MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN TOPIK ORGAN PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI 17 KATOBU.
Syok anafilaksis adalah reaksi sistemik yang berbahaya yang disebabkan oleh reaksi alergi. Gejalanya dapat bervariasi dari ringan seperti gatal atau bengkak hingga berat seperti sesak nafas parah atau syok. Pengobatan tergantung pada keparahan gejala, mulai dari pemberian antihistamin untuk gejala ringan hingga adrenalin secara intravena dan kortikosteroid untuk gejala berat disertai penanganan suportif. Det
Dokumen tersebut merangkum berbagai jenis obat simpatomimetik yang bekerja dengan merangsang reseptor adrenergik. Termasuk di antaranya epinefrin, norepinefrin, dopamin, dobutamin, efedrin, fenilefrin, terbutalin, digoksin, dan milrinone yang memiliki berbagai penggunaan klinis seperti pengobatan anafilaksis, asma, hipotensi, dan gagal jantung.
Anestesi lokal bekerja dengan menghambat kanal sodium pada saraf sehingga mencegah terjadinya potensial aksi dan propagasi impuls saraf. Onset dan durasi anestesi lokal dipengaruhi oleh kelarutan dalam lipid, konsentrasi, dan struktur kimia obat tersebut. Anestesi lokal dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal.
Dokumen tersebut membahas tentang asma bronkial, yaitu penyakit inflamasi saluran pernafasan yang ditandai dengan obstruksi saluran nafas yang berulang. Dokumen menjelaskan gejala, diagnosis, klasifikasi, patofisiologi, dan pengobatan asma bronkial secara mendetail, termasuk penggunaan obat pencegah dan penghilang gejala sesuai dengan tingkat keparahan penyakitnya.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN TOPIK ORGAN PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI 17 KATOBU.
Syok anafilaksis adalah reaksi sistemik yang berbahaya yang disebabkan oleh reaksi alergi. Gejalanya dapat bervariasi dari ringan seperti gatal atau bengkak hingga berat seperti sesak nafas parah atau syok. Pengobatan tergantung pada keparahan gejala, mulai dari pemberian antihistamin untuk gejala ringan hingga adrenalin secara intravena dan kortikosteroid untuk gejala berat disertai penanganan suportif. Det
Dokumen tersebut merangkum berbagai jenis obat simpatomimetik yang bekerja dengan merangsang reseptor adrenergik. Termasuk di antaranya epinefrin, norepinefrin, dopamin, dobutamin, efedrin, fenilefrin, terbutalin, digoksin, dan milrinone yang memiliki berbagai penggunaan klinis seperti pengobatan anafilaksis, asma, hipotensi, dan gagal jantung.
Anestesi lokal bekerja dengan menghambat kanal sodium pada saraf sehingga mencegah terjadinya potensial aksi dan propagasi impuls saraf. Onset dan durasi anestesi lokal dipengaruhi oleh kelarutan dalam lipid, konsentrasi, dan struktur kimia obat tersebut. Anestesi lokal dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal.
Dokumen tersebut membahas tentang asma bronkial, yaitu penyakit inflamasi saluran pernafasan yang ditandai dengan obstruksi saluran nafas yang berulang. Dokumen menjelaskan gejala, diagnosis, klasifikasi, patofisiologi, dan pengobatan asma bronkial secara mendetail, termasuk penggunaan obat pencegah dan penghilang gejala sesuai dengan tingkat keparahan penyakitnya.
1. Dokumen tersebut membahas tentang syok anafilaktik yang merupakan respons hipersensitivitas yang berbahaya yang dapat mengancam jiwa.
2. Gejala klinis syok anafilaktik sangat bervariasi namun biasanya meliputi gangguan sistem kardiovaskular, respirasi, dan jaringan lainnya seperti kulit dan saluran cerna.
3. Deteksi dini dan penanganan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi berat seperti gag
Dokumen tersebut membahas tentang anestesi umum dan lokal. Anestesi lokal diberikan secara lokal untuk menghambat hantaran impuls saraf dengan kadar obat yang cukup. Ada dua golongan anestesi lokal yaitu golongan ester dan golongan amida. Anestesi lokal bekerja dengan cara memblok konduksi aksi potensial saraf. Beberapa contoh anestesi lokal adalah lidokain, bupivakain, prokain
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang merupakan gangguan saluran napas dimana pasien dapat mengalami gejala kronik bronkitis, emfisema, atau asma secara dominan. Hal ini menyebabkan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya dapat dipulihkan. Dokumen juga menjelaskan tanda-tanda radiologi, mekanisme, dan penatalaksanaan eksaserbasi PPOK
Dokumen tersebut membahas tentang ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang merupakan suatu kondisi edema paru non-kardiogenik yang ditandai dengan hipoksemia berat dan penurunan kompliance paru. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan tindakan keperawatan pada pasien ARDS.
Teks tersebut membahas manajemen preoperatif, perioperatif, dan postoperatif pada pasien yang akan menjalani tonsilektomi. Terdapat penjelasan mengenai jenis anestesi, persiapan pasien sebelum operasi, monitoring selama operasi, dan pengawasan setelah operasi.
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptxMithaIsmaulidia2
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara bersifat progresif akibat inflamasi kronik dan pajanan berbahaya seperti asap rokok. PPOK memiliki komplikasi seperti infeksi berulang dan gagal jantung kanan. Kakeksia pulmoner merupakan sindrom metabolik kompleks yang ditandai dengan hilangnya massa otot dan lemak akibat pen
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis dari anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi alergi sistemik akut yang berpotensi fatal yang disebabkan oleh pelepasan mediator inflamasi dari sel mast dan basofil setelah terpapar antigen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Reaksi ini dapat menyerang berbagai organ seperti kardiovaskuler, pernafasan, saluran cerna, dan kulit.
Tn. S, laki-laki berusia 60 tahun, dirawat karena sesak napas akut yang meningkat selama satu hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien menderita penyakit paru obstruktif kronik yang stabil sebelumnya.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem saraf otonom yang terdiri atas sistem saraf simpatik dan parasimpatik. Sistem saraf simpatik bekerja menggunakan norepinefrin sebagai neurotransmiter utamanya dan memiliki efek yang berlawanan dengan sistem parasimpatik yang menggunakan asetilkolin sebagai neurotransmiter. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis obat yang dapat mempengaruhi kerja kedua sistem saraf otonom ter
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan nyeri pasca operasi. Beberapa teknik yang disebutkan adalah penggunaan opioid sistemik, NSAID, inhibitor COX-2, teknik regional, dan teknik nonfarmalogis untuk menghilangkan nyeri sambil meminimalkan efek samping obat. Penilaian nyeri dapat dilakukan dengan skala 10 poin.
1. Dokumen tersebut membahas tentang syok anafilaktik yang merupakan respons hipersensitivitas yang berbahaya yang dapat mengancam jiwa.
2. Gejala klinis syok anafilaktik sangat bervariasi namun biasanya meliputi gangguan sistem kardiovaskular, respirasi, dan jaringan lainnya seperti kulit dan saluran cerna.
3. Deteksi dini dan penanganan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi berat seperti gag
Dokumen tersebut membahas tentang anestesi umum dan lokal. Anestesi lokal diberikan secara lokal untuk menghambat hantaran impuls saraf dengan kadar obat yang cukup. Ada dua golongan anestesi lokal yaitu golongan ester dan golongan amida. Anestesi lokal bekerja dengan cara memblok konduksi aksi potensial saraf. Beberapa contoh anestesi lokal adalah lidokain, bupivakain, prokain
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang merupakan gangguan saluran napas dimana pasien dapat mengalami gejala kronik bronkitis, emfisema, atau asma secara dominan. Hal ini menyebabkan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya dapat dipulihkan. Dokumen juga menjelaskan tanda-tanda radiologi, mekanisme, dan penatalaksanaan eksaserbasi PPOK
Dokumen tersebut membahas tentang ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang merupakan suatu kondisi edema paru non-kardiogenik yang ditandai dengan hipoksemia berat dan penurunan kompliance paru. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan tindakan keperawatan pada pasien ARDS.
Teks tersebut membahas manajemen preoperatif, perioperatif, dan postoperatif pada pasien yang akan menjalani tonsilektomi. Terdapat penjelasan mengenai jenis anestesi, persiapan pasien sebelum operasi, monitoring selama operasi, dan pengawasan setelah operasi.
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptxMithaIsmaulidia2
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara bersifat progresif akibat inflamasi kronik dan pajanan berbahaya seperti asap rokok. PPOK memiliki komplikasi seperti infeksi berulang dan gagal jantung kanan. Kakeksia pulmoner merupakan sindrom metabolik kompleks yang ditandai dengan hilangnya massa otot dan lemak akibat pen
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis dari anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi alergi sistemik akut yang berpotensi fatal yang disebabkan oleh pelepasan mediator inflamasi dari sel mast dan basofil setelah terpapar antigen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Reaksi ini dapat menyerang berbagai organ seperti kardiovaskuler, pernafasan, saluran cerna, dan kulit.
Tn. S, laki-laki berusia 60 tahun, dirawat karena sesak napas akut yang meningkat selama satu hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien menderita penyakit paru obstruktif kronik yang stabil sebelumnya.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem saraf otonom yang terdiri atas sistem saraf simpatik dan parasimpatik. Sistem saraf simpatik bekerja menggunakan norepinefrin sebagai neurotransmiter utamanya dan memiliki efek yang berlawanan dengan sistem parasimpatik yang menggunakan asetilkolin sebagai neurotransmiter. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis obat yang dapat mempengaruhi kerja kedua sistem saraf otonom ter
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan nyeri pasca operasi. Beberapa teknik yang disebutkan adalah penggunaan opioid sistemik, NSAID, inhibitor COX-2, teknik regional, dan teknik nonfarmalogis untuk menghilangkan nyeri sambil meminimalkan efek samping obat. Penilaian nyeri dapat dilakukan dengan skala 10 poin.
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfDenysErlanders
Buku non teks yang bermutu dapat memperkaya pengalaman
belajar siswa. Buku-buku ini menawarkan konten yang inspiratif,
inovatif, dan mendorong pengembangan karakter siswa.
Pemanfaatan buku non teks bermutu membutuhkan peran aktif
guru untuk memilih dan
mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
5_6116264494449558898.pptx
1. lOCAL ANESTHETIC
SYSTEM TOXICITY (LAST)
TOKSISITAS SISTEMIK ANESTESI LOKAL
dr. Ahmad Nur Islam, Sp.An
Amboina Dentistry
Scientific Meeting 7 -
2022
2. LAST
Local Anesthestic Systemic Toxicity
Efek samping yang mengancam
kejiwaan terkait dengan
penggunaan teknik lokal
anestesi
3. PENGANTAR
Kokain sebagai anestesi lokal pertama di akhir abad kesembilan telah disertai
dengan laporan toksisitas sistemik
Gejala keracunan: kejang atau kegagalan pernapasan, tetapi beberapa kasus
juga menimbulkan efek merugikan pada jantung
LAST diobati dengan kafein, amonia, atau bahkan eter hipodermik
4. PENGANTAR
Sebagai local anestesi
pertama di akhir abad
kesembilan telah disertai
dengan laporan toksisitas
sistemik
• Kejang
• Kegagalan pernapasan
• Dapat juga menimbulkan
efek merugikan pada
jantung
• Kafein
• Amonia
• Eter hipodermik
KOKAIN GEJALA KERACUNAN PENGOBATAN
5. PENGANTAR
Bupivacaine pada
akhir 1950-an telah
menghasilkan
laporan terkait
letal LAST
Kematian
kardiovaskular (CV)
yang terkait dengan
LAST yang sangat
resisten terhadap
tindakan resusitasi
yang tersedia, sperti
vasopresor (mis.
Epinefrin) dan
defibrilasi
6.
7. Anastesi Lokal Tipe Ester Lokal Anestesi Tipe Amida
Chloroprocaine Dibucaine (=cinchocaine)
Cocaine (methylbenzoylecgonine) Etidocaine
Procaine Levobupivacaine
Proparacaine Lidocaine (=lignocaine)
Tetracaine Mepivacaine
Benzocaine Prilocaine
Articaine Ropivacaine
Bupivacaine Sameridline
Tonicaine
Reaksi Merugikan Terhadap Anstesi Lokal; Etiopatofisiologi
Toksisitas (kardiovaskular, CNS)
Alergi tipe I (IgE), jarang
Alergi tipe IV (kontak alergi, local dan sistemik)
Pseudo-alergi (non-imun anafilaksis)
(Psikoneurogenik, autonomy, vagovasal)
Hipersensitifitas terhadap beberapa kandungan/ingredients (cont: latex, preservation)
Efek farmakologi dari beberapa kandungan/ingredients (cont: adrenalin)
8. MEKANISME KERJA LOKAL ANESTESI
Natrium (Na) chanel
adalah target utama kerja
agen LA
Agen anestesi dapat
menurunkan konduktansi
Na melalui Na Chanel dgn
berinteraksi dengan
membrane lipid
disekitarnya
Menyebabkan
ketidakstabilan membrane
Terjadi penutupan Na
Chanel
9. MEKANISME KERJA LOKAL ANESTESI
Bila terbatas hanya pada
tempat terapi, seperti
infiltrasi jaringan daerah
dekat saraf atau pleksus
saraf
Jumlah LA yang mencapai sirkulasi
sistemik, supra terapeutik tingkat
darah dan jaringan dalam jumlah
besar
LOKAL ANESTESI
umumnya aman & efektif
TOKSISITAS
10. FAKTOR RISIKO LAST
Untuk menginduksi henti
jantung, dibutuhkan
levobupivacaine >
bupovacaine
Menggunakan dosis efektif
terendah merupakan pilihan
bijaksana
Jenis Lokal Anestesi Dosis Lokal Anestesi
Levobupivacaine dapat
menyebabkan kejang dan
aritmia lebih sedikit
daripada Bupivacaine (dalam
dosis yang sama)
Pertimbangan karakteristik
pasien dan lokasi pemberian
juga harus diperhatikan
11. BLOCK RELATED
Urutan dasar kecenderungan
situs untuk menyebabkan
toksisitas (terendah
tinggi)
Pemberian dosis LA dalam
suntikan incremental,
setelah sering aspirasi,
menambhakan dosis uji
Paling penting adalah
menggunakan panduan
ultrasound guided needle
karena dapat mengurangi
risiko toksisitas pada
pemberian LA
Situs Blok Konduksi Blok
Injeksi subkutan
Pleksus Brakialis
Epidural Kaudal
Blok Intercosta
Topikal Anestesi
12. FAKTOR
TERKAIT
PASIEN
Paling umum adalah puncak
konstentrasi plasma,
perfusi di lokasi injeksi &
komorbiditas (ginjal, hati,
metabolisme & penyakit
jantung
PRINSIP UMUM
Pada pasien geriatri saraf
menjadi lebih sensitif
terhadap LA karena berbagai
faktor (morfologi saraf
berubah, kurangnya jaringan
lemak disekitar saraf, fungsi
aksonal berkurang
FAKTOR USIA
Akumulasi LA dengan infus terus
menerus mempunyai risiko lebih
tinggi daripada orang dewasa
NEONATUS
Berada pada tingkat risiko
toksisitas Karen perfusi
meningkat & menurunnya tingkat
α1-asam glikoprotein (AAG);
demikian juga puncak
konsentrasi plasma bebas dari
LA
HAMIL
14. MANAJEMEN LAST
Saluran udara permeabel dengan ventilasi yang
adekuat
Ventilasi segera dan oksigenasi untuk mencegah
hipoksia
Dukungan sirkulasi dan reduksi efek samping
sistemik dan asidosis dapat memfasilitasi resusitasi
dan mengurangi kemungkinan progresi kejang atau
kolaps kardiovaskular
21. PATOFISIOLOGI
SYOK ANAFILAKTIK
Patofisiologi dari anafilaksis
melibatkan imunoglobulin
E(IgE).
Antigen masuk ke tubuh dan
merangsang Sel-B untuk
membentuk IgE & akan diikat
oleh sel reseptor (sel mast,
basophil & eosinophil)
Makanan adalah penyebab
paling umum tetapi obat dan
serangga relatif umum pada
orang dewasa yang lebih tua.
22. TATALAKSANA
SYOK
ANAFILAKTIK
Manajemen airway: dilakukan pada pasien
dengan membangun jalan napas yang adekuat
dan intubasi dini seharusnya dipertimbangkan jika
terjadi edema yang signifikan pada lidah, uvula,
atau terjadi alterasi suara
Epinefrin: Penggunaan lini pertama epinefrin
adalah standar dari penatalaksanaan anafilaksis
Pemberian epinefrin yang tertunda:
peningkatan keparahan reaksi, peningkatan
morbiditas, kemungkinan reaksi bifasik yang lebih
besar, dan peningkatan risiko kematian
23. • Efek vasokonstriktor alfa-1 adrenergic pada
sebagian besar sistem organ tubuh
• Kemampuan untuk mencegah dan meringankan
obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh
edema mukosa, dan untuk mencegah dan
meredakan hipotensi dan syok
• Agonis adrenergik beta-1inotropik dan
kandungan kronotropik yang mengarah ke
peningkatan dalam kekuatan dan kecepatan
kontraksi jantung
• Kandungan agonis adrenergik beta-2 seperti
penurunan pelepasan mediator, bronkodilatasi,
dan relief of urticaria
EPINEFRIN
24. TATALAKSANA
SYOK
ANAFILAKTIK
H-1 Antihistamin: meredakan gatal, kemerahan,
urtikaria, angioedema, dan hidung dan symptom
mata
Glukokortikoid: mematikan transkripsi dari
multitude gen teraktivasi yang mengkode protein
proinflamasi; dengan onset beberapa jam
Bronkodilator:pengobatan tambahan untuk mengi,
batuk, dan sesak nafas yang tidak berkurang
dengan epinefrin.
25. TATALAKSANA
SYOK ANAFILAKTIK
H-1 Antihistamin: meredakan gatal, kemerahan,
urtikaria, angioedema, dan hidung dan symptom mata
Glukokortikoid: mematikan transkripsi dari multitude gen
teraktivasi yang mengkode protein proinflamasi; dengan
onset beberapa jam
Bronkodilator:pengobatan tambahan untuk mengi,
batuk, dan sesak nafas yang tidak berkurang dengan
epinefrin.
26.
27. Obat yang lebih
tidak toksik
Injeksi
inkremental
dengan aspirasi
Dosisi efektif
rendah
Penanda
Intravaskular
CEGAH
01
USG