealisir hubungan antara manusia dengan Tuhan DAN manusia dengan sesama, BUKAN untuk meng-kristen/islamkan dunia, mengembalikan kejayaan Islam, atau motif-motif primordial kolektif keagamaan lainnya. *** airkehidupan.theronworks.com
  • 35. Air Kehidupan Buku Ketiga - 35 Memaknai Secara Positif "Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku" Oleh: Daniel Tanggal: 10/22/03 Saya merasa kita perlu mengkaji lebih dalam paham "untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku." Saya pernah sedikit menyinggung kalau basis keluarnya ayat tersebut adalah dari akhir konflik Muhammad dengan Quraisy. Sayangnya memang kalimat ini paling sering digunakan untuk pemisah-misahan/pengkotak-kotakan manusia kedalam kelompok-kelompok agama. Kita akan coba mencari makna spiritual yang positif dari pemahaman umum yang saat ini cenderung negatif. Awalnya ketika dibaca melalui kacamata iman keagamaan institusi, ayat tersebut tidak berbeda artinya dengan pemahaman umum, ya untukmu agamamu, untukku agamaku. Tapi jika kita lebih dalam mengupas makna agama yang sesungguhnya, kita menemukan bahwa hakikat agama adalah sebagai reaksi dan pengalaman individu terhadap karya Tuhan dalam dirinya, dan sifatnya adalah sangat pribadi, unik, yang belum tentu sama. Dari pandangan diatas saya menempatkan agama sebagai hubungan PRIBADI manusia yang nyata dengan Tuhan dan dengan sesama. Dengan menempatkan agama sebagai hubungan Tuhan-manusia-sesama, maka "untukmulah agamamu, untukkulah agamaku" dapat dimaknai secara positif yang menandaskan bahwa agama adalah hak asasi tiap individu yang pilihannya tidak boleh dipaksakan oleh siapapun atau lembaga manapun. Kebersamaan yang ideal harus dilandaskan bukan dari keseragaman ritual, syahadat, icon- icon & label-label agama, melainkan dari persamaan dan persatuan tujuan, cita-cita, harapan ideal tertinggi. Tidakkah semua agama institusi mengharapkan perdamaian ?? Someday religionists will get together and actually effect co-operation on the basis of unity of ideals and purposes rather than attempting to do so on the basis of psychological opinions and theological beliefs. Goals rather than creeds should unify religionists. Since true religion is a matter of personal spiritual experience, it is inevitable that each individual religionist must have his own and personal interpretation of the realization of that spiritual experience. Let the term "faith" stand for the individual's relation to God rather than for the creedal formulation of what some group of mortals have been able to agree upon as a common religious attitude. "Have you faith? Then have it to yourself." [P.1091 - §6] *** airkehidupan.theronworks.com
  • 36. Air Kehidupan Buku Ketiga - 36 Mengkaji Lembaga Agama Mencoba menelaah agama yang dilembagakan, serta usulan untuk menghindarkan lembaga agama menjadi sistem perbudakan mental Oleh: Daniel Tanggal: 10/22/03 "Jika saya cukup bodoh untuk memberimu suatu sistem dan jika kamu cukup bodoh untuk mengikutinya, kamu hanya akan melulu mengcopy, menirukan, menyesuaikan diri, menerima, dan ketika kamu lakukan itu kamu sudah menyediakan di dalam dirimu suatu bentuk otoritas dari yang lain dan karena itu terjadi konflik antara kamu dan otoritas itu. Kamu merasakan harus melakukan hal ini dan hal itu sebab kamu telah diberitahu untuk melakukannya namun juga kamu tidak mampu untuk melakukan itu. Kamu mempunyai kehendak hatimu sendiri, kecenderungan dan tekanan yang bertentangan dengan sistem yang kamu pikir harus diikuti dan oleh sebab itu terjadi suatu pertentangan. Maka kamu akan mengarungi kehidupan ganda antara ideologi sistem dan keberadaan sebenarnya dari keseharianmu. Dalam usaha mencocokkan dengan ideologi, kamu menindas diri sendiri-- sedangkan apa yang sebenarnya benar bukanlah ideologi tetapi jati dirimu. Jika kamu mencoba untuk mempelajari dirimu menurut kepada yang lain kamu tetap akan selalu menjadi manusia bekas." - J. Krishnamurti Ini hanya sekedar wacana yang pernah melintas dalam fragmen pikiran saya.. mungkin bisa menjadi awal untuk diskusi bersama. Saya melihatnya, "agama" yang dilembagakan, merupakan suatu sistem. Sistem yang awalnya didesain dan dikonstruksi atas rasa takut manusia akan kematian, atau fenomena- fenomena kehidupan lainnya yang masih sangat sulit dipahami. Sistem ini, diciptakan untuk memberikan perasaan damai dan ketenangan hati, semacam jaminan akan kelangsungan hidup di akhirat. Sistem ini dirancang untuk memberikan kerangka berperilaku kepada manusia melalui ikatan-ikatan dogma, kredo/syahadat, berbagai macam tata cara hidup, beragam jenis doa dan sujud, mantra, tradisi, tahayul, dll. Sistem ini juga dibuat supaya manusia tidak perlu berpikir susah-susah diluar yang telah digariskan oleh sistem. Sistem ini butuh manusia-manusia sebagai pendukung keberadaannya. Maka dianjurkanlah, diwajibkanlah kepada manusia yang terikat dalam sistem untuk menyebarkan informasi tentang sistem dan membawa masuk manusia lain kedalam sistem. Sedangkan untuk menjaga loyalitas, dibuatlah indoktrinasi ketakutan-ketakutan airkehidupan.theronworks.com
  • 37. Air Kehidupan Buku Ketiga - 37 dalam pikiran manusia semacam "Takutlah akan Tuhan!" dan klaim-klaim (baca: ancaman) yang intinya "diluar sistem tidak ada keselamatan". Tapi, walaupun bagi kebanyakan manusia ignorance is bliss, manusia merupakan mahluk intelektual kreatif yang memiliki pilihan bebas dan potensi spiritual. Karena itu dari jaman ke jaman selalu saja ada manusia-manusia yang mencoba merombak sistem agama, mendobrak absurditas dogma-dogma agama, dan tidak sedikit yang keluar dari sistem untuk menciptakan sistem alternatif. Ketika eksistensi sebuah sistem agama dianggap terancam, dibentuklah berbagai "biro pertahanan" untuk mengeradikasi sistem-sistem tandingan yang ada dan manusia-manusia yang dicap "berbahaya" yang berada di dalam maupun di luar sistem. Sampai disini, peran dan tujuan sistem mulai berkembang, tidak lagi bagi kepentingan manusia, namun utamanya adalah bagi kepentingan sistem itu sendiri. Sistem mulai mengontrol pola pikir manusia dengan kepercayaan-kepercayaan yang difaktualisasikan, ditanamkan ke dalam pikiran manusia. Sistem mulai menanamkan instruksi-instruksi, antara lain adalah bahwa sistem tidak mungkin salah, manusialah yang salah. Buku yang disucikan oleh sistem adalah pegangan kebenaran mutlak. Kemudian sistem juga menentukan kategorisasi benar-salah, baik-jahat, suci-sesat, surga-neraka, dsb. Sistem, disadari atau tidak mulai mengambil peran sebagai tuhan atas manusia dan lainnya. Sampai disini, definisi agama telah berubah, agama lebih menjadi suatu sistem yang dibangun untuk menjaga manusia dibawah kendali agama dengan premis semu supaya manusia dapat menuju akhirat secara mulus. "Agama", ironisnya, telah menjadi suatu sistem perbudakan mental.. Agama, sistem perbudakan mental.. memang agak provokatif. Saya menemukan paralel dari metafor dalam film The Matrix yang ditilik dari perspektif memetik tentang sistem lembaga agama, namun tidak ada kaitannya dengan agama (true religion) sebagai pengalaman, hubungan individu manusia dengan Tuhan itu sendiri. Hal-hal berikut bisa dijadikan pertimbangan: • Mengapa orang-orang "religius fundamentalis" begitu represif terhadap orang lain yang "tidak seiman" dan cenderung emosional ketika dihadapkan pada "paradigma baru, pandangan alternatif", dan "perubahan"? • Mengapa dialog yang diupayakan antar-sistem selama puluhan tahun selalu berujung pada jalan buntu? • Mengapa di satu sisi agama mendukung perdamaian, namun di sisi lain agama melakukan kekerasan ? Pelajari perang dalam sejarah Islam hingga jihad yang dikaitkan dengan terorisme, kekejaman Gereja Roma Katholik di abad pertengahan ketika menjadi state-religion, konflik Islam-Hindu di India, Islam-Kristen di airkehidupan.theronworks.com
  • 38. Air Kehidupan Buku Ketiga - 38 Indonesia, dll. Agama adalah konsep yang dalam sejarahnya paling banyak mengakibatkan tingginya angka kematian manusia. • Mengapa agama yang ada sifatnya cenderung lebih preservatif tradisi, mitologi dan dogma, namun sulit memberikan solusi-solusi kemanusiaan yang efektif untuk dapat diaplikasikan di jaman modern ? Banyak yang berpendapat berbagai masalah yang timbul dalam agama merupakan masalah "individunya", bukan agamanya. Saya berpendapat lain. Meskipun manusia adalah aktuator masalah, Masalah yang sebenarnya justru ada pada sistem yang pertama kali diciptakan manusia sendiri. Sistem ini yang telah menyebarkan (istilah meme-nya) mind virus kepada para aktuator (imam, pendeta, dll), ideologi yang dianggap paling benar, kitab suci yang diberhalakan, nabi-nabi yang ditinggikan derajatnya, dsb. Sistem agama telah membentuk frame of thinking manusia yang mana ego menjadi begitu mengakar scr kolektif membentuk egotisme agama. Ketika manusia dipaksa untuk menjadi seragam dengan agama, manusia masuk kedalam perbudakan agama, dan manusia kehilangan keunikan identitas jati-dirinya (potensi spiritual), dari situlah saya pikir masalahnya bermunculan. Jika kita sepakat bahwa masalahnya ada pada sistem, maka mau tak mau perlu dicari flaw dalam sistem, dan perlu ada perubahan untuk memperbaiki sistem agama. Saya sama sekali tidak menyarankan meruntuhkan sistem agama yang ada, karena akibatnya sangat catastrophic. Tapi disini kita juga dihadapkan kepada masalah lagi. Machiavelli mengungkapkan betapa sulitnya melakukan perubahan pada suatu sistem. Sistem, ketika semakin mengakar dan menjadi way of life bagi manusianya, termaterialisasi kedalam realitas pandangan hidup manusia yang dimutlakkan. Manusia menjadi dependan terhadap sistem. Bahkan tidak sedikit yang mencari nafkah dengan memanfaatkan sistem tsb (i.e. komersialisasi/bisnis agama). Maka tidak heran jika banyak timbul kelompok- kelompok bela agama, kelompok-kelompok konservatif yang tujuannya untuk konservasi agama. Ketika manusia diperbudak agama, manusia akan mati-matian mempertahankan agama. Tapi, "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat..." [Yesus, Markus 2:27] Sehingga prioritasnya adalah mengembalikan dahulu hakikat sistem pada tempatnya semula. Agama diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk agama. Jika manusia telah berani mengambil kontrol atas hak asasi intelektualnya, kemudian berkuasa atas agamanya, maka dinamika perubahan dalam sistem agama menuju pencerahan spiritualitas dan perdamaian umat manusia dapat terwujud. *** airkehidupan.theronworks.com
  • 39. Air Kehidupan Buku Ketiga - 39 Mengapa Hati Nurani Banyak Orang Tidak Berfungsi dengan Baik? Oleh: Irmansyah Effendi Tanggal: 10/07/03 Bagaimana anda dapat mendengarkan hati nurani anda? Bagaimana anda dapat mengikuti hati nurani anda? Bagaimana anda dapat membiarkan hati nurani anda sebagai nahkoda dari diri dan hidup anda? Sebelum mempelajari bagaimana kita dapat mendengar, mengikuti, dan membiarkan hati nurani kita menjadi nahkoda dari diri dan hidup kita, kita harus mundur selangkah terlebih dahulu. Marilah kita lihat terlebih dahulu penyebab mengapa hati nurani banyak orang tidak berfungsi dengan baik, walaupun sebenarnya hati nurani adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup kita. Penyebab-penyebabnya adalah: Tidak ada Pelajaran Teknis Mengenai Hati Nurani Secara umum dapat kita katakan bahwa dengan belajar seseorang biasanya menjadi pandai. Pada umumnya manusia membutuhkan pelajaran dan pelatihan untuk dapat menjadi pandai dalam sebuah hal. Hanya orang-orang tertentu yang mempunyai bakat khusus yang dapat menjadi cukup pandai dalam hal-hal tertentu tanpa sebelumnya belajar ataupun memperoleh pelatihan dalam bidang tersebut. Kita memang telah banyak mempelajari berbagai hal sehubungan dengan hati nurani. Tetapi, apabila kita teliti, hal-hal yang kita pelajari mengenai hati nurani hanya berhubungan dengan cerita-cerita mengenai hati nurani tersebut. Kita telah mendengar dan mempelajari mengenai betapa pentingnya hati nurani, betapa pentingnya mendengar dan mengikuti hati nurani kita, tetapi sebelum kita dapat mendengar dan mengikuti hati nurani kita, hati nurani kita harus sudah aktif dan kuat terlebih dahulu. Sayangnya, tidak ada yang mengajarkan bagaimana cara mengaktifkan dan menguatkan hati nurani ini. Dengan dibukanya rahasia terbesar ini, mudah-mudahan pengetahuan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan anda dan sesama. Dengan latihan yang sungguh-sungguh sudah pasti hati nurani anda akan menjadi aktif dan kuat. Sepanjang anda selalu mempergunakan hati nurani anda setiap saat, semua yang anda lakukan akan sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan dan anda akan semakin dekat lagi dengan-Nya. Ingatlah bahwa melakukan satu hal yang baik di mata Tuhan adalah jauh lebih penting dari pada melakukan sejuta hal yang baik menurut otak anda. Apabila selama ini anda airkehidupan.theronworks.com
  • 40. Air Kehidupan Buku Ketiga - 40 tidak tahu, atau tidak pasti apakah apa yang anda lakukan adalah sesuatu yang baik di mata Tuhan atau tidak, dengan aktif dan kuatnya hati nurani anda, anda akan tahu. Anda akan selalu melakukan hal-hal yang terbaik dalam hidup anda, sepanjang anda mempergunakan hati nurani anda. Hati Belum Terbuka Bukankah hati nurani adalah sesuatu yang sangat alami dan penting dalam diri kita? Bukankah hati nurani adalah sebuah karunia yang sangat berharga dari Tuhan Yang Maha Esa? Lalu, mengapa karunia yang sangat berharga ini tidak berfungsi dengan baik pada diri kita sebagaimana seharusnya? Ingatlah bahwa hati nurani adalah inti dari hati kita, seharusnya, hati nurani memang berfungsi secara alami dalam dari setiap manusia. Tetapi, karena merupakan inti terdalam dari hati, hati nurani sangat terpengaruh oleh keadaan hati. Hati pada banyak manusia ditutup oleh otak manusia oleh kotoran-kotoran yang ditimbulkan oleh emosi negatif. Oleh lingkungannya, manusia sedari kecil cenderung diarahkan untuk menahan hatinya dan membiarkan otaknya untuk menguasai dirinya. Setiap kali hal ini dilakukan, otak akan menjadi semakin kuat dan menekan, menutup hati. Manusia juga cenderung dihinggapi oleh emosi-emosi negatif. Setiap kali emosi negatif menghinggapi manusia, sebenarnya muncul kotoran-kotoran yang mengotori hatinya. Kotoran yang muncul karena emosi negatif ini tidak langsung hilang setelah emosi negatifnya lenyap. Manusia sendiri jarang membersihkan hatinya. Jadi, semakin lama semakin banyak kotoran yang menumpuk. Lama kelamaan, kotoran ini menutupi hati hingga hanya terbuka kecil sekali. Dengan demikian tentu saja hati nurani juga tidak dapat menjadi aktif karena terkurung di dalam hati yang tertutup ini. Sebelum hati nurani dapat diaktifkan, terlebih dahulu hati harus dibuka. Ingatlah, apabila kita berbicara mengenai emosi negatif disini, kita tidak berbicara mengenai penilaian di mata manusia. Jadi, walaupun seseorang sudah dapat mengendalikan emosi dan sifat negatifnya sedemikian baiknya hingga dia tidak menunjukan sedikitpun emosi atau pun sifat negatifnya di wajah maupun gerak tubuh lainnya, dia masih dikatakan mempunyai emosi atau sifat negatif. Dia hanya telah dapat mengendalikannya, sehingga tidak terlihat oleh manusia. Seseorang dapat dikatakan bebas dari emosi dan sifat negatifnya hanya setelah cahaya dan kasih Tuhan selalu memancar serta berkelimpahan di hatinya sehingga hatinya memang tidak sedikit pun terpengaruh oleh emosi maupun sifat negatif tersebut. Ingatlah, bukan apa yang terlihat yang penting, tetapi apa yang ada di hatilah yang paling terutama. airkehidupan.theronworks.com
  • 41. Air Kehidupan Buku Ketiga - 41 Hati Nurani Belum Aktif Hati Nurani yang telah terkurung sekian lama di dalam hati yang tertutup, perlahan-lahan menjadi pasif. Jadi, sekiranya hati sudah di buka pun, anda belum dapat mempergunakan hati nurani anda secara langsung. Anda harus mengaktifkan hati nurani anda terlebih dahulu. Setelah hati nurani menjadi aktif, anda masih harus melatih hati nurani anda agar dapat melawan tekanan dan batasan yang selama ini telah dibuat otak. Otak Terlalu Dominan Ingatlah bahwa otak kita adalah bagian dari tubuh fisik kita. Otak kita terhubung langsung dengan tubuh fisik kita dan kita, selama ini sudah sangat terbiasa untuk hanya mengenal dan berinteraksi dengan diri kita dari tubuh fisik. Kita juga terbiasa untuk mempergunakan otak kita sampai mengalahkan hati kita. Dengan demikian otak telah menjadi sangat dominan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengertian dan kesungguhan untuk dapat mengurangi dominasi otak dan memberikan kesempatan kepada hati nurani untuk dapat menjadi nahkoda bagi diri dan hidup kita. Mementingkan Diri Sendiri Hati nurani pada kebanyakan manusia memang pasif dan terkurung di dalam hati yang mempunyai banyak kotoran. Tetapi, sebenarnya hati nurani masih tetap berusaha untuk bekerja. Hati nurani pada setiap manusia pasti pernah bekerja, setidak-tidaknya untuk beberapa kali dalam hidupnya, khususnya apabila seseorang sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat penting di mana godaan yang menjauhkan dirinya dari Tuhan yang sangat kuat. Saat seseorang menghadapi sesuatu yang sangat jelek yang dapat menjauhkannya dari Tuhan hati nurani akan memberontak sekuatnya dari semua hambatan dan memberi peringatan kepada kita. Hati nurani tidak mau membiarkan kita terjerumus dan menjauh dari Tuhan. Tetapi, bagi manusia yang mementingkan diri sendiri, otak akan menutup hati nurani dengan mudah. Lihatlah betapa mudahnya otak membenarkan diri sendiri dengan memanipulasi info yang ada. Lihatlah betapa dengan mudahnya otak memilah-milah informasi dengan hanya mengambil informasi-informasi yang diinginkan untuk membela kepentingan dirinya sendiri. Karena terlalu mementingkan diri sendiri, banyak manusia tidak menghiraukan hati nuraninya. Oleh otaknya, hati nuraninya ditekan hingga semakin sulit untuk berperan. Setiap kali otak berhasil mengalahkan hati nurani, hati nurani menjadi semakin lemah. Lama kelamaan, hati nurani menjadi sangat tidak aktif gara-gara seseorang hanya mementingkan dirinya sendiri. (Padmajaya®) airkehidupan.theronworks.com
  • 42. Air Kehidupan Buku Ketiga - 42 Irmansyah Effendi adalah pendiri Yayasan Padmajaya yang bergerak di bidang penyembuhan spiritual. Beliau juga aktif menulis berbagai buku seperti Reiki, Kundalini, Reiki Tummo, Kundalini 2, Rei Ki 2, Shing Chi, Kesadaran Jiwa, 5 Gerakan Awet Muda Tibet, dan Hati Nurani. Sumber: Kolom Padmajaya *** airkehidupan.theronworks.com
  • 43. Air Kehidupan Buku Ketiga - 43 Merenungkan Kemerdekaan Oleh: Daniel Memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang lalu, masing-masing punya pandangan dan harapan akan maknanya. Terutama belakangan ini dimana integritas dan nasionalitas bangsa sangat dibutuhkan, banyak yang mengkaitkan kemerdekaan dengan ajakan positif untuk bersatu, menjalin persatuan bangsa. Terlepas dari itu, secara pribadi, setiap kali menjelang perayaan kemerdekaan selalu terbesit dalam benak saya, apakah kita sungguh sudah merdeka ? Maksud saya, Apakah kita sudah merdeka dari lingkaran kemiskinan? Merdeka dari jurang kebodohan? Merdeka dari tirani opini mayoritas? Merdeka dari penjajahan terselubung? Apakah kita sudah merdeka secara fisik? Merdeka dari segala bentuk kejahatan? Merdeka dari wabah sakit penyakit? Merdeka dari segala bentuk perbudakan anak? Merdeka dari penyalahgunaan narkotika? Apakah kita sudah merdeka secara mental? Merdeka dari perbudakan nafsu? Merdeka dari keinginan-keinginan yang egois? Merdeka dari kuk dan ikatan tradisi? Merdeka dari penurunan derajat wanita? Merdeka dari tabu, tahayul dan kepercayaan yang didasarkan atas ketakutan-ketakutan warisan masa lalu? Apakah kita sudah merdeka secara spiritual, rohani? Merdeka dari dogmatisme lembaga agama? Merdeka dari pengkotak-kotakan agama? Merdeka dari kontradiksi-kontradiksi teologis? Merdeka dari paradigma benar-salah dan “agama saya paling benar, lainnya calon penghuni neraka”? Singkatnya, dari semua itu, apakah kita yang hidup disini, secara jasmani, mental dan rohani, sungguh-sungguh sudah merdeka ? Jawabannya akan sangat sulit diterima, bahkan bagi saya pribadi. Tanpa bermaksud pesimis, namun.. bisa dikatakan, “kita ada disini karena kita tidak merdeka”. Malah, kita cenderung memilih untuk tidak merdeka. Kita condong terikat oleh, atau mengikatkan diri kepada berbagai hal (nafsu, kekuasaan, ketidakpedulian, kepentingan-kepentingan egois, keinginan-keinginan materialistik, dll), bahkan ketika kita sebenarnya tidak mau terikat dalam ketidakmerdekaan tersebut, tampaknya kita tidak kuasa bahkan menikmati keadaan terjerat di dalam segala bentuk kungkungan itu. airkehidupan.theronworks.com
  • 44. Air Kehidupan Buku Ketiga - 44 Menghadapi, menyadari kenyataan tersebut merupakan langkah awal menuju arti merdeka yang sejati. Semoga dapat menjadi renungan bersama. *** airkehidupan.theronworks.com
  • 45. Air Kehidupan Buku Ketiga - 45 Benarkah Poligami Sunah..? Oleh: Faqihuddin Abdul Kodir Tanggal: 6/19/03 UNGKAPAN "poligami itu sunah" sering digunakan sebagai pembenaran poligami. Namun, berlindung pada pernyataan itu, sebenarnya bentuk lain dari pengalihan tanggung jawab atas tuntutan untuk berlaku adil karena pada kenyataannya, sebagaimana ditegaskan Al Quran, berlaku adil sangat sulit dilakukan (An-Nisa: 129). DALIL "poligami adalah sunah" biasanya diajukan karena sandaran kepada teks ayat Al Quran (QS An-Nisa, 4: 2-3) lebih mudah dipatahkan. Satu-satunya ayat yang berbicara tentang poligami sebenarnya tidak mengungkapkan hal itu pada konteks memotivasi, apalagi mengapresiasi poligami. Ayat ini meletakkan poligami pada konteks perlindungan terhadap yatim piatu dan janda korban perang. Dari kedua ayat itu, beberapa ulama kontemporer, seperti Syekh Muhammad Abduh, Syekh Rashid Ridha, dan Syekh Muhammad al-Madan-ketiganya ulama terkemuka Azhar Mesir-lebih memilih memperketat. Lebih jauh Abduh menyatakan, poligami adalah penyimpangan dari relasi perkawinan yang wajar dan hanya dibenarkan secara syar'i dalam keadaan darurat sosial, seperti perang, dengan syarat tidak menimbulkan kerusakan dan kezaliman (Tafsir al-Manar, 4/287). Anehnya, ayat tersebut bagi kalangan yang propoligami dipelintir menjadi "hak penuh" laki-laki untuk berpoligami. Dalih mereka, perbuatan itu untuk mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Menjadi menggelikan ketika praktik poligami bahkan dipakai sebagai tolok ukur keislaman seseorang: semakin aktif berpoligami dianggap semakin baik poisisi keagamaannya. Atau, semakin bersabar seorang istri menerima permaduan, semakin baik kualitas imannya. Slogan-slogan yang sering dimunculkan misalnya, "poligami membawa berkah", atau "poligami itu indah", dan yang lebih populer adalah "poligami itu sunah". Dalam definisi fikih, sunah berarti tindakan yang baik untuk dilakukan. Umumnya mengacu kepada perilaku Nabi. Namun, amalan poligami, yang dinisbatkan kepada Nabi, ini jelas sangat distorsif. Alasannya, jika memang dianggap sunah, mengapa Nabi tidak melakukannya sejak pertama kali berumah tangga? Nyatanya, sepanjang hayatnya, Nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Bayangkan, monogami dilakukan Nabi di tengah masyarakat yang menganggap poligami airkehidupan.theronworks.com
  • 46. Air Kehidupan Buku Ketiga - 46 adalah lumrah. Rumah tangga Nabi SAW bersama istri tunggalnya, Khadijah binti Khuwalid RA, berlangsung selama 28 tahun. Baru kemudian, dua tahun sepeninggal Khadijah, Nabi berpoligami. Itu pun dijalani hanya sekitar delapan tahun dari sisa hidup beliau. Dari kalkulasi ini, sebenarnya tidak beralasan pernyataan "poligami itu sunah". Sunah, seperti yang didefinisikan Imam Syafi'i (w. 204 H), adalah penerapan Nabi SAW terhadap wahyu yang diturunkan. Pada kasus poligami Nabi sedang mengejawantahkan Ayat An-Nisa 2-3 mengenai perlindungan terhadap janda mati dan anak-anak yatim. Dengan menelusuri kitab Jami' al-Ushul (kompilasi dari enam kitab hadis ternama) karya Imam Ibn al-Atsir (544-606H), kita dapat menemukan bukti bahwa poligami Nabi adalah media untuk menyelesaikan persoalan sosial saat itu, ketika lembaga sosial yang ada belum cukup kukuh untuk solusi. Bukti bahwa perkawinan Nabi untuk penyelesaian problem sosial bisa dilihat pada teks- teks hadis yang membicarakan perkawinan-perkawinan Nabi. Kebanyakan dari mereka adalah janda mati, kecuali Aisyah binti Abu Bakr RA. Selain itu, sebagai rekaman sejarah jurisprudensi Islam, ungkapan "poligami itu sunah" juga merupakan reduksi yang sangat besar. Nikah saja, menurut fikih, memiliki berbagai predikat hukum, tergantung kondisi calon suami, calon istri, atau kondisi masyarakatnya. Nikah bisa wajib, sunah, mubah (boleh), atau sekadar diizinkan. Bahkan, Imam al-Alusi dalam tafsirnya, Rûh al-Ma'âni, menyatakan, nikah bisa diharamkan ketika calon suami tahu dirinya tidak akan bisa memenuhi hak-hak istri, apalagi sampai menyakiti dan mencelakakannya. Demikian halnya dengan poligami. Karena itu, Muhammad Abduh dengan melihat kondisi Mesir saat itu, lebih memilih mengharamkan poligami. Nabi dan larangan poligami Dalam kitab Ibn al-Atsir, poligami yang dilakukan Nabi adalah upaya transformasi sosial (lihat pada Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 108-179). Mekanisme poligami yang diterapkan Nabi merupakan strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka. Sebaliknya, yang dilakukan Nabi adalah membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam berpoligami. Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami yang awalnya tanpa batas sama sekali. airkehidupan.theronworks.com
  • 47. Air Kehidupan Buku Ketiga - 47 Pada banyak kesempatan, Nabi justru lebih banyak menekankan prinsip keadilan berpoligami. Dalam sebuah ungkapan dinyatakan: "Barang siapa yang mengawini dua perempuan, sedangkan ia tidak bisa berbuat adil kepada keduanya, pada hari akhirat nanti separuh tubuhnya akan lepas dan terputus" (Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 168, nomor hadis: 9049). Bahkan, dalam berbagai kesempatan, Nabi SAW menekankan pentingnya bersikap sabar dan menjaga perasaan istri. Teks-teks hadis poligami sebenarnya mengarah kepada kritik, pelurusan, dan pengembalian pada prinsip keadilan. Dari sudut ini, pernyataan "poligami itu sunah" sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Nabi. Apalagi dengan melihat pernyataan dan sikap Nabi yang sangat tegas menolak poligami Ali bin Abi Thalib RA. Anehnya, teks hadis ini jarang dimunculkan kalangan propoligami. Padahal, teks ini diriwayatkan para ulama hadis terkemuka: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibn Majah. Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad SAW, akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: "Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga." (Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026). Sama dengan Nabi yang berbicara tentang Fathimah, hampir setiap orangtua tidak akan rela jika putrinya dimadu. Seperti dikatakan Nabi, poligami akan menyakiti hati perempuan, dan juga menyakiti hati orangtuanya. Jika pernyataan Nabi ini dijadikan dasar, maka bisa dipastikan yang sunah justru adalah tidak mempraktikkan poligami karena itu yang tidak dikehendaki Nabi. Dan, Ali bin Abi Thalib RA sendiri tetap bermonogami sampai Fathimah RA wafat. Poligami tak butuh dukungan teks Sebenarnya, praktik poligami bukanlah persoalan teks, berkah, apalagi sunah, melainkan persoalan budaya. Dalam pemahaman budaya, praktik poligami dapat dilihat dari tingkatan sosial yang berbeda. Bagi kalangan miskin atau petani dalam tradisi agraris, poligami dianggap sebagai strategi pertahanan hidup untuk penghematan pengelolaan sumber daya. Tanpa susah payah, lewat poligami akan diperoleh tenaga kerja ganda tanpa upah. Kultur ini dibawa migrasi ke kota meskipun stuktur masyarakat telah berubah. Sementara untuk kalangan priayi, poligami tak lain dari bentuk pembendamatian perempuan. Ia disepadankan airkehidupan.theronworks.com