SlideShare a Scribd company logo
HUKUM PERTAMBANGAN 
SUDIRMAN Ir., MT 
STTNas Yogyakarta
2 
REGULASI DI BIDANG PERTAMBANGAN 
MINERAL DAN BATUBARA 
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan 
Mineral dan Batubara 
2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah 
Pertambangan 
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan 
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara 
4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 ttg pembinaan dan 
pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan 
mineral dan batubara 
5. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi 
dan pasca tambang 
6. Permen ESDM Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan 
Usaha jasa pertambangan 
7. Permen ESDM Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan 
Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara Untuk Kepentingan 
Dalam Negeri 
8. 2 
Permen ESDM No. 17 Tahun 2010 ttg Tata Cara Penetapan Harga 
Penjualan Mineral dan Batubara
Penyelenggaraan 
Penguasaan Pertambangan 
(Mining Right) 
3 
PERTAMBANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NKRI 
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 
(UUD 1945 & UU 32/2004) 
BBAANNGGSSAA I NINDDOONNEESSIAIA 
NNEEGGAARRAA 
PEMERINTAH 
PEMERINTAH 
Kepemilikan 
(Mineral Right) 
Penguasaan 
• Penetapan Kebijakan dan Pengaturan 
• Penetapan Standar dan Pedoman 
• Penetapan Kriteria pembagian 
Urusan Pusat dan Daerah 
• Tanggungjawab pengelolaan 
minerba berdampak nasional dan 
lintas provinsi 
• Penetapan Kebijakan dan Pengaturan 
• Penetapan Standar dan Pedoman 
• Penetapan Kriteria pembagian 
Urusan Pusat dan Daerah 
• Tanggungjawab pengelolaan 
minerba berdampak nasional dan 
lintas provinsi 
PROVINSI 
PROVINSI 
Tanggungjawab pengelolaan lintas 
Kabupaten dan/atau berdampak regional 
Tanggungjawab pengelolaan lintas 
Kabupaten dan/atau berdampak regional 
Perda 
Perda 
KABUPATEN / KOTA 
KABUPATEN / KOTA 
Tanggungjawab pengelolaan di 
Tanggungjawab pengelolaan di 
Wilayah Kabupaten/Kota 
Wilayah Kabupaten/Kota 
Perda 
Perda 
PELAKU USAHA 
PELAKU USAHA 
Badan Usaha (BUMN / BUMD, Badan 
Usaha Swasta) dan perseorangan) 
Badan Usaha (BUMN / BUMD, Badan 
Usaha Swasta) dan perseorangan) 
+ Desentralisasi 
+ Dekonsentrasi 
Hak Pengusahaan 
(Economic Right) 
Undang-Undang
PENGUASAAN MINERAL DAN BATUBARA (Pasal 4 dan 5 UU No. 4 Th 2009) 
Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan 
merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar 
kesejahteraan rakyat. 
Penguasaan mineral dan batubara oleh negara diselenggarakan oleh 
Pemerintah dan / atau pemerintah daerah. 
Untuk kepentingan nasional, Pemerintah setelah berkonsultasi dengan 
Dewan Perwakilan Republik Indonesia dapat menetapkan kebijakan 
pengutamaan mineral dan / atau batubara untuk kepentingan dalam negari. 
Kepentingan nasional dimaksud dapat dilakukan dengan pengendalian 
produksi dan ekspor. 
Dalam melaksanakan pengendalian, Pemerintah mempunyai kewenangan 
untuk menetapkan jumlah produksi tiap-tiap komoditas per tahun setiap 
provinsi. 
Pemerintah daerah wajib mematuhi ketentuan jumlah yang ditetapkan oleh 
Pemerintah. 
6
WILAYAH PERTAMBANGAN (WP) 
POLA PIKIR 
HARUS DDAAPPAATT DDIIMMAANNFFAAAATTKKAANN 
SSEERRAACCAA OOPPTTIIMMAALL 
EEKKSSPPLLOOIITTAASSII ((MM && BBBB)):: 
• DDAAPPAATT MMEENNIIMMBBUULLKKAANN DDAAMMPPAAKK 
NNEEGGAATTIIFF TTEERRHHAADDAAPP LLIINNGGKKUUNNGGAANN 
• KKOONNFFLLIIKK PPEENNGGGGUUNNAAAANN LLAAHHAANN 
MMIINNEERRAALL DDAANN BBAATTUUBBAARRAA 
PPEERRLLUU DDIIBBUUAATT 
WWIILLAAYYAAHH PPEERRTTAAMMBBAANNGGAANN 
((MMIINNEERRAALL DDAANN BBAATTUUBBAARRAA)) 
YYAANNGG MMEEMMPPEERRTTIIMMBBAANNGGKKAANN 
KKEESSEEIIMMBBAANNGGAANN DDAANN 
DDAAYYAA DDUUKKUUNNGG LLIINNGGKKUUNNGGAANN 
DDIIUUSSUULLKKAANN UUNNTTUUKK DDIIJJAADDIIKKAANN 
WWIILLAAYYAAHH PPEERRTTAAMMBBAANNGGAANN 
DDAALLAAMM RRTTRRWW 
DDEEPPOOSSIITT 
SSUUMMBBEERR DDAAYYAA MMIINNEERRAALL 
DDAANN BBAATTUUBBAARRAA 
•RRTTRRWW KK ((KKAABBUUPPAATTEENN)) 
•RRTTRRWW PP ((PPRROOVVIINNSSII)) 
•RRTTRRWW NN ((NNAASSIIOONNAALL)) 
• WWPP HHAARRUUSS DDIISSAAMMPPAAIIKKAANN KKEE PPEEMMEERRIINNTTAAHH 
• JJIIKKAA TTEERRJJAADDII DDIISSPPUUTTEE WWPP DDEENNGGAANN ““PPEERRUUNNTTUUKKAANN 
LLAAIINN”” DDIISSAAMMPPAAIIKKAANN KKEE BBKKTTRRNN JJIIKKAA WWPP TTEERRSSEEBBUUTT 
7 
OOLLEEHH BBKKTTRRNN MMEENNJJAADDII ““PPEERRUUNNTTUUKKAANN LLAAIINN”” MMAAKKAA 
LLAANNGGSSUUNNGG JJAADDII WWPPNN
8 
RTRWN 
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya 
Kawsn Peruntukkan 
Pertambangan 
WUP WPR WPN 
Peruntukkan lain 
8 WP 
WPN 
WILAYAH PERTAMBANGAN 
WUP 
(dalam hutan lindung dengan 
pola penambangan tertutup 
sesuai UU 41/1999 
dan PP 15 Tahun 2010)
I. WILAYAH PERTAMBANGAN 
Penyiapan wilayah pertambangan (WP) : 
a. Perencanaan WP 
b. Penetapan WP 
A. PERENCANAAN WILAYAH PERTAMBANGAN 
Perencanaan WP melalui tahapan : 
a. Inventarisasi potensi pertambangan 
b. Penyusunan rencana WP 
1. INVENTARISASI POTENSI PERTAMBANGAN 
Inventarisasi potensi pertambangan dilakukan melalui kegiatan penyelidikan 
dan penelitian pertambangan untuk memperoleh data dan informasi : 
a). Formasi batuan pembawa mineral logam dan / atau batubara 
b). Data geologi hasil evaluasi dari kegiatan pertambangan yang sedang 
berlangsung, telah berakhir, dan / atau telah dikembalikan kepada 
Menteri, 
gubernur, atau bupati /walikota sesuai dengan kewenangannya 
c). Data perizinan hasil inventarisasi terhadap perizinan yang masih berlaku, 
yang sudah berakhir, dan / atau yaang sudah dikembalikan kepada 
Menteri, 
gubernur, atau bupati / walikotasesuai dengan kewenangannya 
d). Interpretasi penginderaan jarak jauh berupa pola struktur maupun 
9
Penyelidikan dan penelitian pertambangan dilakukan oleh : 
a). Menteri, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah : 
1). lintas wilayah provinsi 
2). laut dengan jarak lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai 
3). berbatasan langsung dengan negara lain. 
b). Gubernur, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah : 
1). lintas wilayah kabupaten / kota 
2). laut dengan jarak 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari 
garis pantai 
c). Bupati / Walikota, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah : 
1). kabupaten / kota 
2). laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai. 
Dalam hal wilayah laut berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan 
dengan jarak kurang dari 24 (dua puluh empat)mil, wilayah penyelidikan dan 
penelitian masing-masing provinsi dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis 
tengah. Kewenangan bupati / walikota pada wilayah laut ini sejauh 1/3 
(sepertiga) dari garis pantai masing-masing wiayah kewenangan gubernur. 
10
Untuk menunjang penyiapan WP Menteri atau gubernur dapat memberikan 
penugasan kepada lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah, 
dimana lembaga riset negara dapat melakukan kerja sama teknik dengan 
lembaga riset asing setelah mendapat persetujuan dari Menteri. 
Disamping untuk penyiapan WP penugasan juga untuk pengembangan ilmu 
pengetahuan dan teknologi pertambangan. 
Baik lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah maupun lembaga 
riset asing wajib menyimpan, mengamankan, dan merahasiakan data dan 
informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan. 
Lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah wajib menyerahkan 
seluruh data dan informasi potensi pertambangan yang diperolehnya kepada 
Menteri atau gubernur yang memberi penugasan. 
Lembaga riset asing wajib menyerahkan seluruh data dan informasi 
pertambangan yang diperolehnya kepada lembaga riset negara yang bekerja 
sama dengannya paling lambat pada tanggal berakhirnya kerja sama. 
Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya menetapkan wilayah 
penugasan penyelidikan dan penelitian pertambangan yang akan 
dilaksanakan oleh lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah dan 
dituangkan dalam peta. 
11
Data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan yang 
dilakukan oleh Menteri, gubernur, dan bupati / walikota dan lembaga riset 
berdasarkan penugasan dari Menteri atau gubernur diolah menjadi peta 
potensi mineral dan / atau batubara menggunakan standar nasional 
pengolahan data geologi. 
Menteri melakukan evaluasi berdasarkan peta potensi mineral dan / atau 
batubara. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan penyusunan rencana WP. 
2. PENYUSUNAN RENCANA WILAYAH PERTAMBANGAN 
Rencana WP dituangkan dalam lembar peta dalam bentuk digital dan 
merupakan zona yang didelineasi dalam garis putus-putus. 
B. PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN 
Rencana WP ditetapkan oleh Menteri menjadi WP setelah berkoordinasi 
dengan gubernur, bupati / walikota dan berkonsultasi dengan DPR. 
WP dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. 
Gubernur atau bupati / walikota dapat mengusulkan perubahan WP kepada 
Menteri berdasarkan hasil penyelidikan dan penelitian. 
WP terdiri dari : 
a. WUP 
b. WPR 
c. WPN 
12
1. WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN 
Penyiapan WUP dilakukan melalui kegiatan : 
a. Perencanaan WUP 
b. Penetapan WUP 
a. Perencanaan WUP disusun melalui tahapan : 
1). Eksplorasi 
2). Penyusunan rencana WUP 
13
– WUP yaitu Bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan 
data, potensi dan/atau informasi geologi yang berprospek 
untuk diusahakan 
– Memiliki satu atau lebih jenis mineral dan atau batubara  
dapat terdiri dari WUP mineral logam, WUP mineral batubara, 
WUP mineral bukan logam, WUP batuan, WUP radioaktif 
– Ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan 
pemerintah daerah 
– Untuk WUP mineral radioaktif, penetapannya dilakukan oleh 
Menteri berdasarkan usulan dari instansi yang 
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang 
ketenaganukliran 
– Penetapan WUP disampaikan secara tertulis kepada DPR 
– Pemerintah dapat melimpahkan kepada Gubernur dalam 
penetapan WUP Mineral Bukan Logam dan WUP Batuan 
(dekonsentrasi) 
– WUP merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai 
dengan rencana tata ruang 
14
WUP dan WPN ditetapkan oleh Menteri. 
WPR ditetapkan oleh bupati / walikota. 
Untuk menetapkan WUP, WPR, dan WPN Menteri, gubernur, atau bupati / 
walikota sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan eksplorasi untuk 
memperoleh data dan informasi berupa : 
a). Peta yang terdiri dari : 
(1). peta geologi dan peta formasi pembawa mineral dan/ atau batuan 
(2). peta geokimia dan peta geofisika 
b). Perkiraan sumber daya dan cadangan. 
Data dan informasi hasil eksplorasi yang dilakukan oleh gubernur dan 
bupati / walikota diolah menjadi peta potensi / cadangan mineral dan / atau 
batubara dalam bentuk lembar peta dan digital. 
Gubernur dan bupati / walikota wajib menyampaikan potensi / cadangan 
mineral dan / atau batubara beserta laporan hasil eksplorasi kepada Menteri. 
a. Penyusunan rencana wilayah usaha pertambangan 
Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana 
penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WUP berdasarkan : 
1). Peta potensi mineral dan / atau batubara 
2). Peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara. 15
Kriteria WUP : 
a). Memiliki formasi batuan pembawa batubara, formasi batuan pembawa 
mineral logam, dan / atau formasi batuan pembawa mineral radioaktif, 
termasuk wilayah lepas pantai berdasarkan peta geologi; 
b). Memiliki singkapan geologi untuk mineral radioaktif, mineral logam, 
batubara, mineral bukan logam, dan / atau batuan; 
c). Memiliki potensi sumber daya mineral atau batubara; 
d). Memiliki 1 (satu) atau lebih jenis mineral termasuk mineral ikutannya dan 
/ atau batubara; 
e). Tidak tumpang tindih dengan WPR dan /atau WPN; 
f). Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan 
pertambangan secara berkelanjutan; dan 
g). Merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana 
tata ruang. 
b. Penetapan wilayah usaha pertambangan 
Rencana WUP atau Wilayah di dalam WP yang memenuhi kriteria ditetapkan 
menjadi WUP oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan gubernur dan 
bupati / walikota setempat. Berkoordinasi dimaksudkan untuk menetapkan 
batas dan luas WIUP mineral logam dan /atau batubara. 16
17 
WWIILLAAYYAAHH IIZZIINN UUSSAAHHAA 
PPEERRTTAAMMBBAANNGGAANN ((WWIIUUPP)) DDAALLAAMM WWUUPP 
 WIUP adalah wilayah dalam WUP yang diberikan kepada 
pemegang IUP 
 Terdiri dari WIUP batubara, WIUP mineral radioaktif, WIUP 
mineral logam, WIUP mineral bukan logam dan WIUP batuan 
 WIUP mineral logam dan batubara ditetapkan oleh Menteri 
(setelah berkoordinasi dengan Pemda), diperoleh dengan cara 
lelang oleh Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai 
kewenangannya 
 WIUP mineral bukan logam dan batuan ditetapkan oleh 
Pemerintah/Pemda (sesuai kewenangannya) dengan cara 
permohonan wilayah dalam suatu WUP yang telah ditetapkan 
Pemerintah 
 Kriteria penetapan WIUP; letak gepgrafis, kaidah konservasi, 
daya dukung lingkungan, optimalisasi sunberdaya minerba dan 
tingkat kepadatan penduduk.
c. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan 
Kriteria penetapan WIUP : 
a). letak geografis; 
b). kaidah konservasi; 
c). daya dukung lingkungan; 
d). optimalisasi sumberdaya minerba; dan 
e). tingkat kepadatan pendduduk. 
2. WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT 
(1). Bupati / walikota menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam 
WP menjadi WPR berdasarkan : 
a). Peta potensi mineral dan / atau batubara 
b). Peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara. 
(2). WPR harus memenuhi kriteria : 
a). Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan / 
atau diantara tepi dan tepi sungai (daerah akumulasi pengayaan 
mineral sekunder/paystreak dalam suatu meander sungai); 
b). Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman 
maksimal 25 (dua puluh lima) meter; 
c). Merupakan endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba; 
18
d). Luas maksimal WPR sebesar 25 (dua puluh lima) hektar; 
e). Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; 
f). Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah 
dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun; 
g). Tidak tumpang tindih dengan WUP dan WPN;dan 
h). Merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana 
tata ruang. 
(3). Dalam menetapkan WPR bupati / walikota berkewajiban melakukan 
pengumuman mengenai rencana WPR kepada masyarakat secara 
terbuka. 
(4). Pengumuman rencana WPR dilakukan di kantor desa/kelurahan dn 
kantor 
instansi terkait, dilengkapi dengan peta situasi yang menggambarkan 
lokasi, luas, dan batas serta daftar koordinat, dan dilengkapi daftar 
pemegang hak atas tanah yang berada dalam WPR. 
(5). Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan 
tetapi belum ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk ditetapkan 
sebagai WPR. 
(6). Wilayah di dalam WP yang memenuhi kriteria ditetapkan menjadi WPR 
oleh bupati / walikota setempat setelah berkoordinasi dengan 
pemerintah provinsi dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat 
kabupaten / kota. 
19
(6). Penetapan WPR disampaikan secara tertulis oleh bupati / walikota 
kepada 
Menteri dan gubernur. 
(7). Koordinasi dilakukan untuk mendapatkan pertimbangan berkaitan 
dengan 
data dan informasi yang dimiliki pemerintah provinsi yang bersangkutan. 
(8). Konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten / kota 
untuk menetapan WPR yang didasarkan pada perencanaan dengan 
melakukan sinkronisasi data dan informasi melalui sistem informasi WP. 
20
3. WILAYAH PENCADANGAN NEGARA 
a. Penyusunan rencana penetapan wilayah pencadangan negara 
Menteri menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi 
WPN berdasarkan : 
1). Peta potensi mineral dan / atau batubara 
2). Peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara. 
WPN harus memenuhi kriteria : 
a). Memiliki formasi batuan pembawa mineral radioaktif, mineral logam,dan / 
atau batubara berdasarkan peta / data geologi 
b). Memiliki singkapan geologi untuk mineral radioaktif, logam, dan / atau 
batubara berdasarklan peta / data geologi 
c). Memiliki potensi / cadangan mineral dan / atau batubara 
d). Untuk keperluan konservasi komoditas tambang 
e). Berada pada wilayah dan / atau pulau yang berbatasan dengan negara 
lain 
f). Merupakan wilayah yang dilindungi 
g). Berada pada pulau kecil dengan luas maksimal 2.000 (dua ribu) kilometer 
persegi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
21
b. Penetapan wilayah pencadangan negara dan wilayah usaha pertambangan 
khusus 
Wilayah di dalam WP yang memenuhi kriteria ditetapkan menjadi WPN oleh 
Menteri setelah memperhatikan aspirasi daerah dan mendapat persetujuan 
dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 
WPN dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WUPK. 
WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan sebagian 
luas wilayahnya setelah berubah statusnya menjadi WUPK dengan 
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. 
Perubahan status WPN menjadi WUPK diusulkan oleh Menteri dengan 
mempertimbangkan : 
a). Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri 
b). Sumber devisa negara 
c). Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana 
d). Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi 
e). Daya dukung lingkungan 
f). Penggunaan teknologi tinggidan modal ibvestasi yang besar. 22
c. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan khusus 
Untuk menetapkan WIUPK dalam suatu WUPK harus memenuhi kriteria : 
a). Letak geografis 
b). Kaidah konservasi 
c). Daya dukung lingkungan 
d). Optimalisasi sumber daya mineral dan / atau batubara 
e). Tingkat kepadatan penduduk. 
(1). Untuk kepentingan strategis nasional, yaitu untuk : 
- mendorong pertumbuhan ekonomi nasional 
- ketahanan energi dan industri strategis nasional 
- meningkatkan daya saing nasional dalam menghadapi tantangan global 
Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik 
Indonesia dan dengan memperhatikan aspirasi daerah menetapkan WPN 
sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas tertentu antara lain : 
- tembaga 
- timah 
- emas 
- besi 
- nikel 
- bauksit 
- batubara 
23
dan daerah konservasi dimaksud mencakup upaya pengelolaan 
mineral dan / atau batubara yang keberadaannya terbatas dalam rangka 
menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan. 
(2). WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan 
sebagian luas wilayahnya dimaksud untuk menentukan persentase 
besaran luas wilayah yang akan diusahakan dengan persetujuan Dewan 
Perwakilan Raktyat Republik Indonesia. 
(3). WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan waktu 
dimaksud adalah WPN yang ditetapkan untuk konservasi dapat 
diusahakan setelah melewati jangka waktu tertentu. 
(4). Wilayah yang akan diusahakan berubah statusnya menjadi WUPK. 
(5). WUPK yang akan diusahakan ditetapkan oleh Pemerintah setelah 
berkoordinasi dengan pemerintah daerah. 
(6). Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan di WUPK dilakukan dalam 
bentuk IUPK. 
24
(7). Satu WUPK terdiri atas 1(satu) atau beberapa WIUPK yang berada pada 
lintas wilayah provinsi, lintas wilayah kabupaten / kota, dan / atau dalam 
1 (satu) wilayah kabupaten / kota. 
(8). Luas dan batas WIUPK mineral logam dan batubara ditetapkan oleh 
Pemerintah berkoordinasi dengan pemerintah daerah berdasarkan 
kriteria dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. 
25
WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan berada pada : 
a. Lintas wilayah provinsi dan / atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil 
dari garis pantai, ditetapkan oleh Menteri pada WUP; 
b. Lintas kabupaten / kota dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil dari garis 
pantai sampai dengan 12 (dua belas) mil ditetapkan oleh gubernur pada 
WUP; dan / atau 
c. Kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari 
garis pantai ditetapkan oleh bupati / walokota pada WUP. 
Pada wilayah laut yang berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan 
dengan jarak kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, wilayah kewenangan 
masing-masing provinsi dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah. 
Dalam hal ini kewenangan bupati / walikota pada wilayah laut sejauh 1/3 
(sepertiga) dari garis pantai masing-masing wilayah kewenangan gubernur. 
Disamping itu penetapan WUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang 
berada pada lintas kabupaten / kota dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil 
dari garis pantai sampai dengan 12 (dua belas) mil dan / atau berada pada 
kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari 
garis pantai dapat dilimpahkan oleh Menteri kepada gubernur. 26
- WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan ditetapkan oleh Menteri, 
gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya 
berdasarkan permohonan dari badan usaha, koperasi, atau perseorangan. 
- Dalam hal di WIUP mineral logam dan / atau batubara terdapat komoditas 
tambang lainnya yang berbeda, untuk mengusahakan komoditas tambang 
lainnya wajib ditetapkan WIUP terlebih dahulu. 
USAHA PERTAMBANGAN 
Usaha pertambangan dikelompokkan atas : 
a. pertambangan mineral 
b. pertambangan batubara 
Pertambangan mineral digolongkan atas : 
a. pertambangan mineral radioaktif 
b. pertambangan mineral logam 
c. pertambangan mineral bukan logam 
d. pertambangan batuan. 
27
1. Usaha pertambangan dilakukan berdasarkan IUP, IPR, atau IUPK. 
2. IUP, IPR, atau IUPK diberikan dalam WIUP untuk IUP, WPR untuk IPR, atau 
WIUPK untuk IUPK. 
3. WIUP berada dalam WUP yang ditetapkan oleh Menteri 
4. WPR ditetapkan oleh bupati / walikota 
5. WIUPK berada dalam WUPK yang ditetapkan oleh Menteri 
6. WUP, WPR, atau WUPK berada dalam WP 
Untuk memperoleh IUP, IPR, dan IUPK pemohon harus memenuhi 
persyaratan : 
1. administratif 
2. teknis 
3. lingkungan 
4. finansial 
II. IZIN USAHA PERTAMBANGAN 
IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan 
kewenangannya berdasarkan permohonan yang diajukan oleh : 
a. Badan usaha 
b. Koperasi 
c. perseorangan 28
Badan usaha dapat berupa badan usaha swasta, BUMN, atau BUMD 
Perseorangan dapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma, atau 
perusahaan komanditer 
IUP diberikan setelah mendapatkan WIUP 
Dalam 1 (satu) WIUP dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IUP 
IUP diberikan melalui tahapan : 
a. Pemberian WIUP; dan 
b. Pemberian IUP. 
A. PEMBERIAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN (WIUP) 
WIUP mineral logam dan batubara diperoleh dengan cara lelang 
WIUP mineral bukan logam dan batuan diperoleh dengan cara mengajukan 
permohonan wilayah. 
Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP 
Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUP. 
29
Dalam hal pemohon merupakan badan usaha yang telah terbuka (go public) 
dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP. 
1. TATA CARA PEMBERIAN WIUP MINERAL LOGAM DAN BATUBARA 
1). Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara 
Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya 
mengumumkan secara terbuka WIUP yang akan dilelang kepada badan 
usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu paling lambat 3 
(tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang. 
2). Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara : 
a). Menteri harus mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati / 
walikota 
b). gubernur harus mendapat rekomendasi dari bupati / walikota. 
3). Gubernur atau bupati / walikota memberikan rekomendasi dalam jangka 
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan 
rekomendasi 
30
4). Dalam pelaksanaan pelelangan WIUP mineral logam dan / atau batubara 
dibentuk panitia lelang oleh : 
a). Menteri, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada di lintas provinsi 
dan / atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai; 
b). gubernur, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada di lintas 
kabupaten / kota dalam 1 (satu) provinsi dan / atau wilayah laut 4 
(empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai; dan 
c). bupati / walikota, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada dalam 1 
(satu) wilayah kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 
4 
(empat) mil dari garis pantai. 
5). Panitia lelang WIUP mineral logam dan / atau batubara beranggotakan 
gasal dan memiliki kompetensi di bidang pertambangan mineral dan/ atau 
batubara yang ditetapkan oleh : 
a). Menteri, paling sedikit 7 (tujuh) orang; 
b). gubernur, paling sedikit 5 (lima) orang; dan 
c). bupati / walikota, paling sedikit 5 (lima) orang. 
31
6). Tugas dan wewenang panitia lelang WIUP mineral logam dan / atau 
batubara: 
a). menyiapkan lelang WIUP 
b). menyiapkan dokumen lelang WIUP 
c). menyusun jadwal lelang WIUP 
d). mengumumkan waktu pelaksanaan lelang WIUP 
e). melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua) kali, apabila 
peserta lelang WIUP hanya 1 (satu) 
f). menilai kualifikasi peserta lelang WIUP 
g). melakukan evaluasi terhadap penwaran yang masuk 
h). melaksanakan lelang WIUP 
i). membuat berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan 
pemenang lelang. 
7). Peserta lelang harus memenuhi persyaratan : 
a). administratif 
b). teknis 
c). finansial. 
32
8). Persyaratan administratif : 
a). badan usaha, perusahaan firma, dan perusahaan komanditer : 
(1). mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang 
(2). profil badan usaha/perusahaan 
(3). akte pendirian badan usaha/perusahaan yang bergerak di bidang 
usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang 
berwenang 
(4). nomor pokok wajib pajak (NPWP). 
b). koperasi : 
(1). mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang 
(2). profil koperasi 
(3). akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha 
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang 
(4). nomor pokok wajib pajak (NPWP). 
c). orang perseorangan : 
(1). mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang 
(2). kartu tanda penduduk (KTP) 
(3). nomor pokok wajib pajak (NPWP). 
33
9). Persyaratan teknis : 
a). pengalaman badan usaha, koperasi, atau perseorangan di bidang 
pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau 
bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan 
induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang 
pertambangan; 
b). mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam bidang 
pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 
(tiga) tahun; dan 
c). rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 4 (empat) tahun 
eksplorasi. 
10). Persyaratan finansial : 
a). laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik; 
b). menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai 
di bank pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai 
kompensasi data informasi atau dari total biaya pengganti investasi 
untuk lelang WIUP yang telah berakhir; dan 
c). pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu 
paling lambat 5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman pemenang 
lelang. 
34
11). Prosedur lelang meliputi : 
a). pengumuman prakualifikasi 
b). pengambilan dokumen prakualifikasi 
c). pemasukan dokumen prakualifikasi 
d). evaluasi prakualifikasi 
e). klarifikasi dan konfirmasi terhadap dokumen prakualifikasi 
f). penetapan hasil prakualifikasi 
g). pengumuman hasil prakualifikasi 
h). undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi 
i). pengambilan dokumen lelang 
j). penjelasan lelang 
k). pemasukan penawaran harga 
l). pembukaan sampul 
m). penetapan peringkat 
n). penetapan /pengumuman pemenang lelang yang dilakukan 
berdasarkan penawaran harga dan pertimbangan teknis 
o). memberi kesempatan adanya sanggahan atas keputusan lelang. 
35
12). Penjelasan lelang dilakukan oleh panitia lelang WIUP kepada peserta 
lelang yang lulus prakualifikasi untuk menjelaskan data teknis berupa : 
a). lokasi 
b). koordinat 
c). jenis mineral, termasuk mineral ikutannya, dan batubara 
d). ringkasan hasil penelitian dan penyelidikan 
e). ringkasan hasil eksplorasi pendahuluan apabila ada 
f). status hukum. 
13). Panitia lelang dapat memberikan kesempatan kepada peserta lelang 
WIUP yang lulus prakualifikasi untuk melakukan kunjungan lapangan 
dalam jangka waktu yang disesuaikan dengan jarak lokasi yang akan 
dilelang setelah mendapatkan penjelasan lelang. 
14). Dalam hal peserta pelelangan WIUP yang akan melakukan kunjungan 
lapangan mengikutsertakan warga negara asing wajib memenuhi 
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
36
15). Biaya yang diperlukan untuk melakukan kunungan lapangan dibebankan 
kepada peserta pelelangan WIUP. 
16). Jangka waktu prosedur pelelangan ditetapkan paling lama 35 (tiga puluh 
lima) hari kerja sejak pemasukan penawaran harga. 
17). Hasil pelaksanaan lelang WIUP dilaporkan oleh panitia lelang kepada 
Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan 
kewenangannya 
untuk ditetapkan pemenang lelang WIUP. 
18). Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan 
kewenangannya : 
a). berdasarkan usulan panitia lelang menetapkan pemenang lelang WIUP 
mineral logam dan / atau batubara. 
B). memberitahukan secara tertulis penetapan pemenang lelang WIUP 
mineral logam dan / atau batubara kepada pemenang lelang. 
37
19). Apabila peserta lelang yang memasukkan penawaran harga hanya 
terdapat 1 (satu) peserta lelang, dilakukan pelelangan ulang. 
20). Dalam hal peserta lelang ulang tetap hanya 1 (satu) peserta, ditetapkan 
sebagai pemenang dengan ketentuan harga penawaran harus sama atau 
lebih tinggi dari harga dasar lelang yang telah ditetapkan. 
2. TATACARA PEMBERIAN WIUP MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN 
1). Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam atau batuan, badan 
usaha, koperasi, atau perseorangan mengajukan permohonan wilayah 
kepada : 
a). Menteri, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah provinsi 
dan / atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai; 
b). Gubernur, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah 
kabupaten / kota dalam 1 (satu) provinsi dan / atau wilayah laut 4 
(empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil; dan 
c). Bupati / walikota, untuk permohonan WIUP yang berada dalam 1 
(satu) wilayah kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 
4 
(empat) mil. 
38
2). Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam atau batuan : 
a). Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari gubernur 
dan bupati /walikota 
b). Gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati / 
walikota. 
3). Gubernur atau bupati / walikota memberikan rekomendasi dalam jangka 
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimya permintaan 
rekomendasi. 
4). Pemberian WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang terlebih 
dahulu telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur 
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara 
nasional dan membayar biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta, 
memperoleh prioritas pertama untuk memdapatkan WIUP. 
5). Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya 
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterima 
permohonan wajib memberikan keputusan menerima atau menolak atas 
permohonan WIUP. 39
6). Keputusan menerima disampaikan kepada pemohon WIUP disertai 
dengan penyerahan peta WIUP berikut batas dan koordinat WIUP. 
7). Keputusan menolak harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon 
WIUP disertai dengan alasan penolakan. 
B. PEMBERIAN IUP 
IUP terdiri atas : 
a. IUP Eksplorasi 
b. IUP Operasi Produksi 
IUP Eksplorasi terdiri atas : 
a. mineral logam 
b. batubara 
c. mineral bukan logam 
d. batuan 
IUP Operasi Produksi terdiri atas : 
a. mineral logam 
b. batubara 
c. mineral bukan logam 
d. batuan 
40
IUP Eksplorasi IUP Operasi Produksi (OP) *) 
41 
PPEERRIIZZIINNAANN IIUUPP 
KKeeggiiaattaann 
UUssaahhaa 
PU Ekplorasi Penambangan Pengolahan/ 
*) Penambangan atau Pengolahan dapat dilakukan terpisah 
Pemurnian 
Pengangkutan 
dan Penjualan 
Apabila Pengolahan terpisah harus 
memiliki kerjasama dengan 
Pemegang IUP OP Penambangan 
FS
Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi : 
a. administrasi 
b. teknis 
c. lingkungan 
d. finansial. 
Persyaratan administrasi untuk : 
a. badan usaha, perusahaan firma, dan perusahaan komanditer : 
1). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan 
batubara : 
a). Surat permohonan 
b). Susunan direksi/pengurus dan daftar pemegang saham 
c). Surat keterangan domisili. 
2). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produkai mineral bukan logam dan 
batuan : 
a). Surat permohonan 
b). Profil badan usaha 
c). Akte pendirian badan usaha/perusahaan yang bergerak di bidang 
usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang 
berwenang 
d). Nomor Pokok Wajib Pajak 
e). Susunan direksi/pengurus dan daftar pemegang saham 
f). Surat keterangan domisili. 
42
b. koperasi : 
1). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara : 
a). Surat permohonan 
b). Susunan pengurus 
c). Surat keterangan domisili. 
2). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan 
batuan 
a). Surat permohonan 
b). Profil koperasi 
c). Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha 
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang 
d). Nomor pokok wajib pajak 
e). Susunan pengurus 
f). Surat keterangan domisili 
c. orang perseorangan : 
1). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara : 
a). Surat permohonan 
b). Surat keterangan domisili. 
43
2). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan 
batuan : 
a). Surat permohonan 
b). Kartu tanda penduduk 
c). Nomor pokok wajib pajak 
d). Surat keterangan domisili. 
Persyaratan teknis : 
a. IUP Eksplorasi : 
1). Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli 
pertambangan 
dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun 
2). Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang 
dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang 
berlaku secara nasional. 
b. IUP Operasi Produksi : 
1). Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan 
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang 
berlaku secara nasional 44
2). Laporan lengkap eksplorasi 
3). Laporan studi kelayakan 
4). Rencana reklamasi dan pasca tambang 
5). Rencana kerja dan anggaran biaya 
6). Rencna pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan 
operasi produksi 
7). Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan / atau geologi yang 
berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun. 
Persyaratan lingkungan : 
a. IUP Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan 
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan 
pengelolaan 
lingkungan hidup. 
b. IUP Operasi Produksi : 
1). Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan 
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolan 
lingkungan hidup 
2). Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan 
peraturan perundang-undangan. 45
Persyaratan finansial : 
a. IUP Eksplorasi : 
1). Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan 
eksplorasi 
2). Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang 
WIUP mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran 
lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan 
pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau 
batuan atas permohonan wilayah. 
b. IUP Operasi Produksi : 
1). Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diauditoleh akuntan 
publik 
2). Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir 
3). Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai 
penawaran lelang bagi pemenang lelang WIUP yang telah berakhir. 
46
1. IUP EKSPLORASI 
1). IUP Eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan dari badan usaha, 
koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan WIUP dan 
memenuhi persyaratan. 
2). IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi 
kelayakan. 
3). Pemenang lelang WIUP mineral logam atau batubara harus 
menyampaikan 
permohonan IUP Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / 
walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling 
lambat 
5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang 
WIUP. 
4). Apabila pemenang lelang WIUP dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja 
tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan 
uang jaminan kesungguhan lelang menjadi milik pemerintah atau milik 
pemerintah daerah. 
47
5). Pemenang lelang WIUP yang telah dianggap mengundurkan diri, WIUP 
ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang 
dengan syarat nilai harga kompensasi data informasi sama dengan harga 
yang ditawarkan oleh pemenang pertama. 
6). Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya 
melakukan lelang ulang WIUP apabila peserta lelang tidak ada yang 
berminat. 
7). Menteri menyampaikan penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan / 
atau batuan yang diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau perseorangan 
kepada gubernur dan bupati / walikota untuk mendapatkan rekomendasi 
dalam rangka penerbitan IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan / atau 
batuan. 
8). Gubernur menyampaikan penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan 
/ atau batuan yang diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau 
perseorangan kepada bupati / walikota untuk mendapatkan rekomendasi 
dalam rangka penerbitan IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan / atau 
batuan. 48
9). Gubernuratau bupati / walikota memberikan rekomendasi dalam jangka 
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya tanda bukti 
penyampaian peta WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan. 
10). Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta 
WIUP beserta batas dan koordinat dalam jangka waktu paling lambat 5 
(lima) hari kerja setelah penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan 
/ atau batuan harus menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada 
Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan 
kewenangannya. 
11). Apabila badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu 5 
(lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap 
mengundurkan diri dan uang pencadangan wilayah menjadi milik 
pemerintah atau milik pemerintah daerah. 
12). Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah dianggap 
mengundurkan maka WIUP menjadi wilayah terbuka. 
13). Pemegang IUP Eksplorasi dapat mengajukan permohonan wilayah di luar 
WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan 
kewenangannya untuk menunjang kegiatan pertambangannya. 
49
14). IUP Eksplorasi sekurng-kurangnya memuat : 
a). Nama perusahaan 
b). Lokasi dan luas wilayah 
c). Rencana umum tata ruang 
d). Jaminan kesungguhan 
e). Modal investasi 
f). Perpanjangan waktu tahap kegiatan 
g). Hak dan kewajiban pemegang IUP 
h). Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan 
i). Jenis usaha yang diberikan 
j). Rencana pengembangan dan pemberdayaan mayarakat di sekitar 
wilayah pertambangan 
k). Perpajakan 
l). Penyelesaian perselisihan 
m). Iuran tetap dan iuran eksplorasi 
n). Amdal. 
50
15). Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang 
IUP Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali 
wajib melaporkan kepada pemberi IUP. 
16). Pemegang IUP Eksplorasi yang ingin menjual mineral atau batubara wajib 
mengajukan izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan 
penjualan. 
17). Izin sementara diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota 
sesuai dengan kewenangannya. 
18). Mineral atau batubara yang tergali dikenai iuran produksi. 
19). Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi mineral logam dan / 
atau batubara, mineral bukan logam dan / atau batuan dapat diberikan 
IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain yang 
keterdapatannya berbeda. 
20). Pemberian IUP dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat dari 
pemegang IUP pertama. 
51
IUP Eksplorasi diberikan oleh : 
a. Bupati/walikota apabila WIUP berada didalam satu wilayah 
kabupaten/kota; 
b. Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah 
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi setelah 
mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat 
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 
dan 
c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi 
setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan 
bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan 
peraturan perundang-undangan. 
52
2. IUP OPERASI PRODUKSI 
1). IUP Operasi Produksi diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan 
perseorangan sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi. 
2). Pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi 
sebagai peningkatan dengan mengajukan permohonan dan memenuhi 
persyaratan peningkatan operasi produksi. 
3). IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, 
pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. 
4). Dalam hal lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian serta 
pelabuhan berada di dalam wilayah yang berbeda serta kepemilikannya 
juga berbeda maka IUP Operasi Produksi masing-masing diberikan oleh 
Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 
53
5). Pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan pengangkutan 
dan penjualan dan / atau pengolahan dan pemurnian, kegiatan 
pengangkutan dan penjualan dan / atau pengolahan dan pemurnian 
dapat 
dilakuklan oleh pihak lain yang memiliki : 
a). IUP Operasi Produksi 
b). IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan pengolahan dan 
diberikan : 
(1). Menteri apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan 
lintas provinsi dan negara 
(2). Gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan 
lintas kabupaten / kota 
(3). Bupati / walikota apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan 
dalam 1 (satu) kabupaten / kota. 
c). IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian dan 
diberikan : 
(1). Menteri, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari 
impor/provinsi lain dan / atau lokasi kegiatan pengolahan dan 
pemurnian berada pada lintas provinsi 
(2). Gubernur, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari 
beberapa kabupaten / kotadalam 1 (satu) provinsi dan /atau lokasi 
kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada lintas kabupaten / 
54
(3). Bupati / walikota, apabila komoditas tambang yang akan diolah 
berasal dari 1 (satu) kabupaten / kota dan / atau lokasi kegiatan 
pengolahan dan pemurnian berada pada 1 (satu) kabupaten / kota. 
6). Dalam hal berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disahkan 
oleh instansi yang berwenang berdampak lingkungan pada : 
a). 1 (satu) kabupaten / kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh 
bupati / 
walikota berdasarkan rekomendasi dari Menteri dan gubernur 
b). Lintas kabupaten / kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh gubernur 
berdasarkan rekomendasi dari bupati / walikota 
c). Lintas provinsi, IUP Operasi Produksi diberikan oleh Menteri 
berdasarkan rekomendasi dari bupati / walikota dan gubernur. 
7). Badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli mineral logam atau 
batubara di Indonesia, harus memiliki IUP Operasi Produksi khusus untuk 
pengangkutan dan penjualan dari Menteri, gubernur, atau bupati / 
walikota sesuai dengan kewenangannya. 
8). Pemegang IUP Operasi Produksi dapat mengajukan permohonan wilayah 
di luar WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai 
dengan kewenangannya untuk menunjang kegiatan pertambangannya. 
55
9). IUP Operasi Produksi sekurang-kurangnya memuat : 
a). Nama perusahaan 
b). Luas wilayah 
c). Lokasi penambangan 
d). Lokasi pengolahan dan pemurnian 
e). Pengangkutan dan penjualan 
f). Modal investasi 
g). Jangka waktu berlakunya IUP 
h). Jangka waktu tahap kegiatan 
i). Penyelesaian masalah pertanahan 
j). Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang 
k). Dana jaminan reklamasi dan pascatambang 
l). Perpanjangan IUP 
m). Hak dan kewajiban pemegang IUP 
n). Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar 
wilayah pertambangan 
o). Perpajakan 
p). Penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran 
produksi 
q). Penyelesaian perselisihan 
r). Keselamatan dan kesehatan kerja 
56
s). Konservasi mineral atau batubara 
t). Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri 
u). Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang 
baik 
v). Pengembangan tenaga kerja Indonesia 
w). Pengelolaan data mineral atau batubara 
x). Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan 
mineral atau batubara. 
57
IUP Operasi Produksi diberikan oleh : 
a. bupati/walikota apabila lokasi penambangan, lokasi 
pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam 
satu wilayah kabupaten/kota ; 
b. gubernur apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan 
pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah 
kabupaten/kota yang berbeda setelah mendapatkan 
rekomendasi dari bupati/walikota setempat sesuai dengan 
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 
c. Menteri apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan 
pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah provinsi 
yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari 
gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan 
ketentuan peraturan perundang-undangan. 
58
1. IUP OP meliputi: kegiatan konstruksi, penambangan, 
pengolahan & pemurnian, serta pengangkutan dan 
penjualan 
2. IUP OP KHUSUS UNTUK PENGANGKUTAN DAN 
PENJUALAN 
3. IUP OP KHUSUS UNTUK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN 
4. IUP OP UNTUK PENJUALAN (khusus untuk badan usaha 
yang tidak bergerak pada usaha pertambangan)  
Pasal 105 UU Minerba 
5. Izin Sementara untuk melakukan pengangkutan dan 
penjualan kepada pemegang IUP Eksplorasi 
59
C. PEMASANGAN TANDA BATAS 
1. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diperolehnya IUP Operasi 
Produksi, pemegang IUP Operasi Produksi wajib memberikan tanda batas 
wilayah dengan memasang patok pada WIUP. 
2. Pembuatan tanda batas harus selesai sebelum dimulai kegiatan operasi 
produksi. 
3. Dalam hal terjadi perubahan batas wilayah pada WIUP Opersi produksi, 
harus dilakukan perubahan tanda batas wilayah dengan pemasangan patok 
baru pada WIUP. 
D. KOMODITAS TAMBANG LAIN DALAM WIUP 
1. Dalam hal pada lokasi WIUP ditemukan komoditas tambang lainnya yang 
bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUP, pemegang IUP Eksplorasi 
dan IUP Operasi Produksi memperoleh keutamaan dalam mengusahakan 
komoditas tambang lainnya yang ditemukan. 
2. Dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya harus membentuk 
badan usaha baru. 
60
3. Apabila pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi tidak berminat 
atas komoditas tambang lainnya, kesempatan pengusahaannya dapat 
diberikan kepada pihak lain dan diselenggarakan dengan cara lelang atau 
permohonan wilayah. 
4. Pihak lain yang mendapatkan IUP berdasarkan lelang atau permohonan 
wilayah harus berkoordinasi dengan pemegang IUP Eksplorasi dan IUP 
Operasi Produksi pertama. 
E. PERPANJANGAN IUP OPERASI PRODUKSI 
1. Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Menteri, 
gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya paling 
cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka 
waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP. 
61
2. Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi paling sedikit harus 
dilengkapi : 
a. peta dan batas koordinat wilayah 
b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir 
c. laporan akhir kegiatan operasi produksi 
d. laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan 
e. rencana kerja dan anggaran biaya 
f. Neraca sumber daya dan cadangan. 
3. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya 
dapat menolak permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi apabila 
pemegang IUP Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, pemegang IUP 
Operasi Produksi tidak menunjukkan kinerja operasi produksi yang baik. 
4. Penolakan harus disampaikan kepada pemegang IUP Opersi Produksi 
paling 
lambat sebelum berakhirnya IUP Opersi Produksi. 
5. Pemegang IUP Opersi Produksi hanya dapat diberikan perpanjangan 
sebanyak 2 (dua) kali, dan setelah itu harus mengembalikan WIUP Operasi 
Produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan 
kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
62
6. Pemegang IUP Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUP 
Opersi Produksi sebanyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun 
sebelum jangka waktu masa berlakunya IUP berakhir, harus menyampaikan 
kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan 
kewenangannya mengenai keberadaan potensi dan cadangan mineral atau 
batubara pada WIUP-nya. 
7. WIUP yang IUP-nya akan berakhir sepanjang masih berpotensi untuk 
diusahaka, WIUPnya dapat ditawarkan kembali melalui mekanisme lelang 
atau permohonan wilayah sesuai dengan ketentuan dalam peraturan 
perundang-undangan. 
8. Dalam pelaksanaan lelang WIUP pemegang IUP sebelumnya mendapat hak 
yang sama. 
63
III. IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT 
1. Kegiatan pertambangan rakyat dikelompokkan sebagai berikut : 
a. pertambangan mneral logam 
b. pertambangan mineral bukan logam 
c. pertambangan batuan 
d. pertambangan batubara. 
2. Bupati / walikota memberikan IPR terutama kepada penduduk setempat, 
baik perorngan maupun kelompok masyarakat dan / atau koperasi. 
3. Bupati / walikota dapat melimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian 
IPR kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
4. IPR diberikan setelah ditetapkan WPR oleh Bupati / walikota. 
5. Dalam 1 (satu) WPR dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IPR. 
6. Untuk memperoleh IPR pemohon wajib menyampaikan surat permohonan 
kepada bupati / walikota. 
64
7. Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang dapat diberikan kepada : 
a. perorangan paling banyak 1 (satu) hektar 
b. kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) hektar 
c. koperasi paling banyak 10 (sepuluh) hektar. 
8. IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat 
diperpanjang. 
9. Pemegang IPR berhak : 
a. mendapat pembinaan dan pengawasan di bidang keselamatan dan 
kesehatan kerja, lingkungan, teknis pertambangan, dan manajemen dari 
Pemerintah dan / atau pemerintah daerah 
b. mendapat bantuan modal sesuai dengan ketentuan peraturan 
perundang-undangan. 
10. Pemegang IPR wajib : 
a. melakukan kegiatan penambangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah 
IPR diterbitkan 
b. mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang keselamatn dan 
kesehatan kerja pertambangan, pengelolaan lingkungan, dan memenuhi 
standar yang berlaku 
65
c. mengelola lingkungan hidup bersama pemerintah daerah 
d. membayar iuran tetap dan iuran produksi 
e. menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan 
rakyat secara berkala kepada pemberi IPR. 
11. Selain kewajiban pemegang IPR dalam melakukan kegiatan 
pertambangan 
rakyat wajib menaati ketentan persyaratan teknis pertambangan. 
12. Pemerintah kabupaten / kota melaksnakan pembinaan di bidang 
pengusahaan, teknologi pertambangan, erta permodalan dan pemasaran 
dalam usaha meningkatkan kemampuan usaha pertambangan rakyat. 
13. Pemerintah kabupaten kota bertanggung jawab terhadap pengamanan 
teknis pada usaha pertambangan rakyat yang meliputi : 
a. keselamatan dan kesehatan kerja 
b. pengelolaan lingkungan hidup 
c. pasca tambang. 
14. Untuk melaksanakan pengamanan teknis pemerintah kabupaten / kota 
wajib mengangkat pejabat fungsional inspektur tambang sesuai dengan 
ketentuan peraturan perundang-undangan. 
66
15. Pemerintah kabupaten / kota wajib mencatat hasil produksi dari seluruh 
kegiatan usaha pertambangan rakyat yang berada dalam wilayahnya dan 
melaporkannya secara berkala kepada Menteri dan gubernur setempat. 
16. Setiap usaha pertambangan rakyat pada WPR dapat dilaksanakan apabila 
telah mendapatkan IPR. 
17. Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi : 
a. persyaratan administratif 
b. persyaratan teknis 
c. persyaratan finansial. 
18. Persyaratan administratif : 
a. orang perseorangan: 
1). Surat permohonan 
2). Kartu tanda penduduk 
3). Komoditas tambang yang dimohon 
4). Surat keterangan dari kelurahan / desa setempat. 
b. kelompok masyarakat : 
1). Surat permohonan 
2). Komoditas tambang yang dimohon 
3). Surat keterangan dari kelurahan / desa setempat. 
67
c. koperasi setempat : 
1). Surat permohonan 
2). Nomor pokok wajib pajak 
3). Akte pendirian koperasiyang telah disahkan oleh pejabat yang 
berwenang 
4). Komoditas tambang yang dimohon 
5). Surat keterangan dari kelurahan / desa setempat. 
19. Persyaratan teknis : 
a. sumuran pada IPR paling dalam 25 (dua puluh lima) meter 
b. menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan 
dengan jumlah tenaga maksimal 25 (dua puluh lima) horse power (HP) 
untuk 1(satu) IPR 
c. tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak. 
20. Persyaratan finansial berupa laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir 
dan 
hanya dipersyaratkan bagi koperasi setempat. 
68
69 
1. Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu WPR 
2. Bupati/walikota menyusun rencana penetapan wilayah didalam WP 
menjadi WPR berdasarkan potensi mineral dan/atau batubara serta peta 
potensi/cadangan mineral dan/atau batubara. 
3. Penetapan WPR dengan kriteria tertentu. 
4. WPR ditetapkan oleh bupati/walikota setempat setelah berkoordinasi 
dengan Pemerintah Provinsi dan berkonsultasi dengan DPRD kab/kota. 
5. Penetapan WPR disampaikan secara tertulis oleh bupati/walikota 
kepada Menteri dan gubernur. 
6. Penetapan WPR didahului dengan pengumuman rencana WPR kepada 
masyarakat secara terbuka, dan penyusunan dokumen lingkungan oleh 
bupati/walikota 
7. WPR tidak boleh tumpang tindih dengan WUP & WPN serta merupakan 
Kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang
70 
a. mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan atau 
tepi dengan tepi sungai; 
b. mempunyai cadangan primer dengan kedalaman maksimal 25 m; 
c. endapan teras, dataran banjir dan endapan sungai purba; 
d. luas maksimal pertambangan rakyat adalah 25 Ha; 
e. menyebutkan jenis komoditi yang akan ditambang; dan/atau 
f. merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah 
dikerjakan sekurang-kurangnya 15 th.
KEWENANGAN PEMERINTAH KAB/KOTA 
a. Pembuatan peraturan perundang-undangan daerah 
b. Pemberian IUP dan IPT, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan 
pengawasan usaha pertambangan yang berada pada wilayah 
kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 mil ; 
c. Pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan 
pengawasan usaha pertambangan operasi produksi yang kegiatannya 
berada pada wilayah Kab/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 mil ; 
d. Penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian serta eksplorasi dalam 
rangka memperoleh data dan informasi minerba sesuai kewenangannya; 
e. Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi sumber daya mineral dan 
71 
batubara, serta informasi pertambangan pada wilayah kabupaten/kota; 
f. Penyusunan neraca sumber daya mineral dan batubara pada 
daerah/wilayah kabupaten/kota; 
g. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dalam usaha 
pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan 
h. Pengembangan & peningkatan nilai tambah kegiatan uasha pertambangan 
secara optimal
KEWENANGAN PEMERINTAH KAB/KOTA 
i. Penyampaian informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum, dan 
72 
penelitian serta eksplorasi kepada Menteri dan Gubernur; 
j. Penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri, serta 
eksplor kepada Menteri dan Gubernur; 
k. Pembinaan dan pengawasan teradap reklamasi dan pasca tambang; dan 
l. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah kabupaten/kota dalam 
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan
IV. IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS 
IUPK diberikan oleh Menteri dengan memperhatikan kepentingan daerah 
dimaksud dalam rangka pemberdayaan daerah. 
IUPK diberikan untuk 1 (satu) jenis mineral logam atau batubara dalam 1 
(satu) WIUPK. 
IUPK diberikan setelah diperoleh WIUPK yang telah ditetapkan oleh Menteri. 
Dalam 1 (satu) WIUPK dapat terdiri atas 1 (satua) atau beberapa IUPK. 
IUPK dapat diberikan kepada badan usaha yang berbadan hukum indonesia, 
baik berupa badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun 
badan usaha swaata. 
IUPK diberikan oleh Menteri berdasarkan permohonan yang diajukan oleh 
BUMN, BUMD, atau badan usaha swaata. 
Pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUPK, kecuali pemohon 
merupakan badan usaha yang telah terbuka dapat diberikan lebih dari 1 
(satu) WIUPK. 
73
IUPK diberikan melalui tahapan : 
a. pemberian WIUPK 
b. pemberian IUPK 
A. PEMBERIAN WIUPK 
Pemberian WIUPK terdiri atas WIUPK mineral logam dan / atau batubara. 
WIUPK diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta oleh 
Menteri. 
Menteri dalam memberikan WIUPK harus terlebih dahulu menawarkan 
kepada BUMN atau BUMD dengan cara prioritas. 
Dalam hal peminat hanya ada 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK diberikan 
kepada BUMN atau BUMD dengan membayar biaya kompensasi data 
informasi. 
Dalam hal peminat lebih dari 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK diberikan 
dengan cara lelang. 74
Pemenang lelang dikenai kewajiban membayar biaya kompensasi data 
informasi sesuai dengan nilai lelang. 
Dalam hal tidak ada BUMN atau BUMD yang berminat, WIUPK ditawarkan 
kepada bdan usaha swasta yang bergerak dalam bidang pertambangan 
mineral atau batubara dengan cara lelang. 
1. TATA CARA PEMBERIAN PRIORITAS WIUPK MINERAL LOGAM DAN 
BATUBARA 
1). BUMN dan BUMD yang telah mendapatkan WIUPK wajib mengajukan 
permohonan IUPK mineral logam atau batubara kepada Menteri. 
2). Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya 
permohonan, Menteri memberikan IUPK kepada BUMN atau BUMD 
setelah memenuhi persyaratan. 
75
2. TATA CARA LELANG WIUPK MINERAL LOGAM DAN BATUBARA 
1). Sebelum dilakukan pelangan WIUPK mineral logam atau batubara, 
Menteri 
mengumumkan secara terbuka WIUPK yang akan dilelang dalam jangka 
waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang. 
2). Dalam pelaksanaan pelelangan WIUPK, Menteri membentuk panitia lelang 
WIUPK mineral logam atau batubara. 
3). Anggota panitia lelang WIUPK berjumlah gasal yang memiliki kompetensi 
di bidang pertambangan mineral atau batubara. 
4). Tugas dan wewenang panitia lelang WIUPK mineral logam dan batubara: 
a). penyiapan lelang WIUPK 
b). penyiapan dokumen lelang WIUPK 
c). penyusunan jadwal lelang WIUPK 
d). pengumuman waktu pelaksanaan lelang WIUPK 
e). melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua) kali, apabila 
peserta lelang WIUPK hanya 1 (satu) 
f). penilaian kualifikasi peserta lelang WIUPK 
g). melakukan evaluasi terhadap penwaran yang masuk 
h). pelaksanaan lelang WIUPK 
i). pembuatan berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan 
pemenang lelang WIUPK. 
76
5). Untuk mengikuti lelang, peserta lelang WIUPK harus memenuhi 
persyaratan : 
a). Administrasi 
b). Teknis 
c). Finansial. 
6). Persyaratan administrasi meliputi : 
a). Mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang 
b). Profil badan usaha 
c). Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha 
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang 
d). Nomor pokok wajib pajak. 
7). Persyaratan teknis meliputi : 
a). Pengalaman badan usaha di bidang pertambangan mineral atau 
batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus 
mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau 
afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan 
b). Mempunyai paling sedikit 1 (satu) tenaga ahli dalam bidang 
pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 
(tiga) tahun 
c). Rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1 (satu) tahun. 77
8). Persyaratan finansial meliputi : 
a). Laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik 
b). Menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai 
di bank pemerintah sebesar 10 % (sepuluh persen) dari nilai 
kompensasi data informasi atau total biaya pengganti investasi untuk 
lelang WIUPK yang telah berakhir 
c). Pernyataan bersedia membayar nilai sesuai surat penawaran lelang 
dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah 
pengumuman lelang. 
B. PEMBERIAN IUPK 
IUPK diberikan oleh Menteri kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta 
setelah mendapatkan WIUPK. 
IUPK terdiri atas : 
a. IUPK Eksplorasi terdiri atas mineral logam atau batubara 
b. IUPK Operasi Produksi terdirir atas mineral logam atau batubara. 
78
Persyaratan IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi harus memenuhi : 
a. sdministratif 
b. teknis 
c. lingkungan 
d. finansial. 
a. Persyaratan administratif 
(1). Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam dan 
batubara yang diajukan BUMN atau BUMD yang diberikan berdasarkan 
prioritas : 
(a). Surat permohonan 
(b). Profil badan usaha 
(c). Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha 
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat berwenang 
(d). Nomor pokok wajib pajak 
(e). Susunan direksi dan daftar pemegang saham 
(f). Surat keterangan domosili. 
79
(2). Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam dan 
batubara yang diajukan oleh pemenang lelang WIUPK : 
(a). Surat permohonan 
(b). Susunan direksi dan daftar pemegang saham 
(c). Surat keterangan domisili. 
b. Persyaratan teknis meliputi : 
(1). Pengalaman BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta di bidang 
pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun 
(2). Mempunyai paling sedikit 1(satu) orang tenaga ahli dalam bidang 
pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 
(tiga) tahun 
(3). Rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1 (satu) tahun. 
c. Persyaratan lingkingan meliputi : 
(1). Untuk IUPK Eksplorasi meliputi pernyataan untuk memenuhi ketentuan 
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan 
pengelolaan lingkungan hidup. 
(2). Untuk IUPK Opedrasi Produksi meliputi : 
(a). Pernyataan kesanggupan untuk memenuhi ketentuan peraturan 
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan 
lingkungan hidup 
(b). Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan 
peraturan perundang-undangan. 
80
d. Persyaratan finansial meliputi : 
(1). IUPK Eksplorasi meliputi : 
(a). Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan 
eksplorasi 
(b). Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi atau 
sesuai dengan surat penawaran. 
(2). IUPK Operasi Produksi meliputi : 
(a). Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan 
publik 
(b). Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir. 
1. TATA CARA PENERBITAN IUPK EKSPLORASI MINERAL LOGAM DAN 
BATUBARA 
1). BUMN atau BUMD yang diberikan WIUPK berdasarkan prioritas atau 
pemenang lelang WIUPK mineral logam atau batubara, harus 
menyampaikan permohonan IUPK Eksplorasi kepada Menteri dalam 
jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman 
pemenang lelang WIUPK. 
81
2). Apabila BUMN atau BUMD yang diberikan WIUPK berdasarkan prioritas 
atau pemenang lelang WIUPK dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak 
menyampaikan ermohonan IUPK, dianggap mengundurkan diri 
3). Dalam hal pemenang lelang WIUPK telah dianggap mengundurkan diri, 
WIUPK ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara 
berjenjang dengan syarat nilai harga kompensasi data informasi sama 
dengan harga yang ditawarkan oleh pemenang pertama. 
4). Menteri melakukan lelang ulang WIUPK apabila peserta lelang tidak ada 
yang berminat. 
5). Pemegang IUPK Ekspl,orasi atau pemegang IUPK Operasi Produksi, dapat 
mengajukan permohonan wilayah di luar WIUPK kepada Menteri untuk 
menunjang usaha kegiatan pertambangannya. 
82
6). IUPK Eksplorasi sekurng-kurangnya memuat : 
a). Nama perusahaan 
b). Lokasi dan luas wilayah 
c). Rencana umum tata ruang 
d). Jaminan kesungguhan 
e). Modal investasi 
f). Perpanjangan waktu tahap kegiatan 
g). Hak dan kewajiban pemegang IUPK 
h). Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan 
i). Jenis usaha yang diberikan 
j). Rencana pengembangan dan pemberdayaan mayarakat di sekitar 
wilayah pertambangan 
k). Perpajakan 
l). Penyelesaian perselisihan masalah pertanahan 
m). Iuran tetap dan iuran eksplorasi 
n). Amdal. 
83
2. TATA CARA PENERBITAN IUPK OPERASI PRODUKSI MINERAL LOGAM DAN 
BATUBARA 
1). IUPK Operasi Produksi diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan 
usaha swasta sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi. 
2). Pemegang IUPK Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUPK Operasi 
Produksi sebagai peningkatan dengan mengajukan permohonan dan 
memenuhi persyaratan peningkatan operasi produksi. 
3). IUPK Operasi Produksi diberikan oleh Menteri. 
4). IUPK Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, 
pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. 
5). WIUPK yang telah mempunyai data lengkap meliputi data eksplorasi, studi 
kelayakan dan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui oleh 
instansi yang berwenang dapat diberikan IUPK Opertasi Produksi kepada 
BUMN atau BUMD dengan cara prioritas atau pemenang lelang. 
84
6). IUPK Operasi Produksi sekurang-kurangnya memuat : 
a). Nama perusahaan 
b). Luas wilayah 
c). Lokasi penambangan 
d). Lokasi pengolahan dan pemurnian 
e). Pengangkutan dan penjualan 
f). Modal investasi 
g). Jangka waktu berlakunya IUPK 
h). Jangka waktu tahap kegiatan 
i). Penyelesaian masalah pertanahan 
j). Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang 
k). Dana jaminan reklamasi dan jaminan pascatambang 
l). Perpanjangan IUPK 
m). Hak dan kewajiban pemegang IUPK 
n). Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar 
wilayah pertambangan 
o). Perpajakan 
p). Iuran tetap dan iuran produksi serta bagian pendapatan negara/ 
daerah, yang terdiri atas bagi hasil dari keuntungan bersih sejak 
berproduksi 85
q). Penyelesaian perselisihan 
r). Keselamatan dan kesehatan kerja 
s). Konservasi mineral atau batubara 
t). Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi serta kemampuan rekayasa 
dan 
rancang bangun dalam negeri 
u). Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang 
baik 
v). Pengembangan tenaga kerja Indonesia 
w). Pengelolaan data mineral atau batubara 
x). Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan 
mineral atau batubara. 
y). Divestasi saham. 
7). IUPK tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam pemberian 
IUPK. 
8). Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang 
IUPK Eksplorasi yang mendapatkan mineral logam atau batubara yang 
tergali wajib melaporkan kepada Menteri. 
9). Pemegang IUPK Eksplorasi yang ingin menjual mineral logam atau 
batubara wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan 
pengangkutan dan penjualan. 
10). Izin sementara diberikan oleh Menteri. 
86
C. PEMASANGAN TANDA BATAS 
1. Dalam jangka waktu 6(enam) bulan sejak diperolehnya IUPK Operasi 
Produksi, pemegang IUPK Operasi Produksi wajib memberikan tanda batas 
wilayah dengan memasang patok pada WIUPK 
2. Pembuatan tanda batas harus selesai sebelum dimulai kegiatan operasi 
produksi. 
3. Dalam hal terjadi perubahan batas wilayah pada WIUPK Operasi Produksi, 
harus dilakukan perubahan tanda batas wilayah dengan pemasangan patok 
baru pada WIUPK. 
D. KOMODITAS TAMBANG LAIN DALAM WIUPK 
1. Dalam hal pada lokasi WIUPK ditemukan komoditas lainnya yang bukan 
asosiasi mineral yang diberikan dalam IUPK, pemegang IUPK Eksplorasi dan 
IUPK Operasi Produksi memperoleh keutamaan dalam mengusahakan 
komoditas tambang lainnya yang ditemukan. 
87
2. Dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya harus membentuk 
badan usaha baru. 
3. Apabila pemegang IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi tidak 
berminat atas komoditas tambang lainnya, pengusahaannya dapat 
diberikan kepada pihak lain dan diselenggarakan dengan cara prioritas atau 
lelang. 
4. Pihak lain yang mendapatkan IUPK berdasarkan prioritas atau lelang harus 
berkordinasi dengan pemegang IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi 
pertama. 
E. PERPANJANGAN IUPK OPERASI PRODUKSI 
1. Permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi diajukan kepada 
Menteri 
paling cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam 
jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUPK. 
2. Permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi paling sedikit harus 
dilengkapi : 
a. peta dan batas koordinat wilayah 
b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir 
c. laporan akhir kegiatan operasi produksi 
88
d. laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan 
e. rencana kerja dan anggaran biaya 
f. Neraca sumber daya dan cadangan. 
3. Menteri dapat menolak permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi 
apabila pemegang IUPK Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, 
pemegang IUPK Operasi Produksi tidak menunjukkan kinerja operasi 
produksi yang baik. 
4. Penolakan harus disampaikan kepada pemegang IUPK Opersi Produksi 
paling lambat sebelum berakhirnya IUPK Operasi Produksi. 
5. Pemegang IUP Opersi Produksi hanya dapat diberikan perpanjangan 
sebanyak 2 (dua) kali. 
6. Pemegang IUPK Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan 
IUPK Operasi Produksi sebanyak 2 (dua) kali, wajib mengembalikan WIUPK 
Operasi Produksi kepada Menteri berdasarkan ketentuan peraturan 
perundang-undangan. 
89
7. Pemegang IUPK Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan 
IUPK Opersi Produksi sebanyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) 
tahun sebelum jangka waktu masa berlakunya IUPK berakhir, wajib 
menyampaikan kepada Menteri mengenai keberadaan potensi dan 
cadangan mineral atau batubara pada WIUPK-nya. 
8. WIUPK yang IUPK-nya akan berakhir sepanjang masih berpotensi untuk 
diusahakan, Menteri dapat menetapkan kembali WIUPK-nya untuk 
ditawarkan kembali dengan cara prioritas atau lelang. 
9. Dalam pelaksanaan lelang WIUPK pemegang IUPK sebelumnya mendapat 
hak yang sama. 
90
91 
VV.. HHAAKK DDAANN KKEEWWAAJJIIBBAANN 
A. HAK PEMEGANG IUP DAN IUPK 
Melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha 
pertambangan 
Hak untuk melakukan usaha pertambangan 
Pemanfaatan prasarana dan sarana umum dan air untuk 
keperluan pertambangan 
Pengalihan kepemilikan saham 
Hak memiliki mineral setelah membayar iuran produksi.
B. KEWAJIBAN PEMEGANG IUP DAN IUPK 
1. Pemegang IUP dan IUPK wajib : 
a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik 
b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia 
c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan / atau batubara 
d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat 
e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan. 
2. Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP 
dan IUPK wajib melaksanakan : 
a. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan 
b. keselamatan operasi pertambangan 
c. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk 
kegiatan reklamasi dan pascatambang 
d. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara 
e. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan 
dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu 
lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan. 
92
3. Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku 
mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah. 
4. Pemegang IUP dan IUPK wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung 
sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan 
perundang-undangan. 
5. Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan 
rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi 
Produksi atau IUPK Operasi Produksi. 
6. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan sesuai 
dengan peruntukan lahan pascatambang. 
7. Peruntukan lahan pascatambang dicantumkan dalam perjanjian 
penggunaan tanah antara pemegang IUP atau IUPK dan pemegang hak atas 
tanah. 
8. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan 
dana jaminan pascatambang. 93
9. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya 
dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan 
pscatambang dengan dana jaminan, apabila pemegang IUP atau IUPK tidak 
melaksanakan reklamasi dan pascatambbang sesuai dengan rencana yang 
telah disetujui. 
10. Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya 
mineral dan / atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, 
pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara. 
11. Nilai tambah dimaksudkan untuk meningkatkan produk akhir dari usaha 
pertambangan atau pemanfaatan terhadap mineral ikutan. 
12. Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan 
dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. 
13. Kewajiban untuk melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri 
dimaksudkan, antara lain, untuk meningkatkan dan mengoptimalkan nilai 
tambang dari produk, tersedianya bahan baku industri, penyerapan 
tenaga 
kerja, dan peningkatan penerimaan negara. 
94
14. Pemegang IUP dan IUPK dapat mengolah dan memurnikan hasil 
penambangan dari pemegang IUP dan IUPK lainnya. 
15. Untuk pengolahan dan pemurnian, pemegang IUP Operasi Produksi dan 
IUPK Operasi Produksi dapat melakukan kerja sama dengan badan usaha, 
koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan IUP atau IUPK. 
16. IUP yang didapat badan usaha adalah IUP Operasi Produksi Khusus untuk 
pengolahan dan pemurnian yang dikeluarkan oleh Menteri, gubernur, 
bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 
17. Pemegang IUP dan IUPK dilarang melakukan pengolahan dan pemurnian 
dari hasil penambangan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK. 
18. Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha pertambangan yang 
bermaksud menjual mineral dan / atau batubara yang tergali wajib 
terlebih dahulu memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan dimaksud 
pengurusan izin pengangkutan dan penjualan atas mineral dan / atau 
batubara yang tergali. 
19. IUP hanya dapat diberikan untuk 1 (satu) kali penjualan oleh Menteri, 
gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. Izin 
diberikan setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi atas 
mineral dan / atau batubara yang tergali oleh instansi teknis terkait. 95
20. Mineral atau batubara yang tergali dan akan dijual dikenai iuran produksi. 
21. Badan usaha wajib menyampaikan laporan hasil penjualan mneral dan / 
atau batubara yang tergali kepada Menteri, gubernur, atau bupati / 
walikota sesuai dengan kewenangannya. 
22. Pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemenfaatan tenaga kerja 
setempat, barang, dan jasa dalam negeri dan dalam melakukan kegiatan 
operasi produksi, wajib mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada di 
daerah tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
23. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program pengembangan dan 
pemberdayaan masyarakat. 
24. Penyusunan program dan rencana dikonsultasikan kepada Pemerintah, 
pemerintah daerah, dan masyarakat. 
25. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh 
dari hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau 
bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 
26. Setelah 5 (lima) tahun berproduksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK 
yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham pada 
Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha 
milik daerah, atau badan usaha swasta nasional.
97 
KKEEWWAAJJIIBBAANN PPEEMMEEGGAANNGG IIUUPP DDAANN 
IIUUPPKK 
 Pengelolaan lingkungan/ Kepatuhan pada standard dan buku mutu lingkungan 
 Penyelesaian ganti rugi lahan 
 Reklamasi dan penutupan tambang (Pasca Tambang) 
 Dana jaminan reklamasi dan dana jaminan Pasca Tambang 
 Tenaga kerja lokal 
 Barang dan jasa dalam negeri 
 Pengembangan masyarakat 
 Peningkatan nilai tambah : Pengolahan dan pemurnian dalam negeri 
 Keuangan (penerimaan negara) 
 Divestasi saham 
 Good Mining Practice
VI. DIVESTASI SAHAM PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN IZIN 
USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS YANG SAHAMNYA DIMILIKI 0LEH ASING 
1. Pencantuman divestasi saham untuk IUPK Operasi Produksi hanya berlaku 
apabila sahamnya dimiliki oleh asing sesuai dengan ketentuan peraturan 
perundang-undangan. 
2. Modal asing pemegang IUP dan IUPK setelah 5 (lima) tahun sejak 
berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya, sehingga sahamnya 
paling sedikit 20 % (dua puluh persen) dimiliki peserta Indonesia. 
3. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan 
warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan / atau 
badan hukum Indonesia yang seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 
4. Divestasi saham dilakukan secara langsung kepada peserta Indonesia yang 
terdiri atas Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah 
daerah kabupaten / kota, BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta 
nasional. 
5. Dalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli saham ditawarkan kepada 
pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten / kota. 
98
6. Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten / 
kota tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada BUMN dan BUMD 
dilaksanakan dengan cara lelang. 
7. Apabila BUMN dan BUMD tidak bersedia membeli saham, ditawarkan 
kepada badan usaha swasta nasional dilaksanakan dengan cara lelang. 
8. Penawaran saham dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 90 
(sembilan puluh) hari kalender sejak 5 (lima) tahun dikeluarkannya izin 
Operasi Produksi tahap penambangan. 
9. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten / 
kota, BUMN, dan BUMD harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu 
paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender setelah tanggal penawaran. 
10. Dalam hal Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi atau pemerintah 
daerah kabupaten / kota, BUMN, dan BUMD tidak berminat untuk 
membeli divestasi saham, saham ditawarkan kepada badan usaha swasta 
nasional dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender. 
11. Badan usaha swasta nasional harus menyatakan minatnya dalam jangka 
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah tanggal 
99
12. Pembayaran dan penyerahan saham yang dibeli oleh peserta Indonesia 
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari 
kalender setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan pemenang 
lelang. 
13. Apabila divestasi tidak tercapai, penawaran saham akan dilakukan pada 
tahun berikutnya. 
14. Dalam hal terjadi peningkatan jumlah modal perseroan, peserta 
Indonesia 
sahamnya tidak boleh terdilusi menjadi lebih kecil dari 20 % (dua puluh 
persen). 
100
IUP EKSPLORASI IUP OPERASI 
PRODUKSI 
MINERAL PU EXPL FS LUAS KONS 
T PROD LUAS 
LOGAM 1 3 + (2X1) 1+(1) (Max. 100.000) 
Min. 5.000 
(2) 20 + (2x10) Max. 25.000 
BATUBARA 1 2 + (2X1) 2 (Max. 50.000) 
Min. 5.000 
(2) 20 + (2x10) Max. 15.000 
BUKAN 
LOGAM 
1 
1 
3 + (1X1) 
1 
1 + (1) 
1 
Max. 25.000 
Min. 500 
(2) 20 +(2x10) 
(gamping utk 
Semen, 
intan dan 
batu mulia) 
10 + (2x5) 
Max. 5.000 
BATUAN 1 1 1 Max. 5.000 
Min. 5 
5 + (2x5) Max. 1.000 
RADIO AKTIF 
1 3+(1x1) 1 Tergantung 
Penugasan 
Tergantung 
Penugasan 
Tergantung 
Penugasan 
JANGKA WAKTU & LUAS WIUP/WIUPK
VII. PENCIUTAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN WILAYAH IZIN 
USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS 
1. Pemegang IUP sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan kepada 
Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya 
untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh WIUP. 
2. Pemegang IUPK sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan kepada 
Menteri untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh WIUPK. 
3. Pemegang IUP atau IUPK dalam melaksanakan penciutan atau 
pengembalian WIUP atau WIUPK harus menyerahkan : 
a. laporan, data dan informasi penciutan atau pengembalian yang berisikan 
semua penemuan teknis dan geologis yang diperoleh pada wilayah yang 
akan diciutkan dan alasan penciutan atau pengembalian serta data 
lapangan hasil kegiatan. 
b. peta wilayah penciutan atau pengembalian beserta koordinatnya. 
c. bukti pembayaran kewajiban keuangan. 
d. laporan kegiatan sesuai status tahapan terakhir. 
e. laporan pelaksanaan reklamasi pada wilayah yang diciutkan atau 
dilepaskan. 
102
4. Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi mempunyai kewajiban 
untuk 
melepaskan WIUP atau WIUPK dengan ketentuan : 
a. untuk IUP mineral logam atau IUPK mineral logam : 
1). Pada tahun keempat wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan 
paling banyak 50.000 (lima puluih ribu) hektare 
2). Pada tahun kedelapan atau pada akhir IUP Ekspolrasi atau IUPK 
Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi atau IUPK 
Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 25.000 
(dua puluh lima ribu) hektare. 
b. untuk IUP batubara atau IUPK batubra : 
1). Pada tahun keempat wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan 
paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare 
2). Pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP Eksplorasi atau IUPK 
Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi atau IUPK 
Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 15.000 
(lima belas ribu) hektare. 
c. untuk IUP mineral bukan logam : 
1). Pada tahun kedua wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling 
banyak 12.500 (dua belas ribu lima ratus) hektare 
103
2). Pada tahun ketiga atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan 
menjadi IUP Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling 
banyak 5.000 (lima ribu) hektare. 
d. untuk IUP mineral bukan logam jenis tertentu : 
1). Pada tahun ketiga wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling 
banyak 12.500 (dua belas ribu lima ratus) hektare 
2). Pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan 
menjadfi IUP Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling 
banyak 5.000 (lima ribu) hektare. 
e. untuk IUP batuan : 
1). Pada tahun kedua wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling 
banyak 2.500 (dua ribu lima ratus) hektare 
2). Pada tahun ketiga atau pada akhir tahap eksplorasi saat peningkatan 
menjadi IUP Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling 
banyak 1.000 (seribu) hektare. 
5. Apabila luas wilayah maksimum yang dipertahankan sudah dicapai, 
pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi tidak diwajibkan lagi 
menciutkan wilayah. 
104
1. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan dapat dilakukan 
apabila terjadi : 
a. Keadaan kahar (force majeur) antara lain : perang, kerusuhan sipil, 
pemberontakan, epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran, dan bencana 
alam di luar kemampuan manusia 
b. Keadaan yang menghalangi antara lain : blokade, pemogokan, 
perselisihan perburuhan di luar kesalahan pemegang IUP atau IUPK dan 
peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh pemerintah yang 
menghambat kegiatan usaha pertambangan yang sedang berjalan 
c. Apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat 
menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral 
dan / 
atau batubara yang dilakukan di wilayahnya. 
2. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan tidak mengurangi 
masa berlaku IUP atau IUPK. 
3. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan apabila terjadi 
keadaan kahar dan keadaan yang menghalangi dilakukan oleh Menteri, 
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya 
berdasarkan 
permohonan dari pemegang IUP atau IUPK. 
4. Penghentian sementara apabila terjadi kondisi daya dukung lingkungan 
dapat dilakukan oleh inspektur tambang atau dilakukan berdasarkan 
permohonan masyarkat kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota 
105
5. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya 
wajib mengeluarkan keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai 
alasannya atas permohonan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak 
menerima permohonan tersebut. 
6. Penghentian sementara karena keadaan kahar harus diajukan oleh 
pemegang IUP atau IUPK dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat 
belas) hari kalender sejak terjadinya keadaan kahar kepada Menteri, 
gubernur, atau bupati / walikota sesuai kewenangannya untuk 
memperoleh 
persetujuan. 
7. Penghentian sementara diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) 
tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan jangka waktu 1 (satu) 
tahun. 
8. Penghentian sementara karena keadaan yang menghalangi diberikan 1 
(satu) kali dengan jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 
(satu) kali dengan jangka waktu 1 (satu) tahun pada setiap tahapan 
kegiatan dengan persetujuan Menteri, gubernur, atau bupati / walikota 
sesuai dengan kewenangannya. 106
9. Apabila jangka waktu penghentian sementara telah berakhir, dapat 
diberikan perpanjangan jangka waktu penghentian sementara dalam hal 
terkait perizinan dari instansi lain. 
10. Permohonan perpanjangan penghentian sementara diajukan secara 
tertulis dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender 
sebelum berakhirnya izin penghentian sementara. 
11. Apabila dalam kurun waktu sebelum habis masa penghentian sementara 
berakhir pemegang IUP dan IUPK sudah siap melakukan kegiatan 
operasinya, kegiatan dimaksud wajib dilaporkan kepada Menteri, 
gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 
12. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya 
mencabut keputusan penghentian sementara setelah menerima laporan 
dari pemegang IUP atau IUPK. 
13. Pemegang IUP dan IUPK yang telah diberikan persetujuan penghentian 
sementara dikarenakan keadaan kahar tidak mempunyai kewajiban 
untuk 
memenuhi kewajiban keuangan sesuai dengan peraturan perundang 
-undangan. 
107
sementara dikarenakan keadaan yang menghalangi dan / atau kondisi 
daya dukung lingkungan wajib : 
a. Menyampaikan laporan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / 
walikota sesuai dengan kewenangannya 
b. Memenuhi kewajiban keuangan 
c. Tetap melaksanakan pengelolaan lingkungan, keselamatan dan 
kesehatan kerja, serta pemantauan lingkungan. 
15. Persetujuan penghentian sementar berakhir karena : 
a. habis masa berlakunya 
b. Permohonan pencabutan dari pemegang IUP atau IUPK. 
16. Dalam hal jangka waktu yang telah ditentukan dalam pemberian 
persetujuan penghentian sementara telah habis dan tidak diajukan 
permohonan perpanjangan atau permohonan perpanjangan tidak 
disetujui, penghentian sementara tersebut berakhir. 
17. Apabila kurun waktu penghentian sementara belum berakhir dan 
pemegang IUP atau IUPK sudah siap untuk melakukan kegiatan 
operasinya 
kembali, dapat mengajukan permohonan pencabutan penghentian 
sementra kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai 
dengan 
kewenangannya. 
18. Berdasarkan permohonan Menteri, gubernur, atau bupati / walikota 
sesuai dengan kewenangannya menyatakan pengakhiran penghentian 
108
IX. BERAKHIRNYA IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN IZIN USAHA 
PERTAMBANGAN KHUSUS 
1. IUP dan IUPK berakhir karena : 
a. Dikembalikan 
b. Dicabut 
c. Habis masa berlakunya. 
2. Pemegang IUP atau IUPK dapat menyerahkan kembali IUP atau IUPK-nya 
dengan pernyataan tertulis kepada Menteri, gubernur, atau bupati / 
walikota sesuai dengan kewenangannya dan disertai dengan alasan yang 
jelas dimaksud antara lain tidak ditemukannya prospek secara teknis, 
ekonomis, atau lingkungan. 
3. Pengembalian IUP atau IUPK dinyatakan sah setelah disetujui oleh Menteri, 
gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dan 
setelah memenuhi kewajibannya. 
109
4. Pemegang IUP atau IUPK dapat dicabut izinnya oleh Menteri, gubernur, 
atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya apabila : 
a. Tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP atau IUPK serta 
peraturan perundang-undangan 
b. Melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang 
ini 
c. Dinyatakan pailit. 
5. Dalam hal jangka waktu yang ditentukan dalam IUP dan IUPK telah habis 
dan tidak diajukan permohonan peningkatan atau perpanjangan tahap 
kegiatan atau pengajuan permohonan tetapi tidak memenuhi persyaratan, 
IUP dan IUPK tersebut berakhir. 
6. Pemegang IUP atau IUPK yang IUP-nya atau IUPK-nya berakhir karena 
alasan dikembalikan, dicabut, atau habis masa berlakunya wajib memenuhi 
dan menyelesaikan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan 
perundang-undangan. 
7. Kewajiban pemegang IUP atau IUPK dianggap telah dipenuhi setelah 
mendapat persetujuan dari Menteri, gubernur, atau bupati / walikota 
sesuai dengan kewenangannya. 
110
8. Apabila IUP atau IUPK berakhir, pemegang IUP atau IUPK wajib 
menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan 
operasi 
produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan 
kewenangannya. 
X. PENDAPATAN NEGARA DAN DAERAH 
1. Pemegang IUP atau IUPK wajib membayar pendapatan negara dan 
pendapatan daerah. 
2. Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak dan penerimaan negara 
bukan pajak. 
3. Penerimaan pajak terdiri atas : 
a. Pajak-pajak yang menjadi kewenangan Pemerintah sesuai dengan 
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan 
b. Bea masuk dan cukai. 
4. Penerimaan negara bukan pajak terdiri atas : 
a. Iuran tetap 
b. Iuran eksplorasi 
c. Iuran produksi 
d. Kompensasi data informasi. 
111
5. Pendapatan daerah terdiri atas : 
a. Pajak daerah 
b. Retribusi daerah 
c. Pendapatan lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perudang 
-undangan. 
6. Pemegang IUPK Operasi Produksi untuk pertambangan mineral logam dan 
batubara wajib membayar sebesar 4 % (empat persen) kepada Pemerintah 
dan 6 % (enem persen) kepada pemerintah daerah dari keuntungan bersih 
sejak berproduksi. 
7. Bagian pemerintah daerah diatur sebagai berikut : 
a. Pemerintah provinsi mendapat bagian sebesar 1 % (satu persen) 
b. Pemerintah kabupaten / kota penghasil mendapat bagian sebesar 2,5 % 
(dua koma lima persen) 
c. Pemerintah kabupaten / kota lainnya dalam provinsi yang sama 
mendapat bagian sebesar 2,5 % (dua koma lima persen). 
8. Pemegang IUP atau IUPK tidak dikenai iuran produksi dan pajak daerah dan 
reribusi daerah atas tanah / batuan yang ikut tergali pada saat 
penambangan. 112
9. Pemegang IUP atau IUPK dikenai iuran produksi atas pemanfaatan tanah / 
batuan yang ikut tergali pada saat penambangan. 
10. Besaran tarif iuran produksi ditetapkan berdasarkan tingkat 
pengusahaan, 
produksi, dan harga komoditas tambang. 
11. Penerimaan negara bukan pajak yang merupakan bagian daerah dibayar 
langsung ke kas daerah setiap 3 (tiga) bulan setelah disetor ke kas negara. 
113
114 
PP 23 /2010 : 
Golongan Komoditas Tambang 
 Mineral Radioaktif: Radium,Thorium, Uranium dan bahan-bahan galian radioaktif 
lainnya. 
 Mineral Logam: Litium, Berilium, Magnesium/Monasit, Kalium, Kalsium, Emas, 
Tembaga, Perak, Timbal, Seng, Timah, Nikel, Mangan, Platina, Bismuth, Molibdenum, 
Bauksit, Air Raksa, Wolfram, Titanium, Barit, Vanadium, Kromit, Antimoni, Kobalt, 
Tantalum, Cadmium, Galium, Indium, Yitrium, Magnetit, Besi. 
 Mineral Bukan Logam: Intan, Korundum, Grafit, Arsen, PasirKuarsa, Fluorspar, 
Kriolit, Yodium, Brom, Klor, Belerang, Fosfat, Halit, Asbes, Talk, Mika, Magnesit, 
Yarosit, Oker, Fluorit, Ball Clay, Fire Clay, Zeolit, Kaolin, Feldspar, Bentonit, Gipsum, 
Dolomit, Kalsit, Oniks, Rijang, Pirofilit, Kuarsit, Zirkon, Wolastonit, Tawas, 
batukuarsa, perlit,garambatu,Clay dan batugamping untuk semen. 
 Batuan: Pumice, Tras, Toseki, Obsidian, Perlit, Tanah diatomae, Tanah serap (fullers 
earth), Slate, Granit dan granodiorit, Andesit, Gabro dan peridotit, Basalt,Trakhit, 
Leusit, Tanah liat, Opal, Kalsedon, Batukapur, Pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur 
mineral logam, bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi 
ekonomi pertambangan. 
 Batubara: Gambut, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara muda.
115 
 Hak atas WIUP, WPR, WIUPK tidak meliputi hak atas tanah 
permukaan bumi  hak atas IUP/IUPK/IPR bukan merupakan 
pemilikan hak atas tanah 
 Kegiatan usaha pertambangan tidak dapat dilaksanakan pada tempat 
yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan 
 Pemegang IUP/IUPK Eksplorasi hanya dapat melaksanakan 
kegiatannya setelah mendapat persetujuan dari pemegang hak atas 
tanah (Persetujuan dimaksudkan untuk menyelesaikan lahan-lahan 
yang terganggu oleh kegiatan eksplorasi a.n pengeboran, parit uji) 
 Pemegang IUP/IUPK sebelum melakukan kegiatan operasi produksi 
wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang hak sesuai 
ketentuan peraturan perudang-udnangan 
 Pemegang IUP/IUPK OP wajib memberikan kompensasi berdasarkan 
kesepakatan bersama dengan pemegang hak atas tanah  
kompensasi dapat berupa sewa menyewa, jual beli, atau pinjam 
pakai
116 
 Pemegang IUP/IUPK wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan 
masyarakat (PPM) di sekitar WIUP/WIUPK 
 PPM harus dikonsultasikan dengan Pemerintah, Pemprov, Pemerintah 
Kabupaten/Kota, dan Masyarakat setempat 
 Masyarakat dapat mengajukan usulan PPM kepada bupati/walikota setempat untuk 
diteruskan kepada pemegang IUP/IUPK 
 PPM diprioritaskan untuk masyarakat di sekitar WIUP/WIUPK yang terkena dampak 
langsung akibat aktivitas pertambangan dengan tidak melihat batas administrasi 
wilayah kecamatan/kabupaten 
 PPM dibiayai dari alokasi biaya PPM pada anggaran dan biaya pemegang 
IUP/IUPK setiap tahun 
 Pemegang IUP/IUPK setiap tahun wajib menyampaikan rencana dan biaya 
pelaksanaan PPM sebagai bagian dari RKAB tahunan kepada Menteri, Gubernur, 
atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya untuk mendapat persetujuan 
 Setiap pemegang IUP Operasi Produksi wajib menyampaikan laporan realisasi PPM 
setiap 6 bulan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai 
kewenangannya
117 
USAHA JASA PERTAMBANGAN 
(1) Usaha Jasa Pertambangan terdiri atas: 
1. Usaha Jasa Pertambangan; 
2. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti. 
(2)Jenis Usaha Jasa Pertambangan meliputi: 
a. konsultasi, perencanaan, pelaksanaan, dan 
pengujian peralatan di bidang 
1. penyelidikan umum; 
2. eksplorasi; 
3. studi kelayakan; 
4. konstruksi pertambangan; 
5. pengangkutan; 
6. lingkungan pertambangan; 
7. pascatambang dan reklamasi; dan/atau 
8. keselamatan dan kesehatan kerja 
b. konsultasi, perencanaan, dan pengujian 
peralatan di bidang penambangan; atau 
pengolahan pemurnian
Pelanggaraan oleh Pelaku Usaha, a.l: 
Pelanggaran terhadap ketentuan perundangan yang berlaku oleh Pemegang 
IUP/IUPK Dapat dikenakan sanksi berupa peringatan tertulis, penghentian sementara 
sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi produksi, atau pencabutan 
IUP, IPR, dan IUPK. 
Untuk pelaku usaha tanpa izin IUP, IPR, atau IUPK (dikatagorikan sbg PETI) dapat 
dikenakan sangsi pidana 
Pelanggaran karena Penyalahgunaan Wewenang, dapat dikenakan sanksi 
berupa : 
Dalam hal terjadi pelanggaran prosedur atau regulasi dalam perizinan IUP yang 
dikeluarkan oleh pemda, Pemerintah dapat menghentikan dan mencabut izin IUP 
yang dikeluarkan oleh Pemda tersebut. 
Dikenakan hukuman maks 2 tahun kurungan atau denda maks Rp. 200.000.000 
terhadap petugas Pemerintah yang mengeluarkan izin tidak sesuai dengan peraturan 
perundang-undangan yang berlaku. 
Setiap sengketa yang muncul dalam pelaksanaan IUP, IPR atau IUPK 
diselesaikan melalui pengadilan dan arbitrase dalam negeri sesuai dengan 
ketentuan peraturan perundang-undangan 
118 
MEKANISME SANKSI
Kejahatan/Pelanggaran Pidana Denda 
Tidak mempunyai izin Penjara 10 th denda paling banyak Rp 10 
119 
Miliar 
Menyampaikan laporan tidak benar atau menyampaikan laporan palsu Penjara 10 th denda paling banyak Rp 10 
Miliar 
Tidak memiliki IUP melakukan eksplorasi kurungan 1 th denda paling banyak Rp. 
200 juta 
Tidak mempunyai IUP atau mempunyai IUP eksplorasi tetapi melakukan 
kegiatan operasi produksi 
penjara 5 th denda paling banyak Rp. 
10 Miliar 
Membeli/menampung & memanfaatkan batubara dari hasil kegiatan yang tidak 
memiliki IUP, IPR, atau IUPK 
penjara 10 th denda paling banyak 
Rp.100 Milyar 
Setiap orang yang mengeluarkan izin yang bertentangan dengan UU ini dan 
menyalahgunakan kewenangannya 
kurungan 2 th denda paling banyak Rp. 
200 juta 
Mengganggu atau merintangi kegiatan operasi produksi pemegang IUP yang 
telah memenuhi persyaratan 
kurungan 1 th denda paling banyak Rp. 
100 juta. 
KETENTUAN PIDANA
120 
KETENTUAN PERALIHAN UU 4/2009 (1) 
Pasal 169 
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: 
a. Kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang 
telah ada sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap diberlakukan sampai 
jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian. 
b. Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian karya 
pengusahaan pertambangan batubara sebagaimana dimaksud pada huruf a 
disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini 
diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara. 
c. Pengecualian terhadap penerimaan negara sebagaimana dimaksud pada huruf b 
adalah upaya peningkatan penerimaan negara. 
Pasal 170 
Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah 
berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 
ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini 
diundangkan.
121 
KETENTUAN PERALIHAN UU 4/2009 (2) 
Pasal 171 
1) Pemegang kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan 
batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang telah melakukan 
tahapan kegiatan eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, atau operasi produksi 
paling lambat 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini harus 
menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah kontrak/perjanjian 
sampai dengan jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian untuk 
mendapatkan persetujuan pemerintah. 
2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, luas 
wilayah pertambangan yang telah diberikan kepada pemegang kontrak karya 
dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara disesuaikan dengan 
Undang-Undang ini. 
Pasal 172 
Permohonan kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan 
batubara yang telah diajukan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun 
sebelum berlakunya Undang-Undang ini dan sudah mendapatkan surat 
persetujuan prinsip atau surat izin penyelidikan pendahuluan tetap dihormati 
dan dapat diproses perizinannya tanpa melalui lelang berdasarkan Undang- 
Undang ini.
3.materi hukum perburuhan
3.materi hukum perburuhan
3.materi hukum perburuhan

More Related Content

What's hot

Rencana Tata Ruang Pulau Papua
Rencana Tata Ruang Pulau PapuaRencana Tata Ruang Pulau Papua
Rencana Tata Ruang Pulau PapuaPenataan Ruang
 
Peraturan menteri esdm nomor 7 tahun 2020
Peraturan menteri esdm nomor 7 tahun 2020Peraturan menteri esdm nomor 7 tahun 2020
Peraturan menteri esdm nomor 7 tahun 2020Muhamad Wicaksono
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara TimurPenataan Ruang
 
Uu 27 tahun 2003 tentang panas bumi
Uu 27 tahun 2003 tentang panas bumiUu 27 tahun 2003 tentang panas bumi
Uu 27 tahun 2003 tentang panas bumiwalhiaceh
 
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009Nikka Sasongko
 
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiRencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiPenataan Ruang
 
Geospacial jabfungsurta
Geospacial jabfungsurtaGeospacial jabfungsurta
Geospacial jabfungsurtajasa16
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000Penataan Ruang
 
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANGSTANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANGushfia
 
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...CIFOR-ICRAF
 
Izin lokasi untuk pertanahan
Izin lokasi untuk pertanahanIzin lokasi untuk pertanahan
Izin lokasi untuk pertanahaneka priambodo
 
Peraturan menteri-negara-agraria-nomor-3-tahun-1997
Peraturan menteri-negara-agraria-nomor-3-tahun-1997Peraturan menteri-negara-agraria-nomor-3-tahun-1997
Peraturan menteri-negara-agraria-nomor-3-tahun-1997Tyara Zaqia
 
Permen esdm noomor 34 tahun 2017
Permen esdm noomor 34 tahun 2017Permen esdm noomor 34 tahun 2017
Permen esdm noomor 34 tahun 2017Fahri Januar
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004Penataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau SumateraRencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau SumateraPenataan Ruang
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...Oswar Mungkasa
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi SelatanRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi SelatanPenataan Ruang
 

What's hot (20)

Rencana Tata Ruang Pulau Papua
Rencana Tata Ruang Pulau PapuaRencana Tata Ruang Pulau Papua
Rencana Tata Ruang Pulau Papua
 
Peraturan menteri esdm nomor 7 tahun 2020
Peraturan menteri esdm nomor 7 tahun 2020Peraturan menteri esdm nomor 7 tahun 2020
Peraturan menteri esdm nomor 7 tahun 2020
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
 
Uu 27 tahun 2003 tentang panas bumi
Uu 27 tahun 2003 tentang panas bumiUu 27 tahun 2003 tentang panas bumi
Uu 27 tahun 2003 tentang panas bumi
 
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
 
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiRencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
 
Geospacial jabfungsurta
Geospacial jabfungsurtaGeospacial jabfungsurta
Geospacial jabfungsurta
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000
 
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANGSTANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
 
Rtrw
RtrwRtrw
Rtrw
 
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
 
Izin lokasi untuk pertanahan
Izin lokasi untuk pertanahanIzin lokasi untuk pertanahan
Izin lokasi untuk pertanahan
 
Peraturan menteri-negara-agraria-nomor-3-tahun-1997
Peraturan menteri-negara-agraria-nomor-3-tahun-1997Peraturan menteri-negara-agraria-nomor-3-tahun-1997
Peraturan menteri-negara-agraria-nomor-3-tahun-1997
 
Permen esdm noomor 34 tahun 2017
Permen esdm noomor 34 tahun 2017Permen esdm noomor 34 tahun 2017
Permen esdm noomor 34 tahun 2017
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004
 
Menggali Kehancuran di Sunda Kecil
Menggali Kehancuran di Sunda KecilMenggali Kehancuran di Sunda Kecil
Menggali Kehancuran di Sunda Kecil
 
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau SumateraRencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi SelatanRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
 
Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997
Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997
Implementasi perkaban no. 03 tahun 1997
 

Similar to 3.materi hukum perburuhan

Permen esdm 12 2011 tentang tata cara penetapan wilayah usaha pertambangan da...
Permen esdm 12 2011 tentang tata cara penetapan wilayah usaha pertambangan da...Permen esdm 12 2011 tentang tata cara penetapan wilayah usaha pertambangan da...
Permen esdm 12 2011 tentang tata cara penetapan wilayah usaha pertambangan da...Syafril Ramadhon
 
Salinan Kepmen ESDM Nomor 301 RPMBN 2022 sd 2027.pdf
Salinan Kepmen ESDM Nomor 301 RPMBN 2022 sd 2027.pdfSalinan Kepmen ESDM Nomor 301 RPMBN 2022 sd 2027.pdf
Salinan Kepmen ESDM Nomor 301 RPMBN 2022 sd 2027.pdfAnangMontgomery
 
Perda n0-4-2011-usaha pertambangan mineral dan batu bara
Perda n0-4-2011-usaha pertambangan mineral dan batu baraPerda n0-4-2011-usaha pertambangan mineral dan batu bara
Perda n0-4-2011-usaha pertambangan mineral dan batu baraArifuddin Ali
 
Permen esdm nomor 07 tahun 2014
Permen esdm nomor 07 tahun 2014Permen esdm nomor 07 tahun 2014
Permen esdm nomor 07 tahun 2014AyuChaser
 
Permen esdm 07 tahun 2014
Permen esdm 07 tahun 2014Permen esdm 07 tahun 2014
Permen esdm 07 tahun 2014ndoprb
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Uu no. 3 thn 2020 tentang Minerba
Uu no. 3 thn 2020 tentang MinerbaUu no. 3 thn 2020 tentang Minerba
Uu no. 3 thn 2020 tentang MinerbaCIkumparan
 
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdfPermen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdfDISKANMALRA
 
Perbup nomor-5-th-2013
Perbup nomor-5-th-2013Perbup nomor-5-th-2013
Perbup nomor-5-th-2013Achmad Wahid
 
Capaian dan Arah Perbaikan Tata Kelola Mineral dan Batubara Nasional
Capaian dan Arah Perbaikan Tata Kelola Mineral dan Batubara NasionalCapaian dan Arah Perbaikan Tata Kelola Mineral dan Batubara Nasional
Capaian dan Arah Perbaikan Tata Kelola Mineral dan Batubara NasionalPublish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Presentasi prosedur izin pertambangan dan .pptx
Presentasi prosedur izin pertambangan dan .pptxPresentasi prosedur izin pertambangan dan .pptx
Presentasi prosedur izin pertambangan dan .pptxAdeRamadhan18
 
Permen esdm 33 th 2015
Permen esdm 33 th 2015Permen esdm 33 th 2015
Permen esdm 33 th 2015Hari Susandi
 
Permen esdm-33-tahun-2015
Permen esdm-33-tahun-2015Permen esdm-33-tahun-2015
Permen esdm-33-tahun-2015Elvan Vandiwan
 
Permen esdm 33 th 2015
Permen esdm 33 th 2015Permen esdm 33 th 2015
Permen esdm 33 th 2015Sangker Thok
 
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptxDimasNugraha53
 
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi BantenPeluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Bantenushfia
 

Similar to 3.materi hukum perburuhan (20)

Permen esdm 12 2011 tentang tata cara penetapan wilayah usaha pertambangan da...
Permen esdm 12 2011 tentang tata cara penetapan wilayah usaha pertambangan da...Permen esdm 12 2011 tentang tata cara penetapan wilayah usaha pertambangan da...
Permen esdm 12 2011 tentang tata cara penetapan wilayah usaha pertambangan da...
 
Pertambangan
PertambanganPertambangan
Pertambangan
 
Salinan Kepmen ESDM Nomor 301 RPMBN 2022 sd 2027.pdf
Salinan Kepmen ESDM Nomor 301 RPMBN 2022 sd 2027.pdfSalinan Kepmen ESDM Nomor 301 RPMBN 2022 sd 2027.pdf
Salinan Kepmen ESDM Nomor 301 RPMBN 2022 sd 2027.pdf
 
Perda n0-4-2011-usaha pertambangan mineral dan batu bara
Perda n0-4-2011-usaha pertambangan mineral dan batu baraPerda n0-4-2011-usaha pertambangan mineral dan batu bara
Perda n0-4-2011-usaha pertambangan mineral dan batu bara
 
Permen esdm nomor 07 tahun 2014
Permen esdm nomor 07 tahun 2014Permen esdm nomor 07 tahun 2014
Permen esdm nomor 07 tahun 2014
 
Permen esdm 07 tahun 2014
Permen esdm 07 tahun 2014Permen esdm 07 tahun 2014
Permen esdm 07 tahun 2014
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
 
Uu no. 3 thn 2020 tentang Minerba
Uu no. 3 thn 2020 tentang MinerbaUu no. 3 thn 2020 tentang Minerba
Uu no. 3 thn 2020 tentang Minerba
 
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdfPermen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
 
Perbup nomor-5-th-2013
Perbup nomor-5-th-2013Perbup nomor-5-th-2013
Perbup nomor-5-th-2013
 
Capaian dan Arah Perbaikan Tata Kelola Mineral dan Batubara Nasional
Capaian dan Arah Perbaikan Tata Kelola Mineral dan Batubara NasionalCapaian dan Arah Perbaikan Tata Kelola Mineral dan Batubara Nasional
Capaian dan Arah Perbaikan Tata Kelola Mineral dan Batubara Nasional
 
Presentasi prosedur izin pertambangan dan .pptx
Presentasi prosedur izin pertambangan dan .pptxPresentasi prosedur izin pertambangan dan .pptx
Presentasi prosedur izin pertambangan dan .pptx
 
Permen esdm no. 11 tahun 2018
Permen esdm no. 11 tahun 2018Permen esdm no. 11 tahun 2018
Permen esdm no. 11 tahun 2018
 
Permen esdm 33 th 2015
Permen esdm 33 th 2015Permen esdm 33 th 2015
Permen esdm 33 th 2015
 
Permen esdm-33-tahun-2015
Permen esdm-33-tahun-2015Permen esdm-33-tahun-2015
Permen esdm-33-tahun-2015
 
Permen esdm 33 th 2015
Permen esdm 33 th 2015Permen esdm 33 th 2015
Permen esdm 33 th 2015
 
PP 23 tahun 2010
PP 23 tahun 2010PP 23 tahun 2010
PP 23 tahun 2010
 
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
5a37e_PENGADAAN_TANAH_MK_-_Nana_Sudiana_Balai_Jogja.pptx
 
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi BantenPeluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Provinsi Banten
 
Pp 55 tahun 2010
Pp 55 tahun 2010Pp 55 tahun 2010
Pp 55 tahun 2010
 

3.materi hukum perburuhan

  • 1. HUKUM PERTAMBANGAN SUDIRMAN Ir., MT STTNas Yogyakarta
  • 2. 2 REGULASI DI BIDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara 4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 ttg pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batubara 5. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan pasca tambang 6. Permen ESDM Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha jasa pertambangan 7. Permen ESDM Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri 8. 2 Permen ESDM No. 17 Tahun 2010 ttg Tata Cara Penetapan Harga Penjualan Mineral dan Batubara
  • 3. Penyelenggaraan Penguasaan Pertambangan (Mining Right) 3 PERTAMBANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NKRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 (UUD 1945 & UU 32/2004) BBAANNGGSSAA I NINDDOONNEESSIAIA NNEEGGAARRAA PEMERINTAH PEMERINTAH Kepemilikan (Mineral Right) Penguasaan • Penetapan Kebijakan dan Pengaturan • Penetapan Standar dan Pedoman • Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah • Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak nasional dan lintas provinsi • Penetapan Kebijakan dan Pengaturan • Penetapan Standar dan Pedoman • Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah • Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak nasional dan lintas provinsi PROVINSI PROVINSI Tanggungjawab pengelolaan lintas Kabupaten dan/atau berdampak regional Tanggungjawab pengelolaan lintas Kabupaten dan/atau berdampak regional Perda Perda KABUPATEN / KOTA KABUPATEN / KOTA Tanggungjawab pengelolaan di Tanggungjawab pengelolaan di Wilayah Kabupaten/Kota Wilayah Kabupaten/Kota Perda Perda PELAKU USAHA PELAKU USAHA Badan Usaha (BUMN / BUMD, Badan Usaha Swasta) dan perseorangan) Badan Usaha (BUMN / BUMD, Badan Usaha Swasta) dan perseorangan) + Desentralisasi + Dekonsentrasi Hak Pengusahaan (Economic Right) Undang-Undang
  • 4.
  • 5.
  • 6. PENGUASAAN MINERAL DAN BATUBARA (Pasal 4 dan 5 UU No. 4 Th 2009) Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat. Penguasaan mineral dan batubara oleh negara diselenggarakan oleh Pemerintah dan / atau pemerintah daerah. Untuk kepentingan nasional, Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Republik Indonesia dapat menetapkan kebijakan pengutamaan mineral dan / atau batubara untuk kepentingan dalam negari. Kepentingan nasional dimaksud dapat dilakukan dengan pengendalian produksi dan ekspor. Dalam melaksanakan pengendalian, Pemerintah mempunyai kewenangan untuk menetapkan jumlah produksi tiap-tiap komoditas per tahun setiap provinsi. Pemerintah daerah wajib mematuhi ketentuan jumlah yang ditetapkan oleh Pemerintah. 6
  • 7. WILAYAH PERTAMBANGAN (WP) POLA PIKIR HARUS DDAAPPAATT DDIIMMAANNFFAAAATTKKAANN SSEERRAACCAA OOPPTTIIMMAALL EEKKSSPPLLOOIITTAASSII ((MM && BBBB)):: • DDAAPPAATT MMEENNIIMMBBUULLKKAANN DDAAMMPPAAKK NNEEGGAATTIIFF TTEERRHHAADDAAPP LLIINNGGKKUUNNGGAANN • KKOONNFFLLIIKK PPEENNGGGGUUNNAAAANN LLAAHHAANN MMIINNEERRAALL DDAANN BBAATTUUBBAARRAA PPEERRLLUU DDIIBBUUAATT WWIILLAAYYAAHH PPEERRTTAAMMBBAANNGGAANN ((MMIINNEERRAALL DDAANN BBAATTUUBBAARRAA)) YYAANNGG MMEEMMPPEERRTTIIMMBBAANNGGKKAANN KKEESSEEIIMMBBAANNGGAANN DDAANN DDAAYYAA DDUUKKUUNNGG LLIINNGGKKUUNNGGAANN DDIIUUSSUULLKKAANN UUNNTTUUKK DDIIJJAADDIIKKAANN WWIILLAAYYAAHH PPEERRTTAAMMBBAANNGGAANN DDAALLAAMM RRTTRRWW DDEEPPOOSSIITT SSUUMMBBEERR DDAAYYAA MMIINNEERRAALL DDAANN BBAATTUUBBAARRAA •RRTTRRWW KK ((KKAABBUUPPAATTEENN)) •RRTTRRWW PP ((PPRROOVVIINNSSII)) •RRTTRRWW NN ((NNAASSIIOONNAALL)) • WWPP HHAARRUUSS DDIISSAAMMPPAAIIKKAANN KKEE PPEEMMEERRIINNTTAAHH • JJIIKKAA TTEERRJJAADDII DDIISSPPUUTTEE WWPP DDEENNGGAANN ““PPEERRUUNNTTUUKKAANN LLAAIINN”” DDIISSAAMMPPAAIIKKAANN KKEE BBKKTTRRNN JJIIKKAA WWPP TTEERRSSEEBBUUTT 7 OOLLEEHH BBKKTTRRNN MMEENNJJAADDII ““PPEERRUUNNTTUUKKAANN LLAAIINN”” MMAAKKAA LLAANNGGSSUUNNGG JJAADDII WWPPNN
  • 8. 8 RTRWN Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Kawsn Peruntukkan Pertambangan WUP WPR WPN Peruntukkan lain 8 WP WPN WILAYAH PERTAMBANGAN WUP (dalam hutan lindung dengan pola penambangan tertutup sesuai UU 41/1999 dan PP 15 Tahun 2010)
  • 9. I. WILAYAH PERTAMBANGAN Penyiapan wilayah pertambangan (WP) : a. Perencanaan WP b. Penetapan WP A. PERENCANAAN WILAYAH PERTAMBANGAN Perencanaan WP melalui tahapan : a. Inventarisasi potensi pertambangan b. Penyusunan rencana WP 1. INVENTARISASI POTENSI PERTAMBANGAN Inventarisasi potensi pertambangan dilakukan melalui kegiatan penyelidikan dan penelitian pertambangan untuk memperoleh data dan informasi : a). Formasi batuan pembawa mineral logam dan / atau batubara b). Data geologi hasil evaluasi dari kegiatan pertambangan yang sedang berlangsung, telah berakhir, dan / atau telah dikembalikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati /walikota sesuai dengan kewenangannya c). Data perizinan hasil inventarisasi terhadap perizinan yang masih berlaku, yang sudah berakhir, dan / atau yaang sudah dikembalikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikotasesuai dengan kewenangannya d). Interpretasi penginderaan jarak jauh berupa pola struktur maupun 9
  • 10. Penyelidikan dan penelitian pertambangan dilakukan oleh : a). Menteri, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah : 1). lintas wilayah provinsi 2). laut dengan jarak lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai 3). berbatasan langsung dengan negara lain. b). Gubernur, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah : 1). lintas wilayah kabupaten / kota 2). laut dengan jarak 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai c). Bupati / Walikota, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah : 1). kabupaten / kota 2). laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai. Dalam hal wilayah laut berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan dengan jarak kurang dari 24 (dua puluh empat)mil, wilayah penyelidikan dan penelitian masing-masing provinsi dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah. Kewenangan bupati / walikota pada wilayah laut ini sejauh 1/3 (sepertiga) dari garis pantai masing-masing wiayah kewenangan gubernur. 10
  • 11. Untuk menunjang penyiapan WP Menteri atau gubernur dapat memberikan penugasan kepada lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah, dimana lembaga riset negara dapat melakukan kerja sama teknik dengan lembaga riset asing setelah mendapat persetujuan dari Menteri. Disamping untuk penyiapan WP penugasan juga untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertambangan. Baik lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah maupun lembaga riset asing wajib menyimpan, mengamankan, dan merahasiakan data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan. Lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah wajib menyerahkan seluruh data dan informasi potensi pertambangan yang diperolehnya kepada Menteri atau gubernur yang memberi penugasan. Lembaga riset asing wajib menyerahkan seluruh data dan informasi pertambangan yang diperolehnya kepada lembaga riset negara yang bekerja sama dengannya paling lambat pada tanggal berakhirnya kerja sama. Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya menetapkan wilayah penugasan penyelidikan dan penelitian pertambangan yang akan dilaksanakan oleh lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah dan dituangkan dalam peta. 11
  • 12. Data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan yang dilakukan oleh Menteri, gubernur, dan bupati / walikota dan lembaga riset berdasarkan penugasan dari Menteri atau gubernur diolah menjadi peta potensi mineral dan / atau batubara menggunakan standar nasional pengolahan data geologi. Menteri melakukan evaluasi berdasarkan peta potensi mineral dan / atau batubara. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan penyusunan rencana WP. 2. PENYUSUNAN RENCANA WILAYAH PERTAMBANGAN Rencana WP dituangkan dalam lembar peta dalam bentuk digital dan merupakan zona yang didelineasi dalam garis putus-putus. B. PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN Rencana WP ditetapkan oleh Menteri menjadi WP setelah berkoordinasi dengan gubernur, bupati / walikota dan berkonsultasi dengan DPR. WP dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Gubernur atau bupati / walikota dapat mengusulkan perubahan WP kepada Menteri berdasarkan hasil penyelidikan dan penelitian. WP terdiri dari : a. WUP b. WPR c. WPN 12
  • 13. 1. WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN Penyiapan WUP dilakukan melalui kegiatan : a. Perencanaan WUP b. Penetapan WUP a. Perencanaan WUP disusun melalui tahapan : 1). Eksplorasi 2). Penyusunan rencana WUP 13
  • 14. – WUP yaitu Bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi dan/atau informasi geologi yang berprospek untuk diusahakan – Memiliki satu atau lebih jenis mineral dan atau batubara  dapat terdiri dari WUP mineral logam, WUP mineral batubara, WUP mineral bukan logam, WUP batuan, WUP radioaktif – Ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah – Untuk WUP mineral radioaktif, penetapannya dilakukan oleh Menteri berdasarkan usulan dari instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenaganukliran – Penetapan WUP disampaikan secara tertulis kepada DPR – Pemerintah dapat melimpahkan kepada Gubernur dalam penetapan WUP Mineral Bukan Logam dan WUP Batuan (dekonsentrasi) – WUP merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang 14
  • 15. WUP dan WPN ditetapkan oleh Menteri. WPR ditetapkan oleh bupati / walikota. Untuk menetapkan WUP, WPR, dan WPN Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan eksplorasi untuk memperoleh data dan informasi berupa : a). Peta yang terdiri dari : (1). peta geologi dan peta formasi pembawa mineral dan/ atau batuan (2). peta geokimia dan peta geofisika b). Perkiraan sumber daya dan cadangan. Data dan informasi hasil eksplorasi yang dilakukan oleh gubernur dan bupati / walikota diolah menjadi peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara dalam bentuk lembar peta dan digital. Gubernur dan bupati / walikota wajib menyampaikan potensi / cadangan mineral dan / atau batubara beserta laporan hasil eksplorasi kepada Menteri. a. Penyusunan rencana wilayah usaha pertambangan Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WUP berdasarkan : 1). Peta potensi mineral dan / atau batubara 2). Peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara. 15
  • 16. Kriteria WUP : a). Memiliki formasi batuan pembawa batubara, formasi batuan pembawa mineral logam, dan / atau formasi batuan pembawa mineral radioaktif, termasuk wilayah lepas pantai berdasarkan peta geologi; b). Memiliki singkapan geologi untuk mineral radioaktif, mineral logam, batubara, mineral bukan logam, dan / atau batuan; c). Memiliki potensi sumber daya mineral atau batubara; d). Memiliki 1 (satu) atau lebih jenis mineral termasuk mineral ikutannya dan / atau batubara; e). Tidak tumpang tindih dengan WPR dan /atau WPN; f). Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan secara berkelanjutan; dan g). Merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang. b. Penetapan wilayah usaha pertambangan Rencana WUP atau Wilayah di dalam WP yang memenuhi kriteria ditetapkan menjadi WUP oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan gubernur dan bupati / walikota setempat. Berkoordinasi dimaksudkan untuk menetapkan batas dan luas WIUP mineral logam dan /atau batubara. 16
  • 17. 17 WWIILLAAYYAAHH IIZZIINN UUSSAAHHAA PPEERRTTAAMMBBAANNGGAANN ((WWIIUUPP)) DDAALLAAMM WWUUPP  WIUP adalah wilayah dalam WUP yang diberikan kepada pemegang IUP  Terdiri dari WIUP batubara, WIUP mineral radioaktif, WIUP mineral logam, WIUP mineral bukan logam dan WIUP batuan  WIUP mineral logam dan batubara ditetapkan oleh Menteri (setelah berkoordinasi dengan Pemda), diperoleh dengan cara lelang oleh Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai kewenangannya  WIUP mineral bukan logam dan batuan ditetapkan oleh Pemerintah/Pemda (sesuai kewenangannya) dengan cara permohonan wilayah dalam suatu WUP yang telah ditetapkan Pemerintah  Kriteria penetapan WIUP; letak gepgrafis, kaidah konservasi, daya dukung lingkungan, optimalisasi sunberdaya minerba dan tingkat kepadatan penduduk.
  • 18. c. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan Kriteria penetapan WIUP : a). letak geografis; b). kaidah konservasi; c). daya dukung lingkungan; d). optimalisasi sumberdaya minerba; dan e). tingkat kepadatan pendduduk. 2. WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT (1). Bupati / walikota menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WPR berdasarkan : a). Peta potensi mineral dan / atau batubara b). Peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara. (2). WPR harus memenuhi kriteria : a). Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan / atau diantara tepi dan tepi sungai (daerah akumulasi pengayaan mineral sekunder/paystreak dalam suatu meander sungai); b). Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter; c). Merupakan endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba; 18
  • 19. d). Luas maksimal WPR sebesar 25 (dua puluh lima) hektar; e). Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; f). Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun; g). Tidak tumpang tindih dengan WUP dan WPN;dan h). Merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang. (3). Dalam menetapkan WPR bupati / walikota berkewajiban melakukan pengumuman mengenai rencana WPR kepada masyarakat secara terbuka. (4). Pengumuman rencana WPR dilakukan di kantor desa/kelurahan dn kantor instansi terkait, dilengkapi dengan peta situasi yang menggambarkan lokasi, luas, dan batas serta daftar koordinat, dan dilengkapi daftar pemegang hak atas tanah yang berada dalam WPR. (5). Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR. (6). Wilayah di dalam WP yang memenuhi kriteria ditetapkan menjadi WPR oleh bupati / walikota setempat setelah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat kabupaten / kota. 19
  • 20. (6). Penetapan WPR disampaikan secara tertulis oleh bupati / walikota kepada Menteri dan gubernur. (7). Koordinasi dilakukan untuk mendapatkan pertimbangan berkaitan dengan data dan informasi yang dimiliki pemerintah provinsi yang bersangkutan. (8). Konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten / kota untuk menetapan WPR yang didasarkan pada perencanaan dengan melakukan sinkronisasi data dan informasi melalui sistem informasi WP. 20
  • 21. 3. WILAYAH PENCADANGAN NEGARA a. Penyusunan rencana penetapan wilayah pencadangan negara Menteri menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WPN berdasarkan : 1). Peta potensi mineral dan / atau batubara 2). Peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara. WPN harus memenuhi kriteria : a). Memiliki formasi batuan pembawa mineral radioaktif, mineral logam,dan / atau batubara berdasarkan peta / data geologi b). Memiliki singkapan geologi untuk mineral radioaktif, logam, dan / atau batubara berdasarklan peta / data geologi c). Memiliki potensi / cadangan mineral dan / atau batubara d). Untuk keperluan konservasi komoditas tambang e). Berada pada wilayah dan / atau pulau yang berbatasan dengan negara lain f). Merupakan wilayah yang dilindungi g). Berada pada pulau kecil dengan luas maksimal 2.000 (dua ribu) kilometer persegi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 21
  • 22. b. Penetapan wilayah pencadangan negara dan wilayah usaha pertambangan khusus Wilayah di dalam WP yang memenuhi kriteria ditetapkan menjadi WPN oleh Menteri setelah memperhatikan aspirasi daerah dan mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia WPN dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WUPK. WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan sebagian luas wilayahnya setelah berubah statusnya menjadi WUPK dengan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Perubahan status WPN menjadi WUPK diusulkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan : a). Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri b). Sumber devisa negara c). Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana d). Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi e). Daya dukung lingkungan f). Penggunaan teknologi tinggidan modal ibvestasi yang besar. 22
  • 23. c. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan khusus Untuk menetapkan WIUPK dalam suatu WUPK harus memenuhi kriteria : a). Letak geografis b). Kaidah konservasi c). Daya dukung lingkungan d). Optimalisasi sumber daya mineral dan / atau batubara e). Tingkat kepadatan penduduk. (1). Untuk kepentingan strategis nasional, yaitu untuk : - mendorong pertumbuhan ekonomi nasional - ketahanan energi dan industri strategis nasional - meningkatkan daya saing nasional dalam menghadapi tantangan global Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan dengan memperhatikan aspirasi daerah menetapkan WPN sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas tertentu antara lain : - tembaga - timah - emas - besi - nikel - bauksit - batubara 23
  • 24. dan daerah konservasi dimaksud mencakup upaya pengelolaan mineral dan / atau batubara yang keberadaannya terbatas dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan. (2). WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan sebagian luas wilayahnya dimaksud untuk menentukan persentase besaran luas wilayah yang akan diusahakan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Raktyat Republik Indonesia. (3). WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan waktu dimaksud adalah WPN yang ditetapkan untuk konservasi dapat diusahakan setelah melewati jangka waktu tertentu. (4). Wilayah yang akan diusahakan berubah statusnya menjadi WUPK. (5). WUPK yang akan diusahakan ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah. (6). Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan di WUPK dilakukan dalam bentuk IUPK. 24
  • 25. (7). Satu WUPK terdiri atas 1(satu) atau beberapa WIUPK yang berada pada lintas wilayah provinsi, lintas wilayah kabupaten / kota, dan / atau dalam 1 (satu) wilayah kabupaten / kota. (8). Luas dan batas WIUPK mineral logam dan batubara ditetapkan oleh Pemerintah berkoordinasi dengan pemerintah daerah berdasarkan kriteria dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. 25
  • 26. WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan berada pada : a. Lintas wilayah provinsi dan / atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai, ditetapkan oleh Menteri pada WUP; b. Lintas kabupaten / kota dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil dari garis pantai sampai dengan 12 (dua belas) mil ditetapkan oleh gubernur pada WUP; dan / atau c. Kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai ditetapkan oleh bupati / walokota pada WUP. Pada wilayah laut yang berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan dengan jarak kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, wilayah kewenangan masing-masing provinsi dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah. Dalam hal ini kewenangan bupati / walikota pada wilayah laut sejauh 1/3 (sepertiga) dari garis pantai masing-masing wilayah kewenangan gubernur. Disamping itu penetapan WUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang berada pada lintas kabupaten / kota dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil dari garis pantai sampai dengan 12 (dua belas) mil dan / atau berada pada kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai dapat dilimpahkan oleh Menteri kepada gubernur. 26
  • 27. - WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan dari badan usaha, koperasi, atau perseorangan. - Dalam hal di WIUP mineral logam dan / atau batubara terdapat komoditas tambang lainnya yang berbeda, untuk mengusahakan komoditas tambang lainnya wajib ditetapkan WIUP terlebih dahulu. USAHA PERTAMBANGAN Usaha pertambangan dikelompokkan atas : a. pertambangan mineral b. pertambangan batubara Pertambangan mineral digolongkan atas : a. pertambangan mineral radioaktif b. pertambangan mineral logam c. pertambangan mineral bukan logam d. pertambangan batuan. 27
  • 28. 1. Usaha pertambangan dilakukan berdasarkan IUP, IPR, atau IUPK. 2. IUP, IPR, atau IUPK diberikan dalam WIUP untuk IUP, WPR untuk IPR, atau WIUPK untuk IUPK. 3. WIUP berada dalam WUP yang ditetapkan oleh Menteri 4. WPR ditetapkan oleh bupati / walikota 5. WIUPK berada dalam WUPK yang ditetapkan oleh Menteri 6. WUP, WPR, atau WUPK berada dalam WP Untuk memperoleh IUP, IPR, dan IUPK pemohon harus memenuhi persyaratan : 1. administratif 2. teknis 3. lingkungan 4. finansial II. IZIN USAHA PERTAMBANGAN IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan yang diajukan oleh : a. Badan usaha b. Koperasi c. perseorangan 28
  • 29. Badan usaha dapat berupa badan usaha swasta, BUMN, atau BUMD Perseorangan dapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer IUP diberikan setelah mendapatkan WIUP Dalam 1 (satu) WIUP dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IUP IUP diberikan melalui tahapan : a. Pemberian WIUP; dan b. Pemberian IUP. A. PEMBERIAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN (WIUP) WIUP mineral logam dan batubara diperoleh dengan cara lelang WIUP mineral bukan logam dan batuan diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah. Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUP. 29
  • 30. Dalam hal pemohon merupakan badan usaha yang telah terbuka (go public) dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP. 1. TATA CARA PEMBERIAN WIUP MINERAL LOGAM DAN BATUBARA 1). Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya mengumumkan secara terbuka WIUP yang akan dilelang kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang. 2). Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara : a). Menteri harus mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati / walikota b). gubernur harus mendapat rekomendasi dari bupati / walikota. 3). Gubernur atau bupati / walikota memberikan rekomendasi dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan rekomendasi 30
  • 31. 4). Dalam pelaksanaan pelelangan WIUP mineral logam dan / atau batubara dibentuk panitia lelang oleh : a). Menteri, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada di lintas provinsi dan / atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai; b). gubernur, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada di lintas kabupaten / kota dalam 1 (satu) provinsi dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai; dan c). bupati / walikota, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai. 5). Panitia lelang WIUP mineral logam dan / atau batubara beranggotakan gasal dan memiliki kompetensi di bidang pertambangan mineral dan/ atau batubara yang ditetapkan oleh : a). Menteri, paling sedikit 7 (tujuh) orang; b). gubernur, paling sedikit 5 (lima) orang; dan c). bupati / walikota, paling sedikit 5 (lima) orang. 31
  • 32. 6). Tugas dan wewenang panitia lelang WIUP mineral logam dan / atau batubara: a). menyiapkan lelang WIUP b). menyiapkan dokumen lelang WIUP c). menyusun jadwal lelang WIUP d). mengumumkan waktu pelaksanaan lelang WIUP e). melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua) kali, apabila peserta lelang WIUP hanya 1 (satu) f). menilai kualifikasi peserta lelang WIUP g). melakukan evaluasi terhadap penwaran yang masuk h). melaksanakan lelang WIUP i). membuat berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan pemenang lelang. 7). Peserta lelang harus memenuhi persyaratan : a). administratif b). teknis c). finansial. 32
  • 33. 8). Persyaratan administratif : a). badan usaha, perusahaan firma, dan perusahaan komanditer : (1). mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang (2). profil badan usaha/perusahaan (3). akte pendirian badan usaha/perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang (4). nomor pokok wajib pajak (NPWP). b). koperasi : (1). mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang (2). profil koperasi (3). akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang (4). nomor pokok wajib pajak (NPWP). c). orang perseorangan : (1). mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang (2). kartu tanda penduduk (KTP) (3). nomor pokok wajib pajak (NPWP). 33
  • 34. 9). Persyaratan teknis : a). pengalaman badan usaha, koperasi, atau perseorangan di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan; b). mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan c). rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi. 10). Persyaratan finansial : a). laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik; b). menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data informasi atau dari total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUP yang telah berakhir; dan c). pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman pemenang lelang. 34
  • 35. 11). Prosedur lelang meliputi : a). pengumuman prakualifikasi b). pengambilan dokumen prakualifikasi c). pemasukan dokumen prakualifikasi d). evaluasi prakualifikasi e). klarifikasi dan konfirmasi terhadap dokumen prakualifikasi f). penetapan hasil prakualifikasi g). pengumuman hasil prakualifikasi h). undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi i). pengambilan dokumen lelang j). penjelasan lelang k). pemasukan penawaran harga l). pembukaan sampul m). penetapan peringkat n). penetapan /pengumuman pemenang lelang yang dilakukan berdasarkan penawaran harga dan pertimbangan teknis o). memberi kesempatan adanya sanggahan atas keputusan lelang. 35
  • 36. 12). Penjelasan lelang dilakukan oleh panitia lelang WIUP kepada peserta lelang yang lulus prakualifikasi untuk menjelaskan data teknis berupa : a). lokasi b). koordinat c). jenis mineral, termasuk mineral ikutannya, dan batubara d). ringkasan hasil penelitian dan penyelidikan e). ringkasan hasil eksplorasi pendahuluan apabila ada f). status hukum. 13). Panitia lelang dapat memberikan kesempatan kepada peserta lelang WIUP yang lulus prakualifikasi untuk melakukan kunjungan lapangan dalam jangka waktu yang disesuaikan dengan jarak lokasi yang akan dilelang setelah mendapatkan penjelasan lelang. 14). Dalam hal peserta pelelangan WIUP yang akan melakukan kunjungan lapangan mengikutsertakan warga negara asing wajib memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 36
  • 37. 15). Biaya yang diperlukan untuk melakukan kunungan lapangan dibebankan kepada peserta pelelangan WIUP. 16). Jangka waktu prosedur pelelangan ditetapkan paling lama 35 (tiga puluh lima) hari kerja sejak pemasukan penawaran harga. 17). Hasil pelaksanaan lelang WIUP dilaporkan oleh panitia lelang kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya untuk ditetapkan pemenang lelang WIUP. 18). Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya : a). berdasarkan usulan panitia lelang menetapkan pemenang lelang WIUP mineral logam dan / atau batubara. B). memberitahukan secara tertulis penetapan pemenang lelang WIUP mineral logam dan / atau batubara kepada pemenang lelang. 37
  • 38. 19). Apabila peserta lelang yang memasukkan penawaran harga hanya terdapat 1 (satu) peserta lelang, dilakukan pelelangan ulang. 20). Dalam hal peserta lelang ulang tetap hanya 1 (satu) peserta, ditetapkan sebagai pemenang dengan ketentuan harga penawaran harus sama atau lebih tinggi dari harga dasar lelang yang telah ditetapkan. 2. TATACARA PEMBERIAN WIUP MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN 1). Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam atau batuan, badan usaha, koperasi, atau perseorangan mengajukan permohonan wilayah kepada : a). Menteri, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah provinsi dan / atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai; b). Gubernur, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah kabupaten / kota dalam 1 (satu) provinsi dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil; dan c). Bupati / walikota, untuk permohonan WIUP yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil. 38
  • 39. 2). Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam atau batuan : a). Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari gubernur dan bupati /walikota b). Gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati / walikota. 3). Gubernur atau bupati / walikota memberikan rekomendasi dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimya permintaan rekomendasi. 4). Pemberian WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang terlebih dahulu telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional dan membayar biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta, memperoleh prioritas pertama untuk memdapatkan WIUP. 5). Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterima permohonan wajib memberikan keputusan menerima atau menolak atas permohonan WIUP. 39
  • 40. 6). Keputusan menerima disampaikan kepada pemohon WIUP disertai dengan penyerahan peta WIUP berikut batas dan koordinat WIUP. 7). Keputusan menolak harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon WIUP disertai dengan alasan penolakan. B. PEMBERIAN IUP IUP terdiri atas : a. IUP Eksplorasi b. IUP Operasi Produksi IUP Eksplorasi terdiri atas : a. mineral logam b. batubara c. mineral bukan logam d. batuan IUP Operasi Produksi terdiri atas : a. mineral logam b. batubara c. mineral bukan logam d. batuan 40
  • 41. IUP Eksplorasi IUP Operasi Produksi (OP) *) 41 PPEERRIIZZIINNAANN IIUUPP KKeeggiiaattaann UUssaahhaa PU Ekplorasi Penambangan Pengolahan/ *) Penambangan atau Pengolahan dapat dilakukan terpisah Pemurnian Pengangkutan dan Penjualan Apabila Pengolahan terpisah harus memiliki kerjasama dengan Pemegang IUP OP Penambangan FS
  • 42. Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi : a. administrasi b. teknis c. lingkungan d. finansial. Persyaratan administrasi untuk : a. badan usaha, perusahaan firma, dan perusahaan komanditer : 1). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara : a). Surat permohonan b). Susunan direksi/pengurus dan daftar pemegang saham c). Surat keterangan domisili. 2). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produkai mineral bukan logam dan batuan : a). Surat permohonan b). Profil badan usaha c). Akte pendirian badan usaha/perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang d). Nomor Pokok Wajib Pajak e). Susunan direksi/pengurus dan daftar pemegang saham f). Surat keterangan domisili. 42
  • 43. b. koperasi : 1). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara : a). Surat permohonan b). Susunan pengurus c). Surat keterangan domisili. 2). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan a). Surat permohonan b). Profil koperasi c). Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang d). Nomor pokok wajib pajak e). Susunan pengurus f). Surat keterangan domisili c. orang perseorangan : 1). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara : a). Surat permohonan b). Surat keterangan domisili. 43
  • 44. 2). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan : a). Surat permohonan b). Kartu tanda penduduk c). Nomor pokok wajib pajak d). Surat keterangan domisili. Persyaratan teknis : a. IUP Eksplorasi : 1). Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun 2). Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional. b. IUP Operasi Produksi : 1). Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional 44
  • 45. 2). Laporan lengkap eksplorasi 3). Laporan studi kelayakan 4). Rencana reklamasi dan pasca tambang 5). Rencana kerja dan anggaran biaya 6). Rencna pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi 7). Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun. Persyaratan lingkungan : a. IUP Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. b. IUP Operasi Produksi : 1). Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolan lingkungan hidup 2). Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 45
  • 46. Persyaratan finansial : a. IUP Eksplorasi : 1). Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi 2). Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau batuan atas permohonan wilayah. b. IUP Operasi Produksi : 1). Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diauditoleh akuntan publik 2). Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir 3). Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang lelang WIUP yang telah berakhir. 46
  • 47. 1. IUP EKSPLORASI 1). IUP Eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan dari badan usaha, koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan WIUP dan memenuhi persyaratan. 2). IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. 3). Pemenang lelang WIUP mineral logam atau batubara harus menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang WIUP. 4). Apabila pemenang lelang WIUP dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang jaminan kesungguhan lelang menjadi milik pemerintah atau milik pemerintah daerah. 47
  • 48. 5). Pemenang lelang WIUP yang telah dianggap mengundurkan diri, WIUP ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang dengan syarat nilai harga kompensasi data informasi sama dengan harga yang ditawarkan oleh pemenang pertama. 6). Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan lelang ulang WIUP apabila peserta lelang tidak ada yang berminat. 7). Menteri menyampaikan penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau perseorangan kepada gubernur dan bupati / walikota untuk mendapatkan rekomendasi dalam rangka penerbitan IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan / atau batuan. 8). Gubernur menyampaikan penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau perseorangan kepada bupati / walikota untuk mendapatkan rekomendasi dalam rangka penerbitan IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan / atau batuan. 48
  • 49. 9). Gubernuratau bupati / walikota memberikan rekomendasi dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya tanda bukti penyampaian peta WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan. 10). Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta WIUP beserta batas dan koordinat dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan harus menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 11). Apabila badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang pencadangan wilayah menjadi milik pemerintah atau milik pemerintah daerah. 12). Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah dianggap mengundurkan maka WIUP menjadi wilayah terbuka. 13). Pemegang IUP Eksplorasi dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya untuk menunjang kegiatan pertambangannya. 49
  • 50. 14). IUP Eksplorasi sekurng-kurangnya memuat : a). Nama perusahaan b). Lokasi dan luas wilayah c). Rencana umum tata ruang d). Jaminan kesungguhan e). Modal investasi f). Perpanjangan waktu tahap kegiatan g). Hak dan kewajiban pemegang IUP h). Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan i). Jenis usaha yang diberikan j). Rencana pengembangan dan pemberdayaan mayarakat di sekitar wilayah pertambangan k). Perpajakan l). Penyelesaian perselisihan m). Iuran tetap dan iuran eksplorasi n). Amdal. 50
  • 51. 15). Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepada pemberi IUP. 16). Pemegang IUP Eksplorasi yang ingin menjual mineral atau batubara wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan. 17). Izin sementara diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 18). Mineral atau batubara yang tergali dikenai iuran produksi. 19). Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi mineral logam dan / atau batubara, mineral bukan logam dan / atau batuan dapat diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain yang keterdapatannya berbeda. 20). Pemberian IUP dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama. 51
  • 52. IUP Eksplorasi diberikan oleh : a. Bupati/walikota apabila WIUP berada didalam satu wilayah kabupaten/kota; b. Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 52
  • 53. 2. IUP OPERASI PRODUKSI 1). IUP Operasi Produksi diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi. 2). Pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai peningkatan dengan mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan peningkatan operasi produksi. 3). IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. 4). Dalam hal lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian serta pelabuhan berada di dalam wilayah yang berbeda serta kepemilikannya juga berbeda maka IUP Operasi Produksi masing-masing diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 53
  • 54. 5). Pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan pengangkutan dan penjualan dan / atau pengolahan dan pemurnian, kegiatan pengangkutan dan penjualan dan / atau pengolahan dan pemurnian dapat dilakuklan oleh pihak lain yang memiliki : a). IUP Operasi Produksi b). IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan pengolahan dan diberikan : (1). Menteri apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas provinsi dan negara (2). Gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas kabupaten / kota (3). Bupati / walikota apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dalam 1 (satu) kabupaten / kota. c). IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian dan diberikan : (1). Menteri, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari impor/provinsi lain dan / atau lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada lintas provinsi (2). Gubernur, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari beberapa kabupaten / kotadalam 1 (satu) provinsi dan /atau lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada lintas kabupaten / 54
  • 55. (3). Bupati / walikota, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari 1 (satu) kabupaten / kota dan / atau lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada 1 (satu) kabupaten / kota. 6). Dalam hal berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang berdampak lingkungan pada : a). 1 (satu) kabupaten / kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh bupati / walikota berdasarkan rekomendasi dari Menteri dan gubernur b). Lintas kabupaten / kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh gubernur berdasarkan rekomendasi dari bupati / walikota c). Lintas provinsi, IUP Operasi Produksi diberikan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi dari bupati / walikota dan gubernur. 7). Badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli mineral logam atau batubara di Indonesia, harus memiliki IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan dari Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 8). Pemegang IUP Operasi Produksi dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya untuk menunjang kegiatan pertambangannya. 55
  • 56. 9). IUP Operasi Produksi sekurang-kurangnya memuat : a). Nama perusahaan b). Luas wilayah c). Lokasi penambangan d). Lokasi pengolahan dan pemurnian e). Pengangkutan dan penjualan f). Modal investasi g). Jangka waktu berlakunya IUP h). Jangka waktu tahap kegiatan i). Penyelesaian masalah pertanahan j). Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang k). Dana jaminan reklamasi dan pascatambang l). Perpanjangan IUP m). Hak dan kewajiban pemegang IUP n). Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan o). Perpajakan p). Penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi q). Penyelesaian perselisihan r). Keselamatan dan kesehatan kerja 56
  • 57. s). Konservasi mineral atau batubara t). Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri u). Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik v). Pengembangan tenaga kerja Indonesia w). Pengelolaan data mineral atau batubara x). Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara. 57
  • 58. IUP Operasi Produksi diberikan oleh : a. bupati/walikota apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota ; b. gubernur apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah kabupaten/kota yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. Menteri apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah provinsi yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 58
  • 59. 1. IUP OP meliputi: kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan & pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan 2. IUP OP KHUSUS UNTUK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN 3. IUP OP KHUSUS UNTUK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN 4. IUP OP UNTUK PENJUALAN (khusus untuk badan usaha yang tidak bergerak pada usaha pertambangan)  Pasal 105 UU Minerba 5. Izin Sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan kepada pemegang IUP Eksplorasi 59
  • 60. C. PEMASANGAN TANDA BATAS 1. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diperolehnya IUP Operasi Produksi, pemegang IUP Operasi Produksi wajib memberikan tanda batas wilayah dengan memasang patok pada WIUP. 2. Pembuatan tanda batas harus selesai sebelum dimulai kegiatan operasi produksi. 3. Dalam hal terjadi perubahan batas wilayah pada WIUP Opersi produksi, harus dilakukan perubahan tanda batas wilayah dengan pemasangan patok baru pada WIUP. D. KOMODITAS TAMBANG LAIN DALAM WIUP 1. Dalam hal pada lokasi WIUP ditemukan komoditas tambang lainnya yang bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUP, pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi memperoleh keutamaan dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya yang ditemukan. 2. Dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya harus membentuk badan usaha baru. 60
  • 61. 3. Apabila pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi tidak berminat atas komoditas tambang lainnya, kesempatan pengusahaannya dapat diberikan kepada pihak lain dan diselenggarakan dengan cara lelang atau permohonan wilayah. 4. Pihak lain yang mendapatkan IUP berdasarkan lelang atau permohonan wilayah harus berkoordinasi dengan pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi pertama. E. PERPANJANGAN IUP OPERASI PRODUKSI 1. Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya paling cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP. 61
  • 62. 2. Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi paling sedikit harus dilengkapi : a. peta dan batas koordinat wilayah b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir c. laporan akhir kegiatan operasi produksi d. laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan e. rencana kerja dan anggaran biaya f. Neraca sumber daya dan cadangan. 3. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menolak permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi apabila pemegang IUP Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, pemegang IUP Operasi Produksi tidak menunjukkan kinerja operasi produksi yang baik. 4. Penolakan harus disampaikan kepada pemegang IUP Opersi Produksi paling lambat sebelum berakhirnya IUP Opersi Produksi. 5. Pemegang IUP Opersi Produksi hanya dapat diberikan perpanjangan sebanyak 2 (dua) kali, dan setelah itu harus mengembalikan WIUP Operasi Produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 62
  • 63. 6. Pemegang IUP Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUP Opersi Produksi sebanyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum jangka waktu masa berlakunya IUP berakhir, harus menyampaikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya mengenai keberadaan potensi dan cadangan mineral atau batubara pada WIUP-nya. 7. WIUP yang IUP-nya akan berakhir sepanjang masih berpotensi untuk diusahaka, WIUPnya dapat ditawarkan kembali melalui mekanisme lelang atau permohonan wilayah sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. 8. Dalam pelaksanaan lelang WIUP pemegang IUP sebelumnya mendapat hak yang sama. 63
  • 64. III. IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT 1. Kegiatan pertambangan rakyat dikelompokkan sebagai berikut : a. pertambangan mneral logam b. pertambangan mineral bukan logam c. pertambangan batuan d. pertambangan batubara. 2. Bupati / walikota memberikan IPR terutama kepada penduduk setempat, baik perorngan maupun kelompok masyarakat dan / atau koperasi. 3. Bupati / walikota dapat melimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. IPR diberikan setelah ditetapkan WPR oleh Bupati / walikota. 5. Dalam 1 (satu) WPR dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IPR. 6. Untuk memperoleh IPR pemohon wajib menyampaikan surat permohonan kepada bupati / walikota. 64
  • 65. 7. Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang dapat diberikan kepada : a. perorangan paling banyak 1 (satu) hektar b. kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) hektar c. koperasi paling banyak 10 (sepuluh) hektar. 8. IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. 9. Pemegang IPR berhak : a. mendapat pembinaan dan pengawasan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, teknis pertambangan, dan manajemen dari Pemerintah dan / atau pemerintah daerah b. mendapat bantuan modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 10. Pemegang IPR wajib : a. melakukan kegiatan penambangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR diterbitkan b. mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang keselamatn dan kesehatan kerja pertambangan, pengelolaan lingkungan, dan memenuhi standar yang berlaku 65
  • 66. c. mengelola lingkungan hidup bersama pemerintah daerah d. membayar iuran tetap dan iuran produksi e. menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan rakyat secara berkala kepada pemberi IPR. 11. Selain kewajiban pemegang IPR dalam melakukan kegiatan pertambangan rakyat wajib menaati ketentan persyaratan teknis pertambangan. 12. Pemerintah kabupaten / kota melaksnakan pembinaan di bidang pengusahaan, teknologi pertambangan, erta permodalan dan pemasaran dalam usaha meningkatkan kemampuan usaha pertambangan rakyat. 13. Pemerintah kabupaten kota bertanggung jawab terhadap pengamanan teknis pada usaha pertambangan rakyat yang meliputi : a. keselamatan dan kesehatan kerja b. pengelolaan lingkungan hidup c. pasca tambang. 14. Untuk melaksanakan pengamanan teknis pemerintah kabupaten / kota wajib mengangkat pejabat fungsional inspektur tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 66
  • 67. 15. Pemerintah kabupaten / kota wajib mencatat hasil produksi dari seluruh kegiatan usaha pertambangan rakyat yang berada dalam wilayahnya dan melaporkannya secara berkala kepada Menteri dan gubernur setempat. 16. Setiap usaha pertambangan rakyat pada WPR dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan IPR. 17. Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi : a. persyaratan administratif b. persyaratan teknis c. persyaratan finansial. 18. Persyaratan administratif : a. orang perseorangan: 1). Surat permohonan 2). Kartu tanda penduduk 3). Komoditas tambang yang dimohon 4). Surat keterangan dari kelurahan / desa setempat. b. kelompok masyarakat : 1). Surat permohonan 2). Komoditas tambang yang dimohon 3). Surat keterangan dari kelurahan / desa setempat. 67
  • 68. c. koperasi setempat : 1). Surat permohonan 2). Nomor pokok wajib pajak 3). Akte pendirian koperasiyang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang 4). Komoditas tambang yang dimohon 5). Surat keterangan dari kelurahan / desa setempat. 19. Persyaratan teknis : a. sumuran pada IPR paling dalam 25 (dua puluh lima) meter b. menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25 (dua puluh lima) horse power (HP) untuk 1(satu) IPR c. tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak. 20. Persyaratan finansial berupa laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir dan hanya dipersyaratkan bagi koperasi setempat. 68
  • 69. 69 1. Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu WPR 2. Bupati/walikota menyusun rencana penetapan wilayah didalam WP menjadi WPR berdasarkan potensi mineral dan/atau batubara serta peta potensi/cadangan mineral dan/atau batubara. 3. Penetapan WPR dengan kriteria tertentu. 4. WPR ditetapkan oleh bupati/walikota setempat setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan berkonsultasi dengan DPRD kab/kota. 5. Penetapan WPR disampaikan secara tertulis oleh bupati/walikota kepada Menteri dan gubernur. 6. Penetapan WPR didahului dengan pengumuman rencana WPR kepada masyarakat secara terbuka, dan penyusunan dokumen lingkungan oleh bupati/walikota 7. WPR tidak boleh tumpang tindih dengan WUP & WPN serta merupakan Kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang
  • 70. 70 a. mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan atau tepi dengan tepi sungai; b. mempunyai cadangan primer dengan kedalaman maksimal 25 m; c. endapan teras, dataran banjir dan endapan sungai purba; d. luas maksimal pertambangan rakyat adalah 25 Ha; e. menyebutkan jenis komoditi yang akan ditambang; dan/atau f. merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 th.
  • 71. KEWENANGAN PEMERINTAH KAB/KOTA a. Pembuatan peraturan perundang-undangan daerah b. Pemberian IUP dan IPT, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan yang berada pada wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 mil ; c. Pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan operasi produksi yang kegiatannya berada pada wilayah Kab/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 mil ; d. Penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian serta eksplorasi dalam rangka memperoleh data dan informasi minerba sesuai kewenangannya; e. Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi sumber daya mineral dan 71 batubara, serta informasi pertambangan pada wilayah kabupaten/kota; f. Penyusunan neraca sumber daya mineral dan batubara pada daerah/wilayah kabupaten/kota; g. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dalam usaha pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan h. Pengembangan & peningkatan nilai tambah kegiatan uasha pertambangan secara optimal
  • 72. KEWENANGAN PEMERINTAH KAB/KOTA i. Penyampaian informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum, dan 72 penelitian serta eksplorasi kepada Menteri dan Gubernur; j. Penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri, serta eksplor kepada Menteri dan Gubernur; k. Pembinaan dan pengawasan teradap reklamasi dan pasca tambang; dan l. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan
  • 73. IV. IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS IUPK diberikan oleh Menteri dengan memperhatikan kepentingan daerah dimaksud dalam rangka pemberdayaan daerah. IUPK diberikan untuk 1 (satu) jenis mineral logam atau batubara dalam 1 (satu) WIUPK. IUPK diberikan setelah diperoleh WIUPK yang telah ditetapkan oleh Menteri. Dalam 1 (satu) WIUPK dapat terdiri atas 1 (satua) atau beberapa IUPK. IUPK dapat diberikan kepada badan usaha yang berbadan hukum indonesia, baik berupa badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun badan usaha swaata. IUPK diberikan oleh Menteri berdasarkan permohonan yang diajukan oleh BUMN, BUMD, atau badan usaha swaata. Pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUPK, kecuali pemohon merupakan badan usaha yang telah terbuka dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUPK. 73
  • 74. IUPK diberikan melalui tahapan : a. pemberian WIUPK b. pemberian IUPK A. PEMBERIAN WIUPK Pemberian WIUPK terdiri atas WIUPK mineral logam dan / atau batubara. WIUPK diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta oleh Menteri. Menteri dalam memberikan WIUPK harus terlebih dahulu menawarkan kepada BUMN atau BUMD dengan cara prioritas. Dalam hal peminat hanya ada 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK diberikan kepada BUMN atau BUMD dengan membayar biaya kompensasi data informasi. Dalam hal peminat lebih dari 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK diberikan dengan cara lelang. 74
  • 75. Pemenang lelang dikenai kewajiban membayar biaya kompensasi data informasi sesuai dengan nilai lelang. Dalam hal tidak ada BUMN atau BUMD yang berminat, WIUPK ditawarkan kepada bdan usaha swasta yang bergerak dalam bidang pertambangan mineral atau batubara dengan cara lelang. 1. TATA CARA PEMBERIAN PRIORITAS WIUPK MINERAL LOGAM DAN BATUBARA 1). BUMN dan BUMD yang telah mendapatkan WIUPK wajib mengajukan permohonan IUPK mineral logam atau batubara kepada Menteri. 2). Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan, Menteri memberikan IUPK kepada BUMN atau BUMD setelah memenuhi persyaratan. 75
  • 76. 2. TATA CARA LELANG WIUPK MINERAL LOGAM DAN BATUBARA 1). Sebelum dilakukan pelangan WIUPK mineral logam atau batubara, Menteri mengumumkan secara terbuka WIUPK yang akan dilelang dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang. 2). Dalam pelaksanaan pelelangan WIUPK, Menteri membentuk panitia lelang WIUPK mineral logam atau batubara. 3). Anggota panitia lelang WIUPK berjumlah gasal yang memiliki kompetensi di bidang pertambangan mineral atau batubara. 4). Tugas dan wewenang panitia lelang WIUPK mineral logam dan batubara: a). penyiapan lelang WIUPK b). penyiapan dokumen lelang WIUPK c). penyusunan jadwal lelang WIUPK d). pengumuman waktu pelaksanaan lelang WIUPK e). melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua) kali, apabila peserta lelang WIUPK hanya 1 (satu) f). penilaian kualifikasi peserta lelang WIUPK g). melakukan evaluasi terhadap penwaran yang masuk h). pelaksanaan lelang WIUPK i). pembuatan berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan pemenang lelang WIUPK. 76
  • 77. 5). Untuk mengikuti lelang, peserta lelang WIUPK harus memenuhi persyaratan : a). Administrasi b). Teknis c). Finansial. 6). Persyaratan administrasi meliputi : a). Mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang b). Profil badan usaha c). Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang d). Nomor pokok wajib pajak. 7). Persyaratan teknis meliputi : a). Pengalaman badan usaha di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan b). Mempunyai paling sedikit 1 (satu) tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun c). Rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1 (satu) tahun. 77
  • 78. 8). Persyaratan finansial meliputi : a). Laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik b). Menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar 10 % (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data informasi atau total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUPK yang telah berakhir c). Pernyataan bersedia membayar nilai sesuai surat penawaran lelang dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman lelang. B. PEMBERIAN IUPK IUPK diberikan oleh Menteri kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta setelah mendapatkan WIUPK. IUPK terdiri atas : a. IUPK Eksplorasi terdiri atas mineral logam atau batubara b. IUPK Operasi Produksi terdirir atas mineral logam atau batubara. 78
  • 79. Persyaratan IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi harus memenuhi : a. sdministratif b. teknis c. lingkungan d. finansial. a. Persyaratan administratif (1). Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam dan batubara yang diajukan BUMN atau BUMD yang diberikan berdasarkan prioritas : (a). Surat permohonan (b). Profil badan usaha (c). Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat berwenang (d). Nomor pokok wajib pajak (e). Susunan direksi dan daftar pemegang saham (f). Surat keterangan domosili. 79
  • 80. (2). Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam dan batubara yang diajukan oleh pemenang lelang WIUPK : (a). Surat permohonan (b). Susunan direksi dan daftar pemegang saham (c). Surat keterangan domisili. b. Persyaratan teknis meliputi : (1). Pengalaman BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun (2). Mempunyai paling sedikit 1(satu) orang tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun (3). Rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1 (satu) tahun. c. Persyaratan lingkingan meliputi : (1). Untuk IUPK Eksplorasi meliputi pernyataan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (2). Untuk IUPK Opedrasi Produksi meliputi : (a). Pernyataan kesanggupan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (b). Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 80
  • 81. d. Persyaratan finansial meliputi : (1). IUPK Eksplorasi meliputi : (a). Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi (b). Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi atau sesuai dengan surat penawaran. (2). IUPK Operasi Produksi meliputi : (a). Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik (b). Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir. 1. TATA CARA PENERBITAN IUPK EKSPLORASI MINERAL LOGAM DAN BATUBARA 1). BUMN atau BUMD yang diberikan WIUPK berdasarkan prioritas atau pemenang lelang WIUPK mineral logam atau batubara, harus menyampaikan permohonan IUPK Eksplorasi kepada Menteri dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang WIUPK. 81
  • 82. 2). Apabila BUMN atau BUMD yang diberikan WIUPK berdasarkan prioritas atau pemenang lelang WIUPK dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan ermohonan IUPK, dianggap mengundurkan diri 3). Dalam hal pemenang lelang WIUPK telah dianggap mengundurkan diri, WIUPK ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang dengan syarat nilai harga kompensasi data informasi sama dengan harga yang ditawarkan oleh pemenang pertama. 4). Menteri melakukan lelang ulang WIUPK apabila peserta lelang tidak ada yang berminat. 5). Pemegang IUPK Ekspl,orasi atau pemegang IUPK Operasi Produksi, dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUPK kepada Menteri untuk menunjang usaha kegiatan pertambangannya. 82
  • 83. 6). IUPK Eksplorasi sekurng-kurangnya memuat : a). Nama perusahaan b). Lokasi dan luas wilayah c). Rencana umum tata ruang d). Jaminan kesungguhan e). Modal investasi f). Perpanjangan waktu tahap kegiatan g). Hak dan kewajiban pemegang IUPK h). Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan i). Jenis usaha yang diberikan j). Rencana pengembangan dan pemberdayaan mayarakat di sekitar wilayah pertambangan k). Perpajakan l). Penyelesaian perselisihan masalah pertanahan m). Iuran tetap dan iuran eksplorasi n). Amdal. 83
  • 84. 2. TATA CARA PENERBITAN IUPK OPERASI PRODUKSI MINERAL LOGAM DAN BATUBARA 1). IUPK Operasi Produksi diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi. 2). Pemegang IUPK Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUPK Operasi Produksi sebagai peningkatan dengan mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan peningkatan operasi produksi. 3). IUPK Operasi Produksi diberikan oleh Menteri. 4). IUPK Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. 5). WIUPK yang telah mempunyai data lengkap meliputi data eksplorasi, studi kelayakan dan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang dapat diberikan IUPK Opertasi Produksi kepada BUMN atau BUMD dengan cara prioritas atau pemenang lelang. 84
  • 85. 6). IUPK Operasi Produksi sekurang-kurangnya memuat : a). Nama perusahaan b). Luas wilayah c). Lokasi penambangan d). Lokasi pengolahan dan pemurnian e). Pengangkutan dan penjualan f). Modal investasi g). Jangka waktu berlakunya IUPK h). Jangka waktu tahap kegiatan i). Penyelesaian masalah pertanahan j). Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang k). Dana jaminan reklamasi dan jaminan pascatambang l). Perpanjangan IUPK m). Hak dan kewajiban pemegang IUPK n). Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan o). Perpajakan p). Iuran tetap dan iuran produksi serta bagian pendapatan negara/ daerah, yang terdiri atas bagi hasil dari keuntungan bersih sejak berproduksi 85
  • 86. q). Penyelesaian perselisihan r). Keselamatan dan kesehatan kerja s). Konservasi mineral atau batubara t). Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri u). Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik v). Pengembangan tenaga kerja Indonesia w). Pengelolaan data mineral atau batubara x). Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara. y). Divestasi saham. 7). IUPK tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam pemberian IUPK. 8). Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUPK Eksplorasi yang mendapatkan mineral logam atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepada Menteri. 9). Pemegang IUPK Eksplorasi yang ingin menjual mineral logam atau batubara wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan. 10). Izin sementara diberikan oleh Menteri. 86
  • 87. C. PEMASANGAN TANDA BATAS 1. Dalam jangka waktu 6(enam) bulan sejak diperolehnya IUPK Operasi Produksi, pemegang IUPK Operasi Produksi wajib memberikan tanda batas wilayah dengan memasang patok pada WIUPK 2. Pembuatan tanda batas harus selesai sebelum dimulai kegiatan operasi produksi. 3. Dalam hal terjadi perubahan batas wilayah pada WIUPK Operasi Produksi, harus dilakukan perubahan tanda batas wilayah dengan pemasangan patok baru pada WIUPK. D. KOMODITAS TAMBANG LAIN DALAM WIUPK 1. Dalam hal pada lokasi WIUPK ditemukan komoditas lainnya yang bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUPK, pemegang IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi memperoleh keutamaan dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya yang ditemukan. 87
  • 88. 2. Dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya harus membentuk badan usaha baru. 3. Apabila pemegang IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi tidak berminat atas komoditas tambang lainnya, pengusahaannya dapat diberikan kepada pihak lain dan diselenggarakan dengan cara prioritas atau lelang. 4. Pihak lain yang mendapatkan IUPK berdasarkan prioritas atau lelang harus berkordinasi dengan pemegang IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi pertama. E. PERPANJANGAN IUPK OPERASI PRODUKSI 1. Permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi diajukan kepada Menteri paling cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUPK. 2. Permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi paling sedikit harus dilengkapi : a. peta dan batas koordinat wilayah b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir c. laporan akhir kegiatan operasi produksi 88
  • 89. d. laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan e. rencana kerja dan anggaran biaya f. Neraca sumber daya dan cadangan. 3. Menteri dapat menolak permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi apabila pemegang IUPK Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, pemegang IUPK Operasi Produksi tidak menunjukkan kinerja operasi produksi yang baik. 4. Penolakan harus disampaikan kepada pemegang IUPK Opersi Produksi paling lambat sebelum berakhirnya IUPK Operasi Produksi. 5. Pemegang IUP Opersi Produksi hanya dapat diberikan perpanjangan sebanyak 2 (dua) kali. 6. Pemegang IUPK Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUPK Operasi Produksi sebanyak 2 (dua) kali, wajib mengembalikan WIUPK Operasi Produksi kepada Menteri berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 89
  • 90. 7. Pemegang IUPK Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUPK Opersi Produksi sebanyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum jangka waktu masa berlakunya IUPK berakhir, wajib menyampaikan kepada Menteri mengenai keberadaan potensi dan cadangan mineral atau batubara pada WIUPK-nya. 8. WIUPK yang IUPK-nya akan berakhir sepanjang masih berpotensi untuk diusahakan, Menteri dapat menetapkan kembali WIUPK-nya untuk ditawarkan kembali dengan cara prioritas atau lelang. 9. Dalam pelaksanaan lelang WIUPK pemegang IUPK sebelumnya mendapat hak yang sama. 90
  • 91. 91 VV.. HHAAKK DDAANN KKEEWWAAJJIIBBAANN A. HAK PEMEGANG IUP DAN IUPK Melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan Hak untuk melakukan usaha pertambangan Pemanfaatan prasarana dan sarana umum dan air untuk keperluan pertambangan Pengalihan kepemilikan saham Hak memiliki mineral setelah membayar iuran produksi.
  • 92. B. KEWAJIBAN PEMEGANG IUP DAN IUPK 1. Pemegang IUP dan IUPK wajib : a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan / atau batubara d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan. 2. Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan : a. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan b. keselamatan operasi pertambangan c. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang d. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara e. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan. 92
  • 93. 3. Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah. 4. Pemegang IUP dan IUPK wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi. 6. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang. 7. Peruntukan lahan pascatambang dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau IUPK dan pemegang hak atas tanah. 8. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pascatambang. 93
  • 94. 9. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pscatambang dengan dana jaminan, apabila pemegang IUP atau IUPK tidak melaksanakan reklamasi dan pascatambbang sesuai dengan rencana yang telah disetujui. 10. Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan / atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara. 11. Nilai tambah dimaksudkan untuk meningkatkan produk akhir dari usaha pertambangan atau pemanfaatan terhadap mineral ikutan. 12. Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. 13. Kewajiban untuk melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dimaksudkan, antara lain, untuk meningkatkan dan mengoptimalkan nilai tambang dari produk, tersedianya bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan penerimaan negara. 94
  • 95. 14. Pemegang IUP dan IUPK dapat mengolah dan memurnikan hasil penambangan dari pemegang IUP dan IUPK lainnya. 15. Untuk pengolahan dan pemurnian, pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dapat melakukan kerja sama dengan badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan IUP atau IUPK. 16. IUP yang didapat badan usaha adalah IUP Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan dan pemurnian yang dikeluarkan oleh Menteri, gubernur, bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 17. Pemegang IUP dan IUPK dilarang melakukan pengolahan dan pemurnian dari hasil penambangan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK. 18. Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan / atau batubara yang tergali wajib terlebih dahulu memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan dimaksud pengurusan izin pengangkutan dan penjualan atas mineral dan / atau batubara yang tergali. 19. IUP hanya dapat diberikan untuk 1 (satu) kali penjualan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. Izin diberikan setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi atas mineral dan / atau batubara yang tergali oleh instansi teknis terkait. 95
  • 96. 20. Mineral atau batubara yang tergali dan akan dijual dikenai iuran produksi. 21. Badan usaha wajib menyampaikan laporan hasil penjualan mneral dan / atau batubara yang tergali kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 22. Pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemenfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri dan dalam melakukan kegiatan operasi produksi, wajib mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 23. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. 24. Penyusunan program dan rencana dikonsultasikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. 25. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 26. Setelah 5 (lima) tahun berproduksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham pada Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha swasta nasional.
  • 97. 97 KKEEWWAAJJIIBBAANN PPEEMMEEGGAANNGG IIUUPP DDAANN IIUUPPKK  Pengelolaan lingkungan/ Kepatuhan pada standard dan buku mutu lingkungan  Penyelesaian ganti rugi lahan  Reklamasi dan penutupan tambang (Pasca Tambang)  Dana jaminan reklamasi dan dana jaminan Pasca Tambang  Tenaga kerja lokal  Barang dan jasa dalam negeri  Pengembangan masyarakat  Peningkatan nilai tambah : Pengolahan dan pemurnian dalam negeri  Keuangan (penerimaan negara)  Divestasi saham  Good Mining Practice
  • 98. VI. DIVESTASI SAHAM PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS YANG SAHAMNYA DIMILIKI 0LEH ASING 1. Pencantuman divestasi saham untuk IUPK Operasi Produksi hanya berlaku apabila sahamnya dimiliki oleh asing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Modal asing pemegang IUP dan IUPK setelah 5 (lima) tahun sejak berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya, sehingga sahamnya paling sedikit 20 % (dua puluh persen) dimiliki peserta Indonesia. 3. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan / atau badan hukum Indonesia yang seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 4. Divestasi saham dilakukan secara langsung kepada peserta Indonesia yang terdiri atas Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten / kota, BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta nasional. 5. Dalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli saham ditawarkan kepada pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten / kota. 98
  • 99. 6. Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten / kota tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada BUMN dan BUMD dilaksanakan dengan cara lelang. 7. Apabila BUMN dan BUMD tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dilaksanakan dengan cara lelang. 8. Penawaran saham dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak 5 (lima) tahun dikeluarkannya izin Operasi Produksi tahap penambangan. 9. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten / kota, BUMN, dan BUMD harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender setelah tanggal penawaran. 10. Dalam hal Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten / kota, BUMN, dan BUMD tidak berminat untuk membeli divestasi saham, saham ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender. 11. Badan usaha swasta nasional harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah tanggal 99
  • 100. 12. Pembayaran dan penyerahan saham yang dibeli oleh peserta Indonesia dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan pemenang lelang. 13. Apabila divestasi tidak tercapai, penawaran saham akan dilakukan pada tahun berikutnya. 14. Dalam hal terjadi peningkatan jumlah modal perseroan, peserta Indonesia sahamnya tidak boleh terdilusi menjadi lebih kecil dari 20 % (dua puluh persen). 100
  • 101. IUP EKSPLORASI IUP OPERASI PRODUKSI MINERAL PU EXPL FS LUAS KONS T PROD LUAS LOGAM 1 3 + (2X1) 1+(1) (Max. 100.000) Min. 5.000 (2) 20 + (2x10) Max. 25.000 BATUBARA 1 2 + (2X1) 2 (Max. 50.000) Min. 5.000 (2) 20 + (2x10) Max. 15.000 BUKAN LOGAM 1 1 3 + (1X1) 1 1 + (1) 1 Max. 25.000 Min. 500 (2) 20 +(2x10) (gamping utk Semen, intan dan batu mulia) 10 + (2x5) Max. 5.000 BATUAN 1 1 1 Max. 5.000 Min. 5 5 + (2x5) Max. 1.000 RADIO AKTIF 1 3+(1x1) 1 Tergantung Penugasan Tergantung Penugasan Tergantung Penugasan JANGKA WAKTU & LUAS WIUP/WIUPK
  • 102. VII. PENCIUTAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS 1. Pemegang IUP sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh WIUP. 2. Pemegang IUPK sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan kepada Menteri untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh WIUPK. 3. Pemegang IUP atau IUPK dalam melaksanakan penciutan atau pengembalian WIUP atau WIUPK harus menyerahkan : a. laporan, data dan informasi penciutan atau pengembalian yang berisikan semua penemuan teknis dan geologis yang diperoleh pada wilayah yang akan diciutkan dan alasan penciutan atau pengembalian serta data lapangan hasil kegiatan. b. peta wilayah penciutan atau pengembalian beserta koordinatnya. c. bukti pembayaran kewajiban keuangan. d. laporan kegiatan sesuai status tahapan terakhir. e. laporan pelaksanaan reklamasi pada wilayah yang diciutkan atau dilepaskan. 102
  • 103. 4. Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi mempunyai kewajiban untuk melepaskan WIUP atau WIUPK dengan ketentuan : a. untuk IUP mineral logam atau IUPK mineral logam : 1). Pada tahun keempat wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 50.000 (lima puluih ribu) hektare 2). Pada tahun kedelapan atau pada akhir IUP Ekspolrasi atau IUPK Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare. b. untuk IUP batubara atau IUPK batubra : 1). Pada tahun keempat wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare 2). Pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 15.000 (lima belas ribu) hektare. c. untuk IUP mineral bukan logam : 1). Pada tahun kedua wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 12.500 (dua belas ribu lima ratus) hektare 103
  • 104. 2). Pada tahun ketiga atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare. d. untuk IUP mineral bukan logam jenis tertentu : 1). Pada tahun ketiga wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 12.500 (dua belas ribu lima ratus) hektare 2). Pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan menjadfi IUP Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare. e. untuk IUP batuan : 1). Pada tahun kedua wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 2.500 (dua ribu lima ratus) hektare 2). Pada tahun ketiga atau pada akhir tahap eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 1.000 (seribu) hektare. 5. Apabila luas wilayah maksimum yang dipertahankan sudah dicapai, pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi tidak diwajibkan lagi menciutkan wilayah. 104
  • 105. 1. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan dapat dilakukan apabila terjadi : a. Keadaan kahar (force majeur) antara lain : perang, kerusuhan sipil, pemberontakan, epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran, dan bencana alam di luar kemampuan manusia b. Keadaan yang menghalangi antara lain : blokade, pemogokan, perselisihan perburuhan di luar kesalahan pemegang IUP atau IUPK dan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh pemerintah yang menghambat kegiatan usaha pertambangan yang sedang berjalan c. Apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral dan / atau batubara yang dilakukan di wilayahnya. 2. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan tidak mengurangi masa berlaku IUP atau IUPK. 3. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan apabila terjadi keadaan kahar dan keadaan yang menghalangi dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan dari pemegang IUP atau IUPK. 4. Penghentian sementara apabila terjadi kondisi daya dukung lingkungan dapat dilakukan oleh inspektur tambang atau dilakukan berdasarkan permohonan masyarkat kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota 105
  • 106. 5. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya wajib mengeluarkan keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai alasannya atas permohonan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak menerima permohonan tersebut. 6. Penghentian sementara karena keadaan kahar harus diajukan oleh pemegang IUP atau IUPK dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya keadaan kahar kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai kewenangannya untuk memperoleh persetujuan. 7. Penghentian sementara diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan jangka waktu 1 (satu) tahun. 8. Penghentian sementara karena keadaan yang menghalangi diberikan 1 (satu) kali dengan jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan jangka waktu 1 (satu) tahun pada setiap tahapan kegiatan dengan persetujuan Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 106
  • 107. 9. Apabila jangka waktu penghentian sementara telah berakhir, dapat diberikan perpanjangan jangka waktu penghentian sementara dalam hal terkait perizinan dari instansi lain. 10. Permohonan perpanjangan penghentian sementara diajukan secara tertulis dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum berakhirnya izin penghentian sementara. 11. Apabila dalam kurun waktu sebelum habis masa penghentian sementara berakhir pemegang IUP dan IUPK sudah siap melakukan kegiatan operasinya, kegiatan dimaksud wajib dilaporkan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 12. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya mencabut keputusan penghentian sementara setelah menerima laporan dari pemegang IUP atau IUPK. 13. Pemegang IUP dan IUPK yang telah diberikan persetujuan penghentian sementara dikarenakan keadaan kahar tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi kewajiban keuangan sesuai dengan peraturan perundang -undangan. 107
  • 108. sementara dikarenakan keadaan yang menghalangi dan / atau kondisi daya dukung lingkungan wajib : a. Menyampaikan laporan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya b. Memenuhi kewajiban keuangan c. Tetap melaksanakan pengelolaan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta pemantauan lingkungan. 15. Persetujuan penghentian sementar berakhir karena : a. habis masa berlakunya b. Permohonan pencabutan dari pemegang IUP atau IUPK. 16. Dalam hal jangka waktu yang telah ditentukan dalam pemberian persetujuan penghentian sementara telah habis dan tidak diajukan permohonan perpanjangan atau permohonan perpanjangan tidak disetujui, penghentian sementara tersebut berakhir. 17. Apabila kurun waktu penghentian sementara belum berakhir dan pemegang IUP atau IUPK sudah siap untuk melakukan kegiatan operasinya kembali, dapat mengajukan permohonan pencabutan penghentian sementra kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 18. Berdasarkan permohonan Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya menyatakan pengakhiran penghentian 108
  • 109. IX. BERAKHIRNYA IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS 1. IUP dan IUPK berakhir karena : a. Dikembalikan b. Dicabut c. Habis masa berlakunya. 2. Pemegang IUP atau IUPK dapat menyerahkan kembali IUP atau IUPK-nya dengan pernyataan tertulis kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dan disertai dengan alasan yang jelas dimaksud antara lain tidak ditemukannya prospek secara teknis, ekonomis, atau lingkungan. 3. Pengembalian IUP atau IUPK dinyatakan sah setelah disetujui oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dan setelah memenuhi kewajibannya. 109
  • 110. 4. Pemegang IUP atau IUPK dapat dicabut izinnya oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya apabila : a. Tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP atau IUPK serta peraturan perundang-undangan b. Melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini c. Dinyatakan pailit. 5. Dalam hal jangka waktu yang ditentukan dalam IUP dan IUPK telah habis dan tidak diajukan permohonan peningkatan atau perpanjangan tahap kegiatan atau pengajuan permohonan tetapi tidak memenuhi persyaratan, IUP dan IUPK tersebut berakhir. 6. Pemegang IUP atau IUPK yang IUP-nya atau IUPK-nya berakhir karena alasan dikembalikan, dicabut, atau habis masa berlakunya wajib memenuhi dan menyelesaikan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 7. Kewajiban pemegang IUP atau IUPK dianggap telah dipenuhi setelah mendapat persetujuan dari Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 110
  • 111. 8. Apabila IUP atau IUPK berakhir, pemegang IUP atau IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya. X. PENDAPATAN NEGARA DAN DAERAH 1. Pemegang IUP atau IUPK wajib membayar pendapatan negara dan pendapatan daerah. 2. Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak. 3. Penerimaan pajak terdiri atas : a. Pajak-pajak yang menjadi kewenangan Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan b. Bea masuk dan cukai. 4. Penerimaan negara bukan pajak terdiri atas : a. Iuran tetap b. Iuran eksplorasi c. Iuran produksi d. Kompensasi data informasi. 111
  • 112. 5. Pendapatan daerah terdiri atas : a. Pajak daerah b. Retribusi daerah c. Pendapatan lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perudang -undangan. 6. Pemegang IUPK Operasi Produksi untuk pertambangan mineral logam dan batubara wajib membayar sebesar 4 % (empat persen) kepada Pemerintah dan 6 % (enem persen) kepada pemerintah daerah dari keuntungan bersih sejak berproduksi. 7. Bagian pemerintah daerah diatur sebagai berikut : a. Pemerintah provinsi mendapat bagian sebesar 1 % (satu persen) b. Pemerintah kabupaten / kota penghasil mendapat bagian sebesar 2,5 % (dua koma lima persen) c. Pemerintah kabupaten / kota lainnya dalam provinsi yang sama mendapat bagian sebesar 2,5 % (dua koma lima persen). 8. Pemegang IUP atau IUPK tidak dikenai iuran produksi dan pajak daerah dan reribusi daerah atas tanah / batuan yang ikut tergali pada saat penambangan. 112
  • 113. 9. Pemegang IUP atau IUPK dikenai iuran produksi atas pemanfaatan tanah / batuan yang ikut tergali pada saat penambangan. 10. Besaran tarif iuran produksi ditetapkan berdasarkan tingkat pengusahaan, produksi, dan harga komoditas tambang. 11. Penerimaan negara bukan pajak yang merupakan bagian daerah dibayar langsung ke kas daerah setiap 3 (tiga) bulan setelah disetor ke kas negara. 113
  • 114. 114 PP 23 /2010 : Golongan Komoditas Tambang  Mineral Radioaktif: Radium,Thorium, Uranium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya.  Mineral Logam: Litium, Berilium, Magnesium/Monasit, Kalium, Kalsium, Emas, Tembaga, Perak, Timbal, Seng, Timah, Nikel, Mangan, Platina, Bismuth, Molibdenum, Bauksit, Air Raksa, Wolfram, Titanium, Barit, Vanadium, Kromit, Antimoni, Kobalt, Tantalum, Cadmium, Galium, Indium, Yitrium, Magnetit, Besi.  Mineral Bukan Logam: Intan, Korundum, Grafit, Arsen, PasirKuarsa, Fluorspar, Kriolit, Yodium, Brom, Klor, Belerang, Fosfat, Halit, Asbes, Talk, Mika, Magnesit, Yarosit, Oker, Fluorit, Ball Clay, Fire Clay, Zeolit, Kaolin, Feldspar, Bentonit, Gipsum, Dolomit, Kalsit, Oniks, Rijang, Pirofilit, Kuarsit, Zirkon, Wolastonit, Tawas, batukuarsa, perlit,garambatu,Clay dan batugamping untuk semen.  Batuan: Pumice, Tras, Toseki, Obsidian, Perlit, Tanah diatomae, Tanah serap (fullers earth), Slate, Granit dan granodiorit, Andesit, Gabro dan peridotit, Basalt,Trakhit, Leusit, Tanah liat, Opal, Kalsedon, Batukapur, Pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral logam, bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.  Batubara: Gambut, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara muda.
  • 115. 115  Hak atas WIUP, WPR, WIUPK tidak meliputi hak atas tanah permukaan bumi  hak atas IUP/IUPK/IPR bukan merupakan pemilikan hak atas tanah  Kegiatan usaha pertambangan tidak dapat dilaksanakan pada tempat yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan  Pemegang IUP/IUPK Eksplorasi hanya dapat melaksanakan kegiatannya setelah mendapat persetujuan dari pemegang hak atas tanah (Persetujuan dimaksudkan untuk menyelesaikan lahan-lahan yang terganggu oleh kegiatan eksplorasi a.n pengeboran, parit uji)  Pemegang IUP/IUPK sebelum melakukan kegiatan operasi produksi wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang hak sesuai ketentuan peraturan perudang-udnangan  Pemegang IUP/IUPK OP wajib memberikan kompensasi berdasarkan kesepakatan bersama dengan pemegang hak atas tanah  kompensasi dapat berupa sewa menyewa, jual beli, atau pinjam pakai
  • 116. 116  Pemegang IUP/IUPK wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM) di sekitar WIUP/WIUPK  PPM harus dikonsultasikan dengan Pemerintah, Pemprov, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Masyarakat setempat  Masyarakat dapat mengajukan usulan PPM kepada bupati/walikota setempat untuk diteruskan kepada pemegang IUP/IUPK  PPM diprioritaskan untuk masyarakat di sekitar WIUP/WIUPK yang terkena dampak langsung akibat aktivitas pertambangan dengan tidak melihat batas administrasi wilayah kecamatan/kabupaten  PPM dibiayai dari alokasi biaya PPM pada anggaran dan biaya pemegang IUP/IUPK setiap tahun  Pemegang IUP/IUPK setiap tahun wajib menyampaikan rencana dan biaya pelaksanaan PPM sebagai bagian dari RKAB tahunan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya untuk mendapat persetujuan  Setiap pemegang IUP Operasi Produksi wajib menyampaikan laporan realisasi PPM setiap 6 bulan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya
  • 117. 117 USAHA JASA PERTAMBANGAN (1) Usaha Jasa Pertambangan terdiri atas: 1. Usaha Jasa Pertambangan; 2. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti. (2)Jenis Usaha Jasa Pertambangan meliputi: a. konsultasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian peralatan di bidang 1. penyelidikan umum; 2. eksplorasi; 3. studi kelayakan; 4. konstruksi pertambangan; 5. pengangkutan; 6. lingkungan pertambangan; 7. pascatambang dan reklamasi; dan/atau 8. keselamatan dan kesehatan kerja b. konsultasi, perencanaan, dan pengujian peralatan di bidang penambangan; atau pengolahan pemurnian
  • 118. Pelanggaraan oleh Pelaku Usaha, a.l: Pelanggaran terhadap ketentuan perundangan yang berlaku oleh Pemegang IUP/IUPK Dapat dikenakan sanksi berupa peringatan tertulis, penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi produksi, atau pencabutan IUP, IPR, dan IUPK. Untuk pelaku usaha tanpa izin IUP, IPR, atau IUPK (dikatagorikan sbg PETI) dapat dikenakan sangsi pidana Pelanggaran karena Penyalahgunaan Wewenang, dapat dikenakan sanksi berupa : Dalam hal terjadi pelanggaran prosedur atau regulasi dalam perizinan IUP yang dikeluarkan oleh pemda, Pemerintah dapat menghentikan dan mencabut izin IUP yang dikeluarkan oleh Pemda tersebut. Dikenakan hukuman maks 2 tahun kurungan atau denda maks Rp. 200.000.000 terhadap petugas Pemerintah yang mengeluarkan izin tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap sengketa yang muncul dalam pelaksanaan IUP, IPR atau IUPK diselesaikan melalui pengadilan dan arbitrase dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 118 MEKANISME SANKSI
  • 119. Kejahatan/Pelanggaran Pidana Denda Tidak mempunyai izin Penjara 10 th denda paling banyak Rp 10 119 Miliar Menyampaikan laporan tidak benar atau menyampaikan laporan palsu Penjara 10 th denda paling banyak Rp 10 Miliar Tidak memiliki IUP melakukan eksplorasi kurungan 1 th denda paling banyak Rp. 200 juta Tidak mempunyai IUP atau mempunyai IUP eksplorasi tetapi melakukan kegiatan operasi produksi penjara 5 th denda paling banyak Rp. 10 Miliar Membeli/menampung & memanfaatkan batubara dari hasil kegiatan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK penjara 10 th denda paling banyak Rp.100 Milyar Setiap orang yang mengeluarkan izin yang bertentangan dengan UU ini dan menyalahgunakan kewenangannya kurungan 2 th denda paling banyak Rp. 200 juta Mengganggu atau merintangi kegiatan operasi produksi pemegang IUP yang telah memenuhi persyaratan kurungan 1 th denda paling banyak Rp. 100 juta. KETENTUAN PIDANA
  • 120. 120 KETENTUAN PERALIHAN UU 4/2009 (1) Pasal 169 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: a. Kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang telah ada sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian. b. Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara sebagaimana dimaksud pada huruf a disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara. c. Pengecualian terhadap penerimaan negara sebagaimana dimaksud pada huruf b adalah upaya peningkatan penerimaan negara. Pasal 170 Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
  • 121. 121 KETENTUAN PERALIHAN UU 4/2009 (2) Pasal 171 1) Pemegang kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang telah melakukan tahapan kegiatan eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, atau operasi produksi paling lambat 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini harus menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah kontrak/perjanjian sampai dengan jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian untuk mendapatkan persetujuan pemerintah. 2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, luas wilayah pertambangan yang telah diberikan kepada pemegang kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara disesuaikan dengan Undang-Undang ini. Pasal 172 Permohonan kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang telah diajukan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berlakunya Undang-Undang ini dan sudah mendapatkan surat persetujuan prinsip atau surat izin penyelidikan pendahuluan tetap dihormati dan dapat diproses perizinannya tanpa melalui lelang berdasarkan Undang- Undang ini.