Dokumen tersebut membahas tentang peningkatan kualitas breksi batu apung sebagai komposit keramik limbah dengan proses solidifikasi. Proses pembuatan komposit meliputi preparasi awal breksi batu apung, aktivasi fisis dan kimia, pengungkapan cesium sebagai simulasi limbah, pembuatan pelet, dan pembakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu aktivasi fisis optimal adalah 300°C dan konsentrasi cesium optimal adalah 350 ppm.
Dr.Ir.Gatot Trimulyadi Rekso
gatot2811@yahoo.com
PENGARUH DOSIS IRADIASI PADA KHITIN TERHADAP SIFAT KIMIA DAN FISIKA TURUNANNYA KHITOSAN
Gatot Trimulyadi Rekso
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi
Jl. Cinere, Ps Jumat, PO Box 7002 JKSL, Jakarta 12070
Fax 021-7691607,751327, E-mail ; gatot2811@yahoo.com
The influence of irradiation dose of chitin affected on chemical and physical properties of its derivative chitosan. The influence of irradiation dose of chitin affected on chemical and physical properties of its derivative chitosan was investigate.
Dr.Ir.Gatot Trimulyadi Rekso
gatot2811@yahoo.com
PENGARUH DOSIS IRADIASI PADA KHITIN TERHADAP SIFAT KIMIA DAN FISIKA TURUNANNYA KHITOSAN
Gatot Trimulyadi Rekso
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi
Jl. Cinere, Ps Jumat, PO Box 7002 JKSL, Jakarta 12070
Fax 021-7691607,751327, E-mail ; gatot2811@yahoo.com
The influence of irradiation dose of chitin affected on chemical and physical properties of its derivative chitosan. The influence of irradiation dose of chitin affected on chemical and physical properties of its derivative chitosan was investigate.
PENGARUH PENAMBAHAN MONOMER ASAM AKRILAT TERHADAP SIFAT KIMIA DAN FISIKA FILM KHITOSAN-AKRILAT
Gatot Trimulyadi Rekso
Pusat AplikasiTeknologi Isotop dan Radiasi
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jl. Cinere, Ps Jumat PO Box 7002 JKSL, Jakarta 12070
Fax : 021 7513270. E-mail : gatot2811@yahoo.com
In the purpose to increase the added value of the quality marine natural polymer, modification of chitosan has been carried out by copolymerization radiation with acrylic acid to prepare a new material.
Dalam upaya menaikkan nilai tambah dari polimer alam yang berasal dari limbah kulit udang, telah dilakukan modifikasi khitosan menggunakan reaksi kopolimerisasi iradiasi dengan polimer asam akrilat untuk mendapatkan suatu bahan membran. KM- Khitosan dengan konsentrasi 3,0 % b/v dicampur dan dihomogenkan dengan asam akrilat. Selanjutnya bahan dikemas dalam plastik film polipropilen (PP) dan diiradiasi pada dosis 5, 10, 15, 20, dan 25 kGy menggunakan sinar gamma. Kemudian dibuat film dengan menuangkan larutan kental pada lempengan kaca dengan ketebalan 10 mm dan keringkan dalam oven vacum 500 C. Pengujian film kitosan–asam akrilat meliputi uji fraksi gel (padatan tidak larut) dengan metode ekstraksi soxlet, kekuatan tarik dengan alat tensile strength dan analisis gugus fungsi dengan FTIR dan sifat termal dengan DSC.
Graft copolymerization of acrylic acid into cellulose sheet by irradiation technique was examined. The irradiation of samples cellulose sheet was carried out using 60Co gamma irradiation source. The cellulose sheet was irradiated in presence of atmospheric oxygen at room temperature. An acrylic acid monomer solution then introduced into irradiated cellulose sheet and the graft copolymerization was carried out in a nitrogen atmosphere at a certain time of reaction. The percentage of grafting has been determined as a variation of monomer concentration and temperature as a function of time of reaction. The results showed the percentage of grafting increases as increasing acrylic acid concentration and temperature. The optimal conditions were total dose of 12 kGy, acrylic acid concentration of 30%, temperature of 70°C and reaction period of 3 hours. The yield of grafting was found 45.8%. The presence of acrylic acid on cellulose was demonstrated by FTIR spectrum. Thermal properties were measured by DSC the melting point decrease 2.3°C and new peak appeared at 343.5 °C.
Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi hasil kopolimerisasi cangkok lembaran selulosa dengan asam akrilat yang diiradiasi sinar gamma Co-60. Lembaran selulosa diiradiasi pada kondisi atmosfer udara dan suhu kamar. Selanjutnya lembaran selulosa dimasukkan dalam larutan monomer asam akrilat pada variasi konsentrasi 10% (v/v), 20% (v/v), 30% (v/v), dan 40% (v/v) dengan waktu reaksi 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam serta temperatur 50°C, 60°C, 70°C, dan 80°C. Reaksi kopolimerisasi cangkok dilakukan dalam aliran nitrogen. Lembar selulosa yang dikopolimerisasi cangkok dipisahkan dari homopolimer yang terbentuk kemudian dicuci dan dikeringkan dalam oven vakum dan hasil kopolimerisasi cangkok serta homopolimer yang terbentuk ditentukan dengan metode gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kopolimerisasi meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi monomer asam akrilat dan suhu reaksi. Kondisi optimal kopolimerisasi adalah pada dosis total radiasi 12 kGy dengan konsentrasi asam akrilat 30% dan suhu reaksi 70°C serta waktu reaksi selama 3 jam. Hasil kopolimerisasi cangkok yang diperoleh sebesar 45,8%. Telah terjadinya kopolimerisasi cangkok pada lembaran selulosa ditunjukkan dengan adanya perubahan pada spektrum infra merah dengan munculnya gugus karbonil yang diukur dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Sifat termalnya yang ditentukan dengan Differential Scanning Calorimetry (DSC) menunjukkan bahwa terjadi perubahan titik leleh sebesar 2,3°C dan muncul puncak baru pada 343,5°C.
1. PENINGKATAN KUALITAS BREKSI BATU APUNG SEBAGAI KOMPOSIT
KERAMIK LIMBAH DENGAN PROSESSOLIDIFIKASI.
Supriyanto, C.,Paul Pujiyono
P3TM-BATAN.JI. BabarsariKotakPas1008.Yogyakarta55010
Suhanda
Ba/aiBesarLitbangKerall!ik.Bandung
ABSTRAK
PENINGKATAN KUAUTAS BREKSI BATU APUNG SEBAGAI KOMPOSIT KERAMIK
L/MBAH DENGAN PROSES SOL/DIFIKASI. Telah dilakukan pembuatan komposit keramik
limbah dati campuran breksi batu apung (BBA) dan kulet lunak dengan proses solidifikasi.
Preparasi swat breksi batu apung dilakukan dengan penghalusan dan pengayakan hingga Iotas
200 mesh, kemudian dilakukan pencucian menggunakan akuabides. Diperoleh suhu aktifasr
fisis yang optimal yakni pada suhu 300 °C, aktivasi khemis dengan dijenuhkan menggunakan
larutan NaCI 1 N, dengan digojog selama 5 jam. Konsentrasi Cs yang optimal 350 ppm,
memberikan 80 % konsentrssi Cs yang terkungkung sebagai komposit keramik BBA-Cs,
dengan waktu kontak yang optimal ac(alah 2 jam. Perbandingan prosen beret antara BBA-Cs
dan kulet yang paling optimaladalah 20 ..80 %, pada suhu pembakaran 680 °c selama 3 jam.
Dari hasil uji lindi terl1adap BBA-Cs hasil proses solidifikasi menunjukan uji lindi terl1adap
larutan NaOH 3 M memberikan hasillucut yang lebih besar dibanding pads larutan NaOH 0,1
M, maupun HCI 3M, sedangkan uji lindi pada HCI 0,1 M dan air taut tidak teljadi lucut. Uj/tekan
pada BBA-Cs memberikan hasil yang cukup stabil dengan gaya 213,22 N/mm2 komposit baru
mulai pecah. -
ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF PUMICE QUALITY AS A COMPOSITE OF WASTE CERAMIC
USING SOLIDIFICA TION PROCESS. The composite of waste ceramic was made from the
mixture of pumice and weak cullet using solidification process. The materials pumice were
grinded. sieved to get through 200 mesh, rinsed with aquadest. It were obtained that the optimal
temperature of physical activation was 300 °c and chemical activation were mixed with NaCI1
N was 5 hours. The activated pumice were cof'ltacted with cesium. It were obtained that the
optimal concentration of Cs was 350 ppm, yielded 80 % of Cs was immobilized as a pumice-Cs
ceramic composite at the contact time for 2 hours. The optimal weight ratio of pumic-Cs and
cul/et was 20 ..80 % at the firing temperature of 680 °c for 3 hours. The results of leaching test
showed that leaching test with NaOH 3 M were greater than those with NaOH 0.1 M and HCI 3
M, and there was no leaching with HCI 0.1 M or sea water. The pressure test for ceramic
composite was stable for 213,22 N/mm2. '.
PENDAHULUAN
mengingat lingkungan merupakan faktor penting
bagi kehidupan manusia(I.2)
Limbah yang ditimbulkan oleh suatu
industri, baik industri nuklir maupun industri non
nuklir, apabila tidak dilakukan penanganan yang
optimal dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan hidup baik secara langsung maupun
tidak langsung, terutama jika dikaitkan dengan
kesehatan manusia. Pengolahan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B-3) berdasarkan PP
Nomor 19 tahun 1994, adalah rangkaian kegiatan
pengolahan limbah yang mencakup penyimpanan,
pengangkutan, pengelolaan, serta penimbunan hasil
pengolahan tersebur3)
P
erkembangan industri di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari pcrtimbangnn lingkungan hidup
sebagai upaya untuk melestarrkan sumber daya
alam, untuk itu dipcrlukan suntu keseimbangan
yaitu perkembangan industri tkink mencemarkan
lingkungan clan perubahan lingkungan tidak
menghambat perkembangan industri. Hal ini
menyangkut limbah yang ditimbulkan oleh industri,
yang mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan, terutama lingkungan perairan yang
merupakan tcmpat buangan timbah tcrscbut,
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar tlmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta. 25 -26 Juli 2000
2. 356 ISSN0216-3128 Supriyanto.C. dkk
masing-masing buatan Merck, akuatrides buatan
laboratorium PPNY -SA TAN Yogyakarta
Cara kerja
Prosespembuatan keramik limbah melalui
3 tahapanyaitu preparasi awal, pembuatan relet dan
pembakaran. Masing-masing tahapan proses
tersebut dilakukan pada kondisi yang paling
optimal, diperoleh dengan menentukan beberapa
parameter yang optimal sebagai berikut
Preparasi awal
Preparasiawal dilakukan dengan tara BBA
ditumbuk dengan mortir, untuk memperoleh ukuran
butir yang lebih kecil, kemudian dihaluskan lagi
dengan penggiling clan diayak hingga lolos 100,
200, dan 400 mesh. Breksi barn apung berat 50 g
dimasukkan dalam gelas beker 500 ml ditambahkan
akuades300 ml diaduk dengan stirer. Pencucian ini
dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh BBA
bebas lumpur (filtrat jemih), kemudian disaring dan
dikeringkan dalam oven < 70 °C
Dalam kaitannya dengan pengolahan
limbah (8-3), maupun limbah nukiir, dewasa ini di
P3TM sedang dilakukan program penelitian tentang
kemungkinan penggunaan bahan alam (zeolit,
benton it, breksi batu apung, feisdpar) sebagai bahan
dasar pembuatan komposit keramik untuk
mengungkung limbah tersebut. Untuk mendukung
program tersebut, teiah dilakllkan pembuatan
komposit keramik limbah dari Calnpllran bahan aiam
breksi batu apung (BBA) dan kulct ilmak,
sedangkan unsur Cesium-137 digunakan sebagai
simulasi. limbah. Diharapkan dari penelitian ini
akan diperoleh suatu komposit keramiK cesium-137
yang dapat menjadi suatu aiterl1ati£ penanganan
limbah radioaktif sebelum dibllang ke tempat
penampungan akhir.
Proses pcmbllatan komposit keramik BBA-
Cs dilakukan melalui 3_t~an(4), yaitu tahap
preparasi awal meiipllti proses penggerusan BBA
hingga lolos 100,200, dan 400 mesh, kemudian
dilakukan pencucian menggunakan akuabides
berulang-ulang hingga diperoleh filtrat yangjernih.
Hasil pencucian kemudian dilakukan proses aktivasi
secara fisis dengan kalsinasi, sedangkal aktivasi
khemis dilakUkan dengan dijenuhkan menggunakan
larutan NaCI, hasil penjenuhan kemudian di-
keringkan dalam oven. iahapan berikutnya auaiah
pengungkungan iimbah Cs-137 dengan tara limbah
Cs-137 dikontaknan dengan BBA yang telah
diaktivasi. Tahapan terakhir adalah pembllatan pelet
dari campuran BBA-Cs, dan kulet Jlmak , hingga
diperoleh dalam bentllk pelet, kc1nudian dilakukan
proses .solidivikasv yaitu dengan melakukan
pembak~ran peJet tersebut daiam tungku. Hasil
pembakaran setelah dingin dilakukan beberapa uji
meliputi uji tekan, uji komposisi, uji mineral, dan ~i
lucut (leaching).
Karakterisasi Breksi Batu Apung (BBA) "
Breksi Batu Apung berat 0,2 g, dan telah
lolos 400 mesh dalam beker teflon ditambahkan 3
milif 40 % dun 2 ml HCIO4, dipanaskan dengan
penangas pasir sampai keluar asap putih,
ditambahkan akuabides berulang-ulang hingga
diperoleh larutan yang jemih. Hasil pelarutan
didinginkan, kemudian ditepatkan dengan akuabides
hingga volume tertentu. Larutan kemudian dianalisis
mcnggunakan AAS, Sedangkan khusus untuk
analisis Si dilakukan dengan menggunakan teflon
born digester pactasuhu 60 °c selama 4 jam, dengan
pelarut 1,5 ml akuaregia, dan 5 ml Hf 40 %, Hasil
pelarutan dinetralkan dengan asam borat 1 gram dan
diencerkan denganakuabides sampai 50 ml, Larutan
diannlisis kndar Sinya. '
TATA KERJA
Alat
Persiapan BBA sebagai penukar ion.
Breksi Batu Apung berat 20 g hasil
pencucian dilakukan aktivasi fisis yaitu dikalsinasi
dengan variasi suhu 300, 500, dan 700 DC,masing-
masing selama I jam. Hasil kalsinasi didinginkan,
kemudian dilakukan aktivasi khemis dengan
dijenuhkan menggunakan larutan NaCI IN. dalam
gelas beker, aduk selama 5 jam, dan dibiarkan
selama I malam. Hasil penjenuhan didekantir,
kemudian dicuci dengan akuabides untuk
mengllilangkan sisa NaCI dan ion CI. Larutan diuji
terhadOip iO11 C1-nya dengan AgNO), hingga
menunjukan tesnegatif.
Seperangkat alat spektrofotometri serapan
atom (SSA) model AA-300-P, buatan
VarianTechtron Australia yang dilengkapi dengan
graphite tube atomizer (GTA-96) dan
programmable sample changer (PSC-56).. Peralatan
lainnya adalah tungku, oven, hydrolic press, vial
dari polietilen, labu takar, multipipet buatan
Eppendorf, kombitip dan neracaanalisis.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah breksi batu apung berasal dari Wukirsari
Iolos 400 mesh, kulet lunak berasaldari Fak. Teknik
UGM Yogyakarta, larutan cesillm nitrat, natrium
khiorida, asam fluorida, dan asam nitrat supra pure
Optimasi konsentrasi ion Cs
Breksi Batu Apung aktif berat 0,5 g
dimasukan dalam botol polietilen, ditambahkan 25
Prosiding Per1emuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta. 25 -26 Juli 2000
3. Supriyanto. Co.dkk ISSN0216-3128 357
ml larutan Cs dengan variasi konsentrasi 50, 100,
150, 200, 250, 350, 500, dan 700 ppm. Digojok
dengan kecepatan putaran 200 rpm selama 1 jam.
Larutan disaring dan filtrat hasil penyaringan
dianalisis kandungan Cs denganAAS.
Tabell. Karakterisasibreksibarnapung
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Unsur
Si
AI
Fe
Na
K
Ca
~
Zn
Cu
Mn
Ni
Cd
5,8~
3,0:f:0,07
0,6:f:0,02 '!
1,6:f:0,38
4,8:f:0,28
0,3 :f:0,04
66,7:f:4,901
23,3:f: 4,70')
O,06:f:0,002
0,02:f:0,001
O,17:f:O,O4
Optimasi waktu kontak
Breksi Batu Apung aktif berat0,25 g dalam
botol polietilen ditambahkan 20 m1 larutan Cs
dengan konsentrasi yang optimum, digojog dengan
variasi waktu I, 2, dan 3 jam. Larotan disaring dan
filtrat hasil penyaringan didisahkan dan dianalisis
kandungan Cs denganAAS.
Kelerangan : .) do/am ppm
Pembakaran kcramik limbah
Sampel berat 1,5 g yang terdiri dari
campuran BB4-Cs dan kulet dengan variasi
komposisi 20 : 80, 30 : 70, 40 : 60, dan 50 : 50 %
dicampur hingga homogen, kemudian masing-
masing dibentuk menjadi padatan terkompaksi
(pelet) pada tekanan 50 KN. Hasil pemadatan
kemudian dibakar dalam tungku pada temperatur
680 DC,selama 3 jam. Hasil pembakaran setelah
dingin, dilakukan beberapa uji yaitu uji tekan, uji
mineral, uji komposisi dan uji lucut.
130
E 120"
g;110.
';:' 100.
cc
~ 90.
=
t 80.GI
~ 70.III
Y.. 60
50
HASIL DAN PEMBAHASAN 0 4 52 3
Waktu kontak ORm)
Gambar J. Kurva hubungan antara waktu '.kontak
Iowan [CsJ tertukar.
120
100
..
~ 80
t 60..
';;' 40
~
20
0
Gambarl. Kurva hubungan antara temperatur
aktivasiIowan{CsJtertukar.
Aktivasi fisis dilakukan pada variasi
temperatur 300, 500 dan 700 °c, kemudian masing-
masing bahan dikontakan dengan Cs dengan waktu
kontak yang optimal (2jam). Padagambar 2 terlihat
bahwa temperatur aktivasi fisis yang optimal adalah
pada temperatur 300 °c. Aktivasi diatas temperatur
300 °c penukaran ion Cs menurun. ~al ini
disebabkan aktivasi pada temperatur tinggi dapat
merusak' struktur mineral breksi barn apung.
Aktivasi secarafisis dengan cara kalsinasi ini perlu
dilakukan untuk membentuk pori-pori serta
Data komposisi breksi batu apung berupa
kandungan unsur-unsur AI, Si, Fe, Na, K, Ca, Mg,
Zn, Cu, Mn, N.i dan Cd , data optimasi konsentrasi
Cs, clan data optimasi waktu kontak ditunjukan pada
tabell, gambar I clan gambar 2.
Komposisi breksi batu apung, seperti
disajika~ .pada tab~l I, hila dibandingkan den~an
komposlsl yang dtlakukan oleh Kunrat T.S() ,
rnenunjukan bahwa kornposisi breksi batu apung
dari Wukirsari mempunyai komposisi yang relatif
sarna khususnya kandungan SiO2 berkisar 60,00 -
75,00 %, dan AI berkisar 12,00 -15 %. Komposisi
unsur logam dan alkali (alkali tanah) diperoleh
dengan rnelakukan analsis menggunakan metoda
spektrofotornetti serapat atom. Karakterisasi
kornposisi breksi batu apung (BBA) sangat
diperlukan, karena keberhasi!an pembentukan
kornposit keramik sangat ditentukan o1eh komposisi
bahan dasar, d.isamping cara perlakuan awal atau
pengolahannya.
Pad a gambar ! disajikan hubungan antara
waktu kontak yang optimal antara I3llA-Na-300
dengan Cs sebagai limbah. Variasi "aktu kontak
yang dilakukan mulai dari I, 2, dan 3 jam, pada
gambar 1 terlihat bahwa waktll kontak yang optimal
adalah 2 jam dengan konsentrasi Cs yang tetukar
oleh BBA-300-Na = 103,2 ppm. Pada gambar 2
disajikan temperatur aktivasi yang optimal.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta. 25 -26 Juli 2000
4. 358 ISSN0216-3128 Supriyanlo. C. dkk
Komposit keramik BBA-Cs yang
diha~ilkan perlu dilakukan beberapa uji yaitu uji
lindi, uji mineralogi, dan uji tekan. Uji lindi
dilakukan pada komposit keramik BBA-Cs dengan
cara direndam dalam media sodium hidroksida
(NaOH) 3 M, clan 0,1 M, asam khlorida 3 M, clan
0,1 M, dan air laut. Uji lindi dengan NaOH 3 M
konsentrasi Cs yang terlepas paling besardibanding
pada NaOH 0,I M, sedangkan uji lindi pada asam
khlorida 0,I M, dan air laut tidak terjadi, seperti
disajikan padagambar 4 sebagaiberikut:
menambah luas pennukaannya. Material-material
yang menutup pori seperti material organik, harus
dihilangkan. Material organik akan menghilang
pada pemanasansuhu tinggi tanpaoksigen.
Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan breksi batu apung sebagaipenukar ion
(Cs), dilakukan variasi konsentrasi Cs yang
dikontakkan dengan BBA-300-Na, mulai dari 50,
100, 150, 250, 350, dan 500 ppm seperti disajikan
pada gambar 3. Pada gambar 3 terlihat bahwa
konsentrasi Cs yang optimal dapat tertukar adalah
pada konsentrasi 350 ppm, dengan konsentrasi Cs
yang tertukar sebesar268 ppm masuk dalam BBA-
300 Na.
130-
...~.~.. .
150
E
Q. 140
.3:
f/)
IV
Q.~ .
i: 120.
2.
'Iii' 110
~
100
300
E 250
8: 200
J 150
~ 100
~
£ 50
0
50 100 150 200 250 350 500
[Cs] terserap,ppm
Gambar3.Kurva hZlbZlnganantara {CsJ awal dan
{CsJlerserap.
Dari data-data yang telah diperoleh sepel1i
disajikan baik pada gambar I, 2, maupun pada
gambar 3, masing-masing kondi~i yang optimal
yang telah diperoleh kemudian diterapkan pada
pembuatan komposit keramik limbah (BBA-Cs)..
Untuk menurunkan titik lebur Cs diperlukan
penambahan bahan aditif yaitu kulet. Sebelum
proses solidifikasi pada proses pembuatan keramik
limbah, dilakukan variasi penggunaan kulet sebagai
bahan aditif, variasi penggunaan kulet berdasarkan
perbandingan prosen berat antara BBA-300-Na dan
kulet. Perbandingan prosesnberat BBA-300-Na dan
kulet masing-masing adaiah 20 : 80; 30 : 70; 40 :
60; dan 50 : 50. Masing-masing perbandingan berat
tersebut kemudian dibuat pe)et dengan ditekan
dengan tekanan 50 kilo newton, kemudian dibakar
pada suhu 680 °c. Pemilihan temperatur
pembakaran 680 °C., adalah berdasarkan pada titik
lebur Cs :t 700 °c, sehingga pada saatpembakaran
diharapkan Cs tidak akan menguap. Dari 4 macam
perbandingan prosen berat setelah dilakukan proses
solidivikasi , secara visual komposit keramik yang
terbaik adalah pactaperbandingan BBA-300-Na dan
kulet 20 : 80. Hal ini juga didukung dengan data
basil uji komposisi komposit. Uji komposisi yang
dilakukan terhadap komposit BBA-Cs, menunjukan
kandungan Cs yang dapatterkungkung dalam BBA-
Cs adalah 0,0124 %.
I I I I J
0 2 3 5 7
Waktu Ilindi (hari)
Gailibur 4. Kurva hubungan antara waktu lindi
Iowan [CsJ yang terlepas.
Pada gambar 4 kurva, memmjukan
hubllngan antara waktu lindi lawan konsentrasi Cs
yang terlepas. Uji lindi yang dilakukan dengan asam
khlorida , larutan NaOH, masing-masing 0,1 N dan
air laut tidak terjadi pelepasan konsentrasi Cs.
Sedang uji lindi menggunakan asam khlorida, dan
larutan NaOH masing-masing 3 N, menunJukan
pelepasanCs masing-masing 7,26 x 10.sg cm. har,
dan 5,45 x 10'sg cm'2har,1
Untuk mengetahui komposisi mineral yang ada
dalam breksi batu apung, dilakukan analisis
menggunakan XRD, dan analisis XRD dilakukan di
Balai Keramik Bandung. Data hasil uji mineral
menunjukan bahwa mineral penyusun breksi barn
apung adalah mineral magnetit, anorthit, clan
monmorillonit (Iampiran 1).
Untuk mengetahui kekuatan komposit
keramik BBA-Cs yang dihasilkan, dilakukan uji
tekan menggunakan hydrolic pressure dengan hasil
BBA-Cs yany cukup stabil yakni pada tekanan
213,22 N/mm BBA-Cs baru pecah.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh
menunjukan bahwa breksi batu apung dapat
digunakan untuk pertukaran ion, dengan proses
perlakuan awal lolos 200 mesh, aktivasi fisis yang
optimal dengan dikalsinasi pacta suhu 300 °C,
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta. 25 -26 Juli 2000
5. Supriyanto,C.,dkk ISSN0216-3128 359
aktivasi khemis yang optimal diperoleh dengan
dijenuhkan menggunakan NaCI 1 N waktu
penjenuhan 5 jam, konsentrasi Cs yang optimal 350
ppm, waktu kontak BBA-300-Na dengan Cs yang
optimal 2 jam, perbandingan prosen berat BBA-Cs
dan kulet adalah 20: 80, dengan suhu pembakaran
680 °C selama 3 jam. Berdasarkan beberapa uji
yang telah dilakukan terhadap komposit BBA.Cs,
seperti uji I.indi, uji tekan, dan uji mineral,
menunjukan bahwa komposit nnA-Cs yang
dihasilkan cukup stabil .
TANYA JAWAB
DAFT AR PUST AKA
I. BENEFIELD, L.D & JOSEPH F.H, "Process
Chemistry for Water and Waterwaste
Treatment", Prentice Hill Inc Englewood Cliffs,
New Jersey, 1982,pp 365 -399.
2. SOEMARWOTO, 0., "Analisis Dampak
Lingkungan", Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta,1988.
3. Anonim,Peraturan No 19/tahun
1994,"Pengolahan Limbah Bahan Beracun dan
Berbahaya".
4. PC.SUMARDl, "Pengembangan teknologi
keramik maju berbasis sumber daya lokal",
Seminar Teknologi Keramik, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1993.
5. KUNRAT, T.S., 1993, "Batu apung Indonesia
dan prospeknya", Buletin PPPTM, 3, Volume 15
No3.
..., '" '~~"-'
Lampiran
Ii: ;-;;:.-:::=-- ~.:=~ ;2:;-:;::'::::::~;::::---'..
,.,
'"
.,
JI
..
i~~,.' I
" "i :~ ~ '
,,-..,. ..[:~,}.."I 1.J
--.t::.=~:..:=.:. !:!.1 Z::;~1:;::o' -~~;:-.:::-::!!:--c:~~::t:!
~.:~;~'::-~ "'~~r,:I:',;' ==~~--=:::=' ~m_~._. ~'. :",.~..,~.Hasil uji mi/1eral brekl'; batu apung
~
SusannaT.S. '.
)- penggunaan breksi barn apung untuk
mengungkung Cs dalam bentuk komposit
keramik, sebagimana dengan logam-logarn yang
lain yang actadalam suatu limbah ?
Supriyanto
-<>-Pada tahap penelitian ini logam Cs yang
digunakan sebagai limbah, karena Cs-137
merupakan limbah nuklir yang mempunyai
)vaktu paruh yang cukup lama, sedang
logam-logam yang lain belum dilakukan.
Isyunlarto
)- Bagaiman tindak lanjut dari penelitian ini ?
)- Apakah selain batu apung, dapatjuga digunakan
bahan lain?
Supriyanto
-<>Tindak lanjut penelitian ini dengan
melakukan penelian menggunakan logam-
logam campuran khususnya logam-logam B-
3 seperti Pb, Cd, Cr dll. Yang ado dalam
/imbah industri,
-<>Dapat, seperti zeolit don bentonit yang
memplmyai struktur mineral yang" relatif
sarna dengan breksi batu apung terutama
kandungan Si don Al nya.
Sudarmadjl
)- Suhu kalsinasi hanya sampai 680 DC, apa
akibatnya hila pemanasan> 680 DC.?
)- Uji lucut dilakukan pada suasana air laut asam
dan basa,bagaimana bila pactaair sungai atau air
yang bisa dlkonsumsi sebagaiair minum ?
Supriyanto
-<>Suhu kalsinasi sampai dengan 680 DC.hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi Cs ikut
menguap,karena titik lebuh Cs:t 700 °c.
-<>Uji lucut baru dilakukan pada suasana asam
(HCI) dan Baso (NaOH) serta air laut,
sedang untuk air sungai dan yang lainnya
tidak dilakukan.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar flmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN YoQyakarta. 25 -26 Juli 2000