SlideShare a Scribd company logo
HIPOSPADIA
1. Pendahuluan
Hipospadia merupakan salah satu kelainan congenital yang sering ditemui,
kemungkinannya sekitar 1:250 samapi 1:300 pada bayi baru lahir. Pada pasien
dengan hipospadia yang berat, kadang tampak seperti ambiguous genitalia.
Mengakibatkan stres emosional dan beban psikologis bagi orang tua, dan
menjadi pertanyaan mengenai jenis kelamin anak mereka. (Baskin, 2000)
Hipospadia, merupakan konsekuensi dari suatu fusi yang tidak lengkap,
kulit uretra terdapat pada sisi alur uretra pada permukaan tengah dari lubang
kelamin. Pada 8 minggu perkembangan janin terjadi deferensiasi alat kelamin.
Setelah itu, pada pria, tepi medial dari lipatan uretra secara progresif menyatu
di garis tengah pada ventrum dari lubang kelamin; uretra penis benar-benar
tertutup pada minggu ke 14. Kelenjar dari uretra dibentuk pada minggu ke 16,
namun mekanisme yang mendasari langkah ini masih kontroversial.
Organogenesis uretra sebagian besar tergantung oleh hormone androgen.
Testosterone diproduksi oleh sel Leydig janin di kompartemen testis
interstisial dan kemudian dikonversi dalam kulit kelamin menjadi
dihidrotestosteron (DHT), yang bertindak sebagai pengikat reseptor androgen.
Hipospadia adalah contoh virilisasi lengkap di mana meatus uretra normal
ditempatkan pada bagian ventral penis bukan ujung glansFungsi lainnya dari
hormone androgen adalah diferensiasi alat kelamin laki-laki seperti fusi
lipatan labioscrotal, pembesaran lubang kelamin, dan penurunan testis. (Rey,
2005)
2. Anatomi
3. Etiologi
Hipospadia hasil dari fusi yang tidak lengkap dari lipatan uretra terjadi
pada usiua kehamilan pada minggu ke 8 dan ke 14. Diferensiasi seksual laki-
laki pada umumnya tergantung pada hormone testosteron, dihydrotestosteron,
dan ekspresi reseptor androgen oleh sel target. Gangguan dalam keseimbangan
sistem endokrin baik faktor-faktor endogen atau eksogen dapat menyebabkan
hipospadia. Indikasi untuk beberapa faktor risiko lain juga telah dilaporkan.
Namun, etiologi hipospadia masih belum diketahui. (Brouwers, 2006)
a. Metabolisme Androgen
Diferensiasi seksual yang normal tergantung pada testosteron dan
metabolismenya bersamaan dengan kehadiran reseptor androgen
fungsional. Gangguan genetik dalam jalur metabolisme androgen
(misalnya disfungsi 5 -alfa-reduktase II atau gangguan reseptor androgen)
dapat menyebabkan hipospadia. Meskipun kelainan dalam metabolisme
androgen dapat menyebabkan hipospadia yang berat, namun tidak dapat
menjelaskan etiologi terjadinya hipospadia yang sedang dan ringan.
(Baskin, 2000)
b. Sinyal Seluler Abnormal
Hipotesis lain mengenai hipospadia adalah adanya abnormalitas dari
perantara seluler selama perkembangan alat kelamin. Hipotesis ini
berdasarkan penemuan terjadi perubahan diferensiasi otot halus pada
perkembangan genitalia pria dan wanita. (Baskin, 2000)
Teori perkembangan uretra pada penis manusia. Beberapa teori seperti yang
telah dijelaskan dalam sebagian besar buku pelajaran embriologi, kelenjar uretra
dibentuk karena perkembangan epidermis pada perkembangan ectodermal. Data
kami mendukung pembentukan uretra secara keseluruhan terjadi hanya melalui
deferensiasi endodermal.
c. Gangguan Endokrin
Salah satu penyebab hipospadia kemungkinan disebabkan adanya
kontaminasi lingkungan, dimana dapat mengintervensi jalur androgen
yang normal dan dapat mengganggu sinyal seluler. Hal ini dapat diketahui
dari beberapa bahan yang seing dikonsumsi oleh manusia yang banyak
mengandung aktivitas estrogen, seperti pada insektisida yang sering
digunakan untuk tanaman, estrogen alami pada tumbuhan, produk-produk
plastic, dan produk farmasi. Selain itu, banyak bahan logam yang
digunakan untuk industry makanan, bagian dalamnya dilapisi oleh bahan
plastic yang mengadung substansi estrogen. Substansi estrogen juga dapat
ditemukan pada air laut dan air segar, namun jumlahnya hanya sedikit.
Ketika estrogen tersebut masuk ke dalam tubuh hewan, jumlah estrogen
paling tinggi berada pada puncak rantai makanan, seperti ikan besar,
burung, mamalia laut dan manusia, sehingga menyebabkan kontaminasi
estrogen yang cukup besar. Pada beberapa spesies, kontaminasi estrogen
dapat mempengaruhi fungsi reproduksi dan kesehatan. Sebagai contoh,
terjadi penipisan kulit telur karena pengaruh estrogen. (Baskin, 2000)
d. Faktor Genetik
Usia ibu saat melahirkan dapat menjadikan salah satu factor resiko
terjadinya hipospadia. Sebuah langsung korelasi terlihat antara usia ibu
yang tua dengan meningkatkan kejadian hipospadia, dan lebih ditandai
dengan bentuk parah dari cacat lahir. (Fisch, 2001)
4. Klasifikasi
Pembagian hipospadia berdasarkan anatomi :
a. Anterior
Dimana meatus tampak pada bagian inferior dari glands penis. (Wang,
2008)
b. Coronal
Dimana meatus tampak pada alur batang penis. (Wang, 2008)
c. Distal
Dimana meatus tampak pada bagian bawah batang penis. (Wang, 2008)
Pembagian hipospadia berdasarkan kesulitan rekonstruksi :
a. Hipospadia pada bagian distal korpus spongiosum dengan sedikit atau
tidak ada kelengkungan ventral (Snodgrass, 2010)
b. Hipospadia pada bagian proksimal spongiosum dengan kelengkungan
ventral yang ditandai dengan perkembangan jaringan ventral yang sedikit,
dan kadang-kadang terkait dengan perkembangan asimetris dari corpora
cavernosa (Snodgrass, 2010)
c. Hipospadia cacat yang sudah menjalani beberapa prosedur dan
meninggalkan jaringan bekas luka. (Snodgrass, 2010)
5. Patofisiologi
Perkembangan uretra secara genetik dipengaruhi oleh diferensiasi sel,
aktivitas hormonal dan enzimatik, serta transformasi jaringan. Sebelum
minggu ke-7 kehamilan, struktur gential antara pria dan wanita tidak dapat
dibedakan. Setelah itu, terjadi diferensiasi jaringan, termasuk pemanjangan
lubang kelamin, pembentukan uretra penis, dan pengembangan kulit
preputium, dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya androgen dan sinyal dari
gen SRY-. Penelitian yang lebih baru mendukung teori diferensiasi
endodermal. Menurut teori ini, seluruh uretra berasal dari sinus urogenital.
Perkembangan terus-menerus uretra ke tuberkulum genital diikuti oleh fusi
ventral lipatan uretra. Gangguan pada metabolisme androgen, misalnya, 5α-
Reduktase defisit, cacat dari reseptor androgen, atau cacat gen adalah faktor
etiologi mungkin untuk hypospadia, yang hanya ditemukan pada <5% dari
pasien. (Djacovic, 2008)
6. Diagnosis
Ketika pasien pertama kali datang, pertanyaan dibuat mengenai riwayat
obat-obatan di awal kehamilan, riwayat keluarga, arah dan kekuatan aliran
kemih dan adanya penyemprotan pada saat buang air kecil. Pemeriksaan fisik
meliputi kesehatan umum dan perkembangan pertumbuhan dengan perhatian
khusus pada sistem saluran kemih seperti pembesaran salah satu atau kedua
ginjal dan amati adanya cacat lahir lainnya. Khas pada hipospadia adalah
meatus uretra pada bagian ventral dan perselubungan pada daerah dorsal serta
terdapat defisiensi kulit preputium, dengan atau tanpa chordee dan hipospadia
berat berupa suatu skrotum bifida. Ukuran meatus uretra dan kualitas dinding
uretra (corpus spongiosum) pada proksimal meatus juga berbeda. Derajat
hipospadia sering digambarkan sesuai dengan posisi meatus uretra dalam
kaitannya dengan penis dan skrotum. Ini harus dilakukan dengan sangat hati-
hati untuk kemungkinkunan timbul keraguan karena dengan adanya chordee
yang signifikan. Sebuah meatus yang berada di wilayah subcoronal mungkin
sebenarnya juga sangat dekat dengan persimpangan penoscrotal dan karena itu
setelah koreksi chordee, meatus akan surut ke daerah proksimal batang penis
memerlukan rekonstruksi uretra yang luas. Sebaliknya, meatus yang terletak di
wilayah subcoronal dalam ketiadaan chordee cocok dengan hipospadia ringan.
Oleh karena itu karena kehadiran chordee yang signifikan, posisi meatus
uretra harus dijelaskan dalam kaitannya dengan persimpangan penoscrotal dan
korona. Tingkat chordee dapat secara akurat dinilai dengan induksi ereksi
dengan mengompresi kavernosum terhadap rami pubis. Kehadiran satu atau
kedua testis di skrotum harus dicatat. Pada sebagian besar kasus, pasien
dengan testis hipospadia ringan sampai sedang dan kedua testis yang dapat
turun secara genotif adalah laki-laki normal. Namun dalam kasus hipospadia
yang berat, terutama bila dikaitkan dengan testis yang tidak turun baik
unilateral atau bilateral, muncul pertanyaan tentang interseks. (Man, 1985)
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks
internal terbentuk secara normal. Excretory urography dilakukan untuk
mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter.
(Cafici, 2002)
7. Diagnosis Banding
Hipospadia yang terkait dengan pemisahan dari kantung skrotum, testis
yang tidak turun (UTD), alat kelamin yang belum jelas (ambiguous genitalia),,
dan hernia inguinalis (mengandung gonad). (Pai, 2007)
8. Pengobatan
Bedah rekonstruksi mungkin terapi pilihan untuk hipospadia. Tujuan
utama dari rekonstruksi adalah untuk membuat celah vertikal meatus, untuk
meluruskan penis pada kasus kelengkungan dan menghasilakn bentuk yang
baik secara kosmetik. Aspek penting lainnya untuk rekonstruksi adalah untuk
menghindari penis yang memendek dan penggunaan kulit yang optimal tanpa
menggunakan kulit scrotum untuk menutup penis. Usia optimal untuk koreksi
hypospadia adalah antara usia 6 dan 24 bulan. Adanya dihidrotestosteron
memungkinkan untuk mengoptimalkan ukuran penis pada usia awal bila
dilakukan operasi. Dalam sebagian besar kasus, operasi dapat dilakukan dalam
satu langkah. Operasi dua-langkah jarang dilakukan, misalnya dalam kasus,
insufisiensi dari kulit uretra atau hipoplasia kulit seperti yang sering
ditemukan dalam hipospadia pasca operasi. Operasi hipospadia mengikuti
langkah: meluruskan penis (orthoplasty), rekonstruksi dari uretra
(urethroplasty), rekonstruksi meatus (meatoplasty), rekonstruksi kelenjar
(glanuloplasty) dan rekonstruksi kulit penis serta skrotum bila diperlukan.
(Djakociv, 2008)
a. Hipospadia Anterior
Teknik yang dilipih untuk hipospadia anterior tergantung pada posisi
anatomi dari penis yang hipospadia. Teknik yang paling sering digunakan
adalah MAGPI (meatal advance glansplasty), GAP (glans approximation
procedure), metode Mathieu atau disebut flip-flap dan incise pipa
uretroplasti. (Baskin, 2000)
1) Teknik MAGPI (meatal advance glansplasty)
Teknik MAGPI dirancang oleh Duckett pada tahun 1981 (20).
Teknik ini akan memberikan hasil yang maksimal jika pasien
mengikuti dengan tepat. Penis dengan hipospadia yang cocok untuk
dilakukan MAGPI adalah dengan jaringan pada punggung dalam
glands yang mengalirkan urin baik dari koronal atau sedikit ke meatus
subcoronal. Setelah pasien tertidur, uretra itu sendiri harus memiliki
dinding ventral yang normal, tanpa ada bagian yang tipis atau atresia
uretra spongiosum. Uretra juga harus menjadi mobile sehingga dapat
maju ke glands. (Baskin, 2000)
2) Teknik GAP (glans approximation procedure)
Prosedur GAP berlaku pada pasien dengan hipospadia anterior
kecil yang memiliki alur glands luas dan mendalam. Pada pasien ini
tidak memiliki jembatan jaringan kelenjar yang biasanya mngalirkan
aliran kemih, seperti yang terlihat pada pasien yang akan lebih tepat
diobati dengan teknik MAGPI. Dalam teknik GAP, uretra yang
berlubang lebar akan dilakukan tubularisasi primer dengna
mnggunakan stent. (Baskin, 2000)
3) Incisi Tubularirasi Urethroplasty
Secara historis, jika alur uretra tidak cukup lebar untuk tubularisasi
di situ, seperti pada teknik GAP atau prosedur Thiersch Duplay,
kemudian pendekatan alternatif seperti Mathieu atau untuk penanganan
hipospadia yang lebih parah, flap pedikel dengan vascularisasi bias
dilakukan. Baru-baru ini konsep sayatan di kulit uretra dan
dilakukannya tubularisasi dan penyembuhan sekunder telah
diperkenalkan oleh Snodgrass. Hasil jangka pendek sangat baik dan
prosedur ini memiliki popularitas yang luas. Salah satu aspek yang
menarik adalah adanya celah yang menyerupai meatus, yang dibuat
dengan sayatan pertengahan garis punggung. Baru-baru ini, teknik ini
telah diterapkan untuk bentuk-bentuk hipospadia posterior. Secara
teoritis, ada kekhawatiran tentang kemungkinan stenosis meatus dari
jaringan parut, dimana sering terjadi striktur uretra pada pasien dengan
urethrotomy internal yang sering menyebabkan striktur berulang. Pada
hipospadia, pada jaringan dengan suplai darah yang sangat baik dan
aliran pembuluh darah yang besar, tampaknya dapat merespon baik
terhadap sayatan primer dan sekunder pada penyembuhan tanpa
meninggalkan bekas luka. (Baskin, 2000)
Pada perbaikan hipospadia distal, meskipun tingkat morbiditas
relative rendah, hasil kosmetik yang mungkin sulit untuk menilai dan
memuaskan dalam proporsi yang signifikan, terutama setelah
perbaikan Mathieu.
4) Hipospadia Posterior
Kita sudah cukup puas dengan teknik onlay island flap untuk
hipospadia untuk kasus pada hipospadia pada batang penis dan kasus-
kasus yang lebih parah dari hipospadia. Onlay island flap telah berhasil
diuji dengan hasil jangka panjang yang sangat baik. Tidak membuang
kulit uretra pada teknik onlay island flap telah menyingkirkan striktur
anastomosis bagian proksimal dan telah mengurangi kejadian formasi
fistula. Ketika kelengkungan penis diperlukan, dapat dikoreksi dengan
lipatan punggung. Laporan terbaru telah memperkenalkan teknik
standar dan variasi yang lebih halus. Kadang-kadang operasi yang luas
diperlukan dan dalam beberapa kasus, beberapa operasi menyebabkan
hasil yang kurang optimal pada beberapa anak, pasien kemudian
diklasifikasikan sebagai " cacat hipospadia ". Untuk hipospadia yang
sangat parah, kulit preputium yang dapat dirancang sebagai gaya tapal
kuda untuk menjembatani jarak yang luas. (Baskin, 2000)
Operasi hipospadia merupakan salah satu masalah yang paling sering
dibicarakan bagi ahli bedah rekonstruktif, dan ahli bedah urolog, dan pediatrik
karena tingkat komplikasi yang tinggi. Faktanya ada sekitar 250 operasi yang
berbeda untuk mengelola masalah rumit, yang menunjukkan bahwa tidak ada
operasi tunggal yang disukai oleh semua ahli bedah di dunia karena tidak ada
teknik tunggal memberikan hasil baik yang seragam. Satu tahap perbaikan
secara alami disukai karena trauma post operasi berkurang, tidak ada bekas
luka pada kulit, menurunkan jumlah rawat inap dan lebih ekonomis. Tapi ahli
bedah tertentu tetap yakin ada keterbatasan dan kelemahan dari operasi satu
langkah dan terus berlatih operasi dua tahap. (Ismail, 2009)
Hormon yang terlibat dalam fungsi testis (gonadotropin, androgen)
umumnya tidak terpengaruh baik pada anak-anak atau orang dewasa. Namun,
data menunjukkan faktor epidemiologis, klinis, dan biologis dapat merupakan
factor risiko untuk kesuburan: insiden tinggi gangguan migrasi testis, kelainan
histologis hasil tes seperti hypospermatogenesis, dan insidensi konsentrasi
spermatozoa rendah yang tinggi. Terakhir, belum ada evaluasi kejadian
infertilitas pada populasi pasien dengan hipospadia yang baik dioperasikan
pada anak-anak atau yang tidak menjalani bedah perbaikan. (Mieusset, 2005)
9. Komplikasi
a. Fistula
Fistula uretrokutan merupakan masalah utama yang sering muncul
pada operasi hipospadia. Fistula jarang menutup spontan dan dapat
diperbaiki dengna penutupan berlapis dari flap kulit lokal. Dilakukan
fistuloraphy. (Arap, 2000)
Pembentukan fistula sebagian besar di persimpangan neourethra
dengan uretra asli, dan frekuensi tinggi di kasus hipospadia proksimal.
(Ahmed, 2010)
b. Stenosis meatus
Stenosis atau menyempitnya meatus uretra dapat terjadi. Adanya aliran
air seni yang mengecil dapat menimbulkan kewaspadaan atas adanya
stenosis meatus. (Arap, 2000)
Masalah teknis seperti pembuatan meatus lumen yang sempit atau
terlalu ketat glanuloplasty dapat menjadi penyebab stenosis meatus.
(Ahmed, 2010)
c. Striktur
Keadaan ini dapat berkembang sebagai komplikasi jangka panjang dari
operasi hipospadia. Keadaan ini dapat diatasi dengan pembedahan, dan
dapat membutuhkan insisi, eksisi atau reanastomosis. (Arap, 2000)
d. Divertikula
Divertikula uretra dapat juga terbentuk ditandai dengan adanya
pengembangan uretra saat berkemih. Striktur pada distal dapat
mengakibatkan obstruksi aliran dan berakhir pada divertikula uretra.
Divertikula dapat terbentuk walaupun tidak terdapat obstruksi pada bagian
distal. Hal ini dapat terjadi berhubungan dengan adanya graft atau flap
pada operasi hipospadia, yang disangga dari otot maupun subkutan dari
jaringan uretra asal. (Arap, 2000)
e. Terdapatnya rambut pada uretra
Kulit yang mengandung folikel rambut dihindari digunakan dalam
rekonstruksi hipospadia. Bila kulit ini berhubungan dngan uretra, hal ini
dapat menimbulkan masalah berupa infeksi saluran kemih dan
pembentukan batu saat pubertas. Biasanya untuk mengatasinya digunakan
laser atau kauter, bahkan bila cukup banyak dilakukan eksisi pada kulit
yang mengandung folikel rambut lalu kemudian diulang perbaikan
hipospadia. (Arap, 2000)
Daftar Pustaka
1. Baskin, L. 2000. HYPOSPADIAS. ANATOMY, EMBRYOLOGY, AND
RECONSTRUCTIVE TECHNIQUES. Brazilian Journal of Urology. Vol.
26 (6): 621-629, November - December, 2000.
2. Rey, RA., Codner, E. 2005. Low Risk of Impaired Testicular Sertoli and
Leydig Cell : Functions in Boys with Isolated Hypospadias. J Clin
Endocrinol Metab, November 2005, 90(11):6035–6040.
3. Djacovic, N., Nyarangi-Dix, J. 2008. Hypospadias. Advances in Urology.
Volume 2008, Article ID 650135, 7 pages.
4. Arap, S., Mitre, AI. 2000. PENOSCROTAL HYPOSPADIAS. Brazilian
Journal of Urology. Vol. 26 (3): 304-314, May - June, 2000.
5. Man, DW. 1985. An Approach to Hypospadias Management. Journal of
the Hong Kong Medical Association, Vol. 37, No. 2, 1985.
6. Brouwers, MM., Feitz, WFJ. 2006. Hypospadias: a transgenerational
effect of diethylstilbestrol?. Society of Human Reproduction and
Embryology. Human Reproduction Vol.21, No.3 pp. 666–669, 2006.
7. Fisch, H., Golden, RJ. 2001. MATERNAL AGE AS A RISK FACTOR
FOR HYPOSPADIAS. The Journal Of Urology® Vol. 165, 934–936,
March 2001.
8. Snodgrass, W., Macedo, A. 2010. Hypospadias dilemmas: A round table.
Journal of Pediatric Urology Company. Journal of Pediatric Urology
(2011) xx, 1-13.
9. Ismail, KA. 2009. Proximal Hypospadias: Is Still There a Place for Two
Stage Urethroplasty?. Annals of Pediatric Surgery. Vol 5, No 4, October
2009, PP 274-281.
10. Mieusset, R., Soulie, M. 2005. Hypospadias: Psychosocial, Sexual, and
Minireview Reproductive Consequences in Adult Life. Journal of
Andrology, Vol. 26, No. 2, March/April 2005.
11. Ahmed, J. 2010. TRANSVERSE PREPUTIAL ISLAND FLAP FOR
HYPOSPADIAS REPAIR. Journal of Surgery Pakistan (International) 15
(3) July - September 2010.
12. Castagnetti, M., Scarpa, MG. 2006. Evaluation of cosmetic results in
uncomplicated distal hypospadias repairs. Journal of Andrological
Sciences 2009;16:121-124.
13. Wang, M. 2008. Endocrine Disruptors, Genital Review Development, and
Hypospadias. Journal of Andrology, Vol. 29, No. 5, September/October
2008.
14. Pai, W., Tseng H. 2007. Ambiguous Genitalia during Neonatal Period : A
15-Year Experience at a Medical Center. Clinical Neonatology 2007 Vol.
14 No.2.
15. Cafici, D., Iglesias, A. 2002. Prenatal Diagnosis of Severe Hypospadias
With Two- and Three-dimensional Sonography. American Institute of
Ultrasound in Medicine • J Ultrasound Med 21:1423–1426, 2002.
REFRAT
HIPOSPADIA
Oleh:
Bekti Siswati G0005070
Pembimbing:
dr. Amru Sungkar, Sp.B, Sp. BP
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R A K A R T A
2011

More Related Content

Similar to 70233922-HIPOSPADIA.doc

Hipospadia
Hipospadia Hipospadia
Hipospadia
Erlina Wati
 
Hisprung
HisprungHisprung
Hisprung
Hanifa Rahmadilla
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
maulia09
 
Kelainan kontinetal Kelainan kontinetallll
Kelainan kontinetal Kelainan kontinetallllKelainan kontinetal Kelainan kontinetallll
Kelainan kontinetal Kelainan kontinetallll
rovaldi321
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
martaagustinasirait
 
PENYAKIT PENYAKIT KELAINAN KONGENTAL PPT.pptx
PENYAKIT PENYAKIT KELAINAN KONGENTAL PPT.pptxPENYAKIT PENYAKIT KELAINAN KONGENTAL PPT.pptx
PENYAKIT PENYAKIT KELAINAN KONGENTAL PPT.pptx
asepnovitaufiq
 
16KELAINAN_KONGENITAL_pptx.ppt
16KELAINAN_KONGENITAL_pptx.ppt16KELAINAN_KONGENITAL_pptx.ppt
16KELAINAN_KONGENITAL_pptx.ppt
MethaKemala
 
INFERTILITAS
INFERTILITASINFERTILITAS
INFERTILITASLilis c'Ben
 
Hipospadia
HipospadiaHipospadia
Hipospadia
Meri Fitri
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
Ikha Pramono
 
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptxKELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
igaditaadindaputri
 
Lp hipospadia
Lp hipospadiaLp hipospadia
Lp hipospadia
Yabniel Lit Jingga
 
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogyudhasetya01
 
Referat infertilitas
Referat infertilitasReferat infertilitas
Referat infertilitas
Hasniar Hasdani
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
fhradillah
 
Materi biologi x ppt bab 10 fix
Materi biologi x ppt bab 10 fixMateri biologi x ppt bab 10 fix
Materi biologi x ppt bab 10 fix
eli priyatna laidan
 
PPT_SISTEM_ENDOKRIN_pptx.pptx
PPT_SISTEM_ENDOKRIN_pptx.pptxPPT_SISTEM_ENDOKRIN_pptx.pptx
PPT_SISTEM_ENDOKRIN_pptx.pptx
MUZNAANISAH1
 
Pubertas prekoks
Pubertas prekoksPubertas prekoks
Pubertas prekoks
Ayatullah Timur
 
F. Bab II.pdf
F. Bab II.pdfF. Bab II.pdf
F. Bab II.pdf
Indahnh4
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
Septian Muna Barakati
 

Similar to 70233922-HIPOSPADIA.doc (20)

Hipospadia
Hipospadia Hipospadia
Hipospadia
 
Hisprung
HisprungHisprung
Hisprung
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Kelainan kontinetal Kelainan kontinetallll
Kelainan kontinetal Kelainan kontinetallllKelainan kontinetal Kelainan kontinetallll
Kelainan kontinetal Kelainan kontinetallll
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
 
PENYAKIT PENYAKIT KELAINAN KONGENTAL PPT.pptx
PENYAKIT PENYAKIT KELAINAN KONGENTAL PPT.pptxPENYAKIT PENYAKIT KELAINAN KONGENTAL PPT.pptx
PENYAKIT PENYAKIT KELAINAN KONGENTAL PPT.pptx
 
16KELAINAN_KONGENITAL_pptx.ppt
16KELAINAN_KONGENITAL_pptx.ppt16KELAINAN_KONGENITAL_pptx.ppt
16KELAINAN_KONGENITAL_pptx.ppt
 
INFERTILITAS
INFERTILITASINFERTILITAS
INFERTILITAS
 
Hipospadia
HipospadiaHipospadia
Hipospadia
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptxKELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
 
Lp hipospadia
Lp hipospadiaLp hipospadia
Lp hipospadia
 
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
 
Referat infertilitas
Referat infertilitasReferat infertilitas
Referat infertilitas
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
 
Materi biologi x ppt bab 10 fix
Materi biologi x ppt bab 10 fixMateri biologi x ppt bab 10 fix
Materi biologi x ppt bab 10 fix
 
PPT_SISTEM_ENDOKRIN_pptx.pptx
PPT_SISTEM_ENDOKRIN_pptx.pptxPPT_SISTEM_ENDOKRIN_pptx.pptx
PPT_SISTEM_ENDOKRIN_pptx.pptx
 
Pubertas prekoks
Pubertas prekoksPubertas prekoks
Pubertas prekoks
 
F. Bab II.pdf
F. Bab II.pdfF. Bab II.pdf
F. Bab II.pdf
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 

Recently uploaded

TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 

Recently uploaded (20)

TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 

70233922-HIPOSPADIA.doc

  • 1. HIPOSPADIA 1. Pendahuluan Hipospadia merupakan salah satu kelainan congenital yang sering ditemui, kemungkinannya sekitar 1:250 samapi 1:300 pada bayi baru lahir. Pada pasien dengan hipospadia yang berat, kadang tampak seperti ambiguous genitalia. Mengakibatkan stres emosional dan beban psikologis bagi orang tua, dan menjadi pertanyaan mengenai jenis kelamin anak mereka. (Baskin, 2000) Hipospadia, merupakan konsekuensi dari suatu fusi yang tidak lengkap, kulit uretra terdapat pada sisi alur uretra pada permukaan tengah dari lubang kelamin. Pada 8 minggu perkembangan janin terjadi deferensiasi alat kelamin. Setelah itu, pada pria, tepi medial dari lipatan uretra secara progresif menyatu di garis tengah pada ventrum dari lubang kelamin; uretra penis benar-benar tertutup pada minggu ke 14. Kelenjar dari uretra dibentuk pada minggu ke 16, namun mekanisme yang mendasari langkah ini masih kontroversial. Organogenesis uretra sebagian besar tergantung oleh hormone androgen. Testosterone diproduksi oleh sel Leydig janin di kompartemen testis interstisial dan kemudian dikonversi dalam kulit kelamin menjadi dihidrotestosteron (DHT), yang bertindak sebagai pengikat reseptor androgen. Hipospadia adalah contoh virilisasi lengkap di mana meatus uretra normal ditempatkan pada bagian ventral penis bukan ujung glansFungsi lainnya dari hormone androgen adalah diferensiasi alat kelamin laki-laki seperti fusi lipatan labioscrotal, pembesaran lubang kelamin, dan penurunan testis. (Rey, 2005)
  • 3.
  • 4. 3. Etiologi Hipospadia hasil dari fusi yang tidak lengkap dari lipatan uretra terjadi pada usiua kehamilan pada minggu ke 8 dan ke 14. Diferensiasi seksual laki- laki pada umumnya tergantung pada hormone testosteron, dihydrotestosteron,
  • 5. dan ekspresi reseptor androgen oleh sel target. Gangguan dalam keseimbangan sistem endokrin baik faktor-faktor endogen atau eksogen dapat menyebabkan hipospadia. Indikasi untuk beberapa faktor risiko lain juga telah dilaporkan. Namun, etiologi hipospadia masih belum diketahui. (Brouwers, 2006) a. Metabolisme Androgen Diferensiasi seksual yang normal tergantung pada testosteron dan metabolismenya bersamaan dengan kehadiran reseptor androgen fungsional. Gangguan genetik dalam jalur metabolisme androgen (misalnya disfungsi 5 -alfa-reduktase II atau gangguan reseptor androgen) dapat menyebabkan hipospadia. Meskipun kelainan dalam metabolisme androgen dapat menyebabkan hipospadia yang berat, namun tidak dapat menjelaskan etiologi terjadinya hipospadia yang sedang dan ringan. (Baskin, 2000) b. Sinyal Seluler Abnormal Hipotesis lain mengenai hipospadia adalah adanya abnormalitas dari perantara seluler selama perkembangan alat kelamin. Hipotesis ini berdasarkan penemuan terjadi perubahan diferensiasi otot halus pada perkembangan genitalia pria dan wanita. (Baskin, 2000) Teori perkembangan uretra pada penis manusia. Beberapa teori seperti yang telah dijelaskan dalam sebagian besar buku pelajaran embriologi, kelenjar uretra dibentuk karena perkembangan epidermis pada perkembangan ectodermal. Data
  • 6. kami mendukung pembentukan uretra secara keseluruhan terjadi hanya melalui deferensiasi endodermal. c. Gangguan Endokrin Salah satu penyebab hipospadia kemungkinan disebabkan adanya kontaminasi lingkungan, dimana dapat mengintervensi jalur androgen yang normal dan dapat mengganggu sinyal seluler. Hal ini dapat diketahui dari beberapa bahan yang seing dikonsumsi oleh manusia yang banyak mengandung aktivitas estrogen, seperti pada insektisida yang sering digunakan untuk tanaman, estrogen alami pada tumbuhan, produk-produk plastic, dan produk farmasi. Selain itu, banyak bahan logam yang digunakan untuk industry makanan, bagian dalamnya dilapisi oleh bahan plastic yang mengadung substansi estrogen. Substansi estrogen juga dapat ditemukan pada air laut dan air segar, namun jumlahnya hanya sedikit. Ketika estrogen tersebut masuk ke dalam tubuh hewan, jumlah estrogen paling tinggi berada pada puncak rantai makanan, seperti ikan besar, burung, mamalia laut dan manusia, sehingga menyebabkan kontaminasi estrogen yang cukup besar. Pada beberapa spesies, kontaminasi estrogen dapat mempengaruhi fungsi reproduksi dan kesehatan. Sebagai contoh, terjadi penipisan kulit telur karena pengaruh estrogen. (Baskin, 2000) d. Faktor Genetik Usia ibu saat melahirkan dapat menjadikan salah satu factor resiko terjadinya hipospadia. Sebuah langsung korelasi terlihat antara usia ibu yang tua dengan meningkatkan kejadian hipospadia, dan lebih ditandai dengan bentuk parah dari cacat lahir. (Fisch, 2001)
  • 7. 4. Klasifikasi Pembagian hipospadia berdasarkan anatomi : a. Anterior Dimana meatus tampak pada bagian inferior dari glands penis. (Wang, 2008) b. Coronal Dimana meatus tampak pada alur batang penis. (Wang, 2008) c. Distal Dimana meatus tampak pada bagian bawah batang penis. (Wang, 2008) Pembagian hipospadia berdasarkan kesulitan rekonstruksi : a. Hipospadia pada bagian distal korpus spongiosum dengan sedikit atau tidak ada kelengkungan ventral (Snodgrass, 2010) b. Hipospadia pada bagian proksimal spongiosum dengan kelengkungan ventral yang ditandai dengan perkembangan jaringan ventral yang sedikit, dan kadang-kadang terkait dengan perkembangan asimetris dari corpora cavernosa (Snodgrass, 2010) c. Hipospadia cacat yang sudah menjalani beberapa prosedur dan meninggalkan jaringan bekas luka. (Snodgrass, 2010) 5. Patofisiologi Perkembangan uretra secara genetik dipengaruhi oleh diferensiasi sel, aktivitas hormonal dan enzimatik, serta transformasi jaringan. Sebelum minggu ke-7 kehamilan, struktur gential antara pria dan wanita tidak dapat dibedakan. Setelah itu, terjadi diferensiasi jaringan, termasuk pemanjangan
  • 8. lubang kelamin, pembentukan uretra penis, dan pengembangan kulit preputium, dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya androgen dan sinyal dari gen SRY-. Penelitian yang lebih baru mendukung teori diferensiasi endodermal. Menurut teori ini, seluruh uretra berasal dari sinus urogenital. Perkembangan terus-menerus uretra ke tuberkulum genital diikuti oleh fusi ventral lipatan uretra. Gangguan pada metabolisme androgen, misalnya, 5α- Reduktase defisit, cacat dari reseptor androgen, atau cacat gen adalah faktor etiologi mungkin untuk hypospadia, yang hanya ditemukan pada <5% dari pasien. (Djacovic, 2008) 6. Diagnosis Ketika pasien pertama kali datang, pertanyaan dibuat mengenai riwayat obat-obatan di awal kehamilan, riwayat keluarga, arah dan kekuatan aliran kemih dan adanya penyemprotan pada saat buang air kecil. Pemeriksaan fisik meliputi kesehatan umum dan perkembangan pertumbuhan dengan perhatian khusus pada sistem saluran kemih seperti pembesaran salah satu atau kedua ginjal dan amati adanya cacat lahir lainnya. Khas pada hipospadia adalah meatus uretra pada bagian ventral dan perselubungan pada daerah dorsal serta terdapat defisiensi kulit preputium, dengan atau tanpa chordee dan hipospadia berat berupa suatu skrotum bifida. Ukuran meatus uretra dan kualitas dinding uretra (corpus spongiosum) pada proksimal meatus juga berbeda. Derajat hipospadia sering digambarkan sesuai dengan posisi meatus uretra dalam kaitannya dengan penis dan skrotum. Ini harus dilakukan dengan sangat hati- hati untuk kemungkinkunan timbul keraguan karena dengan adanya chordee yang signifikan. Sebuah meatus yang berada di wilayah subcoronal mungkin sebenarnya juga sangat dekat dengan persimpangan penoscrotal dan karena itu setelah koreksi chordee, meatus akan surut ke daerah proksimal batang penis memerlukan rekonstruksi uretra yang luas. Sebaliknya, meatus yang terletak di wilayah subcoronal dalam ketiadaan chordee cocok dengan hipospadia ringan. Oleh karena itu karena kehadiran chordee yang signifikan, posisi meatus uretra harus dijelaskan dalam kaitannya dengan persimpangan penoscrotal dan
  • 9. korona. Tingkat chordee dapat secara akurat dinilai dengan induksi ereksi dengan mengompresi kavernosum terhadap rami pubis. Kehadiran satu atau kedua testis di skrotum harus dicatat. Pada sebagian besar kasus, pasien dengan testis hipospadia ringan sampai sedang dan kedua testis yang dapat turun secara genotif adalah laki-laki normal. Namun dalam kasus hipospadia yang berat, terutama bila dikaitkan dengan testis yang tidak turun baik unilateral atau bilateral, muncul pertanyaan tentang interseks. (Man, 1985) Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal terbentuk secara normal. Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter. (Cafici, 2002) 7. Diagnosis Banding Hipospadia yang terkait dengan pemisahan dari kantung skrotum, testis yang tidak turun (UTD), alat kelamin yang belum jelas (ambiguous genitalia),, dan hernia inguinalis (mengandung gonad). (Pai, 2007) 8. Pengobatan Bedah rekonstruksi mungkin terapi pilihan untuk hipospadia. Tujuan utama dari rekonstruksi adalah untuk membuat celah vertikal meatus, untuk meluruskan penis pada kasus kelengkungan dan menghasilakn bentuk yang baik secara kosmetik. Aspek penting lainnya untuk rekonstruksi adalah untuk menghindari penis yang memendek dan penggunaan kulit yang optimal tanpa menggunakan kulit scrotum untuk menutup penis. Usia optimal untuk koreksi hypospadia adalah antara usia 6 dan 24 bulan. Adanya dihidrotestosteron memungkinkan untuk mengoptimalkan ukuran penis pada usia awal bila dilakukan operasi. Dalam sebagian besar kasus, operasi dapat dilakukan dalam satu langkah. Operasi dua-langkah jarang dilakukan, misalnya dalam kasus, insufisiensi dari kulit uretra atau hipoplasia kulit seperti yang sering ditemukan dalam hipospadia pasca operasi. Operasi hipospadia mengikuti
  • 10. langkah: meluruskan penis (orthoplasty), rekonstruksi dari uretra (urethroplasty), rekonstruksi meatus (meatoplasty), rekonstruksi kelenjar (glanuloplasty) dan rekonstruksi kulit penis serta skrotum bila diperlukan. (Djakociv, 2008) a. Hipospadia Anterior Teknik yang dilipih untuk hipospadia anterior tergantung pada posisi anatomi dari penis yang hipospadia. Teknik yang paling sering digunakan adalah MAGPI (meatal advance glansplasty), GAP (glans approximation procedure), metode Mathieu atau disebut flip-flap dan incise pipa uretroplasti. (Baskin, 2000) 1) Teknik MAGPI (meatal advance glansplasty) Teknik MAGPI dirancang oleh Duckett pada tahun 1981 (20). Teknik ini akan memberikan hasil yang maksimal jika pasien mengikuti dengan tepat. Penis dengan hipospadia yang cocok untuk dilakukan MAGPI adalah dengan jaringan pada punggung dalam glands yang mengalirkan urin baik dari koronal atau sedikit ke meatus subcoronal. Setelah pasien tertidur, uretra itu sendiri harus memiliki
  • 11. dinding ventral yang normal, tanpa ada bagian yang tipis atau atresia uretra spongiosum. Uretra juga harus menjadi mobile sehingga dapat maju ke glands. (Baskin, 2000) 2) Teknik GAP (glans approximation procedure) Prosedur GAP berlaku pada pasien dengan hipospadia anterior kecil yang memiliki alur glands luas dan mendalam. Pada pasien ini tidak memiliki jembatan jaringan kelenjar yang biasanya mngalirkan aliran kemih, seperti yang terlihat pada pasien yang akan lebih tepat diobati dengan teknik MAGPI. Dalam teknik GAP, uretra yang berlubang lebar akan dilakukan tubularisasi primer dengna mnggunakan stent. (Baskin, 2000)
  • 12. 3) Incisi Tubularirasi Urethroplasty Secara historis, jika alur uretra tidak cukup lebar untuk tubularisasi di situ, seperti pada teknik GAP atau prosedur Thiersch Duplay, kemudian pendekatan alternatif seperti Mathieu atau untuk penanganan hipospadia yang lebih parah, flap pedikel dengan vascularisasi bias dilakukan. Baru-baru ini konsep sayatan di kulit uretra dan dilakukannya tubularisasi dan penyembuhan sekunder telah diperkenalkan oleh Snodgrass. Hasil jangka pendek sangat baik dan prosedur ini memiliki popularitas yang luas. Salah satu aspek yang menarik adalah adanya celah yang menyerupai meatus, yang dibuat dengan sayatan pertengahan garis punggung. Baru-baru ini, teknik ini telah diterapkan untuk bentuk-bentuk hipospadia posterior. Secara teoritis, ada kekhawatiran tentang kemungkinan stenosis meatus dari jaringan parut, dimana sering terjadi striktur uretra pada pasien dengan urethrotomy internal yang sering menyebabkan striktur berulang. Pada hipospadia, pada jaringan dengan suplai darah yang sangat baik dan aliran pembuluh darah yang besar, tampaknya dapat merespon baik terhadap sayatan primer dan sekunder pada penyembuhan tanpa meninggalkan bekas luka. (Baskin, 2000) Pada perbaikan hipospadia distal, meskipun tingkat morbiditas relative rendah, hasil kosmetik yang mungkin sulit untuk menilai dan memuaskan dalam proporsi yang signifikan, terutama setelah perbaikan Mathieu.
  • 13. 4) Hipospadia Posterior Kita sudah cukup puas dengan teknik onlay island flap untuk hipospadia untuk kasus pada hipospadia pada batang penis dan kasus- kasus yang lebih parah dari hipospadia. Onlay island flap telah berhasil diuji dengan hasil jangka panjang yang sangat baik. Tidak membuang kulit uretra pada teknik onlay island flap telah menyingkirkan striktur anastomosis bagian proksimal dan telah mengurangi kejadian formasi fistula. Ketika kelengkungan penis diperlukan, dapat dikoreksi dengan lipatan punggung. Laporan terbaru telah memperkenalkan teknik standar dan variasi yang lebih halus. Kadang-kadang operasi yang luas diperlukan dan dalam beberapa kasus, beberapa operasi menyebabkan hasil yang kurang optimal pada beberapa anak, pasien kemudian diklasifikasikan sebagai " cacat hipospadia ". Untuk hipospadia yang sangat parah, kulit preputium yang dapat dirancang sebagai gaya tapal kuda untuk menjembatani jarak yang luas. (Baskin, 2000) Operasi hipospadia merupakan salah satu masalah yang paling sering dibicarakan bagi ahli bedah rekonstruktif, dan ahli bedah urolog, dan pediatrik karena tingkat komplikasi yang tinggi. Faktanya ada sekitar 250 operasi yang berbeda untuk mengelola masalah rumit, yang menunjukkan bahwa tidak ada operasi tunggal yang disukai oleh semua ahli bedah di dunia karena tidak ada teknik tunggal memberikan hasil baik yang seragam. Satu tahap perbaikan secara alami disukai karena trauma post operasi berkurang, tidak ada bekas
  • 14. luka pada kulit, menurunkan jumlah rawat inap dan lebih ekonomis. Tapi ahli bedah tertentu tetap yakin ada keterbatasan dan kelemahan dari operasi satu langkah dan terus berlatih operasi dua tahap. (Ismail, 2009) Hormon yang terlibat dalam fungsi testis (gonadotropin, androgen) umumnya tidak terpengaruh baik pada anak-anak atau orang dewasa. Namun, data menunjukkan faktor epidemiologis, klinis, dan biologis dapat merupakan factor risiko untuk kesuburan: insiden tinggi gangguan migrasi testis, kelainan histologis hasil tes seperti hypospermatogenesis, dan insidensi konsentrasi spermatozoa rendah yang tinggi. Terakhir, belum ada evaluasi kejadian infertilitas pada populasi pasien dengan hipospadia yang baik dioperasikan pada anak-anak atau yang tidak menjalani bedah perbaikan. (Mieusset, 2005) 9. Komplikasi a. Fistula Fistula uretrokutan merupakan masalah utama yang sering muncul pada operasi hipospadia. Fistula jarang menutup spontan dan dapat diperbaiki dengna penutupan berlapis dari flap kulit lokal. Dilakukan fistuloraphy. (Arap, 2000) Pembentukan fistula sebagian besar di persimpangan neourethra dengan uretra asli, dan frekuensi tinggi di kasus hipospadia proksimal. (Ahmed, 2010) b. Stenosis meatus Stenosis atau menyempitnya meatus uretra dapat terjadi. Adanya aliran air seni yang mengecil dapat menimbulkan kewaspadaan atas adanya stenosis meatus. (Arap, 2000) Masalah teknis seperti pembuatan meatus lumen yang sempit atau terlalu ketat glanuloplasty dapat menjadi penyebab stenosis meatus. (Ahmed, 2010)
  • 15. c. Striktur Keadaan ini dapat berkembang sebagai komplikasi jangka panjang dari operasi hipospadia. Keadaan ini dapat diatasi dengan pembedahan, dan dapat membutuhkan insisi, eksisi atau reanastomosis. (Arap, 2000) d. Divertikula Divertikula uretra dapat juga terbentuk ditandai dengan adanya pengembangan uretra saat berkemih. Striktur pada distal dapat mengakibatkan obstruksi aliran dan berakhir pada divertikula uretra. Divertikula dapat terbentuk walaupun tidak terdapat obstruksi pada bagian distal. Hal ini dapat terjadi berhubungan dengan adanya graft atau flap pada operasi hipospadia, yang disangga dari otot maupun subkutan dari jaringan uretra asal. (Arap, 2000) e. Terdapatnya rambut pada uretra Kulit yang mengandung folikel rambut dihindari digunakan dalam rekonstruksi hipospadia. Bila kulit ini berhubungan dngan uretra, hal ini dapat menimbulkan masalah berupa infeksi saluran kemih dan pembentukan batu saat pubertas. Biasanya untuk mengatasinya digunakan laser atau kauter, bahkan bila cukup banyak dilakukan eksisi pada kulit yang mengandung folikel rambut lalu kemudian diulang perbaikan hipospadia. (Arap, 2000)
  • 16. Daftar Pustaka 1. Baskin, L. 2000. HYPOSPADIAS. ANATOMY, EMBRYOLOGY, AND RECONSTRUCTIVE TECHNIQUES. Brazilian Journal of Urology. Vol. 26 (6): 621-629, November - December, 2000. 2. Rey, RA., Codner, E. 2005. Low Risk of Impaired Testicular Sertoli and Leydig Cell : Functions in Boys with Isolated Hypospadias. J Clin Endocrinol Metab, November 2005, 90(11):6035–6040. 3. Djacovic, N., Nyarangi-Dix, J. 2008. Hypospadias. Advances in Urology. Volume 2008, Article ID 650135, 7 pages. 4. Arap, S., Mitre, AI. 2000. PENOSCROTAL HYPOSPADIAS. Brazilian Journal of Urology. Vol. 26 (3): 304-314, May - June, 2000. 5. Man, DW. 1985. An Approach to Hypospadias Management. Journal of the Hong Kong Medical Association, Vol. 37, No. 2, 1985. 6. Brouwers, MM., Feitz, WFJ. 2006. Hypospadias: a transgenerational effect of diethylstilbestrol?. Society of Human Reproduction and Embryology. Human Reproduction Vol.21, No.3 pp. 666–669, 2006. 7. Fisch, H., Golden, RJ. 2001. MATERNAL AGE AS A RISK FACTOR FOR HYPOSPADIAS. The Journal Of Urology® Vol. 165, 934–936, March 2001. 8. Snodgrass, W., Macedo, A. 2010. Hypospadias dilemmas: A round table. Journal of Pediatric Urology Company. Journal of Pediatric Urology (2011) xx, 1-13.
  • 17. 9. Ismail, KA. 2009. Proximal Hypospadias: Is Still There a Place for Two Stage Urethroplasty?. Annals of Pediatric Surgery. Vol 5, No 4, October 2009, PP 274-281. 10. Mieusset, R., Soulie, M. 2005. Hypospadias: Psychosocial, Sexual, and Minireview Reproductive Consequences in Adult Life. Journal of Andrology, Vol. 26, No. 2, March/April 2005. 11. Ahmed, J. 2010. TRANSVERSE PREPUTIAL ISLAND FLAP FOR HYPOSPADIAS REPAIR. Journal of Surgery Pakistan (International) 15 (3) July - September 2010. 12. Castagnetti, M., Scarpa, MG. 2006. Evaluation of cosmetic results in uncomplicated distal hypospadias repairs. Journal of Andrological Sciences 2009;16:121-124. 13. Wang, M. 2008. Endocrine Disruptors, Genital Review Development, and Hypospadias. Journal of Andrology, Vol. 29, No. 5, September/October 2008. 14. Pai, W., Tseng H. 2007. Ambiguous Genitalia during Neonatal Period : A 15-Year Experience at a Medical Center. Clinical Neonatology 2007 Vol. 14 No.2. 15. Cafici, D., Iglesias, A. 2002. Prenatal Diagnosis of Severe Hypospadias With Two- and Three-dimensional Sonography. American Institute of Ultrasound in Medicine • J Ultrasound Med 21:1423–1426, 2002.
  • 18. REFRAT HIPOSPADIA Oleh: Bekti Siswati G0005070 Pembimbing: dr. Amru Sungkar, Sp.B, Sp. BP KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI S U R A K A R T A 2011