Dokumen ini membahas kebijakan pengelolaan limbah cair di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Beberapa poin pentingnya adalah pemisahan limbah cair domestik dan berbahaya, pengolahan limbah sesuai baku mutu, pemantauan dan pelaporan hasil pengolahan, serta arahan untuk mengamankan pengelolaan limbah cair di fasilitas kesehatan.
Aspek Teknis dan Operasional dalam Pengelolaan Sampah.Dasar-dasar Sistem Pengelolaan Sampah. Pokok bahasan : sumber sampah, timbulan sampah, komposisi sampah, sistem pengelolaan sampah, dll.
Aspek Teknis dan Operasional dalam Pengelolaan Sampah.Dasar-dasar Sistem Pengelolaan Sampah. Pokok bahasan : sumber sampah, timbulan sampah, komposisi sampah, sistem pengelolaan sampah, dll.
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah TanggaAyok Putra
Salah satu Pilar yang masih berat, dalam pelaksanaan STBM Perkotaan. Mengingat sebagain besar sumber air bersih adalah PDAM maka sebagian besar pula masyarakat hanya mengenal Opsi Merebus, padahal kualitas air baku, kontinuitas dan infrastruktur yg sudah lama, maka opsi merebus untuk mendapatkan Air Minum di perkotaan sudah perlu di sosialisasikan selain merebus.
Air Limbah adalah bahan buangan dari suatu usaha atau kegaiatan yang berwujud cair.
Karakteristik Limbah Cair:
-Karakteristik Fisika : Padatan, bau, kekeruhan, temperatur/shu, daya hantar listrik, warna dan rasa
-Karakteristik kimia : Bahan organik, BOD (Biologycal Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), COD (chemical Oxygen Demand), pH(Puissance d'Hydrogen Scale), Logam berat.
-Karakteristik biologi
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pola Penanganan Sampah Domestik menjelaskan mengenai peraturan perundangan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan sampah, paradigma baru penanganan sampah, berbagai opsi teknologi dalam penanganan sampah domestik. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum.
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah TanggaAyok Putra
Salah satu Pilar yang masih berat, dalam pelaksanaan STBM Perkotaan. Mengingat sebagain besar sumber air bersih adalah PDAM maka sebagian besar pula masyarakat hanya mengenal Opsi Merebus, padahal kualitas air baku, kontinuitas dan infrastruktur yg sudah lama, maka opsi merebus untuk mendapatkan Air Minum di perkotaan sudah perlu di sosialisasikan selain merebus.
Air Limbah adalah bahan buangan dari suatu usaha atau kegaiatan yang berwujud cair.
Karakteristik Limbah Cair:
-Karakteristik Fisika : Padatan, bau, kekeruhan, temperatur/shu, daya hantar listrik, warna dan rasa
-Karakteristik kimia : Bahan organik, BOD (Biologycal Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), COD (chemical Oxygen Demand), pH(Puissance d'Hydrogen Scale), Logam berat.
-Karakteristik biologi
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pola Penanganan Sampah Domestik menjelaskan mengenai peraturan perundangan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan sampah, paradigma baru penanganan sampah, berbagai opsi teknologi dalam penanganan sampah domestik. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum.
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman menjelaskan aspek-aspek peraturan dan perundangan yang mendasari, strategi dan kebijakan pengelolaan air llimbah permukiman, berbagai opsi teknologi penanganan air limbah. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
sosialisasi PMK 2 2023. Tulisan ini membahas dampak sampah rumah tangga terhadap kesehatan lingkungan, khususnya pencemaran air. Laporan ini menyoroti perbedaan dampak sampah organik dan anorganik terhadap lingkungan dan menekankan perlunya perbaikan pengelolaan sampah rumah tangga untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tulisan tersebut juga menyebutkan berbagai dampak aktivitas rumah tangga, seperti bau tidak sedap, penularan penyakit, eutrofikasi laut, peningkatan emisi CO2, dan polusi plastik. Hal ini menekankan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga melalui seleksi, pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Indonesia, yang mencakup pedoman pemilihan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah. Tulisan ini membahas dampak sampah rumah tangga terhadap kesehatan lingkungan, khususnya pencemaran air. Laporan ini menyoroti perbedaan dampak sampah organik dan anorganik terhadap lingkungan dan menekankan perlunya perbaikan pengelolaan sampah rumah tangga untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tulisan tersebut juga menyebutkan berbagai dampak aktivitas rumah tangga, seperti bau tidak sedap, penularan penyakit, eutrofikasi laut, peningkatan emisi CO2, dan polusi plastik. Hal ini menekankan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga melalui seleksi, pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Indonesia, yang mencakup pedoman pemilihan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah.Tulisan ini membahas dampak sampah rumah tangga terhadap kesehatan lingkungan, khususnya pencemaran air. Laporan ini menyoroti perbedaan dampak sampah organik dan anorganik terhadap lingkungan dan menekankan perlunya perbaikan pengelolaan sampah rumah tangga untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tulisan tersebut juga menyebutkan berbagai dampak aktivitas rumah tangga, seperti bau tidak sedap, penularan penyakit, eutrofikasi laut, peningkatan emisi CO2, dan polusi plastik. Hal ini menekankan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga melalui seleksi, pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Indonesia, yang mencakup pedoman pemilihan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah.Tulisan ini membahas dampak sampah rumah tangga terhadap kesehatan lingkungan, khususnya pencemaran air. Laporan ini menyoroti perbedaan dampak sampah organik dan anorganik terhadap lingkungan dan menekankan perlunya perbaikan pengelolaan sampah rumah tangga untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tulisan tersebut juga menyebutkan berbagai dampak aktivitas rumah tangga, seperti bau tidak sedap, penularan penyakit, eutrofikasi laut, peningkatan emisi CO2, dan polusi plastik.
Program dan Kegiatan Lingkungan Hidup dan Sanitasi di Provinsi Jawa Timurinfosanitasi
Presentasi BLH Provinsi Jawa Timur mengenai program dan kegiatan pembangunan lingkungan hidup dan sanitasi, permasalahan dan tantangan pembangunan lingkungan, dan hasil-hasil yang telah dicapai.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
1. DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
drg. R Vensya Sitohang, M.Epid.
Direktur Kesehatan Lingkungan
Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes
2022
2. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.56/Menlhk-Sekjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2015 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana
Rumah Sakit
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Domestik
REGULASI TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
3. UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN
Hak mendapatkan lingkungan sehat (Pasal 6)
Lingkungan sehat mencakup tempat kerja, tempat
dan fasilitas umum (Pasal 162)
Lingkungan sehat bebas dari limbah padat, cair
dan gas, zat kimia berbahaya (Pasal 163 ayat 1)
Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
Proses Pengolahan LIimbah (Pasal 163 ayat 2)
Lingkungan Sehat
Upaya kesehatan
lingkungan ditujukan
untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia,
biologi, maupun sosial
yang memungkinkan
setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya
REGULASI TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
4. UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Penghasil limbah B3 WAJIB melakukan
pengelolaan limbah B3
Bila tidak mampu melakukan sendiri, pengelolaan
limbah B3 dapat diserahkan kepada pihak lain.
Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari
Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota
REGULASI TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
5. UNDANG-UNDANG NO. 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT
Instalasi pengelolaan limbah
(Pasal 11 ayat 1a)
Pengolahan sampah
(Pasal 10 ayat 2t)
Dokumen Lingkungan
(Pasal 8 ayat 2)
REGULASI TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
6. Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan
PERLINDUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT
1. Sampah tidak diolah (pengurangan, penanganan)
2. Zat kimia berbahaya (pajanan dan kontaminasi penggunaan)
3. Gangguan Fisika udara
4. Radiasi pengion dan non pengion
5. Pestisida
PENGOLAHAN LIMBAH
PENGAWASAN LIMBAH
Pengamanan
Limbah
Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2014
tentang Kesehatan Lingkungan
REGULASI TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 tahun 2016
tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
a. Instalasi Air
b. Instalasi Mekanikal dan elektrikal
c. Instalasi gas medik dan vakum medik
d. Instalasi uap
e. Instalasi penglolaan Limbah
f. Pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
g. Petunjuk, persyaratan teknis dan sarana
evakuasi saat terjadi keadaan darurat
h. Instalasi tata udara
Pasal 18
Prasarana Rumah Sakit meliputi:
Pasal 19
Instalasi Air meliputi:
a. Instalasi ait minum/bersih
b. Instalasi air kotor/Limbah
c. Instalasi air hujan
8. Persyaratan Instalasi Air Kotor/Limbah
1. Direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat
bahayanya
2. Pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan peralatan sesuai jenis air
kotor/Limbah
3. Sistem pengolahan dan pembuangan sesuai tingkat bahayanya
4. Air kotor/Limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh
digabung dengan air kotor/Limbah domestik
5. Air kotor/Limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dikelola sesuai
ketentuan yang berlaku
6. Air kotor/Limbah domestik harus diproses sesuai dengan pedoman dan standar
teknis yang berlaku
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. P-68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik
Pasal 3
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
menghasilkan air Limbah domestik WAJIB
melakukan pengolahan air Limbah domestik yang
dihasilkannya
Pasal 4
Terhadap pengolahan air Limbah domestk, WAJIB
dilakukan PEMANTAUAN untuk mengetahui
pemenuhan ketentuan baku mutu air limbah
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6 – 9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/orang/hari 100
BAKU MUTU
10. 1. Menjamin seluruh air Limbah domestik yang dihasilkan masuk ke instalasi
pengolahan Limbah domestik
2. Menggunakan instalasi pengolahan air Limbah domestik dan saluran air Limbah
kedap air
3. Memisahkan saluran pengumpulan air Limbah domestik dengan saluran air hujan
4. Melakukan pengolahan air Limbah domestic sehingga yang dibuang ke lingkungan
tidak melampaui BAKU MUTU LIMBAH CAIR DOMESTIK
5. Tidak melakukan pengenceran air Limbah domestik
6. Menetapkan titik penaatan untuk pengambilan sampel uji dari limbah dan koordinat
penaatan
7. Memasang alat ukur debit atau laju alir di titik penaatan
PEMANTAUAN Limbah Cair Domestik
11. PELAPORAN
Hasil pemantauan dilaporkan yang mencakup:
1. Catatan air Limbah domestik yang diproses harian
2. Catatan debit dan pH harian air Limbah domestik
3. Hasil analisis laboratorium yang dilakukan setiap 1 kali
dalam sebulan
Dilaporkan setiap 3 bulan sekali kepada
Bupati/Walikota, tembusan kepada Gubernur,
Menteri, Instansi terkait
13. 1. Melakukan pemisahan antara limbah cair domestik dan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun
2. Melakukan penghematan penggunaan air untuk meminimisasi limbah cair dan
pencapaian Fasyankes Ramah Lingkungan
3. Melengkapi seluruh perizinan yang harus ada dalam rangka penaatan terhadap
pengendalian pencemaran air
4. Melengkapi seluruh peralatan yang harus ada untuk menjaga penaatan terhadap
peraturan dan efektivitas pengoperasian dan pemeliharaan, termasuk alat
pengukuran kualitas limbah cair.
5. Melakukan pemantauan dan pelaporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
6. Menyediakan sarana tanggap darurat dalam pengelolaan limbah cair
7. Menyediakan Alat Pelindung Diri bagi petugas yang mengelola limbah cair
Arahan Kebijakan Dalam Pengelolaan Limbah Cair di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
14. Terima
PESAN:
Dokumen perencanaan, usulan perbaikan,
laporan, hasil pemantauan dan evaluasi harus
didokumentasikan dengan baik sebagai alat
bukti legal dan kinerja personal
Editor's Notes
Dasar Kebijakan.
Bapak/ bu peserta pelatihan yang kami hormat.
Keberadaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan seperti: rumah sakit, klinik, puskesmas dan sejenisnya telah menjadi kebutuhan vital masyarakat. Layanan yang diberikan pada lokasi- lokasi tersebut bertujuan untuk melayani masyarakat dan sekaligus meningkatkan taraf hidup manusia dari segi kesehatan. Namun, rumah sakit, klinik dan puskesmas juga memberi suatu dampak negatif terutama dari limbah yang dihasilkan. Maka, dibutuhkan suatu pemahaman apa itu Limbah Fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) di Indonesia dan bagaimana cara mengelolanya dengan baik.
Fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) merupakan salah satu sumber yang menghasilkan volume limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sehingga dapat dikatakan Limbah Fasyankes umumnya adalah limbah B3.
Kegiatan pada fasilitas pelayanan kesehatan selain memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya, juga menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran akibat pembuangan limbahnya tanpa melalui proses pengolahan yang benar sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan secara menyeluruh. Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan, karena kegiatan pembuangan limbah khususnya air limbah akan memberikan konstribusi terhadap penurunan tingkat kesehatan manusia.
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman dan berkelanjutan maka harus dilaksanakan upaya-upaya pengendalian pencemaran lingkungan pada fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan dasar tersebut, maka fasilitas pelayanan kesehatan diwajibkan menyediakan instalasi pengolahan air limbah atau limbah cair.
Dan secara khusus terkait kewajiban pengelolaan limbah cair fasyankes telah diatur pada berbagai kebijakan nasional seprtti ;
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2015 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Limbah Cair Domestik
Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, telah diamanatkan bahwa Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perwujudan kualitas Kesehatan lingkungan dilakukan sehingga terjaga lingkungan yang sehat yang bebas dari risiko pembuangan limbah padat dan cair juga dari bahan/ zat kimia berbahaya.
Dalam NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, juga ditegaskan menjadi kewajiban bagi setiap penghasil limbah harus melakukan upaya pengelolaan limbah baik cair maupun padat. Tentunya pengelolaan dapat dilakukan oleh penghasil atau juga dilkukan dengan MOU pihak ke 3/ swasta yang berijin.
Demikian juga terkait dengan keberadaan fasyankes, telah menjadi persyaratan untuk memilki sarana/ instalasi pengolahan air limbah, sampah dan tentunya kewajiban untuk memilki dokumen lingkungan, dan Dokumen lingkungan ini sebenarnya menjadi persyaratan wajib yang harus dibuat/ dimilki seluruh fasyankes, karena hal ini akan terkait dengan perijinan2 lingkungan yang diajukan oleh fasyankes.
Sebagaimana kita ketahui, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan. Pada Peraturan ini antara lain diatur tentang Tanggung jawab dan wewenang pemerintah, standar baku mutu kesehatan lingkungan, persyaratan kesehatan, Penyelenggaraan kesehatan lingkungan, Proses Pengolahan Limbah, Pengawasan Limbah, juga Pengendalian dan Penyelenggara Kesehatan Lingkungan.
Pada Peraturan Pemerintah ini, pengertian Kesehatan Lingkungan merupakan upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan Pengaturan Kesehatan Lingkungan bertujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dan tentunya pengamanan limbah fasyankes ini lebih pada upaya perlindungan terhadap risiko kesehatan dari limbah cair maupun dapat yang tidak dikelola dengan baik dan sesuai ketentuan.
Dalam hal pembangunan fasyanes sendiri Kemenkes (PMK No. 24 Thn 2016) telah mempersyaratkan secara khusus terkait persyratan teknis bangunan, seperti ; aintalasi air, mekanik, gas, instalasi pengolahan limbah, dll.
Untuk instalasi air limbah mempersyarat terhadap instalasi air minum/ air bersih, ainstalasi air kotor/ limbah dan instalasi air hujan.
Dan mestinya persyaratan teknis bangunan dan prasarana RS ini harus dipenuhi pada awal pembangunan fasyankes, namun sekarang telah menjadi salah satu indicator dalam Akreditasi.
Instalasi air kotor/ limbah dari fasyankes sebaiknya memenuhi ;
Direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya
Pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan peralatan sesuai jenis air kotor/Limbah
Sistem pengolahan dan pembuangan sesuai tingkat bahayanya
Air kotor/Limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh digabung dengan air kotor/Limbah domestik
Air kotor/Limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dikelola sesuai ketentuan yang berlaku
Air kotor/Limbah domestik harus diproses sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku
Berikutnya dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P-68 Tahun 2016, ditewajibkan setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air Limbah domestik WAJIB melakukan pengolahan air Limbah domestik yang dihasilkannya termasuk fasilitas pelayanan Kesehatan, dan juga untu melakukan pemantauan secara rutin terhadap pemenuhan terhadap baku mutu yang diatur dalam PermenLHK ini.
Dalam hal pemantauan limbah cair, yaitu antara lain dengan cara ;
Menjamin seluruh air Limbah domestik yang dihasilkan masuk ke instalasi pengolahan Limbah domestik
Menggunakan instalasi pengolahan air Limbah domestik dan saluran air Limbah kedap air
Memisahkan saluran pengumpulan air Limbah domestik dengan saluran air hujan
Melakukan pengolahan air Limbah domestic sehingga yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui BAKU MUTU LIMBAH CAIR DOMESTIK
Tidak melakukan pengenceran air Limbah domestik
Menetapkan titik penaatan untuk pengambilan sampel uji dari limbah dan koordinat penaatan
Memasang alat ukur debit atau laju alir di titik penaatan
Pelaopran menjadi hal yang penting, seperti berapa volume limbah harian dan bagaimana kualitas pengolahan dari hasil laboratorium. Laporan ini biasanya dilakukan setiap 3 bulan sekali ke Bupati/Walikota, tembusan kepada Gubernur, Menteri, Instansi terkait.
Hasil analisis pada pengolahan air limbah dan kualitas lingkungan lainnya akan menjadi bahan yang disampaikan pada laporan UKL-UPL dan dibuat setiap 6 bulan sekali.
Dalam hal pengelolaan limbah tentunya akan beberapa kementrian Lembaga terkait, dari sisi Kementrian Kesehatan perlu beberapa strategi yang dilakukan seperti ;
Menyiapkan aturan-aturan teknis khususnya menyangkut kewajiban fasyankes untuk memenuhi fasilitas sarana dan prasarana pengolahan limbah cair, dan juga dikaitkan menjadi salah satu indicator dalam Akreditasi Fasyankes.
Koordinasi dengan stakeholder terkait (KLHK, KemnPU) dan tentnya meningkatkan jejaring kemitraan dengan pihak swasta, khsusunya terkait dengan pengembangan teknologi2 pengolahan air limbah.
Advokasi dan Sosialisasi ke pemerintah daerah dan fasyanes tentag penting dan kepeduliannya untuk mengolah limbah cair, sehingga aman bagi lingkungan dan Kesehatan.
Meningkatan kapasitas petugas pengelola Kesehatan lingkungan di fasyankes.
Melakukan monitoring baik langsung maupun melalui pertemuan-pertemuan koordinasi online.
Dalam hal arahan kebijakan yang selalu kami sampaikan pada fasyankes ;
Melakukan pemisahan antara limbah cair domestik dan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
Melakukan penghematan penggunaan air untuk meminimisasi limbah cair dan pencapaian Fasyankes Ramah Lingkungan
Melengkapi seluruh perizinan yang harus ada dalam rangka penaatan terhadap pengendalian pencemaran air
Melengkapi seluruh peralatan yang harus ada untuk menjaga penaatan terhadap peraturan dan efektivitas pengoperasian dan pemeliharaan,
alat pengukuran kualitas limbah cair.
Melakukan pemantauan dan pelaporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Menyediakan sarana tanggap darurat dalam pengelolaan limbah cair
Menyediakan Alat Pelindung Diri bagi petugas yang mengelola limbah cair