SlideShare a Scribd company logo
AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA
A. PENDAHULUAN
Sikap dan tindakan agresif sering kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari yang banyak melibatkan para remaja sehingga terjadi
tawuran, perkelahian, pemukulan dan sebagainya.
Dalam olahraga sikap dan tindakan agresif yang tidak terkendali
juga sering terjadi menjururus pada tindakan berbahaya, melukai
lawan melanggar peraturan dan sebagainya. Sikap dan tindakan
agresif dalam olahraga ternyata tidak hanya merugikan lawan tetapi
juga pada penonton.
Pemain-pemain yang agresif sangat diperlukan untuk dapat
memenangkan pertandingan tetapi sikap dan tindakan agresif yang
tidak terkendali perlu dicegah karena mengakibatkan tidak bisa
bermain dengan baik. Pada beberapa cabang olahraga tertentu sering
diperlukan sikap agresif. Dimana atlet menunjukkan usaha yang aktif,
menyusun berbagai strategi untuk menguasai permainan dan
mencapai kemenangan. Sikap agresif ini belum berarti bahwa atlet
dalam permainannya melakukan pola laku khusus untuk
mencelakakan lawannya agar tidak dapat sanggup meneruskan
permainan atau cukup cedera sehingga mengurangi mutu permainan
lawan.
B. PEMBAHASAN
1. Hakekat Agresivitas
Menurut K. Lorenz yang kutip oleh Gunarsa (1989:188)
mengemukakan bahwa “Agresivitas merupakan dorongan alami
yang wajar dan perlu penyaluran untuk mencegah timbulnya
kecenderungan permusuhan. Supaya kecenderungan permusuhan
bisa dinetralisasikan. Agresivitas harus diarahkan ketujuan-tujuan
yang tidak membahayakan dan aman”.
Agresivitas dan kecenderungan merusak merupakan
dorongan yang kuat dan tidak bisa dikurangi, tidak bisa diingkari,
tidak mungkkin dibenci, melainkan harus dihadapi, harus diubah
dan dikekang. (K. Meningger dkk dalam Gunarsa 1989:189).
Kombinasi antara bekerja dan olahraga merupakan salah satu cara
yang baik untuk menyerap energi agresivitas seseorang. Dengan
demikian Meningger juga melihat pentingnya olahraga dalam usaha
mengendalikan dan mengalihkan dorongan agresif.
Pada beberapa cabang olahraga tertentu sering diperlukan
dorongan agresif pola laku agresif. Dimana atlet menunjukkan
usaha aktif, menyusun berbagai strategi untuk menguasai
permainan dan mencapai kemenangan. Sikap agresif ini belum
berarti bahwa atlet dalam permainannya melakukan pola laku
khusus untuk mencelakakan lawannya agar tidak dapat sanggup
meneruskan permainan atau cukup cedera sehingga mengurangi
mutu permainan lawan.
2. Faktor-faktor Penyebab Agresivitas
a. Sebab yang berasal dari luar pertandingan
1. Barpangkal pada kombinasi anomi sosial.
Olahraga professional dikota besar sering mengundang
kekerasan, agresivitas karena jarak social yang besar antara
penggemar dan atlet top menimbulkan rasa terasing dan
anomi sosial, sehingga pembatasan sosial norma yang
mengendalikan perilaku pribadi memburuk.
2. Pengaruh kelompok pemain atau penonton
Permusuhan merupakan penyebab timbulnya keributan dan
kekerasan pada olahraga dan pertandingan. Beberapa faktor
keadaan bisa menimbulkan dorongan agresif untuk
menyerang, ancaman pelatih menimbulkan pertentangan
pada penonton. Celaan dan ejekan terhadap pihak yang
kalah akan membakar emosi dan menghasut penonton.
b. Sebab yang timbul dalam arena pertandingan
Penonton dan penggemar olahraga yang sudah jemu
dengan olaraga, bisaa mencari ketegangan baru yang hebat
pada cabang olahraga tertentu dan pertandingan. Penyiar bisa
mengajak penonton melibatkan diri, membangkitkan semangat
mereka sampai memuncak dan meluap, ransangan emosi
sedikit saja seperti kekecewaan karena kalah, sudah bisa
menimbulkan agresivitas, baik pada atlet untuk mengejar hasil
yang lebih baik maupun pada penonton sebagai pelampiasan.
3. Pola Laku Agresif dan Agresivitas
Tingkah laku agresif adalah tingkah laku yang tertuju pada
keberhasilan menyakiti atau melukai makhluk hidup yang tidak
diperlakukan demikian. (Bron dan Byrne: 2004). Dari berbagai
penjelasan mengenani pengertian tingkah laku agresif, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat empat cirri-ciri umum dari tingkah laku
agresif tersebut, yaitu:
1) Intensi atau niat
2) Perilaku menyakiti
3) Makhluk hidup
4) Secara fisik maupun verbal
Ciri-ciri diatas tidak selalu mutlak ada didalam sebuah
tingkah laku agresi, apabila salah satu dari ciri-ciri diatas terdapat
dalam satu kejadian maka kejadian tersebut dapat dianggap
sebagai perilaku agresi namun bisaa tidak. Menurut Sears,
Freedman dan Peplau (1991). Perilaku melukai yang tidak disertai
dengan maksud melukai tidak dapat digolongkan sebagai agresif.
Jadi dapat disimpulkan niat atau intensi seseorang untuk menyakiti
merupakan faktor yang paling penting yang menyebabkan
terjadinya perilaku agresi.
A Bandura yang dikutip oleh Gunarsa (1989:192)
mengemukakan bahwa pola laku agresif merupakan perilaku yang
dipelajari melalui proses belajar. Pola laku agresif bisa dipelajari
dengan mengamati perilaku tersebut. Mengamati perilaku agresif
bisa menyebabkan timbulnya kebisaaan-kebisaaan agresif.
Perilaku yang dicontohkan dipelajari sesuai dengan contohnya baik
atlet maupun penonton bisa menjadi model untuk pola laku agresif.
Kekerasan bisa dianggap sebagai penyelesaian untuk konflik,
lebih-lebih bila kekerasan diperbolehkan. Orang yang sering
melihat kekerasan bisa tidak acuh terhadap akibatnya, lama-
kelamaan melihat model agresif akan memperkuat kebisaaan dan
meluaskan perilaku agresif.
Mengenai gejala tindakan agresif dalam olahraga Richard H.
Cox (1985) yang dikutip oleh Setyobroto (…..:..) membedakan
tindakan agresif yang disertai rasa permusuhan dengan tindakan
agresif instrumental. Tindakan agresif yang disertai rasa
permusuhan atau “hostile aggression” tujuan pertamanya adalah
melukai orang lain, niat untuk melukai orang tersebut dilakukan
dengan perasaaan marah. Pada tindakan “Agresif Instrumental”
tujuan utamanya adalah memenangkan pertandingan.
Sehubungan dengan tindakan agresif yang dilakukan
seseorang, tapi bukan karena orang tersebut mengalami frustasi.
Raven dan Rubin (1976) dalam Setyobroto ( … : .. )
mengemukakan beberapa gejala, antaranya:
a. Tindakan agresif instrumental
Agresif instrumental bertujuan untuk memenangkan
pertandingan. Jadi bukan untuk melukai lawan dalam
permainan untuk menyerang secara agresif tidak disertai
dengan marah dan tindakan ini bukan dikarenakan frustasi.
b. Tindakan atas dasar meniru
Tindakan agresif ini terdapat pada umumnya pada anggota
mafia yang meniru tokoh mafia tersebut yang suka menyerang
dan melukai yang lain serta melakukan tindakan-tindakan
kekejaman, semua ini mereka lakukan atas dasar meniru dan
bukan karena frustasi. Dalam olahraga dapat juga tindakan
agresif seseorang pemain dilakukan karena ingin meniru
pemainpemain ynag dikaguminya, dan hal ini perlu diwaspadai
oleh pelatih, agar tidak menjurus ke hal-hal yang negatif.
c. Tindakan agresif atas dasar perintah
Tindakan ini sering terjadi pada olahraga anggar, tinju dan
sebagainya karena inisiatif menyerang mendapat penilaian dari
pada wasit, dan jelas hal ini tidak ada hubungannya dengan
gejala frustasi.
d. Tindakan agresif dalam hubungannya dengan peran sosial
Hal ini dapat kita lihat pada penjaga keamanan yang bertindak
tegas dan kalau perlu agak keras memukul mereka yang
dengan sengaja ingin mengacaukan pertandingan tersebut
(meskipun cara ini kurang tepat) jelas juga bukan gejala
penjaga keamanan tersebut mengalami frustasi.
e. Tindakan agresif karena pengaruh kelompok
Pemain ataupun penonton dapat merangsang timbulnya
tindakan-tindakan agresif. Para ahli psikologi kelompok dan
psikologi massa telah membuktikan bahwa dalam ikatan
kelompok sering individu bersikap dan bertingkah laku lain dari
pada dalam kedudukannya sebagai individu. Tindakan agresif
pemain karena pengaruh kelompok atau yang dialami pemain,
mungkin juga pemain tersebut memang memiliki sifat (trait)
agresif. Sehingga rangsangan dari sekitar akan lebih mudah
mengaktualisasikan sifat-sifat agresifnya.
Agresivitas berhubungan erat dengan kekerasan fisik yang
bertujuan mengurangi kondisi fisik pihak lainnya agar dapat
memastikan kemenangannya. Kekerasan fisik sering berkaitan
dengan pelanggaran terhadap peraturan permainan dan
pertandingan, terutama olahraga beregu. Pada cabang olahraga
perorangan terlihat agresivitas atau kekerasan fisik lainnya. Faktor
mempercepat timbulnya keributan dan kekerasan.
a. Penggemar tidak realistis terhadap penampilan regu, harapan
terhadap regu terlalu tinggi.
b. Ikatan yang kuat antara penggemar dan regu pujaannya.
c. Hasil penampilan regu pada pertandingan sangat berbeda-
beda.
d. Wasit dan official kompeten, terlalu memihak pada salah satu
regu yang bertanding.
e. Permainan regu yang mencapai prestasi rendah akan
menambah ketegangan, sebaliknya prestasi yang tinggi akan
mengurangi ketegangan.
f. Banyaknya pelanggaran pada pemula pertandingan. Agresivitas
penonton terwujud dalam bentuk keributan.
Agresivitas merupakan pola laku permusuhan yang bisa
diwujudkan dalam penyerangan atau dalam bentuk
mempermainkan, menggoda orang lain. Agresivitas merupakan
pola laku usaha ditandai kebranian dan semangat tinggi untuk
mengejar suatu tujuan.
Dengan berkurangnya atau menghilangnya perasaan
bersalah, perubahan konstruksi kognitif sebagai pengaruh-
pengaruh yang mengurangi hambatan terhadap agresivitas, maka
timbul perilaku agresif. Tingkah laku agresif penonton sering kali
melebihi tingkah lakku agresif atlet, bahkan tingkah laku agresif
pemberian semangat bisa memuncak samapai terjadi perusakan.
Olahraga bisa menyalurkan tingkah laku agresif baik secara
positif sesuai dengan sifat olahraga dan peraturan. Secara negatif
dalam bentuk pelanggaran terhadap peraturan maupun luapan
emosi pelanggaran. Melakukan tingkah laku agresif juga ditentukan
oleh pengalaman dan taraf kemampuan intelek dan kemampuan
olahraga perlu pembinaan dan latihan untuk meningkatkan
kemampuan atlet semaksimal mungkin dalam suasana sportif dan
damai.
4. Upaya Mengendalikan Pemain Yang Agresif.
Agresivitas hanyalah merupakan salah satu dari sifat-sifat
(taits) seseorang pemain, kecenderungan sifat agresif pemain
menjadi tindakan positif yang dibutuhkan untuk memenangkan
pertandingan atau sebaliknya menjadi tindakan destruktif, sangat
tergantung pada sifat-sifat kepribadian lainnya yang memiliki
pemain bersangkutan.
Sifat agresif yang dimiliki seseorang pemain yang juga
memiliki kestabilan emosional, disiplin, rasa tangtung jawab besar
dan sebagainya tidak perlu menimbulkan maslah. Pelatih
menyiapkan pemain tersebut untuk bermain agresif, dengan tidak
perlu takut bahwa ia akan melukai orang lain dalam upayanya
untuk mencapai tujuan memenangkan pertandingan, dengan
memberikan dorongan, pemberian hadiah, penghargaan dan
sebagainya pemain akan bermain agresif dengan tidak usah
mengalami frustasi.
Tiindakan agresif dengan kekerasan yang dapat melukai
pemain jelas perlu di kendalikan atau di batasi sehingga terpelihara
prinsip-prinsip sportivitas dan tujuan berolahrag pada umumnya.
Tindakan pengendalian tersebut tidak hanya tertuju pada pemain,
tetapi juga tertuju pada pelatih dan lingkungan (penonton) yang ikut
berperan dalam mempengaruhi kemungkinan terjadinya tindak
agresif dengan kekerasan yang menyimpang peraturan.
Dalam upaya mengendalikan tindakan kekerasan yang
agresif yang menyimpang ketentuan. Richard H. Cox 1985 dalam
setyobroto (…. : ..) mengajukankan beberapa rekomendasi sebagai
berikut:
a. Atlet-atlet muda harus sudah diberi pengetahuan tentang
tingkah laku non agresif, penguasaan diri, dan penampilan yang
benar.
b. Atlet yang terlibat tindakan agresif harus dihukum, harus
disadarkan bahwa tindakan agresif dengan melukai lawan
adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
c. Pelatih yang memberi kemungkinan para atlet terlibat tindakan
agresif dengan kekerasan harus teliti dan harus dipecat dari
tuganya sebagai sebagai pelatih (jika perlu).
d. Pengaruh dari luar yang memungkinkan terjadinya tindakan
agresif dengan kekerasan dilapangan pertandingan harus
dihindarkan.
e. Para pelatih dan wasit didorong atau dianjurkan untuk
menghadiri lokakarya- lokakarya yang membahas tindakan
agresif dan kekerasan.
f. Disamping hukuman terhadap tindakan agresif dengan
kekerasan, atlet harus didorong secara positif meningkatkan
kemampuan bertindak tenang mengahadapi situasi-situasi
emosional.
g. Penguasaan emosi mengahadpi tindakan agresif dengan
kekerasan harus dilatih secara praktis, antara lain melalui
latihan mental
Bertitik tolak dari “social learning theori” dimana pemain
akan belajar dari pengalaman dan meniru tngkah laku pemain lain,
para pelatih harus menyiapkan tim dan pemain-pemainnya dengan
petunjuk dan langkah-langkah praktis sebagai berikkut:
a. Anjuran untuk bermain agresif harus terarah, kapan dan
bagaimana cara yang tepat agar tidak perlu menimbulkan hal
negative dan melakuai lawan.
b. Bermain agresif harus disertai peningkatan penguasaan diri,
agar dapat selalu mengontrol sendiri.
c. Bermain agresif harus disertai disiplin dan rasa tanggung jawab,
yaitu selalu patuh pada peraturan dan tunduk pada wasit serta
dapat mempertanggung jawabkan tindakannya.
d. Perlu adanya pemberian pengahargaan bagi mereka yang
berindak agresif tetapi tetap memelihara sportifitas, dan
sebaliknya perlu diberikan hukuman bagi mereka yang
melakukan tindakan agresif tercela dan melanggar peraturan.
C. Penutup
1. Kesimpulan
a. Agresivitas merupakan dorongan alami yang wajar dan perlu
menyalurkan untuk mencegah timbulnya kecenderungan
permusuhan.
b. Adapun faktor penyebab agresivitas adalah sebab yang berasal
dari luar pertandingan dan sebab yang timbul dalam arena
pertandingan.
c. Pola lakku agresif dan agresivitas merupakan perilaku yang
dipelajari melalui peniruan dan ganjaran.
d. Upaya mengendalikan pemain yang agresif adalah memberikan
pengetahuan tentang tingkah laku non agresif, penguasaan diri
dan penampilan yang benar.
2. Saran
a. Materi ini bisa sebagai salah satu sumber pedoman dalam
proses pembinaan dan pembentukan atlet.
b. Setiap pelatih hendaknya harus memahami ilmu pesikolgi yang
baik sehingga sifat agresivitas yang dimiliki oleh seorang dapat
tersalurkan.
c. Materi ini juga bisa dimanfaat oleh seorang pendidik dalam
proses pengajaran kepada siswa agar dapat menciptakan siswa
yang agresif
d. Seorang atlet dapat mengandali emosional yang agresif.
D. DAFTAR PUSTAKA
Setyobroto 1989. Psikologi Kepelatihan Olaharaga. Bandung : Galang
Persaridasda
Gunarsa 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Gramedia
www.psychemate.blogspot.com. 2007: Agresivitas: Intensi menyakiti.
TUGAS
PSIKOLOGI OLAHRAGA
AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA
Oleh:
FIRMAN : 2008/10969
LIZA : 2008/
Dosen Pembimbing:
Dr. Adnan Fardhi, M.Pd
KONSENTRASI MENAJEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2009

More Related Content

What's hot

LATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN
LATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRANLATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN
LATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN
almansyahnis .
 
PENCAK SILAT
PENCAK SILATPENCAK SILAT
PENCAK SILAT
sintiahanny
 
teori etologi
teori etologiteori etologi
teori etologi
Emira 'bishae'
 
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIALaporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIAKlara Tri Meiyana
 
Permohonan lolos butuh
Permohonan lolos butuhPermohonan lolos butuh
Permohonan lolos butuhisniyanto
 
Powerpoint sepak-bola-ok
Powerpoint sepak-bola-okPowerpoint sepak-bola-ok
Powerpoint sepak-bola-ok
dewi munisa
 
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan PerkembanganPertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan Perkembangan
nuraida achsani
 
Biologi sistem imun
Biologi sistem imunBiologi sistem imun
Biologi sistem imun
Sumayyah Nida Azizah
 
Anggaran dana-sie-konsumsi
Anggaran dana-sie-konsumsiAnggaran dana-sie-konsumsi
Anggaran dana-sie-konsumsi
Reni Ustiatik
 
Gerak pada Tumbuhan
Gerak pada TumbuhanGerak pada Tumbuhan
Gerak pada Tumbuhan
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Dasar dasar pendidikan jasmani
Dasar dasar pendidikan jasmaniDasar dasar pendidikan jasmani
Dasar dasar pendidikan jasmani
Sarjuni Menyerah
 
PPT Penjaskes: Bola Besar
PPT Penjaskes: Bola BesarPPT Penjaskes: Bola Besar
PPT Penjaskes: Bola Besar
UNESA
 
Tenis Meja
Tenis MejaTenis Meja
PPT penjaskes - softball
PPT penjaskes - softballPPT penjaskes - softball
PPT penjaskes - softball
Erika N. D
 
Makalah Bola Kecil
Makalah Bola KecilMakalah Bola Kecil
Makalah Bola Kecil
Immawan Awaluddin
 
PPT MATERI RENANG
PPT MATERI RENANGPPT MATERI RENANG
PPT MATERI RENANG
Arinta Pangestu Hasri
 
RPP PJOK SMP Kelas IX
RPP PJOK SMP Kelas IXRPP PJOK SMP Kelas IX
RPP PJOK SMP Kelas IX
Diva Pendidikan
 
Pendekatan dan metode penelitian
Pendekatan dan metode penelitianPendekatan dan metode penelitian
Pendekatan dan metode penelitian
Nurul Faqih Isro'i
 

What's hot (20)

LATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN
LATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRANLATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN
LATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN
 
PENCAK SILAT
PENCAK SILATPENCAK SILAT
PENCAK SILAT
 
teori etologi
teori etologiteori etologi
teori etologi
 
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIALaporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
 
PRASANGKA SOSIAL
PRASANGKA SOSIALPRASANGKA SOSIAL
PRASANGKA SOSIAL
 
Permohonan lolos butuh
Permohonan lolos butuhPermohonan lolos butuh
Permohonan lolos butuh
 
Powerpoint sepak-bola-ok
Powerpoint sepak-bola-okPowerpoint sepak-bola-ok
Powerpoint sepak-bola-ok
 
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan PerkembanganPertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan Perkembangan
 
Biologi sistem imun
Biologi sistem imunBiologi sistem imun
Biologi sistem imun
 
Anggaran dana-sie-konsumsi
Anggaran dana-sie-konsumsiAnggaran dana-sie-konsumsi
Anggaran dana-sie-konsumsi
 
Gerak pada Tumbuhan
Gerak pada TumbuhanGerak pada Tumbuhan
Gerak pada Tumbuhan
 
Dasar dasar pendidikan jasmani
Dasar dasar pendidikan jasmaniDasar dasar pendidikan jasmani
Dasar dasar pendidikan jasmani
 
PPT Penjaskes: Bola Besar
PPT Penjaskes: Bola BesarPPT Penjaskes: Bola Besar
PPT Penjaskes: Bola Besar
 
Tenis Meja
Tenis MejaTenis Meja
Tenis Meja
 
PPT penjaskes - softball
PPT penjaskes - softballPPT penjaskes - softball
PPT penjaskes - softball
 
Makalah Bola Kecil
Makalah Bola KecilMakalah Bola Kecil
Makalah Bola Kecil
 
Sistem Otot
Sistem OtotSistem Otot
Sistem Otot
 
PPT MATERI RENANG
PPT MATERI RENANGPPT MATERI RENANG
PPT MATERI RENANG
 
RPP PJOK SMP Kelas IX
RPP PJOK SMP Kelas IXRPP PJOK SMP Kelas IX
RPP PJOK SMP Kelas IX
 
Pendekatan dan metode penelitian
Pendekatan dan metode penelitianPendekatan dan metode penelitian
Pendekatan dan metode penelitian
 

Viewers also liked

Rpp AKAR Kelas 4 SD oleh : gino
Rpp AKAR Kelas 4 SD oleh : ginoRpp AKAR Kelas 4 SD oleh : gino
Rpp AKAR Kelas 4 SD oleh : gino
Lanjaran Lanjaran
 
Makalah sistem informasi akuntansi proyek sistem (studi kasus sisfo politekni...
Makalah sistem informasi akuntansi proyek sistem (studi kasus sisfo politekni...Makalah sistem informasi akuntansi proyek sistem (studi kasus sisfo politekni...
Makalah sistem informasi akuntansi proyek sistem (studi kasus sisfo politekni...Jiantari Marthen
 
Kekerasan
KekerasanKekerasan
Kekerasan
Ali Akbar TA
 
Kajian psikologi dalam bidang olahraga
Kajian psikologi dalam bidang olahragaKajian psikologi dalam bidang olahraga
Kajian psikologi dalam bidang olahragaNailiamani Aman
 
Frustasi (Psikologi Sosial)
Frustasi (Psikologi Sosial)Frustasi (Psikologi Sosial)
Frustasi (Psikologi Sosial)atone_lotus
 
rpp-ipa- kelas 4 mi/sd
rpp-ipa- kelas 4 mi/sdrpp-ipa- kelas 4 mi/sd
rpp-ipa- kelas 4 mi/sd
umirachel
 
Struktur dan fungsi bagian tumbuhan SD kelas 4
Struktur dan fungsi bagian tumbuhan SD kelas 4Struktur dan fungsi bagian tumbuhan SD kelas 4
Struktur dan fungsi bagian tumbuhan SD kelas 4ALAHZAB
 

Viewers also liked (7)

Rpp AKAR Kelas 4 SD oleh : gino
Rpp AKAR Kelas 4 SD oleh : ginoRpp AKAR Kelas 4 SD oleh : gino
Rpp AKAR Kelas 4 SD oleh : gino
 
Makalah sistem informasi akuntansi proyek sistem (studi kasus sisfo politekni...
Makalah sistem informasi akuntansi proyek sistem (studi kasus sisfo politekni...Makalah sistem informasi akuntansi proyek sistem (studi kasus sisfo politekni...
Makalah sistem informasi akuntansi proyek sistem (studi kasus sisfo politekni...
 
Kekerasan
KekerasanKekerasan
Kekerasan
 
Kajian psikologi dalam bidang olahraga
Kajian psikologi dalam bidang olahragaKajian psikologi dalam bidang olahraga
Kajian psikologi dalam bidang olahraga
 
Frustasi (Psikologi Sosial)
Frustasi (Psikologi Sosial)Frustasi (Psikologi Sosial)
Frustasi (Psikologi Sosial)
 
rpp-ipa- kelas 4 mi/sd
rpp-ipa- kelas 4 mi/sdrpp-ipa- kelas 4 mi/sd
rpp-ipa- kelas 4 mi/sd
 
Struktur dan fungsi bagian tumbuhan SD kelas 4
Struktur dan fungsi bagian tumbuhan SD kelas 4Struktur dan fungsi bagian tumbuhan SD kelas 4
Struktur dan fungsi bagian tumbuhan SD kelas 4
 

Similar to Agresivitas dalam olahraga01

5.5 keagresifan dalam_sukan
5.5 keagresifan dalam_sukan5.5 keagresifan dalam_sukan
5.5 keagresifan dalam_sukanSing Lin Tiong
 
142344593-jenis-keagresifan-dalam-sukan.docx
142344593-jenis-keagresifan-dalam-sukan.docx142344593-jenis-keagresifan-dalam-sukan.docx
142344593-jenis-keagresifan-dalam-sukan.docx
KPMG
 
2.5 keagresifan dalam sukan
2.5 keagresifan dalam sukan 2.5 keagresifan dalam sukan
2.5 keagresifan dalam sukan
Amirul Ezuan
 
Keganasan dalam-sukan
Keganasan dalam-sukanKeganasan dalam-sukan
Keganasan dalam-sukanWan Azmi
 
psikologi-olahraga-power-point.pptx
psikologi-olahraga-power-point.pptxpsikologi-olahraga-power-point.pptx
psikologi-olahraga-power-point.pptx
ABASYAIR
 

Similar to Agresivitas dalam olahraga01 (7)

Keganasan dalam sukan
Keganasan dalam sukanKeganasan dalam sukan
Keganasan dalam sukan
 
5.5 keagresifan dalam_sukan
5.5 keagresifan dalam_sukan5.5 keagresifan dalam_sukan
5.5 keagresifan dalam_sukan
 
142344593-jenis-keagresifan-dalam-sukan.docx
142344593-jenis-keagresifan-dalam-sukan.docx142344593-jenis-keagresifan-dalam-sukan.docx
142344593-jenis-keagresifan-dalam-sukan.docx
 
2.5 keagresifan dalam sukan
2.5 keagresifan dalam sukan 2.5 keagresifan dalam sukan
2.5 keagresifan dalam sukan
 
Keganasan dalam-sukan
Keganasan dalam-sukanKeganasan dalam-sukan
Keganasan dalam-sukan
 
5.2 personaliti
5.2 personaliti5.2 personaliti
5.2 personaliti
 
psikologi-olahraga-power-point.pptx
psikologi-olahraga-power-point.pptxpsikologi-olahraga-power-point.pptx
psikologi-olahraga-power-point.pptx
 

More from Udo Firman

Struktur penelitian filsafat ilmu
Struktur penelitian filsafat ilmuStruktur penelitian filsafat ilmu
Struktur penelitian filsafat ilmuUdo Firman
 
BAB V Studi silat tradisional lunang
BAB V Studi silat tradisional lunangBAB V Studi silat tradisional lunang
BAB V Studi silat tradisional lunangUdo Firman
 
Bab iv ah silat lunang
Bab iv ah silat lunangBab iv ah silat lunang
Bab iv ah silat lunangUdo Firman
 
Bab iii ah silat lunang
Bab iii ah silat lunangBab iii ah silat lunang
Bab iii ah silat lunangUdo Firman
 
Bab i ah silat lunang
Bab i ah silat lunangBab i ah silat lunang
Bab i ah silat lunangUdo Firman
 
Bab ii ah silat lunang
Bab ii ah silat lunangBab ii ah silat lunang
Bab ii ah silat lunangUdo Firman
 
silat tradisional lunang
silat tradisional lunangsilat tradisional lunang
silat tradisional lunang
Udo Firman
 
Analisis dan penetapan personalia
Analisis dan penetapan personaliaAnalisis dan penetapan personalia
Analisis dan penetapan personaliaUdo Firman
 

More from Udo Firman (8)

Struktur penelitian filsafat ilmu
Struktur penelitian filsafat ilmuStruktur penelitian filsafat ilmu
Struktur penelitian filsafat ilmu
 
BAB V Studi silat tradisional lunang
BAB V Studi silat tradisional lunangBAB V Studi silat tradisional lunang
BAB V Studi silat tradisional lunang
 
Bab iv ah silat lunang
Bab iv ah silat lunangBab iv ah silat lunang
Bab iv ah silat lunang
 
Bab iii ah silat lunang
Bab iii ah silat lunangBab iii ah silat lunang
Bab iii ah silat lunang
 
Bab i ah silat lunang
Bab i ah silat lunangBab i ah silat lunang
Bab i ah silat lunang
 
Bab ii ah silat lunang
Bab ii ah silat lunangBab ii ah silat lunang
Bab ii ah silat lunang
 
silat tradisional lunang
silat tradisional lunangsilat tradisional lunang
silat tradisional lunang
 
Analisis dan penetapan personalia
Analisis dan penetapan personaliaAnalisis dan penetapan personalia
Analisis dan penetapan personalia
 

Agresivitas dalam olahraga01

  • 1. AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA A. PENDAHULUAN Sikap dan tindakan agresif sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yang banyak melibatkan para remaja sehingga terjadi tawuran, perkelahian, pemukulan dan sebagainya. Dalam olahraga sikap dan tindakan agresif yang tidak terkendali juga sering terjadi menjururus pada tindakan berbahaya, melukai lawan melanggar peraturan dan sebagainya. Sikap dan tindakan agresif dalam olahraga ternyata tidak hanya merugikan lawan tetapi juga pada penonton. Pemain-pemain yang agresif sangat diperlukan untuk dapat memenangkan pertandingan tetapi sikap dan tindakan agresif yang tidak terkendali perlu dicegah karena mengakibatkan tidak bisa bermain dengan baik. Pada beberapa cabang olahraga tertentu sering diperlukan sikap agresif. Dimana atlet menunjukkan usaha yang aktif, menyusun berbagai strategi untuk menguasai permainan dan mencapai kemenangan. Sikap agresif ini belum berarti bahwa atlet dalam permainannya melakukan pola laku khusus untuk mencelakakan lawannya agar tidak dapat sanggup meneruskan permainan atau cukup cedera sehingga mengurangi mutu permainan lawan. B. PEMBAHASAN 1. Hakekat Agresivitas Menurut K. Lorenz yang kutip oleh Gunarsa (1989:188) mengemukakan bahwa “Agresivitas merupakan dorongan alami yang wajar dan perlu penyaluran untuk mencegah timbulnya kecenderungan permusuhan. Supaya kecenderungan permusuhan bisa dinetralisasikan. Agresivitas harus diarahkan ketujuan-tujuan yang tidak membahayakan dan aman”.
  • 2. Agresivitas dan kecenderungan merusak merupakan dorongan yang kuat dan tidak bisa dikurangi, tidak bisa diingkari, tidak mungkkin dibenci, melainkan harus dihadapi, harus diubah dan dikekang. (K. Meningger dkk dalam Gunarsa 1989:189). Kombinasi antara bekerja dan olahraga merupakan salah satu cara yang baik untuk menyerap energi agresivitas seseorang. Dengan demikian Meningger juga melihat pentingnya olahraga dalam usaha mengendalikan dan mengalihkan dorongan agresif. Pada beberapa cabang olahraga tertentu sering diperlukan dorongan agresif pola laku agresif. Dimana atlet menunjukkan usaha aktif, menyusun berbagai strategi untuk menguasai permainan dan mencapai kemenangan. Sikap agresif ini belum berarti bahwa atlet dalam permainannya melakukan pola laku khusus untuk mencelakakan lawannya agar tidak dapat sanggup meneruskan permainan atau cukup cedera sehingga mengurangi mutu permainan lawan. 2. Faktor-faktor Penyebab Agresivitas a. Sebab yang berasal dari luar pertandingan 1. Barpangkal pada kombinasi anomi sosial. Olahraga professional dikota besar sering mengundang kekerasan, agresivitas karena jarak social yang besar antara penggemar dan atlet top menimbulkan rasa terasing dan anomi sosial, sehingga pembatasan sosial norma yang mengendalikan perilaku pribadi memburuk. 2. Pengaruh kelompok pemain atau penonton Permusuhan merupakan penyebab timbulnya keributan dan kekerasan pada olahraga dan pertandingan. Beberapa faktor keadaan bisa menimbulkan dorongan agresif untuk menyerang, ancaman pelatih menimbulkan pertentangan pada penonton. Celaan dan ejekan terhadap pihak yang kalah akan membakar emosi dan menghasut penonton.
  • 3. b. Sebab yang timbul dalam arena pertandingan Penonton dan penggemar olahraga yang sudah jemu dengan olaraga, bisaa mencari ketegangan baru yang hebat pada cabang olahraga tertentu dan pertandingan. Penyiar bisa mengajak penonton melibatkan diri, membangkitkan semangat mereka sampai memuncak dan meluap, ransangan emosi sedikit saja seperti kekecewaan karena kalah, sudah bisa menimbulkan agresivitas, baik pada atlet untuk mengejar hasil yang lebih baik maupun pada penonton sebagai pelampiasan. 3. Pola Laku Agresif dan Agresivitas Tingkah laku agresif adalah tingkah laku yang tertuju pada keberhasilan menyakiti atau melukai makhluk hidup yang tidak diperlakukan demikian. (Bron dan Byrne: 2004). Dari berbagai penjelasan mengenani pengertian tingkah laku agresif, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat empat cirri-ciri umum dari tingkah laku agresif tersebut, yaitu: 1) Intensi atau niat 2) Perilaku menyakiti 3) Makhluk hidup 4) Secara fisik maupun verbal Ciri-ciri diatas tidak selalu mutlak ada didalam sebuah tingkah laku agresi, apabila salah satu dari ciri-ciri diatas terdapat dalam satu kejadian maka kejadian tersebut dapat dianggap sebagai perilaku agresi namun bisaa tidak. Menurut Sears, Freedman dan Peplau (1991). Perilaku melukai yang tidak disertai dengan maksud melukai tidak dapat digolongkan sebagai agresif. Jadi dapat disimpulkan niat atau intensi seseorang untuk menyakiti merupakan faktor yang paling penting yang menyebabkan terjadinya perilaku agresi. A Bandura yang dikutip oleh Gunarsa (1989:192) mengemukakan bahwa pola laku agresif merupakan perilaku yang
  • 4. dipelajari melalui proses belajar. Pola laku agresif bisa dipelajari dengan mengamati perilaku tersebut. Mengamati perilaku agresif bisa menyebabkan timbulnya kebisaaan-kebisaaan agresif. Perilaku yang dicontohkan dipelajari sesuai dengan contohnya baik atlet maupun penonton bisa menjadi model untuk pola laku agresif. Kekerasan bisa dianggap sebagai penyelesaian untuk konflik, lebih-lebih bila kekerasan diperbolehkan. Orang yang sering melihat kekerasan bisa tidak acuh terhadap akibatnya, lama- kelamaan melihat model agresif akan memperkuat kebisaaan dan meluaskan perilaku agresif. Mengenai gejala tindakan agresif dalam olahraga Richard H. Cox (1985) yang dikutip oleh Setyobroto (…..:..) membedakan tindakan agresif yang disertai rasa permusuhan dengan tindakan agresif instrumental. Tindakan agresif yang disertai rasa permusuhan atau “hostile aggression” tujuan pertamanya adalah melukai orang lain, niat untuk melukai orang tersebut dilakukan dengan perasaaan marah. Pada tindakan “Agresif Instrumental” tujuan utamanya adalah memenangkan pertandingan. Sehubungan dengan tindakan agresif yang dilakukan seseorang, tapi bukan karena orang tersebut mengalami frustasi. Raven dan Rubin (1976) dalam Setyobroto ( … : .. ) mengemukakan beberapa gejala, antaranya: a. Tindakan agresif instrumental Agresif instrumental bertujuan untuk memenangkan pertandingan. Jadi bukan untuk melukai lawan dalam permainan untuk menyerang secara agresif tidak disertai dengan marah dan tindakan ini bukan dikarenakan frustasi. b. Tindakan atas dasar meniru Tindakan agresif ini terdapat pada umumnya pada anggota mafia yang meniru tokoh mafia tersebut yang suka menyerang dan melukai yang lain serta melakukan tindakan-tindakan
  • 5. kekejaman, semua ini mereka lakukan atas dasar meniru dan bukan karena frustasi. Dalam olahraga dapat juga tindakan agresif seseorang pemain dilakukan karena ingin meniru pemainpemain ynag dikaguminya, dan hal ini perlu diwaspadai oleh pelatih, agar tidak menjurus ke hal-hal yang negatif. c. Tindakan agresif atas dasar perintah Tindakan ini sering terjadi pada olahraga anggar, tinju dan sebagainya karena inisiatif menyerang mendapat penilaian dari pada wasit, dan jelas hal ini tidak ada hubungannya dengan gejala frustasi. d. Tindakan agresif dalam hubungannya dengan peran sosial Hal ini dapat kita lihat pada penjaga keamanan yang bertindak tegas dan kalau perlu agak keras memukul mereka yang dengan sengaja ingin mengacaukan pertandingan tersebut (meskipun cara ini kurang tepat) jelas juga bukan gejala penjaga keamanan tersebut mengalami frustasi. e. Tindakan agresif karena pengaruh kelompok Pemain ataupun penonton dapat merangsang timbulnya tindakan-tindakan agresif. Para ahli psikologi kelompok dan psikologi massa telah membuktikan bahwa dalam ikatan kelompok sering individu bersikap dan bertingkah laku lain dari pada dalam kedudukannya sebagai individu. Tindakan agresif pemain karena pengaruh kelompok atau yang dialami pemain, mungkin juga pemain tersebut memang memiliki sifat (trait) agresif. Sehingga rangsangan dari sekitar akan lebih mudah mengaktualisasikan sifat-sifat agresifnya. Agresivitas berhubungan erat dengan kekerasan fisik yang bertujuan mengurangi kondisi fisik pihak lainnya agar dapat memastikan kemenangannya. Kekerasan fisik sering berkaitan dengan pelanggaran terhadap peraturan permainan dan pertandingan, terutama olahraga beregu. Pada cabang olahraga
  • 6. perorangan terlihat agresivitas atau kekerasan fisik lainnya. Faktor mempercepat timbulnya keributan dan kekerasan. a. Penggemar tidak realistis terhadap penampilan regu, harapan terhadap regu terlalu tinggi. b. Ikatan yang kuat antara penggemar dan regu pujaannya. c. Hasil penampilan regu pada pertandingan sangat berbeda- beda. d. Wasit dan official kompeten, terlalu memihak pada salah satu regu yang bertanding. e. Permainan regu yang mencapai prestasi rendah akan menambah ketegangan, sebaliknya prestasi yang tinggi akan mengurangi ketegangan. f. Banyaknya pelanggaran pada pemula pertandingan. Agresivitas penonton terwujud dalam bentuk keributan. Agresivitas merupakan pola laku permusuhan yang bisa diwujudkan dalam penyerangan atau dalam bentuk mempermainkan, menggoda orang lain. Agresivitas merupakan pola laku usaha ditandai kebranian dan semangat tinggi untuk mengejar suatu tujuan. Dengan berkurangnya atau menghilangnya perasaan bersalah, perubahan konstruksi kognitif sebagai pengaruh- pengaruh yang mengurangi hambatan terhadap agresivitas, maka timbul perilaku agresif. Tingkah laku agresif penonton sering kali melebihi tingkah lakku agresif atlet, bahkan tingkah laku agresif pemberian semangat bisa memuncak samapai terjadi perusakan. Olahraga bisa menyalurkan tingkah laku agresif baik secara positif sesuai dengan sifat olahraga dan peraturan. Secara negatif dalam bentuk pelanggaran terhadap peraturan maupun luapan emosi pelanggaran. Melakukan tingkah laku agresif juga ditentukan oleh pengalaman dan taraf kemampuan intelek dan kemampuan olahraga perlu pembinaan dan latihan untuk meningkatkan
  • 7. kemampuan atlet semaksimal mungkin dalam suasana sportif dan damai. 4. Upaya Mengendalikan Pemain Yang Agresif. Agresivitas hanyalah merupakan salah satu dari sifat-sifat (taits) seseorang pemain, kecenderungan sifat agresif pemain menjadi tindakan positif yang dibutuhkan untuk memenangkan pertandingan atau sebaliknya menjadi tindakan destruktif, sangat tergantung pada sifat-sifat kepribadian lainnya yang memiliki pemain bersangkutan. Sifat agresif yang dimiliki seseorang pemain yang juga memiliki kestabilan emosional, disiplin, rasa tangtung jawab besar dan sebagainya tidak perlu menimbulkan maslah. Pelatih menyiapkan pemain tersebut untuk bermain agresif, dengan tidak perlu takut bahwa ia akan melukai orang lain dalam upayanya untuk mencapai tujuan memenangkan pertandingan, dengan memberikan dorongan, pemberian hadiah, penghargaan dan sebagainya pemain akan bermain agresif dengan tidak usah mengalami frustasi. Tiindakan agresif dengan kekerasan yang dapat melukai pemain jelas perlu di kendalikan atau di batasi sehingga terpelihara prinsip-prinsip sportivitas dan tujuan berolahrag pada umumnya. Tindakan pengendalian tersebut tidak hanya tertuju pada pemain, tetapi juga tertuju pada pelatih dan lingkungan (penonton) yang ikut berperan dalam mempengaruhi kemungkinan terjadinya tindak agresif dengan kekerasan yang menyimpang peraturan. Dalam upaya mengendalikan tindakan kekerasan yang agresif yang menyimpang ketentuan. Richard H. Cox 1985 dalam setyobroto (…. : ..) mengajukankan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
  • 8. a. Atlet-atlet muda harus sudah diberi pengetahuan tentang tingkah laku non agresif, penguasaan diri, dan penampilan yang benar. b. Atlet yang terlibat tindakan agresif harus dihukum, harus disadarkan bahwa tindakan agresif dengan melukai lawan adalah tindakan yang tidak dibenarkan. c. Pelatih yang memberi kemungkinan para atlet terlibat tindakan agresif dengan kekerasan harus teliti dan harus dipecat dari tuganya sebagai sebagai pelatih (jika perlu). d. Pengaruh dari luar yang memungkinkan terjadinya tindakan agresif dengan kekerasan dilapangan pertandingan harus dihindarkan. e. Para pelatih dan wasit didorong atau dianjurkan untuk menghadiri lokakarya- lokakarya yang membahas tindakan agresif dan kekerasan. f. Disamping hukuman terhadap tindakan agresif dengan kekerasan, atlet harus didorong secara positif meningkatkan kemampuan bertindak tenang mengahadapi situasi-situasi emosional. g. Penguasaan emosi mengahadpi tindakan agresif dengan kekerasan harus dilatih secara praktis, antara lain melalui latihan mental Bertitik tolak dari “social learning theori” dimana pemain akan belajar dari pengalaman dan meniru tngkah laku pemain lain, para pelatih harus menyiapkan tim dan pemain-pemainnya dengan petunjuk dan langkah-langkah praktis sebagai berikkut: a. Anjuran untuk bermain agresif harus terarah, kapan dan bagaimana cara yang tepat agar tidak perlu menimbulkan hal negative dan melakuai lawan. b. Bermain agresif harus disertai peningkatan penguasaan diri, agar dapat selalu mengontrol sendiri.
  • 9. c. Bermain agresif harus disertai disiplin dan rasa tanggung jawab, yaitu selalu patuh pada peraturan dan tunduk pada wasit serta dapat mempertanggung jawabkan tindakannya. d. Perlu adanya pemberian pengahargaan bagi mereka yang berindak agresif tetapi tetap memelihara sportifitas, dan sebaliknya perlu diberikan hukuman bagi mereka yang melakukan tindakan agresif tercela dan melanggar peraturan. C. Penutup 1. Kesimpulan a. Agresivitas merupakan dorongan alami yang wajar dan perlu menyalurkan untuk mencegah timbulnya kecenderungan permusuhan. b. Adapun faktor penyebab agresivitas adalah sebab yang berasal dari luar pertandingan dan sebab yang timbul dalam arena pertandingan. c. Pola lakku agresif dan agresivitas merupakan perilaku yang dipelajari melalui peniruan dan ganjaran. d. Upaya mengendalikan pemain yang agresif adalah memberikan pengetahuan tentang tingkah laku non agresif, penguasaan diri dan penampilan yang benar. 2. Saran a. Materi ini bisa sebagai salah satu sumber pedoman dalam proses pembinaan dan pembentukan atlet. b. Setiap pelatih hendaknya harus memahami ilmu pesikolgi yang baik sehingga sifat agresivitas yang dimiliki oleh seorang dapat tersalurkan. c. Materi ini juga bisa dimanfaat oleh seorang pendidik dalam proses pengajaran kepada siswa agar dapat menciptakan siswa yang agresif d. Seorang atlet dapat mengandali emosional yang agresif.
  • 10. D. DAFTAR PUSTAKA Setyobroto 1989. Psikologi Kepelatihan Olaharaga. Bandung : Galang Persaridasda Gunarsa 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Gramedia www.psychemate.blogspot.com. 2007: Agresivitas: Intensi menyakiti.
  • 11. TUGAS PSIKOLOGI OLAHRAGA AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA Oleh: FIRMAN : 2008/10969 LIZA : 2008/ Dosen Pembimbing: Dr. Adnan Fardhi, M.Pd KONSENTRASI MENAJEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA