Studi Pelaksanaan Reklamasi Lahan Penambangan Nikel di Indonesia.pdfFerdian234
Â
Kegiatan penambangan sering kali mendapat respon negatif karena dipandang merusak lingkungan, khususnya pertambangan yang dilakukan dengan metode tambang terbuka. konsekuensi yang muncul pada sistem penambangan dengan metode tambang terbuka yang menyangkut teknis reklamasi dapat berupa kesuburan tanah yang sangat rendah, erosi dan sedimentasi yang tinggi, tanah pucuk kurang atau tidak tersedia, munculnya air asam tambang, lereng-lereng yang curam, air untuk menyiram kurang atau tidak tersedia, iklim mikro belum sesuai, pemilihan jenis tanaman, dan lain-lain. Semua permasalahan tersebut perlu diatasi agar diperoleh tingkat keberhasilan reklamasi yang tinggi. Rencana reklamasi wajib disusun pada awal kegiatan usaha pertambangan, baik tahap eksplorasi maupun tahap operasi produksi. dalam artian bahwa reklamasi bisa dilakukan tanpa harus menunggu kegiatan penambangan secara keseluruhan selesai.
Studi Pelaksanaan Reklamasi Lahan Penambangan Nikel di Indonesia.pdfFerdian234
Â
Kegiatan penambangan sering kali mendapat respon negatif karena dipandang merusak lingkungan, khususnya pertambangan yang dilakukan dengan metode tambang terbuka. konsekuensi yang muncul pada sistem penambangan dengan metode tambang terbuka yang menyangkut teknis reklamasi dapat berupa kesuburan tanah yang sangat rendah, erosi dan sedimentasi yang tinggi, tanah pucuk kurang atau tidak tersedia, munculnya air asam tambang, lereng-lereng yang curam, air untuk menyiram kurang atau tidak tersedia, iklim mikro belum sesuai, pemilihan jenis tanaman, dan lain-lain. Semua permasalahan tersebut perlu diatasi agar diperoleh tingkat keberhasilan reklamasi yang tinggi. Rencana reklamasi wajib disusun pada awal kegiatan usaha pertambangan, baik tahap eksplorasi maupun tahap operasi produksi. dalam artian bahwa reklamasi bisa dilakukan tanpa harus menunggu kegiatan penambangan secara keseluruhan selesai.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
12. Berada di bawah tanah
Keterdapatan di muka bumi tidak dapat memilih
tempat
Tahapan harus dilalui :
Penyelidikan Umum
Eksplorasi
Eksploitasi
Pasca Tambang
Sumberdaya tak terbarukan (non renewable)
Padat modal, teknologi dan resiko
Penggerak pembangunan
Memberikan efek ganda yang besar
Risiko finansial sangat besar
19. Dampak eksplorasi dibiaskan dengan dampak
eksploitasi
Pertambangan sebagai perusak lingkungan / kawasan
hutan (banyak yang sudah melakukan perlindungan
lingkungan, namun ada juga yang belum)
Analogi dampak kegiatan industri lain untuk
pertambangan
Rendahnya kontribusi pertambangan (fakta untuk
regional / lokal cukup besar)
Tambang terbuka semakin dibatasi ruang geraknya
20.
21.
22. No. 05 Tahun 1990
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
23. No. 04 Tahun 2009
Pertambangan Mineral dan Batubara
24. No. 32 Tahun 2009
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
25. No. 02 Tahun 2015
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang PemerintahanDaerah Menjadi Undang-Undang
27. No. 03 Tahun 2020
Perubahan atas UU No. 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara
28. No. 05 Tahun 1990
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
No. 04 Tahun 2009
Pertambangan Mineral dan Batubara
No. 32 Tahun 2009
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
No. 02 Tahun 2015
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
No. 17 Tahun 2019
Sumber Daya Air
No. 03 Tahun 2020
Perubahan atas UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara
29.
30. No. 41 Tahun 1999, Pengendalian Pencemaran
Udara
31. No. 74 Tahun 2001, Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun
37. No. 101 Tahun 2014, Pengelolaan Limbah Bahan
Beracun dan Berbahaya
38. No. 01 Tahun 2017, Perubahan Keempat Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral Dan Batubara
40. No. 08 Tahun 2018, Perubahan Kelima Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara
41. No. 41 Tahun 1999, Pengendalian Pencemaran Udara
No. 74 Tahun 2001, Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
No. 22 Tahun 2010, Wilayah Pertambangan
No. 23 Tahun 2010, Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan
Batubara
No. 55 Tahun 2010, Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
No. 78 Tahun 2010, Reklamasi dan Pasca tambang
No. 66 Tahun 2014, Kesehatan Lingkungan
No. 101 Tahun 2014, Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya
No. 01 Tahun 2017, Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan
Batubara
No. 27 Tahun 2017, Izin Lingkungan
No. 08 Tahun 2018, Perubahan Kelima Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara
44. No. 01 Tahun 2012, Pelaksanaan dan Pengawasan Terkait
Kegiatan Usaha Pertambangan Batubara
45. No. 32 Tahun 1990, Pengelolaan Kawasan Lindung
No. 01 Tahun 2012, Pelaksanaan dan Pengawasan Terkait
Kegiatan Usaha Pertambangan Batubara
46.
47. LHK No. 5 Tahun 2014, Baku Mutu Air Limbah
LHK No. 26 Tahun 2018, Pedoman Penyusunan dan Penilaian serta
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup dalam Pelaksanaaan Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik
LHK No. P.16 Tahun 2019, Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
LHK No. P.12 Tahun 2020, Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
LH No. 16 Tahun 2012, Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
LH No. 04 Tahun 2014, Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pertambangan
Hutbun No. 146 Tahun 1999, Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam
Kawasan Hutan
48. No. 26 Tahun 2018,
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara
No. 1827 Tahun 2018,
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang
Baik
49. Permen Kesehatan No. 718 Tahun 1987,
Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan
Permen Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
50. Menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik :
Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk
kegiatan reklamasi dan/atau pasca tambang
Pengelolaan sisa tambang sampai memenuhi standar baku mutu
sebelum dilepas ke media lingkungan
Menyusun dan menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang.
Reklamasi dan pascatambang dilakukan sesuai peruntukan lahan
pascatambang
UU No. 03 Tahun 2020
Memenuhi keseimbangan antara lahan yang akan
dibuka dan lahan yang sudah direklamasi
Menyerahkan lahan yang telah dilakukan Reklamasi dan/atau
pascatambang kepada pihak yang berhak melalui Menteri.
Melakukan pengelolaan lubang bekas tambang akhir dengan batas paling
luas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Menyediakan dan menempatkan dana jaminan reklamasi dan/atau dana
jaminan Pascatambang
71. Terjadi perubahan bentang alam (tamka)
Gangguan terhadap keseimbangan alam
Perubahan komunitas alami
Perubahan iklim mikro
Perubahan fungsi lahan/tata guna lahan
Terganggunya siklus alami yang telah berlangsung
sebelumnya
Mempengaruhi kualitas air permukaan dan air tanah
Potensi terjadinya pencemaran
72. Pengelolaan & pemantauan lingkungan hidup sesuai
dengan dokumen lingkungan hidup
Penanggulangan dan pemulihan jika terjadi pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
74. 1. PENGENDALIAN AIR ASAM TAMBANG
2. PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI
3. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR & TAILING
(LIMBAH PENAMBANGAN & PENGOLAHAN)
4. KESTABILAN LERENG
6. REKLAMASI
7. PENUTUPAN TAMBANG
5. PENGENDALIAN EMISI
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
75. 1. PENGENDALIAN AIR ASAM TAMBANG
Kajian Geokimia
Manajemen penempatan batuan penutup
Pengkapsulan (dry cover)
Metode perendaman (wet cover)
Pencampuran material pembentuk asam dengan
material yang tidak berpotensi membentuk asam atau
bersifat basa
Cara aktif : penggunaan bahan kimia penetral asam
seperti kapur, soda kaustik
Cara pasif : lahan basah (wetland), open limestone
channel
B. PENANGGULANGAN :
A. PENCEGAHAN :
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
76. PENGERTIAN AIR ASAM TAMBANG
“Air asam yang terjadi akibat oksidasi mineral sulfida
oleh air dan oksigen pada kegiatan tambang”
Mineral Sulfida + O2 + H2O = H2SO4
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
85. A. PENCEGAHAN
Pencampuran material pembentuk asam dengan
material yang tidak berpotensi membentuk asam
atau bersifat basa
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
86. B. PENANGGULANGAN :
Cara aktif : penggunaan bahan kimia penetral asam
seperti kapur, soda kaustik
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
87. Cara pasif : lahan basah (wetland), open limestone
channel
B. PENANGGULANGAN :
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
88. Pembuatan Drainase
Daur / Penggunaan air kerja menggunakan sirkulasi
tertutup
Kajian hidrologi dan hidrogeologi
Pembuatan sumur pantau
Pencegahan abrasi dan pendangkalan pantai
2. PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
94. 3. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR & TAILING
(LIMBAH PENAMBANGAN & PENGOLAHAN)
Kolam pengendap
Kolam perangkap limbah cair terkontaminasi
hidrokarbon
Instalasi pengolahan air limbah
Pembuatan dasar lantai bengkel kedap cairan (fluida)
Pembangunan atap dengan talang air ke drainase
Pemisahan tempat sampah (organik, anorganik dan
limbah B3)
Tempat penampung limbah B3
Penyediaan peralatan pencegahan terjadinya tumpahan
dan/atau ceceran hidrokarbon
Sistem tanggap darurat dan rencana mitigasi kegagalan
struktur bendungan limbah tambang (tailing)
Proses pengolahan dan/atau pemurnian bijih emas tanpa
menggunakan air raksa.
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
95. Kolam pengendap (SETTLING POND)
“Lokasi/kawasan yang berfungsi untuk mengendapkan
lumpur dari suatu aliran permukaan di area tambang”
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
96. Kolam perangkap limbah cair
terkontaminasi hidrokarbon (OIL TRAP)
“Lokasi/kawasan yang berfungsi untuk memisahkan
sisa-sisa oli/minyak/limbahhidrokarbon dari hasil
kegiatan pekerjaan/sarana yang potensial terjadi
ceceran minyak”
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
97. Pengolahan air limbah bekas
pemurnian/pengolahan (TAILING POND)
“Kolam yang dibuat untuk mengendapkan/ menetralkan
suatu limbah cair, sebuah proses pengolahan dengan
tujuan mengendapkan muatan partikel maupun racun
dalam limbah agar tidak mencemari lingkungan”
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
103. Sistem tanggap darurat dan rencana mitigasi
kegagalan struktur bendungan limbah tambang
(tailing)
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
104. Proses pengolahan dan/atau pemurnian bijih emas tanpa
menggunakan air raksa.
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
105. “Kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbunan.”
106. “Badan usaha yang melakukan kegiatan Pengumpulan
Limbah B3 sebelum dikirim ke tempat Pengolahan
Limbah B3, Pemanfaatan Limbah B3, dan/atau
Penimbunan Limbah B3.”
108. 4. KESTABILAN LERENG
Lokasi Tambang/Bekas Tambang
Lokasi timbunan Batuan Penutup (disposal)
Lokasi penumpukan tanah zona pengakaran
Kajian Geoteknik
Penurunan permukaan tanah
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
114. 5. PENGENDALIAN EMISI
Pengelolaan debu
Pengendalian emisi gas buang
Pengelolaan produk samping yang mengandung
radioaktif
Pengelolalaan kegiatan peledakan, agar tidak
menimbulkan gangguan kerusakan terhadap rumah,
bangunan penting lain dan lingkungan di sekitar
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
118. Pengelolalaan kegiatan peledakan, agar
tidak menimbulkan gangguan kerusakan
terhadap rumah, bangunan penting lain dan
lingkungan di sekitar
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
119. 6. REKLAMASI
Pengisian kembali lubang bekas tambang
Pemisahan dan pengelolaan tanah zona pengakaran
Pemulihan fungsi permukaan tanah
Pencegahan banjir / longsor
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
124. “Kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar
dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya”
UU No. 03 Tahun 2020
128. “Kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah
akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha
pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan
alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh
wilayah pertambangan”
UU No. 03 Tahun 2020
129. “Kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut untuk
memulihkan fungsi lingkungan dan sosial setelah
berakhirnya seluruh kegiatan usaha pengolahan
dan/atau pemurnian”
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
130. Penyusunan Rencana Reklamasi, Rencana
Pascatambang, dan Rencana Pascaoperasi
Penilaian dan Persetujuan
Jaminan Reklamasi dan Jaminan Pascatambang
Pelaksanaan Reklamasi, Pascatambang, dan
Pascaoperasi
Pelaporan dan Pencairan Jaminan Reklamasi dan
Jaminan Pascatambang
Penyerahan Lahan Reklamasi
Penyerahan Lahan Pascatambang dan Pascaoperasi
KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018
131. “Kajian mengenai dampak penting suatu Usaha
dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan”
UU No. 03 Tahun 2020
132. “Pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan”
PP No. 27 Tahun 2012
133. PP No. 27 Tahun 2012
“Izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-
UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin
Usaha dan/atau Kegiatan”
135. UU No. 32 Tahun 2009
Memiliki AMDAL jika berdampak penting terhadap
lingkungan hidup.
Memiliki UKL-UPL jika tidak termasuk dalam kriteria
wajib dampak penting
Memiliki Izin Lingkungan
136. PERMEN LHK No. P.38 Tahun 2019
Eksploitasi (Operasi Produksi) Kegiatan Operasi
Mineral dan Batubara
Luas Perizinan ≥ 200 HA
Luas daerah terbuka ≥ 50 HA
(kumulatif pertahun)
137. Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara
Kapasitas dan/atau ≥ 1.000.000 Ton/Tahun
Jumlah material penutup dipindahkan
≥ 4.000.000 Bank Cubic Meter (BCM)/Tahun
PERMEN LHK No. P.38 Tahun 2019
138. Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral Logam
Kapasitas biji dan/atau ≥ 300.000 Ton/Tahun
Jumlah material penutup dipindahkan
≥ 1.000.000 Ton/Tahun
PERMEN LHK No. P.38 Tahun 2019
139. Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral Logam
Kapasitas biji dan/atau ≥ 300.000 Ton/Tahun
Jumlah material penutup dipindahkan
≥ 1.000.000 Ton/Tahun
PERMEN LHK No. P.38 Tahun 2019
140. Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral bukan
Logam atau Batuan
Batuan, Luasan ≥ 50 HA
Mineral Non Logam (Kapur), Luasan ≥ 50 HA
PERMEN LHK No. P.38 Tahun 2019
141. Pengolahan dan Pemurnian:
Mineral Logam Semua Besaran
Batubara ≥ 1.000.000 m3/tahun
Mineral non Logam ≥ 500.000 m3/tahun
Batuan ≥ 500.000 m3/tahun
Mineral Radioaktif Semua Besaran
PERMEN LHK No. P.38 Tahun 2019
142. Lain-lain
Eksploitasi (Op. Produksi) Mineral Radioaktif SemuaBesaran
Penambangan di Laut Semua besaran
Melakukan penempatan tailing di bawah laut Semua Besaran
Pertambangan logam tanah jarang di pulau kecil <100km2 yang
dilakukan terbuka SemuaBesaran
PERMEN LHK No. P.38 Tahun 2019
152. Perlindungan lingkungan yang ada diarea
pekerjaan anda dan jelaskan!
Sebutkan minimal 5 (lima) peraturan
perundangan yang berkaitan dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
pertambangan!
Apa yang dimaksud dengan reklamasi, pasca
tambang dan pasca operasi?
153. RKTTL (RENCANA KERJA TAHUNAN TEKNIS DAN LINGKUNGAN)
LAPORAN PELAKSANAAN RKL & RPL TRIWULAN SERTA TAHUNAN
RENCANA REKLAMASI
RENCANA PASCATAMBANG
PELAKSANAAN REKLAMASI
PELAKSANAAN PASCATAMBANG
JAMINAN REKLAMASI
JAMINAN PASCATAMBANG
154. “Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.”
UU No. 32 Tahun 2009
155. “Perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap
sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang
melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.”
UU No. 32 Tahun 2009